Secara Astronomis, Negara Indonesia terletak di antara 6 Lintang Utara (LU) hingga 11
Lintang Selatan (LS). Sehingga, Indonesia merupakan Negara tropis dengan dua musim yang
dimiliki yaitu musim hujan dan musim kemarau yang bergantian setiap 6 bulan sekali.
Musim hujan berlangsung saat memasuki awal bulan Oktober hingga akhir April, sedangkan
musim kemarau berlangsung saat memasuki akhir bulan April hingga awal Oktober.
Perubahan antara musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya, terjadi karena adanya
pergerakan semu matahari.
Gerak semu matahari ialah peredaran matahari dari garis khatulistiwa menuju ke garis lintang
balik utara 23,5 LU, kembali lagi ke khatulistiwa dan bergerak menuju ke garis Lintang balik
selatan 23,5 LS dan akhirnya kembali lagi ke garis khatulistiwa.
Karena peredaran matahari tersebut, mempengaruhi letak tempat terbit dan terbenamnya
matahari yang setiap harinya tidak sama atau tidak menetap. Sebab, setiap hari akan terjadi
pergeseran dari letak terbit dan terbenamnya matahari jika dibandingkan dengan letak terbit
atau terbenamnya matahari di hari kemarin.
Adanya gerak semu terjadi karena suatu proses revolusi atau perputaran bumi mengelilingi
matahari, sehingga dapat dikatakan jika yang berubah merupakan posisi bumi terhadap
matahari.
Akibat dari proses revolusi tersebut, menghasilkan pergeseran semu letak terbit atau
terbenamnya matahari setiap harinya.
Pergerakan bumi yang mengelilingi matahari disebut dengan revolusi bumi. Ketika
berevolusi, bumi juga berputar pada porosnya. Sehingga, mengakibatkan seolah-olah matahari
mengelilingi bumi pada garis balik lintang utara 23,5 LU dan garis balik lintang selatan 23,5
LS.
Pergerakan inilah yang kemudian dinamakan sebagai gerak semu matahari. Karena adanya
pergerakan ini, menyebabkan adanya perbedaan panas matahari yang didapatkan permukaan
bumi dan mengakibatkan Negara kita Indonesia memiliki dua musim yaitu hujan dan
kemarau.
Selain itu, akibat lain adanya gerak semu matahari ialah terjadinya perubahan gerak angin
yang kita kenal sebagai angin muson.
Wilayah-wilayah bumi yang berada di lintang yang lebih tinggi, akan lebih sedikit
mendapatkan sinar matahari jika dibandingkan dengan wilayah bumi yang berada di lintang
yang lebih rendah.
Berdasarkan perbedaan letak lintang, terjadilah klasifikasi iklim matahari yang diperkenalkan
oleh Supan dan Rubner. Posisi lintang Wilayah Indonesia terletak di 6 Lintang Utara dan 11
Lintang Selatan.
Dari klasifikasi yang diperkenalkan oleh Span dan Rubner, Indonesia memiliki iklim tropika
yang memiliki dua musim sajam yaitu musim hujan dan kemarau
sekitar tanggal 21 maret saat matahari melintasi ekuator langit, momen ini juga disebut
hari pertama musim semi. saat matahari mencapai deklinasi ini pada titik balik
matahari musim panas sekitar bulan juni 21. hari ini juga disebut pertengahan musim
panas atau hari pertama musim panas. matahari mencapai deklinasi dari -23,5
derajat pada titik balik matahari musim dingin, sekitar 21 desember.
Kenapa ada gerakan semu tahunan matahari?
Gerakan semu harian matahari disebabkan oleh karena rotasi bumi pada sumbunya. Bumi
berputar dari barat ke timur atau jika dilihat dari utara, bumi berputar berlawanan arah jarum
jam selama 23 jam 56 menit 4.091 detik (hampir 24 jam). Oleh karena itu waktu sehari bumi
sama dengan 24 jam. Perputaran bumi dari arah barat ke timur inilah yang menyebabkan
matahari seolah-olah bergerak dari timur ke barat. Itu adalah gerakan semu harian matahari.
Disebut gerakan semu karena matahari sebenarnya tidak bergerak, yang berputar adalah bumi.
