Awal
Tinjauan
Asumsi-asumsi dasar
Bukti pengamatan
Penafsiran keagamaan
Kesalahan umum
Catatan
Referensi
Bacaan lanjut
Pranala luar
149 bahasa
Ledakan Dahsyat
Halaman
Pembicaraan
Baca
Lihat sumber
Lihat riwayat
Menurut model ledakan dahsyat, alam semesta mengembang dari keadaan awal yang sangat padat dan panas
dan terus mengembang sampai sekarang. Secara umum, pengembangan ruang semesta yang
mengandung galaksi-galaksi dianalogikan seperti roti kismis yang mengembang. Gambar di atas merupakan
gambaran konsep artis yang mengilustrasikan pengembangan salah satu bagian dari alam semesta rata.
Kosmologi fisik
Ledakan Dahsyat · Alam semesta
Umur alam semesta
Kronologi alam semesta
tampil
tampil
Ekspansi · Masa depan
tampil
Komponen · Struktur
tampil
Eksperimen
tampil
Ilmuwan
tampil
Sejarah subjek
Kategori
Portal Astronomi
l
b
s
Gambaran artis mengenai satelit WMAP yang mengumpulkan berbagai data untuk membantu para ilmuwan
memahami ledakan dahsyat
Tinjauan
Garis waktu ledakan dahsyat
Ekstrapolasi pengembangan alam semesta seiring mundurnya waktu
menggunakan relativitas umum menghasilkan kondisi masa jenis dan suhu alam
semesta yang tak terhingga pada suatu waktu pada masa lalu. [31] Singularitas ini
mensinyalkan runtuhnya keberlakuan relativitas umum pada kondisi tersebut. Sedekat
mana kita dapat berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, tetapi tidaklah lebih
awal daripada masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk
sebagai "the Big Bang",[cat 2] dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita.
Didasarkan pada pengukuran pengembangan menggunakan Supernova Tipe Ia,
pengukuran fluktuasi temperatur pada latar gelombang mikro kosmis, dan
pengukuran fungsi korelasi galaksi, alam semesta memiliki usia 13,73 ± 0.12 miliar
tahun.[32] Kecocokan hasil ketiga pengukuran independen ini dengan kuat
mendukung model ΛCDM yang mendeskripsikan secara mendetail kandungan alam
semesta.
Fase terawal ledakan dahsyat penuh dengan spekulasi. Model yang paling umumnya
digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan isotropis
dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang sangat besar,
dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10 −37 detik setelah
pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam
semesta mengembang secara eksponensial.[33] Setelah inflasi berhenti, alam semesta
terdiri dari plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.[34]
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel mencapai
kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus menerus
diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak diketahui
yang disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan menyebabkan
jumlah kuark dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan antilepton sebesar satu
per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi antimateri pada alam semesta.[35]
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus menurun,
sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan
simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel
elementer berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang. [36] Setelah kira-kira
10−11 detik, gambaran ledakan dahsyat menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel
telah menurun mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel.
Pada sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti proton
dan neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat barion
sedikit lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup
tinggi untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya
terjadi adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 10 10 proton dan
neutron terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron yang tersisa
tidak lagi bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta didominasi
oleh foton (dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).
Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar satu
miliar Kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara, neutron
bergabung dengan proton dan membentuk inti atom deuterium dan helium dalam suatu
proses yang dikenal sebagai nukleosintesis ledakan dahsyat.[37] Kebanyakan proton
masih tidak terikat sebagai inti hidrogen. Seiring dengan mendinginnya alam semesta,
rapatan energi massa rihat materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000
tahun, elektron dan inti atom bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa hidrogen)
dan radiasi materi mulai berhenti. Sisa-sisa radiasi ini yang terus bergerak melewati
ruang semesta dikenal sebagai radiasi latar gelombang mikro kosmis.[38]
Medan Ultra Dalam Hubble memperlihatkan galaksi-galaksi dari zaman dahulu ketika alam semesta masih
muda, lebih padat, dan lebih hangat menurut teori ledakan dahsyat.
Selama periode yang sangat panjang, daerah-daerah alam semesta yang sedikit lebih
rapat mulai menarik materi-materi sekitarnya secara gravitasional, membentuk awan
gas, bintang, galaksi, dan objek-objek astronomi lainnya yang terpantau sekarang.
Detail proses ini bergantung pada banyaknya dan jenis materi alam semesta. Terdapat
tiga jenis materi yang memungkinkan, yakni materi gelap dingin, materi gelap panas,
dan materi barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan dari WMAP menunjukkan
bahwa bentuk materi yang dominan dalam alam semesta ini adalah materi gelap dingin.
Dua jenis materi lainnya hanya menduduki kurang dari 18% materi alam semesta. [32]
Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar belakang
gelombang mikro kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang didominasi oleh
sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap, yang tampaknya
menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72% total rapatan
energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam semesta masih
sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap, tetapi dalam
ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi mendominasi dan
secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta. Namun, pada akhirnya,
setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap yang semakin berlimpah
menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara perlahan semakin cepat.
Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara ketat
dideskripsikan dan dimodelkan oleh model ΛCDM, yang menggunakan kerangka
mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen. Sebagaimana yang
telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian sebelum 10 −15 detik
setelah kejadian ledakan dahsyat. Teori kuantum gravitasi diperlukan untuk mengatasi
batasan ini.
Asumsi-asumsi dasar
Teori ledakan dahsyat bergantung kepada dua asumsi utama: universalitas hukum
fisika dan prinsip kosmologi. Prinsip kosmologi menyatakan bahwa dalam skala yang
besar alam semesta bersifat homogen dan isotropis.
Kedua asumsi dasar ini awalnya dianggap sebagai postulat, tetapi beberapa usaha
telah dilakukan untuk menguji keduanya. Sebagai contohnya, asumsi bahwa hukum
fisika berlaku secara universal diuji melalui pengamatan ilmiah yang menunjukkan
bahwa penyimpangan terbesar yang mungkin terjadi pada tetapan struktur
halus sepanjang usia alam semesta berada dalam batasan 10−5.[39]
Apabila alam semesta tampak isotropis sebagaimana yang terpantau dari bumi, prinsip
komologis dapat diturunkan dari prinsip Kopernikus yang lebih sederhana. Prinsip ini
menyatakan bahwa bumi, maupun titik pengamatan manapun, bukanlah posisi pusat
yang khusus ataupun penting. Sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah
berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar gelombang mikro
kosmis.
Metrik FLRW
Artikel utama: Metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker
Relativitas umum mendeskripsikan ruang-waktu menggunakan metrik yang
menjelaskan jarak kedua titik yang terpisah satu sama lainnya. Titik ini, yang dapat
berupa galaksi, bintang, ataupun objek lainnya, ditunjukkan menggunakan peta
koordinat yang berada di keseluruhan ruang waktu. Prinsip kosmologis menyiratkan
bahwa metrik ini haruslah homogen dan isotropis dalam skala yang besar. Satu-
satunya metrik yang memenuhi persyaratan ini adalah metrik Friedmann–Lemaître–
Robertson–Walker (metrik FLRW). Metrik ini mengandung faktor skala yang
menentukan seberapa besar alam semesta berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Hal ini memungkinkan kita untuk membuat sistem koordinat yang dapat dipilih dengan
praktis, yaitu koordinat segerak (comoving coordinate).
Dalam sistem koordinat ini, kisi koordinat berekspansi bersamaan dengan alam
semesta yang mengembang, sehingga objek yang bergerak karena pengembangan
alam semesta akan berada pada titik yang sama dalam sistem koordinat ini. Walaupun
jarak koordinat (jarak segerak) kedua titik tetap konstan, jarak fisik antara dua titik akan
meningkat sesuai dengan faktor skala alam semesta.[40]
Ledakan Dahsyat bukanlah kejadian penghamburan materi ke seluruh ruang semesta
yang kosong. Melainkan ruang tersebut berekspansi seiring dengan waktu dan
meningkatkan jarak fisik antara dua titik yang bersegerak. Karena metrik FLRW
mengasumsikan distribusi massa dan energi yang merata, metrik ini hanya berlaku
pada skala yang besar.
Horizon
Artikel utama: Horizon kosmologis
Salah satu ciri penting pada ruang waktu Ledakan Dahsyat adalah keberadaan horizon.
Oleh karena alam semesta memiliki usia yang terbatas, dan cahaya bergerak dengan
kecepatan yang terbatas pula, maka akan terdapat berbagai kejadian pada masa lalu
yang cahayanya belum mencapai kita. Hal ini akan membatasi kita dalam mengamati
objek terjauh alam semesta (horizon masa lalu). Sebaliknya, karena ruang itu sendiri
berekspansi dan objek yang semakin jauh akan menjauh semakin cepat, cahaya yang
dipancarkan oleh kita tidak akan pernah mencapai objek jauh tersebut. Batasan ini
disebut sebagai horizon masa depan, yang membatasi kejadian-kejadian pada masa
depan yang kita dapat pengaruhi.
Keberadaan dua horizon ini bergantung pada penjelasan detail model FLRW mengenai
alam semesta kita. Pemahaman kita mengenai alam semesta pada waktu-waktu
terawalnya menyiratkan terdapatnya horizon masa lalu, walaupun pandangan kita juga
akan dibatasi oleh buramnya alam semesta pada waktu-waktu terawalnya. Oleh karena
itu, kita tidak dapat memandang masa lalu lebih jauh daripada yang kita dapat pandang
sekarang, walaupun horizon masa lalu akan menyusut dalam ruang. Jika
pengembangan akan semesta terus berakselerasi, maka akan terdapat pula horizon
masa depan..[41]
Bukti pengamatan
Terdapat beberapa bukti pengamatan langsung yang mendukung model Ledakan
Dahsyat, yaitu pengembangan Hubble terpantau pada geseran merah galaksi,
pengukuran mendetail pada latar belakang gelombang mikro kosmis, kelimpahan
unsur-unsur ringan, dan distribusi skala besar beserta evolusi galaksi[42] yang
diprediksikan terjadi karena pertumbuhan gravitasional struktur dalam teori standar.
