Anda di halaman 1dari 12

SISTEMATIKA FILSAFAT

Oleh: Sindhy Siskawati


Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas PGRI Madiun
ONTOLOGI
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan TENTANG YANG ADA

 1. Dalam kaitan dengan ilmu,


landasan ontologi
mempertanyakan tentang
objek yang ditelaah oleh ilmu l,
bagaimana wujud hakikinya,
serta bagaimana
hubungannya sengan daya  2. Objek telaah ontologi tersebut
tangkap manusia yang berpikir, adalah yang tidak terlihat pada
merasa, dan mengindera yang satu perwujudan tertentu, yang
membuahkan pengetahuan membahas tentang yang ada
secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap
kenyataan yang meliputi segala
realitas dalam semua bentuknya
Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk
hidup, antar jenis jenis dan individu-individu

 Dari pembahasan memunculkan beberapa pandangan yang


dikelompokan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu:
1. Materialisme
2. Idealisme (Spiritualisme)
3. Dualisme
4. Agnotisme
Aliran dalam ontologi

 Materialisme  Idealisme
Merupakan aliran yamg (Spiritualisme)
mengatakan bahwa hakikat Aliran ini menjawab
dari segala sesuatu yang ada kelemahan dari
itu adalah materi. Sesuatu
materialisme, yang
yang ada (yaitu
mengatakan bahwa
materi)hanya mungkin lahir
dari yang ada. hakikat pengada itu justru
rohani (spiritual). Rihani
adalah dunia ide yang
lebih hakiki dibanding
materi
 Dualisme  Agnotisisme
Aliran ini ingin mempersatukan Aliran ini merupakan pemdapat
antara materi dan idez yang para filsuf yang mengambil sikap
berpendapat bahwa hakikat skeptis, yaitu ragu atas setiap
pengada (kenyataan) dalam alam jawaban yang mungkin benar
semesta ini terdiri dari dua sumber mungkin pula tidak
tersebut, yaitu materi dan rohani
EPISTOMOLOGI
Objek telaah epistomologi adl mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang dan
bagaiman mengetahuinya, bagaimana membedakan dengan yang lain

Bahasa yunani: EPISTEME dan LOGOS. Episteme artinya pengetahuan; logos lazim
dipakai untukenunjukam adanya pengetahuam sistemik. Epistomologi diartikam
sebagai kajian sistematik mengenai pengetahuan.
(Epistomologi Dasar, AM.W Pranarka, 1987)

 Epistomologi
berkenaan dengan
situasi dan kondisi
ruang serta waktu  Landasan epistomologi adalah proses
tentang sesuatu hal apa yang memungkinkan
mendapatkan pengetahuan logika
etika, estetika, bagaimana cara dan
prosedur memperileh kebemaran ilmiah,
kebaikannmoral dan keindahan seni,
serta apa definisinya
Aliran dalam Epistemologi
• Empirisme
Yang berarti pengalaman
(empiria), dimana
pengetahuan manusia • Positivisme
diperoleh dari pengalaman
inderawi Merupakan sistesis dari empirisme dan
• Rasionalisme rasionalisme. Dengan memgambil titik tolak
Tanpa menolak besarnya dari empirisme, namun harus dipertajam
manfaat pengalaman indera dengan eksperimen, yang mamou secara
dalam kehidupan manusia, objektif menentukan validitas dan reliabilitas
namun presepsi inderawi
hanya digunakan untuk pengetahuan
merangsang kerja akal. Jadi
akal berada diatas • Intuisionisme
pengalaman inderawu dan
menekan pada metode Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun
deduktif merupakan hasil evolusi pemahaman yang
tinggi yang hanya dimiliki manusia.
Kemampuan ini yang dapat memahami
kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik
AKSIOLOGI

Aksiologi adalah filsafat nilai

Aspek nilai ini ada kaitannya dengan


kategori:
1. Baik dan buruk (Etika)
 Kategori nilai yang pertama di
2. Indah dan jelek (Estetika) bawah kajian filsafat tingkah laku
arau disebut ETIKA, sedabg
kategori kedua merupakan objek
kajian filsafat keindahan atau
ESTETIKA
ETIKA
 Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yamg berasal dari kata
ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral betasal dari kata mos atau moses
( Latin) yang atinya kebiasaan
 Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikam kesusilaan.
Objek material etika adalah tingkah laju atau perbuatan manusia, sedang
objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak
bermoral
 Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat
lama. Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yanh sesuai
dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu,
kemudian muncul dua teori yanh menjelaskan bagaimana suatu perilaku
itu dapat diukur secara etis
Teori yang dimaksud adalah Deontologis dan Teologis
Deontologis dan Teologis
 Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh
pemikiran Immanuel Kant, yang
terkesan kaku, konservatif dan  Teologis
melestarikan status quo, yaiti Teori Teologis lebih menekankan
menyatakan bahwa baik buruknya pada unsur hasil. Suatu perilaku baik
suatu perilaku dibilai dari sudut jika buah daru perilaku itu lebih
tindakan itu sendiri, dan bukan banyak untung daripada ruginya,
akibatnya. Suatu perilaku baik dimana untung dan rugi ini dilihat
apabila perilaku itu sesuai norma- dari indikator kepentingan manusia.
norma yang ada Teori ini memunculkan dua
pandangan, yaitu egoisme dan
urilitarianisme (utilisme). Tokoh
Jeremy Bentham (1742-1832), yang
kemudian diperbaiki oleh John Stuart
Mill (1806-1873)
ESTETIKA

 Estetika disebut juga dengan filsafat keindaham (philosophy of beauty),


yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-
hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika
membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas
sesuatu yang disebut indah atau tidak indah
 Dalam perjalanan filsafat di era Yunani kuno hingga sekarang muncul
persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu,
keindahan yang bersifat objektof dan subjektif, ukuran keindahan, peranan
keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan
kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik
terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan,
kepatutan, dan hukum.
Terima kasih..............

Anda mungkin juga menyukai