Bagaimana halnya dengan gerakan semu tahunan matahari?
Perhatikan gambar berikut:
Poros atau sumbu bumi (kutub ekuator) tidaklah tegak lurus terhadap bidang ekliptika (bidang
edar/orbit) bumi melainkan membentuk sudut 23,5o terhadap kutub ekliptika. Karena posisi
miring bumi ini maka dalam revolusi bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari,
matahari seolah-olah bergerak dari garis khatulistiwa, ke garis balik utara (23,5o LU), ke
khatulistiwa lagi dan kemudian ke garis balik selatan (23,5o LS) seperti gambar berikut:
Pada saat matahari berada di garis balik utara (GBU) maka di belahan bumi utara akan
mengalami siang lebih panjang dari pada malam. Bahkan di salah satu kota terdekat kutub
utara yakni St. Petersburg-Russia, pada tanggal 21-22 Juni disebut sebagai malam putih (white
night) karena siangnya amatlah panjang sampai 18 jam 45 menit, sehingga meskipun sudah
malam langit masih terlihat putih (ada sinar matahari). Sementara itu di belahan bumi selatan
akan mengalami malam yang lebih panjang dari pada siang. Sebaliknya, jika matahari berada
di garis balik selatan (GBS) maka daerah di belahan bumi selatan akan menikmati siang yang
lebih panjang sementara belahan bumi utara akan mengalami malam yang lebih panjang.
Namun saat matahari berada di khatulistiwa, lamanya siang dan malam relatif sama yakni
sama-sama sekitar 12 jam.
Rotasi bumi tidak hanya menyebabkan terjadinya gerak semu harian pada matahari.
Rotasi bumi juga menyebabkan terjadinya beberapa peristiwa antara lain:
a. Terjadinya siang dan malam
Pada saat berotasi tidak semua bagian bumi mendapatkan sinar matahari. Bagian
bumi yang mendapatkan sinar matahari mengalami siang, sementara itu bagian
bumi yang tidak mendapatkan sinar matahari mengalami malam.
b. Perbedaan Waktu di Berbagai Tempat di Dunia
Rotasi Bumi menyebabkan adanya perbedaan waktu di berbagai tempat di dunia.
Dalam satu kali rotasi, Bumi membutuhkan waktu 24 jam (satu hari) dan sudut
tempuh sejauh 360. Berdasarkan hal tersebut, setiap tempat di Bumi dengan
jarak 15 memiliki perbedaan waktu satu jam. Jika jaraknya 30, maka
perbedaan waktunya dua jam, dan seterusnya. Angka ini berasal dari pembagian
sudut tempuh dengan waktu tempuh (360 : 24 = 15). Indonesia terletak di
antara 95 BT dan 141 BT. Artinya, panjang wilayah Indonesia adalah 46.
Karena setiap jarak 15 selisih waktunya satu jam, maka Indonesia memiliki tiga
daerah waktu. Tiga daerah waktu tersebut yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB),
WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Kota
Greenwich, London, Inggris terletak pada garis bujur 0. Oleh karenanya, waktu
di kota ini digunakan sebagai patokan bagi seluruh dunia. Patokan waktu ini
disebut Greenwich Mean Time (GMT). Dengan mengacu standar GMT, maka
Waktu Indonesia Barat lebih cepat tujuh jam dari GMT. Sementara itu, Waktu
Indonesia Tengah lebih cepat delapan jam dari GMT. Adapun Waktu Indonesia
Timur lebih cepat sembilan jam dari GMT.
c. Perbedaan Percepatan Gravitasi di Permukaan Bumi
Rotasi Bumi menyebabkan Bumi berbentuk tidak bulat sempurna. Bumi pepat di
bagian kutubnya. Bentuk ini mengakibatkan jari-jari Bumi di daerah kutub dan
khatulistiwa berbeda. Perbedaan jari-jari Bumi menimbulkan perbedaan
percepatan gravitasi di permukaan Bumi. Perbedaan tersebut terutama di daerah
khatulistiwa dengan kutub.
d. Gerak semu harian bintang
Bintang-bintang (termasuk matahari) yang tampak bergerak sebenarnya tidak
bergerak. Akibat rotasi bumi dari arah barat ke timur, bintang-bintang tersebut
tampak bergerak dari timur ke barat. Rotasi bumi tidak dapat kita saksikan, yang
dapat kita saksikan adalah peredaran matahari dan benda-benda langit melintas
dari timur ke barat. Oleh karena itu kita selalu menyaksikan matahari terbit
disebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Pergerakan dari timur ke barat
yang tampak pada matahari dan benda-benda langit ini dinamakan gerak semu
harian bintang. Karena gerak semu ini dapat di amati setiap hari, maka disebut
gerak semu harian.
