Anda di halaman 1dari 18

NAMA : OCTA MARGA MUSTOFA

NIM : 19121000004

TEORI TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA

1. Big Bang (Dentuman Besar) -

Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan
sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta, berdasarkan kajian
kosmologi tentang bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga
dengan Teori Dentuman Besar atau Model Dentuman Besar). Berdasarkan pemodelan
dentuman besar ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat
yang mengembang pesat, secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan
pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7
miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya
Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan
akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.

Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Romawi Belgia, yang


mengajukan teori dentuman besar mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia
menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung
pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti
homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori dentuman
besar dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929
menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya
berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh
Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua
galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara
langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan
tampaknya.

Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau
sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan di masa lalu. Gagasan ini secara rinci
mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat
ekstrim, dan berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk percobaan
dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi
dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang
terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang
berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan
tidak dapat memberikan beberapa penjelasan seperti kondisi awal, melainkan
mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak
pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di
seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan
melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan
mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang
diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.

Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun
1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis
alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif,
namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini
hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.
Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan
untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan
unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan
radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai
menerima bahwa beberapa skenario teori dentuman besar haruslah pernah terjadi.

Sejarah dan Perkembangan Teori

Teori dentuman besar dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur


alam semesta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto Slipher yang
pertama mengukur Efek Doppler pada "nebula spiral" (nebula spiral merupakan
istilah lama untuk galaksi spiral), dan kemudian diketahui bahwa hampir semua
nebula-nebula itu menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai implikasi
fakta ini, dan sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apakah nebula-nebula ini
adalah "pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakti. Sepuluh tahun
kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan matematikawan rusia,
menurunkan persamaan Friedmann dari persamaan relativitas umum Albert Einstein.
Persamaan ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin mengembang dan
berlawanan dengan model alam semesta yang statis seperti yang diadvokasikan oleh
Einstein pada saat itu. Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula
spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges
Lemaître kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun
1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan tersebut
diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.

Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan
alam semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam
semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh
massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan
ruang bermula.
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang
merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci
(2.500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya
memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur,
kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak
dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Lemaître telah
menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.

Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi


non-standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne,
alam semesta berayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh
Albert Einstein dan Richard Tolman) dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz
Zwicky.

Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang


memungkinkan. Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan
bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam
model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun. Model lainnya
adalah teori dentuman besar Lemaître, yang diadvokasikan dan dikembangkan oleh
George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis dentuman besar
(Big Bang Nucleosynthesis, BBN) dan yang kaitkan oleh Ralph Alpher dan Robert
Herman, sebagai radiasi latar panjang gelombang kosmis (cosmic microwave
background radiation, CMB). Ironisnya, justru Hoyle yang mencetuskan istilah big
bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio BBC pada bulan
Maret 1949. Untuk sementara, dukungan para ilmuwan terbagi kepada dua teori ini.
Pada akhirnya, bukti-bukti pengamatan memfavoritkan teori dentuman besar.
Penemuan dan konfirmasi radiasi latar belakang mikrogelombang kosmis pada tahun
1964 mengukuhkan dentuman besar sebagai teori yang terbaik dalam menjelaskan
asal usul dan evolusi kosmos. Kebanyakan karya kosmologi zaman sekarang berkutat
pada pemahaman bagaimana galaksi terbentuk dalam konteks dentuman besar,
pemahaman mengenai keadaan alam semesta pada waktu-waktu terawalnya, dan
merekonsiliasi pengamatan kosmis dengan teori dasar.

Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi dentuman besar telah dibuat sejak
akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi
teleskop dan analisa data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE, Teleskop luar
angkasa Hubble dan WMAP.

Tinjauan Garis waktu dentuman besar

Ekstrapolasi pengembangan alam semesta seiring mundurnya waktu


menggunakan relativitas umum menghasilkan kondisi masa jenis dan suhu alam
semesta yang tak terhingga pada suatu waktu di masa lalu. Singularitas ini
mensinyalkan runtuhnya keberlakuan relativitas umum pada kondisi tersebut. Sedekat
mana kita dapat berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, namun tidaklah
lebih awal daripada masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk
sebagai "The Big Bang", dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita.
Didasarkan pada pengukuran pengembangan menggunakan Supernova Tipe Ia,
pengukuran fluktuasi temperatur pada latar gelombang mikro kosmis, dan
pengukuran fungsi korelasi galaksi, alam semesta memiliki usia 13,73 ± 0.12 miliar
tahun. Kecocokan hasil ketiga pengukuran independen ini dengan kuat mendukung
model ΛCDM yang mendeskripsikan secara mendetail kandungan alam semesta.

