Anda di halaman 1dari 13

NAMA : WIDHIYARINI PANGESTIKA

NIM : 1610201190

PRODI : ILMU KEPERAWATAN

SMT/KELAS :5C

1. Proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur’an dan sains.

Alam semesta (disebut pula jagat raya atau universum) merupakan istilah yang digunakan
untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu tempat kita berada, dengan energi dan materi yang
dimilikinya pada pertengahan pertama abad ke-20. Usaha untuk memahami pengertian alam
semesta dalam lingkup ini pada skala terbesar yang memungkinkan, ada pada kosmologi, ilmu
pengetahuan yang berkembang dari fisika dan astronomi.

Dalam proses pembentukan alam semesta banyak sekali teori-teori yang muncul mengenai
bagaimana proses terjadinya alam jagad raya itu bisa terbentuk. Disini ada beberapa teori mengenai
terciptanya alam semesta seperti teori Steady State, Teori Ekspansi dan Kontraksi, teori Big Bang,
dan yang terakhir proses terciptanya alam semesta dilihat dari tafsir dan ayat-ayat yang ada di Al-
Qur’an.

Teori Steady State. Teori ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-
galaksi, karena pengembungan alam yang berlangsung terus menerus digantikan oleh materi yang
baru saja tercipta sehingga alam semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah
(stady state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam semesta. Teori ini
sama sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat khusus pada waktu atau ruang. Tidak ada
awal maupun akhir karena materi diperbarui secara terus menerus di satu tempat sementara di
tempat lain dihancurkan.

Teori Ekspansi dan Kontraksi. Teori ini berpendapat bahwa ada suatu siklus di jagat raya.
Satu siklus mengalami satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan
berlangsung selama 30 milyar tahun. Dalam masa ekspansi terbentuklah galaksigalaksi serta bintang-
bintang di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti hydrogen yang pada akhirnya
membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-
bintang yang telah terbentuk meredup dan unsure-unsur yang telah terbentuk menyusut dengan
mengeluarkan tenaga berupa panas yang sangat tinggi. Disebut juga Oscillating Theory (teori
mengembang dan memampat).

Penciptaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan
menciptakan. Para ilmuwan diseluruh dunia saat ini telah sepakat bahwa alam semesta ini terjadi
dari tiada secara kebetulan dan menimbulkan dentuman besar. Ke-tiada-an (berasal dari tidak ada)
adalah menunjukan akan adanya penciptaan (diciptakan). Alam semesta ini terus mengembang, jika
alam ini dapat bergerak mundur dalam waktu, alam semesta ini tentulah memulai
pengembangannya dari sebuah titik tunggal. Ini adalah kesimpulan yang telah dicapai ilmu
pengetahuan saat ini bahwa alam semesta bermula dari ledakan titik tunggal. Ledakan ini disebut
“Dentuman Besar” atau Big Bang.

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: The Big Bang) merupakan sebuah
peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai
bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan
Dahsyat atau Model Ledakan Dahsyat). Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya
dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini.
Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7
miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi Referensi sebagai waktu terjadinya Big
Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang
didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.

Dalam teori ini, awal mula alam semesta ini berbentuk satu massa yang besar (nebula
primer). Kemudian terjadilah dentuman besar atau ledakan pemisah sekunder (Bing Bang) yang
mengakibatkan pembentukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lainnya.

Teori Big Bang memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat tentang penciptaan
alam semesta. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1927. Orang yang pertama kali memperkenalkan
teori Big Bang adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Roma Belgia, meski ia menyebutnya
sebagai ‘hipotesis atom purba’.

Kerangka model teori Big Bang bergantung pada teori Relativitas Umum Albert Einstein dan
beberapa perkiraan sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang
mendeksripsikan teori Ledakan Dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann.

Setelah itu Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi
dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya,
sebagaimana yang dipaparkan oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap
mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan
tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan
tampaknya.

Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya satu
wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big
Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta yang sekarang
dengan cara pemisahan satu dengan yang lain.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia
mengatakan bahwa jika alam semesta terbentuk melalui ledakan raksasa, maka sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan itu haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi itu juga harus tersebar merata
di semua penjuru alam semesta. Bukti yang “seharusnya ada” itu pada akhirnya memang ditemukan.
Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang itu
tanpa sengaja. Radiasi tersebut, yang dinamakan radiasi latar kosmis, tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa, dan diketahui sebagai sisa radiasi
peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi Nobel untuk
penemuan mereka.

Begitupun dengan Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun
1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan
tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit
membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan
perbedaan antara dua model kosmologis ini. Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar
dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan
pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah
penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan
mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.

Bukti ilmiah adanya ledakan besar sesuai teori Big Bang ini juga telah dipaparkan oleh NASA.
Pada 1989, George Smoot bersama Tim NASA meluncurkan satelit untuk meneliti asal mula alam
semesta. Lewat instrumen sensitif yang disebut COBE (Cosmic Background Emission Explorer),
penelitian itu mengungkapkan bahwa terdapat sisa-sisa ledakan besar alam semesta.

Dari hasil penelitian itu, sebagian besar ilmuwan mulai percaya teori Big Bang. Bukti lain
kebenaran teori Big Bang adalah berhasil ditemukannya jumlah relatif hidrogen dan helium di alam
semesta. Hasil penelitian yang dilakukan mengungkap bahwa campuran unsur hidrogen dan helium
di alam semesta sesuai perhitungan teoritis jika terjadi ledakan besar.

Sebelumnya, pada tahun 1925, Edwin Hubble mempersembahkan bukti pengamatannya


bahwa semua galaksi bergerak saling menjauhi satu sama lain. Temuan astronom Amerika Serikat
bahwa alam semesta mengembang itu sekaligus menegaskan kebenaran teori big bang.

Teori big bang menyebutkan bahwa dulunya alam semesta merupakan massa besar dan
kemudian terpisah oleh sebuah ledakan besar. Konsekuensi dari teori ini, semestinya galaksi-galaksi
bergerak saling menjauhi. Itulah yang kemudian ditemukan oleh Edwin Hubble.

Dari berbagai fakta ilmiah, akhirnya teori Big Bang mendapatkan persetujuan dunia ilmiah.
Dalam sebuah artikel yang dimuat pada Oktober 2014, Scientific American menuliskan bahwa teori
Big Bang adalah satu-satunya teori yang dapat menjelaskan asal mula alam semesta.

Di dalam al-Qur’an telah dijelaskan bagaimana kronologi terciptanya alam semesta, ada
proses terkait dengan waktu yakni material yang lebih dulu diciptakan, kemudian penciptaan
material lainnya.

Dalam Alquran Surat Al Anbiya’ ayat 30, Allah SWT berfirman:

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?”

Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan bumi di dalam Al
Qur’an, salah satunya: “Dan sumgguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih sedikitpun.” (Qs. Qaf: 38).

Dari ayat di atas sudah dapat dipahami bahwa pencipta langit dan bumi beserta seluruh
isinya ialah Allah proses penciptaan tersebut terjadi selama enam masa, namun sebenarnya banyak
yang berbeda pendapat dalam menafsirkannya mulai dari enam hari, enam masa, enam periode,
dan enam tahapan. Satu hari bukan berarti 24 jam, dalam Al Qur’an pun diumpamakan secara
berbeda-beda, ada yang 1.000 tahun (Qs. Al Hajj: 47) dan 50.000 tahun (Qs. Al-Ma’arij: 4), belum ada
penafsiran pasti tentang hal ini.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy…” (Qs. As
Sajadah : 3). Allah menciptakan langit dan bumi selama enam hari. Dimulai dari hari ahad dan
berakhir dengan hari jum’at. Dengan alasan inilah hari jum’at menjadi hari raya bagi umat Islam.
Di hari itu Allah ta’ala selesai menciptakan langit dan bumi.

Namun seperti yang sudah dijelaskan diatas ada beberapa ulama berbeda pendapat
mengenai enam hari masa penciptaan langit dan bumi. Mayoritas ulama menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan enam hari adalah ukuran hari hari biasa. Adapun pendapat yang lain
menyatakan bahwa enam hari disitu berbeda dengan hitungan hari hari biasa, melainkan setiap
harinya seperti 1000 tahun hari hari biasa.

