Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

TEORI BIG BANG (LEDAKAN BESAR)

Oleh :

Kelompok

1. Dian Tiffani 14033064/2014


2. Silvia Agustin Asti 14033099/2014
3. Yeni Mustika Sari 14033070/2014

Pendidikan Fisika B

Dosen : Drs. H. Asrul, M.A

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2016Teori Big Bang

Diantara sekian banyak teori penciptaan alam semesta, Big Bang Theory adalah salah satu
yang paling populer dan familiar di pikiran kita.

Menurut Teori Big Bang, Bumi ini sudah berusia kira-kira 13,7 Miliyar tahun. Pada awal
terbentuknya alam semesta telah terjadi sebuah fenomena yang dinamai Big Bang (Ledakan
Besar). Jadi, menurut Big Bang Theory yang diusulkan oleh Georges Lemaitre. Alam
Semesta beserta seluruh isinya termasuk ruang dan waktu tercipta akibat ledakan yang sangat
besar, sama seperti apa yang dikatakan dalam Al-Quran.

(Foto Georges Lemaitre bersama Albert Einstein)

Dalam Big Bang Theory dikatakan bahwa sebelum Alam semesta tercipta, hanya ada sebuah
energi panas yang sangat padat. Hingga suatu hari, energi panas yang padat tersebut
mengembang dan meledak. Satu per satu komponen kehidupan tercipta hingga akhirnya
seperti sekarang ini.
Georges Lemaitre adalah seorang yang mengusulkan teori tersebut. Ia adalah seorang
Biarawan Katolik Romawi Belgia. Sedangkan Alexander Friedmann adalah orang yang
telah mengajukan persamaan dari Teori Big Bang.

Cukup banyak bukti yang mendukung kebenaran teori ini. Kerangka model teori ini
bergantung pada relativitas umum Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti
homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori Ledakan Dahsyat
dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929
menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus
dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaitre pada tahun 1927,
pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang
sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita.
Terlihat semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.

Menurut pernyataan diatas, memang benar bahwa alam semesta terus berkembang. Semakin
jauh jarak yang 1 dengan lainnya. Berarti semakin luas alam semesta ini, dari hanya sebuah
kumpulan energi panas hingga menjadi sebuah benda-benda langit dan ada kehidupan
didalamnya

Konsep Dasar Teori Dentuman Besar Big Bang


Menurut model dentuman besar, alam semesta mengembang dari keadaan awal yang
sangat padat dan panas dan terus mengembang sampai sekarang. Secara umum,
pengembangan ruang semesta yang mengandung galaksi-galaksi dianalogikan seperti roti
kismis yang mengembang.
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang
menyebabkan pembentukan alam semesta, berdasarkan kajian kosmologi tentang bentuk awal
dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Dentuman Besar atau Model
Dentuman Besar). Berdasarkan permodelan dentuman besar ini, alam semesta, awalnya
dalam keadaan sangat panas dan padat yang mengembang pesat, secara terus menerus hingga
hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula
sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu
terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan
akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Di tahun 1960-an, para ilmuwan perumus teori ini menyatakan, jika alam semesta
berasal dari ledakan besar, seharusnya terdapat sisa radiasi ledakan yang melingkupi seluruh
alam semesta dalam bentuk panas. Tahun 1965 radiasi ini pertama kali ditemukan dan diakui
sebagai bukti mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan,
dan diteliti secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic
Background Explorer) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-
an ini dengan hasil sangat menakjubkan. Dengan demikian telah dibuktikan secara pasti
bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang muncul 350.000
tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih
besar.
Menurut teori Big Bang, segala sesuatu berawal dari ledakan satu titik berkerapatan
tak terhingga dan bervolume nol. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang angkasa
mengembang dan ruang yang memisahkan antara benda-benda langit.
Dalam penelitian selama sepuluh tahun, Observatorium Anglo-Australia di negara
bagian New South Wales, Australia, menentukan letak 221.000 galaksi di jagat raya dengan
menggunakan teknik pemetaan tiga dimensi. Pemetaan ini, yang dilakukan dengan bantuan
teleskop bergaris tengah 3,9 meter pada menara observatorium itu, hampir sepuluh kali lebih
besar dari penelitian serupa sebelumnya. Di bawah pimpinan Dr. Matthew Colless, kepala
observatorium tersebut, kelompok ilmuwan ini pertama-tama menentukan letak dan jarak
antar galaksi. Lalu mereka membuat model penyebaran galaksi-galaksi dan mempelajari
variasi-variasi teramat kecil dalam model ini secara amat rinci. Para ilmuwan tersebut
mengajukan hasil penelitian mereka untuk diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the
Royal Astronomical Society.
Dalam pengkajian serupa yang dilakukan oleh Observatorium Apache Point di New
Mexico, Amerika Serikat, letak dari sekitar 46.000 galaksi di wilayah lain dari jagat raya juga
dipetakan dengan cara serupa dan penyebarannya diteliti. Penelitian ini, yang menggunakan
teleskop Sloan bergaris tengah 2,5 meter, diketuai oleh Daniel Eisenstein dari Universitas
Arizona, dan akan diterbitkan dalam Jurnal Astrophysical Journal.
Hasil yang dicapai oleh dua kelompok peneliti ini diumumkan dalam pertemuan
musim dingin American Astronomical Society (Masyarakat Astronomi Amerika) di San
Diego, California, Amerika Serikat pada tanggal 11 Januari 2005. Data yang diperoleh dari
satelit COBE pada tahun 1992 mengungkap adanya fluktuasi sangat kecil pada pancaran
radiasi latar alam semesta.

