Anda di halaman 1dari 10

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kurikulum 2013 merekomendasikan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah


dalam pembelajaran sebagai proses membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pendekatan saintifik merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis
meliputi proses pembelajaran: (a) mengamati; (b) menanya; (c) mengumpulkan
informasi/mencoba; (d) menalar/mengasosiasi; dan (e) mengomunikasikan. Pembelajaran
Kimia lebih menekankan pada penggunaan pendekatan keterampilan proses/kerja ilmiah.
Aspek-aspek pada pendekatan ilmiah (scientific approach) terintegrasi pada pendekatan
keterampilan proses dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah, yang
meliputi, antara lain: menemukan masalah, mengumpulkan fakta-fakta terkait masalah,
membuat asumsi, mengendalikan variabel, melakukan observasi/ percobaan, melakukan
pengukuran, melakukan inferensi memprediksi, mengumpulkan dan mengolah data hasil
observasi/ pengukuran, serta menyimpulkan dan mengomunikasikan (Kemendikbud,2016).

Pembelajaran IPA idealnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar
aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh
sebagaimana hakikat dan karakteristik sains khususnya IPA. Karena itu dalam menyiapkan
pengalaman belajar bagi siswanya guru tidak hanya menekankan produk semata tetapi juga
kepada aspek proses, sikap dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Astuti, dkk,
2012 : 51-59).

Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
tentang gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat,
transformasi, dinamika dan energetika zat. Pengembangan Kurikulum Kimia di SMA/MA
dilakukan dalam rangka mencapai dimensi kompetensi pengetahuan, kerja ilmiah, serta sikap
ilmiah sebagai perilaku sehari-hari dalam berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan dan
pemanfaatan teknologi (Kemendikbud, 2016).

Keterampilan proses merupakan suatu pendekatan belajarmengajar yang mengarah


pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah ketrampilan tertentu pada diri mahasiswa
calon guru, agar mampu memproses informasi sehingga ditemukan halhal baru yang
bermanfaat baik berupa fakta, konsep maupun pengembangan sikap dan nilai. Melalui

1
2

keterampilan proses, konsep yang diperoleh mahasiswa calon guru akan lebih bermakna
karena keterampilan berfikir mahasiswa akan lebih berkembang (Wardani, 2008 : 317-322 ).

Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan metode ilmiah yang di dalamnya


melatihkan langkah-langkah untuk menemukan sesuatu melalui eksperimen dan percobaan.
KPS tidak hanya diberikan kepada peserta didik di tingkat dasar dan menengah bahkan di
Perguruan Tinggi. KPS merupakan langkah pendekatan pembelajaran yang diringkas menjadi
5M (mengamati, menanya, menalar, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan) untuk
mengajarkan mata pelajaran apapun di Kurikulum 2013(Sartika, 2015 : 28-36).

Pendekatan ketrampilan proses sains merupakan pembelajaran yang lebih


menekankan pada proses belajar sehingga siswa dapat mengembangkan konsepkonsep yang
ada di alam sekitar. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses juga
memungkinkan siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah untuk mengembangkan
keterampilanketerampilan yang mendasar sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat
memahami konsep yang di pelajarinya (Astuti, dkk, 2012 : 51-59).

Berdasarkan hasil observasi, dan wawancara dengan guru kimia yang mengajar di
kelas X IPA 2 berjumlah 40 siswa , laki-laki 13 siswa dan perempuan 27 siswa pada tanggal
10 November 2016 bahwa 65% siswa masih kurang memberikan perhatian pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan selama proses pembelajaran berlangsung,
kurang adanya hubungan timbal balik antara siswa dengan siswa dengan guru. Siswa
cenderung lebih senang mengobrol di kelas , bahkan ada siswa yang bermain handphone dan
membaca buku selain mata pelajaran kimia dibandingkan untuk belajar pelajaran kimia.
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa lebih senang bertanya kepada teman
daripada bertanya kepada guru apabila tidak mengerti dengan materi yang dipelajari sehingga
membuat hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil belajar menjadi permasalahan bagi
tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut seorang guru harus
melakukan perubahan dengan cara memperbaiki hasil belajar siswa dalam pelajaran kimia
dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yokhebed, dkk (2012) menyimpulkan


pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan
pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
mengalami peningkatan. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi Pra siklus, Siklus I, II, III
(31,57%; 63,15%; 68,42%; 79%).

2
3

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun


kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap
ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap (Haryono, 2006: 1-13).

