Anda di halaman 1dari 11

Nama/ NIM : ilul fadriyah/2021720003

Resume Materi Kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

Gravitasi universal meliputi Hukum Keepler dan garvitasi Newton, tafsiran


Newton terhadap Hukum Keepler

A. Hukum Kepler
Hukum Kepler ditemukan oleh seorang matematikawan yang juga merupakan seorang astronom
Jerman yang bernama Johannes Kepler (1571-1630). Penemuannya didasari oleh data yang diamati oleh
Tycho Brahe (1546-1601), seorang astronom dari Denmark.

Sebelum ditemukannya hukum ini, manusia zaman dulu menganut paham geosentris, yaitu sebuah
paham yang membenarkan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta. Anggapan ini didasari pada
pengalaman indrawi manusia yang terbatas, yang setiap hari mengamati matahari, bulan dan bintang
bergerak, sedangkan bumi dirasakan diam. Anggapan ini dikembangkan oleh astronom Yunani Claudius
Ptolemeus (100-170 M) dan bertahan hingga 1400 tahun. Menurutnya, bumi berada di pusat tata surya.
Matahari dan planet-planet mengelilingi bumi dalam lintasan melingkar.

Kemudian pada tahun 1543, seorang astronom Polandia bernama Nicolaus Copernicus (1473-1543)
mencetuskan model heliosentris. Heliosentris artinya bumi beserta planet-planet lainnya mengelilingi
matahari dalam lintasan yang melingkar. Tentu saja pendapat ini lebih baik dibanding pendapat sebelumnya.
Namun, ada yang masih kurang dari pendapat Copernicus yaitu dia masih menggunakan lingkaran sebagai
bentuk lintasan gerak planet.

Pada tahun 1596 Kepler menerbitkan buku pertamanya di bidang astronomi dengan judul The
Mysteri of the Universe. Di dalam buku itu ia memaparkan kekurangan dari kedua model diatas yaitu tiada
keselarasan antara lintasan-lintasan orbit planet dengan data pengamatan Tycho Brahe. Oleh karenanya
Kepler meninggalkan model Copernicus juga Ptolemeus lalu mencari model baru. Pada tahun 1609, barulah
ditemukan bentuk orbit yang cocok dengan data pengamatan Brahe, yaitu bentuk elips. Kemudian
penemuannya tersebut dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul Astronomia Nova yang juga
disertai hukum keduanya. Sedangkan hukum ketiga Kepler tertulis dalam Harmonices Mundi yang
dipublikasikan sepuluh tahun kemudian.

1. Hukum I Kepler
Hukum I Kepler menjelaskan tentang bagaimana bentuk lintasan orbit planet-planet. Bunyi dari
hukum ini yaitu :

“ Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk elips,


dimana matahari terletak pada salah satu fokusnya “

Gambar 3. Model lintasan Planet menurut Hukum 1 Keepler

Dari model diatas diperlihatkan bentuk elips dari lintasan orbit planet yang mengelilingi
matahari. Dimana matahari berada disalah satu titik fokusnya yang ditandai dengan F1 dan F2.
Sedangkan planet berada pada jarak r 2 dari F 2 atau r 1 dari F 1. Jika posisi planet
berubah maka jarak r 1dan r 2 ikut berubah. Jarak a disebut sumbu semimayor
dan 2a disebut mayor. Jarak b disebut sumbu semi-minor dan 2b disebut minor.
Jarak c dari titik pusat merupakan titik fokus, dimana c2 = a2 + b2. Bentuk elips
orbit ditentukan oleh eksentrisitas (e) elips tersebut. Semakin kecil
eksentrisitasnya, maka bentuk elipsnya akan semakin mendekati bentuk lingkaran.
Dan sebaliknya, bila eksentrisitasnya semakin besar, bentuk elips akan
memanjang dan tipis. Jarak merupakan perbandingan dari jarak c dengan jarak a
( e = c / a ) nilai eksentrisitas elips lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari 1.

Ketika planet berada pada jarak terjauh dari matahari, maka pada saat itu planet berada pada titik
aphelion. Letaknya pada gambar yaitu pada ujung kiri elips (sebelah kiri F 1). Jarak dari aphelion
ke matahai dapat dihitung dengan menjumlahkan jarak a dengan c. Jika planet berada pada
ujung kanan elips (sebelah kanan F 2 ) maka planet sedang berada pada titik perihelion. Pada
saat itu planet berada pada jarak terdekat dengan matahari. Jarak perihelion dengan matahari
merupakan selisih antara jarak a dengan c.