Fase terawal dentuman besar penuh dengan spekulasi. Model yang paling
umumnya digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan
isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang
sangat besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10−37 detik
setelah pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu
alam semesta mengembang secara eksponensial. Setelah inflasi berhenti, alam
semesta terdiri dari plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel
mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus
menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak
diketahui yang disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan
menyebabkan jumlah kuark dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan
antilepton sebesar satu per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi
antimateri pada alam semesta.

Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus
menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan
simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel elementer
berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang. Setelah kira-kira 10−11 detik,
gambaran dentuman besar menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah
menurun mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel. Pada
sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti proton dan
neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat barion sedikit
lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup tinggi
untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya terjadi
adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010 proton dan neutron
terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron yang tersisa tidak
lagi bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta didominasi oleh
foton (dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).

Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar satu miliar


kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara, neutron bergabung
dengan proton dan membentuk inti atom deuterium dan helium dalam suatu proses
yang dikenal sebagai nukleosintesis dentuman besar. Kebanyakan proton masih tidak
terikat sebagai inti hidrogen. Seiring dengan mendinginnya alam semesta, rapatan
energi massa rihat materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000 tahun,
elektron dan inti atom bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa hidrogen) dan
radiasi materi mulai berhenti. Sisa-sisa radiasi ini yang terus bergerak melewati ruang
semesta dikenal sebagai radiasi latar gelombang mikro kosmis.

Medan Ultra Dalam Hubble memperlihatkan galaksi-galaksi dari zaman


dahulu ketika alam semesta masih muda, lebih padat, dan lebih hangat menurut teori
dentuman besar.

Selama periode yang sangat panjang, daerah-daerah alam semesta yang


sedikit lebih rapat mulai menarik materi-materi sekitarnya secara gravitasional,
membentuk awan gas, bintang, galaksi, dan objek-objek astronomi lainnya yang
terpantau sekarang. Detail proses ini bergantung pada banyaknya dan jenis materi
alam semesta. Terdapat tiga jenis materi yang memungkinkan, yakni materi gelap
dingin, materi gelap panas, dan materi barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan
dari WMAP menunjukkan bahwa bentuk materi yang dominan dalam alam semesta
ini adalah materi gelap dingin. Dua jenis materi lainnya hanya menduduki kurang dari
18% materi alam semesta.

Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar
belakang mikrogelombang kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang
didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap,
yang tampaknya menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72%
total rapatan energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam
semesta masih sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap,
namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi
mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta.
Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap
yang semakin berlimpah menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara
perlahan semakin cepat.

Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara
ketat dideskripsikan dan dimodelkan oleh model ΛCDM model, yang menggunakan
kerangka mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen.
Sebagaimana yang telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian
sebelum 10−15 detik setelah kejadian dentuman besar. Teori kuantum gravitasi
diperlukan untuk mengatasi batasan ini.

Asumsi asumsi dasar

Teori dentuman besar bergantung kepada dua asumsi utama: hukum fisika dan
prinsip kosmologi. Prinsip kosmologi menyatakan bahwa pada skala yang luas alam
semesta adalah homogen dan isotropik.
Dentuman Besar dan Alam Semesta yang Mengembang

Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan


pengamatan dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan
kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap
saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis
seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini
menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di
masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.

Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada
pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan
laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera
mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan
sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus
mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan
akan terus mengembang dan mendingin.

Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam
Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan
semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam
Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa miliar tahun
lagi.

Bukti Adanya Big Bang

Pada tahun 1948, George Gamov memunculkan pendapat baru tentang Big
Bang. Ia mengatakan setelah pembentukan alam semesta terbentuk dari dentuman
besar pasti akan ada sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di seluruh penjuru alam semesta.

