NIM : 19121000004
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan
sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta, berdasarkan kajian
kosmologi tentang bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga
dengan Teori Dentuman Besar atau Model Dentuman Besar). Berdasarkan pemodelan
dentuman besar ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat
yang mengembang pesat, secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan
pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7
miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya
Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan
akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau
sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan di masa lalu. Gagasan ini secara rinci
mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat
ekstrim, dan berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk percobaan
dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi
dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang
terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang
berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan
tidak dapat memberikan beberapa penjelasan seperti kondisi awal, melainkan
mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak
pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di
seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan
melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan
mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang
diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun
1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis
alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif,
namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini
hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.
Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan
untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan
unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan
radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai
menerima bahwa beberapa skenario teori dentuman besar haruslah pernah terjadi.
Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan
alam semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam
semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh
massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan
ruang bermula.
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang
merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci
(2.500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya
memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur,
kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak
dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Lemaître telah
menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.
Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi dentuman besar telah dibuat sejak
akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi
teleskop dan analisa data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE, Teleskop luar
angkasa Hubble dan WMAP.
Fase terawal dentuman besar penuh dengan spekulasi. Model yang paling
umumnya digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan
isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang
sangat besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10−37 detik
setelah pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu
alam semesta mengembang secara eksponensial. Setelah inflasi berhenti, alam
semesta terdiri dari plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel
mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus
menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak
diketahui yang disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan
menyebabkan jumlah kuark dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan
antilepton sebesar satu per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi
antimateri pada alam semesta.
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus
menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan
simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel elementer
berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang. Setelah kira-kira 10−11 detik,
gambaran dentuman besar menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah
menurun mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel. Pada
sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti proton dan
neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat barion sedikit
lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup tinggi
untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya terjadi
adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010 proton dan neutron
terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron yang tersisa tidak
lagi bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta didominasi oleh
foton (dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).
Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar
belakang mikrogelombang kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang
didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap,
yang tampaknya menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72%
total rapatan energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam
semesta masih sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap,
namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi
mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta.
Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap
yang semakin berlimpah menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara
perlahan semakin cepat.
Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara
ketat dideskripsikan dan dimodelkan oleh model ΛCDM model, yang menggunakan
kerangka mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen.
Sebagaimana yang telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian
sebelum 10−15 detik setelah kejadian dentuman besar. Teori kuantum gravitasi
diperlukan untuk mengatasi batasan ini.
Teori dentuman besar bergantung kepada dua asumsi utama: hukum fisika dan
prinsip kosmologi. Prinsip kosmologi menyatakan bahwa pada skala yang luas alam
semesta adalah homogen dan isotropik.
Dentuman Besar dan Alam Semesta yang Mengembang
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada
pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan
laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera
mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan
sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus
mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan
akan terus mengembang dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam
Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan
semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam
Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa miliar tahun
lagi.
Pada tahun 1948, George Gamov memunculkan pendapat baru tentang Big
Bang. Ia mengatakan setelah pembentukan alam semesta terbentuk dari dentuman
besar pasti akan ada sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di seluruh penjuru alam semesta.
Pada tahun 1965, bukti yang seharusnya ada akhirnya ditemukan . Dua
ilmuwan bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Bahkan keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan ini. Radiasi
ini disebut Radiasi Latar Belakang Kosmis. Radiasi ini tidak terlihat memancar dari
suatu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Garmov pun
langsung menyadari bahwa radiasi ini merupakan gema dari dentuman besar yang
masih menggema sejak terjadinya ledakan.
Pada tahun 1929 astronom Amerika Serikat, melakukan observasi dan melihat
galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia
juga melihat jarak antara galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini
menunjukkan bahwa alam semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak
lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu pertanyaan
bagi para ilmuwan. Bagaimana jika kita menghitung mundur? Alam semesta akan
berkumpul pada satu titik. Akhirnya mereka berpendapat bahwa alam semesta
bermula dari suatu ledakan sangat besar pada suatu saat di masa lampau yang
dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu alam semesta memiliki ukuran nol, dan berada pada kerapatan
dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju
pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera
mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan
sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam semesta akan terus
mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam semesta secara keseluruhan
akan terus mengembang dan mendingin.
Alam semesta berkembang, dengan laju 5% sampai 10% per seribu juta tahun.