2. Revolusi Bulan
Sebagai satelit Bumi, Bulan bergerak mengelilingi Bumi. Gerakan Bulan mengelilingi
Bumi disebut revolusi Bulan. Waktu yang diperlukan Bulan untuk satu kali revolusi
adalah sebulan (29 hari). Saat berevolusi, luas bagian Bulan yang terkena Matahari
berubah-ubah. Oleh karena itu, bentuk Bulan dilihat dari Bumi juga berubah-
ubah. Pasang purnama terjadi pada saat Bulan purnama dan Bulan baru.
Pasang perbani terjadi pada saat Bulan paruh. Perubahan bentuk Bulan itu disebut
fase-fase Bulan. Bulan bergerak mengelilingi bumi (gerak revolusi) ke arah timur, satu
putaran rata-rata 27 hari 7 jam 43 menit 11,51 detik. Masa ini disebut Satu Bulan
Sideris. Berarti per hari, bulan bergerak ke timur rata-rata 10' 34,89". Bulan juga
bergerak pada sumbunya (gerak rotasi) dalam13 waktu yang sama dengan waktu yang
dibutuhkannya untuk satu putaran gerak revolusi. Karena itu wajah bulan yang
menghadap ke bumi adalah sisi permukaannya yang selalu sama.
Dalam sekali revolusi, Bulan mengalami delapan fase. Apabila dirata-rata, setiap fase
Bulan berlangsung selama kurang lebih 34 hari.
a. Hari pertama, Bulan berada pada posisi 0. Bagian Bulan yang tidak terkena sinar
Matahari menghadap ke Bumi. Akibatnya, Bulan tidak tampak dari Bumi. Fase ini
disebut Bulan baru.
b. Hari keempat, Bulan berada pada posisi 45. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak
melengkung seperti sabit. Fase ini disebut Bulan sabit.
c. Hari kedelapan, Bulan berada pada posisi 90. Bulan tampak berbentuk setengah
lingkaran. Fase ini disebut Bulan paruh.
d. Hari kesebelas, Bulan berada pada posisi 135. Dilihat dari Bumi, Bulan tampak
seperti cakram. Fase ini disebut Bulan cembung.
e. Hari keempat belas, Bulan berada pada posisi 180. Pada posisi ini, Bulan tampak
seperti lingkaran penuh. Fase ini disebut Bulan purnama atau Bulan penuh.
f. Hari ketujuh belas, Bulan berada pada posisi 225. Dilihat dari Bumi, penampakan
Bulan kembali seperti cakram.
g. Hari kedua puluh satu, Bulan berada pada posisi 270. Penampakan Bulan sama
dengan Bulan pada posisi 90. Bulan tampak berbentuk setengah lingkaran.
h. Hari kedua puluh lima, Bulan berada pada posisi 315. Penampakan Bulan pada
posisi ini sama dengan posisi Bulan pada 45. Bulan tampak berbentuk seperti sabit.
Selanjutnya, Bulan akan kembali ke kedudukan semula, yaitu Bulan mati. Posisi
Bulan mati sama dengan posisi Bulan baru.
Bulan termasuk salah satu benda langit yang berada dekat dengan bumi. Bulan muncul
di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Bulan terlihat jelas pada malam hari.
Bulan memantulkan cahaya matahari. Kenampakan bentuk bulan itu berubah-ubah
dilihat dari permukaan bumi. Perubahan itu disebabkan letak matahari, bulan, dan
bumi yang berubah-ubah.
