Disusun oleh :
Kelompok 1
Farih Nur Hisyam (210311825609)
Henny Rismawatie Yusmarina (210311825634)
Satriya Adika Arif Atmaja (210311825663)
Segala puji bagi Allah yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
diberi kemampuan dalam menyelesaikan penulisan makalah pada mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Matematika yang berjudul “Prinsip-Prinsip Umum Penilaian Berpikir
Tingkat Tinggi”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Cholis Sa’dijah, M.Pd.,
M.A. selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan kami dalam pengetahuan di mata kuliah Asesmen Pembelajaran
Matematika. Semoga makalah ini dapat menambah kebermanfaatan pada bidang
Pendidikan secara umum.
Dalam penulisan makalah ini, tentu masih perlu banyak penyempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharap saran dan kritik dari pembaca untuk mengembangkan
makalah ini agar lebih baik ke depannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I ....................................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................... 16
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 16
2.1 Prinsip Penilaian Dasar .................................................................................................. 16
2.2 Prinsip untuk Menilai Berpikir Tingkat Tinggi ............................................................. 27
2.3 Strategi untuk Memberikan Umpan Balik atau Menskor Tugas yang Menilai Berpikir
Tingkat Tinggi ..................................................................................................................... 33
BAB III................................................................................................................................... 41
PENUTUP .............................................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan saat ini bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas
dan berkarakter (Priyana, dkk, 2019). Insan yang dimaksud adalah lulusan yang
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang optimal sesuai dengan taraf
perkembangan dan jenjang pendidikan masing-masing. Selain itu, lulusan diharapkan
memperoleh kecakapan abad ke-21 yang mampu menjadikan setiap insan Indonesia
hidup dalam tantangan abad ke-21 dan berkontribusi secara memadai terhadap
pengembangan peradaban dunia (Septikasari & Frasandy, 2018). Kecakapan-kecakapan
yang dimaksud mencakup kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah,
berinovasi dan berkreasi, berkomunikasi, dan berkolaborasi (Stehle & Burton, 2019).
Lebih jauh lulusan juga ditargetkan mempunyai kemampuan literasi digital (literasi
informasi, media, dan teknologi) di samping kecakapan-kecakapan hidup lainnya
seperti fleksibilitas dan adaptabilitas, produktivitas dan akuntabilitas, dan
kepemimpinan serta tanggungjawab (Suto & Eccless, 2014).
Menurut Priyana, dkk (2019) tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan efektif
dan efisien apabila proses pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dengan baik.
Pertama, guru merancang pembelajaran berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta
didik (Brookhart, 2010), misalnya kondisi awal peserta didik dalam hal pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Kedua, guru memfasilitasi peserta didik memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui kegiatan pembelajaran aktif baik di
dalam maupun di luar kelas. Ketiga, guru bersama-sama dengan peserta didik, selama
pelajaran berlangsung, memantau/mengecek perkembangan penguasaan kompetensi
peserta didik untuk mengetahui apakah setiap peserta didik mencapai
penguasaan/perkembangan sebagaimana yang diharapkan, dan apakah proses
pembelajaran perlu perbaikan (penyesuaian). Apabila pemantauan kemajuan
penguasaan kompetensi menunjukkan bahwa setiap peserta didik telah mencapai
kemajuan yang ditargetkan secara optimal, proses pembelajaran dapat dilanjutkan tanpa
perlu adanya perbaikan/penyesuaian (Regier, 2012). Apabila sebaliknya, guru perlu
melakukan perbaikan (penyesuaian) terhadap proses pembelajaran yang telah dirancang
untuk memastikan bahwa setiap peserta didik mencapai kemajuan yang maksimal.
1
Kegiatan guru (bersama-sama dengan peserta didik) memantau/mengecek kemajuan
penguasaan kompetensi yang diikuti dengan upaya perbaikan dan/atau penyesuaian
kegiatan pembelajaran untuk memfasilitasi setiap peserta didik mencapai penguasaan
yang diharapkan biasa disebut penilaian formatif (formative assessment) atau yang juga
disebut penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning).
Makalah ini secara singkat menyajikan konsep dan prinsip umum penilaian agar
guru memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis dalam melaksanakan penilaian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
16
kemiringan” disini guru terlihat memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan siswa
harus mengarahkan pemikiran dan pekerjaannya ke arah sasaran, sehingga
sebelum mempelajari kemiringan, sebagian besar siswa tidak akan tahu seperti
apa “masalah berjenjang yang melibatkan identifikasi dan penghitungan
kemiringan”. Oleh karena itu perlu dideskripsikan sifat dari pencapaian dengan
jelas kepada siswa agar menangkap dengan jelas tujuan yang diberikan guru.
2. Merancang atau menyusun alat-alat penilaian yang berupa tugas atau tes
melibatkan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan ataupun
keterampilan.