Alam semesta akan mengembang terus, namun dengan kelajuan yang semakin kecil,
dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata
alam semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar
tahun lagi.
Berbagai macam energi yang ada di alam semesta ini jika ditelusuri adalah
berasal dari energi Big Bang, yaitu energi pada saat penciptaan. Jumlah total seluruh
energi di alam semesta ini adalah tepat nol. Gerakan berkembangnya alam semesta ini
menunjukkan bahwa jika alam semesta bisa bergerak mundur ke masa lampau, maka
alam semesta ini akan berhenti. Perhentian ini menunjukkan bahwa alam semesta
berasal dari satu titik.
Keteraturan Ledakan
“Teori dentuman besar menyatakan alam semesta dimulai dengan ledakan tunggal.
Namun seperti terlihat pada bagian berikut, sebuah ledakan hanya akan membuat
materi terlontar secara acak, namun dentuman besar secara misterius memberikan
hasil berlawanan dengan materi terkumpul dalam bentuk galaksi-galaksi”.
Bahwa materi setelah dentuman besar membentuk susunan yang rapi dan
teratur memang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa semua yang terjadi pada alam
semesta merupakan kehendak Allah SWT. Allah telah menyatakannya dalam QS. Al-
Furqan ayat 2 :
“Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS.
Al-Furqan, 25:2)
Semua model klasik Friedmann berawal dari suatu rapatan alam semesta kira-
kira 10-20 milyar tahun yang lalu. Mekanika kuantum telah melangkah jauh
mendekati t=0 sesaat sebelum ledakan besar. Pada waktu Planck, 10-43s, suhu,
kerapatan dan kelengkungan ruang-waktu alam semesta tak terhingga besarnya.
Apapun yang terjadi sebelum waktu Planck, tak ada pengaruhnya bagi alam semesta
yang terbentuk karena prediktabilitasnya akan runtuh seketika ledakan besar terjadi.
Suatu singularitas ledakan besar yang tak terhingga panasnya hingga berbentuk
radiasi (karena E≡pc maka materi sama dengan radiasi) dan membentuk segala
macam partikel elementer macam quark, proton, neutron, photon, elektron, neutrino
klop dengan sobat antipartikelnya. Dalam menghadapi singularitas ini, semua teori
fisika serta kemampuan untuk meramal masa depan akan luluh lantak, termasuk
relativitas umum. Entah kenapa terjadi asimetri antara antipartikel dengan partikelnya
sehingga ketika t=10-6 dan suhu mencapai 1,5 X 1013 K, semua antipartikel dan
hampir semua partikel saling bunuh-membunuh. Ledakan besar yang didefinisikan
dalam mekanika kuantum adalah pemusnahan masal antipartikel dan partikelnya
menghasilkan sejumlah besar photon energi tinggi. 1 detik sesudah ledakan besar,
suhu alam semesta berkisar antara 1,5 X 1010 K hingga 6 X 109 K. Yang tersisa
hanya sangat sedikit partikel elementer. Neutrino dan antineutrino tidak lagi
memusnahkan karena energinya sudah turun sehingga mereka enggan berinteraksi
dengan materi dan mereka pun berpisah jalan (neutrino decoupling). Kerapatan
neutrino dan photon hampir sama besar sampai alam semesta mengembang, suhu
keduanya terus menurun. Neutrino latar belakang kosmik mikro lebih rendah
daripada gelombang mikro photon latar belakang kosmik atau radiasi gelombang
mikro latar belakang kosmik sebab selagi neutrino mendingin, photon harus
berpanasa-panasan akibat proses pemusnahan pasangan. Saat t=6 s, alam semesta
mencapai tahap dimana reaksi inti atau gaya nuklir kuat sangat penting. Dengan
kedatangan proton dan neutron, maka reaksi inti dalam pembentukan deuterium yaitu
n+p→d+γ
Untuk tercipta banyak deuterium, photon harus mendingin mencapai 2,22 MeVdan
suhu T= 2,5 X 1010 K. Pada t=225, suhu alam semesta berada di bawah 109 K
sehingga terjadi reaksi pembentukan deuterium, hidrogen dan helium :
d + p → 3He
d + n → 3H
3He + n → 4He
3H + p → 4He
Energi pembentukan inti 3He dan 3H adalah 5,49 MeV dan 6,26 MeV. Tahap
akhir pembentukan inti berat yaitu dengan pembentukan He. Pada t = 225 s, 17
neutron yang ada sejak t = 6 s sudah mengalami peluruhan beta hingga menjadi 12
persen dan jumlah proton meningkatkan menjadi 88 persen.Karena massa helium
sekitar 4 kali massa hidrogen maka 24 persen massa alam semesta adalah massa
helium.