Penciptaan bumi di dahulukan sebelum penciptaan langit. Sebagaimana ditunjukan oleh


firman Allah (yang artinya), Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu
kemudian Dia naik ke atas dan menjadikan tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Al Baqoroh : 29). Karena, ibarat sebuah bangunan, pondasi atau asas dibuat terlebih
dahulu sebelum atap. Maka bumi adalah asas atau pondasi dan langit adalah
atapnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat
menetap dan langit sebagai atap” (Qs. Ghofir : 64.

Langit diciptakan dengan tujuh lapisan. Begitu juga dengan bumi. Meskipun kata bumi
selalu disebutkan dalam bentuk tunggal dalam Al Qur’an. Tidak sebagaimana langit yang seringkali
disebutkan dalam lafadz jamak. Namun ada sebuah ayat yang menunjukan bahwa bumi pun tujuh
lapis sebagaimana langit. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.” (Qs. At Tholak : 12)

Adapun tahapan atau 6 masa pembentukan alam dijelaskan dalam surah berikut:

”Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya [27] Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28] dan Dia menjadikan malamnya gelap
gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang [29] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30]
Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya [31] Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu [33]” (QS. An-Nazi’at: 27-33)
Dari sejumlah ayat Al-Quran yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33
tersebut dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai
dengan urutan ayatnya, sehingga dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Masa I (Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membinanya [27]): penciptaan langit pertama kali.
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big
bang”, kira-kira 13,7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah adanya radiasi kosmik di langit
yang berasal dari semua arah. Big bang adalah awal penciptaan ruang, waktu, dan materi. Materi
awal Hidrogen. Hidrogen menjadi bahan pembentuk bintang, dalam bahasa Al-Quran disebut
dukhan. Awan hidrogen itu berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur
dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, mulailah terjadi reaksi nuklir yang membentuk Helium.
Reaksi nuklir inilah yang menjadi sumber energi bintang dengan mengikuti persamaan [E = mc2].
Besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan selisih massa (m) Hidrogen dan Helium.
Lalu sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub bakal bintang itu (protostar),
menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, selimut gas yang tersisa
berupa piringan, yang kemudian membentuk planet-planet. Awan Hidrogen dan bintang-bintang
terbentuk dalam kumpulan besar yang disebut galaksi.
Di alam semesta galaksi sangat banyak membentuk struktur filamen (untaian)
dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian
yang kosong dan bagian yang terisi.

b. Masa II (Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya [28]): pengembangan dan


penyempurnaan.
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan “menyempurnakan”. Kata
”meninggikan bangunan” ditafsirkan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-
galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang
semakin mengembang, dengan kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut
mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh satu sama lain.
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya
big bang bukanlah ledakan dalam ruang (seperti meledaknya bom), melainkan proses
pengembangan ruang alam semesta secara cepat.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta
terbentuk, melainkan dalam proses evolusi yang terus berlangsung. Kelahiran dan kematian
bintang yang terus terjadi. Penyempurnaan alam terus berlangsung.

c. Masa III (Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang
benderang [29): pembentukan tata surya termasuk bumi.
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan
siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari
sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam.
Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira
sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya
ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari
reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai
inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut,
disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran
ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar
(sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi
nuklir pada Bulan itu sendiri

d. Masa IV (bumi sesudah itu dihamparkan-Nya [30]): Evolusi Bumi.


Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan
superkontinen Pangaea di permukaan Bumi yang kemudian terpisah-pisah menjadi beberapa
benua.
Pada masa ini daratan bumi muncul, dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan
sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa yang
terpental ini menjadi planet diantaranya adalah Bumi. Penghamparan yang dimaksudkan adalah
pembentukan superkontinen pangaea di permukaan Bumi. Ketika bumi baru terbentuk belum
ada daratan yang ada hanyalah batuan-batuan yang berpijar dengan suhu ratusan derajat
selsius.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua
masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”.

