Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FISIKA

SEMESTER 2

Disusun oleh:

HANNIES PURWANANTRIO

Kelas: X-MIPA 7
Pembimbing: H. MISDI HANTONO, M. Pd.

LABORATORIUM FISIKA SMA NEGERI 1 TUREN


DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG
Jalan Mayjen Panjaitan 65, Turen, Malang 65175, Telepon: (0341) 824771
Website: www.smanturen.sch.id e-mail: smanturen@gmail.com
Tahun Ajaran 2020/2021

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur semata-mata hanya untuk Allah SWT, karena atas segala rahmat,
hidayah dan bantuan-Nya maka akhirnya makalah dengan judul “Makalah Semester
Genap.” ini telah selesai penulis susun. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan, untuk itu segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Makalah ini sangat
diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam mempelajari
ilmu fisika.

Penulis

Hannies Purwanantrio

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1. DINAMIKA PARTIKEL............................................................................................................4
1. Hukum Newton dan Penerapannya.........................................................................4
2. Jenis-jenis Gaya........................................................................................................4
BAB 2. HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN HUKUM KEPLER..........................................7
1. Hukum Gravitasi Newton.........................................................................................7
2. Medan atau Percepatan Gravitasi............................................................................7
3. Hukum Kepler...........................................................................................................8
BAB 3. KONSEP USAHA dan ENERGI.............................................................................................10
1. Pengertian dan Rumus Usaha................................................................................10
2. Pengertian dan Rumus Energi................................................................................11
BAB 4. MOMENTUM dan IMPLUS..................................................................................................13
1. Momentum.............................................................................................................13
2. Implus.....................................................................................................................13
3. Hubungan Momentum dan Implus........................................................................14
4. Hukum Kekekalan Momentum..............................................................................14
5. Tumbukan...............................................................................................................15
12 m1 v 12+ 12m 2 v 22>12 m1 v 1 r 2+12 m2 v 2 r 2..................................................................16
 Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali....................................................................................16
Bab 5: Getaran Harmonis...............................................................................................................19
1. Contoh Geteran Harmonik.....................................................................................19
2. Syarat Getaran Harmonik.......................................................................................19
3. Periode dan Frekuensi Getaran Harmonik.............................................................19

3
BAB 1. DINAMIKA PARTIKEL
Dinamika Partikel adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang berbagai
penyebab terjadinya gerak akibat suatu gaya
1. Hukum Newton dan Penerapannya
a. Hukum I Newton (Hukum Inersia / kelembaman)
Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-
mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus
bergerak dengan kecepatan tetap.
Rumus:
∑ F=0
Keterangan:
ΣF: Resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
b. Hukum II Newton
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya dan
berbanding terbalik dengan massa benda.
Rumus:

∑ F=m .a
Keterangan:
ΣF: Resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m: Massa benda (kg)
a: Percepatan yang dialami benda (m/s2)
c. Hukum III Newton
Ketika kamu memberikan aksi terhadap suatu partikel/benda, maka benda
tersebut juga akan memberikan reaksi yang besarannya sama, namun arahnya
berlawanan.
Rumus
F aksi=−F reaksi

2. Jenis-jenis Gaya
a. Gaya Berat
Gaya berat adalah gaya yang dimiliki massa suatu benda akibat percepatan gaya
gravitasi bumi. Perlu diingat bahwa arah gaya berat ini selalu mengarah ke bawah
menuju pusat bumi, meskipun pada bidang miring.
Rumus:
W =m. g
Keterangan:
W: gaya berat suatu benda (N)
m: massa benda (kg)

4
g: percepatan gravitasi (m/s 2)

b. Gaya Normal
Gaya Normal adalah gaya yang berkerja pada bidang yang bersentuhan antara
dua permukaan benda, yang arahnya selalu tegak lurus dengan bindang sentuh.
Lambang gaya normal adalah N dan satuan Sistem Internasionalnya adalah kgm/ s2
atau Newton
Rumus:
N=W =m . g
Keterangan:
N: gaya normal (N)
W: gaya berat benda (N)
m: massa benda (kg)
g: percepatan gravitasi (m/s 2)

c. Gaya Gesek
Gaya gesek berarti gaya yang bekerja akibat adanya sentuhan antara kedua
permukaan benda. Dengan adanya gaya gesek, maka benda yang bergerak akan
memiliki hambatan.
Ada dua jenis gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.

