Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGUASAI PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN ASESMEN


DIAGNOSTIK, FORMATIF, DAN SUMATIF
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Yunni Arnidha, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 6

1. Ahdina Liza Septiana 2022406405075


2. Mutmainah Puspa Dewi
3. Fatimatus Zahro 2022406405055
4. Bagas Valentino 2022406405087

20224064050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat serta karunianya sehingga makalah yang berjudul,
‘‘MENGUASAI PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN ASESMEN
DIAGNOSTIK FORMATIF DAN SUMATIF’’ dapat kami selesaikan dengan
baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Adapun sumber-sumber yang membantu kami dalam menyelesaikan.


makalah ini antara lain dari referensi buku-buku, dan pengambilan data dari
beberapa artikel yang menyangkut dengan judul makalah kami. Demikian
pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar bahwasanya kami
hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT hingga dalam penulisan dan
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa dinantikan dalam upaya evaluasi diri.

Kami berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penyusunan makalah


ini akan ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah
bagi penyusun, pembaca dan bagi seluruh Mahasiswa.

Pringsewu, 16 Maret 2024

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, penyusunan perangkat pembelajaran
merupakan salah satu tugas penting yang harus dilakukan oleh pendidik.
Dengan adanya perkembangan dan perubahan kurikulum, seperti
penerapan kurikulum merdeka pada tahun 2022, pendidik dihadapkan
pada tantangan baru dalam menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Kurikulum merdeka menuntut
pendidik untuk mampu mengidentifikasi capaian pembelajaran,
merumuskan tujuan pembelajaran, dan menjabarkan penilaian
pembelajaran dengan baik.
Pembaharuan kurikulum pendidikan merupakan suatu tuntutan
yang harus dilakukan demi memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) pada suatu bangsa. Kurikulum ialah suatu komponen penting
dalam sebuah sistem pendidikan formal atau dikenal sebagai sistem
persekolahan. Didalamnya terdapat rencana pembelajaran yang
mengarahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran kepada peserta
didik agar mereka memilki kesiapan pribadi dan kemampuan sesuai
kebutuhan masyarakat. Pembaharuan kurikulum ini merupakan hal yang
penting dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia dan menciptakan generasi bangsa yang memiliki
Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kualitas yang baik dan dapat
bersaing dengan negara lain sesuai dengan perubahan dan perkembangan
zaman.
Kurikulum dalam pendidikan yang terus berubah dan selalu
disempumakan "Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan zaman" (Prayitno et al., 2021).
Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai
konteks dan karakteristik murid, demi membangun kompetensi sesuai
kebutuhan mereka kini dan di masa depan. Pada kurikulum merdeka,
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan deskripsi kompetensi yang
digunakan untuk mengukur pencapaian siswa. Dalam Kepmendikbud
Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah dinyatakan
bahwa CP merupakan bentuk pengintegrasian kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD) yang disusun secara komprehensif dalam bentuk
narasi, CP ini meliputi: sekumpulan kompetensi dan lingkup materi. CP
memungkinkan setiap anak mendapatkankan pengalaman belajar sesuai
dengan tingkat kompetensinya. CP juga berfungsi sebagai petunjuk bagi
guru dan siswa tentang apa yang harus di capai pada akhir pembelajaran.
Dalam konteks Merdeka Belajar, Proses pembelajaran asesmen
memegang peranan yang tidak kalah penting sebagai alat untuk mengukur
keberhasilan belajar. Asesmen pembelajaran dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam melakukan penilaian keberhasilan perkembangan pendidikan.
Selain itu Asesmen dapat menjadi saranan untuk memotivasi siswa untuk
lebih bersemangat belajar dan dapat mengantarkan. peserta didik untuk
memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan memanfaatkan segala
potensi yang ada. Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari
kualitas penilaiannya, begitupun sebaliknya kualitas asesmen dapat
menunjukkan bagaimana kualitas pembelajarannya. Asesmen. bisa
diberikan di antara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan
rubrik yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang
mereka hasilkan Purwanto (2022); Simanjuntak (2019).
Berdasarkan analisis sebelumnya yang dilakukan melalui
wawancara bahwa, guru mengalami kesulitan dalam melakukan asesmen
diagnostik, formatif, dan sumatif terutama dalam menentukan asesmen
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dikarenakan
banyaknya jenis atau bentuk asesmen seperti presentasi, proyek, produk,
lisan, tulisan dan sebagainya. Mengingat secara garis besar asesmen dibagi
menjadi dua, yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif dan ada juga
yang mengatakan asessment for learning dan asessment of learning.
Asemen formatif dapat dimaknai sebagai yang tidak terpisahkan dalam
proses pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah
suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Sedangkan asesmen sumatif merupakan asesmen yang dilaksanakan pada
akhir satuan pembelajaran dalam rangka menentukan kadar efektivitas
program pembelajaran (Jenny Indrastoeti, 2017). Pendapat lain datang dari
Faujiah & Habsah (2022) yaitu, penilaian sumatif bertujuan untuk menilai
dan mengukur media-media pembelajaran tepat guna yang dipilih guru
secara menyeluruh dan komprehensif. Asesmen sumatif dilakukan pada
akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua
atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidikan
dan kebijakan satuan pendidikan.
Pada kurikulum merdeka dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
asesmen formati, asesmen sumatif dan asesmen autentik. Asesmen
formatif memiliki arah untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam
asesmen ini pendidik bisa mengamati dan mengidentifikasi siswa terkait
dengan apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran, hambatan apa
yang dialami siswa dalam pembelajaran, melalui asesmen ini Pendidikan
juga dapat mengamati perkembangan siswa yang nantinya akan dijadikan
sebagai umpan balik bagis siswa maupun pendidik dalam kegiatan
evaluasi. Asesmen sumatif ini bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan
pembelajaran dan/atau capaian pembelajaran (CP) peserta didik sebagai
dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan Pendidikan.
Penilaian pencapaian hasil belajar. Anggraena,dkk. (2022).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asesment?
2. Apa saja prinsip-prinsip asesment?
3. Bagaimana perencanaan asesment?
4. Bagaimana pelaksanaan asesment?
5. Bagaimana pengolahan dan pelaporan asesment?
6. Bagaimana refleksi dan tindak lanjut asessment?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian asesment
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip asesment
3. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan asesment
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan asesment
5. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan dan pelaporan asesment
6. Untuk mengetahui bagaimana refleksi dan tindak lanjut asessment