Langkah berikutnya yaitu merancang atau menyusun alat-alat penilaian
berupa tugas atau tes kepada siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan
ataupun keterampilan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam penyusunan alat-alat penilaian, hal-hal yang harus diperhatikan yakni:
• Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup
pertanyaan, terutama materi pelajaran.
• Merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang
harus dinilainya. Tujuan instruksional khusus harus dirumuskan secara
operasional, artinya bisa diukur dengan alat penilaian yang biasa
digunakan.
• Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian. Dalam kisi-kisi harus
tampak abilitas yang diukur serta proporsinya, lingkup materi yang
diujikan, tingkat kesulitan soal, jenis alat penilaian yang digunakan,
jumlah soal atau pertanyaan, dan perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan soal tersebut.
• Menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
Dalam menulis soal, perhatikan aturan-aturan yang berlaku.
• Membuat dan menentukan kunci jawaban soal.
Agar lebih terarah dalam merancang atau menyusun alat-alat penilaian
dalam mengembangkan pengetahuan ataupun keterampilan siswa, maka
dibutuhkan suatu prosedur yakni sebagai berikut:
o Kajian Materi Pembelajaran
17
Tahap pertama yang harus dilakukan sebagai penilai adalah
mempelajari dan mengkaji materi pembelajaran dari satu atau lebih
kompetensi dasar. Kajian materi ini dapat dilakukan melalui beberapa
referensi untuk memperoleh bahan secara komprehensif dari beragam
sumber dengan bertolak pada kompetensi yang diharapkan.
o Memilih Teknik Penilaian
Tahap kedua memilih atau menentukan teknik penilaian sesuai
dengan kebutuhan pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian melalui tes dan non tes.
o Perumusan Kisi – Kisi
Tahap ketiga merumuskan dan membuat matrik kisi-kisi sesuai
dengan teknik penilaian yang telah ditentukan. Kisi-kisi merupakan
deskripsi mengenai informasi dan ruang lingkup dari materi pembelajaran
yang digunakan sebagai pedoman untuk menulis soal atau matriks soal
menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk menentukan ruang
lingkup dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang sesuai
dengan indikator.
Kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan
perakitan tes. Dengan adaya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah,
komprehensif dan representatif. Dengan pedoman kepada kisi-kisi
penyusunan soal menjadi lebih mudah dan dapat menghasilkan soal-soal
yang sesuai dengan tujuan tes. Dalam pembuatan kisi-kisi terdapat aspek
kognitif.
Menurut Taksonomi Bloom cakupan yang diukur dalam ranah
Kognitif adalah:
a. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai
dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta,
aturan, urutan, metode.
b. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami
tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan,
menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
18
c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring &
menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi
baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan,
menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau
suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan
membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan,
membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis (membuat) (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan
konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru.
Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan
pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan
dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai
patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
Untuk lebih mumudahkan dalam merancang atau menyusun alat-
alat penilaian dalam mengembangkan pengetahuan ataupun keterampilan
siswa berikut akan diberikan suatu contoh yang kami ambil dari buku
Susan M. Brookhart yang terdapat pada Tabel 1.1 Penilaian blueprint
dalam sejarah sekolah menengah atas di koloni Inggris 1607- 1750
Tabel 1.1 Penilaian blueprint dalam sejarah sekolah menengah atas di koloni Inggris 1607-
1750
Garis Besar
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Membuat
Konten
Mengidentifikasi
Pendirian
nama, tanggal,
Koloni Inggris
dan peristiwa
19
Pemerintah Definisi baik hak Jelaskan fungsi Jelaskan
Koloni Inggris milik kerajaan, dari gubernur bagaimana
Pemerintah
dan diri sindir dan badan
koloni
yang mengatur legislatif di efektif
setiap koloni. diramalkan
dan disiapkan
penjajah untuk
Revolusi
Amerika
20
Adapun langkah-langkah penyusunan blueprint dan soal ujian sesuai adalah sebagai
berikut:
21
c. Menentukan Level Kognitif
22
d. Menyusun Kisi-Kisi Soal
23
e. Menyusun Instrument Soal
24
f. Menganalisis Butir Soal pada kartu Soal
25
3. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian.
Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian, yakni
untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan
pengajaran, kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan
pertanggung jawaban pendidikan. Setelah siswa dapat menanggapi penilaian sesuai
dengan tujuan penilaian, selanjutnya guru harus dapat merencanakan dalam
menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan untuk menafsirkan
pekerjaan siswa sebagai bukti pembelajaran yang dituju. Jika penilaian guru
bersifat formatif (yaitu untuk pembelajaran, bukan untuk penilaian), maka guru
perlu mengetahui bagaimana menafsirkan tanggapan siswa dan memberikan umpan
balik. Kriteria yang guru gunakan sebagai dasar untuk memberikan umpan balik
kepada siswa harus mencerminkan target pembelajaran yang jelas dan visi yang
baik. Jika penilaian guru bersifat sumatif (untuk penilaian), maka guru perlu
merancang skema untuk menilai tanggapan siswa sedemikian rupa sehingga skor
tersebut mencerminkan derajat pencapaian dengan cara yang bermakna.
