Disusun oleh:
Khairunnisa
NIM A2C514027
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2
1.2.3
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1.3.1
1.3.2
1.3.3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Bola Langit
Sebelum kita melanjutkan pembahasan pada system koordinat horizon,
ekuator dan ekliptika, ada baiknya kita harus mengenal terlebih dahulu tentang
bola langit. Bola langit adalah suatu bola imajiner dimana seluruh bidang langit
terproyeksi pada permukaannya, yang mana pusat dari bola langit tersebut adalah
pengamat (Bumi). Sebagai proyeksi dari bola bumi, maka garis lintang dan garis
bujur bola bumi diproyeksikan ke langit menjadi garis Lintang dan garis Bujur
Langit. Selain itu, equator (titik pusat) Bumi menjadi equator langit. Untuk lebih
memahami tentang bola langit, perhatikan Gambar 1 di bawah ini.
Z
E
KLS
T
U
KLU
perluasan bidang datar tempat pengamat berdiri (biasanya bidang horizon) dengan
bola langit.
Bidang datar (lingkaran) yang dibuat melalui pengamat dengan sumbu garis
vertikal (Z-N) disebut dengan horizon. Perpanjangan sumbu putar bumi (garis
KU-KS) merupakan sumbu putar bola langit memotong bola langit di Kutub
Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS). Lingkaran besar yang tegak
lurus sumbu putar langit (KLU-KLS) disebut dengan lingkaran ekuator yang
membagi bola langit menjadi 2 bagian yang sama besar. Sedangkan lingkaran
besar yang melalui kutub-kutub langit (KLU, KLS) dan berpotongan tegak lurus
dengan ekuator langit merupakan lingkaran jam atau lingkaran deklinasi.
Lingkaran besar yang melalui kutub-kutub langit (KLU, KLS), Zenith (Z) dan
Nadir (N) dan memotong horison pada titik utara (U) dan Selatan (S), pertengahan
antara titik utara (U) dan Selatan (S) pada horison merupakan titik Timur (T) dan
titik Barat (B) disebut dengan meredian langit. Sedangkan lingkaran kecil adalah
lingkaran kecil adalah lingkaran pada permukaan bola yang tidak berpusat di
pusat bola.
dalam menentukan posisi benda langit, terutama terkait dengan posisi pengamat
berada. Dalam sistem koordinat Horizon, posisi benda langit ditentukan
denganaltitude dan azimut. (Azhari dalam Gunawan: 2015). Sedangkan dalam
Astronomi Geodesi, menyampaikan koordinat dalam sistem Horizon dapat
ditentukan dengan A dan h atau A dan z. Nawawi (2010: 12), menyatakan tata
koordinat Horizon menggunakan lingkaran Horizontal dan lingkaran Vertikal
sebagai sumbunya. Dari sini, dapat dipahami bahwa sistem koordinat Horizon
adalah sistem yang dipergunakan dalam menentukan posisi benda langit yang
dibentuk oleh bidang datar (horizon) dan bidang tegak lurus (vertikal), dimana
pengamat menjadi titik pusat bola terhadap posisi benda langit yang disimbolkan
dengan koordinat Altitude dan Azimut. Sistem ini disebut dengan sistem koordinat
b.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang diukur dari
proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke zenit. Tinggi
bintang diukur 0 90 jika arahnya ke atas (menuju zenit) dan 0 -90 jika
arahnya ke bawah.
Letak bintang dinyatakan dalam (Az, a). Setelah menentukan letak bintang,
kita dapat melukis lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang dilalui
bintang yang sejajar dengan horizon (lingkaran PQRS). Seperti yang kita bahwa
horizon adalah batas pemandangan atau kaki langit, dan merupakan pertemuan
antara kaki langit dan permukaan bumi, garis ini membentuk lingkaran dengan
titik pusat dimana kita berdiri, sebagian bola langit berada di atas dan sebagian
lagi ada dibawah horizon, sehingga dapat kita bayangkan bola langit yang besar
dengan bumi dengan sebagai pusatnya (seperti pada gambar di atas). Untuk
memudahkan horizon dibagi atas 3 jenis berdasarkan pandangan kita terhadap
pandangan kita antara langit dan bumi.
1) Horizon Kodrat (alam).
Apabila kita berdiri disebuah tanah yang luas dan datar atau ditengah
samudra/laut, kita melihat seolah-olah kubah langit bertemu dengan
permukaan bumi. Perpotongan lengkung langit dengan bidang datar ini
disebut horizon kodrat. Horizon Kodrat akan berubah sesuai dengan
kedudukan dari si pengamat. Makin tinggi tempat si pengamat maka makin
rendah horizon kodrat.