Keempat bukti ini kadang-kadang disebut "empat pilar teori Ledakan Dahsyat".[43]
Hukum Hubble dan pengembangan ruang
Artikel utama: Hukum Hubble dan Pengembangan metrik ruang
Pengamatan pada galaksi dan kuasar yang jauh menunjukkan bahwa objek-objek ini
mengalami pergeseran merah, yakni bahwa pancaran cahaya objek ini telah bergeser
menuju panjang gelombang yang lebih panjang. Pergeseran ini dapat dilihat dengan
mengambil spektrum frekuensi suatu objek dan mencocokkannya dengan
pola spektroskopi garis emisi ataupun garis absorpsi atom suatu unsur kimia yang
berinteraksi dengan cahaya. Pergeseran ini secara merata isotropis, dan
terdistribusikan merata di kesemuaan objek terpantau di seluruh arah pantauan.
Jika geseran merah ini diinterpretasikan sebagai geseran Doppler, kecepatan mundur
suatu objek dapat dikalkulasi. Untuk beberapa galaksi, dimungkinkan pula perkiraan
jarak menggunakan tangga jarak kosmis. Ketika kecepatan mundur dipetakan terhadap
jaraknya, hubungan linear yang dikenal sebagai hukum Hubble akan terpantau:[7]
v = H0D,
dengan
Semasa beberapa hari pertama alam semesta, alam semesta berada dalam
keadaan kesetimbangan termal, dengan foton secara berkesinambungan
dipancarkan dan kemudian diserap. Hal ini kemudian menghasilkan radiasi
spektrum benda hitam.
Seiring dengan mengembangnya alam semesta, temperatur alam semesta menurun
sehingganya foton tidak lagi dapat diciptakan maupun dihancurkan. Temperatur ini
masih cukup tinggi bagi elektron dan inti untuk terus berpisah tanpa terikat satu
sama lainnya. Walau demikian, foton terus "dipantulkan" dari elektron-elektron
bebas ini melalui suatu proses yang disebut hamburan Thompson. Oleh karena
hamburan yang terjadi berulang-ulang, alam semesta pada masa-masa awalnya
akan tampak buram oleh cahaya.
Ketika temperatur jatuh mencapai beberapa ribu Kelvin, elektron dan inti atom mulai
bergabung membentuk atom. Proses ini disebut sebagai rekombinasi. Karena foton
jarang dihamburkan dari atom netral, radiasi akan berhenti dipancarkan dari materi
ketika hampir semua elektron telah berekombinasi. Proses ini terjadi 379.000 tahun
setelah Ledakan Dahysat, dikenal sebagai zaman penghamburan terakhir. Foton-
foton terakhir inilah yang kita pantau pada radiasi latar belakang gelombang mikro
kosmis pada masa sekarang.
Pola-pola fluktuasi radiasi latar ini merupakan gambaran langsung alam semesta
pada masa-masa awalnya. Energi foton yang berasal pada zaman penghamburan
terakhir akan mengalami pergeseran merah seiring dengan mengembangnya alam
semesta. Spektrum yang dipancarkan oleh foton ini akan sama dengan spektrum
radiasi benda hitam, tetapi dengan temperatur yang menurun. Hal ini
mengakibatkan radiasi foton ini bergeser ke daerah gelombang mikro. Radiasi ini
diperkirakan terpantau di setiap titik pantauan di alam semesta dan datang dari
semua arah dengan intensitas radiasi yang (hampir) sama.
Pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson secara tidak sengaja
menemukan radiasi latar belakang kosmis ketika mereka sedang melakukan
pemantau diagnostik menggunakan penerima gelombang mikro yang dimiliki
oleh Laboratorium Bell.[28] Penemuan mereka memberikan konfirmasi yang
substansial mengenai prediksi radiasi latar bahwa radiasi ini bersifat isotropis dan
konsisten dengan spektrum benda hitam pada 3 K. Penzias dan Wilson kemudian
dianugerahi penghargaan Nobel atas penemuan mereka.
Spektrum latar belakang gelombang mikro kosmis yang diukur oleh intrumen FIRAS pada satelit
COBE merupakan spektrum benda hitam berpresisi paling tinggi yang pernah diukur di alam.[46] Titik-titik
data beserta ambang batas kesalahan pengukuran pada grafik di atas tertutup oleh kurva teoretis,
menunjukkan kepresisian pengukuran yang sangat tinggi.
Geometri keseluruhan alam semesta ditentukan oleh parameter kosmologis omega, apakah omega
lebih kecil, sama dengan, ataupun lebih besar daripada satu.