• Gaya gesek statis


Statis berarti diam. Jadi, gaya gesek ini merupakan gaya yang bekerja pada
benda diam. Besarnya gaya gesek statis merupakan hasil kali koefisien gesek statis
dengan gaya normal.

Rumusnya:
f s=μs x N
Keterangan:
f s: besar gaya gesek statis (N)
μs: koefisien gesek statis
N: gaya normal (N)

• Gaya gesek kinetis


Gaya gesek kinetis bekerja pada saat benda sedang bergerak. Besar gaya gesek
kinetis merupakan hasil kali koefisien gaya gesek kinetis dengan gaya normal.

Rumusnya:
f k =μk x N
Keterangan:
f k : besar gaya gesek kinetis (N)
μk : koefisien gesek kinetis

5
N: gaya normal (N)

d. Gaya Tegang tali


Gaya tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada tali ketika tali tersebut tegang.
Arah gaya ini tergantung pada titik dimana kamu melihat/meninjaunya.

Rumus gaya tegangan tali:

ΣF= m . a
e. Gaya Sentripental
Gaya sentripetal adalah gaya yang bekerja pada benda yang bergerak melingkar.
Gaya ini cara kerjanya selalu menuju pusat lintasan.

Rumus gaya sentripetal:

Fs=m. as

Keterangan:
Fs: gaya sentripetal (N)
m: massa benda (kg)
as : percepatan sentripetal (m/s2)

6
BAB 2. HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN HUKUM
KEPLER
1. Hukum Gravitasi Newton
Secara singkat Newton atau Sir Isaac Newton merupakan seorang fisikawan,
matematikawan, filsuf alam, alkimiawan, serta teolog yang berasal dari Inggris,
Newton mempublikasi dan menjelaskan bahwa setiap partikel di alam saling tarik
menarik dengan partikel lain yang besarnya sebanding dengan perkalian massa
kedua partikel dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak kedua partikel dan
pernyataan ini saat ini terkenal sebagai Hukum Gravitasi Newton. Di mana
menurut Newton, dalam bidang mekanika klasik atau sering juga disebut Mekanika
Newton, benda apapun yang berada di atas atmosfer akan ditarik oleh bumi.
Secara sistematis untuk menghitung gaya gravitasi digunakan persamaan:
m1 . m2
F=G .
r2
Keterangan:
F = gaya gravitasi (N)
G = konstanta gravitasi = 6.673 x 10-11Nm2/kg2
m 1= massa benda pertama (kg)
m 2= massa benda kedua (kg)

r 2= jarak antara pusat kedua benda (m)

2. Medan atau Percepatan Gravitasi


Medan gravitasi adalah ruang atau area yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi,
dimana besarannya dinyatakan sebagai kuat medan gravitasi (g), yaitu gaya
gravitasi tiap massa medan gravitasi, atau bisa disebut juga percepatan gravitasi.
Pada artikel ini “medan” atau ruang yang kita maksud adalah bumi.
Sebelumnya kita udah belajar mengenai persamaan mencari F (gaya gravitasi)
bukan? maka sekarang kalo percepatan gravitasi itu di permukaan bumi itu g, maka
berat benda tersebut di permukaan bumi adalah
w=m . g
Nah, karena berat benda di permukaan bumi (w) sama dengan gaya gravitasi
yang bekerja maka,
w=F

7
m1 . m2
m . g=G
r2
m di masing-masing sisi dapat di coret, maka persamaan g didapatkan sebagai
berikut
m1 . m2
g=G
r2
Dimana, r merupakan jarak antara benda dengan pusat bumi (m).