26
2.2 Prinsip untuk Menilai Berpikir Tingkat Tinggi
Guru harus bisa memposisikan diri sebagai siswa yang mencoba menjawab
pertanyaan tes atau melakukan tugas kinerja. Hal ini diperlukan agar guru dapat
mengetahui kemampuan berpikir apa yang diperlukan dalam membuat penilaian.
Pertanyaan tersebut dapat berupa, “bagaimana saya (siswa) harus berpikir untuk
menjawab pertanyaan ini atau melakukan tugas ini?”. Menanyakan “Apa yang
harus saya (siswa) pikirkan untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas?”.
Untuk penilaian apa pun, keduanya harus sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan yang ingin dicapai dari penilaian tersebut. Makalah ini berfokus pada
pertanyaan pertama, pertanyaan tentang pemikiran siswa, tetapi perlu disebutkan
bahwa keduanya penting dan harus dipertimbangkan dalam desain penilaian.
27
sesuatu yang lebih luas daripada menjawab pertanyaan tes, dan dapat menilai
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
(2) Menggunakan Konteks yang Baru
Konteks baru berarti konteks yang belum dikerjakan siswa sebagai
bagian dari pengajaran di kelas. Menggunakan konteks baru berarti siswa harus
benar-benar berpikir, tidak hanya mengingat konteks yang dibahas di kelas.
Sebagai contoh, soal yang meminta peserta didik untuk mengkritisi karya
penulis A berdasarkan aspek atau sudut pandang tertentu merupakan soal yang
tampaknya mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Namun karena di
kelas atau di buku pelajaran hal tersebut telah kerap dibahas maka sebenarnya
untuk dapat menjawab soal tersebut, peserta didik tidak perlu berpikir kritis,
melainkan cukup mengingat. Soal dengan konteks yang baru dan belum pernah
dibahas sebelumnya, menuntut peserta didik tidak hanya menjawab dengan
mengingat tetapi menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi karena siswa
diminta untuk mengkritisi karya tersebut.
Prinsip tentang konteks baru ini hanya diketahui oleh guru kelas. Hal
ini berarti bahwa hanya guru kelas yang tahu pasti apakah item tes atau
penilaian kinerja benar-benar menilai berpikir tingkat tinggi; orang lain di luar
kelas tersebut tidak dapat mengetahui apakah penilaian memerlukan pemikiran
tingkat tinggi untuk kelas tertentu atau tidak. Sehingga, kebaruan konteks pada
penilaian berada di bawah kendali guru. Guru yang "mengajar untuk ujian"
dengan membiasakan siswa mempelajari materi tes yang dimaksudkan untuk
kebaruan akan mengubah keaslian dari penilaian. Tujuan pembelajaran ini akan
memutuskan atau menggagalkan instrument untuk menilai kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Guru harus menghindari penilaian short-circuiting yang
dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan
menggunakan pertanyaan yang sama yang telah diajarkan di kelas atau ide
yang sama yang mereka tahu akan diujikan.
Solusinya yaitu guru yang ingin siswanya mampu menunjukkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka guru harus mengajarkannya.
Berurusan dengan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan berpikir kritis
seharusnya tidak menjadi sesuatu yang siswa merasa "belum pernah mereka
28
lakukan sebelumnya." Ketika siswa sampai pada penilaian sumatif yang
membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam konten pengajaran,
mereka seharusnya memiliki banyak kesempatan untuk belajar dan berlatih,
menggunakan konteks baru lainnya.
Berikut ini merupakan contoh pertanyaan pilihan ganda, esai dan tugas
proyek (penilaian kinerja) yang menggunakan konteks pengantar.
Pada babak final Tono dan Sahrul diberi kesempatan memanah 10 kali.
Setelah memanah sebanyak 9 kali diperoleh hasil sebagai berikut.
Warna
Atlet
Biru Kuning Merah Hijau Ungu
Tono 1 2 2 3 1
Sahrul 2 1 1 3 2
Sahrul bertanya kepada Andri, temannya yang dikenal pintar, bagaimana agar
ia dapat memenangkan peertandingan pada kesempatan memanah ke-10? Bila
Andri dapat memberi pernyataan yang benar, manakah pernyataan tersebut?
a. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran biru, sedangkan panah Tono
mengenai sasaran lingkaran kuning
b. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran biru, sedangkan panah Tono
mengenai sasaran lingkaran merah
29
c. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran merah, sedangkan panah
Tono mengenai sasaran lingkaran kuning
d. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran merah, sedangkan panah
Tono mengenai sasaran lingkaran hijau
Pertanyaan Esai
Dalam rangka mengikuti lomba foto keluarga, sebuah keluarga terdiri atas
ayah, ibu, dan tiga orang anak melakukan pengambilan foto keluarga di studio
foto. Foto yang diminta untuk lomba tersebut adalah foto dalam posisi berdiri
dalam satu baris. Demi mendapatkan foto terbaik, keluarga tersebut
melakukan hal berikut:
- Keluarga tersebut ingin mencoba semua posisi berdiri yang mungkin.
