Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali
dengan arah pemikiran dunia kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu
zamanyang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa
Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut Skolastik.
Filsafat skolastik sangat erat kaitannya dengan filsafat patristik yang mana filsafat
skolastik muncul setelah filsafat patristik. Filsafat skolastik membicarakan pemikiran
tentang sesuatu yang berkaitan dengan sekolah.
Tentunya kita semua sangat dekat dengan masalah sekolah atau pendidikan sebelum
jenjang di perguruan tinggi. Dalam pembahasan kali ini kami akan sedikit menguraikan
tentang filsafat skolastik.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan filsafat Skolastik, filsafat Kristen dan filsafat Hindu ?
2. Menjelaskan karakteristik filsafat Kristen dan Hindu ?
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya Filsafat
Skolastik ?
C. Tujuan
1. Mengetahui filsafat Skolastik, filsafat Kristen dan filsafat Hindu.
2. Mengetahui karakteristik filsafat Kristen dan Hindu.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya Filsafat Skolastik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Skolastik, Filsafat Kristen dan Filsafat Hindu.


a. Filsafat Skolastik
Istilah skolastik adalah sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Jadi, skolastik berarti aliran atau kaitan dengan sekolah.Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.Istilah skolastik pun
berasal dari bahasa latin “scholasticus” yang berarti murid, sebagai suatu gerakan
filsafat dan keagamaan yang berupaya mengadakan sintesa antara akal budi manusia
dengan keimanan. Atau menerapkan metafisika Yunani ke dalam keyakinan
Kristiani.Metode yang digunakan ialah disputatio, yaitu membandingkan argumentasi
diantara yang pro dan kontra.
Istilah ini pertama kali muncul di Ghalia degan tokohnya Abaelardus,
Anselmus dan Petrus Lombardus, dan mengalami kejayaan pada abad 12 dengan
tokohnya Thomas Aquinas, Beraventura, Dun Scotus dan Ockham.Terdapat beberapa
pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
1) Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
2) Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir,sifat ada,
kejasmanian, baik buruk.
3) Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan
alam kodrat, akan dimasukan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
4) Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena bannyak dipengaruhi oleh ajaran
gereja.

 Perkembangan Filsafat Skolastik


Perkembangan filsafat Skolastik terbagi menjadi tiga periode yaitu :
1. Skolastik Awal (800-1200 M)

2
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai
merosot, terlebih lagi abad ke-6 dan 7 disebut sebagi abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama
berabad-abad.Baru pada ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel
Agung (742-814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia
serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya
kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad
pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan dengan yang
sebelumnya.

Saat ini merupakan zaman baru bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan
skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu
pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman
dan Belanda. Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes
liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu
hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.

2. Skolastik Puncak (1200-1300 M)


Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun
1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai
dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara
bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di
samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada
puncaknya sebagai berikut :
1) Adanya pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12
sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang
luas.
2) Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis. Universitas ini
merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai
awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier,
di Cambridge dan lain-lainnya.
3) Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya
perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan

3
dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad
ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana
kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan
teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D
Scotus, William Ocham.
3. Skolastik Akhir (1300-1450 M)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam
pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi
(kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285-
1349), dan Nicolas Cosasus (1401-1464).

 Lima Tokoh Filsafat Skolastik Beserta Pendapatnya


1. Peter Abaelardus (1079-1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras
dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para
ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana
terkenal dalam sastra romantic sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan
akal dapat menundukan kekuatan iman.Iman harus mau didahului akal. yang
harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus
sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu ada di
luar iman( di luar kepercayaan). Karena itu sesuai dengan metode dialektika
yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yatiu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
2. Albertus Magnus (1203-1280)
Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga terkenal sebagai
cendikiawan abad pertengahan.Ia mempunyai kepandaian yang luar biasa. Di
Universitas Padua ia belajar artes liberals, ilmu-ilmu pengetahuan alam,
kedokteran, Filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo
domican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan
teologi.
Terakhir dia diangkat sebagai Uskup Agung.Pola pemikirannya meniru
Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aritoteles. Dalam bidang ilmu
pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.
3. Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas.Yang artinya Thomas
yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seoarang dokter
gereja bangsa Italia. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari
tuhan.Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan
ilmu berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau bahwa agar orang-

4
orang untuk mengetahui hukum alamiah ( pengetahuan ) yang terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman.Semua
kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman di ungkapkan lewat
beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikiran.
4. Wiliam Ockham (1285-1349)
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-
barang dan kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-
kesimpulan unmum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa
kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi,
bukan logika.
5. Nicholas Cusasus (1401-1464)
Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat
indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan
benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan
mendapatkan bentuk-bentuk pergertian yang abstrak berdasar pada sajian atau
tangkapan indra. Dengan ituisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang
lebih tinggi.