3. Hukum Kepler
Setelah adanya penemuan mengenai gravitasi yang ditemukan oleh Isaac
Newton, seorang ahli matematika dan astronomi yang berasal dari Jerman yaitu
Johannes Kepler berhasil menemukan 3 (tiga) hukum tentang pergerakan planet
dalam tata surya, dimana hukum-hukum kepler ini sesuai dengan hukum gravitasi
Newton.

a. Hukum 1 Kepler

Pada hukum pertama ini Kepler menyatakan bahwa


“Semua planet bergerak pada lintasan elips yang mengitari matahari, dimana
matahari terletak pada salah satu titik pusatnya.”
Pada dasarnya hukum ini menjelaskan bahwa lintasan di tata surya berbentuk
elips, dimana elips itu memiliki 2 titik fokus, dan matahari terletak pada salah satu
titik fokusnya.

b. Hukum 2 Kepler

Pada hukum kedua ini Kepler menyatakan bahwa


“Luas daerah yang disapu oleh garis antara matahari dan planet adalah sama
untuk setiap periode waktu yang sama.”
Pada dasarnya hukum ini menjelaskan bahwa karena lintasannya berbentuk
elips, suatu planet tidak memiliki jarak pasti, yang ada adalah titik terjauh (titik
aphelion), titik terdekat (titik perihelion), dan rata-rata jarak ke matahari. Dimana
kecepatan orbit akan melambat pada saat berada aphelion, dan akan lebih cepat
pada perihelion. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan

Kecepatan orbit maksimum suatu planet pada saat berada di aphelion,


Kecepatan orbit minimum suatu planet pada saat berada di perihelion.

8
c. Hukum 3 Kepler

Pada hukum ketiga ini Kepler menyatakan bahwa “Kuadrat periode suatu planet
sebanding dengan pangkat tiga jarak rata – ratanya dari Matahari”
Pada dasarnya hukum ini menjelaskan mengenai revolusi planet mengelilingi
matahari, planet yang letaknya lebih jauh dari matahari juga akan memiliki periode
orbit yang lebih lama, dan sebaliknya atau secara sistematis dapat dituliskan
sebagai berikut
T 1 2 R1 3

( ) ( )
T2
=
R2

Keterangan:
T 1= periode planet pertama
T 2= periode planet kedua
R1= jari-jari planet pertama
R2= jari-jari planet kedua

9
BAB 3. KONSEP USAHA dan ENERGI
1. Pengertian dan Rumus Usaha
Usaha adalah besarnya energi atau gaya yang diberikan untuk memindahkan
atau menggerakkan suatu benda atau objek. Yang dimaksud dengan memindahkan
disini artinya tempat atau letaknya yang berubah setelah dilakukan usaha. Oleh
karena itu untuk menghitung seberapa besar usaha digunakan persamaan berikut
W =F . s
Keterangan:
F= Gaya (N)
W= Usaha (Joule)
s= Perpindahan (m).
Usaha (W) bertanda positif (+), usaha searah dengan perpindahan benda.
Usaha (W) bertanda negatif (-), usaha berlawanan arah dengan perpindahan benda.
 Usaha pada Bidang Datar

Meskipun pada bidang yang datar, namun gaya yang diberikan tidak selalu
lurus, yang berarti dalam kondisi tertentu gaya akan membentuk sudut tertentu,
seperti gambar diatas. Oleh karena itu digunakan persamaan
W =F . cosθ . s
Dimana,θ = sudut yang dibentuk oleh gaya
 Usaha pada Bidang Miring

Tidak hanya bidang datar, usaha pun dapat dilakukan pada bidang miring, salah
satu contoh yang sering kita temui adalah pada saat melihat kurir yang
memindahkan barang ke dalam truk menggunakan bantuan salah satu pesawat
sederhana yaitu bidang miring.

10
W =m. g . sinθ . s
Dimana, m= massa (kg), g=gravitas(m/s 2)

2. Pengertian dan Rumus Energi


Dalam ilmu fisika yang dimaksudkan dengan energi yang berhubungan dengan
usaha adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Karena usaha merupakan
perubahan energi yang terjadi pada suatu benda atau objek termasuk perubahan
energi kinetik dan energi potensial. Sehingga energi merupakan komponen yang
erat kaitannya dengan usaha.
i. Energi Kenetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda atau objek yang bergerak
karena adanya kecepatan, oleh karena itu digunakan persamaan,
1
Ek= . m. v 2
2
Dimana, Ek= Energi Kinetik (Joule); m= massa (kg); v= kecepatan (m/s).
Hubungannya dengan usaha
Besar usaha sama dengan perubahan energi kinetik apabila sebuah benda
mengalami perubahan kelajuan.
1
W =∆ Ek= . m.( v 22−v 21)
2
ii. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda atau objek dikarenakan
posisi, bentuk, atau susunannya dan di dalam hubungannya dengan usaha biasa
berkaitan erat dengan energi yang dimiliki karena ketinggiannya letaknya. Oleh
karena ini digunakan persamaan,
Ep=m. g . h
Dimana, Ep=Energi Potensial (Joule); m= massa (kg); g= gravitasi (m/ s2); dan
h= ketinggian benda atau objek (m)
Hubungannya dengan usaha
Besar usaha sama dengan perubahan energi potensial suatu benda atau objek
apabila sebuah benda berada pada ketinggian tertentu dan kemudian diangkat
sehingga menyebabkan ketinggiannya berubah.
W =∆ Ep=m. g . (h2−h 1)