Berikut adalah Illustrasi dari kejadian Big Bang :


(Terbentuknya Matahari dan Benda-Benda Langit Lainnya)

Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.
Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian
besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa
itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-
nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku
dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian
membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi
mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan
memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet
bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
terbentuk seperti sekarang ini. Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan
cuaca. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:

1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan
atau perbedaan unsur.

2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi.


Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat
jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.

3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel
luar, dan kerak bumi

PEMBENTUKAN BUMI DARI SEGI SAINS

Awalnya ada 1 bintang raksasa yang kemudia mengalami supernova, meledak dan
materialnya menyebar kemana-mana. Material besar yang menyimpan energi menjadi
bintang, sementara yang lebih kecil menjadi planet, yang lebih kecil menajdi bulan, asteroid,
dan benda langin lainnya. Sesuai kaidah bahwa dua benda akan tarik-menarik sesuai dengan
gravitasi yang dimilikinya (yang dipengaruhi oleh massa masing2 benda tersebut), maka
benda yang massanya lebih kecil akan tertarik oleh gravitasi benda yang massanya lebih
besar. tapi karena adanya gravitasi benda yang lebih kecil tersebut, maka benda yang lebih
kecil akan berputar mendekat ke benda yang lebih besar sampai akhirnya dicapai
kesetimbangan antara kedua gravitasi kedua sehingga benda yang lebih kecil akan ber-
revolusi mengelilingi benda dengan massa yang (jauh) lebih besar. Contoh, planet yang
mengelilingi matahari.

Kemudian planet inipun mengalami proses pembentukan dirinya. Sebagai pecahan dari
bintang, tentu saja tiap planet memiliki komposisi yang berbeda. Kemudian pengaruh dari
radiasi yang diterima tiap planet juga berbeda, maka proses yang terjadi pada tiap-tiap planet
akan berbeda satu-sama lain.

Bumi yang awalnya berupa benda pijar yang panas perlahan-lahan mengalami pendinginan.
Sesuai hukum thermodinamika, bumi mengalami perubahan dari bentuk gas --> semakin
dingin --> cair, saat cair inilah material-material mulai mengelompok dan membentuk
bagian-bagian inti, mantel dan kerak.

Khusus untuk kerak, (uap) air yang mulai terbentuk seiring pendinginan bumi mulai
mendingin dan turun ke permukaan bumi menjadi air. Nah karena permukaan bumi masih
berupa cairan panas, maka air tersebut menjadi uap lagi sementara permukaannya
terdinginkan dan mulai mengeras. Bayangkan magma yang disemprot air dalam jumlah
banyak, lama-lama kan permukaan atasnya akan mengeras (karena mendingin) sementara
lapisan bawahnya tetap berupa cairan panas. Nah lapisan keras tersebut semakin lama
semakin tebal dan sekarang menjadi 'permukaan tanah' tempat manusia dan makhluk hidup
lainnya tinggal. Sementara air yang sebagian besar menjadi laut dan samudra, salah satunya
berfungsi untuk menjaga suhu kerak bumi tetap dingin.