2. Hukum II Kepler
Hukum kedua Kepler menjelaskan tentang kecepatan orbit suatu planet. Bunyi dari hukum
keduanya yaitu :
“Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari matahari ke
planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang sama.

Gambar 4. Luasan aphelion (abc) dan luasan perihelion ( ade)

Pada gambar diatas diperlihatkan dua contoh luasan untuk menjelaskan hukum II
Kepler. Kedua luasan ini mempunyai luas yang sama. Pada selang waktu yang sama, garis
khayal yang menghubungkan planet dan matahari menyapu luasan yang memiliki besar yang
sama. Oleh karena itu, ketika planet bergerak dari b ke c (titik aphelion), kecepatan orbit planet
lebih kecil atau lambat. Sedangkan ketika planet bergerak dari d ke e (titik perihelion)
kecepatan orbit planet lebih besar atau cepat. Maka kesimpulannya keceptan orbit maksimum
planet yaitu ketika planet berada di titik perihelion dan kecepatan minimumnya ketika berada di
titik aphelion.
3. Hukum III Kepler
Pada hukum ini Kepler menjelaskan tentang periode revolusi setiap planet yang
melilingi matahari. Hukum Kepler III berbunyi :

“ kuadrat periode suatu planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-
ratanya dari matahari ”

Secara matematis Hukum Kepler dapat ditulis sebagai berikut :

2 2
T1 T2
3
r1
= 3
r2
= konstan

dengan : T1= Periode planet pertama

T2= Periode planet kedua

r1= jarak planet pertama dengan matahari

r2= jarak planet kedua dengan matahari


B. Hukum Gravitasi Newton
Selain mengembangkan tiga ukum mengenai gerak, Sir Isaac Newton juga meneliti gerak
planet-planet dan Bulan. Terutama, ia mempertanyakan tentang gaya yang harus bekerja untuk
mempertahankan Bulan pada orbitnya yang hampir berupa lingkaran mengelilingi Bumi.
Newton juga memikirkan tentang masalah gravitasi. Karena benda yang jatuh, dipercepat.
Newton menyimpulkan bahwa pasti ada gaya yang bekerja pada benda itu, yang Newton dan
kita sebut saat ini dengan gaya gravitasi. Ketika sebuah benda mempunyai gaya maka gaya itu pasti
diberikan oleh benda lain. Tetapi apa yang memberikan gaya gravitasi? Setiap benda pada permukaan
Bumi merasakan gaya gravitasi, dan tidak peduli di manapun benda itu berada, gaya tersebut mempunyai
arah menuju pusat bumi (Gambar 5). Newton menyimpulkan bahwa pasti Bumi itu sendiri yang
memberikan gaya gravitasi pada benda-benda di permukaannya.

Gambar 5. Gaya gravitasi bekerja ke arah bawah menuju pusat bumi.

Menurut cerita, Newton sedang duduk di kebunnya dan melihat sebuah apel yang jatuh dari
pohon. Dikatakan bahwa ia mendapat ilham: jika gravitasi bekerja di puncak pohon, dan bahkan di
puncak gunung, maka mungkin saja gravitasi juga bekerja sampai ke Bulan. Apakah cerita ini benar atau
tidak, tampaknya peristiwa itu bisa memberikan gambaran mengenai ilham dan penalaran Newton.
Dengan gagasan bahwa gravitasi bumilah yang menahan Bulan pada orbitnya, Newton
mengembangkan teori gravitasinya yang hebat. Tetapi pada saat itu terjadi kontroversi. Banyak pemikir
(anggota Royal Society) yang sulit menerima gagasan gaya yang bekerja dari jarak jauh atau tanpa
kontak langsung. Tetapi gravitasi bekerja tanpa kontak, kata Newton: Bumi memberikan pada apel yang
jatuh dan pada Bulan, walaupun tidak ada kontak, dan kedua benda mungkin jauh sekali satu sama lain.
Newton berusaha menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan Bumi pada Bulan
sebagaimana dibandingkan dengan gaya gravitasi pada benda-benda di permukaan Bumi. Pada
permukaan Bumi, gaya gravitasi mempercepat benda sebesar 9,80 m/s2. Tetapi berapa percepatan
sentripetal Bulan? Karena Bulan bergerak dengan gerak melingkar yang hampir beraturan, percepatan
harus dihitung dari a R = v2/r . Melalui perhitungan yang sudah pernah dilakukan, hasil a R adalah
0,00272 m/s2 , dengan pembuktian :