11
iii. Energi Potensial Pegas
Energi potensial pegas adalah energi yang diperlukan untuk meregangkan dan
menekan pegas. Oleh karena itu digunakan persamaan berikut:
1 1
Ep= k ( ∆ x )2= . k . x 2
2 2
dimana, k = konstanta pegas (N/m); x= perubahan panjang pegas (m).
iv. Energi Mekanik
Energi mekanik dapat dikatakan jumlah atau total dari energi potensial dan
energi mekanik, karena energi mekanik merupakan energi yang berkaitan dengan
pergerakan. Maka digunakan persamaan berikut:
Em=Ep+ Ek
Dimana Em merupakan Energi Mekanik (dalam Joule)
v. Daya
Daya merupakan kecepatan melakukan kerja atau usaha atau bisa dikatakan
daya merupakan jumlah energi yang dihabiskan dalam per satuan waktu (per
detik). Oleh karena itu dapat persamaan yang digunakan
W F.s
P= = =F . v
t t
Keterangan:
P= daya (Watt)
W= usaha (Joule)
t= waktu (detik)
F= gaya (N)
s= jarak (m)
v= kecepatan (m/s)

12
BAB 4. MOMENTUM dan IMPLUS
1. Momentum
Momentum merupakan besaran turunan yang muncul karena terdapat benda
bermassa yang bergerak. Dalam fisika besaran turunan ini dilambangkan dengan
huruf P, Momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan.
Secara matematis, persamaan momentum dapat dituliskan sebagai
P=m. v
dengan P adalah momentum (kg.m/s), m adalah massa benda (kg), dan v adalah
kecepatan benda (m/s), serta satuan dimensi momentum adalah [M][L][T]-1.
Istilah momentum adalah konsep fisika, objek apa pun dengan momentum akan
sulit dihentikan. Untuk menghentikan objek seperti itu, perlu untuk menerapkan
gaya terhadap gerakannya selama jangka waktu tertentu. Semakin banyak
momentum yang dimiliki suatu objek, semakin sulit untuk berhenti. Untuk
merubah momentum benda dibutuhkan sebuah gaya, baik untuk menaikkan
momentum, menurunkannya.
∆p
ΣF=
∆t
Dimana Σ F = gaya total, Δ p=¿ hasil perubahan momentum, Δ t=¿ selang waktu.
Maka dapat diturunkan dalam bentuk yang lebih dikenal dengan hukum Newton
kedua, Σ F= ma. Jika v 0 adalah kecepatan awal dan v1 kecepatan waktu setelah Δt ,
maka
Δ p m v 1−m v 0 m(v 1−v 0) Δv
Σ F= = = =m =ma
Δt Δt Δt Δt

2. Implus
Impuls adalah peristiwa gaya yang bekerja pada benda dalam waktu sesaat atau
peristiwa bekerjanya gaya dalam waktu yang sangat singkat. Suatu impuls adalah
hasil kali suatu gaya yang bekerja dalam waktu yang singkat yang menyebabkan
suatu perubahan dari momentum. Sebuah benda menerima momentum melalui
pemakaian suatu impuls.
Dari hukum II Newton, diperoleh:
F=m .a
F dt=m. dv
F dt=m ( v 2−v 1 )
¿ m v 2−m v 1

13
Implus ¿ F . t=m. v
Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut I =F . Δt
Keterangan I = implus (N / s), F=¿ gaya ( N ),Δt=¿ selang waktu (s)

3. Hubungan Momentum dan Implus


Hukum II Newton menyatakan bahwa gaya yang bekerja pada suatu benda sama
dengan perkalian massa dengan percepatannya.
F=m .a
Jika hukum newton tersebut kita masukkan I =F . Δt, maka:
I =F . Δt
I =m . a.( t 2−t 1 )
v
I =m . .(t 2 −t 1 )
t
Sehingga diperoleh:
I =( m . v 2 )−(m. v1 )
I =Δ P
Jadi dapat disimupulkan bahawa I = ΔP, dimana besarnya impuls yang bekerja
atau dikerjakan pada suatu benda sama dengan besarnya perubahan momentum
pada benda tersebut.