TEORI BIG BANG, SALAH SATU TEORI TERCIPTANYA ALAM SEMESTA.

Teori Big Bang adalah teori yang membantah paham materialisme yang menyatakan bahwa
keberadaan alam semesta ini tunggal. Tidak berawal dan tidak berakhir. Dengan bahasa
sederhana, teori ini menunjukkan keberadaan Sang Pencipa dan alam semesta ini adalah
ciptaan-NYA. Menurut Teori Big Bang, Bumi ini sudah berusia kira-kira 13,7 Miliyar
tahun. Pada awal terbentuknya alam semesta telah terjadi sebuah fenomena Ledakan Besar.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan
teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol' merupakan
pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat
mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya
dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume'
berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan
kata lain, ia telah diciptakan.

Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu
wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan
melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta
kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Georges Lemaitre adalah seorang yang mengusulkan teori Big Bang. Ia adalah seorang
Biarawan Katolik Romawi Belgia. Sedangkan Alexander Friedmann adalah orang yang telah
mengajukan persamaan dari Teori Big Bang.

Alam Semesta di Mata Masyarakat Abad ke-19

Abad ke-19 adalah abad yang menganut paham materialis. Mereka meyakini bahwa alam ini
tidak diciptakan dan akan terus menerus ada selamanya. Hal ini dapat dipahami dari goresan
tinta Goerge Plitzer dalam bukunya Principes Foundamentaux de Philosophie. Ia
menuliskan dengan jelas bahwa alam ini bukanlah bagian dari yang diciptakan. Andaikata ia
diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan.

Pandangan Astronom Tentang Alam

Keyakinan masyarakat pada saat itu sepakat menyatakan bumi ini statis. Hingga akhirnya,
para astronomi menemukan hal yang aneh. Mereka melihat bahwa bintang-bintang bergerak
berdasarkan amatan mereka dengan menggunakan teleskop raksasa. Bintang-bintang yang
disaksikan memiliki warna merah sesuai dengan jaraknya.

Dalam buku Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur yang merupakan terjemahan dari buku
Harun Yahya dimaktubkan bahwa Albert Einstein mengakui bahwa bumi ini tidak statis.
Hanya saja, Einstein tidak berani mengungkapkan analisisnya tersebut lantaran masyarakat
pada saat itu meyakini bahwa bumi ini statis.

Einstein juga mengakui bahwa bumi ini mengembang. Artinya, jika alam ini ditarik mundur
ke belakang, pasti memiliki satu titik tunggal. Hal ini berdasarkan perhitungan yang
menunjukkan bahwa titik tunggal tersebut berisi semua materi alam semesta dan mesti
memiliki volume nol dan kepadatan tak terhingga. Alam ini terbentuk melalui ledakan titik
tunggal bervolume nol. Ledakan itu dikenal dengan nama Big Bang.

Dari teori Big Bang yang diungkapkan oleh para astronomi dan fisikawan menunjukkan
bahwa bumi ini ada yang menciptakan. Karena, volume nol menunjukkan bahwa bumi
awalnya tidak ada, kemudian diadakan. Sayangnya, fakta ini baru ditemukan pada abad ke-
20. Meski demikian, teori Big Bang mengingatkan manusia bahwa bumi tidak statis dan ada
yang menciptakannya. Yaitu, Tuhan.

Ini merupakan bukti adanya dentuman besar (big bang). Tahapan terjadinya dentuman besar :

1. Segera setelah terjadi dentuman besar, alam semesta mengembang dengan cepat
hingga menjadi kira-kira 2000 kali matahari.

2. Sebelum berusia satu detik, semua partikel hadir dalam keseimbangan. satu detik
setelah dentuman, alam semesta membentuk partikel-partikel dasar yaitu elektron,
proton, neutron dan neutrino pada suhu 10 milyar kelvin.