b. Filsafat Kristen
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 –
814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan
ilmu pengetahuan, termsuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat menampakkan
mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan
abad pertengahan. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara italia
selatan dan pada akhirnya sampai berpengaruh kejerman dan belanda. Kurikulum
pengajaranya meliputi studi duniawi, tata bahasa, retorika, dialektika, ilmu hitung,
ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.
Sutardjo Wiramihardja mengatakan bahwa zaman ini berhubungan dengan
terjadinya perpindahan penduduk, yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa
sehingga bangsaJerman pindah melewati perbatasan kekaisaran Romawi yang secara
politik sudah mengalami kemerosotan6. Walaupun demikian masa ini merupakan
kebangkitan pemikiran abad pertengahan yang mana sebelumnya merosot karena
kuatnya dominasi golongan Gereja7. Karena situasi yang ricuh, tidak banyak
pemikiran filsafati yang patut ditampilkanpada masa ini. Namun, ada beberapa tokoh
dan situasi penting yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat masa ini.
1. Augustinus (354-430)

5
Menurutnya, dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti
adayang mengendalikan, yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran
agama.Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan oleh
Allah dariyang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah
kehidupan bertapa,dan yang terpenting adalah cinta pada Tuhan.
2. Boethius (480-524 M)
Dalam usianya yang ke 44 tahun, mendapat hukuman mati dengan tuduhan
berkomplot. Ia dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof pertama
Skolastik. Jasanya adalah menterjemahkan logika Aristoteles ke dalam bahasa
latin dan menulis beberapa traktat logika Aristoteles. Ia adalah seorang guru
logika pada abad pertengahan dan mengarang beberapa traktat teologi yang
dipelajari sepanjang abad pertengahan.
3. Kaisar Karel Agung
Ia memerintah pada awal abad ke-9 yang telah berhasil mencapai stabilitas
politik yang besar. Hal ini menyebabkan perkembangan pemikiran kultural
berjalan pesat. Pendidikan yang dibangunnya terdiri dari tiga
jenis yaitu pendidikan yang digabungkan dengan biara, pendidikan yang
ditanggung keuskupan, dan pendidikanyang dibangun raja atau kerabat kerajaan.
4. Santo Anselmus (1033-1109)
Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan Santo
Anselmus yaitu credo ut intelligam (saya percaya agar saya paham). Filsafat ini
jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang lebih mendahulukan pengertian
dari pada iman.
5. Peter Abaelardus (1079-1142)11
Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh Peter
Abelardus. Ia menginginkan kebebasan berpikir dengan membalik
diktum Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan merumuskan pandangannya
sendiri menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Peter
Abelardus memberikan status yang lebih tinggi kepada penalaran dari pada iman.

c. Filsafat Hindu
Dalam tradisi intelektual India Darsana merupakan padanan yang paling
mendekati istilah filsafat (barat), namun secara esensial ada perbedaan yang sangat
mendasar, filsafat (barat) terlepas dari agama sedangkan darsana tetap mengakar pada
agama Hindu. Kata darsana berasal dari urat kata ‘drs’ yang berarti melihat (ke
dalam) atau mengalami, menjadi kata darsana yang artinya penglihatan atau
pandangan tentang realitas. ‘Melihat’ dalam koteks ini bisa bermakna observasi
perseptual atau pengalaman intuitif. Secara umum ‘darsan’ berarti eksposisi kritis,
survei logis, atau sistem-sistem, yang lebih lanjut menurut Radhakrisnan kata
‘darsana’ menandakan sistem pemikiran yang diperoleh melalui pengalaman intuitif
dan dipertahankan, diberlanjutkan melalui argumen logis. Kata darsana sendiri dalam
pengertian filsafat pertama kali digunakan dalam Waisesika sutra karya Kanada.

Filsafat Hindu (darsana) merupakan proses rasionalisasi dari agama dan


merupakan bagian integral dari agama Hindu yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

6
Agama memberikan aspek praktis ritual dan darsana memberikan aspek filsafat,
metafisika, dan epistemology sehingga antara agama dan darsana sifatnya saling
melengkapi. Darsana muncul dari usaha manusia untuk mencari jawaban-jawaban
dari permasalahan yang sifatnya transenden, dan yang menjadi titik awalnya adalah
kelahiran dan kematian. Mengapa manusia itu lahir?, apa yang menjadi tujuan
kelahiran manusia? dan apa yang hilang ketika manusia mati?, pertanyaan-pertanyaan
inilah yang menjadi titik awal dari darsana.