Orbit Bulan di sekeliling Bumi yang hampir bulat mempunyai radius sekitar 384.000 km dan
periode T selama 27,3 hari.
Pada orbit di sekeliling Bumi, Bulan menempuh jarak 2 πr , di mana r = 3,84 × 108 m adalah
radius jalur lingkarannya. Laju Bulan pada orbitnya mengelilingi Bumi adalah v = 2 πr /T . Periode T
dalam sekon adalah T = (27,3 hari) ×(24,0 jam)× (3600 s/jam )= 2,36 106 s. Dengan demikian,
2

aR =
v 2 (2 πr)2
= 2 =
[ 2(3 ,14)(3 , 84 × 108 m) ]
r T r 2
( 2 ,36 × 106 s ) (3 , 84 ×10 8 m)
= 0,00272 m/s2 = 2,272 ×10−3 m/s2

Dalam percepatan gravitasi Bumi, g , hasil ini sebanding dengan

1
aR ≈ g
3600

Dengan demikian, percepatan bulan terhadap bumi kira-kira 1/3600 kali besar percepatan
benda-benda di permukaan bumi. Bulan berjarak 384.000 km dari bumi, yang sama dengan 60 kali
radius bumi yang sebesar 6.380 km. Jarak dari pusat bumi ke bulan 60 kali lebih jauh dari benda-benda di
permukaan bumi. Tetapi 60 x 60 = 602 = 3600. Sekali lagi angka 3600. Newton menyimpulkan bahwa
gaya gravitasi yang diberikan oleh bumi pada sembarang benda berkurang terhadap kuadrat jaraknya, r,
dari pusat bumi:

1
Gaya gravitasi ∝ 2
r

Bulan, yang jauhnya 60 kali radius bumi merasakan gaya gravitasi hanya 1/602 = 1/3600 kali
dibandingkan jika ia berada di permukaan bumi. Benda apapun yang diletakan sejauh 384.000 km dari
bumi akan mengalami percepatan yang sama dengan yang dialami bulan karena adanya gravitasi bumi :
0,00272 m/s2.
Newton menyadari bahwa percepatan gravitasi pada sebuah benda tidak hanya bergantung pada
jarak tetapi juga pada massa benda tersebut. Pada kenyataannya, gaya ini berbanding lurus dengan massa,
sebagaimana telah kita lihat. Menurut hukum Newton ke III, ketiga bumi memberikan gaya gravitasinya
ke benda apapun, seperti bulan, benda itu memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah
terhadap bumi (Gambar 6).
Gambar 6. Gaya gravitasi yang diberikan suatu benda kepada benda kedua diarahkan menuju
benda pertama, sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang diberikan benda kedua pada benda
pertama.
Karena simetri ini, Newton menalarkan, besar gaya gravitasi harus sebanding dengan kedua
massa. Dengan demikian
m E mb
F∝ 2
r

Di mana m E adalah massa bumi, mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak dari pusat bumi ke
pusat benda lain tersebut.
Newton maju satu langkah lagi dalam analisisnya mengenai gravitasi. Dalam penelitiannya tentang orbit-
orbit planet, Ia menyimpulkan bahwa dibutuhkan gaya untuk mempertahankan planet-planet itu di orbit masing-
masing di sekeliling matahari, hal ini membuatnya percaya bahwa pasti juga ada gaya gravitasi yang bekerja
antara matahari dan planet-planet tersebut untuk tetap berada di orbit masing-masing. Dan jika gravitasi bekerja di
antara benda-benda ini, mengapa tidak bekerja kepada semua benda? Dengan demikian Ia mengusulkan hukum
gravitasi universalnya yang terkenal, yang bisa kita nyatakan sebagai berikut :

Semua partikel di dunia ini menarik semua partikel lain dengan gaya yang
berbanding lurus dengan hasil kali massa partikel-partikel itu dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak di antaranya. Gaya ini bekerja sepanjang garis yang
menghubungkan kedua partikel itu.