4. Hukum Kekekalan Momentum


Konsep momentum sangat penting, karena pada keadaan-keadaan tertententu
momentum merupakan besaran yang kekal. Pada abad ke 17, tidak lama sebelum
masa newton, telah diketahui bahwa jumlah vektor momentum dari benda yang
bertumbukan tetap konstan.
Bayangkan misalnya tumbukan berhadapan dari dua bola bilyar. Kita anggap
gaya eksternal total sistem dua bola ini sebesar nol, artinya gaya yang signifikan
hanyalah gaya yang diberikan tiap bola ke bola lainya ketika tumbukan. Walaupun
momentum dari tiap bola berubah akibat terjadinya, tumbukan, maka momentum
akan sama pada waktu sebelum dan sesudah tumbukan
Psebelumtumbukan =Psetelahtumbukan
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
Jadi jumlah vektor momentum pada sistem dua bola tersebut kekal, tetap
konstan. Walaupun hukum kekekalan momentum ditemukan dari percobaan,
hukum ini berhubungan erat dengan hukum gerak Newton dari dapat dibuktikan

14
bahwa keduanya adalah sama. Kita anggap gaya F yang diberikan bola yang satu
terhadap yang lain selama tumbukan konstan terhadap waktu tumbukan. Kita
gunakan hukum newton kedua sebagaimana dinyatakan dalam persamaaan 7.2 dan
dapat kita tuliskan kembali dengan mengalihkan kedua sisi dengan:
∆ P=F ∆ t
Kita terapkan ini pada bola kedua, dengan memperhatikan bahwa gaya F 21pada
bola2 yang disebabkan oleh bola 1 selama tumbukan mempunyai anak ke kanan
(arah +x)
Momentum total dari suatu sistem benda-benda yang terisolasi tetap konstan.
Dengan istilah sistem, yang dimaksud adalah sekumpulan benda yang berinteraksi
satu sama lain. Sistem terisolasi adalah suatu sistem dimana gayayang ada
hanyalah gaya gaya diantara benda benda pada sistem itu sendiri. Jumlah semua
gaya ini akan nol dengan berlakunya hukum newton ketiga. Jika adanya gaya luar,
yang dimaksud adalah gaya gaya yang diberikan oleh benda diluar sistem dan
jumlahnya tidak nol (secara vektor) maka,
∆ P2=m2 v r2 −m2 v 2 =F 21 ∆ t
Berdasarkan hukum Newton ketiga, gaya F 12pada bola 1 yang disebabkan oleh
bola 2 adlah F 21=−F12dan berkerja kearah kiri, dengan
∆ P1=m1 v r1−m1 v 1=F 12 ∆t =−F 21 ∆ t
Kita dapat menggabungkan kedua persamaan terakhir ini (ruas kanan hanya
boleh dibendakan oleh tanda minum)
m1 v r1−m1 v 1=−( m2 v r2−m2 v 2 )
atau
m 1 v 1+ m2 v 2=m1 v r1 +m 2 v r2∨¿
Dan merupakan hukum kekekalan momentum.

5. Tumbukan
Kekekalan momentum merupakan cara yang sangat berguna untuk menangani
proses tumbukan. Tumbukan merupakan sesuatu kejadian yang umum dalam
kehidupan sehari-hari, raket tenis atau tongkat bisbol dua bola bilyar yang
bertumbukan, sebuah gerbong kereta menumbuk gerbong yang lainya, martil
memukul paku. Pada tingkat sub antonik, para ilmuan memperlajari struktur inti
dan penyusunannya, dan mengenal jenis gaya yang terlibat, dengan mempelajari
secara teliti mengenal tumbukan antara inti dan atau partikel partikel elementer.
15
Tumbukan dibagi kedalam tiga jenis, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan
lenting sebagaimana, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.

