Dibuat Oleh:
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2023
1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum rangkaian pembanding, diharapkan mahasiswa
dapat :
1. Memahami dan menjelaskan operasi dasar rangkaian detektor melintas nol.
2. Memahami dan menjelaskan operasi dasar rangkaian pembanding dengan
bias tegangan.
2. Memahami dan menjelaskan operasi dasar rangkaian pembanding dengan
hysteresis.
3. Memahami dan menjelaskan operasi dasar rangkaian pembanding dengan
pembatas (bounded comparator).
4. Memahami dan menjelaskan operasi dasar rangkaian pembanding jendela
(window comparator).
3. Tugas Pendahuluan
1. Carilah teori tentang :
a. Detektor Melintas Nol
b. Detektor dengan Bias Tegangan
c. Pembanding dengan Hysteresis
d. Pembanding dengan Output Bounding
e. Pembanding Jendela
Jawaban:
a. Detektor Penyilang Nol Tak Membalik (Zero Crossing Detector Non-
Inverting!
Rangkaian ini merupakan salah satu dari rangkaian komparator op-amp.Pada
rangkaian detektor penyilang nol ini memiliki Nilai tegangan referensisama
dengan Nol (Vref = 0), ketika gelombang input sinus (Ei) mele!ati
Nilaitegangan referensi (Vref) dan naik ke arah Nilai positif, maka tegangan
output(Vo) akan di dorong menu"u ke tegangan saturasi positif (Vsat), dan
ketikagelombang input sinus (Ei) mele!ati Nilai tegangan referensi dan turun
kearah Nilai negatif, maka tegangan output (Vo) akan di dorong menu"u
ketegangan saturasi negatife (-Vsat)
e. Pembanding Jendela
Komparator Jendela pada dasarnya adalah komparator pembalik dan
non-pembalik di atas yang digabungkan menjadi satu tahap pembanding.
Komparator jendela mendeteksi tingkat tegangan input yang berada dalam
pita atau jendela tegangan tertentu, alih-alih menunjukkan apakah suatu
tegangan lebih besar atau lebih kecil dari titik referensi tegangan yang
telah ditetapkan atau tetap.
Kali ini, alih-alih hanya memiliki satu nilai tegangan referensi, komparator
jendela akan memiliki dua tegangan referensi yang diimplementasikan
oleh sepasang komparator tegangan. Yang memicu komparator op-amp
saat mendeteksi ambang tegangan atas, V REF(UPPER) dan yang
memicu komparator op-amp saat mendeteksi level ambang tegangan
rendah, V REF(LOWER) . Kemudian level tegangan antara dua tegangan
referensi atas dan bawah disebut “jendela”, sesuai dengan namanya.
U1
7
3
6
R1
2 10k
V1
VSINE
4
1
5
TL071
-15
Cara kerjanya:
Rangkaian ini merupakan salah satu dari rangkaian komparator op-amp.Pada
rangkaian detektor penyilang nol ini memiliki Nilai tegangan referensisama
dengan Nol (Vref = 0), ketika gelombang input sinus (Ei) mele!ati
Nilaitegangan referensi (Vref) dan naik ke arah Nilai positif, maka tegangan
output(Vo) akan di dorong menu"u ke tegangan saturasi positif (Vsat), dan
ketikagelombang input sinus (Ei) mele!ati Nilai tegangan referensi dan turun
kearah Nilai negatif, maka tegangan output (Vo) akan di dorong menu"u
ketegangan saturasi negatife (-Vsat)
4. Gambarkan rangkaian detektor dengan bias tegangan tak membalik yang dapat
diatur dan jelaskan cara kerjanya secara singkat !
Gambar Rangkaian Komparator Bias Tegangan Non Pembalik
Cara kerjanya:
Dalam konfigurasi non-pembalik ini, tegangan referensi dihubungkan ke
masukan pembalik penguat operasional dengan sinyal masukan dihubungkan
ke masukan non-pembalik. Untuk menyederhanakannya, kita asumsikan
bahwa dua resistor yang membentuk jaringan pembagi potensial adalah sama
dan: R1 = R2 = R . Hal ini akan menghasilkan tegangan referensi tetap
sebesar setengah tegangan suplai, yaitu Vcc/2 , sedangkan tegangan input
bervariasi dari nol hingga tegangan suplai.