Diagram yang menunjukkan komposisi berbagai komponen alam semesta menurut model ΛCDM –
kira-kira 95% komposisi alam semesta berbentuk materi gelap dan energi gelap
Sebaliknya, apabila rapatan alam semesta sama atau lebih kecil daripada rapatan
kritisnya, pengembangan alam semesta akan melambat namun tidak akan pernah
berhenti. Pembentukan bintang-bintang kemudian akan berhenti karena semua gas
antar bintang di setiap galaksi telah habis dikonsumsi; bintang-bintang yang ada
kemudian akan terus menjalani pembakaran nuklir menjadi katai putih, bintang
neutron, dan lubang hitam. Dengan sangat perlahan, tumbukan antara katai putih,
bintang neutron, dan lubang hitam akan mengakibatkan pembentukan lubang hitam
yang lebih besar. Temperatur rata-rata alam semesta akan secara asimtotis
mencapai nol mutlak (Pembekuan Besar).
Selain itu, apabila proton tidak stabil, maka materi-materi barion akan menghilang
dan menyisakan hanya radiasi beserta lubang hitam. Pada akhirnya pula, lubang-
lubang hitam yang terbentuk akan menguap dengan memancarkan radiasi
Hawking. Entropi alam semesta akan meningkat sampai dengan taraf tiada lagi
bentuk energi lain bisa didapatkan dari entropi tersebut. Keadaan ini disebut
sebagai kematian kalor alam semesta.
Pengamatan modern menunjukkan bahwa pengembangan alam semesta terus
berakselerasi, ini berarti bahwa semakin banyak bagian alam semesta teramati
sekarang akan terus melewati horizon peristiwa kita dan tidak akan pernah
berkontak dengan kita lagi. Akibat akhir dari pengembangan yang terus meningkat
ini tidak diketahui.
Model ΛCDM alam semesta mengandung energi gelap dalam bentuk konstanta
kosmologi. Teori ini mensugestikan bahwa hanya sistem yang terikat secara
gravitasional saja, misalnya galaksi, yang akan terus terikat bersama. Namun,
galaksi-galaksi inipun akan mencapai kematian kalor seiring dengan mengembang
dan mendinginnya alam semesta.
Penjelasan alternatif lainnya yang disebut teori energi fantom mensugestikan bahwa
pada akhirnya gugusan-gugusan galaksi, bintang, planet, atom, inti atom, dan
materi akan terkoyak oleh pengembangan yang terus meningkat, dan keadaan ini
disebut sebagai Koyakan Besar.[60]
Konsep pengembangan alam semesta, di mana ruang (termasuk bagian tak teramati alam semesta)
di wakili oleh potongan-potongan lingkaran seiring dengan berjalannya waktu.
Manakala model Ledakan Dahsyat telah cukup mapan dalam bidang kosmologi,
sangat besar kemungkinannya model ini akan terus diperbaiki pada masa depan.
Sampai sekarang, sangat sedikit sekali yang kita ketahui mengenai masa-masa
awal sejarah alam semesta. Teorema singularitas Penrose-
Hawking mempersyaratkan keberadaan singularitas pada awal kemunculan waktu.
Namun, teori ini mengasumsikan bahwa teori relativitas umum berlaku, walaupun
teori relativitas umum haruslah tidak berlaku sebelum alam semesta
mencapai temperatur Planck. Penerapan teori gravitasi kuantum yang tepat
mungkin dapat menghindari keberadaan singularitas ini. [61]
Terdapat beberapa gagasan beserta hipotesis tak teruji yang diajukan:
Model keadaan Hartle-Hawking, yang mana keseluruhan ruang waktu
terbatas; Ledakan Dahsyat mewakili batasan waktu, tetapi tidak
memerlukan keberadaan singularitas. [62]
Model kekisi Ledakang Dahsyat[63] menyatakan bahwa alam semesta pada
saat Ledakan Dahsyat terdiri atas sejumlah kekisi fermion yang terbatas
yang merambah domain fundamental, sehingganya ia memiliki simetri
rotasional, translasional, dan tolok. Simetri ini merupakan simetri terbesar
yang dimungkinkan, sehingganya memiliki entropi terendah dari keadaan
manapun.
Penafsiran keagamaan
Teori Ledakan Dahsyat adalah teori ilmiah, sehingganya kebenarannya tergantung
pada kecocokan teori ini dengan hasil pengamatan yang ada. Namun, sebagai
suatu teori, ia berkaitan dengan asal usul realitas dan alam semesta, yang pada
akhirnya memiliki implikasi teologis dan filosofis akan konsep penciptaan ex nihilo.[68]
[69][70][71][72]
Sebelumnya, pada dasawarsa 1920-an dan 1930-an, para kosmologis
cenderung mendukung model keadaan tetap alam semesta dan beberapa
kosmologis mengeluh bahwa adanya permulaan waktu dalam Ledakan Dahsyat
dapat menyusupkan konsep-konsep keagamaan ke dalam ilmu fisika; keberatan ini
terus disuarakan oleh para pendukung teori keadaan tetap.[73] Kecurigaan ini lebih
menjadi-jadi oleh karena pengusul teori Ledakan Dahsyat, Monsignor Georges
Lemaître, adalah seorang biarawan Katolik Roma.[74]
Sejak diterimanya teori Ledakan Dahsyat sebagai paradigma kosmologi fisika yang
dominan, terdapat berbagai tanggapan yang berbeda dari kelompok-kelompok
keagamaan yang berbeda akan implikasi teori ini terhadap doktrin penciptaan
keagamaan mereka. Beberapa menerima bukti-bukti ilmiah teori Ledakan Dahsyat;
contohnya, Paus Pius XII pada pertemuan Pontificia Academia Scientiarum tanggal
22 November 1951 mendeklarasikan bahwa teori Ledakan Dahsyat sesuai dengan
konsep penciptaan Katolik.[75] Yang lainnya berusaha merekonsiliasi teori ini dengan
ajaran agama mereka, dan ada pula yang menolak maupun mengabaikan bukti teori
ini.[76]
Kesalahan umum
Orang sering kali salah mengartikan dentuman besar sebagai suatu ledakan yang
menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal dentuman besar bukanlah suatu
ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses
pengembangan alam semesta itu sendiri. Dentuman besar adalah proses
pengembangan ruang-waktu. Bahkan istilah 'ledakan besar' sendiri merupakan
istilah salah kaprah.