e. Masa V (Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya [31]): pengiriman air ke Bumi melalui komet
Ayat ini menceritakan mulai adanya air di bumi dan makhluk hidup yang pertama adalah
tumbuhan. Air di bumi, berdasarkan kajian astronomi tidak dihasilkan sendiri oleh bumi, tetapi
berasal dari komet yang menumbuk Bumi. Hal ini dibuktikan dari rasio Deuterium dan Hidrogen
pada air laut yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang
massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya. Deuterium yang terdapat pada komet
berekasi dengan unsur-unsur yang terdapat di bumi dan terbentuk uap air, uang air ini kemudian
turun sebagai hujan. Bukti air berasal dari komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air
laut sama dengan rasio pada komet, semua kehidupan berasal dari air, setelah air muncul
kehidupan seperti tumbuhan-tumbuhan pun bermunculan.

f. Masa VI (Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh [32] (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu [33]): proses geologis serta lahirnya
hewan dan manusia
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan “…gunung-gunung dipancangkan dengan
teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan lautan air,
dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng
ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Gunung memiliki akar di dalam tanah atau bisa
disebut dengan pasak fungsi gunung yaitu menyetabilkan kerak bumi mencegah goyangnya
tanah. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia
sebagaimana dalam suatu. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu
geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat
dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, “Dan dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan
itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.

Kesimpulan :

Kesimpulan Al-Qur`an kita yakini memiliki kebenaran abadi, sedangkan penafsiran adalah
olah fikir manusia yang berubah terus. Tafsir tentang ayatayat penciptaan alam semesta semestinya
harus bersifat dinamis dan terbuka. Pendekatan ini diperlukan mengingat anjuran Allah Swt sendiri
dalam AlQur`an untuk meneliti alam terus menerus dari generasi ke generasi, yang tentunya akan
melahirkan teori demi teori baru silih berganti yang selain bisa saling melengkapi atau bisa juga
saling membatalkan. Karena itu kebenaran suatu tafsir ayat tentang penciptaan alam semesta hanya
bisa diukur dengan teori lagi. Tidak bisa dilakukan secara empirik. Selama belum ditemukan mesin
waktu yang bisa memundurkan waktu sampai ke saat awal alam semesta tercipta. Ini artinya tingkat
kebenarannya akan selalu relatif. Dengan demikian perlu ditumbuhkan kembali semangat
keberanian mentakwil ayat-ayat alam semesta secara kreatif. Imaginatif, bebas dari kungkungan
teori yang ada, toh sama-sama relatif kebenarannya. Namun harus tetap terkendali dalam rangka
memperkuat keimanan terhadap alQur`an, bukan untuk melecehkannya.

2. Kehidupan di luar bumi menurut Al-Qur’an

Buku Tafsir Ilmi, Eksistensi Kehidupan di Alam Semesta yang disusun oleh Balai Litbang dan
Diklat Kementerian Agama (2015), mengungkap bahwa kata 'man' dalam Surah Ar-Ra’d Ayat 15
merupakan kata ganti untuk makhluk berakal.
"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) “Man” segala apa yang di langit dan di Bumi, baik
dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan
petang hari," Surah Ar-Ra’d Ayat 15.
Melihat Alquran dan Tafsirnya, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan 'man' pada ayat
tersebut adalah malaikat, jin, dan manusia. Ketiganya merupakan makhluk yang diwakili oleh kata
'man'. Sedangkan dalam buku Tafsir Ilmi 'Penciptaan Jagat Raya dalam perspektif Alquran dan
Sains' mengungkap isyarat adanya kehidupan di luar Bumi. Dalam salah satu ayat Alquran Allah
berfirman:
"Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan Bumi dan makhluk-
makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan
semuanya apabila dikehendaki-Nya," Surah Asy-Syura Ayat 29. Ayat ini menjelaskan bahwa
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah adalah penciptaan langit dan Bumi, serta makhluk hidup
yang tersebar di antara keduanya. Pernyataan ini secara jelas menegaskan bahwa ada makhluk di
luar planet Bumi, yaitu yang terdapat di antara langit dan Bumi.