Ketika V IN lebih besar dari V REF , keluaran komparator op-amp akan jenuh
menuju rel suplai positif, Vcc . Ketika V IN lebih kecil dari V REF , keluaran
komparator op-amp akan berubah keadaan dan jenuh pada rel suplai
negatif, 0v seperti yang ditunjukkan.
Jawaban:
6. Hitunglah UTP, LTP dan tegangan hysteresis dari rangkaian pembanding di bawah
ini ! Asumsikan tegangan keluaran maksimum rangkaian adalah ±10V !
Perhitungan:
𝑅2
𝑉𝑈𝑇𝑃 = (+𝑉𝑂𝑈𝑇(𝑀𝐴𝑋)) (+10𝑉)
𝑅1 + 𝑅2
56𝐾
𝑉𝑈𝑇𝑃 = = 5,43𝑉
47𝐾 + 56𝐾
𝑉𝐿𝑇𝑃 = −5,43𝑉
7. Hitunglah UTP dan LTP dari rangkaian pembanding di bawah ini ! Gambarkan
bentuk gelombang tegangan input dan output yang dihasilkan, jika tegangan output
maksimum adalah ±10V !
,3V
JAWABAN:
Komparator ini memiliki histeresis dan batasan zener. Tegangan pada D₁
dan D₂ pada kedua arah adalah 3,3 V + 0,7 V = 4 V. Hal ini karena salah satu
zener selalu bias maju dengan penurunan sebesar 0,7 V ketika zener lainnya
rusak.
Tegangan pada masukan op- amp pembalik (-) adalah Vour 4 V. Karena
tegangan diferensial dapat diabaikan, maka tegangan pada masukan op-
amp noninverting (+) juga kira- kira Vout ± 4 V. Jadi.
𝑉𝑅1 = 𝑉𝑂𝑈𝑇 − (𝑉𝑂𝑈𝑇 ± 4 V ) = ± 4 V
𝑉𝑅𝐼 ± 4 V
𝐼𝑅1 = = = ± 40uA
𝑅1 150𝐾
Karena arus masukan non- pembalik dapat diabaikan,
𝐼𝑅2 = 𝐼𝑅1 = ± 40Ua
𝑉𝑅2 = 𝑅2. 𝐼𝑅2 = 68𝐾. ± 40uA = ± 2,72V
𝑉𝑂𝑈𝑇 = 𝑉𝑅1 + 𝑉𝑅2 = ± 4 V ± 2,72V = ± 6,72V
Titik pemicu atas (UTP) dan titik pemicu bawah (LTP) adalah sebagai
berikut:
𝑅2
𝑉 𝑉𝑈𝑇𝑃 = (+𝑉𝑂𝑈𝑇(𝑀𝐴𝑋))
𝑅1 + 𝑅2
𝑉𝑈𝑇𝑃 = 68𝐾 (+10𝑉) = 3,11𝑉
150𝐾 + 68𝐾
𝑉𝐿𝑇𝑃 = −3,11𝑉
B. Rangkaian Percobaan 2
7. Membuat rangkaian seperti gambar percobaan 2, menggunakan sumber
tegangan ± 15 Volt !
8. Mengatur generator fungsi pada frekuensi 100 Hz dengan tegangan 5 Vp-
p bentuk gelombang sinus.
9. Menghubungkan dengan input op amp, Mengamati bentuk dan amplitudo
gelombang tegangan output.
10. Mengubah generator fungsi pada tegangan 10 Vp-p, mengamati bentuk
dan amplitudo gelombang tegangan output.
Gambar Rangkaian Percobaan 2
11. Mengulangi langkah 8 s.d. 10 dengan menggunakan bentuk gelombang
segitiga.
C. Rangkaian Percobaan 3
12. Membuat rangkaian seperti gambar percobaan 3, menggunakan sumber
tegangan ± 15 Volt .
13. Mengatur generator fungsi pada frekuensi 100 Hz dengan tegangan 5 Vp-
p bentuk gelombang sinus .
14. Menghubungkan dengan input op amp, mengamati bentuk dan amplitudo
gelombang tegangan output .
15. Mengubah generator fungsi pada tegangan 10 Vp-p, mengamati bentuk
dan amplitudo gelombang tegangan output.
16. Mengulangi langkah 13 s.d. 15 dengan menggunakan bentuk gelombang
segitiga.
D. Rangkaian Percobaan 4
17. Membuat rangkaian seperti gambar percobaan 4, menggunakan sumber
tegangan ± 15 Volt.
