Anda di halaman 1dari 7

MODUL OSN ASTRONOMI

MEKANIKA BENDA LANGIT

A. Hukum Kepler
Johannes Kepler (1571-1630), adalah seorang astronomi berkebangsaan Jerman yang
berguru pada Tycho Brahe (1546-1602) bangsawan Denmark. Karir astronominya
sebagian besar dihabiskan untuk mengutak-atik data peninggalan gurunya yang
mengumpulkan data benda langit dari tahun 1576 – 1597 (terutama posisi planet) dan
kerja keras tersebut menghasilkan 3 Hukum Kepler untuk Tata Surya. Hukum I dan II
dipublikasikan pada tahun 1609 dan Hukum III 9 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918.
1) Hukum Kepler I
 Planet mengelilingi matahari dalam orbit elips dimana matahari berada pada salah
satu titik fokusnya.
 Elips adalah salah satu bentuk irisan kerucut yang ‗kelonjongan‘nya ditentukan
oleh eksentrisitasnya.

 Parameter dasar elips :

48
MODUL OSN ASTRONOMI
 Lintasan benda langit dalam berbagai eksentrisitas :
 Lintasan planet/satelit yang disederhanakan biasanya diambil berbentuk
lingkaran, karena eksentrisitasnya mendekati nol (e = 0)
 Lintasan planet, satelit, asteroid, bintang ganda adalah orbit elips (0 < e < 1)
 Lintasan komet dalam mengitari matahari bisa didekati dengan bentuk
parabola (e = 1)
 Lintasan meteor yang memasuki atmosfir bumi berbentuk hiperbola (e > 1)
 Sebenarnya kedua benda yang saling berinteraksi akan saling mengorbit satu
sama lain, tetapi bagi Tata Surya, matahari terletak di pusat semua lintasan elips
dari benda-benda yang mengitari matahari, hal ini terjadi karena massa matahari
jauh lebih besar dari pada massa planet-planet, bahkan kalau seluruh anggota
Tata Surya digabungkan, massanya masih jauh lebih kecil daripada massa
matahari, sehingga dapat dikatakan bahwa pusat massa tata surya terletak pada
matahari itu sendiri, maka matahari terletak pada fokus semua orbit anggota tata
surya
 Periode Sideris planet adalah waktu yang diperlukan planet untuk satu kali
mengelilingi matahari
 Periode Sinodis planet adalah waktu yang diperlukan planet untuk kembali ke fase
yang sama
 Fase adalah kedudukan planet jika dilihat dari bumi terhadap matahari. Ada
beberapa jenis fase planet :
 Untuk planet inferior (Merkurius dan Venus)  Konjungsi inferior (atas),
konjungsi superior (bawah), elongasi maksimum Barat, elongasi maksimum
timur
 Elongasi (θ) adalah sudut yang
dibentuk antara matahari – bumi –
planet. Sudut elongasi minimum (θ
= 00) terjadi ketika konjungsi atas
maupun bawah dan sudut elongasi
maksimum terjadi ketika terbentuk
segitiga siku-siku
 Sudut elongasi maksimum untuk
planet Merkurius sekitar 180 - 240
 Sudut elongasi maksimum untuk
planet Venus sekitar 340 - 380
 Untuk planet inferior, terlihat
bentuk sabit seperti bulan

49
MODUL OSN ASTRONOMI
 Untuk planet superior (Mars s/d Neptunus)  Konjungsi, oposisi, perempatan
barat, perempatan timur

 Planet Superior tidak memiliki elongasi


maksimum, karena sudut elongasi
terbesarnya adalah 1800 pada fase
oposisi
 Tidak terlihat bentuk sabit pada planet
superior, tetapi memiliki lintasan yang
disebut lintasan retrograde, yaitu gerak
planet yang seolah-olah mundur, hal ini
disebabkan perbedaan kecepatan planet
luar dan Bumi ketika berada di sekitar
fase oposisi