Filsafat Hindu sering kali dianggap Atman sentris, artinya semuanya dimulai
dari Atman dan akhirnya berakhir pada Atman. Dalam proses pembelajarannya selalu
mengarahkan pada tujuan hidup tertinggi yaitu Moksa, semua proses pikiran dan
perasaan selalu diarahkan menuju tujuan tersebut. Sehingga filsafat Hindu bukanlah
proses pemikiran yang kering dan tanpa tujuan. Realisasi atman menjadi tujuan setiap
darsana walaupun dalam berbagai kapasitas yang berbeda, Veda menyatakan “ Atma
va’re drastavyah “ (Atman agar direalisasikan) atau kembalinya kedudukan asli atman
sebagai pelayan abadi Tuhan. Atman merupakan asas inti dari setiap kehidupan
sehingga harus dipahami keberadaannya.

Pada intinya secara esensial, dalam konteks agama maupun darsana, terdapat
sebuah landasan bahwasannya didalam diri manusia terdapat asas yang sifatnya abadi
dalam diri manusia, yaitu atman. Atman sebagai asas roh dan badan sebagai asas
materi, atman sebagai entitas yang independent dan kekal selalu bersifat murni
terbebas dari berbagai mala(kekotoran). Mengembalikan atman yang sifatnya abadi
menuju sumber keabadian inilah yang menjadi tujuan bersama antara darsana dan
agama. Atman didalam Bhagavad Gita digambarkan dengan sebagai berikut :

1) Acchedya artinya tidak terlukai oleh senjata.


2) Adahya artinya tidak dapat terbakar.
3) Akledya artinya tak terkeringkan.
4) Acesyah tak terbasahkan.
5) Nitya artinya abadi.
6) Sarwagatah artinya ada dimana mana.
7) Sthanu artinya tidak berpindah pindah
8) Acala artinya tidak bergerak.
9) Sanatama artinya selalu sama.
10) Awyakta artinya tidak terlahirkan.
11) Achintya artinya tidak terpikirkan.
12) Awikara artinya tidak berubah.

B. Karakteristik Filsafat Kristen dan Filsafat Hindu


Filsafat Kristen

7
Filsafat Kristen yang banyak mendominasi abad pertengahan banyak
berhutang budi pada pola-pola pemikiran Yunani dan Romawi. Itu tidak berarti
bahwa teologi Kristen sekedar meminjam pemikiran itu. Lebih dari itu, pemikiran
lama disintesis serta diberi pemikiran baru. Pada masa permulaan Kristen, doktrin
tentang kepercayaan tidak rumit. Agama diliputi kepercayaan akan datangnya
kembali Yesus Kristus. Pengikut-pengikut Kristen tidak tertarik pada problem-
problem teologi. Akan tetapi begitu agama Kristen meluas dan mengadakan
kontak dengan Yunani, timbulah kebutuhan akan suatu formulasi yang definitive
tentang dogma-dogma. Formulasi itu dipandang perlu, terutama karena
banyaknya muncul perbedaan-perbedaan pendapat yang munculnya pertikaian
dan pembrontakan, kedua formulasi itu perlu utntuk melayani serangan dari para
filosof kafir yang memandang Kristen sebagai suatu kepercayaan takhyul serta
lebih rendah dari para filsafat Yunani. Formulasi itu diperlukan untuk
menghimbau masyarakat terpelajar kepada agama Kristen. Tak pelak lagi suasana
ini tentulah merupakan salah satu pendorong timbulnya filsafat Kristen.
Platonisme juga merupakan sumber terbentuknya filsafat Kristen. Dalam hal
ini, juga dalam hal di atas tadi, sama dengan pembentukan filsafat Islam.
Platonisme telah membuat perbedaan yang tajam antara realitas spiritual dengan
realitas material (benda). Yang seperti ini tentu saja berguna bagi pengembangan
filsafat agama. Pandangan Plato yang tidak menyetujui relativitas hokum moral,
ditambah lagi dengan pernyataannya dalam Laws bahwa Negara harus diatur oleh
prinsip agama, jelas merupakan sumber yang subur bagi perkembangan filsafat
Kristen.
Pengaruh neo-Platonisme, seperti doktrin Tuhan yang transenden, kejahatan
bukan realitas, ketinggiankedudukan jiwa, tidak tepatnya penjelasan ilmiah
tentang alam semesta, semua ini dapat menjadi sumber pembentukan filsafat
Kristen. Pengaruh Aristoteles pun tidak sebesar pengaruh Plato, ada juga filsafat
Kristen, pengruh itu kelihatan pada metode yang dengan metode itu argume dapat
disusun. Sama halnya dengan pengaruhnya dalam filsafat Islam, tampaknya
logika Aristoteles dianggap hamper merupakan teknik yang tidak pernah salah.
Filsafat stoisime, yang mengajarkan ketinggian nilai sabar dan menguasai