- Tiap sesi foto, mereka akan mengubah posisi berdiri, anak bungsu
hanya ingin berdiri di antara ayah dan ibunya.
- Mereka meminta pihak studio untuk menyiapkan latar belakang foto
yang berbeda untuk tiap perubahan posisi berdiri.
Pihak studio menyiapkan 10 latar belakang foto yang berbeda. Contoh dua
foto yang sudah jadi tampak pada gambar berikut.
Pertanyaan
Apakah keputusan pihak studio foto untuk menyiapkan 10 latar belakang foto
yang berbeda dapat memenuhi permintaan keluarga tersebut? Mengapa?
Jelaskan dengan perhitungan matematika.
menganalisis maksud cerita dan memprediksi kemungkinan posisi berdiri.
Dengan menghitung banyak posisi berdiri yang mungkin, peserta didik akan
dapat mengevaluasi keputusan pihak studio.
30
Kriteria untuk umpan balik atau rubrik:
• Kesesuaian prediksi kemungkinan
• Kejelasan penalaran dan kejelasan penjelasan
Pertanyaan Penilaian Kinerja
Televisi Sebagai Media Hiburan Masyarakat
Bagi Sebagian orang menonton televisi dapat menghilangkan penat karena
kesibukan dan lainnya. Terdapat beragam pilihan acara televisi yang dapat
dinikmati dan menjangkau semua kalangan atau semua lapisan masyarakat.
Karena keberagamannya dan setiap saat bisa dinikmati, televisi menjadi salah
satu pilihan hiburan bagi Sebagian masyarakat.
Tahukah kamu?
- Ragam acara televisi apa saja yang paling disukai masyarakat?
- Berapa lama biasanya seseorang menghabiskan waktu menonton
televisi per harinya?
Pertanyaan:
1) Jawablah dua pertanyaan tersebut dengan berdasarkan data! (Gunakan
responden sebanyak minimal 40 orang)
2) Sajikan data yang kalian dapat dalam bentuk diagram!
3) Buatlah laporan yang berisi penjelasan terkait cara mendapatkan data,
data yang didapat, dan kesimpulan yang dibuat! Presentasikan di
depan kelas!
31
memprediksi kemenangan Sahrul dalam pertandingan memanah yang ke-10.
Versi esai mengharuskan siswa untuk menganalisis maksud dari cerita dan
memprediksi kemungkinan posisi berdiri. Dengan menghitung banyak posisi
berdiri yang mungkin, siswa akan dapat mengevaluasi keputusan pihak studio
dan menjelaskan alasannya. Hal ini dapat menuntut siswa untuk melatih
keterampilan menulis. Versi penilaian kinerja mengharuskan siswa untuk
menampilkan pemikiran kreatif untuk menulis laporan terkait cara mendapatkan
data hingga kesimpulan yang didapat dan menjelaskan pemikirannya. Hal ini
membutuhkan lebih banyak tulisan daripada esai. Ketiga versi ini dapat menjadi
instrument penilaian, bergantung pada apa yang ingin dinilai oleh guru.
32
Mudah Sulit
Mengingat 2 1 Diberikan suatu matriks A.
Diketahui 𝐴 = [ ];
1 0
Tentukan syarat apa yang harus
1
𝐵 = [ ], apakah matriks A dan B dipenuhi agar matriks A
2
dapat dikalikan? mempunyai invers?
Berpikir Pada suatu segitiga sama sisi Daya dorong pompa air merek
Tingkat dibuat segitiga baru yang titik A berkurang sebesar 3% setiap
Tinggi sudutnya merupakan titik tengah bulannya, sedangkan daya
ketiga sisi segitiga tersebut (lihat dorong pompa air merk B
gambar), begitu seterusnya berkurang sebesar 2% setiap
sampai 8 kali. bulannya. Jika pompa air merk
A dapat mengalirkan air
700 liter/menit dan pompa air
merek B dapat mengalirkan air
600 liter/menit. Tentukan:
a) Pompa air mana yang harus
Jika luas segitiga yang terbesar diganti terlebih dahulu jika
2
adalah 256 𝑐𝑚 , tentukan luas pada kemampuan daya
segitiga yang terkecil. dorong 400 liter/menit
pompa-pompa tersebut
harus diganti.
b) Pada bulan keberapa
masing-masing pompa
harus diganti?