 Perlu diperhatikan bahwa orbit planet bukanlah lingkaran, tetapi elips, sehingga
ada variasi misalnya pada sudut elongasi maksimum, jarak planet pada fase
oposisi, jarak planet pada fase konjungsi, dll. Dan juga ada koreksi karena orbit
planet yang tidak sejajar dengan ekliptika (ada inklinasi orbit).
 Periode Sinodis Planet bisa dicari melalui rumus berikut :

 Planet Inferior (Merkurius dan Venus) :

 Planet Superior (Mars s/d Neptunus) :

2) Hukum Kepler 2
 Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu luas
juring yang sama dalam waktu yang sama

 Implikasi dari hal ini adalah kecepatan planet yang berbeda di setiap titiknya
karena jaraknya berubah terhadap matahari, atau kecepatan planet berbanding
terbalik dengan jaraknya (v ~ 1/r), atau :

 Jika orbit planet dianggap lingkaran (r konstan), maka kecepatan planet adalah
konstan, disebut kecepatan orbit :

50
MODUL OSN ASTRONOMI

√ √

 Kecepatan terbesar terjadi jika planet berada pada jarak terdekat dari matahari,
atau pada saat di perihelion
 Kecepatan terkecil terjadi jika planet berada pada jarak terjauh dari matahari,
atau pada saat di aphelion

3) Hukum Kepler 3
 Kuadrat periode revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga setengah sumbu
panjang orbitnya untuk semua planet

T2
3
 konstan
a
Atau
T12 T22
3
 3
a1 a2
 Dimana T adalah waktu yang diperlukan oleh planet untuk mengelilingi matahari
(disebut periode planet) dan a adalah setengah sumbu panjang orbit : a =
(perihelion + aphelion)/2.
 Jika menggunakan satuan bumi (waktu dalam tahun dan jarak dalam SA) maka nilai
konstanta sama dengan 1, atau :

B. Hukum Gravitasi Universal Newton


1) Gaya Gravitasi
 Buku ‗Principia‘ yang dikeluarkan Sir Isaac Newton ditahun 1687 mengemukakan
satu hukum yang sangat mendasar dalam alam semesta yang mengatur gerakan
seluruh benda langit, yaitu Hukum Gravitasi Universal :
; dimana G adalah konstanta gravitasi universal = 6,673 x 10-11 N.m2.kg-
2
(ditentukan nilainya pertama kali oleh Cavendish sekitar seabad kemudian, di
tahun 1798) dan R adalah jarak kedua benda (dari pusat massa ke pusat massa)
Hukum ini menyatakan bahwa dua buah benda akan saling tarik menarik dengan
gaya yang sama besarnya
 Persamaan ini mencakup seluruh gerakan benda langit di alam semesta (asteroid,
komet, planet, bintang, galaksi, dll).
 Beberapa rumus yang bisa diturunkan dari persamaan tersebut adalah :

51
MODUL OSN ASTRONOMI
 Percepatan gravitasi / medan gravitasi (g) yang ‗disebarkan‘ di dalam ruang
oleh benda bermassa M:

 Kecepatan orbit satelit atau planet (vorb) dalam mengitari benda pusatnya :

√ √

M adalah massa benda pusat, T adalah periode satelit/planet dan g adalah


percepatan gravitasi yang diterima oleh satelit/planet pada jarak R dari
benda pusat. Rumus ini dipakai dengan mengandaikan orbit satelit/planet
adalah lingkaran dan
 Kecepatan lepas (vesc) suatu benda dari permukaan planet atau bintang

√ √

dimana g adalah percepatan gravitasi di permukaan planet dan R adalah jari-


jari planet
 Semua Hukum Kepler, bahkan lebih menyempurnakan Hk. Keppler III, menjadi
:

T : 4
 Untuk Tata Surya, Hk. Kepler 3 menjadi
2 2
karena massa matahari jauh

lebih besar dari massa planet-planet a
3
GM 
 Kerapatan suatu planet dapat ditentukan dari ketinggian satelit dari
permukaan dan periode satelit . : ( )

Dimana T ≡ Periode satelit, h ≡ ketinggian satelit, R ≡ jari-jari planet


 Energi Potensial Gravitasi dua benda yang saling mengorbit 
, artinya nilai EP planet ketika mengorbit matahari selalu berubah tergantung
jaraknya dari matahari

