Anda di halaman 1dari 7

D.

PENENTUAN (PERHITUNGAN) WAKTU


Satuan waktu yang banyak digunakan dalam berbagai aktifitas kita didapatkan dari dua
gerak bumi. Yang pertama adalah hari, yang sama dengan periode rotasi bumi, atau penampakan
periode rotasi langit yang sebenarnya diakibatkan gerak rotasi bumi, dimana satu periode sama
dengan satu kali rotasi yang dibagi-bagi menjadi satuan yang lebih kecil yaitu jam (h), menit
(m), dan detik (s). Satu hari dibagi menjadi 24 jam, tiap jam dibagi lagi menjadi 60 menit, dan
tiap menit dibagi lagi menjadi 60 detik. Yang kedua adalah tahun yaitu periode revolusi bumi
mengitari matahari.

Perhitungan waktu ditentukan oleh posisi objek di bola langit yang dipilih sebagai acuan.
Selang waktu antara dua kali objek tersebut melewati meridian. Hari adalah dalam kehidupan
keseharian orang menggunakan kedudukan matahari sebagai acuan waktu.

1. Waktu Sideris dan Waktu Surya


Waktu Sideris
Waktu bintang (sidereal time) berkaitan langsung dengan rotasi bumi. Epok waktu bintang secara
numerik adalah sudut waktu dari titik semi (vernal equinox). Waktu bintang biasanya ditentukan
dengan pengamatan bintang.

Gambar 4. Sudut waktu dari titik semi sejati (masih dipengaruhi oleh presesi dan nutasi)
dinamakan Waktu Bintang Sejati (Apparent Sideral Time, ST).

Satu hari bintang adalah interval waktu antara dua kulminasi atas yang berurutan dari titik semi
menengah di meridian tertentu. Jam nol (00:00) suatu hari bintang adalah pada saat titik semi
(menengah) berkulminasi atas. Waktu bintang sejati tidak digunakan sebagai ukuran interval
waktu karena kecepatannya yang tidak uniform, yang disebabkan oleh bervariasinya kecepatan
rotasi bumi dan juga arah dari sumbu rotasi bumi itu sendiri. Karena titik semi menengah masih
dipengaruhi oleh presesi, maka satu hari bintang akan lebih pendek sekitar 0.0084 s dari periode
bumi yang sebenarnya.

Waktu Surya
Waktu surya (solar or universal time) berkaitan dengan rotasi bumi dan juga revolusi bumi
sekeliling matahari. Epok waktu surya secara numerik adalah sudut waktu dari matahari. Waktu
surya benar ditentukan oleh kedudukan sebenarnya matahari di bola langit. Hari surya benar
dimulai ketika matahari mencapai meridian bawah, sehingga saat itu waktu surya benar
menunjukkan jam 0.00, satu hari surya benar dibagi dalam 24 jam. Pergerakan surya benar
(apparent sun) sepanjang ekliptika tidak uniform, sehingga surya benar kurang ideal untuk
pendefinisian sistem waktu.

Untuk mengatasi ketidaktepan waktu surya benar ini maka dibayangkan suatu matahari
khayal yang bergerak sepanjang equator langit dengan kecepatan konstan dan periode yang sama
dengan periode matahari benar dalam menyelesaikan lintasannya di ekliptika dengan kecepatan
sekitar 1 perhari (360 dalam 365,25 hari). Waktu yang ditentukan dengan kedudukan rerata
matahari ini dinamakan waktu surya rerata. Waktu surya rerata merupakan satuan dasar untuk
semua pengukuran waktu dan perhitungan astronomis.

Hari surya rerata dimulai saat surya rerata mencapai meridian bawah yaitu jam 0.00 surya
rerata. Waktu surya rerata pada bujur yang melalui kota Greenwich (Inggris) disebut Greenwich
Mean Time (GMT). Waktu GMT sering digunakan untuk menandai peristiwa-peristiwa
internasional.
Gambar 5. Waktu matahari (surya)

Jam nol (00:00) suatu hari matahari adalah pada saat matahari menengah berkulminasi bawah
tengah malam. Satu hari matahari adalah interval waktu antara dua kulminasi bawah yang
berurutan dari matahari menengah di meridian tertentudari tengah malam ke tengah malam
berikutnya.

2. Waktu Standar atau Waktu Daerah


Waktu surya rerata untuk tiap tempat berbeda-beda sesuai dengan perbedaan bujur tempat
tersebut. Karena rotasi bumi itu 360 dalam 24 jam dan juga garis bujur dihitung 360, yaitu
180 BT dan 180 BB, maka setiap perbedaan garis bujur 15 akan terdapat perbadaan waktu
surya rerata 1 jam. Karena rotasi bumi itu dari barat ke timur, maka tempat yang disebelah timur
waktunya lebih maju. Waktu surya rerata dari meridian yang melalui Greenwich dinamakan
waktu universal yang disingkat dengan GMT.

