Anda di halaman 1dari 4

REVOLUSI BUMI

Bumi bergerak mengelilingi Matahari, sehingga posisi Matahari cenderung tetap


dari hari ke hari, sedangkan posisi bintang berubah hampir satu derajat per hari. Kita
telah sepakat bahwa periode rotasi Bumi sama dengan satu hari Surya rerata sama
dengan 24 sideral hour. Sehingga dengan membandingkan periode revolusi Bumi
dengan periode rotasinya, maka satu kali periode gerak tahunan bintang dinamakan satu
tahun bintang (sideral year) yang sama dengan 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik mean
second.

Perhitungan satu tahun dalam kalender tidak mengikuti periode semu tahunan
bintang, melainkan periode semu tahunan Matahari, yaitu periode Matahari dari titik
Aries kembali ke titik Aries. Pada tata koordinat kita telah mengetahui titik Aries
bergerak retrograde akibat presesi orbit Bumi sebesar 50,2 per tahun} {¿ .

1 tropical year
¿¿
360°-50,2} } = { {1sideral year} over {360°} } } {¿

Sehingga satu tahun menurut sistem ini sama dengan 365 hari 5 jam 48 menit
46 detik mean second.

Perhitungan berdasarkan gerak Matahari dari titik Aries ke titik Aries ini disebut
tahun tropik yang kemudian dijadikan patokan kalender Surya moderen (Syamsiah,
Solar calender) Contoh dari kelender Surya adalah kalender Masehi.

Revolusi bumi mengakibatkan adanya perbedaan lama waktu siang dan malam, gerak
semu tahunan matahari, perubahan musim, perubahan penampakan rasi bintang, dan tahun
kasibat.

Perputaran Bumi pada porosnya mengakibatkan peristiwa siang dan malam, dan
tentunya jika suatu daerah mengalami siang, maka daerah lain mengalami malam.
Karena rotasi Bumi adalah 24 jam, maka di Bumi ini terdapat 24 daerah waktu. Standar
daerah waktu di Bumi ialah bujur yang melalui kota Greenwich, Inggris, yang
ditetapkan sebagai bujur (longitude) 0°. Karena keliling Bumi 360°, maka tiap selisih
15° terjadi selisih waktu 1 jam. Perbedaan waktu antara suatu daerah terhadap
Greenwich dinyatakan dalam selisihnya dengan Greenwich Mean Time atau GMT,
misalkan zona waktu Makassar adalah WITA tidak lain adalah GMT+8.
Mekanika benda langit

4.1. PENGENALAN ELIPS

Elips adalah bangun datar yang mempunyai dua titik fokus (dengan jarak kedua
titik fokus adalah tetap) yang mana jumlah jarak setiap titik yang terletak pada keliling
elips terhadap kedua fokusnya adalah sama.

4.2. PERSAMAAN UMUM ORBIT ELIPS

Persamaan umum orbit elips ini digunakan untuk menyatakan struktur dan
dinamika sebuah orbit polar agar dapat dengan mudah digambarkan. Pada materi ini
hanya akan dibahas persamaan umum orbit tunggal, yaitu orbit elips yang pusatnya
terletak di titik (0,0) dan sumbu mayor berimpit dengan sumbu X. Tentunya Anda
2 2 2
masih ingat persamaan kuadrat lingkaran yaitu y =r −x , persamaan elips memiliki
bentuk yang lebih umum (lingkaran adalah elips dengan eksentrisitas = 0).

4.3. REVOLUSI PLANET

HUKUM I KEPPLER
Hukum I Keppler menyatakan bahwa planet-planet beredar dalam lintasan berbentuk
elips dengan Matahari berada pada salah satu titik fokusnya.

. Hukum II Kepler ini dapat juga diartikan bahwa benda yang mengorbit akan
bergerak lebih cepat pada saat posisinya lebih dekat dengan pusat orbit. Sebenarnya
hukum luas ini identik dengan hukum kekekalan momentum sudut, dimana L = mvr.
Anggap ΔA adalah luas yang disapu oleh garis penghubung pusat orbit dengan benda
yang mengorbit selama selang waktu Δt . Secara pendekatan luas ini adalah sama
dengan luas segitiga dengan alas rΔθ . Dengan membagi luas segitiga ini dengan Δt
kita akan memperoleh laju sapuan.