Revolusi bulan adalah gerakan bulan mengelilingi bumi, arahnya berlawanan dengan
arah putaran jarum jam. Bulan berevolusi selama 29,5 hari atau 1 bulan. Sewaktu
bulan berevolusi, matahari menerangi separuh permukaan bulan. Bagian permukaan
bulan yang terkena sinar matahari akan memantulkan sinar matahari ke bumi. Inilah
yang menyebabkan seolah-olah bulan kelihatan berubah bentuk dan ukuran setiap saat.
Perubahan bentuk dan ukuran bulan ini dikenal dengan fase bulan. Fase bulan adalah
bentuk bulan yang selalu berubah-ubah jika dilihat dari bumi. Fase bulan itu
tergantung pada kedudukan bulan terhadap matahari dilihat dari bumi. Fase bulan
disebut juga aspek bulan. Berikut ini adalah deskripsi dari masing-masing fase Bulan :
a. Fase 1 New Moon (Bulan baru): Sisi bulan yang menghadap bumi tidak
menerima cahaya dari matahari, maka, bulan tidak terlihat.
b. Fase 2 Waxing Crescent (Sabit Muda) : Selama fase ini, kurang dari setengah
bulan yang menyala dan sebagai fase berlangsung, bagian yang menyala secara
bertahap akan lebih besar.
c. Fase 3 Third Quarter (Kuartal III): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari
itu terlihat.
d. Fase 4 Waxing Gibbous: Awal fase ini ditandai saat bulan adalah setengah
ukuran. Sebagai fase berlangsung, bagian yang daftar akan lebih besar.
e. Fase 5 Full Moon (Bulam purnama): Sisi bulan yang menghadap bumi cahaya
dari matahari benar-benar, maka seluruh bulan terlihat. Hal ini terjadi ketika bulan
berada di sisi berlawanan dari Bumi.
f. Fase 6 Waning Gibbous : Selama fase ini, bagian dari bulan yang terlihat dari
Bumi secara bertahap menjadi lebih kecil.
g. Fase 7 First Quarter (Kuartal I): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari itu
terlihat.
h. Fase 8 Waning Crescent (Sabit tua): Hanya sebagian kecil dari bulan terlihat
dalam fase yang secara bertahap menjadi lebih kecil.
Akan lebih mudah untuk mengertikan siklus bulan dengan mengenal fase Bulan
Mati/Baru dan Bulan Purnama, Kuartal I dan Kuartal III dan fasa-fasa di antaranya.
Bulan Mati/ Baru terjadi pada saat Bulan kurang-lebih berada dalam satu garis lurus di
antara Matahari dan Bumi (Kenapa lebih-kurang akan diterangkan di bawah). Seluruh
permukaan bulan yang disinari matahari berada di bagian belakang bulan, di bagian
yang tidak bisa kita lihat dari Bumi.
Pada Bulan Purnama, Bumi, Bulan dan Matahari kembali kurang-lebih berada dalam
satu garis lurus, tetapi pada posisi yang berlawanan, sedemikian rupa sehingga seluruh
pemukaan bulan yang disinari matahari berhadapan dengan kita. Sisi gelapnya
tersembunyi di belakang.
Kuartal I dan Kuartal III dari fasa bulan (keduanya sering disebut Bulan Setengah
(Half Moon) terjadi bila posisi Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 900
sehingga kita melihat persis separuh bagian bulan yang disinari matahari dan separuh
bagian lagi gelap.
Dengan mengenal ke empat fasa di atas maka keempat fasa lainnya akan lebih mudah
dimengerti, karena semuanya merupakan gambaran dari proses transisi dari satu fase
ke fase berikutnya.
Untuk memudahkan mengingat dan mengerti keempat fase lainnya itu kita istilahkan;
Sabit (Crescent), Gibbous, Waxing (membesar) dan Waning (mengecil). Sabit
(crescent) menunjukkan fasa dimana bulan terkesan disinari kurang dari separuh
permukaannya. Sedangkan Gibbous menunjukkan fasa dimana bulan disinari lebih dari
separuh permukaannya. Waxing pada prinsipnya menunjukkan pembesaran atau
perluasan penyinaran. Sedangkan Waning adalah pengecilan atau penciutan
penyinaran. Sehingga kita bisa mengkombinasikan istilah istilah di atas untuk
menunjukan fasa-fasa bulan, sebagai berikut :
Setelah fasa Bulan Baru (ijtima), sinarnya mulai membesar, tapi masih kurang dari
setengahnya, diistilahkan sebagai Waxing Crescent (Sabit Muda). Setelah Kuartal I
(Bulan Setengah), porsi penyinarannya tetap masih bertambah sehingga lebih dari
setengahnya, sehingga disebut sebagai Waxing Gibbous. Setelah mencapai Purnama,
selanjutnya penyinaran akan mulai mengecil, sehingga disebut Waning Gibbous. Terus
mengecil untuk mencapai Kuartal III (Bulan Setengah) untuk selanjutnya menjadi
Waning Crescent (Sabit Tua) demikian seterusnya menjadi Bulan Mati atau Bulan
Baru (ijtima) kembali.