Ayat dan tafsir tersebut menjelaskan adanya “Man” di langit dan di Bumi. “Man” itu adalah:

o Di dalam tata bahasa al-Qur’an (arab) “Man” menunjukan makhluk yang diberi akal.
Sedangkan makhluk berakal yang diciptakan Allah swt ada 4, yaitu: Malaikat, Iblis, Jin, dan
Manusia. Oleh sebab itu makhluk-makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, atau benda mati
tidak bisa disebut “Man” tetapi disebut “Maa”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia maka “Man” bermakna “Siapa” dan “Maa” bermakna “Apa”.

o Ciri-ciri “Man” yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah:

a. Sujud dengan taat kepada Allah;


b. Sujud dengan terpaksa kepada Allah; dan

c. Memiliki bayang-bayang.

o Perlu diketahui lagi bahwa kata As-samaawaati pada ayat tersebut berbentuk jamak.
Sehingga menjadi petunjuk bahwa “Man” yang berada di luar planet Bumi akan tersebar di
banyak planet lain.

o Jika melihat ciri-ciri tersebut diatas maka tidak mungkin yang dimaksud “Man” di dalam ayat
tersebut adalah Malaikat, karena Malaikat selalu patuh kepada Allah, tidak pernah terpaksa,
dan tidak memiliki bayang-bayang.

o Juga tidak mungkin yang maksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Iblis, karena Iblis
tidak pernah taat kepada Allah serta tidak memiliki bayang-bayang.

o Dan tidak mungkin pula yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut adalah Jin. Walaupun
ada Jin yang taat dan terpaksa, tetapi Jin tidak memiliki bayang-bayang.

o Maka yang dimaksud dengan “Man” pada ayat tersebut adalah makhluk seperti manusia.
Yaitu mahkluk yang kadang kala taat, atau terpaksa serta memiliki bayang-bayang. Oleh
sebab itu, ayat tersebut menjadi petunjuk adanya makhluk berakal seperti manusia di luar
planet Bumi.

Disamping “Man”, di luar planet Bumi pun Allah swt pun menciptakan “Maa” dari kelompok
binatang melata. Sebagaimana firman Allah swt di dalam surat An-Nahl (16) ayat 49. “Dan hanya
kepada Allah-lah sujud “Maa” yang melata yang ada dilangit dan “Maa” yang melata yang ada di
Bumi. Dan para Malaikat, dan mereka tidak menyombongkan diri”. (QS 16:49).

Ayat tersebut menjelaskan adanya “Maa” dan “Malaikat” di langit dan di Bumi yang selalu
sujud kepada Allah serta tidak sombong. Pada ayat ini tidak ada istilah terpaksa, sebagai bukti bahwa
Malaikat dan “Maa” selalu sujud dengan taat kepada Allah swt.

Namun didapatkan Penemuan terbaru oleh Badan Antariksa Amerika (NASA, ) bahwa
terdapat planet terdekat yang mirip dengan bumi. Kepler-22b, adalah sebuah planet berukuran dua
bumi yang mengorbit di zona bernama 'Goldilocks' dan terletak di rasi bintang Cygnus. Planet ini
diyakini Ilmuwan NASA memiliki zona air dan berpotensi memiliki kehidupan. Peneliti NASA dari
Ames Research Center, Bill Borucki mengatakan Ukuran Kepler-22b adalah 2,4 kali lebih besar dari
Bumi, tahun orbitnya selama satu tahun adalah 290 hari. Bintang agak redup dibanding dengan
matahari keppler lebih kecil, kemungkinan memiliki temperature yang mirip dengan bumi. Namun
belum ada penjelasan yang rinci mengenai Keppler.

Selain itu, planet Kepler-22b ini berjarak 600 tahun cahaya dari bumi. Dimana dalam
perhitungan fisika satu tahun cahaya sama dengan lebih dari 9 triliun Km. Artinya planet yang
dianggap terdekat dan berpotensi memiliki kehidupan ini berjarak 500 ribu triliun Km dari bumi.
Ilmuwan barat bersikeras adanya 'bumi' lain, Namun Al-quran menguatkan bahwa hanya bumilah
satu-satunya planet yang cocok untuk kehidupan manusia.

