2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
3.Asumsi-asumsi dasar
o 3.1Metrik FLRW
o 3.2Horizon
4.Bukti pengamatan
o 4.1Hukum Hubble dan pengembangan ruang
o 4.5Bukti-bukti lainnya
o 5.3Monopol magnetik
o 5.4Asimetri barion
o 5.6Materi gelap
o 5.7Energi gelap
12.Bacaan lanjut
13Pranala luar
Pendahuluan
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa
Inggris: The Big Bang) merupakan sebuah peristiwa
yang menyebabkan pembentukan alam
semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai
bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal
juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model
Ledakan Dahsyat). Berdasarkan permodelan ledakan
ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat
panas dan padat, mengembang secara terus menerus
hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik
tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula
sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu
menjadi Referensi sebagai waktu terjadinya Big
Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan
paling komprehensif dan akurat yang didukung
oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma
Belgia, dianggap sebagai orang pertama yang
mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul
alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai
"hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini
bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan
beberapa asumsi-asumsi sederhana,
seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan
yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat
dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin
Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi
dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding
lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang
dipaparkan oleh Lemaître pada tahun 1927,
pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa
semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh
memiliki kecepatan tampak yang secara langsung
menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin
cepat kecepatan tampaknya.
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat
seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah
pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara
rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa
jenis dan suhu yang sebelumnya sangat
ekstrem. Berbagai pemercepat partikel raksasa telah
dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut,
yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan
signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini
memiliki kemampuan yang terbatas untuk
menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun
yang berhubungan dengan pengembangan awal yang
cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak
dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai
kondisi awal alam semesta,
melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubaha
n umum alam semesta sejak pengembangan awal
tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau
di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi
pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir
di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan
mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam
semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci
dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah
siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa,
Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif
"keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini
secara peyoratif, tetapi Hoyle secara eksplisit
membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini
hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan
antara dua model kosmologis ini.[11][12][13] Hoyle
kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam
usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis
bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-
unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir.
Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang
mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan
mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan
dahsyat haruslah pernah terjadi
Isi
Sejarah dan perkembangan teori
Teori ledakan dahsyat dikembangkan berdasarkan
pengamatan pada stuktur alam semesta beserta
pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto
Slipher adalah orang yang pertama mengukur efek
Doppler pada "nebula spiral" (nebula spiral merupakan
istilah lama untuk galaksi spiral), dan kemudian
diketahui bahwa hampir semua nebula-nebula itu
menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai
implikasi fakta ini, dan sebenarnya pada saat itu,
terdapat kontroversi apakah nebula-nebula ini adalah
"pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima
Sakti.[14][15]
Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann,
seorang kosmologis dan matematikawan Rusia,
menurunkan persamaan Friedmann dari
persamaan relativitas umum Albert Einstein. Persamaan
ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin
mengembang dan berlawanan dengan model alam
semesta yang statis seperti yang diadvokasikan oleh
Einstein pada saat itu.[16]
Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak
nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia
sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges
Lemaître kemudian secara independen menurunkan
persamaan Friedmann pada tahun 1927 dan
mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh
persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta
yang mengembang.[17]
Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan
bahwa pengembangan alam semesta seiring dengan
berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam
semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai
pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta
berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana
waktu dan ruang bermula.[18]
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet
indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak
kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci
(2500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini
memungkinkannya memperkirakan jarak antara galaksi-
galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur,
kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble
menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi,
yang sekarang dikenal sebagai hukum
Hubble.[7][19] Lemaître telah menunjukan bahwa ini yang
diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.[20]
dan
H0 adalah konstanta Hubble, yang nilai