2) Horizon Astronomi
Untuk menentukan letak benda-benda dilangit maka kita harus menggunakan
bidang datar yang tidak berubah-ubah dan tidak tergantung kepada
sipengamat. Horizon astronomi adalah tempat bidang yang datar yang dibuat
dari mata si pengamat sampai menyentuh lengkung langit.
3) Horizon Sejati
Horizon sejati adalah bidang datar yang ditarik memotong melalui titik pusat
bumi dan memotong garis vertikal tegak lurus (90')
Tata koordinat Horizon dipergunakan untuk menghitung ketinggian benda
langit (altitude) dan azimuth benda langit.Altitude merupakan sudut elevasi yang
dibentuk oleh bidang Horizon terhadap posisi ketinggian suatu benda langit,
dengan aturan a = (- 90, 90), artinya nilai tertinggi dari altitude adalah sebesar
90, dan nilai terendah adalah sebesar - 90. Sedangkan Azimut bintang dengan
aturan A = ( 0, 360), artinya nilai terkecil dan terbesar dari azimuth adalah
sebesar 0/ 360 ketika benda berada di titik Utara, dengan nilai besaran terhitung
searah jarum jam atau menuju ke arah Timur.
2.2.2
Tata koordinat ini merupakan salah satu tata koordinat yang sering digunakan
dalam astronomi. Sistem koordinat ini dapat menyatakan letak benda langit dalam
skala waktu relatif panjang. Sekalipun perubahan unsur-unsur koordinatnya relatif
kecil terhadap waktu. Dalam setiap pembahasan sistem koordinat benda langit,
setiap benda langit selalu dipandang terproyeksi pada suatu bidang bola khayal
yang digambarkan sebagai bola langit.
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan sudut jam atau Hour Angle (HA).
Sudut jam menunjukkan letak suatu bintang dari titik kulminasinya, yang
diukur dengan satuan jam (ingat,1h = 15). Sudut jam diukur dari titik
kulminasi atas bintang (A) ke arah barat (positif, yang berarti bintang telah
lewat kulminasi sekian jam) ataupun ke arah timur (negatif, yang berarti
tinggal sekian jam lagi bintang akan berkulminasi). Dapat juga diukur dari 0
360 dari titik A ke arah barat.
2.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan deklinasi (), yang diukur dari
proyeksi bintang di ekuator ke arah bintang itu menuju ke kutub Bumi.
Tinggi bintang diukur 0 90 jika arahnya menuju KLU dan 0 -90 jika
arahnya menuju KLS.
Dapat kita lihat bahwa deklinasi suatu bintang nyaris tidak berubah dalam
kurun waktu yang panjang, walaupun variasi dalam skala kecil tetap terjadi akibat
presesi orbit Bumi. Namun sudut jam suatu bintang tentunya berubah tiap jam
akibat rotasi Bumi dan tiap hari akibat revolusi Bumi. Oleh karena itu,
ditentukanlah suatu ordinat baku yang bersifat tetap yang menunjukkan bujur
suatu bintang pada tanggal 23 September pukul 00.00, yaitu ketika titik Aries ^
tepat berkulminasi atas pada pukul 00.00 waktu lokal (vernal equinox). Ordinat
inilah yang disebut asensiorekta (ascencio recta) atau kenaikan lurus, yang
umumnya dinyatakan dalam jam.
2.2.3
suatu titik pusat sistem koordinat tertentu. Disebut koordinat ekliptika karena
lintasan edar tahunan bumi mengelilingi matahari selama satu tahun. Pada tata
b.
c.
Tegak lurus terhadap bidang ekliptika adalah Kutub Ekliptika Utara (KEU)
dan Kutub Ekliptika Selatan (KES).
e.
Titik selalu bergerak pada bidang ekuator searah peredaran semu harian
akibat pergerakan bidang ekliptika terhadap ekuator. Pada LST = 00h,
berada di titik A.
f.
Musim
Gugur (TMG)
Gambar 5 Pergeseran titik Aries akibat rotasi ekliptika terhadap ekuator. Tampak
Posisi ekliptika pada LST = 18h
Perpotongan HA selalu dimulai pada waktu local 12.00. pada waktu local
12.00 posisi Matahari berada dititik kulminasi atasnya di titik E. Tampak pada
gambar, pada LST 18h (winter solstice) ekliptika berada 23o,5 di selatan ekuator,
pada LST 06h (summer solstice), ekliptikaberada 23o,5 di utara ekuator,
sedangkan pada LST 00h di titik A pada LST 12h berimpit dengan Matahari
saat waktu local 00.00 di Q.