AlQuran telah menjelaskan kepada manusia bahwa bumi adalah satu-satunya tempat yang
paling ideal untuk dihuni. Hingga saat ini, Ulama menjelaskan bahwa Alquran menjanjikan hanya
bumilah satu-satunya tempat yang layak untuk dihuni umat manusia.

"Allah berfirman: di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan di bumi itu pula
kamu akan dibangkitkan," (QS Al-A'raf [7]: 25).

Dalam surah Thaha ayat 55, Allah SWT berfiman, ''Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan
kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan darinya Kami akan mengembalikan
kamu pada kali yang lain."

Meski begitu, Allah SWT melalui firmannya dalam Alquran memberikan kebebasan kepada
manusia untuk menjelajahi penjuru langit. Termasuk bumi atau alam semesta sesuai dengan
kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.“Hai jamaah jin dan manusia, jika
kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)” (Q.S Ar-Rahman 33).

3. Bukti bahwa Tuhan itu ada di muka bumi

Mengenal dan membuktikan keberadaan Tuhan melalui sarana fitrah, merupakan jalan yang
paling mudah diterima oleh banyak kalangan. Hal itu karena setiap manusia memiliki fitrah,
sementara fitrah manusia senantiasa hadir dan tidak akan pernah sirna dari dirinya untuk
selamanya. Kecintaan fitrah kepada segala bentuk kesempurnaan merupakan modal dasar
kecintaannya kepada Tuhan, Sang Pemilik kesempurnaan sejati. Segala kesempurnaan di alam
semesta ini merupakan tetesan dari pengejewantahan kesempurnaan Tuhan. Dengan kata lain
sebagai “akibat” dari satu “sebab”. Oleh karenanya, “akibat” itu dapat mengantarkan manusia
kepada “sebab”nya yang hakiki (Bermula dari berbagai “akibat” dan berujung kepada satu “sebab”).
Hal itu karena fitrah selalu menuntut hal yang paling hebat (perfect) dari berbagai kesempurnaan
yang ada. Dari sekian mata rantai sebab-akibat di alam semesta ini, tidak ada yang lebih hebat
kesempurnaannya selain sebab utama keberadaan alam semesta. Dia-lah kausa prima dan sekaligus
merupakan titik akhir segala bentuk kesempurnaan yang dikehendaki oleh fitrah. Meskipun
terkadang terdapat penyimpangan dalam persoalan penentuan realitas luar (ekstensi) bentuk
kesempurnaan, namun dengan sedikit perenungan, manusia akan memahami dan menyadari bahwa
apa yang selama ini ia anggap sebagai kesempurnaan sejati ternyata hanyalah kesempurnaan semu
dan abstrak. Hidup memang membutuhkan perenungan disamping berpikir.

DAFTAR PUSTAKA

https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/01/05/bagaimana-al-quran-menjelaskan-tentang-
alam-semesta/

https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2018/08/04/8561/-p-sebelum-teori-big-bang-alquran-
sudah-jelaskan-awal-penciptaan-alam-semesta-p-.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ledakan_Dahsyat

https://www.dakwatuna.com/2016/07/12/81359/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-
masa/#axzz5WWdfvlUX

https://muslim.or.id/25618-bagaimana-allah-menciptakan-langit-dan-bumi.html

https://minanews.net/enam-proses-penciptaan-alam-semesta-dan-bumi-dalam-alquran/

https://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-
masa/

https://techno.okezone.com/read/2018/03/05/56/1867964/keberadaan-makhluk-luar-angkasa-
dijelaskan-alquran-dan-sains

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/21/m18js5-benarkah-ada-planet-
lain-yang-bisa-dihuni-manusia-inilah-jawaban-alquran

https://pengajianbremen.wordpress.com/2012/02/17/petunjuk-al-quran-tentang-makhluk-berakal-
di-luar-planet-bumi/

Komaruddin, Didin. Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam : Argumen Fitrah Tentang Adanya Tuhan.
Bandung
Pranggono, Bambang. 2004. Menyoal Ayat-Ayat Tentang Penciptaan Alam Semesta. Bandung

Perdana Prasetya, Sukma. Teori Tentang Terbentuknya Alam Semesta. Surabaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta

Anda mungkin juga menyukai