D. Manfaat Penulisan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Asesmen
Penilaian (Assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses dan hasil belajar dari siswa guna mengambil keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu (Matondang dkk, 2019; Febriana,
2021). Dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan ini dapat
mencakup keputusan tentang siswa (misalnya nilai yang akan diberikan),
keputusan tentang kurikulum dan program, atau keputusan tentang
kebijakan pendidikan.
Assesment merupakan istilah umum yang didefinisikan sebagai
sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang
digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para
siswa, kurikulum, program- program, dan kebijakan pendidikan
(Prijowintato, 2020; Prasasati & Dewi, 2020). Penilaian adalah proses
memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi untuk mengambil
keputusan atau menilai kelemahan suatu produk atau program, atau sejauh
mana keberhasilan pendekatan yang dipilih dapat memecahkan masalah
dalam rangka menyempurnakan suatu tujuan (Zahro, 2015; Ananda &
Rafida, 2017; Elisa dkk, 2021).
Selama ini praktik penilaian cenderung terfokus pada penilaian
sumatif yang menjadi dasar penyelesaian laporan hasil belajar. Hasil
penilaian tidak digunakan sebagai umpan balik untuk meningkatkan
pembelajaran.
1. Asesmen diagnostik
Asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara khusus
untuk mendiagnosis / mengidentifikasi keterampilan, kekuatan, dan
kelemahan siswa, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan
berdasarkan keterampilan dan kondisi awal siswa.
Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnosis kognitif
dan asesmen diagnosis non kognitif. Penilaian diagnostik kognitif
adalah penilaian diagnostik yang dapat dilakukan secara berkala,
dimulai ketika guru akan memperkenalkan topik pembelajaran baru,
berakhir ketika guru selesai menjelaskan dan membahas suatu topik,
mata pelajaran, dan pada waktu lain selama semester.
Menurut Pusmenjar (2022) penilaian diagnostik kognitif bertujuan
untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa, menyesuaikan
pembelajaran dengan kemampuan rata-rata, mengoreksi sub kelompok
siswa. Penilaian ini secara cepat memetakan kemampuan seluruh siswa
di kelas, untuk mengidentifikasi siswa yang paham, siswa yang paham
sedikit, dan siswa yang belum paham. Dengan demikian, guru dapat
menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Berbeda dengan asesmen diagnostik kognitif, asesmen diagnostik


non kognitif bertujuan untuk mengetahui status psikososial dan
emosional siswa, aktivitas belajar di rumah, dan kondisi keluarga.
Keberagaman kondisi sosial ekonomi, akses teknologi, dan kondisi
daerah sangat bervariasi dalam pembelajaran dan keterampilan siswa.

