Disusun oleh:
Nama : Bayu Pradana
NIM : K2315014
Kelas : B
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta ini diciptakan dalam keadaan yang teratur rapi. Keteraturan
gerakan bintang termasuk matahari, planet, satelit, komet dan benda langit
lainnya menyebabkan gerakan bendabenda tersebut dapat dipelajari dengan
seksama. Dengan memahami gerakan bendabenda langit tersebut, manusia dapat
memperkirakan peristiwa peristiwa yang terjadi di masa depan dengan akurat.
Kapan matahari terbenam, terjadi bulan purnama, gerhana matahari dan lain-lain
dapat dihitung dengan ketelitian tinggi. Untuk memudahkan pemahaman terhadap
posisi bendabenda langit, diperkenalkan beberapa sistem koordinat. Setiap
sistem koordinat memiliki koordinat masingmasing. Posisi benda langit seperti
matahari dapat dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Selanjutnya nilainya
dapat diubah ke dalam sistem koordinat yang lain melalui suatu transformasi
koordinat.
Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan suatu tata koordinat
yang dapat menyatakan secara pasti kedudukan benda langit tersebut. Tata
koordinat tersebut terdiri dari tata koordinat horison, tata koordinat ekuator,dan
tata koordinat ekliptika. Tiap-tiap tata koordinat tentunya memiliki cara
penggunaan sistem yang berbeda serta terdapatnya berbagai macam keuntungan
dan kelemahan dalam penggunaan sistem tersebut. Dengan demikian penggunaan
suatu sistem koordinat bergantung pada hasil yang kita inginkan, apakah hasil yang
didapat ingin digunakan untuk waktu sesaat atau untuk waktu yang lama dan dapat
dipakai secara universal.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
PEMBAHASAN
Bola langit adalah bola khayal dengan radius tak hingga yang tampak
berotasi, konsentrik dan koaksial dengan bumi, dan semua obyek langit
dibayangkan berada pada kulit bola sebelah dalam. Bola langit digunakan untuk
menentukan posisi benda-benda langit sehingga memudahkan dalam
pengamatan. Untuk menyatakan letak suatu benda langit diperlukan suatu tata
koordinat yang dapat menyatakan secara pasti kedudukan benda langit. Pada
intinya tata koordinat langit hanya menaruh perhatian pada arah letak
sebuah benda langit saja, dan tidak memperhitungkan jarak benda langit
tersebut.
Sistem koordinat horizon ini adalah sistem koordinat yang paling sederhana
dan paling mudah dipahami. Tetapi sistem koordinat ini sangat terbatas, yaitu hanya
dapat menyatakan posisi benda langit pada satu saat tertentu, untuk saat yang berbeda
sistem koordinat ini tidak dapat memberikan hubungan yang mudah dengan posisi
benda langit sebelumnya. Karena itu menyatakan saat benda langit pada posisi itu
sangat diperlukan dan sistem koordinat lain diperlukan agar dapat memberikan
hubungan dengan posisi sebelum dan sesudahnya.
Bola langit dapat dibagi menjadi dua bagian sama besar oleh satu bidang yang
melalui pusat bola itu, menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bidang itu adalah
bidang horisontal yang membentuk lingkaran horizon pada permukaan bola, dan
bagian atas adalah letak benda-benda langit yang tampak, dan bagian bawahnya
adalah letak dari benda-benda langit yang tidak terlihat saat itu.
Keterangan :
Z : Zenit, N : Nadir
U : Utara, S : Selatan
T : Timur, B : Barat
2. Horizon Astronomi
Untuk menentukan letak benda-benda dilangit maka kita harus menggunakan
bidang datar yang tidak brubah-ubah dan tidak tergantung kepada sipengamat.
Horizon astronomi adalah tempat bidang yang datar yang dibuat dari mata si
pengamat sampai menyentuh lengkung langit.
3. Horizon Sejati
Horizon sejati adalah bidang datar yang ditarik memotong melalui titik pusat
bumi dan memotong garis vertikal tegak lurus (90').
Di samping ke-3 tersebut diatas kita mengenal titik Zenit yang ada tepat diatas
kita (tempat berdiri) dan titik yang berada dibawah kaki kita terus menembus bola
langit yang berada dibawah disebut nadir, titik nadir dan zenith dihubungkan dengan
garis lurus melalui tempat kita berdiri dan tentu saja melalui pusat bumi.
Zenith adalah titik yang berada di bola langit tepat diatas sipengamat, jika kita buat
garis vertikal maka garis ini akan membentuk sudut 90' (tegak lurus) dengan horizon
sejati.