18. Mengatur generator fungsi pada frekuensi 100 Hz dengan tegangan 10
Vp-p bentuk gelombang sinus .
19. Menghubungkan dengan input op amp, mengamati bentuk dan amplitudo
gelombang tegangan output .
20. Mengulangi langkah 18 s.d. 19 dengan menggunakan bentuk gelombang
segitiga.
E. Rangkaian Percobaan 5
21. Membuat rangkaian seperti gambar percobaan 5, gunakan sumber
tegangan ± 15 Volt .
22. Mengatur generator fungsi pada frekuensi 100 Hz dengan tegangan 10
Vp-p bentuk gelombang tegangan sinus.
23. Menghubungkan dengan input op amp, Mengamati bentuk dan amplitudo
gelombang tegangan output .
Gambar Rangkaian Percobaan 5
24. Mengulangi langkah 22 dan 23 dengan menggunakan bentuk gelombang
segitiga .
25. Setelah selesai pratikum mematikan seluruh sumber tegangan, rapikan
kembali tempat praktek, kembalikan alat dan bahan praktek.
5.Data Percobaan
Rangkaian 1 percobaan 1( gambar gelombang)
1.Sinus 500mVp-p :
2. Sinus 1Vp-p :
3. Segitiga 500mVp-p:
4. Segitiga 1Vp-p:
Gelombang kuning input dan gelombang biru output
3. Segitiga 5Vp-p:
4. Segitiga 10Vp-p:
3. Segitiga 10Vp-p:
4. Segitiga 15Vp-p:
6. ANALISA
7. KESIMPULAN
1. Rangkaian Detektor Melintas Nol: Prinsip kerja rangkaian detektor melintas nol
adalah mendeteksi ketika tegangan melintasi nilai nol pada siklus AC. Rangkaian
ini biasanya menggunakan dioda penyearah dan kapasitor untuk membentuk
tegangan searah dari sinyal AC. Ketika tegangan melintas nol, dioda melewatkan
arus ke kapasitor, menyebabkan penumpukan muatan. Hal ini memungkinkan
deteksi momen melintas nol, yang dapat digunakan, misalnya, untuk sinkronisasi
waktu dalam rangkaian daya.
2. Rangkaian Pembanding dengan Bias Tegangan: Prinsip kerja rangkaian
pembanding dengan bias tegangan melibatkan perbandingan antara dua
tegangan referensi dengan menggunakan penguat operasional. Bias tegangan
diterapkan pada salah satu input penguat operasional untuk menetapkan tingkat
pembanding. Ketika sinyal masukan melebihi atau kurang dari tingkat ini,
penguat operasional memberikan keluaran yang sesuai.
3. Rangkaian Pembanding dengan Hysteresis: Rangkaian pembanding dengan
hysteresis melibatkan penggunaan umpan balik positif untuk menciptakan dua
tingkat pembanding, satu untuk naik dan satu untuk turun. Ini memungkinkan
untuk mengatasi masalah fluktuasi tegangan kecil yang bisa menyebabkan
osilasi pada nilai ambang pembanding. Saat sinyal melewati ambang atas,
keluaran berubah, dan hal ini tetap tidak berubah sampai sinyal melewati
ambang bawah.
4. Rangkaian Pembanding dengan Pembatas Output: Rangkaian pembanding
dengan pembatas output mengintegrasikan fungsi pembanding dengan
pembatas tegangan. Pembatas output melindungi sirkuit dari tegangan berlebih
dan mencegah keluaran melebihi nilai tertentu. Ini berguna untuk melindungi
perangkat yang terhubung dari kerusakan akibat tegangan yang berlebihan.
5. Rangkaian Pembanding Jendela: Rangkaian pembanding jendela
membandingkan sinyal input dengan dua ambang batas yang ditentukan. Jika
sinyal input berada di antara dua ambang ini, keluaran tetap tidak berubah. Jika
sinyal input melampaui salah satu ambang, keluaran beralih sesuai dengan
perubahan kondisi tersebut. Ini berguna, misalnya, dalam aplikasi di mana kita
hanya tertarik pada perubahan sinyal saat melewati batas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Horowitz, P., & Hill, W. (2015). The Art of Electronics. Cambridge University
Press.
4. Millman, J., & Halkias, C. (2008). Integrated Electronics: Analog and Digital
Circuits and Systems. Tata McGraw-Hill Education.
5. Razavi, B. (2015). Design of Analog CMOS Integrated Circuits. McGraw-Hill
Education.