Pada tahun 1965, bukti yang seharusnya ada akhirnya ditemukan . Dua
ilmuwan bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Bahkan keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan ini. Radiasi
ini disebut Radiasi Latar Belakang Kosmis. Radiasi ini tidak terlihat memancar dari
suatu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Garmov pun
langsung menyadari bahwa radiasi ini merupakan gema dari dentuman besar yang
masih menggema sejak terjadinya ledakan.

Pada tahun 1989, NASA meluncurkan satelit COBE (Cosmic Background


Explorer) ke luar angkasa untuk melakukan penelitian terhadap radiasi latar belakang
kosmis. Satelit ini merupakan satelit pertama yang diluncurkan untuk mengukur
radiasi tersebut. Dan hanya dalam waktu 8 menit satelit tersebut dapat menemukan
keberadaan radiasi sekaligus membuktikan penelitian Penzias dan Wilson. Penemuan
ini dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa. Bukti ini
menyebabkan teori Big Bang bisa diterima di masyarakat. Teori Big Bang sebagai
teori penciptaan alam semesta adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan
tentang asal muasal alam semesta.

Berkembangnya Alam Semesta

Pada tahun 1929 astronom Amerika Serikat, melakukan observasi dan melihat
galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia
juga melihat jarak antara galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini
menunjukkan bahwa alam semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak
lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu pertanyaan
bagi para ilmuwan. Bagaimana jika kita menghitung mundur? Alam semesta akan
berkumpul pada satu titik. Akhirnya mereka berpendapat bahwa alam semesta
bermula dari suatu ledakan sangat besar pada suatu saat di masa lampau yang
dinamakan Dentuman Besar.

Pada saat itu alam semesta memiliki ukuran nol, dan berada pada kerapatan
dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju
pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera
mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan
sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam semesta akan terus
mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam semesta secara keseluruhan
akan terus mengembang dan mendingin.

Alam semesta berkembang, dengan laju 5% sampai 10% per seribu juta tahun.
Alam semesta akan mengembang terus, namun dengan kelajuan yang semakin kecil,
dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata
alam semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar
tahun lagi.

Berbagai macam energi yang ada di alam semesta ini jika ditelusuri adalah
berasal dari energi Big Bang, yaitu energi pada saat penciptaan. Jumlah total seluruh
energi di alam semesta ini adalah tepat nol. Gerakan berkembangnya alam semesta ini
menunjukkan bahwa jika alam semesta bisa bergerak mundur ke masa lampau, maka
alam semesta ini akan berhenti. Perhentian ini menunjukkan bahwa alam semesta
berasal dari satu titik.

Kita dapat melihat bagaimana alam semesta berkembang dengan melakukan


percobaan. Coba kita gambar beberapa titik pada sebuah balon yang belum ditiup.
Tiap titik merupkan perwakilan dari satu kelompok galaksi. Ketika balon ditiup,
semua titik menjauh satu sama lain. Begitulah kelompok-kelompok galaksi
berkembang di alam semesta ini, mereka bergerak saling menjauh.

Keteraturan Ledakan

Pada hakikatnya, sebuah ledakan akan menyebabkan terlontarnya materi


penyusun sesuatu yang meledak tersebut secara acak. Namun Big Bang tidaklah
demikian. Materi-materi ini bahkan tersusun secara rapi. Bahkan materi-materi ini
membentuk planet, bintang, dan galaksi yang susunannya terlihat menakjubkan. Fred
Hoyle, seorang penantang teori Big Bang mengemukakan keterkejutannya tentang
keteraturan ini:

“Teori dentuman besar menyatakan alam semesta dimulai dengan ledakan tunggal.
Namun seperti terlihat pada bagian berikut, sebuah ledakan hanya akan membuat
materi terlontar secara acak, namun dentuman besar secara misterius memberikan
hasil berlawanan dengan materi terkumpul dalam bentuk galaksi-galaksi”.
Bahwa materi setelah dentuman besar membentuk susunan yang rapi dan
teratur memang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa semua yang terjadi pada alam
semesta merupakan kehendak Allah SWT. Allah telah menyatakannya dalam QS. Al-
Furqan ayat 2 :

“Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS.
Al-Furqan, 25:2)