Nadir adalah titik yang berada pada bola langit bawah, bila ditarik garis melalui
pengamat ketitik ini membentuk garis yang tegak lurus terhadap horizon sejati
Vertikal adalah garis atau bidang yang berdiri tegak lurus dengan garis atau bidang
sejati.
Untuk menentukan tinggi sebuah bintang P, maka terlebih dahulu kita adakan
sebuah lingkaran vertikal yang melalui bintang P, lingkaran vertikal bintang P
tersebut Memotong horizon pada titik R. Dengan demikian maka tinggi d/p bintang P
= busur R-P.
Tinggi benda langit dapat digambarkan pada bola langit dengan membuat
lingkaran besar yang melalui zenith, benda langit itu dan tegak lurus pada horison
(lingkaran vertikal), diukur dari horison dengan nilainya 0o-90o.
Kedua versi tersebut menggunakan arah yang sama, yaitu jika dilihat dari
zenith arahnya searah perputaran jarum jam yang nilainya 0o-360o.
Sistem koordinat ekuator adalah sistem koordinat langit yang paling sering
digunakan. Sistem koordinat ini merupakan sistem koordinat yang bersifat geosentrik.
Mirip dengan sistem koordinat geografi yang dinyatakan dalam bujur dan lintang, sistem
koordinat ekuator dinyatakan dalam asensio rekta dan deklinasi. Kedua sistem koordinat
tersebut menggunakan bidang fundamental yang sama, dan kutub-kutub yang sama.
Ekuator langit sebenarnya adalah perpotongan perpanjangan bidang ekuator Bumi pada
bola langit, dan kutub-kutub langit sebenarnya merupakan perpanjangan poros rotasi
Bumi (yang melewati kutub-kutub Bumi) pada bola langit.
Sistem koordinat ini dapat menyatakan letak benda langit dalam skala waktu
relatif panjang. Sekalipun perubahan unsur-unsur koordinatnya relatif kecil terhadap
waktu.
Dalam setiap pembahasan sistem koordinat benda langit, setiap benda langit selalu
dipandang terproyeksi pada suatu bidang bola khayal yang digambarkan sebagai bola
langit. Bola yang memuat bidang khayal tersebut disebut bola langit. Ukuran bola
Bumi diabaikan terhadap bola langit sehingga setiap pengamat di muka Bumi
dianggap berada di pusat bola langit.
Seperti halnya pada pembahasan mengenai bola pada umumnya, setiap lingkaran
pada bola langit yang berpusat di pusat bola dan membagi bola menjadi dua bagian
yang sama besar disebut lingkaran besar, sedangkan lingkaran lainnya disebut
lingkaran kecil.
Seperti halnya bujur, asensio rekta dihitung sepanjang lingkaran yang sejajar
ekuator. Asensio rekta dihitung ke arah timur mulai dari titik Aries atau titik Vernal
Ekuinok yang merupakan salah satu titik perpotongan antara bidang ekliptika dan
ekuator langit, tempat Matahari berada pada tanggal 21 Maret. Asensio rekta
dilambangkan dengan " ", kadang-kadang disebut juga RA (dari bahasa Inggris Right
Ascension) dan dinyatakan dalam satuan sudut (jam, menit, detik), dengan 1 jam = 360
derajad / 24 jam = 15 derajad. Dalam pengamatan praktis seringkali harga ini tidak
diketahui bahkan harus ditentukan sehingga digunakan besaran lain yang bersifat lokal,
yaitu sudut jam atau HA (dari bahasa Inggris Hour Angle).
Seperti halnya lintang, deklinasi diukur dari ekuator ke arah kutub. Deklinasi
bernilai positif bila benda langit yang diamati berada di belahan langit utara, dan negatif
bila benda langit yang diamati berada di belahan bumi selatan. Deklinasi dilambangkan
dengan " " dan dinyatakan dalam satuan sudut (derajat, menit, detik).