Besar gaya gravitasi dapat dituliskan sebagai :

m1 m2
F ¿G 2
r

Dengan m1dan m2 adalah massa kedua partikel, r adalah jarak antara keduanya dan G adalah konstanta
universal yang harus diukur secara eksperimen dan mempunyai nilai numerik yang sama untuk semua benda.
Nilai G pasti sangat kecil karena kita tidak menyadari adanya gaya antara benda-benda yang berukuran biasa,
seperti antara dua bola. Gaya antara dua benda biasa dapat diukur untuk pertama kalinya, lebih 100 tahun setelah
Newton mempublikasikan hukumnya, oleh Henry Cavendish pada tahun 1798. Untuk mendeteksi dan mengukur
gaya yang sangat kecil itu, Ia menggunakan peralatan yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Dua bola dihubungkan dengan sebuah batang horisontal yang ringan, yang digantungkan pada titik
tengahnya dengan suatu serat yang tipis.

Ketika bola ketiga yang diberi label A didekatkan ke salah satu bola yang tergantung, gaya gravitasi
menyebabkan bola yang tergantung itu bergerak, dan sedikit memelintir serat. Gerakan kecil ini diperbesar dengan
menggunakan berkas cahaya sempit yang diarahkan ke sebuah cermin yang dipasang pada serat.

Cavendish mengkonfirmasikan hipotesa Newton bahwa dua benda saling menarik, dan bahwa Persamaan (4)
dengan tepat menyatakan gaya ini. Sebagai tambahan, karena Ia bisa mengukur
F, m1 , m2, dan r dengan akurat, Ia juga bisa menentukan nilai konstanta G. Nilai yang diakui sekaran adalah

G = 6,67 x 10 -11 Nm2 /kg2.

Hukum gravitasi universal tidak boleh dikacaukan dengan hukum gerak Newton kedua ∑ F = ma. Hukum
gravitasi mendeskripsikan suatu gaya tertentu, gravitasi, dan bagaimana kekuatannya bervariasi dengan jarak dan
massa yang terlibat. Hukum Newton kedua, dipihak lain menghubungkan gaya total pada sebuah benda (yaitu,
jumlah vektor dari semua gaya yang berbeda yang bekerja pada benda dan berasal dari berbagai sumber) dengan
massa dan percepatan benda itu.

C. Tafsiran Newton terhadap Hukum Kepler


1. Tafsiran Newton terhadap Hukum I Kepler

Kita perhatikan sebuah planet P yang mengorbit matahari M dengan lintasan elips seperti Gambar 8 berikut
ini.
Gambar 8. Pembuktian Hukum I Kepler Ketika gaya gravitasi

Ketika gaya gravitasi FG lebih besar dari gaya sentrifugal FS , maka planet P akan
mendekati matahari M , sehingga jarak planet ke matahari (R) menjadi lebih kecil dan kecepatan
v bertambah besar. Akibatnya Fs akan membesar, sampai suatu saat gaya sentrifugal ini lebih besar dari
gaya gravitasi FG. Agar planet P tidak meninggalkan orbitnya, maka planet P akan menjauhi
matahari M , sehingga gaya sentrifugal FS akan mengecil lagi dari gaya gravitasi FG.

Proses ini berulang terus, sehingga jarak planet P ke matahari M , yaitu R, selalu berubah-ubah,
tetapi tetap dalam satu orbit. Hal ini hanya bisa terjadi kalau orbitnya berbentuk elips. Hukum Kepler
pertamalah yang mengharuskan gaya gravitasi bergantung pada kuadrat jarak. Ternyata hanya gaya ini yang
dapat menghasilkan lintasan-lintasan planet berbentuk elips, dengan matahari terletak pada salah satu fokusnya.

2. Tafsiran Newton terhadap Hukum II Kepler


Untuk penjelasan Newton mengenai hukum II Kepler, perhatikan gambar 9 berikut ini.

Gambar 9. Tafsiran Newton terhadap Hukum II Kepler

Misalkan planet berada di titik A dan bergerak menuju titik B, pada selang waktu tertentu. Tetapi
karena gaya gravitasi, gerakan planet ini menjadi ke titik C, sehingga BC sejajar AM. Pada selang waktu yang
sama, planet dari titik C akan bergerak menuju titik D, tetapi karena gaya gravitasi, gerakannya menjadi ke
titik E sehingga DE sejajar CM. luas ∆ MAC = luas ∆ MCD, dan luas ∆ MCD = luas ∆ MCE, maka luas ∆ MAC =
luas ∆ MCE, yakni dua daerah yang dilalui garis penghubung planet dan matahari, dalam selang waktu yang
sama.

3. Tafsiran Newton terhadap Hukum III Kepler


Menurut Hukum III Kepler: Perbandingan kuadrat periode (waktu yang dibutuhkan untuk satu
putaran mengelilingi Matahari) dua planet yang mengitari Matahari sama dengan perbandingan
pangkat tiga jarak rata-rata planet-planet tersebut dari Matahari. Dengan demikian, jika T1 dan T2
menyatakan periode dua planet, dan r1dan r2 menyatakan jarak rata-rata mereka dari Matahari,
maka

( ) ()
2 3
T1 r1
=
T2 r2

Kita dapat menuliskannya kembali menjadi

3 3
r1 r2
2 = 2
T1 T2

yang berarti bahwa harus r3/T2 sama untuk setiap planet. (Data terakhir diberikan pada Tabel 1;
kolom paling kanan

Tabel 1. Data Planet yang Dipakai pada Hukum III Kepler

Hukum III Kepler adalah yang paling mudah untuk diturunkan, dan kita melakukannya di sini untuk
kasus khusus orbit lingkaran. (Sebagian besar orbit planet hampir mendekati lingkaran, yang merupakan kasus
khusus dari elips.) Pertama, kita tuliskan hukum II Newton mengenai gerak, ∑ F=ma. Kemudian untuk
∑ F kita subtitusikan hukum gravitasi universal, Persamaan (4), dan untuk a percepatan sentripetal, v2/r :
Di sini m1 adalah massa suatu planet tertentu, r1 adalah jarak rata-ratanya dari Matahari, dan v1
merupakan laju rata-ratanya di orbit. Kemudian M2 pada persamaan (4) dianggap MS , massa Matahari, karena gaya
tarik gravitasi dari Mataharilah yang mempertahankan setiap planet pada orbitnya. Sekarang periode T1 dari planet adalah
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu orbit, jarak yang sama dengan 2 π r 1 , keliling lingkaran. Dengan
demikian,

2 π r1
v 1=
T1

Kita subtitusikan persamaan ini untuk pada Persamaan (5):


2
m1 M S 4 π r1
G 2
=m1
r1 T1

Kita susun ulang untuk mendapatkan


2 2
T1 4π
3
=
r1 GM S

Kita turunkan persamaan ini untuk planet 1 (katakanlah, Mars). Penurunan yang sama bisa dipakai untuk sebuah
planet lainnya (katakanlah, Saturnus):
2 2
T2 4π
3
=
r2 GM S

Dengan T2 dan r 2 adalah periode dan radius orbit, untuk planet kedua. Karena sisi kanan pada kedua persamaan
2 2
T1 T2
sama, kita dapatkan 3 = 3 atau jika disusun ulang ,yang merupakan hukum III Kepler.
r1 r2

Penurunan Persamaan (6a) dan (6b) (Hukum III Kepler) cukup umum untuk diterapkan pada sistem lain. Sebagai
contoh, kita bisa menentukan massa Bumi dari Persamaan (6a) dengan menggunakan periode Bulan mengelilingi Bumi dan
jarak Bulan dari Bumi, atau massa Jupiter dari periode dan jarak salah satu bulannya (cara inilah yang dipakai untuk
menentukan massa planet).

Pengukuran yang akurat mengenai orbit planet-planet mengindikasikan bahwa planet-planet tersebut tidak tepat
mengikuti hukum Kepler. Sebagai contoh, tampak adanya sedikit penyimpangan orbit yang berbentuk elips sempurna.
Newton menyadari bahwa hal ini memang sudah bisa diperkirakan dari hukum gravitasi universal (“ setiap benda yang ada
di dunia menarik setiap benda lainya…. ”) karena setiap planet memberikan gaya gravitasi pada planet-planet yang lain.
Karena massa Matahari jauh lebih besar dari planet manapun, gaya pada satu planet yang disebabkan oleh planet lain akan
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan gaya yang diberikan oleh Matahari. (Penurunan rumus orbit elips sempurna,
mengabaikan gaya-gaya yang disebabkan oleh planet-planet lain.) Tetapi karena gaya yang kecil ini, setiap orbit planet pasti
menyimpang dari elips sempurna, terutama jika ada planet kedua yang cukup dekat. Penyimpangan seperti ini, atau disebut
sebagai gangguan, dari bentuk elips sempurna memang terlihat.

Referensi

https://www.academia.edu/32158240/Gravitasi_Universal_IPBA_pdf

Anda mungkin juga menyukai