Proses Ledakan Besar Menurut Mekanika Kuantum

Semua model klasik Friedmann berawal dari suatu rapatan alam semesta kira-
kira 10-20 milyar tahun yang lalu. Mekanika kuantum telah melangkah jauh
mendekati t=0 sesaat sebelum ledakan besar. Pada waktu Planck, 10-43s, suhu,
kerapatan dan kelengkungan ruang-waktu alam semesta tak terhingga besarnya.
Apapun yang terjadi sebelum waktu Planck, tak ada pengaruhnya bagi alam semesta
yang terbentuk karena prediktabilitasnya akan runtuh seketika ledakan besar terjadi.
Suatu singularitas ledakan besar yang tak terhingga panasnya hingga berbentuk
radiasi (karena E≡pc maka materi sama dengan radiasi) dan membentuk segala
macam partikel elementer macam quark, proton, neutron, photon, elektron, neutrino
klop dengan sobat antipartikelnya. Dalam menghadapi singularitas ini, semua teori
fisika serta kemampuan untuk meramal masa depan akan luluh lantak, termasuk
relativitas umum. Entah kenapa terjadi asimetri antara antipartikel dengan partikelnya
sehingga ketika t=10-6 dan suhu mencapai 1,5 X 1013 K, semua antipartikel dan
hampir semua partikel saling bunuh-membunuh. Ledakan besar yang didefinisikan
dalam mekanika kuantum adalah pemusnahan masal antipartikel dan partikelnya
menghasilkan sejumlah besar photon energi tinggi. 1 detik sesudah ledakan besar,
suhu alam semesta berkisar antara 1,5 X 1010 K hingga 6 X 109 K. Yang tersisa
hanya sangat sedikit partikel elementer. Neutrino dan antineutrino tidak lagi
memusnahkan karena energinya sudah turun sehingga mereka enggan berinteraksi
dengan materi dan mereka pun berpisah jalan (neutrino decoupling). Kerapatan
neutrino dan photon hampir sama besar sampai alam semesta mengembang, suhu
keduanya terus menurun. Neutrino latar belakang kosmik mikro lebih rendah
daripada gelombang mikro photon latar belakang kosmik atau radiasi gelombang
mikro latar belakang kosmik sebab selagi neutrino mendingin, photon harus
berpanasa-panasan akibat proses pemusnahan pasangan. Saat t=6 s, alam semesta
mencapai tahap dimana reaksi inti atau gaya nuklir kuat sangat penting. Dengan
kedatangan proton dan neutron, maka reaksi inti dalam pembentukan deuterium yaitu

n+p→d+γ

Untuk tercipta banyak deuterium, photon harus mendingin mencapai 2,22 MeVdan
suhu T= 2,5 X 1010 K. Pada t=225, suhu alam semesta berada di bawah 109 K
sehingga terjadi reaksi pembentukan deuterium, hidrogen dan helium :

d + p → 3He

d + n → 3H

3He + n → 4He

3H + p → 4He

Energi pembentukan inti 3He dan 3H adalah 5,49 MeV dan 6,26 MeV. Tahap
akhir pembentukan inti berat yaitu dengan pembentukan He. Pada t = 225 s, 17
neutron yang ada sejak t = 6 s sudah mengalami peluruhan beta hingga menjadi 12
persen dan jumlah proton meningkatkan menjadi 88 persen.Karena massa helium
sekitar 4 kali massa hidrogen maka 24 persen massa alam semesta adalah massa
helium.
Segera alam semesta purba menjalani masa pendinginan panjang yang sepi
dan gaya nuklir kuat pun tidak begitu penting. Tahap akhir evolusi alam semesta
purba adalah pembentukan atom hidrogen dan helium netral dari inti p, d, 3He dan
4He serta elektron bebas. Untuk kasus hidrogen, energi photon harus dibwah 13,6 eV
sebab jika kurang, atom yang terbentuk akan diionkan oleh radiasi. Karena ada
sekitar 108 photon untuk setiap proton maka proton itu harus menunggu hingga t =
160 000 tahun dan T = 6600 K sampai energi radiasinya turun. Dengan terbentuknya
atom netral, maka tak ada lagi partikel bermuatan yang tersisa dalam alam semesta
sekaligus radiasi terlalu lemah untuk mengionkan atom, maka tahap ini adalah
dimana radiasi dan materi putus hubungan (decoupling) sehingga gaya
elektromagnetik tidak penting lagi. Selang 14,9993 X 109 tahun, tak ada peristiwa
yang mengesankan dan semuanya berjalan serba sepi. Fluktuasi kerapatan hidrogen
dan helium merangsang terjadinya kondensasi galaksi dan lahirnya bintang generasi
pertama. Pesta kembang api terpopuler sejagat raya, supernova, menghamburkan
materi bintang yang mati untuk membentuk bintang generasi kedua dan sebagian
membentuk planet.