HUKUM III KEPPLER

Untuk pembuktian hukum ke-3 ini yang termudah adalah menganggap lintasan planet
berupa lingkaran. Pada lintasan lingkaran ini benda mengalami gaya sentripetal sebesar
F = -GMm/r2, di mana M adalah massa pusat benda di orbit (Matahari), m adalah massa
benda yang mengorbit (planet) dan r merupakan jarak kedua benda tersebut.

SATELIT GEOSTASIONER

Satelit geosinkron adalah satelit yang kedudukannya terhadap suatu titik di permukaan
Bumi relatif tetap sedangkan satelit geostasioner adalah satelit geosinkron yang
mengorbit sepanjang ekuator Bumi. Ini terjadi karena periode orbit satelit sama dengan
periode rotasi Bumi, yaitu 23h 56m. Agar dapat menjadi satelit geostasioner, satelit
harus diletakkan pada jarak:
4.7. TRANSFER ORBIT

Untuk mengamati suatu objek langit di Tata Surya sering dibutuhkan pengamatan
dalam jarak dekat. Untuk itu berbegai kendaraan luar angkasa diluncurkan ke Bulan
maupun berbagai planet untuk melakukan penelitian jarak dekat. Untuk itu diperlukan
suatu penransferan kendaraan luar angkasa itu dari Bumi ke planet tujuan. Transfer
Hohmann adalah transfer dari dua orbit yang saling sejajar (co-planar) dengan tempo
setengah periode.

4.8. GERAKAN PLANET

Gerakan-gerakan planet yaitu:


1. Rotasi
Rotasi adalah gerakan benda langit berputar pada porosnya sendiri.
2. Revolusi
Revolusi adalah gerakan benda langit berputar mengelilingi massa yang lebih
besar yang mempengaruhinya.
3. Presesi

4. Nutasi
Peristiwa perubahan kedudukan sumbu Bumi
2
18
akibat gravitasi Bulan, periode nutasi sekitar 3 tahun.
Nutasi mengakibatkan sumbu rotasi Bumi bergerak
bergelombang.

5. Regresi (presesi orbit)


Peristiwa perubahan arah bidang orbit, yaitu berputarnya kedudukan titik
perihelium.

4.9. KLASIFIKASI DAN KONFIGURASI PLANET

Planet dapat dibagi berdasarkan tiga kategori, yaitu:


1. Menurut kedudukannya terhadap Bumi, yaitu planet inferior yang mengorbit di sebelah
dalam orbit Bumi dan planet superior yang mengorbit di sebelah luar orbit Bumi.
2. Menurut kedudukannya terhadap sabuk asteroid, yaitu planet dalam (inner planet)
yang mengorbit di sebelah dalam sabuk asteroid dan planet luar (outer planet) yang
mengorbit di sebelah luar sabuk asteroid.
Menurut komposisi dasarnya, yaitu planet jovian yang tersusun dari gas dan berukuran
raksasa (mayor) seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, dan planet kebumian
(terresrtial) yang tersusun dari mineral padat seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars

Konfigurasi planet merupakan posisi/fase planet dilahat dari Bumi terhadap Matahari.
Fase planet diukur berdasarkan sudut elongasi, yaitu sudut yang dibentuk antara garis
hubung Bumi – planet dengan garis hubung Bumi – Matahari. Sudut elongasi dapat diukur
sebesar 0° – 360° dari garis hubung Bumi – Matahari, namun lebih sering diukur 0° – 180°
disertai arahnya, barat atau timur. Posisi planet saat membentuk sudut 180° disebut oposisi,
yakni posisi planet berseberangan dengan letak Matahari, sedangkan posisi planet saat
membentuk sudut 0° disebut konjungsi. Planet dalam tentunya tidak dapat beroposisi,
namun dapat berkonjungsi pada dua posisi, yaitu saat berada di belakang Matahari, disebut
konjungsi atas, maupun saat berada diantara Bumi dan Matahari, disebut konjungsi bawah.

Anda mungkin juga menyukai