Etika Profesi
Disusun oleh :
18360021 - Randy Ikhsan Ramadhan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, Penulis
masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tanpa halangan apapun.
Makalah ini disusun sebagai Tugas mata kuliah Etika Profesi. Pada kesempatan
yang telah diberikan, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang dapat membangun penyusunan
makalah ini menjadi yang lebih baik.
Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
Bukti penting lain untuk Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam banyak penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta sesuai dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan
peristiwa Big Bang. Apabila alam semesta tidak memiliki permulaan, dan jika ia telah ada
sejak dahulu kala, maka unsur hidrogen itu seharusnya telah habis sama sekali dan berubah
menjadi helium.
2.2 Big Bang dalam Perspektif Islam
Jauh sebelum teori Big Bang ini ada, Alquran sudah menyebutkan tentang awal
penciptaan alam semesta. Padahal ketika itu, tidak ada teleskop untuk mengamati luar
angkasa. Ilmu astronomi pun belum berkembang seperti saat ini.
Dalam Alquran Surat Al Anbiya’ ayat 30, Allah SWT berfirman:
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (QS.
al-Ambiya’: 30)
Ayat ini menerangkan tentang awal kejadian langit dan bumi yang identik dengan
teori Big Bang. Para ilmuan memahami ayat tersebut sebagai ayat yang berbicara tentang
proses penciptaan langit dan bumi. Ayat tersebut menginformasikan kepada kita bahwa
alam raya pada mulanya merupakan keterpaduan kemudian terjadi pemisahan menjadi
langit dan bumi.
Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat fatq. Keduanya lalu
terpisah (fataqa) satu sama lain. Segala sesuatu, termasuk langit dan bumi yang saat itu
belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan
ratq ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi
yang dikandungnya untuk fataqa (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut,
bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Lalu ada kalimat “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Kita
mengetahui bahwa segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti
mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya
kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat
Alquran.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah,
akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.
Selanjutnya dalam Alquran Surat az-Zariyat [51]:47) Allah SWT. "Dan langit itu
Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya".
Kata langit di sini digunakan dengan arti alam semesta. Alquran menyebutkan bahwa
alam semesta mengalami perluasan atau mengembang. Inilah yang kesimpulan yang
dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
2.3 Teori Pembentukan Bumi Lainnya
Tata Surya dan Bumi memiliki awal mula pembentukannya. Karena hal tersebut tidak
dapat diamati atau diuji lewat eksperimen, para ilmuwan mengemukakan teori mengenai
pembentukan Bumi. Saat ini, terdapat sebanyak 4 teori pembentukan Bumi yang umum
dikenal selain teori Big Bang.
2.3.1 Teori Pasang Surut Gas
Teori pasang surut gas pertama kali dikenalkan oleh James Jeans dan Harold
Jeffreys tahun 1918. Menurut mereka, sebuah bintang besar mendekati Matahari
dalam jarak dekat dan menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh Matahari
yang saat itu masih berupa gas.
3
Saat bintang tersebut mendekat, akan terbentuk gelombang raksasa pada tubuh
Matahari yang disebabkan oleh gaya tarik bintang. Gelombang tersebut mencapai
ketinggian yang luar biasa dan menjauh dari inti Matahari menuju bintang tersebut.
Gelombang yang membentuk lidah pijar akan mengalami perapatan gas hingga
terpecah menjadi planet-planet.
2.3.2 Teori Kabut Nebula
Teori ini menyebutkan bahwa di alam semesta terdapat gas yang berkumpul
menjadi kabut nebula. Gaya tarik-menarik antargas membentuk kumpulan kabut
yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Proses perputaran ini
mengakibatkan materi kabut di bagian khatulistiwa terlempar dan berpisah,
kemudian memadat karena pendinginan.
2.3.3 Teori Planetesimal
Di awal abad ke-20, seorang ahli astronomi Amerika Forest Ray Moulton
beserta ahli geologi Thomas C. Chamberlain mengemukakan teori planetesimal.
Teori ini menyebutkan bahwa Matahari tersusun dari gas yang bermassa besar.
Pada satu titik, bintang lain yang berukuran hampir sama melintas dekat dengan
Matahari sehingga hampir menjadi tabrakan.
Akibatnya, gas dan materi ringan di bagian tepi Matahari dan bintang tersebut
menjadi tertarik. Materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk
gumpalan-gumpalan yang dinamakan dengan planetesimal. Planetesimal tersebut
mendingin dan memadat hingga akhirnya menjadi planet-planet yang mengelilingi
Matahari.
2.3.4 Teori Bintang Kembar
Teori pembentukan Bumi yang terakhir dikenal dengan sebutan teori bintang
kembar. Teori ini dicetuskan oleh ahli astronomi Raymond Arthur Lyttleton.
Menurutnya, galaksi merupakan kombinasi dari bintang kembar. Salah satu
bintang tersebut meledak dan menyebabkan banyak material yang terlempar.
Karena bintang yang tidak meledak memiliki gaya gravitasi yang kuat, sebaran
pecahan ledakan bintang lainnya mengelilingi bintang tersebut. Bintang yang tidak
meledak kemudian dikenal dengan Matahari, sementara pecahan-pecahannya
adalah planet yang mengelilinginya.
4
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dan rumusan masalah yang telah dijawab dalam pembahasan ini,
maka disebutkan beberapa kesimpulan di bawah ini:
1. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari kondisi super padat dan panas,
yang kemudian mengembang sekitar 13,7 milyar tahun lalu pengukuran terbaik pada tahun
2009 memperkirakan hal ini terjadi sekitar 13,3 – 13,8 milyar tahun yang lalu dan terus
mengembang sampai sekarang. Alam semesta yang awalnya dahulu ialah suatu kesatuan
terpisahkan dan terpecah belah menjadi seperti sekarang ini. Sebuah dentuman yang sudah
diteliti secara ilmiyah terbukti menjadi cikal bakal dari kelahiran alam semesta.
2. Secara prosedural dari proses terbentuknya Big Bang, alam semesta terisi secara homogen
dan isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang sangat
besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10−37 detik setelah
pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam semesta
mengembang secara eksponensial. Setelah inflasi berhenti, alam semesta terdiri dari plasma
kuark-gluon berserta partikel-partikel elementer lainnya. Terus memanas yang akhirnya
menimbulkan dentuman keras (Big Bang) dan lahirlah beberapa pecahan.
3. Teori – Teori Pembentukan Alam semesta :
Hipotesis Nebula
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis Big Bang