Energi Kinetik planet  , artinya EK planet selalu berubah


karena kecepatannya bergantung pada jarak
Meskipun demikian, sepanjang gerak orbitnya, di setiap titik Energi Mekanik
Planet selalu tetap :

Dengan a adalah setengah sumbu panjang orbit elips planet

52
MODUL OSN ASTRONOMI
C. ORBIT SATELIT
 Satelit dengan orbit Geosinkron  Satelit yang kedudukannya terhadap suatu titik di
permukaan Bumi relatif tetap
 Satelit dengan Orbit Geostationer  Satelit Geosinkron yang tepat terletak di atas
khatulistiwa, periode satelitnya tepat sama dengan periode Bumi (23j 56m 4s)
 Transfer Orbit Hohman  transfer satelit dari satu orbit ke orbit lainnya yang saling
sejajar (co-planar) dengan waktu transfer (t) adalah setengah dari periode transfer (T).

( )

Jika perpindahan satelit/spaceprobe antar planet pada Tata Surya, maka :

Waktu Transfer  ( )

Dimana t dalam tahun, a1 jarak planet awal ke matahari (SA) dan a2 jarak planet tujuan
ke matahari (SA)

D. GAYA PASANG SURUT


 Gaya pasang surut adalah perbedaan gaya pada sebuah titik X di permukaan bumi dengan
gaya pada pusat bumi, akibat gaya gravitasi gabungan antara matahari dan bulan
 Hal ini menyebabkan terjadinya pasang dan surut air laut di bumi
 Titik X di permukaan Bumi akan mengalami gaya pasang dari Matahari (FS) sebesar :

Dengan MS ≡ massa matahari, ME ≡ massa bumi, RE ≡ jari-jari bumi, r jarak bumi-


matahari
 Titik X di permukaan Bumi akan mengalami gaya pasang dari Bulan (FM) sebesar :

Dengan MM ≡ massa bulan, ME ≡ massa bumi, RE ≡ jari-jari bumi, r jarak bumi-bulan


 Gaya pasang total adalah resultan dari FS dan FM secara vektor karena posisi matahari
dan bulan berubah setiap saat.

53
MODUL OSN ASTRONOMI
 Gaya pasang maksimum terjadi ketika Matahari – Bumi – Bulan berada pada satu garis
lurus, (bisa pada saat bulan Purnama atau bulan baru), disebut pasang purnama
 Gaya pasang minimum terjadi ketika Matahari – Bumi - Bulan membentuk sudut 900, atau
berada pada Kuartir I (usia sekitar 7 hari) atau Kuartir III (usia sekitar 21 hari),
disebut pasang purbani.

SOAL-SOAL OSK – OSP – OSN

1. (SOP 2009) Teleskop ruang angkasa Hubble mengedari Bumi pada ketinggian 800 km,
kecepatan melingkar Hubble adalah,
a. 26 820 km/jam
b. 26 830 km/jam
c. 26 840 km/jam
d. 26 850 km/jam
e. 26 860 km/jam

2. (SOP 2009) Bianca adalah bulannya Uranus yang mempunyai orbit berupa lingkaran dengan
radius orbitnya 5,92x 104 km, dan periode orbitnya 0,435 hari. Tentukanlah kecepatan orbit
Bianca.
a. 9,89 x 102 m/s
b. 9,89 x 103 m/s
c. 9,89 x 104 m/s
d. 9,89 x 105 m/s
e. 9,89 x 106 m/s

3. (SOP 2009) Sebuah planet baru muncul di langit. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa
planet tersebut berada dekat Matahari dengan elongasi sebesar 130 derajat. Berdasarkan
data ini dapat disimpulkan bahwa,
a. planet tersebut lebih dekat ke Matahari daripada planet Merkurius.
b. planet tersebut berada antara planet Merkurius dan Venus.
c. planet tersebut berada antara planet Venus dan Bumi.
d. kita tidak bisa mengetahui kedudukan planet tersebut.
e. planet tersebut adalah planet luar

54

Anda mungkin juga menyukai