Catatan
1. ^ Dilaporkan secara meluas bahwa Hoyle bermaksud menggunakan istilah ini secara
peyoratif. Namun, Hoyle kemudian membantah hal ini, mengatakan bahwa ini hanyalah
untuk menekankan perbedaan antara dua teori ini bagi para pendengar radio. Lihat Bab
9 The Alchemy of the Heavens oleh Ken Croswell, Anchor Books, 1995.
2. ^ Tiada konsensus seberapa lama fase the Big Bang ada. Biasanya paling tidak
beberapa menit awal kejadian ledakan (sewaktu helium disintesis) dikatakan terjadi
"sewaktu ledakan dahsyat.
3. ^ Jika inflasi benar terjadi, bariogenesis juga pasti pernah terjadi, tetapi tidak sebaliknya.
4. ^ Energi gelap digunakan untuk menjelaskan kerataan alam semesta; walau demikian,
alam semesta tetap rata selama beberapa miliar tahun bahkan sebelum rapatan energi
gelap cukup signifikan untuk mempertahankan kerataan alam semesta.
Referensi
1. ^ Komatsu, E. (2009). "Five-Year Wilkinson Microwave Anisotropy Probe Observations:
Cosmological Interpretation". Astrophysical Journal Supplement. 180:
330. Bibcode:2009ApJS..180..330K. doi:10.1088/0067-0049/180/2/330.
2. ^ Menegoni, Eloisa; et al. (2009), "New constraints on variations of the fine structure
constant from CMB anisotropies", Physical Review
D, 80 (8), doi:10.1103/PhysRevD.80.087302
3. ^ The Exploratorium (2000). "Origins: CERN: Ideas: The Big Bang". Diakses
tanggal 2010-09-03.
4. ^ Jonathan Keohane (November 08, 1997). "Big Bang theory". NASA's Imagine the
Universe: Ask an astrophysicist. Diakses tanggal 2010-09-03.
5. ^ Feuerbacher, B.; Scranton, R. (25 January 2006). "Evidence for the Big
Bang". TalkOrigins. Diakses tanggal 2009-10-16.
6. ^ Wright, E.L. (9 May 2009). "What is the evidence for the Big Bang?". Frequently
Asked Questions in Cosmology. UCLA, Division of Astronomy and Astrophysics.
Diakses tanggal 2009-10-16.
7. ^ Lompat ke:a b c d Hubble, E. (1929). "A Relation Between Distance and Radial Velocity
Among Extra-Galactic Nebulae". Proceedings of the National Academy of
Sciences. 15 (3): 168–73. doi:10.1073/pnas.15.3.168. PMC 522427
. PMID 16577160.
8. ^ Gibson, C.H. (21 January 2001). "The First Turbulent Mixing and
Combustion" (PDF). IUTAM Turbulent Mixing and Combustion. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2018-10-04. Diakses tanggal 2010-05-12.
9. ^ Gibson, C.H. (2001). "Turbulence And Mixing In The Early
Universe". arΧiv:astro-ph/0110012 [astro-ph].
10. ^ Gibson, C.H. (2005). "The First Turbulent Combustion". arΧiv:astro-ph/0501416 [astro-
ph].
11. ^ "'Big bang' astronomer dies". BBC News. 22 August 2001. Diakses tanggal 2008-12-
07.
12. ^ Croswell, K. (1995). "Chapter 9". The Alchemy of the Heavens. Anchor Books.
13. ^ Mitton, S. (2005). Fred Hoyle: A Life in Science. Aurum Press. hlm. 127.
14. ^ Slipher, V.M. "The Radial Velocity of the Andromeda Nebula". Lowell Observatory
Bulletin. 1: 56–57.
15. ^ Slipher, V.M. "Spectrographic Observations of Nebulae". Popular Astronomy. 23: 21–
24.