Segera alam semesta purba menjalani masa pendinginan panjang yang sepi
dan gaya nuklir kuat pun tidak begitu penting. Tahap akhir evolusi alam semesta
purba adalah pembentukan atom hidrogen dan helium netral dari inti p, d, 3He dan
4He serta elektron bebas. Untuk kasus hidrogen, energi photon harus dibwah 13,6 eV
sebab jika kurang, atom yang terbentuk akan diionkan oleh radiasi. Karena ada
sekitar 108 photon untuk setiap proton maka proton itu harus menunggu hingga t =
160 000 tahun dan T = 6600 K sampai energi radiasinya turun. Dengan terbentuknya
atom netral, maka tak ada lagi partikel bermuatan yang tersisa dalam alam semesta
sekaligus radiasi terlalu lemah untuk mengionkan atom, maka tahap ini adalah
dimana radiasi dan materi putus hubungan (decoupling) sehingga gaya
elektromagnetik tidak penting lagi. Selang 14,9993 X 109 tahun, tak ada peristiwa
yang mengesankan dan semuanya berjalan serba sepi. Fluktuasi kerapatan hidrogen
dan helium merangsang terjadinya kondensasi galaksi dan lahirnya bintang generasi
pertama. Pesta kembang api terpopuler sejagat raya, supernova, menghamburkan
materi bintang yang mati untuk membentuk bintang generasi kedua dan sebagian
membentuk planet.
Adanya Big Bang sebagai teori penciptaan alam semesta tidak hanya
dibuktikan melalui sisi sains, namun juga dibuktikan dalam Islam, yakni telah
disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Anbiyaa ayat 30. Allah SWT berfirman :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman” (QS. Al-Anbiya : 30)
Kebenaran yang diyakini oleh sumber agama ini merupakan salah satu fakta
bahwa alam semesta memang diciptakan dari ketiadaan. Dari sini kita bisa melihat
bahwa betapa menakjubkannya Al-Quran yang telah menyebutkan asal mula alam
semesta 14 abad yang lalu. Padahal teori ini baru diyakini oleh para ilmuwan pada
abad 20.
Melalui ayat ini Allah SWT telah membuktikan pada manusia bahwa alam
semesta memanglah ada yang menciptakan dan mengatur, sehingga semuanya dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Orang sering kali salah mengartikan dentuman besar sebagai suatu ledakan
yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal dentuman besar bukanlah
suatu ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses
pengembangan alam semesta itu sendiri. Dentuman besar adalah proses
pengembangan ruang-waktu. Bahkan istilah 'ledakan besar' sendiri merupakan istilah
salah kaprah.
2. Teori Keadaan Tetap (The steady state theory)
Teori Keadaan Tetap (The steady state theory) adalah menurut teori ini, alam
semesta tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap
seperti sekarang. Materi secara terus-menerus datang berbentuk atom-atom hidrogen
dalam angkasa yang membentuk galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam
ekspansinya. Teori ini dikemukakan oleh H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle dari
Universitas Cambridge pada tahun 1948.
Walaupun populer pada awal abad ke-20, teori ini kini ditolak oleh sebagian
besar kosmolog profesional dan ilmuwan lain karena bukti pengamatan menunjukkan
kebenaran model ledakan dahsyat dan usia alam semesta yang terbatas. Bukti yang
dianggap meruntuhkan teori ini adalah radiasi latar gelombang mikro kosmis yang
diprediksi oleh model ledakan dahsyat.
Teori keadaan tetap ini berlawanan sekali dengan teori big bang. Dalam teori
ini, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling
menjauh. Dalam teori tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan
dalam ruang angkasadi antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk
guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru
itu ialah hedrogen. Yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Ketika siklus mengembang yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen,
terciptalah galaksi-galaksi. Keadaan ini akan terjadi terus menerus hingga akhirnya
bintang-bintang akan mati dan memampat kemudian terjadi pengembangan lagi dan
seterusnya.
Teori ini sempat populer di tahun 70-an namun sudah ditinggalkan karena
bertolak belakang dengan hukum kedua termodinamika.
Artikel tentang Teori Big Bang dan Teori Osilasi ini merupakan pemahaman
awal sebelum kita membahas lebih jauh tentang alam semesta seperti galaksi dan tata
surya.