a. Bulan selain berevolusi juga berotasi, yaitu berputar pada sumbunya. Waktu yang
diperlukan bulan untuk berotasi sama dengan waktu bulan berevolusi, yaitu 29,5
hari atau 1 bulan. Kesamaan waktu rotasi dan revolusi bulan ini menyebabkan
permukaan bulan yang menghadap ke bumi selalu sama.
b. Bulan sabit itu ada dua, bulan sabit muda dan bulan sabit tua. Dalam hal
penampakan, keduanya sekilas terlihat sama. Tentu saja ada bedanya. Tapi rasanya
terlalu sulit jika dilihat hanya sepintas. Jika hanya untuk keperluan mengetahui
bulan sabit yang tampak itu sabit muda atau sabit tua, sebaiknya digunakan cara
yang paling sederhana dan mudah saja.
Bayang-bayang bulan ada dua bagian, yaitu umbra dan penumbra. Umbra adalah
bagian yang gelap dan berbentuk kerucut yang puncaknya menuju ke bumi. Penumbra
adalah bagian yang agak terang dan bentuknya makin jauh dari bulan semakin lebar.
Gambar di bawah ini tampak urutan terjadinya gerhana matahari.
Daerah yang berada dalam liputan umbra akan mengalami gerhana matahari total,
sedangkan yang berada dalam liputan penumbra mengalami gerhana matahari
sebagian. Pada gerhana matahari total akan tampak cahaya korona matahari yang
bentuknya seperti mahkota dan semburan gas dari permukaan matahari yang berwarna
lebih merah. Perlu kamu ketahui, gerhana matahari ada tiga macam yaitu gerhana
matahari total, gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari cincin.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan
matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika,
maka tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya
gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan
memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan
memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi
pada node tersebut.
Bulan tampak oleh mata karena memantulkan cahaya matahari. Buntuk bulan yang
terlihat oleh bumi selalu berubah setiap hari. Mulai dari tidak nampak, kemudian
muncul bulan sabit dan akhirnya berubah menjadi bulan purnama pada hari ke-14
atau ke-15. Bulan Purnama mengecil kembali menjadi bulan sabit dan hilang pada
hari ke-29 atau ke-30. Perubahan bentuk bulan dilihat dari bumi dinamakan dengan
fase bulan. Fase bulan berulang setiap 29 hari. Fase-fase tersebut adalah fase
konjungsi, fase kuarter, dan fase oposisi.
a. Fase Konjungsi
Pada fase ini bulan berada di antara bumi dan matahari. Hanya sisi belakang
bulan yang mendapat cahaya matahari. Sisi bulan yang menghadap bumi sama
sekali tidak mendapat cahaya matahari. Akibatnya bulan tidak nampak dari
bumi. Sehingga pada fase ini dinamakan bulan mati.
b. Fase Kuarter
Pada fase ini Bulan, Bumi, dan Matahari berada pada posisi tegak lurus. Hanya
setengah permukaan bulan yang menghadap bumi yang mendapat cahaya
matahari, sedangkan setengah lainnya tidak. Bulan Nampak seperti sabit lalu
perbani (setengah) kemudian bulan Nampak lonjong. Fase kuarter ada dua yaitu
kuarter pertama, yaitu saat bulan sabit sampai akan purnama, dan kuarter kedua,
yaitu saat bulan setelah purnama sampai sabit kembali.
c. Fase Oposisi
Pada fase ini Bulan, Bumi, dan matahari terletak segaris dengan bumi berada di
tengah . Permukaan bulan yang menghadap bumi semuanya mendapat cahaya
matahari. Bulan nampak dari bumi berupa lingkaran utuh.