16. ^ Lompat ke:a b Friedman, A.A. (1922). "Über die Krümmung des Raumes". Zeitschrift für
Physik. 10: 377–386. doi:10.1007/BF01332580. (Jerman)
(Terjemahan Inggris di: Friedman, A. (1999). "On the Curvature of Space". General Relativity and
Gravitation. 31: 1991–2000. doi:10.1023/A:1026751225741.)
17. ^ Lompat ke:a b Lemaître, G. (1927). "Un univers homogène de masse constante et de
rayon croissant rendant compte de la vitesse radiale des nébuleuses
extragalactiques". Annals of the Scientific Society of Brussels. 47A: 41. (Prancis)
(Diterjemahkan di: "A Homogeneous Universe of Constant Mass and Growing Radius Accounting for
the Radial Velocity of Extragalactic Nebulae". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. 91:
483–490. 1931.)
18. ^ Lemaître, G. (1931). "The Evolution of the Universe: Discussion". Nature. 128: 699–
701. doi:10.1038/128704a0.
19. ^ Christianson, E. (1995). Edwin Hubble: Mariner of the Nebulae. New York
(NY): Farrar, Straus and Giroux. ISBN 0374146608.
20. ^ Lompat ke:a b Peebles, P.J.E.; Ratra, Bharat (2003). "The Cosmological Constant and
Dark Energy". Reviews of Modern Physics. 75: 559–
606. doi:10.1103/RevModPhys.75.559. arXiv:astro-ph/0207347.
21. ^ Milne, E.A. (1935). Relativity, Gravitation and World Structure. Oxford (UK): Oxford
University Press. LCCN 35-19093.
22. ^ Tolman, R.C. (1934). Relativity, Thermodynamics, and Cosmology. Oxford
(UK): Clarendon Press. LCCN 34-32023.
Reissued (1987). New York (NY): Dover Publications ISBN 0-486-65383-8.
23. ^ Zwicky, F. (1929). "On the Red Shift of Spectral Lines through Interstellar
Space". Proceedings of the National Academy of Sciences. 15 (10): 773–
779. doi:10.1073/pnas.15.10.773. PMC 522555 . PMID 16577237. Full
articlePDF (672 KB).
24. ^ Hoyle, F. (1948). "A New Model for the Expanding Universe". Monthly Notices of the
Royal Astronomical Society. 108: 372.
25. ^ Alpher, R.A.; Gamow, G. (1948). "The Origin of Chemical Elements". Physical
Review. 73: 803. doi:10.1103/PhysRev.73.803.
26. ^ Alpher, R.A. (1948). "Evolution of the Universe". Nature. 162:
774. doi:10.1045/march2004-featured.collection.
27. ^ Singh, S. "Big Bang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-30. Diakses
tanggal 2007-05-28.
28. ^ Lompat ke:a b Penzias, A.A.; Wilson, R. W. (1965). "A Measurement of Excess Antenna
Temperature at 4080 Mc/s". Astrophysical Journal. 142: 419. doi:10.1086/148307.
29. ^ Lompat ke:a b Boggess, N.W.; Mather, J. C.; Weiss, R.; Bennett, C. L.; Cheng, E. S.;
Dwek, E.; Gulkis, S.; Hauser, M. G.; Janssen, M. A.; et al. (1992). "The COBE Mission:
Its Design and Performance Two Years after the launch". Astrophysical Journal. 397:
420. doi:10.1086/171797.
30. ^ Lompat ke:a b Spergel, D.N.; et al. (2006). "Wilkinson Microwave Anisotropy Probe
(WMAP) Three Year Results: Implications for Cosmology". Diakses tanggal 2007-05-27.
31. ^ Hawking, S.W. (1973). The Large-Scale Structure of Space-Time. Cambridge
(UK): Cambridge University Press. ISBN 0-521-20016-4.
32. ^ Lompat ke:a b c d Hinshaw, G.; et al. (2008). "Five-Year Wilkinson Microwave Anisotropy
Probe (WMAP) Observations: Data Processing, Sky Maps, and Basic
Results" (PDF). The Astrophysical Journal.
33. ^ Guth, A.H. (1998). The Inflationary Universe: Quest for a New Theory of Cosmic
Origins. Vintage Books. ISBN 978-0099959502.
34. ^ Schewe, P. (2005). "An Ocean of Quarks". Physics News Update. American Institute
of Physics. 728 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-04-23. Diakses
tanggal 2007-05-27.
35. ^ Lompat ke:a b Kolb and Turner (1988), chapter 6
36. ^ Kolb and Turner (1988), chapter 7
37. ^ Lompat ke:a b c Kolb and Turner (1988), chapter 4
38. ^ Peacock (1999), chapter 9
39. ^ Ivanchik, A.V. (1999). "The Fine-Structure Constant: A New Observational Limit on Its
Cosmological Variation and Some Theoretical Consequences". Astronomy and
Astrophysics. 343: 459. arXiv:astro-ph/9810166 . Bibcode:1999A&A...343..439I.
40. ^ d'Inverno, R. (1992). "Chapter 23". Introducing Einstein's Relativity. Oxford University
Press. ISBN 0-19-859686-3.