2.3 Strategi untuk Memberikan Umpan Balik atau Menskor Tugas yang Menilai
Berpikir Tingkat Tinggi
Ada dua cara untuk menginterpretasikan tanggapan siswa terhadap item atau
tugas: pertama yaitu mengomentari pekerjaan, dan yang kedua yaitu memberi
penskoran. Kedua cara tersebut penting untuk menerapkan kriteria tentang kualitas
pemikiran yang ditunjukkan dalam pekerjaannya. Kriteria dapat menjadi dasar
untuk umpan balik atau dasar rubrik, atau keduanya, tergantung pada bagaimana
33
guru menggunakan penilaian. Poin pentingnya adalah bahwa kriteria tersebut sesuai
dengan target pembelajaran guru, dan kemajuan terhadap kriteria tersebut berarti
pembelajaran.
34
Gambar 1. Penilaian Sumatif yang difungsikan juga sebagai Penilaian Formatif
35
3. Hasil digunakan untuk dasar Hasil merupakan bukti mengenai
memperbaiki proses pembelajaran apa yang dikuasai oleh peserta
unit/bab/kompetensi yang sedang didik.
dipelajari (agar peserta didik
mencapai penguasaan yang optimal).
4. Hasil penilaian formatif tidak dipakai Hasil penilaian sumatif digunakan
dalam menentukan nilai rapor. untuk menentukan nilai rapor, naik
kelas atau tinggal kelas, dan lulus
atau tidak lulus.
36
menggunakan teknik respon bersama (choral response) guru mengecek
penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan yang dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Di tengah pelajaran guru mengecek pemahaman peserta didik
terhadap apa yang sedang dipelajarinya hingga pertengahan jam pelajaran itu
dengan teknik bertanya. Selanjutnya, di akhir pelajaran guru menggunakan exit
slips untuk mengecek penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
dipelajari hingga akhir pelajaran saat itu.
Berdasarkan data dari hasil penilaian formatif guru dapat mengetahui
bagian mana dari materi/kompetensi yang telah dikuasai dan apakah masih ada
bagian yang belum dikuasai dengan baik. Selanjutnya guru langsung
memutuskan tindakan yang perlu dilakukan, misalnya mengulang pembelajaran
pada bagian materi yang belum dikuasai peserta didik dengan baik, memperbaiki
pembelajaran yang sedang berlangsung dan/atau merancang kegiatan
pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil penilaian formatif tersebut. Dengan
demikian penilaian formatif menjadikan pembelajaran lebih berkualitas dan
lebih menjamin tercapainya tujuan pembelajaran bagi setiap peserta didik. Agar
penilaian formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan, perencanaan
penilaian formatif dibuat menyatu dengan perencanaan pembelajaran dalam
RPP.
2.3.1.3 Teknik Penilaian Formatif
37
Gambar 2. Siklus Penilaian Formatif menurut McCarthy, 2017 (dalam Priyana, 2019)
Berikut disajikan beberapa contoh teknik penilaian formatif beserta
penerapannya yang diambil dari beberapa sumber antara lain Bell dan Cowie
(2002); Hall dan Burke (2004); Regier (2012), ( dalam Priyana, 2019).
1. Observasi (Pengamatan)
a. Catatan Anekdot
38
Buku catatan anekdot adalah buku yang berisi lembar-lembar isian
observasi yang dibagi menjadi beberapa bagian untuk masing-masing peserta
didik. Dengan buku catatan anekdot, seluruh observasi mengenai seorang
peserta didik secara individual berada dalam 1 (satu) buku dan dapat
memberikan gambaran mengenai pembelajaran peserta didik selama periode
tertentu. Fitur-fitur buku catatan anekdot pada dasarnya sama dengan fitur-fitur
pada catatan anekdot. Pada Gambar 2 disajikan contoh catatan yang diambil dari
buku catatan anekdot.
39
1) Berbentuk stiker atau label,
2) Melukiskan peristiwa yang faktual dan obyektif,
3) Berisi peristiwa penting dan selektif,
4) Penulisan dapat dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung atau
diakhir proses pembelajaran, dan
5) Label-label ditempel dalam buku observasi.
Sebagaimana halnya catatan anekdot, buku cacatan anekdot dan kartu catatan
anekdot, sticky notes dapat digunakan untuk mencatat perkembangan peserta
didik dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan data yang
diperoleh dari proses pengamatan di kelas.
2. Bertanya (Questioning)
40
tengah, atau akhir pelajaran.
Tingkat kesulitan dan/atau jenis pertanyaan yang diberikan hendaknya
bervariasi, dan menyertakan pertanyaan yang tidak sekedar menuntut ingatan akan
sekumpulan fakta atau angka, tetapi pertanyaan yang mendorong pelibatan proses
kognitif tingkat tinggi (higher order thinking skills).
3. Diskusi
4. Exit/Admit Slips
a) Exit Slips
b) Admit Slips
41
Slips dilakukan sebelum pembelajaran di kelas dimulai. Peserta didik dapat
diminta untuk menuliskan komentar pada sebuah kartu di awal
pembelajaran. Kartu-kartu ini dikumpulkan sebagai syarat untuk masuk ke
a. Lembar refleksi
kelas dan biasanya tidak dinilai serta tidak diberi nama. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang apa
yang mereka pelajari atau yang akan ditemui di dalam kelas, serta
mengaktifkan pengetahuan awal mereka atau menghubungkan apa yang
telah mereka ketahui dan pelajari. Exit Slips dan Admit Slips dapat
digunakan pada semua mata pelajaran.