Gerhana bulan terjadi pada waktu bumi berada di antara bulan dan matahari, yaitu pada
waktu bulan purnama dan bayang-bayang bumi menutup permukan bulan. Gerhana bulan
dapat terlihat jelas kalau bulan tertutup oleh bayang-bayang umbra. Dalam peredaran
mengelilingi bumi, ada kalanya bulan bergerak ke tengah-tengah daerah bayang-bayang
umbra, sehingga bisa lebih dari dua jam berada dalam kegelapan. Dalam keadaan demikian
terjadilah gerhana bulan total. Ada kalanya bulan hanya lewat dibagian tepi bayang-bayang
umbra, sehingga permukaannya yang menjadi gelap hanya sebagian saja. Pada saat seperti
ini yang terlihat adalah gerhana bulan sebagian.
Berdasarkan keadaan saat fase puncak gerhana, Gerhana bulan dapat dibedakan menjadi:
1. Gerhana bulan Total
Jika saat fase gerhana maksimum gerhana, keseluruhan Bulan masuk ke dalam
bayangan inti / umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan total.
Gerhana bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.
2. Gerhana bulan Sebagian
Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi
berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya,
maka gerhana tersebut dinamakan Gerhana bulan sebagian.
3. Gerhana bulan Penumbral Total
Pada Gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam penumbra pada saat
fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak
tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, Gerhana bulannya kita namakan
Gerhana bulan penumbral total.
4. Gerhana bulan Penumbral Sebagian
Gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki
penumbra, maka Gerhana bulan tersebut dinamakan Gerhana bulan penumbral
sebagian. Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat.
Karena pada Gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa
dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, ada tiga tipe Gerhana bulan, yaitu:
1. Tipe t, atau Gerhana bulan total. Disini, bulan masuk seluruhnya ke dalam kerucut
umbra bumi.
2. Tipe p, atau Gerhana bulan parsial, ketika hanya sebagian bulan yang masuk ke dalam
kerucut umbra bumi.
3. Tipe pen, atau Gerhana bulan penumbra, ketika bulan masuk ke dalam kerucut
penumbra, tetapi tidak ada bagian bulan yang masuk ke dalam kerucut umbra bumi.
Pada waktu gerhana bulan, cahaya matahari yang seharusnya diterima bulan terhalangi
bumi sehingga bulan berada dalam bayang-bayang bumi. Bayang-bayang bumi ada dua
macam, yaitu umbra dan penumbra. Bulan tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya Bulan
sebenarnya adalah cahaya pantulan dari Matahari. Bagian Bulan yang tampak dari Bumi
adalah bagian permukaan Bulan yang terkena sinar Matahari. Saat berevolusi, luas bagian
Bulan yang terkena Matahari berubah-ubah. Oleh karena itu, bentuk Bulan dilihat dari
Bumi juga berubah-ubah.
Bumi selalu bergerak mengelilingi matahari dan berputar pada porosnya, yang disebut
sebagai revolusi dan rotasi bumi. Ketika bumi melakukan rotasi, sebenarnya sumbu
perputaran bumi tidak tegak lurus dengan sumbu keliling terhadap matahari. Gerak semu
matahari dapat menyebabkan penerangan matahari sepanjang tahun berbeda-beda.
Matahari akan menyinari lebih banyak ke bagian utara dibandingkan selatan sepanjang
setengah tahun. Gerak semu matahari adalah kedudukan peredaran matahari yang dilihat
dari bumi sepanjang tahun. Dari bumi, kita melihat seolah-olah matahari bergerak dan
berubah. Hal ini mengakibatkan persebaran musim dari berbagai belahan dunia. Selain
itu, gerak semu matahari juga menyebabkan klasifikasi iklim matahari yang dibedakan
menurut pendapat dari Rubner dan Supan.
Revolusi Bumi adalah peredaran atau perputaran bumi mengelilingi matahari.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari kombinasi antara revolusi bumi dan kemiringan
sumbu bumi terhadap bidang ekliptika. Keadaan ini paling jelas terlihat jika diamati di
sekitar kutub bumi (utara-selatan).