41. ^ Lompat ke:a b Kolb and Turner, 1988, chapter 3
42. ^ Gladders, M.D. (2007). "Cosmological Constraints from the Red-Sequence Cluster
Survey". The Astrophysical Journal. 655 (1): 128–134. arXiv:astro-ph/0603588
. Bibcode:2007ApJ...655..128G. doi:10.1086/509909.
43. ^ The Four Pillars of the Standard Cosmology
44. ^ Peacock (1999), chapter 3
45. ^ Srianand, R.; Petitjean, P.; Ledoux, C. "The microwave background temperature at the
redshift of 2.33771". Nature. 408 (6815): 931–935. arXiv:astro-ph/0012222
. Bibcode:2000Natur.408..931S. Diarsipkan dari versi asli Parameter |archive-
url= membutuhkan |url= (bantuan) tanggal 2006-06-15. Ringkasan – European
Southern Observatory (December 2000).
46. ^ White, M. (1999). "Anisotropies in the CMB". Proceedings of the Los Angeles Meeting,
DPF 99. UCLA. arXiv:astro-ph/9903232 . Bibcode:1999dpf..conf.....W.
47. ^ Steigman, G. (2005). "Primordial Nucleosynthesis: Successes And
Challenges". arΧiv:astro-ph/0511534 [astro-ph].
48. ^ Bertschinger, E. (2001). "Cosmological Perturbation Theory and Structure
Formation". arΧiv:astro-ph/0101009 [astro-ph].
49. ^ Bertschinger, E. (1998). "Simulations of Structure Formation in the Universe". Annual
Review of Astronomy and Astrophysics. 36 (1): 599–
654. Bibcode:1998ARA&A..36..599B. doi:10.1146/annurev.astro.36.1.599.
50. ^ Kragh, Helge (22 Februari 1999). Cosmology and Controversy (dalam bahasa
Inggris). Princeton University Press; Revised edition.
51. ^ Direct Searches for Dark Matter, White paper, The National Academies.
52. ^ Whitepaper: For a Comprehensive Space-Based Dark Energy Mission, The National
Academies.
53. ^ Lompat ke:a b c Kolb and Turner, chapter 8
54. ^ Dicke, R.H.; Peebles, P.J.E. "The big bang cosmology—enigmas and nostrums".
Dalam Hawking, S.W. (ed); Israel, W. (ed). General Relativity: an Einstein centenary
survey. Cambridge University Press. hlm. 504–517.
55. ^ Penrose, R. (1979). "Singularities and Time-Asymmetry". Dalam Hawking, S.W. (ed);
Israel, W. (ed). General Relativity: An Einstein Centenary Survey. Cambridge University
Press. hlm. 581–638.
56. ^ Penrose, R. (1989). "Difficulties with Inflationary Cosmology". Dalam Fergus, E.J.
(ed). Proceedings of the 14th Texas Symposium on Relativistic Astrophysics. New York
Academy of Sciences. hlm. 249–264. doi:10.1111/j.1749-6632.1989.tb50513.x.
57. ^ Sakharov, A.D. (1967). "Violation of CP Invariance, C Asymmetry and Baryon
Asymmetry of the Universe". Zhurnal Eksperimentalnoi i Teoreticheskoi Fiziki, Pisma. 5:
32. (Rusia)
(Diterjemahkan di Journal of Experimental and Theoretical Physics Letters 5, 24 (1967).)
58. ^ Navabi, A.A.; Riazi, N. (2003). "Is the Age Problem Resolved?". Journal of
Astrophysics and Astronomy. 24 (1–2):
3. Bibcode:2003JApA...24....3N. doi:10.1007/BF03012187.
59. ^ Keel, B. "Dark Matter". Diakses tanggal 2007-05-28.
60. ^ Caldwell, R.R; Kamionkowski, M.; Weinberg, N. N. (2003). "Phantom Energy and
Cosmic Doomsday". Physical Review Letters. 91 (7): 071301. arXiv:astro-ph/0302506
. Bibcode:2003PhRvL..91g1301C. doi:10.1103/PhysRevLett.91.071301. PMID 1293500
4.
61. ^ Hawking, S.W.; Ellis, G.F.R. (1973). The Large Scale Structure of Space-Time.
Cambridge (UK): Cambridge University Press. ISBN 0-521-09906-4.
62. ^ Hartle, J.H.; Hawking, S. (1983). "Wave Function of the Universe". Physical Review
D. 28 (12): 2960. Bibcode:1983PhRvD..28.2960H. doi:10.1103/PhysRevD.28.2960.
63. ^ Bird, Paul (2011). "Determining the Big Bang State Vector" (PDF). Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2018-09-29. Diakses tanggal 2011-07-22.
64. ^ Langlois, D. (2002). "Brane Cosmology: An Introduction". arΧiv:hep-th/0209261 [hep-
th].
65. ^ Linde, A. (2002). "Inflationary Theory versus Ekpyrotic/Cyclic
Scenario". arΧiv:hep-th/0205259 [hep-th].
66. ^ Than, K. (2006). "Recycled Universe: Theory Could Solve Cosmic
Mystery". Space.com. Diakses tanggal 2007-07-03.