8
dirimenganggap tujuan moral sebagai tujuan akhir, juga doktri tentang togos telah
bergaung dalam lingkungan filosof Kristen, pengaruh dari Yahudi ada juga,
khususnya dari Philo. Misalnya tentang penggunaan alegori (kiasan), konsep
kemahakuasaan Tuhan, tentang penciptaan, prinsip teokrasi, semuanya
berpengaruh pada filsafat Kristen.
Filsafat Hindu
Filsafat Hindu diprakirakan telah ada pada abad ke-7 SM, sebagai periode
proto-filosofis, kurang lebih sama dengan awal filsafat Yunani Kuno. Pada abad
itu karma dan teori-teori liberasi bangkit, diikuti daftar proto ilmiah ontologis
(Craig, 2005).
Weda berasal dari kata Veda, sebagai bakal pemikiran Hinduisme,
merupakan budaya yang dibangun dari buadaya Eropa dan India Utara. Wujud
weda adalah tradisi lisan yang kemudian ditulis sebagai suatu petunjuk bagi
manusia dalam menempuh kehidupannya. Itulah sebabnya weda sering dianggap
sebagai wahyu, meskipun dikemudian hari dianggap lebih sebagai kebijaksanaan
manusia, wahyu kosmik. Wahyu ini sebagai hasil kontemplasi dalam memahami
kehidupan, semesta alam.
Para pemikir di bidang agama menganggap bahwa wahyu dalam weda
berbeda dengan wahyu dalam agama seperti Islam dan Kristen, karena banyak
memuat unsur budaya dan sejarah suatu bangsa atau ras, seperti sabda tetua adat
atau guru. Sebagai bahasa, weda atau Veda dikenal sebagai induk dari bahasa
sanskerta. Bersama-sama Upanishaddan Bhagavad Gita, Veda menjadi buku
utama agama dan filsafat Hindu.
Dalam budaya, agama dan filsafat Hindu dikenal Rita yang berisikan
petunjuk untuk mengatur dunia, alam semesta, dan segala isinya (Takwin, 2003).
Oleh karena itu, Rita dapat dianggap sebagai kitab utama atau kitab mulia orang
Hindu. Di dalam buku tersebut, diutarakan tentang sistem kasta yang
menempatkan manusia ke dalam empat tingkatan, yaitu sebagai berikut :
1) Brahmana, semula berarti korban, kemudian menjadi golongan manusia kelas
tinggi, suci dan menduduki kasta tinggi.
2) Ksatria, kasta dua, terdiri atas bangsawan dan raja yang mengatur kehidupan
duniawi dalam rangka berkorban.
3) Vaisya, kaum pekerja biasa, kelas menengah, dan menduduki kasta ketiga.
4) Sudra, rakyat kecil.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembangnya Filsafat Skolastik


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya filsafat skolastik
adapun sebagai berikut :

9
1. Faktor Religius
Maksud faktor religius ini adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan
religius dan mereka beranggapan bahwa hidup di dunia suatu perjalanan ke tanah suci
Yerussalem, dunia bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air
mata saja (tempat kesedihan). Mereka meyakini bahwa manusia tidak bisa sampai ke
tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena
manusia itu memiliki kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka
juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi
bahagia. Ia juga memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan
jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya
(surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
2. Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-
biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari para penulis
Latin, Arab (Islam) dan Yunani.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian dalam makalah ini maka kita dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada ilmu
pengetahuan, berfikir dan yang dipengaruhi oleh ajaran yang mempengaruhi
persoalan-persoalan berpikir seseorang.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Skolastik adalah faktor
religius dan faktor ilmu pengetahuan.
3. Masa perkembangan filsafat Skolastik dibagi menjadi 3 masa yaitu :
a. Masa Skolastik Awal
b. Masa Skolastik Puncak
c. Masa Skolastik Akhir
B. Saran
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan
sebagai modal dalam mempelajari filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan
terhadap penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan
masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi dalam
masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi
dan modernisasi, serta memahami filsafat pada zaman skolastik sehingga
mengerti perkembangan filsafat terutama pada zaman perkembangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro.2010.Filsafat Umum. Raja Grafindo Persada;Jakarta


Ahmad Syadali, Mudzakir, “Filsafat Umum”. Pustaka Setia, 2004. Bandung
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani.2008.Filsafat Umum.Pustaka
Setia;Bandung
Wirahmihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.

12

Anda mungkin juga menyukai