Kutub selatan lebih mendekati matahari, sedangkan kutub utara lebih menjauhi
matahari
Belahan bumi selatan menerima sinar matahari lebih banyak daripada belahan bumi
utara
Panjang siang di belahan bumi selatan lebih lama daripada belahan bumi utara.
Ada daerah di sekitar kutub utara yang mengalami malam 24 jam dan ada daerah di
sekitar kutub selatan mengalami siang 24 jam
Diamati dari khatulistiwa, matahari tampak bergeser ke selatan
Kutub selatan berada pada posisi paling dekat dengan matahari pada tanggal 22
Desember. Pada saat ini pengamat di khatulistiwa melihat matahari bergeser 23,5
derajat ke selatan.
Ada bulan-bulan dimana saat itu di langit terlihat rasi bintang waluku, pada bulan
selanjutnya terlihat rasi bintang scorpio, dan begitu seterusnya terjadi perubahan.
Perbedaan ini diakibatkan oleh posisi kita sebagai pengamat di bumi berubah akibat
adanya gerakan revolusi bumi ini.
Gerak semu ini berupa pergeseran posisi matahari ke arah belahan bumi utara (22
Desember-21 Juni) dan pergeseran posisi matahari dari belahan bumi utara ke belahan
bumi selatan (21 Juni-21 Desember). Disebut gerak semu karena sebenarnya matahari
tidak bergerak. Gerak itu diakibatkan oleh terjadinya revolusi bumi dengan sumbu
rotasi yang miring.
Belahan bumi utara dan selatan mengalami 4 musim, yaitu musim semi (spring),
musim panas (summer), musim gugur (autumn), dan musim dingin (winter). Setiap
tanggal 21 Maret, belahan bumi utara dan selatan mendapatkan penyinaran matahari
dalam jumlah yang sebanding. Matahari tampak mulai bergerak ke utara. Daerah di
belahan bumi utara mulai mendapatkan penyinaran matahari lebih banyak. Daerah di
belahan bumi utara mulai memasuki musi semi. Sebaliknya, daerah di belahan bumi
selatan mulai menerima penyinaran matahari yang makin sedikit. Saat ini daerah
terebut memasuki musim gugur. Musim ini berlangsung hingga tanggal 21 Juni.
Pada tanggal 21 Juli, matahari mulai berada di kedudukan paling utara dan mulai
bergerak ke bagian selatan. Belahan bumi utara mulai memperoleh penyinaran
matahari yang makin berkurang. Pada saat ini bagian bumi utara mulai memasuki
musim panas. Sebaliknya, daerah di belahan bumi selatan mulai menerima penyinaran
matahari yang bertambah. Saat ini daerah tersebut mulai memasuki musim dingin.
Musim dingin ini berlangsung hingga tanggal 23 September.
Pada tanggal 22 Desember matahari berada pada kedudukan paling selatan dan
sekarang mulai bergerak ke utara. Daerah di bagian bumi utara mulai memperoleh
penyinaran matahari yang bertambah. Sebaliknya, daerah di bagian bumi selatan mulai
mendapatkan penyinaran matahari yang berkurang. Saat ini bagian bumi utara
memasuki musim dingin dan bagian bumi selatan memasuki musim panas. Musim ini
berlangsung hingga tanggal 21 Maret tahun berikutnya.
Kedudukan matahari yang paling utara dicapai pada tanggal 21 Juni, yaitu pada garis
23,5 lintang utara. Garis 23,5 lintang utara disebut garis balik utara karena setelah tiba
di garis ini matahari terlihat balik ke selatan.
Pada tanggal 23 September kutub utara dan kutub selatan bumi berada sama jauhnya dari
matahari yang berada pada khatulistiwa.
Kedudukan matahari yang paling selatan dicapai pada tanggal 22 Desember, yaitu pada
garis 23,5 lintang selatan, garis ini disebut garis balik selatan, karena setelah tiba di garis
ini matahari balik ke utara.
Pada tanggal 21 Maret matahari berada di khatulistiwa lagi, hanya letak bumi
berseberangan orbitnya dengan kedudukan pada 23 September.
Catatan
Bagian bumi yang terletak antara 23,5 lintang utara dan 23,5 lintang selatan tidak
mengalami pergantian empat musim tersebut.