Peserta Didik yang perkembangan atau hasil belajarnya paling


tertinggal berdasarkan hasil asesmen diagnostik, diberikan
pendampingan belajar secara afirmatif.
a. Asesmen diagnostik kognitif
1) Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen diagnosis
yang dapat dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru
akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru,
pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan
membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama
semester.
2) Asesmen diagnostik kognitif ini bertujuan guna menguji
kemampuan dan capaian pembelajaran peserta didik.
Asesmen kognitif diberikan guna mengidentifikasi capaian
kompetensi dari siswa/peserta didik. Hasil dari asesmen
kognitif nantinya akan menjadi dasar pemilihan strategi
pembelajaran.
3) Asesmen kognitif juga bisa dilakukan dalam bentuk
remedial maupun pelajaran tambahan bagi peserta didik
yang paling tertinggal.
4) Asesmen diagnostik kognitif dapat dilaksanakan secara
rutin yang disebut asesmen diagnostik kognitif berkala,
pada awal pembelajaran, akhir setelah guru selesai
menjelaskan dan membahas topik, dan waktu lain.
Asesmen diagnostik bisa berupa Asesmen Formatif maupun
Asesmen Sumatif.

b. Asesmen diagnostik non kognitif


1) Asesmen diagnostik non kognitif ini bertujuan guna
mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional dari
siswa/peserta didik.
2) Asesmen diagnostik non kognitif ini lebih menekankan
pada kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa.
3) Asesmen diagnostik non kognitif dilakukan guna menilai
aktivitas dari peserta didik selama belajar di rumah dengan
tetap memperhatikan kondisi setiap keluarganya.

2. Asesmen formatif
Asesmen formatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memberikan informasi atau umpan balik kepada guru maupun siswa
agar dapat memperbaiki proses belajar. Asesmen ini dilakukan di awal
pembelajaran, pertengahan pembelajaran, akhir pembelajaran, maupun
sepanjang pembelajaran berlangsung.
Menurut Pusmenjar (2022) asesmen formatif bertujuan untuk
memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi
pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau
kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi
perkembangan peserta didik. Informasi tersebut merupakan umpan
balik bagi peserta didik dan juga pendidik.
a. Bagi peserta didik, asesmen formatif berguna untuk berefleksi,
dengan memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang
dialaminya, serta langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk
meningkatkan terus capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar
yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

b. Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan


strategi pembelajaran yang digunakannya, serta untuk
meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang
kebutuhan belajar individu peserta didik yang diajarnya.

Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran


bertujuan untuk memberikan informasi kepada guru mengenai
kesiapan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sekaligus
kesiapan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Artinya, asesmen ini tidak digunakan untuk
keperluan penilaian hasil belajar siswa yang dilaporkan dalam
rapor. Sementara jika asesmen formatif dilakukan di pertengahan,
akhir, atau sepanjang pembelajaran berlangsung bertujuan untuk
mengetahui perkembangan siswa sekaligus memberikan umpan
balik yang cepat kepada guru, misalnya mengenai pemahaman
siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan.

Jika siswa sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran,


maka guru dapat melanjutkan ke tujuan pembelajaran berikutnya.
Namun, jika pembelajaran belum tercapai, maka guru perlu
melakukan penguatan terlebih dahulu sebelum lanjut ke tujuan
pembelajaran.

3. Asesmen sumatif
Asesmen sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk
memastikan tercapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan sehingga
asesmen sumatif sering dilakukan di akhir proses pembelajaran, seperti
di akhir semester, akhir tahun ajaran, atau akhir jenjang pendidikan.

Asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah


bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP
peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau
kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar
peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil.
belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif


digunakan untuk mengetahui capaian perkembangan peserta didik dan
bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau
kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang
berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan
dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut Pusmenjar (2022) asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:


a. alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta
didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode
tertentu;
b. mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan
dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan
c. menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau
jenjang berikutnya.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran


berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri
atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan
pada akhir fase khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini
bersifat pilihan. Jika pendidik merasa masih memerlukan
konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan asesmen pada
akhir semester. Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data hasil
asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka
tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang
perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat
menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya
berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa
(praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat
portofolio).

Asesmen sumatif dapat mempengaruhi nilai rapor siswa dan


menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang
pendidikan berikutnya. Itu artinya, siswa yang tidak dapat
mencapai tujuan pembelajaran atau tidak memenuhi standar
pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan, bisa saja tidak naik
kelas atau tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya.

Pada asesmen sumatif guru tidak hanya dapat menggunakan


teknik atau instrumen tertentu untuk melakukan asesmen sumatif,
seperti tes tertulis, tapi juga bisa menggunakan teknik lain, seperti
observasi, praktik, mengerjakan proyek, dan membuat portofolio.

Anda mungkin juga menyukai