42
Lembar Refleksi
Nama : Tanggal:
43
...............................................................................
44
Gambar 5. Lembar Catatan Belajar Peserta didik
Dari isian ini terlihat bahwa peserta didik yang bersangkutan sudah
memahami konsep pecahan. Diketahui juga apa yang masih dirasa sulit oleh peserta
didik tersebut, yaitu operasi pecahan. Hal ini bisa menjadi acuan Guru dalam
merancang aktivitas selanjutnya.
45
b. Lembar Tanggapan Peserta didik
46
7. Latihan Presentasi
8. Peta Konsep
9. Penilaian Kinestetik
47
kain spanduk dan digelar di lantai kelas. Peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok, setiap kelompok memiliki gambar jam masing-masing. Seorang
peserta didik dari setiap kelompok maju ke tengah spanduk bergambar jam dan
menunjukkan waktu yang ditanyakan oleh guru dengan menggunakan dan
memperagakan kedua kakinya sebagai penunjuk waktu. Apabila ada yang salah,
teman satu kelompoknya bisa membantu mengarahkan ke angka yang tepat.
48
dengan spidol. Ketika peserta didik telah menuliskan jawabannya, mereka
diminta untuk mengangkat papan kecil/kertas karton mereka. Guru dapat
menentukan siapa yang dapat menjawab dengan tepat dan yang masih
membutuhkan bantuan. Guru bisa langsung memberikan perbaikan (umpan
balik) pada peserta didik yang jawabannya belum tepat.
Contoh gambaran teknik penilaian formatif papan bicara:
49
Nama: Nama:
12. Penugasan
Penilaian formatif dapat dilakukan guru dengan cara memberi tugas yang
dapat dikerjakan peserta didik sebagai pekerjaan rumah (PR). Tugas tersebut dapat
dikerjakan secara individu atau kelompok. Dari hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh peserta didik, guru dapat mengetahui perkembangan peserta didik
dalam menguasai materi/kompetensi secara kelompok atau individu. Selanjutnya
guru memberi umpan balik dan merancang pembelajaran yang tepat untuk
memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
50
13. Daftar cek
51
16. Tunjuk Lima Jari
Ketika guru ingin segera mengetahui kemajuan penguasaan peserta didik di
tengah-tengah pelajaran, tunjuk lima jari adalah salah satu teknik yang dapat
digunakan. Berikan sebuah pertanyaan kepada peserta didik dan mintalah mereka
menunjukkan tingkat kepahaman mereka dengan menggunakan isyarat jari. Peserta
didik menunjukkan satu jari jika mereka masih tidak yakin apakah mereka
memahami suatu materi dan memerlukan tambahan penjelasan. Jika mereka merasa
sudah mulai memahami materi tersebut, mereka bisa menunjukkan tiga atau empat
jari. Peserta didik yang sepenuhnya telah memahami materi menunjukkan lima jari.
Dengan cara ini guru memperoleh informasi mengenai kemajuan penguasaan peserta
didik terhadap materi dan memungkinkan guru untuk menyesuaikan kegiatan
pembelajaran.
Uraian Singkat adalah teknik penilaian formatif yang cepat dan memungkinkan
guru untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik dalam suatu topik
pembelajaran. Guru memberikan sebuah pertanyaan kepada peserta didik dan
meminta mereka menjawabnya. Kemudian guru menjelaskan bahwa mereka
mempunyai waktu yang sangat singkat (biasanya satu menit) untuk menuliskan
jawaban mereka. Untuk itu, guru harus memastikan bahwa pertanyaan yang
disampaikan dapat dijawab dalam waktu singkat. Pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dapat membuat peserta didik merefleksikan penguasaan materi dan
menghubungkannya dengan kehidupan mereka masing-masing. Pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan dapat meliputi pertanyaan-pertanyaan yang
52
menghendaki proses kognitif baik tingkat rendah maupun tingkat tinggi.
Guru menunjukkan sebuah masalah kepada peserta didik secara individu atau
kelompok dan meminta mereka memecahkannya. Peserta didik dapat menyatakan
jawaban/solusi terhadap masalah secara lisan atau tertulis. Jawaban/solusi mereka
dapat menunjukkan tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang sedang
dipelajari. Jawaban/solusi yang dikemukakan peserta didik memberikan petunjuk
tentang jenis kegiatan pembelajaran yang dibutuhkan pada pelajaran selanjutnya.
53
pertanyaan, peserta didik menjawab dengan mengangkat kartu jawaban mereka.
Guru mencermati seluruh kelas dengan singkat, dan memberikan penilaian terhadap
pemahaman mereka.