Ini berarti waktu surya rerata di berbagai tempat tidak sama dan ini akan menimbulkan
kesukaran, seperti misalnya bagi orang yang berpergian kearah timur ataupun ke barat dia harus
mengubah jam arlojinya untuk menyesuaikan dengan waktu surya rerata setempat. Untuk
menghindari kekacauan ini maka dilakukan standarisasi waktu menurut wilayah, sehingga dalam
suatu wilayah semua tampat menetapkan waktu yang sama yang disebut waktu standar.
Berdasarkan hasil konfrensi internasional 1884, ditetapkan sistem 24 Zone (wilayah) waktu
internasional untuk seluruh dunia dimana tiap zona rentangnya 15 bujur. Setiap zone diberi
nomor berurutan yang dimulai dari meridian Greenwich, ke barat diberi tanda negatif (-) dan
ketimur tanda positif (+).

Gambar 6. Waktu standar international

3. Garis tanggal internasional

Kenyataan makin ke timur waktu makin maju, hal ini menimbulkan masalah. Misalnya
seorang berangkat keliling dunia ke arah timur, maka setiap lewat 15o garis bujur dan harus
memajukan arlojinya 1 jam, sehingga setelah menyelesaikan perjalanan dia telah memajukan
arlojinya 24 jam atau sehari penuh. Ini berarti dia telah mendapat tambahan satu hari lebih dari
mereka yang tingggal di rumah, sehingga orang bisa menyarankan dengan keliling dunia arah ke
timur maka kita bisa menuju ke masa depan.

Untuk mengatasi masalah ini, berdasarkan persetujuan internasional maka ditetapkan


garis tanggal internasional, yaitu sepanjang meridian 180 o, garis tanggal ini terletak kira-kira di
pertengahan lautan Pasifik. Berdasarkan konvensi, pada garis tanggal ini tanggal kalender harus
berubah satu hari. Bila melewati garis tanggal ini dari barat ke timur, karena waktunya maju
maka sebagai imbalan dia harus memundurkan tanggalnya, dan bila melewatinya dari timur ke
barat, dia harus menambahkan tanggalnya satu hari.

1. Kalender
Satuan alamiah dari kalender adalah hari, minggu, bulan, dan tahun. Hari didasarkan pada
periode rotasi bumi, bulan didasarkan pada periode bulan mengitari bumi dan tahun didasarkan
pada periode revolusi bumi. Namun susahnya, ketiga periode berdasarkan pada pengukuran yang
tidak sama.

Satuan berikutnya adalah bulan yang didasarkan periode revolusi bulan terhadap bintang
disebut bulan sideris yang lamanya sekitar 27 1/3 hari. Sedangkan selang antara dua fase bulan
yang dikenal dengan 1 bulan, sebenarnya merupakan periode revolusi bulan terhadap matahari,
dan ini disebut sinodis yang lamanya sekitar 29 hari.

Satuan yang ketiga adalah tahun yang didasarkan periode revolusi bumi. Paling tidak ada
tiga jenis tahun, yang pertama adalah periode revolusi bumi mengelilingi matahari terhadap
bintang yang disebut tahun sideris yang lamanya dalah 365,2564 hari surya rerata atau 365 d 6h 9m
10s. Yang kedua adalah periode revolusi bumi terhadap titik musim semi (vernal equinox), yaitu
terhadap permulaan berbagai musim yang disebut tahun tropis. Tahun ini lamanya 365,242199
hari surya rerata, atau 365d 10h 48m 46s. Kalender kita karena dipakai untuk menetapkan musim,
didasarkan pada tahun tropis.

Tahun yang ketiga adalah tahun anomalistik yaitu selang waktu dua kali berturut bumi
melewati titik perihelion. Tahun ini lamnya 365,2596 hari surya rerata, atau 365 d 6h 13m 53s.
Tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sideris karena sumbu panjang orbit bumi bergeser pelan-
pelan dalma bidang orbit revolusi bumi. Pergeseran ini disebabkan oleh pertubasi oleh planet-
planetnya.

Minggu mungkin diambil dari seperempat (kuarter) dari fase bulan yang lamanya tujuh hari.
Nama dari ketujuh hari tersebut diambil dari nama tujuh planet (termasuk bulan dan matahari),
yaitu saturnus (Saturday), hari kedua matahari (Sunday), hari ketiga bulan (Monday) dan hari
keempat, kelima, keenam, dan ketujuah berturut adalah, Mars, Mercurius, Jupiter, dan Venus,
dan keempat nama ini diambil dari nama-nama dewa romawi kuno.

a. Kalender kuno
Cikal bakal kalender modern sekarang ini berasal dari kalender Romawi dan Yunani kuno
abad delapan SM yang pada mulanya mungkin terdiri dari 10 bulan, dan nama empat bulan yang
terakhir adalah September, Oktober, November, dan Desember. Tetapi sejak abad pertama SM
ditambahkan dua bulan lagi yaitu Januari dan Februari.

Kalender Romawi aslinya menggunakan tahun bulan, satu bulan didasarkan pada periode
sinodis bulan yang lamanya rerata 29 hari dan dimulai dari bulan baru. Karena satu tahun
bulan lamanya 354 hari, sedangkan tahun tropis 365 hari, sehingga dalam tiga tahun
perbedaannya menjadi satu bulan penuh. Untuk dapat mengikuti tahun musim, maka setiap tiga
tahun ditambahkan bulan ke-13. Kalender Romawi disebarkan tahun 70 SM memiliki 12 bulan
yaitu Martius (31), Aprilis (29), Mains (31), Junius (29), Quintilis (31), Sextilis (29), September
(29), Oktober (31), Nopember (29), Desember (29), Januarius (29), Februarius (28). Jadi satu
tahun jumlahnya 355 hari. Pada pertengahan abad kedua SM, mulai dipakai 1 Januari sebagai
permulaan tahun.

b. Kalender Julian
Atas nasehat astronom Sosigenes dari Alexandria, Julius Caesar 46 SM, mengadakan
perubahan terhadap kalender Romawi dengan membuat ke-12 bulan itu hampir sama panjang
rerata sekitar 30 hari. Kalender ini didasarkan pada tahun tropis yang lamanya 365 hari. Jadi
biasanya satu tahun berisikan 365 hari, dan setiap 4 bulan ditambah satu hari pada bulan Februari
sehingga menjadi 366 hari dan tahun ini disebut tahun kabisat. Kalender Julian ini mulai
diperkenalkan sejak 1 Januari 45 SM.

Setelah Caesar meninggal pada tahun 44 SM untuk menghormatinya, maka bulan Quintilis
(aslinya bula kelima kalender Romawi) diubah namanya menjadi bulan Juli (dari nama Julius).
Lebih jauh lagi, senat Romawi juga memperbaiki kalender Julian dengan mengubah nama bulan
Sextilis (aslinya bulan keenam) menjadi bulan Agustus untuk menghormati Augustus Caesar
pengganti Julius.

c. Kalender Gregorian
Walaupun tahun Julian sudah mendekati tahun tropis dengan lama rerata 365,25 hari, tetapi
masih terdapat kelebihan 11m 14s tiap tahunnya. Bila ini dibiarkan terus maka titik musim semi
(vernal equinox) makin maju, dan tidak lagi pada 21 Maret. Pada tahun 325 M telah ditemukan
bahwa venal equinox telah bergeser menjadi 11 Maret.
Untuk memecahkan masalah ini, dalam tahun 1582, Puas Gregorius XIII memperbaharui
lagi kalender Julian dengan dua langkah. Pertama, untuk mengembalikan vernal equinox ke 21
maret. Paus Gregorius mengumumkan bahwa tanggal 4 Oktober 1582 hari itu, esok harinya
melompat menjadi 15 Oktober 1582.

Langkah kedua adalah untuk menghilangkan kelebihan 11m 14s tiap tahunnya yang
berakumulasi menjadi satu hari penuh setiap 128 tahun, dan ini sudah diperbaiki. Lalu Paus
Gregorius mengeluarkan dekrit menghilangkan 3 hari setiap 400 tahun dengan menetapkan tahun
abad yang tidak bisa dibagi 400 pada kalender Julian yaitu 1700, 1800, dan 1900, tahunnya tidak
melompat dan tetap 365 hari. Dengan demikian lama rerata tahun Gregorius adalah 365,2425
hari surya rerata dan meskipun masih ada selisih yang kecil dan baru harus dikoreksi 1 hari
dalam 3300 tahun.

Dewasa ini tahun Gregorius sedikit dimodifikasi lagi agar lebih mendekati tahun tropis
dengan menetapkan tahun 4000, 8000, 12000, dan seterusnya bukan tahun kabisat, tetapi
merupakan tahun biasa (panjang tahun 365 hari). Perbaikan ini menghasilkan kalender yang
sangat cermat, dan baru perlu dikoreksi 1 hari dalam 20.000 tahun.

Anda mungkin juga menyukai