Sudut antara kutub Bumi (poros rotasi Bumi) dan horizon disebut tinggi kutub
() . Jika diperhatikan lebih lanjut, ternyata nilai = , dengan diukur dari Selatan
ke KLS jika pengamat berada di lintang selatan dan diukur dari Utara ke KLU jika
pengamat berada di lintang utara. Jadi untuk pengamat pada = 90 LU lingkaran
ekliptika akan berimpit dengan lingkaran horizon, dan kutub lintang utara berimpit
dengan zenit, sedangkan pada = 90 LS lingkaran ekliptika akan berimpit dengan
lingkaran horizon, dan kutub lintang selatan berimpit dengan zenit
Dapat kita lihat bahwa deklinasi suatu bintang nyaris tidak berubah dalam
kurun waktu yang panjang, walaupun variasi dalam skala kecil tetap terjadi akibat
presesi orbit Bumi. Namun sudut jam suatu bintang tentunya berubah tiap jam akibat
rotasi Bumi dan tiap hari akibat revolusi Bumi. Oleh karena itu, ditentukanlah suatu
ordinat baku yang bersifat tetap yang menunjukkan bujur suatu bintang pada tanggal
23 September pukul 00.00, yaitu ketika titik Aries tepat berkulminasi atas pada
pukul 00.00 waktu lokal (vernal equinox). Ordinat inilah yang disebut asensiorekta
(ascencio recta) atau kenaikan lurus, yang umumnya dinyatakan dalam jam. Faktor
gerak semu harian bintang dikoreksi terhadap waktu lokal (t) dan faktor gerak semu
tahunan bintang dikoreksi terhadap Local Siderial Time (LST) atau waktu bintang,
yaitu letak titik Aries pada hari itu. Pada tanggal 23 September LST-nya adalah pukul
00h, dan kembali ke pukul 00h pada 23 September berikutnya sehingga pada tanggal
21 Maret, 21 Juni, dan 22 Desember LST-nya berturut-turut adalah 12h, 18h, dan 06h.
Jadi LST dapat dicari dengan rumus :
LST = + HA00
Dengan t adalah waktu lokal. Misal jika HA00 = +3h, maka sudut jam bintang
pada pukul 03.00 adalah +6h (sedang terbenam). Ingat, saat kulminasi atas maka HA =
00h. Dengan demikian didapatkan hubungan komplit bujur pada tata koordinat
ekuator
LST + t = + HAt
Patut diingat bahwa HA00 ialah posisi bintang pada pukul 00.00 waktu lokal,
sehingga posisi bintang pada sembarang waktu ialah:
HAt = HA00 + t
Dengan ordinat tetap, HAt ordinat tampak, LST koreksi tahunan, dan t
koreksi waktu harian. Contoh pada gambar di bawah. Pada tanggal 21 Maret, LST-nya
adalah 12h. Jadi letak bintang R dengan koordinat (, ) sebesar (16h,-50)akan
nampak di titik R pada pukul 00.00 waktu lokal. Perhatikan bahwa LST diukur dari
titik A kearah barat sampai pada titik Aries . Tampak bintang R berada pada bujur
(HA00) -60 atau -4 jam. Jadi, bintang R akan berkulminasi atas di titik Ka pada pukul
04.00 dan terbenam di horizon pada pukul 10.00. Asensiorekta diukur dari titik Aries
berlawanan pengukuran LST sampai pada proyeksi bintang di ekuator. Jadi telah jelas
bahwa.
HA = LST
Lingkaran kecil KaKb merupakan lintasan gerak bintang, yang sifatnya nyaris
tetap. Untuk bintang R, yang diamati dari = 40 LS akan lebih sering berada pada di
atas horizon daripada di bawah horizon. Pembahasan lebih lanjut pada bagian bintang
sirkumpolar.
Tinggi bintang atau altitude, yaitu sudut kedudukan suatu bintang dari horizon
dapat dicari dengan aturan cosinus segitiga bola. Tinggi bintang, a, yaitu
a = 90 -
Di bawah ini diberikan deskripsi istilah-istilah yang dipakai pada bola langit:
Titik kardinal: empat titik utama arah kompas pada lingkaran horison, yaitu Utara,
Timur, Selatan dan Barat.
Lingkaran kutub, lingkaran jam atau bujur langit: lingkaran besar melalui kutub-kutub
langit.
Lingkaran ekliptika: lingkaran tempat kedudukan gerak semu tahunan Matahari.
Perpotongan bidang orbit Bumi (ekliptika) dengan bola langit.
Kutub-kutub langit: titik-titik pada bola langit tempat bola langit berotasi. Perpotongan
bola langit dengan sumbu Bumi. Kutub langit di belahan langit Selatan disebut Kutub
Langit Selatan (KLS) dan di belahan langit Utara disebut Kutub Langit Utara (KLU).
Pada sistem koordinat ekuator, koordinat yang digunakan adalah koordinat
Aksensiorekta (?) dan Deklinasi (d). Aksensiorekta adalah panjang busur yang
dihitung dari titik Aries atau disebut juga dengan titik gamma (g) pada lingkaran
ekuator langit sampai ke titik kaki dengan arah penelusuran ke arah timur, dengan
rentang antara 0 s.d. 24 jam atau 00 s.d. 3600.
Sedangkan deklinasi adalah panjang busur dari titik kaki pada lingkaran ekuator langit
ke arah kutub langit sampai ke letak benda pada bola langit. Deklinasi bernilai positif
jika ke arah KLU dan bernilai negatif jika ke arah KLS, dengan rentang antara 00 s.d.