Menurut Bell dan Cowie (dalam Priyana, dkk, 2019), penilaian formatif
54
dilakukan melalui tahap-tahap:
1) Pengumpulan Informasi (elisitasi),
2) Pengolahan dan Interpretasi Informasi, dan
3) Pengambilan Tindakan berdasarkan hasil interpretasi penilaian.
4) Ketiga tahapan tersebut merupakan sebuah siklus yang merupakan bagian dari
proses belajar mengajar.
55
menginterpretasi informasi dengan baik, guru perlu memahami capaian
kompetensi yang diharapkan dari setiap penilaian yang dilakukan. Guru perlu
menetapkan pedoman penskoran dari setiap penilaian yang dilakukan. Pedoman
penskoran berisi gambaran tentang aspek apa saja yang diharapkan dapat
diperoleh dari penilaian yang dilakukan dan kualitas capaian peserta didik dari
hasil pengamatan. Pedoman penskoran pada penilaian formatif lebih fleksibel
dan harus sudah dipahami secara langsung oleh guru sehingga guru tidak perlu
memegang pedoman penskoran pada saat penilaian formatif dilakukan di kelas.
Pada tahap ini guru membuat sejumlah kesimpulan atas beberapa
pertanyaan, antara lain:
a. secara umum peserta didik telah menguasai materi/kompetensi secara
umum;
b. apakah semua peserta didik telah menguasai materi dengan baik;
c. materi mana yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai dengan baik;
d. siapa saja yang telah menguasai materi dan yang belum menguasai materi
dengan baik;
e. apa yang telah menyebabkan sejumlah anak belum menguasai materi
dengan baik.
Untuk mengambil kesimpulan seberapa baik peserta didik telah
mencapai kemajuan (menguasai kompetensi), guru umumnya membandingkan
penguasaan yang telah dicapai peserta didik dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya (criterion-referenced formative assessment). Meskipun
demikian, ada sejumlah guru yang membandingkannya dengan penguasaan awal
peserta didik yang bersangkutan (student-referenced formative assessment).
Untuk dapat memberikan umpan balik dan tindakan yang tepat, guru dapat
menggunakan dua pendekatan tersebut.
3. Pengambilan Tindakan
Tahap ketiga pada proses penilaian formatif adalah pengambilan tindakan
berdasarkan hasil interpretasi informasi penilaian. Pada tahap ini guru
memberikan umpan balik (feedback) yang meliputi pemberitahuan mengenai
tingkat penguasaan peserta didik, materi mana yang sudah dikuasai, mana yang
56
belum, dan bagaimana tindak lanjut pembelajarannya.
Bagian terpenting dari tahap ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran
kepada peserta didik yang difasilitasi guru. Mereka adalah peserta didik yang
penguasaannya belum memenuhi kriteria yang ditetapkan sebelumnya dan/atau
yang kemanjuannya belum optimal.
Guru melakukan tindakan (intervensi) secara langsung (spontan) atau
dapat ditunda. Tindakan dapat terjadi pada tingkat kelas, kelompok, atau
individu.
B. Umpan Balik
57
guru dan diarahkan untuk menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk
memperdalam pemahamannya. Umpan balik bertujuan agar peserta didik dapat
belajar dengan lebih efektif.
Pengertian umpan balik semacam ini mengisyaratkan bahwa peserta
didik mengambil peranannya dalam pembelajaran. Hal ini juga mengisyaratkan
bahwa guru perlu memiliki pengetahuan yang baik mengenai materi yang akan
diajarkan, pemahaman tentang bagaimana kemungkinan peserta didik akan
mempelajarinya, dan mampu menggunakan serangkaian strategi untuk
menemukan dan mengembangkan cara belajar peserta didik yang efektif sesuai
perkembangan peserta didik.
1. Cakupan penilaian
2. Fokus penilaian
58
dasar melalui suatu pembelajaran yang dirancang dalam RPP. Oleh karenanya,
fokus penilaian formatif adalah beberapa butir nilai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan tersebut. Meskipun demikian, dalam hal penilaian formatif sikap,
mempertimbangkan bahwa penanaman nilai-nilai sikap memerlukan waktu yang
lama (biasanya tidak cukup dengan pembelajaran yang dirancang pada sebuah
RPP), nilai-nilai karakter yang ditanamkan melalui pelajaran sebelumnya juga
dapat menjadi fokus penilaian formatif. Bahkan penilaian formatif sikap dapat
selalu mencakup semua butir nilai sikap yang ditanamkan pada semester yang
sedang berjalan. Sementara itu, penilaian formatif pengetahuan dan
keterampilan umumnya difokuskan pada beberapa butir pengetahuan dan
keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran pada RPP.