67. ^ Kennedy, B.K. (2007). "What Happened Before the Big Bang?". Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2007-07-04. Diakses tanggal 2007-07-03.
68. ^ Russel, R.J. (2008). Cosmology: From Alpha to Omega. Fortress
Press. ISBN 9780800662738. Amazingly, some secularists attribute to t=0 a direct
implication. The June 1978 issue of the New York Times contained an article by NASA's
Robert Jastrow, an avowed agnostic, entitled "Found God?" Here Jastrow depicts the
theologians to be "delighted" that astronomical evidence "leads to a biblical view of
Genesis." Though claiming to be agnostic, he argued without reservation for the religious
significance of t=0: It is beyond science and leads to some sort of creator.
69. ^ Corey, M. (1993). God and the New Cosmology. Rowman &
Littlefield. ISBN 9780847678020. Indeed, creation ex nihilo is a fundamental tenet of
orthodox Christian theology. Incredibly enough, modern theoretical physicists have also
speculated that the universe may have been produced through a sudden quantum
appearance "out of nothing." Physicist Paul Davies has claimed that the particular
physicis involved in the Big Bang necessitates creation ex nihilo.
70. ^ Lerner, E.J. (1992). The Big Bang Never Happened: A Startling Refutation of the
Dominant Theory of the Origin of the Universe. Vintage
Books. ISBN 9780679740490. From theologians to physicists to novelists, it is widely
believed that the Big Bang theory supports Christian concepts of a creator. In February
of 1989, for example, the front-page article of the New York Times Book Review argued
that scientists and novelists were returning to God, in large part through the influence of
the Big Bang.
71. ^ Manson, N.A. (1993). God and Design: The Teleological Argument and Modern
Science. Routledge. ISBN 9780415263443. The Big Bang theory strikes many people
as having theological implications, as shown by those who do not welcome those
implications.
72. ^ Davis, J.J. (2002). The Frontiers of Science & Faith. InterVarsity
Press. ISBN 9780830826643. Genesis' concept of a singular, ex nihilo beginning of the
universe essentially stands alone among the cosmolgies of the ancient world and
exhibts, at this point, convergence with recent big bang cosmological models.
73. ^ Kragh, H. (1996). Cosmology and Controversy. Princeton (NJ): Princeton University
Press. ISBN 0-691-02623-8.
74. ^ People and Discoveries: Big Bang Theory, www.pbs.org
75. ^ Ferris, T. (1988). Coming of age in the Milky Way. Morrow. hlm. 274, 438. ISBN 978-
0-688-05889-0., citing Berger, A. (1984). The Big bang and Georges Lemaître:
proceedings of a symposium in honour of G. Lemaître fifty years after his initiation of big-
bang cosmology, Louvainla-Neuve, Belgium, 10–13 October 1983. D. Reidel.
hlm. 387. ISBN 978-90-277-1848-8.
76. ^ Wright, E.L (24 May 2009). "Cosmology and Religion". Ned Wright's Cosmology
Tutorial. Diakses tanggal 2009-10-15.
Buku
Kolb, Edward; Turner, Michael (1988). The Early Universe. Addison–
Wesley. ISBN 0-201-11604-9.
Peacock, John (1999). Cosmological Physics. Cambridge University
Press. ISBN 0521422701.
Bacaan lanjut
Barrow, J.D. (1994). The Origin of the Universe: To the Edge of Space
and Time. New York: Phoenix. ISBN 0-465-05354-8.
Alpher, R.A.; Herman, R. (1988). "Reflections on early work on 'big bang'
cosmology". Physics Today. 8: 24–34.
Mather, J.C.; Boslough, J. (1996). The very first light: the true inside story
of the scientific journey back to the dawn of the Universe. Basic Books.
hlm. 300. ISBN 0-465-01575-1.
Singh, S. (2004). Big Bang: The origins of the universe. Fourth
Estate. ISBN 0-00-716220-0.
Davies, P.C.W. (1992). The Mind of God: The scientific basis for a
rational world. Simon & Schuster. ISBN 0-671-71069-9.
"Cosmic Journey: A History of Scientific Cosmology" . American Institute
of Physics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-21. Diakses
tanggal 2011-07-22.
Feuerbacher, B.; Scranton, R. (2006). "Evidence for the Big
Bang". TalkOrigins.
"Misconceptions about the Big Bang". Scientific American. 2005.
"The First Few Microseconds". Scientific American. 2006.
Roos, M. (2008). "Expansion of the Universe – Standard Big Bang
Model". arΧiv:0802.2005.
Pranala luar
Cosmology di Curlie (dari DMOZ)
Model ledakan dahsyat dengan grafik animasi
Bukti Ledakan Dahsyat
Kategori:
Articles using legacy format in Template:LCCN
Astrofisika
Kosmologi
Dentuman Besar
Halaman ini terakhir diubah pada 25 Juni 2022, pukul 15.06.
Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan
mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Tampilan seluler
Pengembang
Statistik
Pernyataan kuki