3. Kira-kira 500 ribu tahun telah terjadi ledakan, lambat laun alam semesta menjadi
dingin hingga mencapai suhu 3000 K. partikel-partikel dasar membentuk benih
kehidupan alam semesta.
4. Gas hidrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang tak teratur.
dalam kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk protogalaksi.

5. Antara satu dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksi
melahirkan bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi raksasa merah dan
supernova yang merupakan bahan baku kelahiran bintang-bintang baru dalam galaksi.

6. Satu diantara miliaran galaksi yang terbentuk adalah galaksi bimasakti yang
didalamnya adalah tata surya kita dengan matahari sebagai bintang yang terdekat
dengan bumi

Big-Bang Theory
Berasal dari volume nol alam semesta berasal dari ketiadaan
ada dentuman besar untuk memulai alam semesta
masa sangat besar,, masa jjenis sangat besar,, volume nol
ada reaksi iinti ((dentuman))
alam semesta selalu mengembang
tterdapat radiasi yang ditinggalkan dari lledakan besar

Menurut teori big bang ini alam semesta ini berasal dari gumpalan super-atom raksasa yang
isinya tidak bisa kita bayangkan tetapi kira-kira seperti bola api raksasa yang suhunya antara
10 milyar sampai 1 trilyun derajat celcius (air mendidih suhunya hanya 100C). Gumpalan
super-atom tersebut meledak sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Hasil dentuman dahsyat
tersebut menyebar menjadi debu dan awan hidrogen. Setelah berumur ratusan juta tahun,
debu dan awan hidrogen tersebut membentuk bintang-bintang dalam ukuran yang berbeda-
beda. Seiring dengan terbentuknya bintang-bintang, diantara bintang-bintang tersebut
berpusat membentuk kelompoknya masing-masing yang kemudian kita sebut galaksi.

Teori big bang merupakan teori mutakhir tentang penciptaan alam semesta. Sebelumnya telah
berlaku berbagai teori kejadian alam semesta dengan sejumlah pendukung dan penentangnya.
Seperti Teori Kejadian Tetap (Steady State Theory) yang diusulkan pada tahun 1948 oleh J.
Bondi, T. Gold, dan F. Hoyle dari Universitas Cambridge. Menurut teori ini, alam semesta
tidak ada awalnya dan tidak akan berakhir. Dalam teori keadaan tetap tidak ada asumsi bola
api kosmik yang besar dan pernah meledak. Alam semesta akan datang silih berganti
berbentuk atom-atom hidrogen dalam ruang angkasa, membentuk galaksi baru dan
menggantikan galaksi lama yang bergerak menjauhi kita dalam ekspansinya.

Teori lainnya yang cukup akomodatif dari kedua teori di atas adalah teori osilasi. Keyakinan
tentang kejadian alam semesta sama dengan Teori Keadaan Tetap yaitu bahwa alam semesta
tidak ada awal dan tidak akan berakhir. Tetapi model osilasi mengakui adanya dentuman
besar dan nanti pada suatu saat gravitasi menyedot kembali efek ekspansi ini sehingga alam
semesa akan mengempis (collapse) yang pada akhirnya akan menggumpal kembali dalam
kepadatan yang tinggi denga temperatur yang tinggi dan akan terjadi dentuman besar
kembali. Setelah big-bang kedua kali terjadi., dimulai kembali ekspansi kedua dan suatu saat
akan mengempis kembali dan meledak untuk ketiga kalinya dan seterusnya.
Ditempat lain para ilmuwan sibuk mengusulkan teori lain tentang terciptanya tata surya. Bagi
para ilmuwan, formasi tata surya sangat menarik karena keteraturan planet-planet
mengelilingi matahari. Bersamaan dengan itu, satelit planet juga mengitari planet induknya.
Adalah Izaac Newton (1642-1727) yang memberi dasar teori mengenai asal mula Tata Surya.
Ia menyusun Hukum Gerak Newton atau Hukum Gravitasi yang emmbuktikan bahwa gaya
antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Tetapi Newton menjadi dasar bagi berbagai teori
pembentukan Tata Surya yang lahir kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk
didalamnya teori monistik dan teori dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari
dan planet berasal dari mteri yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan
bumi berasaldari sumber materi yang berbeda dan terbentuk pada waktu yang berbeda.