59
Kegiatan-kegiatan pembelajaran pada kegiatan inti mengikuti sintaks
(langkah- langkah pembelajaran) metode pembelajaran aktif yang diterapkan,
misalnya pembelajaran dengan metode ilmiah, project-based learning, problem-
based learning, dan inquiry/discovery learning. Penilaian formatif dapat
dilaksanakan di antara langkah- langkah pembelajaran tersebut, terutama setelah
peserta didik dibelajarkan untuk memperoleh sikap, pengetahuan, dan/atau
keterampilan melalui langkah-langkah pembelajaran mengikuti sintaks metode
yang diterapkan.
Pada akhir pelajaran (penutup), guru dapat mengecek penguasaan peserta
didik atas kompetensi yang telah dipelajari hari itu. Hasil penilaian formatif
pada akhir pelajaran digunakan untuk menentukan kegiatan pembelajaran
berikutnya yang tepat.
Setiap penilaian formatif mencakup langkah-langkah elisitasi
data/informasi mengenai kemajuan penguasaan kompetensi peserta didik,
interpretasi atas data/informasi tersebut, dan tindakan (umpan balik) berdasarkan
hasil interpretasi data/informasi yang diperoleh dari penilaian formatif.
60
d. menyenangkan;
e. didukung oleh sumber daya yang tersedia; dan
f. dapat dilaksanakan dalam waktu yang tersedia sebagai bagian dari kegiatan
belajarmengajar.
61
BAB III
PENUTUP
Pendidikan bertujuan untuk menghasilkan insan yang cerdas dan berkarakter serta
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang optimal sesuai dengan taraf
perkembangan dan jenjang pendidikan masing-masing. Menurut Priyana, dkk (2019)
tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan efektif dan efisien apabila proses
pembelajaran dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Memperhatikan pentingnya
informasi yang diperoleh dari pemantauan kemajuan penguasaan kompetensi melalui
penilaian dalam melaksanakan pembelajaran yang menjamin pencapaian optimal bagi
setiap peserta didik, setiap guru profesional perlu melakukan penilaian dengan baik
(Regier, 2012).
41
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Moch. (2019). Panduan Penilaian Kinerja. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.
Abduh, Moch. (2019). Panduan Penulisan Soal HOTS-Higher Order Thinking Skills.
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.
Angelo, T.A. dan Cross, K.P. (1993). Classroom Assessment Techniques: A Handbook
for College Teachers. (2nded.) San Fransisco: Jossey-Bass Publishres.
Bell, B. dan Cowie, B. (2002). Formative Assessment and Science Education. New
York: Kluwer Academic Publishers.
Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your classroom.
Virginia: ASCD.
Fried-Booth, D.L. (2002). Project Work. (2nded). New York: Oxford University Press.
Hall, K. dan Burke, W.M. (2004). Making Formative Assessment Work. Glasgow: Open
University Press.
Hampson, M., Patton, A. dan Shanks, L. ... 10 Ideas for 21st Century Education.
London: Innovation Unit.
Higgins, M., Grant, F., Thompson, P., dan Montarzino, A. (2010). Effective and
Efficient Methods of Frmative Assessment. CEBE Innovative Project in
Learning & Teaching.
Hughes, G.B. (2010). Formative Assessment Practices that Maximize Learning for
Students at Risk. In Andrade, H.L. dan Cizek, G.J. (Eds). Handbook of
Formative Assessment (pp. 212-231). New York: Rotledge.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Panduan Pembelajaran Untuk
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
Noormandiri, B.K. (2017). Matematika Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok
Wajib Berdasarkan Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
42
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Priyana, J., dkk. (2019). Model Penilaian Formatif pada Pembelajaran Abad ke-21
untuk Sekolah Dasar. Jakarta : Pusat Penilaian Pendidikan.
Regier, N. (2012). 60 Formative Assessment Strategies. Regier Educational Resources.
Septikasari, R. & Frasandy, R. N. (2018). Keterampilan 4C Abad 21 dalam
Pembelajaran Pendidikan Dasar Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, 8(2).
Stehle, S. M., & Burton, E. P. (2019). Developing student 21st Century skills in selected
exemplary inclusive STEM high schools. International Journal of STEM
Education, 6(1). https://doi.org/10.1186/s40594-019-0192-1
Stoller, F. (2006). Establishing a theoretical foundation for project-based learning in
second and foreign-language contexts. In G.H. Backett& P.C. Miller (Eds),
Project- Based Second and Foreign Language Education: Past, Present, and
Future (pp.19- 40). Greenwich, Connecticut: Information Age Publishing.
Sutman, F.X., Schmuckler, J.S., dan Woodfield, J.D. (2008). The Science Quest: Using
Inquiry/Discovery to Enhance Learning. San Fransisco: Jossey Bass.
Suto, I., & Eccles, H. (2014). The Cambridge approach to 21 st Century skills:
definitions, development and dilemmas for assessment IAEA Conference,
Singapore, 2014 Irenka Suto and Helen Eccles, Cambridge Assessment.
Vygotsky, L. (1978). Mind in Society: the Development of Higher Psychological
Processes. In Cole, M., John-Steiner, V., Scribner, S. and Souberman. (Eds.)
Cambridge, MA: Harvard University Press.
43