Seperti kita lihat di tinjauan singkat sejarah sains (Bab 2), as- tronomi modern berawal dengan Kopernikus mengganti Bumi dengan Matahari sebagai pusat "dunia". Perubahan mendasar itu dikuti penggantian lingkaran dengan elips sebagai orbit planet oleh Kepler, lalu Galileo yang merombak teleskop lalu mengguna- kannya untuk mengamati langit dan membuat penemuan yang menghasilkan terobosan. Dalam 50 tahun sesudahnya, Newton menghasilkan teori matematika dan fisika utuh untuk menjelas- kan mengapa planet-planet (termasuk Bumi) mengelilingi Mata- hari (karena massa Matahari jauh lebih besar) dan mengapa orbit berbentuk elips. Newton juga menciptakan tipe teleskop baru (te- leskop pemantul, menggunakan cermin) untuk menggantikan te- leskop lama pembias (menggunakan lensa) yang punya beberapa kelemahan (warna melenceng, lensa besar melorot karena berat. B. Kosmologi-Ledakan Besar Kosmologi menjadi saintifik dan modern hanya sesudah publika- si teori relativitas umum Einstein pada 1915, dengan dasar ma- tematis mantap di persamaan- persamaan Einstein. Sebelumnya, kosmologi sebagian besarnya adalah pemikiran spekulatif, dia- rahkan oleh campuran astronomi, filsafat, dan seringkali teologi. Kosmologi menjadi saintifik karena dapat membuat prediksi, wa lau pengujian melalui pengamatan tak langsung bisa dilakukan. Pengamatan dan data kosmologis segera mulai melimpah dan makin tajam. Pada 1920-an, Edwin Hubble (dan beberapa tokoh yang kurang terkenal seperti Henrietta Swan Leavitt dan Vesto Slipher) melakukan riset astronomi yang benar-benar re- volusioner. Hubble ialah yang pertama membuktikan bahwa ada galaksi-galaksi selain Bimasakti, dengan menetapkan bahwa ja rak ke galaksi Andromeda (sekarang diketahui berjarak 2,5 juta tahun cahaya dari kita) jauh lebih besar daripada garis tengah galaksi kita (sekarang diketahui 100.000 tahun cahaya). Yang le bih menakjubkan, beberapa tahun sesudahnya Hubble menemu kan bahwa sebagian besar galaksi bergerak menjauhi kita, gejala yang disebut resesi galaksi. Hubble juga menemukan hubungan antara kecepatan galaksi menjauhi kita dan jarak kita ke galaksi itu. Hukum Hubble menyatakan bahwa Kecepatan = H x Jarak, di mana H, atau konstanta Hubble menandakan laju pergerakan galaksi-galaksi saling menjauhi. Perlu dipahami bahwa pengembangan alam semesta adalah pengembangan ruang- waktu itu sendiri: galaksi-galaksi terseret ruang yang mengembang dan melengkung, seperti titik-titik ke- cil di permukaan balom yang mengembang ketika ditiup. Dalam kiasan itu, jari-jari balon mewakili waktu (nol di tengah, keadaan awal balon) dan permukaannya mewakili ruang yang meleng- kung terhadap dirinya sendiri. Dari situ kita bisa mengerti gagas- an "alam semesta yang bisa diamati"-bagian yang bisa kita lihat dari posisi kita, karena yang ada di "sisi lain" tak akan bisa kita lihat, karena alam semesta terus mengembang. Orang sering bertanya: "Tapi alam semesta mengembang ke mana?" Jawabannya: alam semesta mengembang dalam waktu, karena yang ada di luar permukaannya adalah waktu masa de- pan, sementara ruang hanya mengembang. Apa yang membuat alam semesta mengembang? Energi awal yang meledak dari titik awal (ruang-waktu) adalah jawaban pertanyaan itu. Memang, se- luruh alam semesta, dengan ruang, waktu, dan semua energi, berawal dari satu titik. Seluruh alam semesta dulu satu titik, jadi tak ada artinya bertanya "di mana" titik itu dulu! Georges Lemaitre ialah orang pertama yang menyadari bah- wa pengembangan alam semesta menyiratkan awal dari sesuatu yang amat kecil, yang dia sebut "atom primordial" berupa energi, atau bahkan dari satu titik. Kini kita menyebutnya sebagai "Ledak- an Besar", yang bisa berarti: 1) "ledakan" pada saat penciptaan; 2) beberapa menit pertama alam semesta, dan yang terjadi keti- kadu 3) keseluruhan teori evolusi fisik alam semesta awal. Jika "Ledakan Besar" diartikan "ledakan" pada saat pencip- taan, maka kita tak tahu bagaimana itu terjadi. Sains mungkin atau tidak bisa menyajikan penjelasan koheren dan meyakin kan atau setidaknya