Tahun 1745, George Comte de Buffon (1701-17880 dari Perancis memepostulatkan teori
dualistik dan katastrofi yang menyatakan bahwa tabrakan komet denga permukaan matahari
menyebabkan materi matahari terlontar dan membentuk planet pada jarak yang berbeda.
Kelemahan dari teori Buffon tidak bisa menjelaskan asal datangnya meteor. Ia hanya
mengasumsikan bahwa komet jauh lebih masif dari kenyataannya.

Filsuf Perancis, Rene Descartes (1596-1650) mempercayai bahwa ruang angkasa terisi oleh
fluida alam semesta dan planet-planet terbentuk dalam pusaran air. Teori ini tidak didukung
oleh dasar ilmiah yang kuat sehingga banyak yang menolaknya. Namun demikian,
nampaknya menjadi inspirasi bagi Immanuel Kant (1724-1804) bahwa ada kemungkinan
bahwa alam semesta itu berasal dari sesuatu lembut dan lebih lebit dari fluida yaitu adanya
awan gas yang berkontraksi dibawah pengaruh gravitasi sehingga awan tersebut menjadi
pipih. Gagasan Kant didasarkan dari Teori Pusaran Descrates yang merubah asumsi dari
fluida menjadi gas.

Setelah adanya teleskop, Willian Harschel (1738-1822) mengamati adanya nebula yang
awalnya dianggap sebagai kumpulan gas yang gagal menjadi bintang. Tahun 1791, ia melihat
bintang tunggal yang dikelilingi oleh hallo yang terang. Asumsi inilah yang kemudian
berkembang dan menarik kesimpulan sementara bahwa bintang itu terbentuk dari nebula dan
hallo merupakan sisa dari nebula.

Teori nebula semakin mantap setelah Pierre Laplace (1749-1827) menyatakn awan gas dan
debu yang berputar secara perlahan akan menjadi padu akibat gravitasi. Pada saat padu,
momentum sudut dipertahankan dengan putaran yang dipercepat sehingga terjadilah
pemipihan. Selama dalam kontraksi, materi di pusat pusaran menjadi matahari dan materi
yang terlepas dan memisahkan diri dari piring pusaran membentuk sejumlah cincin. Material
di sekitar cincin juga membentuk pusaran yang lebih kecil dan terciptalah planet-planet.

Teori Laplace ditentang oleh Clerk Maxwell (1831-1879). Menurut Maxwell teori cincin
hanya bisa stabil jika terdiri dari partikel-partikel padat. Jika bahannya dari gas seperti
pendapat Laplace maka tidak akan terbentuk planet. Menurut Maxwell cincin tidak bisa
berkondensasi menjadi planet karena gaya inersianya akan memisahkan bagian dalam dan
luar cincin. Seandainya proses pemisahan bisa terlewaati, massa cincin masih jauh lebih
masif dibanding massa planet yang terbentuk.

Thomas C. Chamberlin (1843-1928) ahli geologi dan Forest R. Moulton (1872-1952) seorang
ahli astronomi mengajukan teori lain yaitu Planetesimal. Meurut teroi ini, matahari telah ada
sebaai salah satu dari bingtang-bingtang yang banyak. Pada suatu massa, entah kapan, ada
sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak jauh. Akibatnya, terjadilah peristiwa pasang
naik pada permukaan matahari. Sebagian dari massa matahari itu tertarik ke arah bintang
lewat. Mamerial yang tertarik ada yang kembali ke matahari dan sebagian lainya terlepas dab
menjadi planet-planet.

Teori lain yang mirip dengan teori Chamberlin dan Moulton adalah teori pasang surut yang
dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) yang keduanya
berkebangsaan Inggris. Peristiwa pasang surutnya digambarkan oleh Jeans dan Jeffreys
adalah cerutu. Artinya ketika bintang lewat mendekati matahari, pada waktu itu masa
matahari tertarik dengan bentuk menjulur keluar seperti cerutu. Setelah jauh, cerutu tersebut
menetes dan tetesannya membentuk planet-planet.

Anda mungkin juga menyukai