Anda di halaman 1dari 2

Pembinaan 3 KSK Astronomi 2020 – SMAN 1 Godean

KONSEP WAKTU DAN KALENDER


Konsep waktu pada umumnya dipelajari berdasarkan siklus alam yang berulang secara teratur,
seperti terbitnya matahari dan terbenamnya matahari. Tidak seperti planet, bintang dan benda langit
lainnya, waktu maupun konsepnya tidak dapat dilihat sama sekali. Oleh karenanya, dibutuhkan konsep
untuk mendefinisikan waktu sebagai petunjuk dalam hidup kita.

1. Waktu Sideris

Periode Sideris adalah waktu yang diperlukan benda langit untuk berotasi dan berevolusi penuh
(360°) hingga kembali ke titik semula. Waktu Sideris atau waktu bintang merupakan waktu yang
ditentukan berdasarkan acuan penentuan skala waktu saat kenampakan bintang di langit. Bintang yang
menjadi acuan dianggap diam di langit serta berada pada jarak yang amat jauh.

Istilah periode sideris dapat digunakan pada berbagai pergerakan benda langit, contohnya periode
sideris rotasi Bumi adalah 23 jam 56 menit, periode sideris revolusi Bulan adalah 27,3 hari. Secara
prinsip, periode sideris mengacu pada satu gerak benda langit: rotasi atau revolusi. Salah satu dari
berbagai periode sideris yang paling penting adalah hari sideris. Satu hari sideris sama dengan
periode rotasi Bumi yakni 23 jam 56 menit. Periode ini diperoleh dengan mengamati sebuah bintang
(mis: Antares atau 𝛼 Scorpii), serta mencatat waktu yang diperlukan bintang ini dari posisi awalnya di
meridian pengamat hingga kembali pada posisi yang sama keesokan harinya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka astronom membuat jam bintang atau jam sideris sebagai
perangkat yang membantu pengamatan, Jam sideris pada satu tempat berbeda dengan jam di tempat
lain sehingga perlu didefinisikan secara global yang disebut jam sideris Greenwich (Greenwich
Sidereal Time, GST). GST menyatakan jam sideris di kota Greenwich, Inggris yang berada pada bujur
0°. Berdasarkan acuan GST, maka jam sideris local (Local Sidereal Time, LST) dapat dihitung dengan
persamaan:

𝐿𝑆𝑇 = 𝐺𝑆𝑇 + 𝜆

Dimana 𝜆 menunjukkan bujur geografis lokasi diukur ke arah timur. Jam sideris lokal juga dapat
didefinisikan sebagai sudut jam titik vernal equinox (titik Υ) (Note: ∆𝜆 = 15° sama dengan ∆𝑡 : 1 jam)

2. Waktu Sinodis

Periode sinodis berkaitan dengan gerak relatif dua benda atau perpaduan dua gerak benda langit.
Contohnya adalah periode sinodis Bulan menyatakan waktu yang dihitung dari satu fase kembali ke
fase yang sama. Periode ini bergantung pada revolusi Bulan dan revolusi Bumi karena fase Bulan
bergantung pada posisi Bumi, Bulan dan arah datangnya Matahari.

Contoh lain periode sinodis adalah hari surya yang kita kenal sehari-hari sebagai 24 jam. Satu hari
surya adalah waktu yang diperlukan Matahari dari titik meridian kembali ke meridian kembali keesokan
harinya. Periode sinodis ini merupakan perpaduan rotasi Bumi dan revolusi Bumi. Dari acuan hari
surya, muncul istilah Local Civil Time atau Local Time (LT) yakni waktu sipil dari suatu lokasi yang
berdasarkan posisi Matahari, mis: Matahari di titik meridian maka waktu sipilnya adalah 12.00 LT.

Acuan waktu sipil dunia adalah Universal Time (UT) atau lebih dikenal sebagai Greenwich Mean
Time (GMT). Dengan demikian, LT dapat dihitung dengan persamaan:

𝐿𝑇 = 𝑈𝑇 + 𝜆

𝜆 menunjukkan bujur geografis lokasi diukur ke arah timur. (Note: ∆𝜆 = 15° sama dengan ∆𝑡 : 1 jam)
Pembinaan 3 KSK Astronomi 2020 – SMAN 1 Godean

3. Zona Waktu

Pada dasarnya wakru sideris maupun sipil ditentukan berdasarkan bujur geografis suatu tempat.
Ketika kita berpindah kea rah timur atau barat maka letak posisi bujur geografis kita akan berubah,
sehingga muncullah konsep zona waktu untuk mempermudah manusia dalam mendefinisikan waktu itu
sendiri. Zona waktu adalah pembagian waktu berdasarkan bujur geografis pada umumnya. Perbedaan
bujur sebesar ∆𝜆 = 15° menunjukkan perbedaan waktu sebesar ∆𝑡 : 1 jam.

Zona Waktu Rentang bujur Perhitungan waktu


Waktu Indonesia Barat 95° − 105° 𝐵𝑇 𝐿𝑇𝑊𝐼𝐵 = 𝑈𝑇 + 7
Waktu Indonesia Tengah 105° − 120° 𝐵𝑇 𝐿𝑇𝑊𝐼𝑇𝐴 = 𝑈𝑇 + 8
Waktu Indonesia Timur 120° − 141° 𝐵𝑇 𝐿𝑇𝑊𝐼𝑇 = 𝑈𝑇 + 9

Sideris vs Sinodis

Waktu lokal dan sideris memiliki perbedaan sekitar 4 menit dalam 1 hari sebagai akibat dari gerak
Bumi mengitari Matahari, dengan kata lain aksensiorekta Matahari bertambah sekitar 4 menit setiap 1
hari. Tabel berikut menunjukkan

Dalam 24 jam, Bumi berotasi sedikit melebihi sekali putaran penuh akibat gerak Bumi
mengelilingi Matahari. Kita sebut periode tersebut “satu hari” atau satu hari sinodis. Di sisi lain, hari
sideris adalah satu kali Bumi berotasi relatif terhadap bintang.

Hari sinodis, atau “hari” adalah periode yang dibutuhkan sebuah planet (seperti Bumi) untuk
berotasi sekali terhadap bintang yang dikelilinginya (seperti Matahari). Bagi Bumi, panjang dari hari
sinodis adalah 24 jam. Hari sinodis berbeda dari hari sideris, yaitu satu kali gerak rotasi relatif terhadap
bintang di kejauhan. Satu hari sinodis adalah dari Matahari terbit ke Matahari terbit berikutnya,
sementara satu hari sideris adalah dari terbitnya bintang di kejadian yang sama berikutnya.

Panjang dari hari hari sinodis dan hari sideris berbeda akibat gerakan Bumi mengelilingi Matahari.
Posisi Matahari bergeser sekitar 1° setiap hari relatif terhadap bintang. Hal ini menyebabkan perbedaan
panjang hari sinodis dan hari sideris tersebut. Hari sinodis adalah yang kita sebut sebagai “hari” pada
ucapan sehari-hari. Kita membagi satu hari sinodis menjadi 24 jam. Karena hari sinodis sedikit lebih
daripada satu kali Bumi berotasi, hari sideris sedikit lebih singkat daripada 24 jam. Satu hari sideris
adalah 23 jam, 56 menit, dan 4,0905 detik. Perbedaan antara hari sideris dan hari sinodis dalam satu
tahun jika dijumlahkan akan sama dengan satu hari.

Waktu sideris memiliki

Anda mungkin juga menyukai