penjabaran untuk peristiwa itu (barang- kali tabrakan antar alam semesta yang sudah ada terlebih dulu, atau skenario lain), tapi untuk sekarang, kita tak punya model kuat untuk apa yang terjadi pada t = 0. Jika "Ledakan Besar" diartikan menit-menit pertama alam se- resta, maka kita sudah tahu banyak-dengan persis-apa yang terjadi ketika itu dan apa proses-proses fisik yang dihasilkan. Sing- katnya, kerapatan dan suhu berawal dari nilai tak terhingga tinggi- nya, sementara ukuran alam semesta adalah nol (atau mendekati no Pengembangan kemudian menyebabkan suhu dan kerap atan menurun, dan pada waktu 1043 sampai 10 detik, terjadi masa "inflasi eksponensial, ketika alam semesta mengembang dari sebesar proton ke sebesar jeruk, yang memungkinkan ener- gi berubah menjadi zarah: quark, proton, dan neutron. Sesudah suhu turun cukup jauh (sampai sekitar 10 miliar derajat Celsius), proton dapat mengalami fusi menjadi inti helium, dan dari heli- am segelintir menjadi lithium. Proses itu terjadi dalam sekitar tiga menit, dan sesudahnya suhu turun terlalu jauh sehingga reaksi rukir tak lagi berlangsung. Itulah mengapa 99% alam semesta sekarang terdiri atas hidrogen dan helium (dua inti/unsur terkecil); hampir semua yang lain (dari karbon sampai uranium) terbentuk lama sesudahnya di bintang-bintang, di mana suhu intinya cukup tinggi untuk membuat inti atom berat melalui fusi nuklir. Jika "Ledakan Besar" diartikan keseluruhan teori evolusi fi- sik alam semesta awal, maka kini kita memang punya teori yang amat kuat dan utuh, didukung bukti dari pengamatan. C. Apa Bukti Teori Ledakan Besar? Keberadaan radiasi layar di segala arah, dengan ciri (ener- gi rata-rata dan distribusi panjang gelombang) persis se perti yang diprediksi teori Ledakan Besar. Kadar kelimpahan hidrogen (dan isotopnya, deuterium), helium (dan isotopnya He-3), dan lithium, yang kita ukur di seantero alam semesta, sepenuhnya konsisten (dengan ketepatan tak kurang daripada 99,9%) dengan prediksi teori. Fakta mengembangnya alam semesta itu konsisten dengan teori tersebut Sesudah pembentukan hidrogen, helium (serta isotopnya) dan lithium, alam semesta terus mengembang sampai sekitar 380.000 tahun kemudian suhunya sudah di bawah 3.000 derajat. Suhu itu cukup rendah sehingga inti-inti atom dan elektron bisa saling mengikat dan tidak terpisahkan kalau terjadi tabrakan de ngan cukup energi termal (panas). Ketika inti dan elektron terikat, terbentuklah atom. Atom-atom pertama baru terbentuk di alam semesta sekitar 380.000 tahun sesudah Ledakan Besar. Alam semesta kemudian terus mengembang dan mendingin. lalu awan gas besar (hampir sepenuhnya terbuat dari hidrogen dan helium) terbentuk di sana-sini. Sejak 1998, para ahli kosmologi yang melakukan pengamat an telah mendapat data solid dan bukti meyakinkan bahwa alam semesta mengalami percepatan pengembangan dalam beberapa miliar tahun terakhir. Namun belum jelas bagaimana terjadinya Banyak gagasan telah diajukan di bawah tajuk umum "energi ge lap", konsep yang akan kita bahas lagi pada akhir bab ini. Model model kosmologi terkini menyatakan bahwa isi alam semesta be rupa 27% zat gelap, 68% energi gelap, dan hanya 5% zat norma yang kita akrabi, dari hidrogen sampai uranium. Memang, para ahli astronomi dan fisika telah berpuluh tahun sepakat mengenai keberadaan bentuk zat yang disebut "zat ge- p" karena tidak memiliki interaksi elektromagnetik. Itu karena meskipun tidak bertukar cahaya atau radiasi dengan zarah lain, zat gelap tetap memiliki efek gravitasi besar, terutama di skala besar galaksi, gugus galaksi, dan alam semesta secara keseluruh- an Pencarian zarah tipe itu sejauh ini belum sukses, tapi bahan tersebut penting untuk gambaran kosmologis umum. Jika 95% isi alam semesta belum diketahui maupun dipa- hami, jelas kosmologi masih punya banyak pekerjaan, dan pre- diksi masa depan alam semesta kini masih spekulatif: bisa dengan mudah dibangun model-model yang konsisten dengan semua pengetahuan masa kini dan memprediksi pengembangan sela- manya, "rengkuhan besar", atau bahkan "robekan