Gambar 6 Bintang dengan Posisi (300o,45o) diamati dari =30oLS pada LST 18h
Ordinat-ordinat dalam tata koordinat ekliptika adalah:
1.
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan bujur astronomis (), diukur dari titik
Aries berlawanan arah peredaran semu harian (negatif) sampai pada proyeksi
bintang pada ekliptika, besarnya 0o sampai 360o.
2.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan lintang astronomis (), yang diukur
dari proyeksi bintang di ekliptika ke arah bintang itu menuju ke kutub
ekliptika. Tinggi bintang diukur 0o 90o jika arahnya menuju KEU dan 0o
-90o jika arahnya menuju KES.
Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan (,). Lintasan peredaran semu
harian benda langit dilukis sejajar ekuator melalui benda langit tersebut, dengan
kulminasi atas Ka dan kulminasi Kb.
Ekuator
Bidang
Acuan
Bidang
Horisontal
Bidang
Ekuator
Ekliptika Bidang
Ekliptika
Arah Acuan
Lintang
Titik Utara
Tinggi : h
+ : kearah zenith
- : kearah nadir
Deklinasi :
+ : kearah KLU
- : kearah KLS
Lintang:
+ : kearah KEU
- : kearah KES
Vernal
equinox
Vernal
equinox
Bujur
Azimut : A
Ke timur 0 360o
Aksensioreta:
Ke timur 0 -24 jam
Bujur :
Ke timur 0 360o
arah timur relatif terhadap bintang-bintang. Karena itu, untuk menyelesaikan satu
putaran mulai dari misalnya posisi tepat di atas kepala kita, terbenam, terbit,
kembali di atas kepala kita, matahari membutuhkan waktu 24 jam (selang waktu
sehari semalam). Bintang-bintang membutuhkan waktu sama denga periode rotasi
Bumi, 23j 56m 4.1d. Bulan membutuhkan waktu sedikit bervariasi, kira-kira 50
menit lebih panjang dari 24 jam. Planet-planet bergerak di langit dengan
kecepatan yang lebih besar lagi variasinya, tergantung pada seberapa dekat planet
tersebut ke Matahari, dan dimana posisinya (dalam orbitnya) relatif terhadap
Bumi.
1. Pengamat di Kutub Utara bumi ( = 900 LU)
(Sikap bola langit sejajar)
Semua benda langit terbit dari sisi Timur horison dan tenggelam di
sisi Barat horison.
Akibat rotasi bumi maka semua benda langit beredar dengan lintasan
sejajar ekuator langit.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
1.
2.
Tata koordinat bola langit terdiri dari tata koordinat horison, tata koordinat
equator, dan tata koordinat ekliptika.
3.
4.
5.
penghubung kedua kutub tata koordinat dan lingkaran bujur nol yaitu
lingkaran besar yang melewati kedua kutub tata koordinat dan didefinisikan
sebagai titik awal.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Dian Irawan. 2012. http://fisika-astronomy.blogspot.co.id/2012/11/sistem-dantata-koordinat-benda-langit.html diakses tanggal 21 Oktober jam 15.32
Endang
Sulistyorini.
2012.
http://blogfisikarinialjambi.blogspot.co.id/2012/12/gerak-dan-posisibenda-langit.html diakses tanggal 21 Oktober jam 15:21
Erwandi
Gunawan.
2015
http://erwandigunawandly.blogspot.co.id/2015/05/sistem-koordinathorizon.html diakses tanggal 20 Oktober jam 0:31
Gunawan, Hans. 2005. Modul Persiapan Menuju Olimpiade Sains Nasional
Bidang Astronomi. Jakarta
Nisa Tsamratul F. 2013. http://nisatsamratulfuadah.blogspot.co.id/2013/04/ipbakoordinat-bola-langit.html diakses tanggal 21 Oktober jam 15.08
Nurul Huda. 2013. http://nurulhudafisika-upi.blogspot.co.id/2013/03/makalahhipba_709.html diakses tanggal 20 Oktober jam 21.15
Sunkar Eka Gautama. 2010. Astronomi dan Astrofisika. SMAN 1 Makasar.
Makasar
Sutantyo, Winardi. 1984. Astrofisika. Penerbit ITB: Bandung