 Tumbukan Lenting Sempurna


Dua buah benda bisa dikatakan mengalami tumbukan lenting sempurna
bila tidak terjadi kehilangan energi kinetik ketika terjadi tumbukan. Energi
kinetik sebelum dan sesudah tumbukan sama, demikian juga dengan
momentum dari sistem tersebut.
Pada peristwa tumbukan lenting sempurna, berlaku :
1. Hukum kekekalan energi mekanik
2. Huku kekekalan momentum
3. Koefisien restitusi e = 1
Nilai koefisien resistansi tumbukan lenting sempurna adalah e = 1. Ini
merupakan hasil yang menarik, menjelaskan kepada kita bahwa tumbukan
lenting sempurna, laju relatif dari kedua partikel setelah tumbukan
mempunyai dasar yang sama sepertu sebelumnya (tetapi dengan arah yang
berbeda), tidak peduli berapapun massanya. Contoh dari tumbukan lenting
sempurna terjadi di antara gerakan atom-atom, inti atom, dan partikel-
partikel atau molekul- molekul lain yang seukuran dengan atom atau lebih
kecil lagi.
 Tumbukan Lenting Sebagian
Pada tumbukan lenting sebagian hanya berlaku hukum kekekalan
momentum dan tidak berlaku hukum kekekalan energi mekanik, karena
energi kinetik benda berkurang selama tumbukan. Jumlah energi kinetik
sesudah tumbukan lebih kecil daripada jumlah energi kinetik sebelum
tumbukan. Koefisien restitusi pada tumbukan lenting sebagian adalah 0 < e
< 1.
1 1 1 1
m 1 v 21+ m 2 v 22 > m 1 v r1 2+ m 2 v r22
2 2 2 2
 Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali

16
Tumbukan dimana energi kinetik tidak kekal disebut tumbukan tidak lenting.
Sebagian energi kinetik awal pada tumbukan seperti ini diubah menjadi energi jenis
lain, seperti energi panas atau potensial, sehingga energi kinetik akhir total lebih
kecil dari energi kinetik awal total. Kebalikannya juga dapat terjadi ketika energi
potensial (seperti kimia atau nuklir) dilepaskan, dimana energi kinetik akhir total
bisa lebih besar dari energi kinetik awal total. Ledakan merupakan salah satu
contohnya. Tumbukan-tumbukan makroskopik tertentu tidak lenting, setidaknya
sampai tingkat tertentu, dan seringkali sampai tingkat yang tinggi. Jika dua benda
bersatu sebagai akibat dari tumbukan, tumbukan tersebut dikatakan tidak lenting
sama sekali.
Dua bola yang bertumbukan, kemudian bersatu atau dua gerbong kereta yang
menyambung ketika bertabrakan merupakan contoh dari tumbukan yang tidak
lenting sama sekali. Energi kinetik pada beberapa kasus seluruhnya diubah menjadi
energi bentuk lain pada tumbukan yang tidak lenting, tetapi pada kasus lain hanya
sebagian. Misalnya kita lihat bahwa ketika gerbong kereta yang berjalan
bertumbukan dengan yang diam, gerbong-gerbong yang tersambung tersebut
berjalan dengan energi kinetik tertentu. Pada tumbukan tidak lenting sama sekali,
jumlah maksimum energi kinetik diubah menjadi bentuk lain yang konsisten
dengan kekekalan momentum. Bahkan walaupun energi kinetik tidak kekal pada
tumbukan tidak lenting, energi total tetap kekal, dan jumlah vektor momentum juga
selalu kekal.
Pada peristiwa tidak lenting sama sekali, tidak berlaku hukum kekekalan energi
kinetik dan nilai koefisien resistansinya e = 0. Setelah terjadi peristiwa tumbukan
kedua benda bersatu dan bergerak bersama-sama.
v1r =v r2=v
Sehingga berlaku persamaan
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v r1 +m2 v r2

m 1 v 1+ m2 v 2= ( m 1+ m2 ) v r
Penerapan tumbukan tidak lenting sama sekali adalah ayunan balistik. Ayunan
balistik merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur benda yang
bergerak dengan kecepatan cukup besar, misalnya kecepatan peluru. Prinsip kerja
ayunan balistik berdasarkan hal-hal berikut.