besar". Terakhir, para ahli kosmologi telah dibikin bingung oleh dua ciri mencolok alam semesta. Pertama, jumlah zat normal, zat ge- lap, energi gelap, dan radiasi sekarang berkisar antara lima sam- pai sepuluh kali lipat satu sama lain-ini disebut "masalah ke- betulan" (coincidence problem). Kedua, banyak parameter dan hukum fisik alam semesta harus seperti sebagaimana adanya di alam semesta kita agar bisa terbentuk struktur kompleks-dan kehidupan serta manusia. Ini dikenal sebagai masalah "penye- suaian tepat" (fine-tuning). Usul untuk menjelaskannya melibat kan antara "kaidah antropik" (anthropic principle), suatu kaidah meta-saintifik yang dipenuhi alam semesta, atau alam semesta Jamak (multiverse), anggapan bahwa ada banyak sekali alam se- mesta, masing- masing dengan susunan fisik yang berbeda, dan hanya satu atau segelintir yang memiliki ciri-ciri yang pas untuk menghasilkan kompleksitas, kehidupan, dan manusia. Pengamat- an langsung atas alam semesta lain itu mustahil, tapi barangkali bukti tak langsungnya bisa didapat. Di sini kita mulai menyentuh batas kosmologi modern. D. Apa yang Berikutnya di Astronomi dan Kosmologi? Di Astronomi, bidang paling giat sekarang adalah pencarian ek- soplanet, terutama yang berukuran sebesar Bumi di zona bisa dihuni, dan sasaran terbesarnya adalah menemukan kehidupan, primitif maupun maju, di manapun di Bimasakti. Pencarian di ga- laksi lain secara teknis tak masuk akal, karena terlalu jauh dan sinyal cahaya dari sembarang bintang di galaksi lain luar biasa lemah, apalagi dari planet-planet yang mengelilinginya. Teleskop-teleskop raksasa baru akan mencoba mendeteksi "tanda biologis" di cahaya yang ditangkapnya dari eksoplanet yang menjanjikan (seukuran Bumi) di galaksi kita, dengan me- nemukan "sidik jari" kehidupan di spektrum dari planet-planet itu, misalnya keberadaan gas seperti oksigen, ozon, atau metana, yang memberi tanda kuat keberadaan kehidupan di sana. Para ahli astronomi yang optimis percaya bahwa tujuan besar itu akan dicapai dalam 10 tahun ke depan, yang lain berpikir ba- rangkali butuh beberapa puluh tahun. Keberadaan kehidupan di tempat lain, primitif maupun maju, barangkali lebih maju daripada kita jelas memicu pertanyaan filosofis dan keagamaan "apa tempat dan makna kita di alam semesta?" Layak dipikirkan apakah kita sendirian di galaksi atau alam semesta ini, atau kita satu dari miliaran spesies, dari bakteri sampai kehidupan super cerdas. Kita akan bahas pertanyaan itu dalam bab mendatang. Di kosmologi, ada dua pertanyaan sangat besar yang me- nunggu jawaban pasti dari para peneliti: 1) apa itu "energi gelap", yang dianggap bertanggung jawab atas percepatan pengem- bangan alam semesta, ditemukan pada 1988 dan dipastikan ke- beradaannya di sejumlah pengukuran benda antariksa oleh sa- telit; 2) apa itu "zat gelap", tipe benda masif yang memenuhi jagat raya (lima kali lebih banyak daripada massa-energi semua zat pemancar cahaya di alam semesta) dan hanya berefek gravi- tasi, tidak secara elektromagnetik. Efek "energi gelap" bisa dilihat di pengembangan alam se- mesta, atau lebih spesifiknya gerak galaksi-galaksi saling menjauh, dan sudah ada sejumlah usul teoritis mengenai jenis energi yang dapat menyebabkannya, tapi sejauh ini kita belum mendapat cu- kup banyak bukti pengamatan untuk memastikan hakikat "ener- gi gelap". Beberapa ahli kosmologi telah mengusulkan bahwa percepatan pengembangan alam semesta bisa saja disebabkan efek lain; kita mungkin perlu memodifikasi relativitas umum Ein- stein, walau usul itu ditolak sebagian besar komunitas sains. Efek energi gelap bisa dilihat di dinamika bintang-bintang dalam galaksi, juga galaksi-galaksi dalam gugus galaksi, dan te lah menjadi sasaran pencarian lewat percobaan untuk beberapa lama, tapi belum ada deteksi jelas yang dilaporkan. Namun ke- adaan itu dapat berubah dengan cepat jika ada laboratorium atau zarah semacam itu, akselerator dan itu bakal menjadi terobosan besar, sebesar penemuan zarah yang mengumumkan penemuan Higgs, kalau bukan lebih besar lagi.