Keterkaitan Teori Big Bang dengan Al-Quran

Adanya Big Bang sebagai teori penciptaan alam semesta tidak hanya
dibuktikan melalui sisi sains, namun juga dibuktikan dalam Islam, yakni telah
disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Anbiyaa ayat 30. Allah SWT berfirman :

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman” (QS. Al-Anbiya : 30)
Kebenaran yang diyakini oleh sumber agama ini merupakan salah satu fakta
bahwa alam semesta memang diciptakan dari ketiadaan. Dari sini kita bisa melihat
bahwa betapa menakjubkannya Al-Quran yang telah menyebutkan asal mula alam
semesta 14 abad yang lalu. Padahal teori ini baru diyakini oleh para ilmuwan pada
abad 20.

Melalui ayat ini Allah SWT telah membuktikan pada manusia bahwa alam
semesta memanglah ada yang menciptakan dan mengatur, sehingga semuanya dapat
berjalan sebagaimana mestinya.

Kesalahan Anggapan Umum

Orang sering kali salah mengartikan dentuman besar sebagai suatu ledakan
yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal dentuman besar bukanlah
suatu ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses
pengembangan alam semesta itu sendiri. Dentuman besar adalah proses
pengembangan ruang-waktu. Bahkan istilah 'ledakan besar' sendiri merupakan istilah
salah kaprah.
2. Teori Keadaan Tetap (The steady state theory)

Teori Keadaan Tetap (The steady state theory) adalah menurut teori ini, alam
semesta tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap
seperti sekarang. Materi secara terus-menerus datang berbentuk atom-atom hidrogen
dalam angkasa yang membentuk galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam
ekspansinya. Teori ini dikemukakan oleh H. Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle dari
Universitas Cambridge pada tahun 1948.

Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa


alam semesta di manapun dan selalu sama.teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Jadi, teori ini
beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besranya dan tak terhingga
tuanya.

Walaupun populer pada awal abad ke-20, teori ini kini ditolak oleh sebagian
besar kosmolog profesional dan ilmuwan lain karena bukti pengamatan menunjukkan
kebenaran model ledakan dahsyat dan usia alam semesta yang terbatas. Bukti yang
dianggap meruntuhkan teori ini adalah radiasi latar gelombang mikro kosmis yang
diprediksi oleh model ledakan dahsyat.

Teori keadaan tetap ini berlawanan sekali dengan teori big bang. Dalam teori
ini, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling
menjauh. Dalam teori tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan
dalam ruang angkasadi antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk
guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru
itu ialah hedrogen. Yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.

Sampai sekarang belum ada model yang benar-benar tepat untuk


menggambarkan masa depan alam semesta. Pertanyaan-pertanyaan kita sekarang
tentang suatu hal pada akhirnya memang akan terjawab, tetapi setelah itu akan selalu
muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Demikianlah yang terjadi jika kita bertanya
tentang alam semesta, kita tidak akan pernah puas. Seringkali kita mencapai suatu
pertanyaan yang mendasar sekali, yang akhirnya membuat hati kita kagum, heran,
takzim, sampai pada suatu perenungan betapa luar biasa Kuasa Tuhan di alam
semesta ini.

3. Teori Osilasi atau The Oscillating Theory

Teori osilasi mengemukakan pemikiran bahwa alam semesta mengalami dua


siklus yaitu keadaan mengembang dan memampat. Satu siklusnya diperkirakan akan
berlangsung selama 30 milyar tahun.

Ketika siklus mengembang yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen,
terciptalah galaksi-galaksi. Keadaan ini akan terjadi terus menerus hingga akhirnya
bintang-bintang akan mati dan memampat kemudian terjadi pengembangan lagi dan
seterusnya.

Teori ini sempat populer di tahun 70-an namun sudah ditinggalkan karena
bertolak belakang dengan hukum kedua termodinamika.

Artikel tentang Teori Big Bang dan Teori Osilasi ini merupakan pemahaman
awal sebelum kita membahas lebih jauh tentang alam semesta seperti galaksi dan tata
surya.

Anda mungkin juga menyukai