17
Penerapan sistem tumbukan tidak lenting
m 1 v 1+ m2 v 2= ( m 1+ m2 ) v r

m1 v 1+ 0=( m1 +m2 ) v r
m1 +m2 r
v1 = v
m1
Hukum kekekalan energi mekanik
1 2
( m 1+ m 2) ( v r ) = ( m 1+ m2 ) gh
2
v r=√ 2 gh
Dengan mensubtitusikan persamaan diatas, maka diperoleh persamaan
r m 1 +m 2
v =( )( √ 2 gh)
m1

18
Bab 5: Getaran Harmonis
Gerak harmonik merupakan gerak sebuah benda dimana grafik posisi partikel
sebagai fungsi waktu berupa sinus (bisa dinyatakan dalam bentuk sinus atau
kosinus). Gerak semacam ini disebut dengan gerak osilasi atau getaran harmonik.

1. Contoh Geteran Harmonik


 Dawai pada alat musik
 Gelombang radio
 Arus listrik AC
 Denyut jantung.
 Galileo di duga sudah memakai denyut jantungnya untuk pengukuran waktu
dalam pengamatan gerak.

2. Syarat Getaran Harmonik


Syarat suatu gerak dikatakan getaran harmonik, yaitu antara lain:
 Gerakannya periodik (bolak-balik).
 Gerakannya selalu melewati posisi keseimbangan.
 Percepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan
posisi/simpangan benda.
 Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada suatu benda selalu
mengarah ke posisi keseimbangan

3. Periode dan Frekuensi Getaran Harmonik


 Periode dan Frekuensi Sistem Pegas
Pada dasarnya, gerak harmonik adalah suatu gerak melingkar beraturan pada
salah satu sumbu utama. Oleh sebab itu, periode dan frekuensi pada pegas bisa
dihitung dengan menyamakan antara gaya pemulih (F=−kX ) dan gaya sentripetal
( F=−4 π 2 m f 2 X ).
−4 π 2 m f 2 X=−kX
4 π 2 m f 2=k
1 k m
f=
2Π √ m √
atau T =2 π
k
Periode dan frekuensi sebuah sistem beban pegas hanya bergantung pada massa
dan konstanta gaya pegas.

19
 Periode dan Frekuensi Bandul Sederhana
Sebuah bandul sederhana terdiri atas sebuah beban bermassa m yang
digantung di ujung tali ringan (massanya dapat diabaikan) yang
panjangnya l. Bila beban ditarik ke satu sisi dan dilepaskan, maka beban
berayun melalui titik keseimbangan menuju ke sisi yang lain.
Bila amplitudo ayunan kecil, maka bandul melakukan getaran
harmonik. Periode dan frekuensi getaran pada bandul sederhana sama
seperti pada pegas. Artinya, periode dan frekuensinya dapat dihitung
dengan menyamakan gaya pemulih dan gaya sentripetal.

Gaya Yang Bekerja Pada Bandul Sederhana


Persamaan gaya pemulih pada bandul sederhana adalah F=−mg sinθ .
Untuk sudut θ kecil (θ dalam satuan radian), maka sin θ=θ. Oleh karena

X
itu persamaannya dapat ditulis F=−mg( ). Karena persamaan gaya
l
sentripetal adalah F=−4 π 2 m f 2 X , maka kita peroleh persamaan
sebagai berikut.

−4 π 2 m f 2 X=−mg ( Xl )
g
4 π 2 f 2=
l
1 k m
f=
2π √ m
atau T =2 π
√k
Periode dan frekuensi bandul sederhana tidak bergantung pada massa
dan simpangan bandul, tetapi hanya bergantung pada panjang tali dan
percepatan gravitasi setempat.

20
DAFTAR PUSAKA

https://www.zenius.net/blog/materi-dinamika-partikel-hukum-newton
https://rumus.co.id/hukum-newton/#Hukum_Newton_1
https://www.zenius.net/blog/materi-fisika-sma-hukum-gravitasi-
newton
https://www.zenius.net/blog/materi-fisika-sma-usaha-dan-energi
https://katapengetahuan.wordpress.com/2019/04/07/momentum-dan-
impuls-fisika-kelas-x/

21

Anda mungkin juga menyukai