900 atau 00 s.d. -900.
Bola langit melakukan gerak semu harian akibat gerak rotasi Bumi.
Pengamatan permukaan Bumi dapat mengamati benda langit bergerak berlawanan
arah dengan arah gerak rotasi Bumi. Rotasi Bumi arahnya dari barat ke timur, inilah
yang menyebabkan seolah-olah benda langit bergerak dari timur ke barat.
Oleh karena gerak harian bola langit terjadi akibat gerak rotasi Bumi, maka
periode gerak harian benda langit sama dengan periode rotasi Bumi yaitu satu hari,
yang umum dianggap satu hari adalah 24 jam, sehingga dalam selang waktu itu Bumi
telah berotasi sebesar 360o. Berikut ini diberikan hubungan waktu dan panjang busur
yang ditempuh benda langit dalam melakukan gerak harian:
24j = 3600
1j = 150
4m = 10
4d = 1
Lintasan gerak benda langit sejajar dengan ekuator langit dengan kemiringan
tergantung pada lintang pengamat (?) di permukaan Bumi. Besarnya sudut
kemiringan menunjukkan besarnya jarak kutub (90o- ?) tempat pengamat berada.
Lintasan gerak harian benda langit di ekuator langit berbentuk lingkaran besar
sedangkan di tempat lainnya lingkaran kecil.
Kedua kutub langit itu yaitu KLU dan KLS yang memiliki lintasan gerak
harian berbentuk titik, sehingga tampak diam diputari oleh seluruh benda-benda
langit. Benda di belahan langit Utara tampak mengedari KLU dan di belahan langit
selatan tampak mengedari KLS. Kedua kutub itu memiliki ketinggian yang berbeda di
permukaan Bumi, tergantung lintang pengamat dipermukaan Bumi. Tempat di
belahan Bumi Utara, letak KLU berada di atas horison dengan ketinggian sama
dengan besarnya lintang pengamat dan KLS berada di bawah horison. Sebaliknya
tempat di belahan Bumi Selatan, letak KLS berada di atas horison dengan ketinggian
sama dengan besarnya lintang pengamat dan KLU berada di bawah horison.
Contoh:
Tentukan Waktu Sideris yang bersesuaian dengan Jam 10 tanggal 26 Maret 2007.
Jawab:
1. Sesilih tanggal 26 Maret dengan 21 Maret adalah = 26 - 21 = 5 hari.
2. Perbedaan waktu Aries dengan Matahari selama 5 hari = 5 x 4 menit = 20 menit.
3. Jam 0 WIB tanggal 26 Maret = Jam 12 + 20 menit = Jam 12.20 Waktu Sideris.
4. Jam 10 WIB tanggal 26 Maret = Jam 10 + 12.20 Waktu Sideris = Jam 22.20 Waktu
Sideris.
Dimanakah posisi rasi Sagittarius( AR 19jam, Dekl. -250 ) pada bola langit jam 12
WIB tanggal 14 Maret 2007 ?
Jawab:
Jam 0 WIB tgl 14 Maret = Jam 12 - 28 menit = Jam 11. 32 Waktu Sideris.
Jam 12 WIB tgl. 14 Maret = 11.32 + 12 WIB = Jam 23.32 Waktu Sideris.
Sudut Jam rasi Sagittarius saat itu = Waktu Sideris - AR Sagittarius = 23.32 - 19 = 4
jam 32 menit.
Posisi Sagittarius saat itu : (4 32/60x 150)= 680 di sebelah barat meridian dan 250 di
selatan equator langit.
Sistem koordinat langit terdiri dari tata koordinat horison, tata koordinat ekuator dan
tata koordinat ekliptika. Tiap-tiap tata koordinat memiliki cara penggunaan sistem
yang berbeda serta terdapatnya berbagai macam keuntungan dan kelemahan dalam
penggunaan sistem tersebut. Koordinat horizon mudah untuk dilukis tetapi hanya
dapat digunakan pada waktu dan tempat tertentu saja (dalam kurun waktu yang
pendek). Koordinat ekuator dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, tetapi
cara melukisnya cukup rumit. Koordinat ekliptika digunakan untuk menentukan
kedudukan benda benda langit anggota tata surya seperti satelit, planet dan matahari
karena anggota tata surya kedudukannya tetap berada di selatan ekliptika. Pada
intinya tata koordinat langit hanya menaruh perhatian pada arah letak sebuah benda
langit saja, dan tidak memperhitungkan jarak benda langit tersebut.
Daftar Pustaka
Website: