Anda di halaman 1dari 52

Waktu Matahari itu didasarkan dari ide bahwa saat matahari mencapai titik tertinggi di langit, saat

tersebut dinamakan tengah hari.


Waktu Matahari nyata itu didasarkan dari hari Matahari nyata, di mana interval di antara dua kali
kembalinya matahari ke lokalmeridian. Waktu Matahari bisa diukur dengan menggunakan jam
Matahari.
Waktu Matahari rata-rata (mean solar time) adalah jam waktu buatan yang dicocokan dengan
pengukuran diurnal motion (gerakan nyata bintang mengelilingi bumi) dari bintang tetap agar cocok
dengan rata-rata waktu Matahari nyata. Panjangnya waktu Matahari rata-rata adalah konstan 24 jam
sepanjang tahun walaupun jumlah sinar matahari di dalamnya bisa berubah. Satu hari Matahari nyata
bisa berbeda dari hari Matahari rata-rata (yang berisi 86.400 detik) sebanyak 22 detik lebih pendek
sampai dengan 29 detik lebih panjang. Karena banyak hari-hari panjang atau hari-hari pendek ini
terjadi secara berturut-turut, perbedaan yang terkumpul bisa mencapai hampir 17 menit lebih awal
atau lebih dari 14 menit terlambat. Perbedaan antara waktu Matahari nyata dan waktu Matahari ratarata itu dinamakan persamaan waktu.

Waktu sideris
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Bumi dalam sistem tata surya selain mengelilingi matahari juga berputar pada sumbunya dengan garis yang
menghubungkan kutub utara dan kutub selatan sebagai sumbu putarnya. Hal demikian ini disebut rotasi bumi.
Terhadap suatu titik di langit (vernal equinox) yang posisinya relatif tetap, bumi memerlukan waktu 23 jam, 56
menit dan 4,09 detik untuk melakukan putaran 360 derajat atau satu hari sideris. Rentang waktu ini sedikit lebih
pendek daripada satu hari yang biasa kita kenal: 24 jam.

Jam Sideris[sunting]
Karena bumi berotasi maka benda-benda langit yang relatif diam akan tampak bergerak mengelilingi bumi bagi
pengamat di muka bumi. Demikian pula dengan posisi vernal equinox. Jam Sideris didefinisikan sebagai jarak
sudut vernal equinox terhadap meridian, atau sudut jam vernal equinox. Satuannya jam. Karena satu putaran
vernal equinox dari meridian ke meridian lagi didefinisikan sebagai 24 jam sideris maka 1 jam sideris setara
dengan perpindahan vernal equinox sejauh 15 derajat. Ketika vernal equinox tepat berada di meridian suatu
tempat, saat itu Jam Sideris Lokalnya adalah 00:00.
Jam sideris sangat berguna bagi pengamatan astronomi. Gerakan harian bintang-bintang di langit relatif
terhadap rotasi bumi bisa disamakan dengan gerak harian vernal equinox. Umumnya posisi benda-benda
astronomi dinyatakan dengan asensio rekta dandeklinasi, yaitu pengukuran sudut relatif terhadap vernal equinox
di bidang ekuator langit. Dengan jam sideris pengamat dapat menentukan kapan dan benda-benda apa yang
akan diamati. Sebagai contoh, suatu benda astronomi akan berada di meridian pengamat jika asensio rekta
benda itu sama dengan Jam Sideris Lokal.

Hari Sideris[sunting]
Satu hari sideris adalah waktu yang diperlukan bumi berotasi satu putar atau dapat juga dikatan sebagai waktu
yang diperlukan bintang melewati meridian di suatu tempat ke meridian yang sama lagi. Berbeda dengan satu
hari yang biasa digunakan, satu hari Matahari, yang menyatakan rentang waktu gerak harian Matahari rata-rata
satu putar relatif terhadap pengamat di bumi. Dalam satu tahun bumi berotasi 366,2422 kali namun bagi
pengamat di muka bumi yang tetap akan melihat Matahari melintas 365,2422 kali. Dengan perbandingan itu dan

karena satu hari Matahari adalah 24 jam maka panjang satu hari sideris adalah 86164,09 detik, atau 23 jam, 56
menit dan 4,09 detik.

Bulan mengelilingi bumi dalam satu periode putaran (360 ) memerlukan waktu 27,3 hari bumi tepatnya 27,321661
hari atau 27 hari 7 jam 43 menit 11.51 detik. Jika pada suatu waktu bulan berada pada titik yang searah dengan
bintang tetap tertentu di langit, maka setelah 27 hari 7 jam 43 menit 11.51 detik ia akan kembali berada di tempat
semula. Jangka waktu ini disebut waktu peredaran sideris bulan.
Ketika bulan beredar menempuh lingkaran orbitnya, bumi dan bulan juga bersama-sama mengelilingi matahari.
Akibatnya setelah 27, 3 hari itu meskipun bulan sudah sempurna mengelilingi bumi (360), namun pada waktu itu
belum masuk pada bulan baru. Bulan baru itu terjadi bila bulan terletak kembali searah dengan matahari (konjungsi)
atau dengan istilah lain: bumi bulan dan matahari terletak pada suatu garis lurus.
Perhitungan kalender bulan seperti kalender Hijriyah tidaklah terlalu sederhana, perhitungannya tidaklah didasarkan
pada peredarannya itu sendiri, tetapi kepada perubahan bentuknya. Sementara perubahan bentuk bulan sendiri
ditentukan oleh posisi matahari.
Lihat ilustrasi berikut :

Gambar 2. Ilustrasi Peredaran Sideris dan Sinodis Bulan. Setelah 27, 32 hari bulan sempurna mengelilingi
bumi 360, bulan baru (new moon) belum bisa terjadi. Masih perlu diperlukan 2.21 hari lagi (27 derajat)
pergeseran bulan agar terjadi konjungsi yang menandai akan masuknya bulan baru. Lihat gambar di atas:
Posisi B1 dan B3 adalah periode sinodis bulan, sedangkan B1 ke B2 adalah periode sideris
Untuk menyelesaikan satu putaran penuh, misalnya dari satu purnama ke purnama berikutnya waktu 27,321661 hari
belumlah cukup. Bulan masih harus menempuh 27 lagi, karena perubahan bentuk bulan terjadi akibat pantulan sinar
matahari berdasarkan penglihatan dari bumi. Dengan kata lain untuk mencapai satu keliling penuh menurut
perubahan bentuknya bulan harus menempuh jarak 387, jarak itu ditempuh bulan dalam waktu 29, 530579 hari atau
29 hari 12 jam 44 menit 2.03 detik. Selanjutnya untuk lebih jelas anda dapat melihat animasi peredaran sideris dan
sinodis bulan berikut:
http://www.sumanasinc.com/webcontent/animations/content/sidereal.html
Karena panjang hari sesuai dengan pusingan bumi pada porosnya dalam satu putaran penuh adalah 24, maka untuk
mencapai waktu rata-rata 29, 530579 hari, ditetapkan panjang bulan pada bulan-bulan Hijriyah adalah silih berganti
antara 29 dan 30 hari. Dengan panjang rata-rata 29.5 hari itu ternyata masih ada selisih 0.030579 hari (0 jam 44

menit 2.03 detik), maka untuk menutupi kekurangan itu diadakan penambahan satu hari pada bulan terakhir yaitu
Dzulhijjah setiap 11 tahun sekali dalam putaran tiap 30 tahun. Dengan penambahan ini berarti rata-rata bulan
panjangnya menjadi 29,5305 hari. Suatu angka yang cukup tepat meskipun masih terdapat kekurangan sekitar
delapan detik tidaklah berpengaruh, oleh karena itu dapat di abaikan.

aktu Sideris
Bumi dalam sistem tata surya selain mengelilingi matahari juga berputar pada sumbunya dengan
garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan sebagai sumbu putarnya. Hal demikian
ini disebut rotasi bumi. Terhadap suatu titik di langit (vernal equinox) yang posisinya relatif tetap,
bumi memerlukan waktu 23 jam, 56 menit dan 4,09 detik untuk melakukan putaran 360 derajat
atau satu hari sideris. Rentang waktu ini sedikit lebih pendek daripada satu hari yang biasa kita
kenal: 24 jam.
Karena bumi berotasi maka benda-benda langit yang relatif diam akan tampak bergerak
mengelilingi bumi bagi pengamat di muka bumi. Demikian pula dengan posisi vernal
equinox. Jam Sideris didefinisikan sebagai jarak sudut vernal equinox terhadap meridian, atau
sudut jam vernal equinox. Satuannya jam. Karena satu putaran vernal equinox dari meridian ke
meridian lagi didefinisikan sebagai 24 jam sideris maka 1 jam sideris setara dengan perpindahan
vernal equinox sejauh 15 derajat. Ketika vernal equinox tepat berada di meridian suatu tempat,
saat itu Jam Sideris Lokalnya adalah 00:00.
Jam sideris sangat berguna bagi pengamatan astronomi. Gerakan harian bintang-bintang di langit
relatif terhadap rotasi bumi bisa disamakan dengan gerak harian vernal equinox. Umumnya posisi
benda-benda astronomi dinyatakan denganasensio rekta dan deklinasi, yaitu pengukuran sudut
relatif terhadap vernal equinox di bidang ekuator langit. Dengan jam sideris pengamat dapat
menentukan kapan dan benda-benda apa yang akan diamati. Sebagai contoh, suatu benda
astronomi akan berada di meridian pengamat jika asensio rekta benda itu sama dengan Jam
Sideris Lokal.
Satu hari sideris adalah waktu yang diperlukan bumi berotasi satu putar atau dapat juga
dikatakan sebagai waktu yang diperlukan bintang melewati meridian di suatu tempat ke meridian
yang sama lagi. Berbeda dengan satu hari yang biasa digunakan, satu hari matahari, yang
menyatakan rentang waktu gerak harian matahari rata-rata satu putar relatif terhadap pengamat
di bumi. Dalam satu tahun bumi berotasi 366,2422 kali namun bagi pengamat di muka bumi yang
tetap akan melihat matahari melintas 365,2422 kali. Dengan perbandingan itu dan karena satu
hari matahari adalah 24 jam maka panjang satu hari sideris adalah 86164,09 detik, atau 23 jam,
56 menit dan 4,09 detik.

Greenwich Mean Time


Waktu Universal Terkoordinasi (bahasa Inggris: Coordinated Universal Time, bahasa Perancis: Temps
Universel Coordonn, singkatan resmi: UTC), sering disebut sebagai Waktu Zulu adalah perwujudan dari waktu
atom dari Waktu Universal (UT) atau Waktu Greenwich (GMT). Waktu ini adalah dasar dari waktu sipil.Zona
waktu di seluruh dunia adalah ditampilkan sebagai tambahan positif atau negatif dari UT. Beda UTC dariWaktu
Atom Internasional adalah sejumlah beberapa detik genap (bukan pecahan), sesuai dengan waktu yang dihitung
oleh jam atom. Beda UTC dari UT hanya sepersekian detik.
UTC adalah ukuran waktu campuran: kecepatan dari UTC adalah berdasarkan yang dihitung oleh standar jam
atom, tapi epoch dari UTC dicocokkan selalu supaya dekat dengan waktu UT yang berdasarkan data astronomi.
Putaran bumi sedikit demi sedikit mengalami perlambatan (karena efek pengereman oleh pasang-surut),

sehingga mean hari matahari semakin bertambah semenjak diperkenalkannya TAI. Karena alasan ini, UT adalah
lebih lambat dari TAI. UTC selalu dipertahankan untuk berada dalam 0.9 detik dari UT1 (UT1 adalah satu dari
tiga definisi UT yang paling akurat); detik kabisat akan ditambahkan ke (atau mungkin bisa juga dikurangkan dari)
UTC disetiap akhir bulan. Hingga saat ini, penambahan/pengurangan detik kabisat ini (yang pertama tahun 1972)
selalu dalam harga positif, dan dilakukan pada tanggal 30 Juni atau 31 Desember, di mana penambahan detik
kabisat dinamakan sebagai jam 23:59:60. Pengumuman dari detik kabisat ini dilakukan oleh International Earth
Rotation and Reference Systems Service (IERS Sistem Internasional Pelayanan Putaran Bumi dan Referensi),
berdasarkan pengukuran akurat dari prakiraanastronomi dari putaran bumi. Secara sejarah, satu detik kabisat
selalu diperlukan setiap satu atau dua tahun sekali. Namun demikian, detik kabisat sudah lama tidak
ditambahkan semenjak tahun 1998, karena perlambatan bumi telah berkurang secara sementara dalam 7 tahun
terakhir ini. Detik kabisat yang lalu, seperti pernah diumumkan IERS pada bulan Juli 2005, terjadi pada tanggal
31 Desember 2005.
Untuk keperluan praktis, dan untuk keperluan perdagangan dan hukum, perbedaan kecil (dalam pecahan detik)
antara UTC dan UT (atau GMT) adalah dianggap kecil, dan karena alasan ini, dalam percakapan biasa UTC
sering disebutkan sebagai GMT, walaupun sebenarnya secara teknis ini adalah tidak tepat.
Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) adalah sama dengan UTC+7.

Waktu Universal
Waktu universal (bahasa Inggris Universal Time, disingkat UT) adalah satu ukuran waktu yang
didasari oleh rotasi bumi. Satuan ini adalah kelanjutan modern dari GMT (Greenwich Mean
Time), yaitu, mean waktu matahari di meridian di Greenwich, Inggris, yang secara lazim dianggap
sebagai bujur geografis 0 derajat.
GMT sering secara keliru dianggap sebagai kesamaan dari UTC. Sebenarnya, GMT yang dulu
telah dibagi dua, menjadi UTCdan UT1.
Sebelum diperkenalkannya standar waktu, setiap kota menyetel waktunya sesuai dengan posisi
matahari di tempat masing-masing. Sistem ini bekerja dengan baik sampai diperkenalkannya
kereta api, yang memungkinkan untuk berpergian dengan cepat namun memerlukan seseorang
untuk terus-menerus mencocokan jamnya dengan waktu lokal yang berbeda-beda dari satu kota
ke kota lain. Standard waktu, dimana semua jam di dalam satu daerah menggunakan waktu yang
sama, dibuat untuk memecahkan masalah perbedaan waktu seperti dalam perjalanan kereta api
di atas.
Standar waktu membagi-bagi bumi kedalam sejumlah zona waktu, masing-masing melingkupi
(dalam teorinya) paling sedikit 15 derajat. Semua jam di dalam zona waktu ini disetel sama
dengan jam lainnya, tapi berbeda sebanyak satu jam dari jam-jam di zona waktu yang
bertetanggaan. Waktu lokal di Royal Greenwich Observatory di Greenwich, Inggris, dipilih
sebagai standard di Konferensi Meridian Internasional tahun 1884, yang memicu penyebaran
pemakaian Greenwich Mean Time untuk menyetel jam di dalam suatu daerah. Lokasi ini dipilih
karena sampai tahun 1884, dua pertiga dari semua peta dan bagan menggunakannya
sebagai meridian utama (prime meridian).
Di Amerika Serikat dan Kanada, zona waktu standard diperkenalkan tanggal 18 November 1883,
oleh perusahaan-perusahaan rel kereta api. Koran-koran menyebutkan hari itu sebagai hari yang
memiliki dua tengah hari (two noons). Saat itu tidak ada peraturan dari pemerintah,
perusahaan-perusahaan tersebut hanya memilih penggunaan sistem lima zona waktu, dan
menganggap masyarakat akan mengikutinya. Asosiasi Rel Kereta Api Amerika (ARA), sebuah
organisasi beranggotakan penyelenggara rel-rel kereta api, telah melihat munculnya minat dari
dunia sains ke arah penyeragaman waktu. ARA membuat sistem zona waktu sendiri, yang
memiliki bentuk batas-batas yang tidak regular, mungkin karena ingin menghindarkan tindakan

pemerintah yang mungkin mempersulit kegiatan mereka. Sebagian besar masyarakat menerima
pemakaian waktu yang baru tersebut, namun sejumlah kota dan kabupaten menolak waktu rel
kereta api, yang pada dasarnya belum dijadikan peraturan. Sebagai contohnya, dalam dokumendokumen kontrak legal, apa artinya tengah malam? Di dalam satu kasus pengadilan tinggi di
negara bagian Iowa, seorang pemilik bar memberikan argumentasi bahwa ia telah menggunakan
waktu (matahari) lokal, dalam menentukan jam buka bar miliknya, sehingga ia bersumpah tidak
melanggar peraturan daerah tentang jam tutup kegiatan bar. Standard waktu tetap menjadi
kebijaksanaan daerah masing-masing, sampai tahun 1918, disaat dijadikannya peraturan
bersamaan dengan pengenalan daylight saving time.
Tanggal 2 November 1868, Selandia Baru memutuskan sebuah standard waktu untuk digunakan secara
nasional, dan mungkin Selandia Baru menjadi negara pertama yang melakukannya. Standard waktunya adalah
berdasarkan 172 30 longitude sebelah Timur Greenwich, yaitu 11 jam dan 30 menit di depan Greenwich Mean
Time. Standard ini dikenal sebagai New Zealand Mean Time.

Waktu Matahari
Waktu Matahari itu didasarkan dari ide bahwa saat matahari mencapai titik tertinggi di langit,
saat tersebut dinamakan tengah hari.
Waktu matahari nyata itu didasarkan dari hari matahari nyata, di mana interval di antara dua
kali kembalinya matahari ke lokal meridian. Waktu matahari bisa diukur dengan menggunakan
jam matahari.
Waktu matahari rata-rata (mean solar time) adalah jam waktu buatan yang dicocokan dengan
pengukuran diurnal motion(gerakan nyata bintang mengelilingi bumi) dari bintang tetap agar
cocok dengan rata-rata waktu matahari nyata. Panjangnyawaktu matahari rata-rata adalah
konstan 24 jam sepanjang tahun walaupun jumlah sinar matahari di dalamnya bisa berubah. Satu
hari matahari nyata bisa berbeda dari hari matahari rata-rata (yang berisi 86.400 detik) sebanyak
22 detik lebih pendek sampai dengan 29 detik lebih panjang. Karena banyak hari-hari panjang
atau hari-hari pendek ini terjadi secara berturut-turut, perbedaan yang terkumpul bisa mencapai
hampir 17 menit lebih awal atau lebih dari 14 menit terlambat. Perbedaan antara waktu matahari
nyata dan waktu matahari rata-rata itu dinamakan persamaan waktu.

Kalender Julian, Kalender Gregorian, dan Hari Julian[sunting sumber]


Pada kalender Julian, satu tahun secara rata-rata didefinisikan sebagai 365,25 hari. Angka 365,25 dapat
dinyatakan dalam bentuk (3365+ 1366)/4. Karena itu dalam kalender Julian, terdapat tahun kabisat setiap 4
tahun. Kalender Julian berlaku sampai dengan Kamis-4 Oktober 1582 M. Paus Gregorius XIII mengubah
kalender Julian dengan menetapkan bahwa tanggal setelah Kamis-4 Oktober 1582 M adalah Jumat-15
Oktober 1582 M. Jadi, tidak ada tanggal 5-14 Oktober 1582. Sejak 15 Oktober 1582 M itulah berlaku kalender
Gregorian.
Banyaknya hari dalam tahun kabisat (leap year) adalah 366 hari, sedangkan dalam tahun biasa (common year)
adalah 365 hari. Pada kalender Julian, tahun kabisat dimana bulan Februari terdiri dari 29 hari dirumuskan
sebagai tahun yang habis dibagi 4. Contoh tahun kabisat pada kalender Julian adalah tahun 4, 100, 400. Untuk
tahun negatif, ada perbedaan antara sejarawan dan astronom dalam penomoran tahun. Bagi sejarawan,
hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 1 SM, 2 SM, 3 SM, dan seterusnya. Sementara menurut
astronom hitungan mundur tahun sebelum tahun 1 adalah tahun 0, -1, -2 dan seterusnya. Sebagai contoh, tahun
-45 sama dengan tahun 46 SM. Adapun tahun kabisat (leap year) yang habis dibagi 4 untuk tahun negatif
dirumuskan secara astronomis. Jadi yang termasuk tahun kabisat adalah tahun 8, 4, 0, -4, -8, -12 dan

seterusnya.
Dalam kalender Gregorian, definisi tahun kabisat yang habis dibagi 4 sedikit mengalami perubahan. Jika suatu
tahun habis dibagi 4 tetapi tidak habis dibagi 100, termasuk tahun kabisat. Contohnya, tahun 1972, 2012, 2468
termasuk tahun kabisat. Jika suatu tahun habis 100, tetapi tidak habis dibagi 400, maka tahun tersebut bukan
tahun kabisat. Jika habis dibagi 400, termasuk tahun kabisat. Jadi, tahun 1700, 1800, 1900 bukan tahun kabisat,
sedangkan tahun 1600, 2000, 2400 termasuk tahun kabisat.
Terjadinya perubahan kalender Julian menjadi kalender Gregorian disebabkan adanya selisih antara panjang
satu tahun dalam kalender Julian dengan panjang rata-rata tahun tropis (tropical year). Satu tahun kalender
Julian adalah 365,2500 hari. Sementara panjang rata-rata tahun tropis adalah 365,2422 [2]. Berarti dalam satu
tahun terdapat selisih 0,0078 hari atau hanya 11 menit 14 detik. Namun, selisih ini akan menjadi satu hari dalam
jangka 128 tahun. Jadii dalam ratusan atau ribuan tahun, selisih ini menjadi signifikan hingga beberapa hari. Jika
dihitung dari tahun 325 M (saat Konsili Nicea menetapkan musim semi atau ''vernal equinox'' jatuh pada 21
Maret) sampai dengan tahun 1582, terdapat selisih sebanyak (1582-325)0,0078 hari=9,8 hari atau hampir 10
hari. Dan ini dibuktikan dengan musim semi pada tahun 1582 M, dimana vernal equinox jatuh pada tanggal 11
Maret, bukan sekitar tanggal 21 Maret seperti biasanya. Karena itulah, saat kalender Gregorian ditetapkan,
tanggal melompat sebanyak 10 hari. Tanggal setelah 4 Oktober 1582 bukan 5 Oktober tetapi 15 Oktober 1582.
Dalam kalender Gregorian, panjang rata-rata satu tahun adalah 365,2425 hari yang mana cukup dekat dengan
rata-rata tahun tropis sebesar 365,2422 hari. Selisihnya dalam setahun adalah 0,0003 hari, yang berarti akan
terjadi perbedaan satu hari setelah sekitar 3300 tahun. Sebagai perbandingan, dalam kalender Islam yang
menggunakan peredaran bulan, rata-rata satu bulan sinodik adalah 29,530589 hari [3]. Dalam kalender Islam
secara aritmatika (bukan hasil observasi/rukyat), dalam 30 tahun (360 bulan) terdapat 11 tahun kabisat (355 hari)
dan 19 tahun biasa (354 hari). Rata-rata hari dalam satu bulan adalah (11 X 355 + 19 X 354)/360 = 29,530556
hari. Dengan demikian dalam satu bulan, selisih antara satu bulan sinodik dengan satu bulan aritmetik adalah
0,000033 hari. Selisih ini akan menjadi satu hari setelah kira-kira 30000 bulan atau 2500 tahun.
Adanya perubahan dari kalender Julian menjadi Gregorian membuat kesulitan tersendiri untuk membandingkan
peristiwa astronomis yang terpisah dalam jangka waktu cukup lama. Untuk mengatasi masalah ini, diperkenalkan
Julian Day. Julian Day (JD) didefinisikan sebagai banyaknya hari yang telah dilalui sejak hari Senin-1 Januari
tahun 4713 SM (sebelum Masehi) pada pertengahan hari atau pukul 12:00:00 UT (Universal Time) atau GMT.
Perlu diingat, tahun 4713 SM tersebut sama dengan tahun -4712.
JD 0 = 1 Januari -4712 12:00:00 UT = 1,5 Januari -4712 (karena pukul 12 menunjukkan 0,5 hari) JD 0,5 = 2
Januari -4712 00:00:00 UT JD 1 = 2,5 Januari -4712. Dan seterusnya 4 Oktober 1582 M = JD 2299159,5 15
Oktober 1582 M = JD 2299160,5
Jika JD berkaitan dengan waktu yang dihitung menurut Dynamical Time (TD, bukan DT) atau Ephemeris Time,
biasanya digunakan istilah Julian Ephemeris Day (JDE, bukan JED). Sebagai contoh
17 Agustus 1945 UT = JD 2431684,5 27 September 1974 TD = JDE 2442317,5
Dalam ilmu hisab astronomis kontemporer, pemahaman terhadap Julian Day sangat penting. Julian Day menjadi
syarat kita dapat menghitung posisi benda bulan, matahari dan planet-planet yang selanjutnya dipakai untuk
menentukan bulan baru, waktu salat, dll. Julian Day juga menjadi dasar untuk menentukan fenomena
alam seperti menentukan kemiringan orbit rotasi bumi, menghitung kapan terjadinya ekuinoks dan solstice, dan
sebagainya.
Metode untuk menghitung Julian Day untuk tanggal tertentu disajikan berikut ini, merujuk pada [3]. Misalnya
tahun adalah Y (Y dapat pula negatif, asalkan tidak lebih kecil dari -4712).

Nomor bulan adalah M, dimana M = 1 untuk Januari, M = 2 untuk Februari dan seterusnya, hingga M = 12 untuk
Desember.
Nomor hari/tanggal adalah D. D dapat pula berbentuk pecahan. Namun perlu diperhatikan bahwa nilai maksimal
D harus menyesuaikan dengan bulan M. Sebagai contoh, jika M = 4 (April), maka D tidak mungkin sama dengan
31.
Jika M > 2, M dan Y tidak berubah. Jika M = 1 atau 2, ganti M menjadi M + 12 dan Y menjadi Y - 1. Dengan kata
lain, bulan Januari dan Februari dapat dianggap sebagai bulan ke 13 dan ke 14 dari tahun sebelumnya.
Untuk kalendar Gregorian, hitung A = INT(Y/100) dan B = 2 + INT(A/4) - A. Untuk kalendar Julian, A tidak perlu
dihitung, sedangkan B = 0. Julian Day dirumuskan sebagai JD = 1720994,5 + INT(365,25*Y) + INT(30,6001(M +
1)) + B + D.
Disini, INT adalah lambang di Excel untuk menyatakan integer (bilangan bulat dari suatu bilangan). Contoh
INT(12) = 12. INT(3,57) = 3. Untuk bilangan negatif, INT(-4,7) = -5, bukan -4. INT(-25,79) = -26. Sementara itu
tanda * menyatakan perkalian.
Metode menentukan JD di atas dapat digunakan untuk tahun negatif, tetapi tidak untuk Julian Day negatif.
Karena itu nilai Y tidak boleh lebih kecil daripada -4712.
Soal : Hitunglah Julian Day untuk hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. Jawab : D = 17. M = 8. Y =
1945. A = INT(1945/100) = INT(19,45) = 19. B = 2 + INT(19/4) - 19 = 2 + 4 - 19 = -13. JD = 1720994,5 +
INT(365,25 X 1945) + INT(30,6001 X 9) + (-13) + 17 = 2431684,5. 17 Agustus 1945 = JD 2431684,5.
Soal : Hitunglah Julian Day saat terjadi Nabi Muhammad SAW melakukan puasa pertama pada tanggal 26
Februari 624 M.
Jawab : Karena M = 2, maka M diubah menjadi 14 dan Y menjadi 623. Karena termasuk kalendar Julian, B = 0.
Jadi JD = 1720994,5 + INT(365,25 X 623) + INT(30,6001 X 15) + 0 + 26 = 1949029,5. 26 Februari 624 M = JD
1949029,5.
Waktu dalam jam, menit dan detik dapat pula dimasukkan ke dalam pecahan hari. Karena 1 hari = 24 jam, 1 jam
= 60 menit dan 1 menit = 60 detik, maka Pecahan hari = (jam X 3600 + menit X 60 + detik)/86400.
Soal : Bulan baru (newmoon) terjadi pada hari Sabtu, 1 Januari 2962 SM pukul 19:47:04 TD. Carilah JDE.
Jawab : Dari data asal diketahui M = 1 dan Y = -2961. Karena itu M berubah menjadi 13 dan Y = -2962. D = 1 +
(19 X 3600 + 47 X 60 + 4)/86400 = 1,82435. B = 0. Jadi JDE = 1720994,5 + INT(365,25 X -2962) + INT(30,6001
X 14) + 0 + 1,82435 = 1720994,5 - 1081871 + 428 + 1,82435 = 639553,32435. 1 Januari 2962 SM pukul
19:47:04 TD = JDE 639553,32435.
Nama hari dapat ditentukan dengan mudah dengan menggunakan JD. Perlu diketahui, pergantian hari terjadi
pada pukul 00:00:00 dimana JD mengandung angka xxxxxxx,5. Tambahkan JD dengan 1,5, lalu dibagi 7.
Sisanya ditambah 1 menunjukkan nomor hari, dimana nomor hari = 1 adalah hari Ahad, nomor hari 2 hari Senin,
dan seterusnya hingga nomor hari 7 menunjukkan hari Sabtu.
Soal : Tentukan hari apakah tanggal 17 Agustus 1945. Jawab : JD untuk tanggal 17 Agustus 1945 adalah
2431684,5. JD + 1,5 = 2431686, yang selanjutnya jika dibagi 7 akan bersisa 5. Nomor hari = 5 + 1 = 6. 17
Agustus 1945 adalah hari Jumat.

JD dapat pula digunakan untuk menentukan selang waktu antara 2tanggal. Soal : Tentukan selang waktu antara
2 gerhana matahari total yang terjadi pada tanggal 11 Juli 2010 dan 13 November 2012. Jawab : JD untuk kedua
tanggal tersebut masing-masing adalah 2455388,5 dan 2456244,5. Selisih antara tanggal 11 Juli 2010 dan 13
November 2012 adalah 856 hari.
Jika paparan di atas adalah mengubah tanggal menjadi JD, maka kini akan disajikan sebaliknya. Metode untuk
mengubah JD menjadi tanggal adalah sebagai berikut.
JD1 = JD + 0,5. Z = INT(JD1). F = JD1 - Z. Jika Z < 2299161, maka A = Z. Adapun jika Z >= 2299161, hitunglah
AA = INT((Z - 1867216,25)/36524,25) dan A = Z + 1 + AA - INT(AA/4). Selanjutnya B = A + 1524. C = INT((B 122.1)/365,25). D = INT(365,25*C). E = INT((B - D)/30,6001).
Tanggal (termasuk juga dalam bentuk desimal) dapat dihitung dari B - D - INT(30,6001*E) + F.
Bulan M dapat dihitung sebagai berikut. Jika E = 14 atau 15, maka M = E - 13. Jika E < 14, maka M = E - 1.
Tahun Y dapat dihitung sebagai berikut. Jika M = 1 atau 2, maka Y = C - 4715. Jika M > 2, maka Y = C - 4716.
Soal : Tentukan tanggal bulan dan tahun untuk JD = 2457447,9505. Jawab : JD1 = 2457448,4505. Z = 2457448
dan F = 0,4505. Karena Z > 2299161 maka AA = INT((2457448 - 1867216,25)/36524,25) = 16. A = 2457448 + 1
+ 16 - INT(16/4) = 2457461. B = 2458985. C = INT((2458985 - 122.1)/365,25) = 6731. D = INT(365,25 X 6731) =
2458497. E = INT((2458985 - 2458497)/30,6001) = 15. Tanggal = 2458985 - 2458497 - INT(30,6001 X 15) +
0,4505 = 29,4505.
Angka desimal pada tanggal tersebut adalah 0,4505 hari yang jika dikonversikan ke dalam waktu menjadi pukul
10:48:43,2. Karena E = 15, maka Bulan M = 15 - 13 = 2 atau Februari. Karena M = 2, maka Tahun Y = 6731 4715 = 2016. Jadi JD 2457447,9505 = 29 Februari 2016 pukul 10:48:43,2. hijriyah

Anggota Tata Surya


Semua benda-benda langit itu mengelilingi matahari. Paham inilah yang disebut heliosentris. Sebelumnya orang
berpaham geosentris, yaitu bumilah yang menjadi pusat tata surya. Para penganjur paham heliosentris. antara
lain Copernicus (I473-I543) dan Galileo Galilei ( 1564-1642).

Tata surya merupakan suatu sistem yang terdiri alas matahari dan benda-benda langit yang beredar
mengelilinginya. Karena diedari oleh benda-benda langit di sekelilingnya. matahari dikatakan sebagai pusat tata
surya. Dalam peredarannya, benda-benda langit tersebut mempunyai lintasan edar tertentu yang berbentuk elips
dengan matahari terletak pada salah satu fokusnya. Peredaran benda langit mengelilingi matahari disebut
revolusi. Adapun bidang edar yang terbentuk oleh bumi disebut ekliptika. Dalam revolusinya, anggota tata surya
pada suatu saat berada pada jarak yang paling dekat dengan matahari (periheIium) dan pada saat yang lain
berada pada jarak yang paling jauh dari matahari (aphelium). Hal itu dijelaskan oleh Johannes Kepler seperti
berikut.
1. Lintasan planet (anggota tala surya) berbentuk elips dengan matahari terletak pada salah satu titik
fokusnya.
2. Garis hubung planet dan matahari menyapu luasan yang sama dalam waktu yang sama (AMB = CMD).

Artinya, gerak planet akan cepat jika dekat matahari dan lambat jika jauh dari matahari. Penjelasan Kepler
tersebut selanjutnya disebut hukum Kepler. Penjelasan pertama disebut hukum I Kepler, sedangkan penjelasan
kedua disebut hukum II Kepler. Selain kedua hukum itu, sebenarnya masih ada hukum III Kepler. Hukum ini
menjelaskan perbandingan jarak antara planet dan matahari. Mengapa gerakan planet-planet sangat teratur?
Peredaran planet mengitari matahari dikendalikan oleh gaya tarik-menarik anrara planet dan matahari yang
disebut gaya gravitasi. Jika jarak antara planet dan matahari makin dekat, gaya gravitasi yang terjadi di antara
keduanya makin besar. Akibatnya. gerak revolusi planet makin cepat. Sebaliknya jika jarak antara matahari dan
planet makiu jauh. gaya gravitasi yang terjadi di antara keduanya makin kecil. Akibatnya. gerak revolusi planet
makin
lambat.
Hal
ini
sesuai
dengan
hukum
Kepler.
Mengapa planet-planet dan anggota tata surya lainnya beredar mengelilingi matahari? Massa matahari sangat
besar. sekitar 333.000 kali massa bumi. Adapun massa planet terbesar (Yupiter) hanya sekitar 300 kali massa
bumi. Jadi, massa matahari hampir-hampir merupakan massa keseluruhan tata surya. Perbedaan massa yang
sangat besar inilah yang menyebabkan seluruh anggota tata surya beredar mengelilingi matahari.

Planet

Planet merupakan anggota tata surya yang berukuran besar. Selain berevolusi, planet juga melakukan rotasi.
yaitu berputar pada sumbunya. Semua sumbu rotasi planet hampir mendekati tegak lurus terhadap bidang
orbitnya, kecuali sumbu rotasi planet Uranus. Sumbu rotasi planet Uranus hampir sejajar terhadap bidang
orbitnya. Setiap planet mempunyai periode revolusi dan rotasi tertentu. Sampai sekarang, jumlah planet anggota
tara surya yang telah diketahui ada 8 buah. Planet-planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus,
Uranus.
dan
Neptunus.
Berdasarkan kedudukan garis edarnya planet-planet dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu planet dalam dan
planet luar. Planet dalam adalah planet yang garis edarnya terletak di antara garis edar bumi dan matahari yaitu
Merkurius dan Venus. Adapun planet luar adalah planet-planet yang jarak garis edarnya dari matahari lebih jauh
dari pada garis edar bumi. Yang termasuk planet luar adalah Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Di
antara planet-planet tersebut yang dapat dilihat langsung dengan mata adaiah Merkurius, Venus, Mars, Yupiter,
dan
Saturnus.
Venus dan Yupiter merupakan planet yang tampak paling terang Venus hanya tampak di pagi hari atau sore hari.
Venus mengalami perubahan wajah seperti bulan. Orang sering menyebut Venus sebagai bintang kejora.
Adapun Yupiter merupakan planet yang paling besar. Itulah sebabnya, Yupiter tampak dari bumi sebagai bintang
besar yang bercahaya terang. Yupiter selalu dikelilingi kabut yang mempunyai cincin. Planet lain yang juga
bercincin adalah Saturnus. Bahkan, cincin Saturnus tampak lebih jelas dan indah. Itulah sebabnya Saturnus juga
disebut planet bercincin.

Komet

Arti kata komet adalah si rambut panjang. Komet merupkan anggota tata surya yang mempunyai orbit sangat
lonjong. Jumlah komet banyak sekali. Orbit komet membentuk sudut terhadap ekliptika. Oleh karena itu, periode

komet sangat besar. Itulah sebabnya, komet terlihat pada selang waktu yang sangat lama.Misalnya, komet
Halley
yang
muncul
setiap
75
atau
76
tahun
sekali.
Selang waktu kemunculan komet menunjukkan revolusi komet itu Sewaktu komet bergerak mendekati matahari
lapisan gas di permukaan terdesak oleh sinar matahari. Lapisan gas yang terdesak tersebut memanjang
menyerupai ekor yang panjangnya dapat mencapai jutaan kilometer. Ekor tersebut selalu membelakangi
matahari. Itulah sebabnya komet sering disebut sebagai bintang berekor. Panjang ekor maksimum tercapai pada
saat orbit komet mencapai titik perihelium.

Meteorid

Di angkasa terdapat benda langit yang jumlahnya tak terhingga. Benda itu ukurannya kecil dan orbitnya tidak
beraturan. Benda-benda tersebut disebut meteoroid. Meteoroid yang meluncur ke bumi dan mengeluarkan
lintasan cahaya disebut meteor. Lintasan cahaya itu terjadi karena adanya gesekan dengan atmosfer bumi
Walaupun jarang sekali terjadi, meteoroid tersebut ada juga yang sampai ke permukaan bunii (tidak habis
terbakar). Meteoroid yang sampai ke permukaan bumi disebut meteorit. Meteorit ini dapat menimbulkan gempa
bumi dan kawah yang besar.

Asteroid

Di antara orbit planet Mars dan Yupiter terdapat lebih dari seratus ribu benda-benda langit. Di antara bendabenda tersebut yang sudah dapat diidentifikasi kira-kira 2.000 jenis. Benda-benda tersebut dinamakan asteroid.
Asteroid artinya yang menyerupai bintang. Sifat benda-benda tersebut diduga sama dengan planet. Hanya,
ukurannya lebih kecil. Oleh karena itu, asteroid juga sering disebut planetoid.

Matahari adalah bintang deret utama tipe G yang kira-kira terdiri dari 99,85% massa total Tata Surya. Bentuknya
nyaris bulat sempurna dengan kepepatansebesar sembilan per satu juta,[29] artinya diameter kutubnya berbeda
10 km saja dengan diameter khatulistiwanya.[30]Karena Matahari terbuat dari plasma dan tidak padat, rotasinya
lebih cepat di bagian khatulistiwaketimbang kutubnya. Peristiwa ini disebut rotasi diferensial dan terjadi
karenakonveksi pada Matahari dan gerakan massa-nya, akibat gradasi suhu yang terlampau jauh dari inti ke
permukaan. Massa tersebut mendorong sebagian momentum sudut Matahari yang berlawanan arah jarum jam
jika dilihat dari kutub utara ekliptika, sehingga kecepatan sudutnya didistribusikan kembali. Periode rotasi
aktual ini diperkirakan 25,6 hari di khatulistiwa dan 33,5 hari di kutub. Tetapi akibat sudut pandang yang berubahubah dari Bumi saat mengorbit Matahari, rotasi tampak di khatulistiwa kira-kira 28 hari.[31]Efek sentrifugal rotasi
lambat ini 18 juta kali lebih lemah dibandingkan gravitasi permukaan di khatulistiwa Matahari. Efek pasang planet
lebih lemah lagi dan tidak begitu memengaruhi bentuk Matahari.[32]

Matahari adalah bintang Populasi I yang kaya elemen berat.[a][33] Pembentukan Matahari diperkirakan diawali oleh
gelombang kejut dari satu supernova terdekat atau lebih.[34] Teori ini didasarkan pada keberlimpahan elemen
berat di Tata Surya, seperti emas danuranium, dibandingkan bintang-bintang Populasi II yang elemen beratnya
sedikit. Elemen-elemen ini sangat mungkin dihasilkan oleh reaksi nuklir endotermik selama supernova
atau transmutasi melalui penyerapan neutron di dalam sebuah bintang raksasa generasi kedua.[33]
Matahari tidak punya batas pasti seperti planet-planet berbatu, dan di kepadatan gas di bagian terluarnya
menurun seiring bertambahnya jarak dari pusat Matahari.[35] Meski begitu, Matahari memiliki struktur interior yang
jelas. Radius Matahari diukur dari pusatnya ke pinggir fotosfer. Fotosfer adalah lapisan terakhir yang tampak,
karena lapisan-lapisan di atasnya terlalu dingin atau terlalu tipis untuk meradiasikan cahaya yang cukup agar
dapat terlihat mata telanjang[36] di hadapan cahaya terang dari fotosfer. Selamagerhana matahari total, ketika
fotosfer terhalang Bulan, korona Matahari terlihat di sekitarnya.
Interior Matahari tidak bisa dilihat secara langsung dan Matahari sendiri tidak dapat ditembus radiasi
elektromagnetik. Mengikutiseismologi yang memakai gelombang gempa untuk mengungkap struktur terdalam
Bumi, disiplin helioseismologi memakai gelombang tekanan (suara infrasonik) yang melintasi interior Matahari
untuk mengukur dan menggambar struktur terdalam Matahari.[37] Model komputer Matahari juga dimanfaatkan
sebagai alat bantu teoretis untuk menyelidiki lapisan-lapisan terdalamnya.

Inti[sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Inti Matahari
Berkas:Poster Matahari.svg
Struktur Matahari

Inti Matahari diperkirakan merentang dari pusatnya sampai 2025% radius Matahari.[38]Kepadatannya
mencapai 150 g/cm3[39][40] (sekitar 150 kali lipat kepadatan air) dan suhu mendekati 15,7 juta kelvin (K).
[40]
Sebaliknya, suhu permukaan Matahari kurang lebih 5.800 K. Analisis terkini terhadap data
misi SOHO menunjukkan adanya tingkat rotasi yang lebih cepat di bagian inti ketimbang di seluruh zona radiatif.
[38]
Sepanjang masa hidup Matahari, energi dihasilkan oleh fusi nuklir melalui serangkaian tahap yang
disebut rantai pp (protonproton); proses ini mengubah hidrogen menjadi helium.[41] Hanya 0,8% energi
Matahari yang berasal dari siklus CNO.[42]
Inti adalah satu-satunya wilayah Matahari yang menghasilkan energi termal yang cukup melalui fusi; 99%
tenaganya tercipta di dalam 24% radius Matahari, dan fusi hampir berhenti sepenuhnya pada tingkat 30% radius.
Sisanya dipanaskan oleh energi yang ditransfer ke luar oleh radiasi dari inti ke layar konvektif di luarnya. Energi
yang diproduksi melalui fusi di inti harus melintasi beberapa lapisan dalam perjalanan menuju fotosfer sebelum
lepas ke angkasa dalam bentuk sinar matahari atau energi kinetik partikel.[43][44]
Rantai protonproton terjadi sekitar 9.21037 kali per detik di inti. Karena memakai empat proton bebas (nukleus
hidrogen), reaksi ini kira-kira mengubah 3,71038 proton menjadi partikel alpha (nukleus helium) setiap detiknya
(dari total ~8,91056 proton bebas di Matahari), atau sekitar 6,21011 kg per detik.[44] Karena memfusi hidrogen ke
helium melepaskan kurang lebih 0,7% massa terfusi dalam bentuk energi,[45] Matahari melepaskan energi
dengan tingkat konversi massaenergi sebesar 4,26 juta ton metrik per detik, 384,6 yotta watt (3.8461026 W),
[1]
atau 9,1921010 megaton TNT per detik. Massa ini tidak dihancurkan untuk menciptakan energi, melainkan
diubah menjadi setara energi dan diangkut dalam energi yang diradiasikan, seperti yang dijelaskan oleh
konsep kesetaraan massaenergi.
Produksi tenaga oleh fusi di inti bervariasi sesuai jaraknya dari pusat Matahari. Di pusat Matahari, model teori
memperkirakan besarnya mencapai 276.5 watt/m3,[46] kepadatan produksi tenaga yang kira-kira lebih mendekati
metabolisme reptil daripada bom termonuklir.[b]Puncak produksi tenaga di Matahari telah dibanding-bandingkan

dengan panas volumetrik yang dihasilkan di dalam tumpukan komposaktif. Keluaran tenaga Matahari yang luar
biasa tidak diakibatkan oleh tenaga per volumenya yang tinggi, melainkan ukurannya yang besar.
Tingkat fusi di bagian inti berada dalam kesetimbangan yang bisa membaik sendiri: tingkat fusi yang agak lebih
tinggi mengakibatkan inti memanas dan sedikit memuai terhadap berat lapisan terluarnya, sehingga mengurangi
tingkat fusi dan memperbaiki perturbasi; dan tingkat yang agak lebih rendah mengakibatkan inti mendingin dan
sedikit menyusut, sehingga meningkatkan tingkat fusi dan memperbaikinya ke tingkat saat ini.[47][48]
Sinar gamma (foton berenergi tinggi) yang dilepaskan dalam reaksi fusi hanya diserap oleh beberapa militer
plasma Matahari, kemudian dipancarkan kembali secara acak dalam bentuk energi yang lebih rendah. Karena
itu, butuh waktu lama bagi radiasi untuk mencapai permukaan Matahari. Perkiraan waktu tempuh foton berkisar
antara 10.000 sampai 170.000 tahun.[49] Neutrino, yang mewakili sekitar 2% produksi energi total Matahari,
hanya butuh 2,3 detik untuk mencapai permukaan. Karena transprotasi energi di Matahari adalah proses yang
melibatkan foton dalam kesetimbangan termodinamik dengan zat, skala waktu transportasi energi di Matahari
lebih panjang dengan rentang 30.000.000 tahun. Ini adalah waktu yang diperlukan Matahari untuk kembali ke
keadaan stabil jika tingkat penciptaan energi di intinya tiba-tiba berubah.[50]
Sepanjang bagian akhir perjalanan foton keluar Matahari, di lapisan konvektif terluar, tabrakannya lebih sedikit
dan jauh dan energinya lebih rendah. Fotosfer adalah permukaan transparan Matahari tempat foton terlepas
dalam bentuk cahaya tampak. Setiap sinar gamma di inti Matahari diubah menjadi beberapa juta foton cahaya
tampak sebelum lepas ke luar angkasa. Neutrino juga dilepaskan oleh reaksi fusi di inti, namun tidak seperti
foton, neutrino jarang berinteraksi dengan zat sampai-sampai semuanya bisa dengan mudah keluar dari
Matahari. Selama beberapa tahun, pengukuran jumlah neutrino yang diproduksi di Matahari lebih rendah
daripada yang diprediksi teori dengan faktor 3. Kesenjangan ini diselesaikan pada tahun 2001 melalui penemuan
efek osilasi neutrino: Matahari memancarkan beberapa neutrino sesuai prediksi teori, tetapi detektor neutrino
kehilangan 23 jumlahnya karena neutrino sudah berubahrasa saat dideteksi.[51]

Potongan melintang bintang tipe matahari (NASA)

Zona radiatif[sunting sumber]


Kurang lebih di bawah 0,7 radius Matahari, material Matahari cukup panas dan padat sampai-sampai radiasi
termal adalah cara utama untuk mentransfer energi dari inti.[52] Zona ini tidak diatur oleh konveksi termal; meski
begitu suhunya turun dari kira-kira 7 juta ke 2 juta kelvin seiring bertambahnya jarak dari inti.[40] Gradien suhu ini
kurang dari nilai tingkat selang adiabatik sehingga tidak dapat menciptakan konveksi.[40] Energi ditransfer
oleh radiasiionhidrogen dan helium memancarkan foton, yang hanya bergerak sedikit sebelum diserap kembali

oleh ion-ion lain.[52] Kepadatannya turun seratus kali lipat (dari 20 g/cm3 ke 0,2 g/cm3) dari 0,25 radius Matahari di
atas zona radiasi.[52]
Zona radiatif dan zona konvektif dipisahkan oleh sebuah lapisan transisi,takhoklin. Ini adalah wilayah ketika
perubahan fenomena mencolok antara rotasi seragam di zona radiatif dan rotasi diferensial di zona konveksi
menghasilkan celah besarkondisi ketika lapisan-lapisan horizontal saling bergesekan berlawanan arah.
[53]
Gerakan cair yang ditemukan di zona konveksi di atasnya perlahan menghilang dari atas sampai bawah
lapisan ini, sama seperti karakteristik tenang zona radiatif di bawah. Saat ini, diperkirakan bahwa sebuah dinamo
magnetik di dalma lapisan ini menciptakan medan magnet Matahari (baca dinamo matahari).[40]

Zona konvektif[sunting sumber]


Di lapisan terluar Matahari, dari permukaannya sampai kira-kira 200.000 km di bawahnya (70% radius Matahari
dari pusat), suhunya lebih rendah daripada di zona radiatif dan atom yang lebih berat tidak sepenuhnya
terionisasikan. Akibatnya, transportasi panas radiatif kurang efektif. Kepadatan gas-gas ini sangat rendah untuk
memungkinkan arus konvektif terbentuk. Material yang dipanaskan di takhoklin memanas dan memuai, sehingga
mengurangi kepadatannya dan memungkinkan material tersebut naik. Pengaruhnya, konveksi termal
berkembang saat sel panas mengangkut mayoritas panas ke luar hingga fotosfer Matahari. Setelah material
tersebut mendingin di fotosfer, kepadatannya meningkat, lalu tenggelam ke dasar zona konveksi. Di sana
material memanfaatkan panas dari atas zona radiatif dan siklus ini berlanjut. Di fotosfer, suhu menurun hingga
5.7000 K dan kepadatannya turun hingga 0,2 g/m3 (sekitar 1/6.000 kepadatan udara di permukaan laut).[40]
Kolom panas di zona konveksi membentuk jejak di permukaan Matahari yang
disebut granulasi dan supergranulasi. Konveksi turbulen di bagian terluar interior Matahari ini menghasilkan
dinamo "berskala kecil" yang menciptakan kutub magnetik utara dan selatan di seluruh permukaan Matahari.
[40]
Kolom panas Matahari disebut sel Bnard dan berbentuk prisma heksagon.[54]

Fotosfer[sunting sumber]

Suhu efektif, atau suhu benda hitam, Matahari (5777 K) adalah suhu yang harus dimiliki sebuah benda hitam berukuran sama agar
menghasilkan total tenaga emisif yang sama.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fotosfer


Permukaan Matahari yang tampak, fotosfer, adalah lapisan yang di bawahnya Matahari menjadi opak terhadap
cahaya tampak.[55] Di atas fotosfer, sinar matahari yang tampak bebas berkelana ke angkasa dan energinya
terlepas sepenuhnya dari Matahari. Perubahan opasitas diakibatkan oleh berkurangnya jumlah ion H yang
mudah menyerap cahaya tampak.[55] Sebalinya, cahaya tampak yang kita lihat dihasilkan dalam bentuk elektron
dan bereaksi dengan atom hidrogen untuk menghasilkan ion H.[56][57] Tebal fotosfer puluhan sampai ratusan

kilometer, sedikit kurang opak daripada udara di Bumi. Karena bagian atas fotosfer lebih dingin daripada bagian
bawahnya, citra Matahari tampak lebih terang di tengah daripada pinggir ataulengan cakram matahari; fenomena
ini disebut penggelapan lengan.[55] Spektrum sinar matahari kurang lebih sama dengan spektrum benda
hitam yang beradiasi sekitar 6.000 K, berbaur dengan jalur penyerapan atomik dari lapisan tipis di atas fotosfer.
Fotosfer memiliki kepadatan partikel sebesar ~1023 m3 (sekitar 0,37% jumlah partikel per volume atmosfer
Bumi di permukaan laut). Fotosfer tidak sepenuhnya terionisasikancakupan ionisasinya sekitar 3%, sehingga
nyaris seluruh hidrogen dibiarkan berbentuk atom.[58]
Selama penelitian awal terhadap spektrum optik fotosfer, beberapa jalur penyerapan yang ditemukan tidak ada
kaitannya denganelemen kimia apapun yang saat itu dikenal di Bumi. Pada tahun 1868, Norman
Lockyer berhipotesis bahwa jalur-jalur penyerapan ini terbentuk oleh elemen baru yang ia sebut helium, diambil
dari nama dewa matahari Yunani Helios. 25 tahun kemudian, helium berhasil diisolasi di Bumi.[59]

Atmosfer[sunting sumber]
Lihat pula: Korona dan Lingkaran korona

Saat gerhana matahari total, korona matahari dapat dilihat dengan mata telanjang selama periode totalitas yang singkat.

Bagian Matahari di atas fotosfer disebut atmosfer matahari.[55] Atmosfer dapat diamati menggunakan teleskop
yang beroperasi di seluruh spektrum elektromagnet, mulai dari radio hingga cahaya tampak sampai sinar
gamma, dan terdiri dari lima zona utama:suhu rendah, kromosfer, wilayah transisi, korona, dan heliosfer.
[55]
Heliosfer, dianggap sebagai atmosfer terluar tipis Matahari, membentang ke luar melewati
orbit Plutohingga heliopause yang membentuk batas dengan medium antarbintang. Kromosfer, wilayah transisi,
dan korona jauh lebih panas ketimbang permukaan Matahari.[55]Alasannya belum terbukti tepat; bukti yang ada
memperkirakan bahwa gelombang Alfvn memiliki energi yang cukup untuk memanaskan korona.[60]
Lapisan terdingin Matahari adalah wilayah suhu rendah yang terletak sekitar 500 km di atas fotosfer dengan
suhu kurang lebih 4.100 K.[55] Bagian Matahari ini cukup dingin untuk memungkinkan keberadaan molekul
sederhana seperti karbon monoksida dan air, yang dapt dideteksi melalui spektrum penyerapan mereka.[61]
Di atas lapisan suhu rendah ada lapisan setebal 2.000 km yang didominasi spektrum emisi dan jalur
penyerapan.[55] Lapisan ini bernama kromosfer yang diambil dari kata Yunani chroma, artinya warna, karena
kromosfer terlihat seperti cahaya berwarna di awal dan akhir gerhana matahari total.[52] Suhu kromosfer
meningkat perlahan seiring ketinggiannya, berkisar sampai 20.000 K di dekat puncaknya.[55] Di bagian teratas
kromosfer, helium terionisasikan separuhnya.[62]

Diambil oleh Hinode Solar Optical Telescope tanggal 12 Januari 2007, citra Matahari ini menunjukkan sifat filamen pada plasma yang
menghubungkan wilayah-wilayah berpolaritas magnet berbeda.

Di atas kromosfer, di wilayah transisi tipis (sekitar 200 km), suhu naik cepat dari sekitar 20.000 K di atas
kromosfer hingga mendekati suhu korona sebesar 1.000.000 K.[63] Peningkatan suhu ini dibantu oleh ionisasi
penuh helium di wilayah transisi, yang mengurangi pendinginan radiatif plasma secara besar-besaran.[62] Wilayah
transisi tidak terbentuk di ketinggian tetap. Wilayah ini membentuk semacam nimbus mengitari fitur-fitur
kromosfer seperti spikula danfilamen dan memiliki gerakan tak teratur yang konstan.[52] Wilayah transisi sulit
diamati dari permukaan Bumi, tetapi dapat diamati dariluar angkasa menggunakan instrumen yang sensitif
terhadapspektrum ultraviolet ekstrem.[64]
Korona adalah kepanjangan atmosfer telruar Matahari yang volumenya lebih besar daripada Matahari itu sendiri.
Korona terus menyebar ke angkasa dan menjadi angin matahari yang mengisi seluruh Tata Surya.[65] Korona
rendah, dekat permukaan Matahari, memiliki kepadatan partikel sekitar 10151016 m3.[62][c] Suhu rata-rata korona
dan angin matahari sekitar 1.000.0002.000.000 K; akan tetapi, suhu di titik terpanasnya mencapai 8.000.000
20.000.000 K.[63] Meski belum ada teori lengkap seputar suhu korona, setidaknya sebagian panasnya diketahui
berasal dari rekoneksi magnetik.[63][65]
Heliosfer, yaitu volume di sekitar Matahari yang diisi plasma angin matahari, merentang dari kurang lebih 20
radius matahari (0.1 AU) sampai batas terluar Tata Surya. Batas terdalamnya ditetapkan sebagai lapisan tempat
arus angin matahari menjadi superalfvnikartinya arus angin lebih cepat daripada kecepatan gelombang
Alfvn.[66] Turbulensi dan dorongan dinamis di heliosfer tidak dapat memengaruhi bentuk korona matahari di
dalamnya, karena informasi hanya dapat bergerak pada kecepatan gelombang Alfvn. Angin matahari terus
bergerak ke luar melintasi heliosfer, membentuk medan magnet matahari seperti spiral,[65] sampai
menyentuhheliopause lebih dari 50 AU dari Matahari. Pada Desember 2004, wahana Voyager 1 melintasi front
kejut yang diduga sebagai bagian dari heliosfer. Kedua wahana Voyager telah mencatat konsentrasi partikel
energi yang tinggi saat mendekati batas tersebut.[67]

Medan magnet[sunting sumber]


Lihat pula: Medan magnet bintang

Di citra ultraviolet warna palsu ini, Matahari memiliki semburan matahari kelas C3 (wilayah putih di kiri atas), sebuah tsunami matahari
(struktur mirip gelombang, kanan atas), dan beberapa filamen plasma setelah medan magnet yang naik dari permukaan.

Lembar arus heliosfer merentang sampai batas terluar Tata Surya dan terbentuk oleh pengaruh medan magnet Matahari yang berotasi
di plasma dimedium antarplanet.[68]

Matahari adalah bintang yang magnetnya aktif. Matahari memiliki medan magnet kuat dan yang berubah-ubah
tiap tahun dan berbalik arah setiap sebelas tahun di sekitar maksimum matahari.[69] Medan magnet Matahari
mencadi penyebab sejumlah dampak yang secara kolektif disebut aktivitas matahari, termasuk titik matahari di
permukaan Matahari, semburan matahari, dan variasi angin matahari yang mengangkut material melintasi Tata
Surya.[70] Dampak aktivitas matahari terhadap Bumi meliputi aurora di lintang tengah sampai tinggi dan gangguan
komunikasi radio dan tenaga listrik. Aktivitas matahari diduga memainkan peran besar dalam pembentukan dan
evolusi Tata Surya. Aktivitas matahari mengubah struktur atmosfer terluar Bumi.[71]
Semua materi di Matahari berbentuk gas dan bersuhu tinggi, disebut plasma. Ini membuat Matahari bisa berotasi
lebih cepat di khatulistiwa (sekitar 25 hari) daripada lintang yang lebih tinggi (sekitar 35 hari di dekat
kutubnya). Rotasi diferensial lintang Matahari menyebabkan jalur medan magnetnya saling terikat seiring waktu,
menghasilkan lingkaran medan magnet dari permukaan Matahari dan mencetus pembentukan titik
matahari dan prominensa matahari (baca rekoneksi magnetik). Aksi ikat-ikatan ini menciptakan dinamo
matahari dan siklus aktivitas magnetik 11 tahun; medan magnet Matahari berbalik arah setiap 11 tahun.[72][73]

Medan magnet matahari membentang jauh melewati Matahari itu sendiri. Plasma angin matahari yang
termagnetkan membawa medan magnet Mathari ke luar angkasa dan membentuk medan magnet antarplanet.
[65]
Karena plasma hanya mampu bergerak di jalur medan magnet, medan magnet antarplanet awalnya tertarik
secara radial menjauhi Matahari. Karena medan di atas dan bawah khatulistiwa matahari memiliki polaritas
berbeda yang mengarah ke dan menjauhi Matahari, ada satu lembar arus tipis di bidang khatulistiwa matahari
yang disebut lembar arus heliosfer.[65] Pada jarak yang lebih jauh, rotasi Matahari memelintir medan magnet dan
lembar arus menjadi struktur mirip spiral Archimedes yang disebut spiral Parker.[65] Medan magnet antarplanet
lebih kuat daripada komponen dipol medan magnet matahari. Medan magnet dipol Matahari sebesar 50
400 T (di fotosfer) berkurang seiring jaraknya menjadi sekitar 0,1 nT pada jarak Bumi. Meski begitu, menurut
pengamatan wahana antariksa, bidang antarplanet di lokasi Bumi sekitar 5 nT, kurang lebih seratus kali lebih
besar.[74] Perbedaan ini disebabkan oleh medan magnet yang diciptakan oleh arus listrik di plasma yang
menyelubungi Matahari.

Pergerakan Matahari[sunting sumber]

Ilustrasi rotasi Matahari. Terdapat perubahan posisi bintik Matahari selama terjadi pergerakan

Matahari mempunyai dua macam pergerakan, yaitu sebagai berikut :

Matahari berotasi pada sumbunya dengan selama sekitar 27 hari untuk mencapai satu kali putaran.
[75]

Gerakan rotasi ini pertama kali diketahui melalui pengamatan terhadap perubahan posisi bintik Matahari.
Sumbu rotasi Matahari miring sejauh 7,25 dari sumbu orbit Bumi sehingga kutub utara Matahari akan
lebih terlihat di bulan September sementara kutub selatan Matahari lebih terlihat di bulan Maret.[75] Matahari
bukanlah bola padat, melainkan bola gas, sehingga Matahari tidak berotasi dengan kecepatan yang
seragam.[75] Ahli astronomi mengemukakan bahwa rotasi bagian interior Matahari tidak sama dengan bagian
permukaannya.[76] Bagian inti dan zona radiatif berotasi bersamaan, sedangkan zona konvektif dan fotosfer
juga berotasi bersama namun dengan kecepatan yang berbeda.[76] Bagian ekuatorial (tengah) memakan
waktu rotasi sekitar 24 hari sedangkan bagian kutubnya berotasi selama sekitar 31 hari.[75][77] Sumber
perbedaan waktu rotasi Matahari tersebut masih diteliti.[75]
[75]

Matahari dan keseluruhan isi tata surya bergerak di orbitnya mengelilingi galaksi Bimasakti.[77]Matahari
terletak sejauh 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi Bimasakti.[77] Kecepatan rata-rata pergerakan ini
adalah 828.000 km/jam sehingga diperkirakan akan membutuhkan waktu 230 juta tahun untuk mencapai
satu putaran sempurna mengelilingi galaksi.[77]

Jarak Matahari ke bintang terdekat[sunting sumber]

Sistem bintang yang terdekat dengan Matahari adalah Alpha Centauri.[78] Bintang yang dalam kompleks tersebut
yang memilkiki posisi terdekat dengan Matahari adalah Proxima Centauri, sebuah bintang
berwarna merah redup yang terdapat dalam rasi bintang Centaurus.[78] Jarak Matahari ke Proxima Centauri
adalah sejauh 4,3 tahun cahaya (39.900 juta km atau 270 ribu unit astronomi), kurang lebih 270 ribu kali jarak
matahai ke Bumi.[78] Para ahli astronomi mengetahui bahwa benda-benda angkasa senantiasa bergerak dalam
orbit masing-masing.[79] Oleh karena itu, perhitungan jarak dilakukan berdasarkan pada perubahan posisi suatu
bintang dalam kurun waktu tertentu dengan berpatokan pada posisinya terhadap bintang-bintang sekitar.
[79]
Metode pengukuran ini disebut parallaks (parallax).[79]

Ciri khas Matahari[sunting sumber]


Berikut ini adalah beberapa ciri khas yang dimiliki oleh Matahari:

Prominensa (lidah api Matahari)[sunting sumber]

Erupsi prominensa yang terjadi pada 30 Maret 2010

Prominensa adalah salah satu ciri khas Matahari, berupa bagian Matahari menyerupai lidah api yang sangat
besar dan terang yang mencuat keluar dari bagian permukaan serta seringkali berbentuk loop (putaran).[80]
[81]
Prominensa disebut juga sebagai filamen Matahari karena meskipun julurannya sangat terang bila dilihat di
angkasa yang gelap, namun tidak lebih terang dari keseluruhan Matahari itu sendiri.[80]Prominensa hanya dapat
dilihat dari Bumi dengan bantuan teleskop dan filter.[80]Prominensa terbesar yang pernah ditangkap oleh SOHO
(Solar and Heliospheric Observatory) diestimasi berukuran panjang 350 ribu km.[80]
Sama seperti korona, prominensa terbentuk dari plasma namun memiliki suhu yang lebih dingin.[80] Prominensa
berisi materi dengan massa mencapai 100 miliar kg.[80]Prominensa terjadi di lapisan fotosfer Matahari dan
bergerak keluar menuju korona Matahari.[80] Plasma prominensa bergerak di sepanjang medan magnet Matahari.
[82]
Erupsi dapat terjadi ketika struktur prominesa menjadi tidak stabil sehingga akan pecah dan mengeluarkan
plasmanya.[82] Ketika terjadi erupsi, material yang dikeluarkan menjadi bagian dari struktur magnetik yang sangat
besar disebut semburan massa korona (coronnal mass ejection/ CME).[80][82] Pergerakan semburan korona
tersebut terjadi pada kecepatan yang sangat tinggi, yaitu antara 20 ribu m/s hingga 3,2 juta km/s.[80] Pergerakan
tersebut juga menyebabkan peningkatan suhu hingga puluhan juta derajat dalam waktu singkat.[80] Bila erupsi
semburan massa korona mengarah ke Bumi, akan terjadi interaksi dengan medan magnet Bumi dan
mengakibatkan terjadinya badai geomagnetik yang berpotensi mengganggu jaringan komunikasi dan listrik.[82]
Suatu prominensa yang stabil dapat bertahan di korona hingga berbulan-bulan lamanya dan ukurannya terus
membesar setiap hari.[82]Para ahli masih terus meneliti bagaimana dan mengapa prominensa dapat terjadi.[82]

Bintik Matahari[sunting sumber]

Bintik Matahari terlihat seperti noda kehitaman di permukaan Matahari

Bintik Matahari adalaah granula-granula cembung kecil yang ditemukan di bagian fotosfer Matahari dengan
jumlah yang tak terhitung.[83] Bintik Matahari tercipta saat garis medan magnet Matahari menembus bagian
fotosfer.[84] Ukuran bintik Matahari dapat lebih besar daripada Bumi.[81] Bintik Matahari memiliki daerah yang gelap
bernama umbra, yang dikelilingi oleh daerah yang lebih terang disebut penumbra.[83] Warna bintik Matahari
terlihat lebih gelap karena suhunya yang jauh lebih rendah dari fotosfer.[83] Suhu di daerah umbra adalah sekitar
2.200 C sedangkan di daerah penumbra adalah 3.500 C.[83] Oleh karena emisi cahaya juga dipengaruhi oleh
suhu maka bagian bintik Matahari umbra hanya mengemisikan 1/6 kali cahaya bila dibandingkan permukaan
Matahari pada ukuran yang sama.[83]

Angin Matahari[sunting sumber]


Angin Matahari terbentuk aliran konstan dari partikel-partikel yang dikeluarkan oleh bagian atas atomosfer
Matahari, yang bergerak ke seluruh tata surya.[85] Partikel-partikel tersebut memiliki energi yang tinggi, namun
proses pergerakannya keluar medan gravitasi Matahari pada kecepatan yang begitu tinggi belum dimengerti
secara sempurna.[85] Kecepatan angin surya terbagi dua, yaitu angin cepat yang mencapai 400 km/s dan angin
cepat yang mencapai lebih dari 500 km/s.[86] Kecepatan ini juga bertambah secara eksponensial seiring jaraknya
dari Matahari.[86] Angin Matahari yang umum terjadi memiliki kecepatan 750 km/s dan berasal dari lubang korona
di atmosfer Matahari.[86]
Beberapa bukti adanya angin surya yang dapat dirasakan atau dilihat dari Bumi adalah badai geomagnetik
berenergi tinggi yang merusak satelit dan sistem listrik, aurora di Kutub Utara atau Kutub Selatan, dan partikel
menyerupai ekor panjang pada komet yang selalu menjauhi Matahari akibat hembusan angin surya.[85] Angin
Matahari dapat membahayakan kehidupan di Bumi bila tidak terdapat medan magnet Bumi yang melindungi dari
radiasi.[85] Pada kenyataannya, ukuran dan bentuk medan magnet Bumi juga ditentukan oleh kekuatan dan
kecepatan angin surya yang melintas.[85]

Badai Matahari[sunting sumber]


Badai Matahari terjadi ketika ada pelepasan seketika energi magnetik yang terbentuk di atmosfer Matahari.
[87]
Plasma Matahari yang meningkat suhunya hingga jutaan Kelvin beserta partikel-partikel lainnya berakselerasi
mendekati kecepatan cahaya.[88] Total energi yang dilepaskan setara dengan jutaan bom hidrogen berukuran 100
megaton.[87] Jumlah dan kekuatan badai Matahari bervariasi.[88]Ketika Matahari aktif dan memiliki banyak bintik,
badai Matahari lebih sering terjadi. Badai Matahari seringkali terjadi bersamaan dengan luapan massa korona.
[88]
Badai Matahari memberikan risiko radiasi yang sangat besar terhadap satelit, pesawat ulang alik, astronot,

dan terutama sistem telekomunikasi Bumi.[88][89] Badai Matahari yang pertama kali tercatat dalam pustaka
astronomi adalah pada tanggal 1 September 1859.[87] Dua peneliti, Richard C. Carrington dan Richard Hodgson
yang sedang mengobservasi bintik Matahari melalui teleskop di tempat terpisah, mengamati badai Matahari yang
terlihat sebagai cahaya putih besar di sekeliling Matahari.[87] Kejadian ini disebut Carrington Event dan
menyebabkan lumpuhnya jaringan telegraf transatlantik antara Amerika dan Eropa.[89]

Eksplorasi Matahari[sunting sumber]

Solar Maximum Mission, salah satu satelit yang diluncurkan Amerika Serikat untuk mempelajari Matahari.

Pesawat ulang-alik yang pertama kali berhasil masuk ke orbit Matahari adalah Pioneer 4.[90]Pioneer 4, yang
diluncurkan tanggal 3 Maret 1959 oleh Amerika Serikat, menjadi pionir dalam sejarah eksplorasi Matahari.[90]
[91]
Keberhasilan tersebut diikuti oleh peluncuran Pioneer 5 - Pioneer 9 selama 1959-1968 yang memang
bertujuan untuk mempelajari tentang Matahari.[91]Pada 26 Mei 1973, stasiun luar angkasa Amerikas Serikat
bernama Skylab diluncurkan dengan membawa 3 awak.[91] Skylab membawa Apollo Telescope Mount (ATM)
yang digunakan untuk mengambil lebih dari 150.000 gambar Matahari.[91]
Pesawat ulang-alik lainnya, Helios I berhasil mengorbit hingga mencapai jarak 47 juta km dari Matahari
(memasuki orbit Merkuri).[91][92]Helios I terus berputar untuk memastikan seluruh bagian pesawat mendapat
jumlah panas yang sama dari Matahari.[92] Helios I bertugas mengumpulkan data-data mengenai Matahari.
[92]
Pesawat ulang-alik hasil kerjasama Amerika Serikat dan Jerman ini beroperasi sejak 10 Desember 1974
hingga akhir 1982.[91][92] Helios II diluncurkan pada 16 Januari 1976 dan berhasil mencapai jarak 43 juta km dari
Matahari.[91] Misi Helios II selesai pada April 1976 namun dibiarkan tetap berada di orbit.[92]
Solar Maximum Mission didesain untuk melakukan observasi aktivitas Matahari terutama bintik dan api Matahari
saat Matahari berada pada periode aktivitas maksimum.[91][92] SMM diluncurkan oleh Amerika Serikat pada 14
Februari 1980.[91] Selama perjalanannya, SMM pernah mengalami kerusakan namun berhasil diperbaiki oleh
awak pesawat ulang alik Challenger.[92] SMM terus berada di orbit Bumi selama melakukan observasi.[91][92] SMM
mengumpulkan data hingga 24 November 1989 dan terbakar saat masuk kembali ke atmosfer Bumi pada 2
Desember 1989.[91][92]
Pesawat ulang alik Ulysses adalah hasil proyek internasional untuk mempelajari kutub-kutub Matahari,
diluncurkan pada 6 Oktober 1990.[91] Sedangkan Yohkoh adalah pesawat ulang alik yang diluncurkan untuk
mempelajari radiasi energi tinggi dari Matahari.[91]Yohkoh merupakan hasil kerjasama Jepang, Amerika Serikat,
dan Inggris yang diluncurkan pada 31 Agustus 1991.[91]
Misi eksplorasi Matahari yang paling terkenal adalah Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) yang
dikembangkan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bekerja sama dengan Agensi Luar Angkasa Eropa
(ESA) dan diluncurkan pada 12 Desember 1995.[93] SOHO bertugas mengumpulkan data struktur internal, proses

fisik yang terjadi, serta pengambilan gambar dan diagnosis spektroskopis Matahari.[91] SOHO ditempatkan pada
jarak 1,5 juta km dari Bumi dan masih beroperasi hingga sekarang.[91]
Misi eksplorasi terbaru dari NASA adalah pesawat ulang alik kembar bernama STEREO yang diluncurkan pada
26 Oktober 2006.[93][92]STEREO bertugas untuk menganalisis dan mengambil gambar Matahari dalam bentuk 3
dimensi.[92] Solar Dynamics Observatory Mission adalah misi eksplorasi NASA yang sedang dalam
pengembangan dan telah dipublikasikan pada April 2008.[92] Solar Dynamics Observatory Mission diperkirakan
akan mengorbit untuk mempelajari dinamika Matahari yang meliputi aktivitas Matahari, evolusi atmosfer
Matahari, dan pengaruh radiasi Matahari terhadap planet-planet lain.[92]

Matahari sebagai simbol kepercayaan dan kebudayaan[sunting sumber]


Matahari telah menjadi simbol penting di banyak kebudayaan sepanjang peradaban manusia.[94] Dalam mitologi
dimiliki oleh berbagai bangsa di dunia, Matahari memiliki peranan yang sangat penting di dalam kehidupan
masyarakatnya.[94] Matahari dikenal dengan nama yang berbeda-beda pada tiap kebudayaan dan seringkali
disembah sebagai dewa.[95][94]

Relief Helios di Kuil Athena, Troja.

Peranan Matahari di berbagai kebudayaan dan kepercayaan[sunting sumber]

Ra (atau Re) adalah dipuja sebagai Dewa Matahari sekaligus pencipta di kebudayaan Mesir Kuno.[94]
[96]

Pada hieroglif, Matahari digambarkan sebagai sebuah cakram.[94] Ra menyimbolkan mata langit sehingga
sering digambarkan sebagai cakram yang berada pada kepala burung falkon atau cakram bersayap.
[94]
Dewa Ra dipercaya mengendarai kereta perang melintasi langit di siang hari.[97] Dewa Ra juga
digambarkan sebagai penjagapharaoh atau Raja Mesir.[97] Selain itu, Ra digambarkan sebagai dewa yang
sudah tua dan tinggal di langit untuk mengawasi dunia.[97]

Dalam mitologi India, Matahari disebut dengan nama Surya.[94] Selain sebagai Matahari itu sendiri,
Surya juga dikenal sebagai dewa Matahari.[98] Kata surya berasal dari bahasa Sanskerta sur atau svar yang
berakhir bersinar.[98] Surya digambarkan sebagai dewa yang memegang keseimbangan di muka Bumi.
[98]
Penyembahan Matahari telah dilakukan oleh penganut kepercayaan Hindu selama ribuan tahun.[94] Kini
perayaan Matahari terbit masih dilangsungkan di pinggiran Sungai Gangga yang terletak di kota tersuci
di India, kota Benares.[99] Surya Namaskar atau penghormatan kepada Matahari adalah sebuah gerakan
penting dalam yoga.[94]

Helios adalah dewa Matahari dalam mitologi Yunani.[94] Helios disebut juga sebagai Sol
Invictus di kebudayaan Romawi.[100] Selain itu, Helios juga merupakan sisi lain dari Apollo.[94] Dikisahkan

Helios adalah dewa yang bermahkotakan halo Matahari dan mengendarai kereta perang menuju ke
angkasa.[101] Helios adalah dewa yang bertanggung jawab memberikan cahaya ke surga dan Bumi dengan
cara menambat Matahari di kereta yang dikendarainya.[100]

Bangsa Inca menyembah dewa Matahari yang bernama Inti, sebagai dewa tertinggi.[102] Dewa Inti
dipercaya menganugerahkan peradaban Inca kepada anaknya, Manco Capac, yang juga merupakan raja
bangsa Inca yang pertama.[102] Bangsa Inca menyebut diri mereka sebagai anak-anak Matahari.[102] Setiap
tahun mereka memberikan persembahan hasil panen dalam jumlah besar untuk upacara-upacara yang
berhubungan dengan penyembahan Matahari.[102]

Dewa Matahari yang disembah oleh bangsa Maya adalah Kinich-ahau.[103] Kinich-ahau adalah pemimpin
bagian utara.[103]

Suku Aztec menyembah Huitzilopochtli, yang merupakan dewa perang dan simbol Matahari.[104] Setiap
hari Huitzilopochtli dikisahkan menggunakan sinar Matahari untuk mengusir kegelapan dari langit, namun
setiap malam dewa ini mati dan kegelapan datang kembali.[104] Untuk memberi kekuatan pada dewa mereka,
bangsa Aztec mempersembahkan jantung manusia setiap hari.[99]

Shintoisme merupakan agama yang berinti pada penyembahan Dewi Matahari yang bernama
Amaterasu masih terus bertahan diJepang.[99] Jepang memiliki julukan "Negara Matahari Terbit".[99]

Intihuatana, bangunan yang berfungsi sebagai penanda waktu di masa peradaban Inca.

Bangunan dan benda yang berhubungan dengan Matahari[sunting sumber]

Jam Matahari adalah seperangkat alat yang dipakai sebagai penunjuk waktu berdasarkan bayangan
gnomon (batang atau lempengan penanda)yang berubah-ubah letaknya seiring dengan pergerakan Bumi
terhadap Matahari.[105] Jam Matahari berkembang di antara kebudayaan
kuno Babylonia, Yunani, Mesir, Romawi, Cina, dan Jepang. Jam Matahari tertua yang pernah ditemukan
oleh Chaldean Berosis, yang hidup sekitar 340 SM. Beberapa artefak jam Matahari lain ditemukan di
Tivoli, Italia tahun 1746, di Castel Nuovo tahun 1751, di Rigano tahun 1751, dan di Pompeii tahun 1762.

Stonehenge yang terletak di Wiltshire, Inggris, memiliki pilar batu terbesar yang disebut Heelstone
menandai posisi terbitnya Matahari tanggal 21 Juni (posisi Matahari tepat di utara Bumi).[106]

Observatorium kuno yang dibangun bagi Dewa Ra masih dapat ditemui di Luxor, sebuah kota di
dekat Sungai Nil di Mesir.[99]Sedangkan El Karmak adalah kuil yang juga dibangun untuk Dewa Ra dan
terletak di timur laut Luxor.[107] Ratusan obelisk Mesir yang berfungsi sebagai jam Matahari pada masanya
juga dapat ditemukan di Luxor dan Heliopolis (kota Matahari).[99]

Salah satu bangunan terkenal yang didedikasikan untuk Surya dibangun pada abad ke 13 bernama
Surya Deula (Candi Matahari) yang terletak Konarak, India.[98]

Pilar Intihuatana yang terletak di kawasan Machu Picchu adalah bangun yang didirikan oleh bangsa
Inca.[102] Pada tengah hari setiap tanggal 21 Maret dan 21 September, posisi Matahari akan berada hampir
tepat di atas pilar sehingga tidak akan ada bayangan pilar sama sekali.[102][108] Pada saat inilah, masyarakat
Inca akan mengadakan upacara di tempat tersebut karena mereka percaya bahwa Matahari sedang diikat di
langit.[102][108] Intihuatana dipakai untuk menentukan hari di mana terjadi equinox(lama siang hari sama
dengan malam hari) dan periode-periode astronomis lainnya[108]

Bangsa Maya terkenal dengan kalender berisikan 365 hari dan 260 hari yang dibuat berdasarkan
pengamatan astronomis, termasuk terhadap Matahari.[109] Kalendar 365 hari ini disebut Haab, sedangkan
kalender 260 hari disebut Tzolkin.[109]

Kalender Aztec dipahat di atas sebuah baru berbentuk lingkaran. Isinya adalah 365 siklus kalender
berdasarkan Matahari dan 260 siklus ritual.[110] Kalender batu Aztec ini kini disimpan di National Museum of
Anthropology and History di Chapultepec Park, Mexico City.[110]

Matahari juga telah menjadi obyek yang menarik bagi pelukis dan penulis terkenal dunia.[99] Claude
Monet, Joan Miro, Caspar David Friedrich (judul lukisan: Woman in Morning Sun - Wanita dalam Matahari
Pagi , dan Vincent van Gogh (judul lukisan: Another Light, A Stronger Sun - Cahaya Lain, Matahari yang
Lebih Kuat) adalah beberapa pelukis yang pernah menjadikan Matahari sebagai objek lukisannya.
[99]
Sedangkan Ralph Waldo Emerson dan Friedrich Nietzsche adalah penulis dan filsuf yang pernah
membuat cerita, puisi, maupun kata-kata mutiara dengan subjek Matahari.[99]

Manfaat dan peran Matahari[sunting sumber]


Matahari adalah sumber energi bagi kehidupan.[99] Matahari memiliki banyak manfaat dan peran yang sangat
penting bagi kehidupan seperti:

Panas Matahari memberikan suhu yang pas untuk kelangsungan hidup organisme di Bumi.[99] Bumi juga
menerima energi Matahari dalam jumlah yang pas untuk membuat air tetap berbentuk cair, yang mana
merupakan salah satu penyokong kehidupan.[99] Selain itu panas Matahari memungkinkan adanya angin,
siklus hujan, cuaca, dan iklim.[99]

Cahaya Matahari dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan berklorofil untuk melangsungkan
fotosintesis, sehingga tumbuhan dapat tumbuh serta menghasilkan oksigen dan berperan sebagai sumber
pangan bagi hewan dan manusia.[99] Mahluk hidup yang sudah mati akan menjadi fosil yang
menghasilkan minyak Bumi dan batu bara sebagai sumber energi.[99] Hal ini merupakan peran dari energi
Matahari secara tidak langsung [99]

Panel surya dipasang di atap rumah untuk menangkap sinar Matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik.

Pembangkit listrik tenaga Matahari adalah moda baru pembangkit listrik dengan sumber energi
terbarukan.[111] Pembangkit listrik ini terdiri dari kaca-kaca besar atau panel yang akan menangkap cahaya
Matahari dan mengkonsentrasikannya ke satu titik.[111] Panas yang ditangkap kemudian digunakan untuk
menghasilkan uap panas bertekanan, yang akan dipakai untuk menjalankan turbin sehingga energi listrik
dapat dihasilkan.[111] Prinsip panel surya adalah penggunaan sel surya atau sel photovoltaic yang terbuat

dari silikon untuk menangkap sinar Matahari.[111] Sel surya sudah banyak dipakai untuk kalkulator tenaga
surya. Panel surya sudah banyak dipasang di atap bangunan dan rumah di daerah perkotaan untuk
mendapatkan listrik dengan gratis.[111]

Pergerakan rotasi Bumi menyebabkan ada bagian yang menerima sinar Matahari dan ada yang tidak.
[112]

Hal inilah yang menciptakan adanya hari siang dan malam di Bumi.[112] Sedangkan pergerak Bumi
mengelilingi Matahari menyebabkan terjadinya musim.[112]

Matahari menjadi penyatu planet-planet dan benda angkasa lain di sistem tata surya yang bergerak
atau berotasi mengelilinya.[113]Keseluruhan sistem dapat berputar di luar angkasa karena ditahan oleh gaya
gravitasi Matahari yang sangat besar.[113]

Referensi

Radiasi alam adalah radiasi yang sudah ada sejak terbentuknya alam semesta dan akan lenyap bersamaan
dengan lenyapnya alam semesta.[1] Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang (foton)dari sumber radiasi.[2] Radiasi yang dipancarkan alam dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu radiasi kosmogenis atau radiasisinar kosmis, radiasi primordial atau
radiasi terestrial, dan radiasi internal.[3]
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Radiasi Kosmogenis

1.1 Ledakan Supernova

1.2 Matahari

1.3 Energi nuklir di Matahari

2 Radiasi Primordial

3 Radiasi Internal

3.1 Bahaya radon

3.2 Penanganan bahaya radon

4 Referensi

5 Lihat Pula

6 Pranala Luar

Radiasi Kosmogenis[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sinar kosmik
Radiasi kosmogenis atau sinar kosmis (cosmis rays) adalah radiasi alam yang berasal dari angkasa luar dan
sampai ke bumi.[1]Sebelum sampai ke bumi, radiasi kosmogenis ini berinteraksi dengan partikel-partikel subatomik yang ada di ruang angkasa membentuk senyawa atau atom baru yang
memperkaya atom ataupun senyawa yang sudah ada di bumi.[1] Radiasi kosmogenis berasal dari
ledakan supernova dan Matahari.[1]

Ledakan Supernova[sunting]

Ledakan Supernova

Ledakan bintang atau supernova adalah salah satu kejadian spektakuler yang terjadi di alam semesta,
menghasilkan jumlah energi yang sama dengan triliunan bom nukliryang diledakkan pada saat bersamaan.
[4]
Ledakan yang dahsyat ini selalu diikuti oleh pancaran radiasi Gamma () dan pancaran radiasi partikel subatomik yang sangat kuat intensitas radiasinya.[4] Menurut David Schramm, seorang ahli astronomi dariAmerika,
ledakan supernova yang memancarkan radiasi Gamma () dan radiasi partikel sub-atomik yang sangat kuat
tersebut dapat sampai ke atmosfer bumi dan merusak lapisan ozon.[4] Hal ini dapat menyebabkan kematian,
bahkan kepunahanmakhluk hidup di bumi.[4] Dari penelitian para ahli astronomi, sekitar 65 juta tahun yang lalu
terjadi ledakan supernova yang sangat dahsyat.[4] Ledakan ini diperkirakan menjadi salah satu peyebab
kepunahan dinosaurus dan sejenisnya, serta hewan terbang atau burung yang bergigi.[4] Ledakan supernova
dalam skala kecil dapat terjadi pada Matahari yang energi radiasinya dipancarkan di bumi.[4] Ledakan supernova
yang terjadi pada Matahari memiliki skala lebih kecil dibandingkan dengan ledakan supernova yang terjadi pada
bintang - bintang di alam, karena ukuran Matahari jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran bintang bintang di alam.[4] Ukuran bintang ada yang ratusan atau ribuan kali ukuran Matahari.[4].

Matahari[sunting]

Struktur lapisan Matahari

Matahari merupakan salah satu bintang di antara seratus milyar bintang yang ada pada satu kelompok bintang
yang di sebut galaksi Bima Sakti (Milky Way). Struktur Matahari terdiri dari beberapa bagian, yaitu : [5]
1. Bagian yang ada di pusat Matahari di sebut inti Matahari (sun nucleus), panasnya dapat mencapai
sekitar 14.000.0000c.
2. Bagian yang ada di antara inti Matahari dan permukaan Matahari di sebut(sun photosphere). Bagian ini
merupakan bagian yang dingin, sekitar ratusan ribu derajat celcius.
3. Bagian terluar adalah permukaan Matahari (sun surface). Bagian ini merupakan bagian yang lebih
dingin, yaitu sekitar ribuan derjat celcius.
4. Pada bagian permukaan Matahari ada bagian yang di sebut sunspots. Bagian sunspots ini tampak lebih
gelap, karena memang lebih dingin dari bagian lain, suhunya sekitar 40000c.
Atmosfer Matahari terdiri dari 2 bagian utama, yaitu lapisan yang tipis(chromosphore), berwarna merah, terletak
dekat permukaan Matahari dan mempunyai ketebalan 12.000 kilometer. Selain itu, ada juga lapisan yang
tebal(corona), berwarna putih, memiliki ketebalan ratusan ribu kilometer.[5] Pada lapisan
permukaan chromospore, sering terjadi ledakan yang menimbulkan lidah api.[5] Ledakan ini di sebut
dengan prominence.[5]Lidah api dapat mencapai ketinggian ratusan ribu kilometer dari lapisan chromospere.
[5]
Prominence ini dapat terlihat dengan jelas ketika terjadi gerhana Matahari total.[5] Selain itu, ada juga
peristiwa supergranulation.[5] Peristiwa ini merupakan peristiwa timbulnya filament gas akibat gerakan gas
chromospore yang panas.[5] Peristiwa ini menyebabkan terjadinya plage dan flare.[5] Plage adalah keadaan
Matahari pada saat panas dan bercahaya terang, sedangkan flare adalah semburan energi tinggi dari
permukaan Matahari, berupa radiasi partikel sub-atomik, yang akan menghasilkan sinar-X berenergi tinggi.
[5]
Radiasi partikel sub-atomik dapat sampai ke atmosfer bumi dan dapat memicu terjadinya reaksi inti yang
merupakan sumber radiasi kosmogenis.[5] Matahari mempunyai diameter sebesar 1.400.000 km.[6] Banyak
bintang lain yang mempunyai ukuran lebih besar daripada Matahari.[6] Bintang yang paling dekat dengan tata
surya adalah proxima centauri, terletak pada jarak 1.240 kilometer dari Matahari.[6] Pada radius 3.200 kilometer

dari Matahari, hanya ada 9 buah bintang yang dekat dengan tata surya.[6] Adapun 9 buah bintang tersebut
adalah :[6]

Kedudukan bintang-bintang yang mengelilingi Matahari

Nama Bintang

Jarak

Proxima Centauri

4,24

Alpha Centauri

4,37

Barnard Star

6,00

Wolf 359

7,8

Lalande 21185

8,2

Sirius

8,6

Ross 158

9,6

Ross 248

10,3

Energi nuklir di Matahari[sunting]


Para ahli astronom dan astrofisika memperkirakan bahwa segala unsur yang ada di bumi juga banyak terdapat di
Matahari.[5] Sebagian unsur kimia tersebut adalah gas hidrogen 80%, gas helium 19%, dan bahan sisa
seperti oksigen, magnesium, nitrogen, silikon, karbon,natrium, sulfur, besi, kalium, nikel 1%.[5] Unsur kimia itu
akan bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub-atomik yang terdiri dariinti atom, elektron, proton, neutron,
dan positron. [5]Gas sub-atomik akan memancarkan energi panas yang di sebut plasma.[5] Energi Matahari
dipancarkan ke bumi dalam berbagai macam gelombang elektromagnetis, mulai dari gelombang radio,
gelombang sinar infra merah, gelombang tampak, gelombang sinar ultraungu, dan gelombang sinar-X.[5] Secara
visual, yang dapat ditangkap oleh indera mataadalah sinar tampak, sedangkan sinar infar merah terasa sebagai
panas.[5] Pada saat Matahari mengalami plage dan flare, maka pada sistem Matahari diperkirakan terjadi suatu
rekasi termonuklir yang dahsyat.[7] Menurut seorang ahli fisika Jerman, Hans Bethe, energi Matahari yang sangat
panas disebabkan karena terjadi beberapa reaksi fusi. Reaksi fusi itu adalah sebagai berikut :[7]

Reaksi nuklir fusi atau reaksi penggabungan inti ringan menjadi inti yang lebih berat. Reaksi fusi yang
terjadi adalah penggabungan 4 inti Hidrogen menjadi inti Helium. Persamaan reaksinya adalah :

(H1 + H1 --> H2 + + + v+ 0,42 MeV) x 2


(H1 + H2 --> H3 + + 5,5 MeV) x 2
He3 + H3 --> H4 + 2H1 + 12,8 MeV
Ketiga reaksi tersebut dijumlahkan dan menghasilkan persamaan reaksi : 4H1 --> He4 + 2+ + 2 + 2V + 24,64
MeV.

Reaksi fusi rantai proton-proton. Persamaan reaksinya adalah :

He1 + H1 --> H2 + + + v
He1 + H2 --> H3 +
He3 + He4 --> Be7 +

Be7 + + --> Li7 + + v


Li7 + H1 --> He4 + He4

Reaksi inti gas helium, memiliki persamaan reaksi :

Be7 + H1 --> B8 +

B8 --> Be8 + + + v
Be8 + He4 --> He4

Reaksi rantai karbon nitrogen dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

C12 + H1 --> N13 +


N13 --> C13 + + + v
He1 + H1 --> H2 + + + v
C13 + H1 --> N14 +
N14 + H1 --> O15 +
O15 --> N15 + + + v
N15 + H1 --> C12 + He4
Reaksi nuklir rantai karbon-nitrogen di atas menghasilkan energi yang jauh lebih panas daripada reaksi rantai
proton-proton maupun reaksi fusi hidrogen dan helium.[7] Oleh karena itu, Matahari relatif lebih dingin bila
dibandingkan dengan bintang lain.[7] Reaksi rantai karbon-nitrogen dipakai sebagai dasar sumber energi yang
terjadi pada bintang-bintang yang jauh lebih panas dari Matahari.[7] Partikel sub-atomik yang dikirim oleh
Matahari bertambah banyak pada saat sub-matahari bersinar terang.[5] Partikel sub-atomik ini sering di sebut
dengan sinar kosmis primer.[5] Energi yang dibawa oleh sinar kosmis primer berorde antar 1010 ~ 1017 elektron
volts.[5] Pada saat sinar kosmis primer memasuki atmosfer bumi, sinar itu akan berinteraksi dengan inti
dan elektron yang ada di atmosfer sehingga menghasilkan sinar kosmis sekunder.[5] Sinar kosmis sekunder
terdiri dari meson, proton, elektron, dan foton yang energinya lebih rendah dari energi sinar kosmis primer.
[5]
Sinar kosmis sekunder akan menghasilkan radionuklida, yaitu zarah radioaktif yang kemudian jatuh ke bumi
bersama tiupan angin, hujan, ataupun salju.[5] Selain memicu terjadinya reaksi inti pada atmosfer bumi, sinar
kosmis juga mengionisasikan gas-gas yang ada di lapisan atmosfer tinggi, menghasilkan suatu lapisan yang
bermuatan listrik.[5]Lapisan tersebut dikenal dengan ionosfir.[5] Lapisan ionosfir berfungsi sebagai lapisan
pelindung bumi terhadap radiasi sinar kosmis yang membahayakan manusia dan sebagai pemantul
gelombang radio yang dipancarkan dari bumi, sehingga membantu komunikasi lewat radio.[5]

Radiasi Primordial[sunting]
Radiasi primordial adalah radiasi alam yang berasal dari dalam bumi.[8] Radiasi primordial terdiri dari tiga jenis
radionuklida yaitu kalium-40, Th-232 yang merupakan inti awal deret thorium, dan U-238 yang merupakan inti
awal deret uranium.[8] Radionuklida dalam deret uranium maupun thorium mengalami peluruhan a, b maupun
g. K-40 mengalami peluruhan b berubah menjadi Ca-40 dan Ar-40 dengan memancarkan radiasi b dan g.[8] Di
dalam deret uranium dan thorium terdapat gas mulia Rn-222 dan Rn-220 (radon).[8]Sebagian dari gas yang
muncul dalam deret peluruhan ini akan keluar dari lapisan tanah atau bahan bangunan.[8] Partikel inti hasil
peluruhan dapat menempel pada aerosol di udara dan mengubah aerosol itu menjadi aerosol radioaktif alam.
[8]
Paparan radiasi (dosis efektif) akibat menghirup aerosol radioaktif merupakan komponen terbesar di antara
radiasi alam.[8] Di dalam bangunan yang terbuat dari batuan yang memiliki kerapatan materi radioaktif dan
kerapatan aerosol yang tinggi dan menyebabkan dosis radiasi pada sistem pernapasan akan meningkat,
sehingga kerapatan, dinamika Rn dan hasil peluruhannya di udara menimbulkan suatu masalah.[8]Radionuklida
ini terdapat dalam materi seperti kerak bumi, bebatuan, lapisan tanah, air laut, bahan bangunan dan tubuh
manusia dengan kadar yang berbeda-beda.[8] Secara umum batuan dari gunung berapi memiliki kadar
radionuklida yang lebih tinggi dari pada batuan endapan.[8] Jadi, kerapatan radionuklida berbeda-beda

bergantung kepada jenis tanah dan unsur pembentuknya.[9] Keberadaan radionuklida primordial di suatu tempat
dengan tempat lainnya, tidak selalu sama.[9] Hal tersebut tergantung pada letak geografis suatu tempat serta
keadaan geologi tempat tersebut.[9] Ada beberapa tempat di dunia yang memiliki tingkat radiasi dari kerak bumi
sangat tinggi, tetapi tingkat insiden orang terkena kanker rendah.[3]

Tempat

Penduduk (1985)

Laju Dosis

Keterangan

Pocos de Caldas

Bukit, tak
berpenghuni

Brazil

Kota kecil, 12.000


orang

Guarapari

~ 70.000 orang

15 ~ 175
mSv/tahun

Kerala & Tamil


Nadu, India

~ tak tercatat

3,8 ~ 17
mSv/tahun

~ 400 mSv/tahun

Ramsar, Iran

~250msV/tahun

tiap musim panas didatangi


30.000 pelancong

Radiasi Internal[sunting]
Radiasi internal adalah radiasi yang diterima dari dalam tubuh manusia sendiri.[3] Unsur radioaktif ini kebanyakan
berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara yang dihirup, air yang diminum ataupun makanan.
[3]
Unsur yang meradiasi manusia dari dalam ini kebanyakan berupa tritium, karbon-14, kalium-40, timah
Hitam (Pb-210) dan polonium-210.[3] Radiasi internal ini umumnya merupakan 11% total radiasi yang diterima
seseorang.[3] Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, radionuklida akan menetap dalam tubuh manusia,
sehingga di dalam tubuh manusia juga terdapat radiasi alam. Penduduk paling utara di bumi menerima radiasi
internal dari Polonium-210 kira-kira 35 kali nilai rata-rata dengan sumber daging kijang yang mereka makan.
[3]
Penduduk di daerah AustraliaBarat yang kaya dengan uranium menerima radiasi internal kira-kira 75 kali nilai
rata-rata dari daging domba, kangguru dan offal yang mereka konsumsi.[3] Seseorang yang ada di dalam gedung
atau rumah dapat menerima radiasi dari sumber yang ada dalam bahan bangunan.[3] Sumber radiasi yang
terutama adalah radon. Radon merupakan gas turunan peluruhan Uranium-238 dan Thorium-232.[3]

Bahaya radon[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Radon
astatin radon Xe

Rn

(Uu
o)

86Rn
Tabel periodik

Keterangan Umum Unsur

Nama, Lambang, Nomor atom

radon, Rn, 86

Deret kimia

gas mulia

Golongan, Periode, Blok

18, 6, p

Penampilan

tak berwarna

Massa atom

(222) g/mol

Konfigurasi elektron

[Xe] 4f14 5d10 6s2 6p6

Jumlah elektron tiap kulit

2, 8, 18, 32, 18, 8

Radon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Rn dannomor atom 86. Kontribusi
dosis radiasi alam yang terbesar dari kerak bumi berasal dari Radon. Besarnya 1300 uSv (53 %) dari total dosis
yang diterima dari alam per tahun.[10] Radon adalah unsur berupa gas yang tak dapat dirasa (nir-rasa), tak
berbau (nir-bau) dan tak terlihat (nir-warna).[10] Radon merupakan gas mulia yang memiliki berat sekitar 7,5 kali
berat udara.[10] Menurut perkiraan UNSCEAR, radon dan hasil luruhannya memberi kontribusi sekitar tiga per
empat dari dosis ekivalen efektif tahunan yang diterima manusia dari radiasi alam.[10] Gas radon memiliki dua
radionuklida, yaitu radon-222 (Ra-222) dan radon220 (Ra-220).[10] Ra-222 berasal dari perubahan atom
Uranium238 di alam dan Ra-220 berasal dari perubahan atom Thorium-232.[10] Radon biasanya terhirup melalui
saluran pernapasan manusia, sebagian kecil radon akan tertinggal dalam paru-paru.[10] Jika sudah mengendap,
radon akan menimbulkan kanker paru-paru.[10]

Penanganan bahaya radon[sunting]


Material yang sering dipakai membuat bangunan (rumah/gedung) ternyata turut menyumbang konsentrasi gas
radon yang cukup tinggi, seperti kayu, semen, tawas, fosfor gip, pasir, batubara, granit batu alam hingga bahan
campuran pembuat beton lainnya.[10] Selain itu,phospogypsum dan bahan silikat bisa menghasilkan konsentrasi
radon hingga mencapai ribuan Bequerel (Bq) per kg.[10] Radon harus ditangani dengan sebaiknya seperti bahan
material radioaktif lainnya.[11] Ventilasi yang baik harus dipersiapkan di
mana radium, toriumatau actinium disimpan untuk mencegah bertambahnya radon.[11] Bertambahnya radon
(radon build-up) merupakan salah satu pertimbangan dalam pertambangan uranium.[11]

Matahari berbentuk bola yang berpijar dengan senyawa penyusun


utama berupa gas hidrogen (74%) dan helium (25%)
terionisasi. Senyawa penyusun lainnya terdiri
dari besi, nikel, silikon, sulfur, magnesium, karbon,neon, kalsium,
dan kromium. Cahaya Matahari berasal dari hasil reaksi fusi hidrogen
menjadi helium. Matahari merupakan sebuah bintang yang paling

dekat dengan bumi. Bintang merupakan benda langit yang dapat


menghasilkan cahaya sendiri Matahari adalah salah satu dari 100
miliar lebih bintang yang ada di galaksi Bimasakti.
Matahari merupakan bintang yang paling dekat dengan Bumi, yaitu
berjarak rata-rata 149.600.000 kilometer (92,96 juta mil). Jarak
Matahari ke Bumi ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa
dibulatkan (untuk penyederhanaan hitungan) menjadi 150 juta km.
Berdasarkan penghitungan dengan metode analisis radioaktif,
diketahui bahwa batuan bulan, meteorit dan batuan Bumi tertua yang
pernah ditemukan berusia sekitar 4,6 miliar tahun. Sementara itu,
sampel batuan Matahari belum pernah didapatkan sehingga
penghitungan dilakukan secara matematika menggunakan model
interior Matahari. Berdasarkan hasil penghitungan matematika
adalah Matahari diperkirakan berusia 5 1,5 miliar tahun. Namun,
oleh karena tata surya diketahui terbentuk sebagai satu kesatuan
dalam waktu yang berdekatan maka kini secara umum Matahari

dianggap berusia 4,6 miliar tahun. Matahari tergolong bintang tipe G


V, dengan ciri memiliki suhu permukaan sekitar 6.000 K dan umumnya
bertahan selama 10 miliar tahun. Matahari diperkirakan berusia
sekitar 7 miliar tahun lagi, sebelum hidrogen di intinya habis. Bila hal
tersebut terjadi, Matahari akan berekspansi menjadi bintang raksasa
berwarna merah yang dingin dan 'memakan' planet-planet kecil di
sekitarnya (mungkin termasuk Bumi) sebelum akhirnya kembali
menjadi bintang kerdil berwarna putih kembali.
Gaya gravitasi di Matahari sebanding dengan 28 kali gravitasi di
Bumi. Secara teori hal tersebut berarti bila seseorang memiliki
berat 100 kg di Bumi maka bila berjalan di permukaan Matahari
beratnya akan terasa seperti 2.800 kg. Gravitasi Matahari
memungkinkannya menarik semua komponen-komponen penyusunnya
membentuk suatu bentuk bola sempurna. Gravitasi Matahari jugalah
yang menahan planet-planet yang mengelilinginya tetap berada pada
orbit masing-masing. Pengaruh dari gravitasi Matahari masih dapat
terasa hingga jarak 2 tahun cahaya.
Radiasi Matahari, lebih dikenal sebagai cahaya Matahari, adalah
campuran gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang
inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang
elektromagnetik ini bergerak dengan kecepatan sekitar 3,0 x 108m/s.
Oleh karena itu radiasi atau cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk
sampai ke Bumi. Matahari juga menghasilkan sinar gamma, namun
frekuensinya semakin kecil seiring dengan jaraknya meninggalkan inti.
Sumber energi matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi didalam
inti matahari, reaksi fusi ini merupakan penggabungan atom-atom
hidrogen menjadi helium. Energi yang dipancarkan matahari yang
sampai kebumi disebut insolasi, insolasi akan memberikan energi pada
keseluruhan objek yang ada di bumi

struktur Matahari
lustrasi bagian-bagian Matahari. (1) Inti (2) Zona radiatif (3) Zona
konvektif (4) Fotosfer (5) Kromosfer (6) Korona (7) Bintik Matahari
(8) Granula (9) Prominensa.

Matahari memiliki enam lapisan yang masing-masing memiliki


karakteristik tertentu. Keenam lapisan tersebut meliputi inti
Matahari, zona radiatif, dan zona konvektif yang membentuk lapisan
dalam (interior); fotosfer; kromosfer; dan korona sebagai daerah
terluar dari Matahari.
Inti Matahari
Inti adalah area terdalam dari Matahari yang memiliki suhu sekitar
15 juta derajatCelcius (27 juta derajat Fahrenheit). Berdasarkan
perbandingan radius/diameter, bagian inti berukuran seperempat
jarak dari pusat ke permukaan dan 1/64 total volume
Matahari. Kepadatannya adalah sekitar 150 g/cm3. Suhu dan tekanan
yang sedemikian tingginya memungkinkan adanya pemecahan atomatom menjadi elektron,proton, dan neutron. Neutron yang tidak
bermuatan akan meninggalkan inti menuju bagian Matahari yang lebih
luar. Sementara itu, energi panas di dalam inti menyebabkan
pergerakan elektron dan proton sangat cepat dan bertabrakan satu
dengan yang lain menyebabkan reaksi fusi nuklir (sering juga disebut
termonuklir). Inti Matahari adalah tempat berlangsungnya reaksi fusi
nuklir helium menjadi hidrogen. Energi hasil reaksi termonuklir di inti
berupa sinar gamma dan neutrinomemberi tenaga sangat besar

sekaligus menghasilkan seluruh energi panas dancahaya yang diterima


di Bumi. Energi tersebut dibawa keluar dari Matahari melalui radiasi.
Zona radiatif
Zona radiatif adalah daerah yang menyelubungi inti Matahari. Energi
dari inti dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum
diteruskan ke bagian Matahari yang lebih luar. Kepadatan zona
radiatif adalah sekitar 20 g/cm3 dengan suhu dari bagian dalam ke
luar antara 7 juta hingga 2 juta derajat Celcius. Suhu dan densitas
zona radiatif masih cukup tinggi, namun tidak memungkinkan
terjadinya reaksi fusi nuklir.
Zona konvektif, Zona konvektif adalah lapisan di mana suhu mulai
menurun Suhu zona konvektif adalah sekitar 2 juta derajat Celcius
(3.5 juta derajat Fahrenheit).
Fotosfer, Fotosfer atau permukaan Matahari meliputi wilayah
setebal 500 kilometer dengan suhu sekitar 5.500 derajat Celcius
(10.000 derajat Fahrenheit).

Kromosfer, Kromosfer adalah lapisan di atas fotosfer. Warna dari


kromosfer biasanya tidak terlihat karena tertutup cahaya yang
begitu terang yang dihasilkan fotosfer. Namun saat terjadi gerhana
Matahari total, di mana bulan menutupi fotosfer, bagian kromosfer
akan terlihat sebagai bingkai berwarna merah di sekeliling
Matahari. Warna merah tersebut disebabkan oleh tingginya
kandungan helium di sana.
Korona
Korona merupakan lapisan terluar dari Matahari. Lapisan ini
berwarna putih, namun hanya dapat dilihat saat terjadi gerhana

karena cahaya yang dipancarkan tidak sekuat bagian Matahari yang


lebih dalam. Saat gerhana total terjadi, korona terlihat membentuk
mahkota cahaya berwarna putih di sekeliling Matahari. Lapisan
korona memiliki suhu yang lebih tinggi dari bagian dalam Matahari
dengan rata-rata 2 juta derajat Fahrenheit, namun di beberapa
bagian bisa mencapai suhu 5 juta derajat Fahrenheit.
Pergerakan Matahari
Matahari mempunyai dua macam pergerakan, yaitu sebagai berikut :

Matahari berotasi pada sumbunya dengan selama sekitar 27 hari


untuk mencapai satu kali putaran. Gerakan rotasi ini pertama kali
diketahui melalui pengamatan terhadap perubahan posisi bintik
Matahari. Sumbu rotasi Matahari miring sejauh 7,25 dari sumbu
orbit Bumi sehingga kutub utara Matahari akan lebih terlihat di
bulan September sementara kutub selatan Matahari lebih terlihat di
bulan Maret. Matahari bukanlah bola padat, melainkan bola gas,
sehingga Matahari tidak berotasi dengan kecepatan yang seragam.
Ahli astronomi mengemukakan bahwa rotasi bagian interior Matahari
tidak sama dengan bagian permukaannya. Bagian inti dan zona radiatif
berotasi bersamaan, sedangkan zona konvektif dan fotosfer juga
berotasi bersama namun dengan kecepatan yang berbeda. Bagian
ekuatorial (tengah) memakan waktu rotasi sekitar 24 hari sedangkan
bagian kutubnya berotasi selama sekitar 31 hari. Sumber perbedaan
waktu rotasi Matahari tersebut masih diteliti.

Matahari dan keseluruhan isi tata surya bergerak di orbitnya


mengelilingi galaksi Bimasakti.]Matahari terletak sejauh
28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi Bimasakti. Kecepatan ratarata pergerakan ini adalah 828.000 km/jam sehingga diperkirakan
akan membutuhkan waktu 230 juta tahun untuk mencapai satu
putaran sempurna mengelilingi galaksi.

Gangguan gangguan pada matahari


Bintik matahari
Bintik Matahari terlihat seperti noda kehitaman di permukaan
Matahari
Bintik Matahari adalaah granula-granula cembung kecil yang
ditemukan di bagian fotosfer Matahari dengan jumlah yang tak
terhitung. Bintik Matahari tercipta saat garis medan magnet
Matahari menembus bagian fotosfer. Ukuran bintik Matahari dapat
lebih besar daripada Bumi. Bintik Matahari memiliki daerah yang
gelap bernama umbra, yang dikelilingi oleh daerah yang lebih terang
disebut penumbra. Warna bintik Matahari terlihat lebih gelap karena
suhunya yang jauh lebih rendah dari fotosfer. Suhu di daerah umbra
adalah sekitar 2.200 C sedangkan di daerah penumbra adalah
3.500 C. Oleh karena emisi cahaya juga dipengaruhi oleh suhu maka
bagian bintik Matahari umbra hanya mengemisikan 1/6 kali cahaya
bila dibandingkan permukaan Matahari pada ukuran yang sama.
Prominensa adalah salah satu ciri khas Matahari, berupa bagian
Matahari menyerupai lidah api yang sangat besar dan terang yang
mencuat keluar dari bagian permukaan serta seringkali
berbentuk loop (putaran). Prominensa disebut juga sebagai filamen
Matahari karena meskipun julurannya sangat terang bila dilihat di
angkasa yang gelap, namun tidak lebih terang dari keseluruhan
Matahari itu sendiri. Prominensa hanya dapat dilihat dari Bumi
dengan bantuan teleskop dan filter. Prominensa terbesar yang pernah
ditangkap oleh SOHO (Solar and Heliospheric Observatory)
diestimasi berukuran panjang 350 ribu km.
Sama seperti korona, prominensa terbentuk dari plasma namun
memiliki suhu yang lebih dingin. Prominensa berisi materi dengan
massa mencapai 100 miliar kg. Prominensa terjadi di lapisan fotosfer
Matahari dan bergerak keluar menuju korona Matahari. Plasma

prominensa bergerak di sepanjang medan


magnet Matahari. Erupsi dapat terjadi ketika struktur prominesa
menjadi tidak stabil sehingga akan pecah dan mengeluarkan
plasmanya. Ketika terjadi erupsi, material yang dikeluarkan menjadi
bagian dari struktur magnetik yang sangat besar disebut semburan
massa korona (coronnal mass ejection/ CME). Pergerakan semburan
korona tersebut terjadi pada kecepatan yang sangat tinggi, yaitu
antara 20 ribu m/s hingga 3,2 juta km/s. Pergerakan tersebut juga
menyebabkan peningkatan suhu hingga puluhan juta derajat dalam
waktu singkat. Bila erupsi semburan massa korona mengarah ke Bumi,
akan terjadi interaksi dengan medan magnet Bumi dan mengakibatkan
terjadinya badai geomagnetik yang berpotensi mengganggu jaringan
komunikasi dan listrik.
Flare atau letupan
Flare adalah letupan letupan gas diatas permukaan matahari, flare
dapat menyababkan gangguan sistem komunikasi radio,karena letusan
gas tersebut terdiri dari partikel partikel gas bermuatan listrik.
Diposkan 5th February oleh Alvina Vinna

Bismillah, masih dalam artikel geografi, kali ini kita akan membahas tentang Planet Planet di
Tata Surya, apa dan bagaimana Planet Planet di Tata Surya itu. Semoga apa yang pengarang
buku ini tulis dapat bermanfaat untuk kita semua. Apabila Artikel ini bukan jawaban yang
teman-teman cari, silahkan gunakan fasilitas pencarian diatas untuk menemukan artikel yang
tepat. Selamat membaca Planet Planet di Tata Surya.
Kata planet berasal dari bahasa Yunani yaitu planetai, yang berarti pengembara. Hal ini
disebabkan kedudukan planet terhadap bintang tidaklah tetap. Planet adalah benda angkasa
yang tidak mempunyai cahaya sendiri, berbentuk bulatan, dan beredar mengelilingi bintang
(Matahari). Sebagian besar planet mempunyai pengiring atau pengikut yang disebut Satelit
yang beredar mengelilingi planet.
Sebelumnya, para ahli menetapkan bahwa di dalam tata surya terdapat sembilan planet.
Sembilan planet tersebut berdasarkan urutannya dari matahari yang terdiri atas planet
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Sejalan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, maka berdasarkan
Sidang Umum International Astronomical Union (IAU) ke-26, pada tanggal 25 Agustus 2006 di
Praha, ditetapkan delapan planet dengan mengeluarkan Planet Pluto dari Sistem Tata Surya
kita. Sementara itu, Pluto diturunkan statusnya sebagai kategori planet kerdil bersama-sama
dengan Xena dan Asteroid Ceres.
Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota keluarga planet tata surya

selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang planet. Dalam
resolusi tersebut, sebuah benda langit bisa disebut planet apabila memenuhi tiga syarat,
yakni mengorbit matahari, berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk
bulat, dan memiliki jalur orbit yang jelas dan "bersih" (tidak ada benda langit lain pada orbit
tersebut). Dari kriteria ini, planet Pluto memiliki kelemahan, antara lain ukurannya sangat
kecil dan bentuk orbitnya yang memanjang dan memotong orbit Neptunus, sehingga dalam
perjalanannya mengelilingi matahari, Pluto kadang-kadang lebih dekat dengan matahari
dibandingkan Neptunus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut ini.

Gambar 3.8 Sistem Tata Surya Baru


(Sumber : Media Indonesia, 26 Agustus 2006, halaman 1)
Planet-planet yang ada di tata surya dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria,
antara lain sebagai berikut.
1) Berdasarkan massanya, planet dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu
sebagai berikut:
a) Planet bermassa besar (Superior planet), terdiri atas Jupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus.
b) Planet bermassa kecil (Inferior Planet), terdiri atas Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
2) Berdasarkan jaraknya ke matahari, planet dapat dibedakan atas planet dalam dan
planet luar.
a) Planet dalam (Interior planet),
yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya ke matahari lebih pendek daripada jarak rata-rata
Planet Bumi ke Matahari. Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang termasuk planet dalam,
adalah Planet Merkurius dan Venus. Planet Merkurius ataupun Venus mempunyai kecepatan
beredar mengelilingi matahari berbeda-beda, sehingga letak atau kedudukan planet tersebut
bila dilihat dari bumi akan berubah-ubah pula. Sudut yang dibentuk oleh garis yang
menghubungkan Bumi-Matahari dengan suatu planet disebut elongasi. Besarnya sudut
elongasi yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan Bumi-Matahari-Merkurius yaitu
antara 0 -28 derajat, sedangkan sudut elongasi Bumi-matahari-Venus adalah 0 - 50 derajat.
Berdasarkan besarnya sudut elongasi paling besar yang dapat dicapai oleh planet tersebut,
sehingga dapat dihitung lamanya waktu planet Merkurius dan Venus terlihat dari bumi, yakni
Planet Merkurius dapat terlihat dari bumi paling lama sekitar 28 / 360 x 24 jam = 1 jam 52
menit, sedangkan Planet Venus dapat terlihat dari bumi paling lama sekitar 50 / 360 x 24 jam
= 3 jam 20 menit. Elongasi planet dalam (interiorplanet) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
elongasi barat, jika posisi suatu planet berada di sebelah barat matahari dilihat dari bumi dan
elongasi timur, jika posisi suatu planet berada di sebelah timur matahari dilihat dari bumi.
Planet Venus ataupun Merkurius yang berada pada posisi elongasi barat akan terbit terlebih
dahulu di ufuk timur pada saat matahari masih berada di bawah horizon timur, sehingga
planet tersebut terlihat berkilauan dilihat dari bumi karena sinar matahari yang diterimanya
dipantulkan kembali ke bumi. Oleh karena itu, orang-orang di bumi menyebut Planet Venus
atau Merkurius yang sedang berada pada kedudukan elongasi barat sebagai Bintang Timur.
Sebaliknya apabila planet Merkurius atau Venus sedang berada pada posisi elongasi Timur,

maka-planet-planet itu akan memantulkan cahaya matahari beberapa saat setelah matahari
terbenam di ufuk barat, sehingga akan terlihat dari bumi sebagai Bintang Senja.
b) Planet luar (Eksterior planet),
yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya ke matahari lebih panjang daripada jarak rata-rata
Planet Bumi ke Matahari. Termasuk ke dalam kelompok planet luar, yaitu Planet Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Dilihat dari bumi, sudut elongasi kelompok planet luar berkisar antara 0 -180 derajat. Bila
elongasi salah satu planet mencapai 180 derajat hal ini berarti planet tersebut sedang berada
dalam kedudukan oposisi, yaitu kedudukan suatu planet berlawanan arah dengan posisi
matahari dilihat dari bumi. Pada saat oposisi, berarti planet tersebut berada pada jarak paling
dekat dengan bumi.
Bila elongasi salah satu planet mencapai 00 berarti planet tersebut mencapai kedudukan
konjungsi, yaitu suatu kedudukan planet yang berada dalam posisi searah dengan matahari
dilihat dari bumi. Pada saat konjungsi, berarti planet tersebut berada pada jarak paling jauh
dengan bumi.
Contoh soal:
1) Matahari terbit di ufuk timur pukul 06.00 dan terbenam di ufuk barat pukul 18.00, pukul
berapakah planet Merkurius akan terbit, apabila planet tersebut sedang elongasi barat
sebesar 15 derajat ?
Jawab:
Diketahui : Elongasi barat Planet Merkurius sebesar 15 derajat.
Waktu yang diperlukan : 15 / 360 x 24 jam = 1 jam
Planet Merkurius terbit : Pukul 06.00 - 1 jam = pukul 05.00
2) Matahari terbit di ufuk timur pukul 06.00 dan terbenam di ufuk barat pukul 18.00, pukul
berapakah Planet Mars akan terbenam, apabila planet tersebut sedang elongasi timur
sebesar 45,5 0?
Jawab :
Diketahui : Elongasi timur Planet Mars sebesar 45,5 derajat
Waktu yang diperlukan : 45,5 / 360 x 24 jam = 3 jam 18 menit
Planet Mars terbenam : pukul 18.00 - 3 jam 18 menit = pukul 21.18
Berikut ini dijelaskan satu persatu mengenai planet-planet sebagai anggota tata surya.
1) Planet Merkurius
Merkurius merupakan planet paling dekat ke matahari, jarak rata-ratanya hanya sekitar 57,8
juta km. Akibatnya, suhu udara pada siang hari sangat panas (mencapai 4000C), sedangkan
malam hari sangat dingin (mencapai -2000 C). Perbedaan suhu harian yang sangat besar
disebabkan planet ini tidak mempunyai atmosfer. Merkurius berukuran paling kecil, garis
tengahnya hanya 4.850 km hampir sama dengan ukuran bulan (diameter 3.476 km). Planet
ini beredar mengelilingi matahari dalam suatu orbit eliptis (lonjong) dengan periode
revolusinya sekitar 88 hari, sedangkan periode rotasinya sekitar 59 hari.

Gambar 3.9
A. Planet Merkurius dan B. Perbandingannya Merkurius dengan Bumi (Sumber:
www.sarkaniemi.fi)

2) Planet Venus
Venus merupakan planet yang letaknya paling dekat ke bumi, yaitu sekitar 42 juta km,
sehingga dapat terlihat jelas dari bumi sebagai suatu noktah kecil yang sangat terang dan
berkilauan menyerupai bintang pada pagi atau senja hari. Venus sering disebut sebagai
bintang kejora pada saat Planet Venus berada pada posisi elongasi barat dan bintang senja
pada waktu elongasi timur. Kecemerlangan planet Venus disebabkan pula oleh adanya
atmosfer berupa awan putih yang menyelubunginya dan berfungsi memantulkan cahaya
matahari.
Jarak rata-rata Venus ke matahari sekitar 108 juta km, diselubungi atmosfer yang sangat
tebal terdiri atas gas karbondioksida dan sulfat, sehingga pada siang hari suhunya dapat
mencapai 4770 C, sedangkan pada malam hari suhunya tetap tinggi karena panas yang
diterima tertahan atmosfer. Diameter planet Venus sekitar 12.140 km, periode rotasinya
sekitar 244 hari dengan arah sesuai jarum jam, dan periode revolusinya sekitar 225 hari.

Gambar 3.10 Planet Venus


(Sumber: (A) www.celestiamotherlode.net dan (B) www.resa.net)

3) Planet Bumi (The Earth)


Bumi merupakan planet yang berada pada urutan ketiga dari matahari. Jarak rata-ratanya ke
matahari sekitar 150 juta km, periode revolusinya sekitar 365,25 hari, dan periode rotasinya
sekitar 23 jam 56 menit dengan arah barat-timur. Planet bumi mempunyai satu satelit alam
yang selalu beredar mengelilingi bumi yaitu Bulan (The Moon). Diameter Bumi sekitar 12.756
km hampir sama dengan diameter Planet Venus.

Gambar 3.11 Planet Bumi (Sumber: www.solarviews.com)

Gambar 3.12 Planet Mars (Sumber: www.urania.uk)

4) Planet Mars
Mars merupakan planet luar (eksterior planet) yang paling dekat ke bumi. Planet ini tampak
sangat jelas dari bumi setiap 2 tahun 2 bulan sekali yaitu pada kedudukan oposisi. Sebab saat
itu jaraknya hanya sekitar 56 juta km dari bumi, sehingga merupakan satu-satunya planet
yang bagian permukaannya dapat diamati dari bumi dengan mempergunakan teleskop,
sedangkan planet lain terlalu sulit diamati karena diselubungi oleh gas berupa awan tebal
selain jaraknya yang terlalu jauh.
Keadaan di Mars paling mirip dengan bumi, sehingga memungkinkan terdapatnya kehidupan.
Karena itu, para astronom lebih banyak menghabiskan waktu mempelajari Mars daripada
planet lain. Jarak rata-rata ke Matahari sekitar 228 juta km, periode revolusinya sekitar 687
hari, sedangkan periode rotasi sekitar 24 jam 37 menit. Diameter planet sekitar setengah dari
diameter bumi (6.790 km), diselimuti lapisan atmosfer yang tipis, dengan suhu udara relatif
lebih rendah daripada suhu udara di bumi. Planet Mars mempunyai dua satelit alam, yakni
Phobos dan Deimos.

Gambar 3.13 Planet Jupiter (Sumber: www.urania.uk)

5) Planet Jupiter
Jupiter merupakan planet terbesar di tata surya, diameter sekitar 142.600 km, terdiri atas
materi dengan tingkat kerapatannya rendah, terutama hidrogen dan helium. Jarak rataratanya ke matahari sekitar 778 juta km, berotasi pada sumbunya dengan sangat cepat yakni
sekitar 9 jam 50 menit, sedangkan periode revolusinya sekitar 11,9 tahun. Planet Jupiter
mempunyai satelit alam yang jumlahnya paling banyak yaitu sekitar 13 satelit, di antaranya
terdapat beberapa satelit yang ukurannya besar yaitu Ganimedes, Calisto, Galilea, Io dan
Europa.

Gambar 3.14 Planet Saturnus


(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 1, halaman 129)

6) Planet Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar ke dua setelah Jupiter, diameternya sekitar 120.200 km,
periode rotasinya sekitar 10 jam 14 menit, dan revolusinya sekitar 29,5 tahun. Planet ini
mempunyai tiga cincin tipis yang arahnya selalu sejajar dengan ekuatornya, yaitu Cincin Luar
(diameter 273.600 km), Cincin Tengah (diameter 152.000 km), dan Cincin Dalam (diameter
160.000 km). Antara Cincin Dalam dengan permukaan Saturnus dipisahkan oleh ruang kosong
yang berjarak sekitar 11.265 km. Planet Saturnus mempunyai atmosfer sangat rapat terdiri
atas hidrogen, helium, metana, dan amoniak. Planet Saturnus mempunyai satelit alam
berjumlah sekitar 11 satelit, diantaranya Titan, Rhea, Thetys, dan Dione.
7) Planet Uranus
Uranus mempunyai diameter 49.000 km hampir empat kali lipat diameter bumi. Periode
revolusinya sekitar 84 tahun, sedangkan rotasinya sekitar 10 jam 49 menit. Berbeda dengan
planet lainnya, sumbu rotasi pada planet ini searah dengan arah datangnya sinar matahari,
sehingga kutubnya seringkali menghadap ke arah matahari. Atmosfernya dipenuhi hidrogen,
helium dan metana. Di luar batas atmosfer, Planet Uranus terdapat lima satelit alam yang
mengelilinginya, yaitu Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon. Jarak rata-rata ke
matahari sekitar 2.870 juta km. Planet inipun merupakan planet raksasa yang sebagian besar
massanya berupa gas dan bercincin, ketebalan cincinnya hanya sekitar 1 meter terdiri atas
partikel-partikel gas yang sangat tipis dan redup.

Gambar 3.15 Planet Uranus


(Sumber: (A) Uranus.it.swin.edu.au (B) www.solarvoyager.com)
8) Planet Neptunus
Neptunus merupakan planet superior dengan diameter 50.200 km, letaknya paling jauh dari
matahari. Jarak rata-rata ke matahari sekitar 4.497 juta km. Periode revolusinya sekitar 164,8
tahun, sedangkan periode rotasinya sekitar 15 jam 48 menit. Atmosfer Neptunus dipenuhi
oleh hidrogen, helium, metana, dan amoniak yang lebih padat dibandingkan dengan Jupiter
dan Saturnus. Satelit alam yang beredar mengelilingi Neptunus ada dua, yaitu Triton dan

Nereid. Planet Neptunus mempunyai dua cincin utama dan dua cincin redup di bagian dalam
yang mempunyai lebar sekitar 15 km.

Gambar 3.16 Planet Neptunus


(Sumber: (A) www.einsteinflits.nl, (B) www.sarkaniemi.fi)
Walaupun sekarang Pluto sudah tidak termasuk planet sebagai anggota tata surya, tetapi
tidak ada salahnya untuk diketahui demi menambah wawasan pengetahuan. Pluto memiliki
diameter sekitar 6.400 km, letaknya paling jauh dari matahari. Jarak rata-ratanya ke matahari
yaitu sekitar 5.900 juta km. Periode revolusinya sekitar 247,7 tahun, sedangkan periode
rotasinya sekitar 153 jam. Jarak Pluto yang sangat jauh dari matahari mengakibatkan suhu
planet ini menjadi sangat dingin dengan tingkat kepadatan tinggi pula. Walaupun demikian,
Planet Pluto memiliki satu satelit alam yang mengelilingi planet itu dalam jarak sekitar 17.000
km yang dinamakan Charon.
Demikian artikel "Planet Planet di Tata Surya" ini saya susun, artikel ini saya ambil dari
( BSE ) Geografi Memahami Geografi Kelas X karangan Bagja Waluya.

PROSES TERBENTUKNYA TATA SURYA

Teori-teori penciptaan alam


semesta
a.

Teori Kabut (Nebula)

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Kant dan Laplace pada tahun 1796.
Menurut teori ini mula-mula ada kabut gas dan debu atau nebula, kabut ini
sebagian besar terdiri dari hidrogen dan sedikit helium. Nebula mengisi seluruh
ruang alam semesta. Karena proses pendinginan, kabut gas ini tersebut
menyusut dan mulai berputar. Proses ini mula-mula lambat, kemudian makin
cepat dan bentuknya berubah dari bulat bola menjadi cakram. Sebagian besar
materi akan mengumpul dipusat cakram, yang kemudian menjadi matahari.
Sedang sisanya yang tertinggal akan tetap berputar dan terbentuklah planet
besrta satelitnya.[1]
b.

Teori Bintang Kembar

Menurut teori ini pada awalnya ada dua bintang kembar, kemudian satu
bintang meledak menjadi serpihan-serpihan kecil akibat medan gravitasi

bintang yang tidak meledak, serpihan-serpihan itu berputar mengelilinginya.


Kemudian serpihan menjadi planet-planet, sateli-satelit dan benda-benda langit
kecil lainnya, sedangkan bintang yang utuh adalah matahari.[2]
c.

Teori Pasang Surut atau Tidal

Jeans dan Jeffri pada tahun 1919. Menurut teori ini melukiskan bahwa
terjadinya alam semesta merupakan masa matahari yang lepas membentuk
bentukan cerutu yang menjorok kearah bintang akibatnya bintang makin
menjauhi masa, masa tersebut terputus-putus dan membentuk gumpalan gas
disekitar matahari gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku dan
terbentuk planet-planet. Teori ini dapat menjawab mengapa planet dibagian
tengah seperti: jupiter, saturnus, uranus dan neptunus ukurannya besar,
sedangkan pada bagian ujung seperti: merkurius, venus dan pluto memiliki
ukuran yang lebih kecil.[3]

d.

Teori Big Bang

Teori ini menyatakan bahwa adanya suatu masa yang sangat besar meledak
dengan hebat karena adanya reaksi inti. Masa itu kemudian berserakan dan
mengembangkan dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan. Gamo Alfhor
dan Herman mengatakan pada saat ledakan Maha dahsyat itu terjadi semua
materi terlempar ke seluruh jagat raya kesemua arah yang kemudian
membentuk bintang-bintang dan glaksi, karena tidak mungkin materi seluruh
alam itu berkumpul di suatu tempat dalam ruang tanpa gaya grafitasi yang
sangat kuat. Maka disimpulkan kemudian bahwa "Ledakan Besar" itu terjadi
ketika seluruh materi Cosmos keluar dengan kerapatan yang sangat besar dan
suhu yang sangat tinggi, alam semesta lahir dari singolaritas fisis dengan
keadaan ekstern.[4]
e.

Teori Ekspansi dan Kontraksi

Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam
semesta, yaitumasa-ekspansi dan masa kontruksi yang diduga siklus tersebut
berlangsung dalam durasi 30.000 juta tahun. Dalam masa depan ekspansi
kemudian terbentuklah galaksi serta bintang-bintangnya. Ekspansi ini didukung
oleh adanya tenaga yang bersumber dari reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya
membentuk berbagai unsur lain yang kompleks. Pada masa kontraksi, galaksi
dan bintang-bintang yang terbentuk meredup dan unsur-unsur yang terbentuk
menyusul mengeluarkan tenaga berupa panas yang tinggi.Teori ini juga
dikemukakan oleh Edwin Hubble, dia menyatakan bahwa alam semesta memuai
seperti gelembung gas panas yang secara tiba-tiba melepas dari ruang hampa.
Dia melakukan sebuah percobaan melalui teropong bintang raksasa pada tahun
1929 bahwa disitu menunjukkan adanya pemuaian adanya alam semesta. Ini
berarti alam semesta merekspansi dan ekaspansi itu menurut Gamau melahirkan

sekitar 100 miliyar galaksi yang masing-masing galaksi rata-rata memiliki 100
miliyar bintang.[5]
f.

Teori Planetesimal

Thomas C.Chaberlin dan Forest R. Moulton mencetuskan teori yang dikenal


dengan teori Planetesimal artinya planet terbentuk dari benda padat atau unsurunsur kecil yang telah ada sebelumnya. Menurut teori ini, matahari yang ada
sekarang sudah ada sebelumnya, kemudian ada sebuah bintang yang melintas
pada jarak yang tidak terlalu jauh dari matahari. Akibatnya terjadi peristiwa
pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu. Sebagian dari masa
yang tertarik jatuh kembali kepermukaan matahari dan sebagian lagi terhambur
ke ruang angkasa di sekitar matahari menjadi planet-planet dan benda langit
lainnya[6].
g.

Teori Creatio Continua

Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold. Menurut teori ini saat
diciptakan alam semesta ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan
tetap ada, atau dengan kata lain alam semesta ini tidak pernah bermula dan
tidak akan berakhir. Pada setiap saat ada partikel yang dilahirkan dan ada yang
lenyap. Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut
spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Karena partikel
yang dilahirkan lebih besar dari pada partikel yang lenyap maka jumlah materi
makin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan
ini akan nencapai titik batas kritik pada 10 miliyar tahun lagi. Tetapi dalam waktu
10 miliyar tahun ini akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini 90%
materi alam semesta adalah hidrogen. Dari hidrogen ini akan terbentuk helium
dan zat-zat lainnya.[7]
h.

Teori G.P.Kuiper

Pada tahun 1950 G.P Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan yang
ditemui di luar tata surya dan menyuarakan penyempurnaan atas teori-teori
yang telah dikemukakan yang mengandaikan bahwa matahari serta semua
planet berasal dari gas purba yang ada ruang angkasa. Pada saat ini terdapat
banyak kabut gas dan diantara kabut terlihat dalam proses melahirkan bintang.
Kabut gas yang nampak tipis-tipis di ruang angkasa itu, karena gaya
tarik gravitasi antar molekul dalam kabut itu lambat laun memampatkan diri
menjadi masa yang semakin lama semakin padat. Pemadatan ini di mungkinkan
oleh sifat gas semacam itu selalu terjadi gerakan. Selanjutnya gerakan itu
semakin lama menjadi gerakan berputar yang memipihkan dan memadatkan gas
kabut itu. Satu atau dua gumpalan materi memadat di tengah, sedang gumpalan
yang kecil akan melesat di lingkungan sekitarnya.
Gumpalan yang terkumpul di tengah menjadi matahari sebagai sat,
sedang gumpalan-gumpalan yang kecil menjadi bakal planet. Matahari yang di
pusat begitu padat mulai menyala dengan api nuklir, yang selanjutnya api itu
mendorong gas yang masih membungkus planet menjadi sirna, sehingga planet
sekarang tampak telanjang tinggal terasnya. Tapi bakal planet yang jauh dari

matahari kurang terpengaruh sehingga tampak menjadi planet yang besar


dengan di liputi kabut.[8]

ima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea,
diambil lagi dari bahasa Yunani Galaxias yang berarti "susu") adalahgalaksi
spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar
massa
matahari, yang memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000tahun cahaya dan
ketebalan 1000 tahun cahaya.[1] Jarak antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan 27.700
tahun cahaya. Di dalam galaksi bimasakti terdapat sistemTata Surya, yang didalamnya
terdapat planet Bumi tempat kita tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang
hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif
ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit,
jadi telah 2025 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya. Kecepatan
orbit tata surya adalah 217 km/d.
Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bimasakti" berasal dari tokoh berkulit hitam
dalampewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya
susunan bintang-bintang yang tersebar di angkasa jika dihubungkan dan ditarik garis akan
membentuk gambar Bima dililit ular naga maka disebutlah "Bimasakti". Sementara itu,
masyarakat Barat menyebutnya "milky way" sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut
bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau "aura" cemerlang ini
sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang
terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan
lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi.
Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi. Dan
dinamakan sebagai berikut:

Lengan Norma

Lengan Scutum-Crux

Lengan Sagitarius

Lengan Orion atau Lengan Lokal

Lengan Perseus

Lengan Cygnus atau Lengan Luar


Dimensi[sunting]

Cakram bintang Bima Sakti kira kira berdiameter 100.000 tahun cahaya (9.510^17 km), dan
diperkirakan rata rata mempunyai ketebalan 1000 tahun cahaya (9.510^15 km). Bima Sakti
diestimasikan mempunyai setidaknya 200 miliar bintang[2] dan mungkin hingga 400 miliar
bintang[3]. Angka pastinya tergantung dari jumlah bintang bermassa rendah, yang sangat sulit
dipastikan. Melebihi bagian cakram bintang, terletak piringan gas yang lebih tebal. Observasi
terakhir mengindikasikan bahwa piringan gas Bima Sakti mempunyai ketebalan sekitar
12.000 tahun cahaya (1.11017 km) - sebesar dua kali nilai yang diterima sebelumnya.
Sebagai panduan ukuran fisik Bima Sakti, sebagai misal kalau diameternya dijadikan 100
m, Tata Surya, termasuk awan oort, akan berukuran tidak lebih dari 1 mm.
Cahaya galaksi memancar lebih jauh, tapi ini dibatasi oleh orbit dari dua satelit Bima Sakti
yaitu Awan Magellan Besar dan Kecil (the Large and the Small Magellanic Clouds), yang
memiliki perigalacticon kurang lebih 180.000 tahun cahaya (1.71018 km). Pada jarak ini
dan lebih jauh selanjutnya, orbit-orbit dari obyek sekitar akan didisrupsi oleh awan magelan,
dan obyek obyek itu kemungkinan besar akan terhempas keluar dari Bima Sakti.
Perhitungan terakhir oleh teleskop Very Long Baseline Array (VLBA) menunjukkan bahwa
ukuran Bima Saki adalah lebih besar dari yang diketahui sebelumnya. Ukuran Bima Sakti
terakhir sekarang dipercaya adalah mirip seperti tetangga galaksi terdekat, galaksi
Andromeda. Dengan menggunakan VLBA untuk mengukur geseran daerah formasi bintangbintang yang terletak jauh ketika bumi sedang mengorbit di posisi yang berlawanan dari
matahari, para ilmuwan dapat mengukur jarak dari berbagai daerah itu dengan assumsi yang
lebih sedikit dari usaha pengukuran sebelumnya. Estimasi kecepatan rotasi terbaru dan lebih
akurat (yang kemudian menunjukan dark matter yang terkandung di dalam galaksi) adalah
914,000 km/jam. Nilai ini jauh lebih tinggi dari nilai umum sebelumnya 792,000 km/jam.
Hasil ini memberi kesimpulan bahwa total masa Bima Sakti adalah sekitar 3 triliun bintang,
atau kira kira 50% lebih besar dari perkiraan sebelumnya.

Galeri[sunting]

Gambar sinar-x Bima Sakti yang diambil oleh Observatorium sinar-X Chandra

Astronomi ekstragalaksi[sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Astronomi ekstragalaksi

Citra di atas menampilkan beberapa benda biru berbentuk lingkaran; ini adalah gambar-gambar dari galaksi yang sama, tergandakan
oleh efek lensa gravitasionalyang disebabkan oleh gugusan galaksi-galaksi kuning pada bagian tengah foto. Efek lensa itu dihasilkan
medan gravitasi gugusan dan membelokkan cahaya sehingga gambar salah satu benda yang lebih jauh diperbesar dan terdistorsi.

Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi kita astronomi ekstragalaksi merupakan cabang yang
mempelajari formasi dan evolusi galaksi-galaksi, morfologi dan klasifikasi mereka, serta pengamatan atas
galaksi-galaksi aktif beserta grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi. Ini, terutama yang disebutkan belakangan,
penting untuk memahami struktur alam semesta dalam skala besar.
Kebanyakan galaksi akan membentuk wujud-wujud tertentu, sehingga pengklasifikasiannya bisa disusun
berdasarkan wujud-wujud tersebut. Biasanya, mereka dibagi-bagi menjadigalaksi-galaksi spiral, elips, dan tak
beraturan.[68]
Persis seperti namanya, galaksi elips berbentuk seperti elips. Bintang-bintang berputar pata garis edarnya
secara acak tanpa menuju arah yang jelas. Galaksi-galaksi seperti ini kandungan debu antarbintangnya sangat
sedikit atau malah tidak ada; daerah penghasil bintangnya tidak banyak; dan rata-rata penghuninya bintangbintang yang sudah tua. Biasanya galaksi elips ditemukan pada bagian inti gugusan galaksi, dan bisa terlahir
melalui peleburan galaksi-galaksi besar.
Galaksi spiral membentuk cakram gepeng yang berotasi, biasanya dengan tonjolan atau batangan pada bagian
tengah dan lengan-lengan spiral cemerlang yang timbul dari bagian tersebut. Lengan-lengan ini ialah lapangan
berdebu tempat lahirnya bintang-bintang baru, dan penghuninya adalah bintang-bintang muda yang bermassa
besar dan berpijar biru. Umumnya, galaksi spiral akan dikelilingi oleh cincin yang tersusun atas bintang-bintang
yang lebih tua. Contoh galaksi semacam ini adalah Bima Sakti dan Andromeda.
Galaksi-galaksi tak beraturan bentuknya kacau dan tidak menyerupai bangun tertentu seperti spiral atau elips.
Kira-kira seperempat dari galaksi-galaksi tergolong tak beraturan, barangkali disebabkan oleh interaksi gravitasi.
Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan jumlah energi yang signifikan dari sumber selain bintangbintang, debu, atau gas; juga, apabila sumber tenaganya berasal dari daerah padat di sekitar inti
kemungkinan sebuah lubang hitam supermasif yang memancarkan radiasi benda-benda yang ia telan.

Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum radio yang sangat terang serta memancarkan jalaran gas
dalam jumlah besar, maka galaksi tersebut tergolong galaksi radio. Contoh galaksi seperti ini adalah galaksigalaksi Seyfert, kuasar, dan blazar. Kuasar sekarang diyakini sebagai benda yang paling dapat dipastikan
sangat cemerlang; tidak pernah ditemukan spesimen yang redup.[69]
Struktur skala besar dari alam semesta sekarang digambarkan sebagai kumpulan dari grup-grup dan gugusangugusan galaksi. Struktur ini diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki pengelompokan; yang terbesar
adalah maha-gugusan (supercluster). Kemudian kelompok-kelompok ini disusun menjadi filamen-filamen dan
dinding-dinding galaksi, dengan kehampaan di antara mereka.[70]
Hukum Hubble adalah salah satu hukum dalam astronomi yang menyatakan bahwa pergeseran merah dari
cahaya yang datang dari galaksi yang jauh adalah sebanding dengan jaraknya. Hukum ini pertama kali
dirumuskan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929.
Jika kita menganggap bahwa pergeseran merah ini disebabkan oleh efek Doppler di mana galaksi menjauhi kita
maka hal ini membawa kita pada suatu gambaran tentang alam semesta yang mengembang dan, dengan
melakukan ekstrapolasi waktu ke belakang, kita sampai pada teoridentuman dahsyat atau Big Bang. Hubble
membandingkan jarak ke galaksi dekat denganpergeseran merah mereka, dan menemukan hubungan yang
linear. Perkiraannya tentang suatu konstanta perbandingan ini dikenal dengan nama konstanta Hubble (dan
sekarang juga dikenal sebagai "parameter Hubble" karena ternyata hal ini bukanlah sekedar konstanta,
melainkan suatu parameter yang tergantung pada waktu yang menandakan perluasan alam semesta yang
dipercepat), sebenarnya meleset dengan faktor 10. Lebih jauh lagi, jika seseoarang menggunakan pengamatan
Hubble yang asli dan kemudian memakai jarak yang paling akurat dan kecepatan yang sekarang diketahui, ia
akan memperoleh suatu grafik scatter plot yang acak tanpa hubungan yang jelas antara pergeseran merah
dengan jarak. Sekalipun demikian, hubungan yang hampir linear antara pergeseran merah dan jarak dikuatkan
oleh pengamatan setelah Hubble. Hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
v = H0 D
di mana v adalah pergeseran merah, biasanya dinyatakan dalam km/s (kecepatan di mana galaksi menjauhi
kita, untuk menghasilkan pergeseran merah ini melalui efek Doppler), H0 adalah parameter Hubble (pada
pengamat, seperti dilambangkan dengan indeks 0), dan D adalah jarak sekarang dari pengamat ke galaksi,
yang diukur dalam megaparsec: Mpc.
Kita dapat menurunkan hukum Hubble secara matematis jika ia menganggap bahwa alam semesta
mengembang (atau menyusut) dan menganggap bahwa alam semesta adalahhomogeneous, yang berarti
bahwa semua titik di dalamnya adalah sama.
Selama sebagian besar dari pertengahan kedua abad ke-20, nilai dari H0 diperkirakan berada di antara 50
dan 90 km/s/Mpc. Nilai dari konstanta Hubble sudah merupakan topik kontroversi yang cukup lama dan
pahit antara Grard de Vaucouleurs yang menyatakan bahwa nilainya adalah 100 dan Allan Sandage yang
menyatakan bahwa nilainya adalah 50. Proyek Hubble Key benar-benar melakukan perbaikan penting
dalam menentukan nilai ini dan pada bulan Mei 2001 mempublikasikan perkiraanya sekitar 72+/-8
km/s/Mpc. Pada tahun 2003 satelitWMAP menyempurnakan lebih jauh menjadi 71+/-4, menggunakan cara
yang sama sekali berbeda, berdasarkan pada pengukuran anisotropi pada radiasi latar belakang gelombang
mikro kosmik. Angka ini kemudian dikoreksi lagi pada Agustus 2006. Berdasarkan data dari Observatorium
Sinar X Chandra (Chandra X-ray Observatory), nilai konstanta Hubble ditetapkan pada angka 70
(km/s)/Mpc, +2.4/-3.2.
Konstanta Hubble adalah "konstan" dalam arti bahwa konstanta ini dipercaya bisa dipakai untuk semua
kecepatan dan jarak pada masa sekarang. Nilai dari H (yang biasa disebut sebagai parameter Hubble untuk
membedakannya dengan nilai sekarang, konstanta Hubble) berkurang terhadap waktu. Jika kita
menganggap bahwa semua galaksi mempertahankan kecepatannya relatif terhadap kita dan tidak
mengalami percepatan atau perlambatan, maka kita memiliki D = vt dan oleh karena itu H = 1/t, di
mana t adalah waktu sejak dentuman dahsyat (Big Bang). Rumus ini dapat digunakan untuk memperkirakan
usia alam semesta dari H.

Berdasarkan pengamatan akhir-akhir ini, sekarang dipercaya bahwa galaksi dipercepat menjauhi kita, yang
berarti bahwa H > 1/t (tetapi tetap saja berkurang terhadap waktu) dan perkiraan 1/H0 (antara 11 dan 20
milyar tahun) sebagai usia alam semesta terlalu kecil.
Ada beberapa catatan tambahan yang dapat dibuat:

Jarak D ke galaksi dekat dapat diperkirakan misalnya dengan membandingkan kecerahan yang tampak
dengan kecerahan mutlak yang dianggap benar.

Jika galaksi itu sangat jauh, maka kita harus mengambil D sebagai jarak ke galaksi pada masa sekarang,
bukan pada saat cahaya itu dipancarkan. Jarak ini sangatlah sulit untuk ditentukan.

Kecepatan v didefinisikan sebagai laju perubahan D.

Untuk galaksi yang cukup dekat, kecepatan v dapat ditentukan dari pergeseran
merah galaksi z menggunakan rumus v zc di mana cadalah kecepatan cahaya. Akan tetapi, hanya
kecepatan karena pengembangan alam semesta yang boleh dipakai: semua galaksi bergerak relatif antara
satu dengan yang lain tidak tergantung pada pengembangan alam semesta, dan kecepatan relatif dari
galaksi-galaksi ini, yang disebut kecepatan peculiar tidak diperhitungkan oleh hukum Hubble. Untuk galaksigalaksi yang sangat jauh, v tidak dapat ditentukan dengan mudah dari pergeseran merah z dan bisa lebih
besar dari c.

Sistem yang diikat oleh gravitasi, seperti galaksi atau tata surya kita, bukanlah subjek dari hukum
Hubble dan tidak mengembang.

Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori
ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan
bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar
13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa
teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan
galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih
tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh
dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi
bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti
yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa
Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak
terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu
lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih
kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa
kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang
terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol.
Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun
lagi.

Anda mungkin juga menyukai