Memperhatikan bahwa di SMA N 21 Palembang belum pernah dilakukan penelitian


ini, penulis tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam
bentuk skripsi yang berjudul Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X IPA 2 Di SMA Negeri 21
Palembang

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi masalah di SMA


Negeri 21 Palembang
1. 65% hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran kimia.
2. Banyaknya siswa yang mengobrol di dalam kelas dibandingkan belajar kimia
3. Banyaknya siswa yang bermain handphone dan membaca buku selain buku mata
pelajaran kimia.
4. Banyaknya siswa yang malu bertanya

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, didapatlah rumusan masalah sebagai berikut,
Bagaimana peningkatan hasil belajar kimia siswa melalui penerapan pendekatan
Keterampilan Proses Sains kelas X IPA2 di SMA Negeri 21 Palembang?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar kimia siswa melalui penerapan pendekatan
Keterampilan Proses Sains kelas X IPA 2 di SMA Negeri 21 Palembang

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui peningkatan hasil belajar kimia siswa melalui penerapan


pendekatan Keterampilan Proses Sains kelas X IPA 2 di SMA Negeri 21 Palembang .
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

3
4

a. Guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru kimia dan dengan hasil
penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Siswa, penelitian ini bermanfaat sebagai pengalaman siswa SMA Negeri 21
Palembang dalam melakukan teknik belajar untuk meningkatkan hasil belajar kimia
c. Sekolah, sebagai bahan masukan, meningkatkan mutu isi, proses serta hasil
pembelajaran dan pendidik di sekolah.
d. Peneliti lain, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber untuk penelitian sejenis dan
dapat meneruskan hasil penelitian ini.

4
5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku dari belum tahu menjadi tahu,dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama
menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri
(Trianto, 2010:17).

2.2 Pembelajaran

Menurut Suardi (2015:7), pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik


agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

2.3 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarya. Hasil belajar mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar.

2.4 Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Menurut Gulo (2008:4), pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap seluruh masalah yang ada dalam proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Pendekatan yang dikenal dalam proses pembelajaran diantaranya adalah pendekatan
fakta,konsteksual, konsep, dan keterampilan proses sains.

2.5 Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Ekawarna (2012 : 4-5), penelitian tindakan kelas adalah penelitian (action
research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. PTK lebih bertujuan untuk
memperbaiki kinerja, sifatnya konstektual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun
demikian hasil PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip
dengan yang dimiliki peneliti.

5
6

2.6 Kerangka Berpikir


Penelitian dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana akan
menggunakan pendekatan keterampilan proses sains pada mata pelajaran kimia untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 di SMA Negeri 21 Palembang. Dengan
harapan, setelah dilakukan penelitian hasil belajar kimia siswa kelas X IPA 2 akan meningkat
setelah menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Berikut ini adalah bagan
kerangka berpikir penelitian tindakan kelas di kelas X IPA 2 SMA Negeri 21 Palembang.

Kenyataan
dilapangan

Siswa cenderung lebih senang mengobrol di


kelas, siswa lebih senang bertanya kepada
teman daripada bertanya kepada guru

Hasil belajar rendah

Penerapan
Keterampilan Proses
Sains

Siswa Terampil Hasil belajar


Bekerja Ilmiah meningkat

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

6
7

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atauClassroom


Action Research (CAR). Pelaksanaan penelitian bersifat kolaboratif yaitu peneliti bekerja
sama dengan guru mata pelajaran kimia yang bersangkutan. Tindakan yang direncanakan
berupa penerapan Keterampilan Proses Sains ( KPS ) sebagai upaya peningkatan hasil belajar
kimia siswa.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 di ruang kelas X
IPA 2 SMA Negeri 21 Palembang.

3.3 Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 21 Palembang
tahun ajaran 2016/2017. Jumlah seluruh siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 21 Palembang
tahun ajaran 2016/2017 adalah 40 siswa.

3.4 Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan melalui 4 tahap, yakni perencanaan, tindakan,


pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini meliputi :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi hukum-hukum
dasar kimia.
b. Menyiapkan LKPD yang berhubungan dengan materi hukum-hukum dasar kima
sebagai media atau alat bantu dalam mengajar.
c. Menyiapkan alat dan bahan seperti tabung reaksi, pipet tetes, dan gelas kimia yang akan
digunakan dalam percobaan.
d. Menyiapkan soal postes dan kunci jawaban.
e. Menyiapkan lembar observasi kinerja KPS siswa.
f. Menyiapkan lembar observasi keterlaksaan tindakan oleh guru.

2. Tindakan

7
8

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan merupakan skenario pembelajaran yang telah


direcanakan.
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan terdapat dua kelompok data yang dikumpulkan : (1) hasil
belajar kognitif dikumpulkan dengan menggunakan soal post test dan (2) keaktifan
belajar dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi kinerja KPS.
4. Refleksi
Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis pada tahap
refleksi untuk menyempurnakan perencanaan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi
guru dan observer mendiskusikan berbagai informasi dan data yang dikumpulkan
selama pengamatan, menginterpresentasikan informasi, serta mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam proses belajar mengajar.
Sesuai dengan hasil pemantauan, ada dua kelompok data yang akan diamati, yaitu (1)
Keaktifan belajar siswa dan (2) hasil belajar siswa.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2005:53). Tes digunakan untuk mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar dengan menerapkan pendekatan KPS.

2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2005: 78) pelaksanaan observasi berjalan


bersamaan pada saat tindakan berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Data Tes
Langkah-langkah dalam penilaian tes tertulis adalah sebagai berikut.

8
9

a) Memberikan skor dari jawaban siswa berdasarkan skor yang telah ditentukan untuk
setiap soal.
b) Menghitung skor yang diperoleh siswa menggunakan rumus:


Persentase (%) =

(Sudjana, 2006: 145)

c) Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa menggunakan rumus:


Mx =

(Arikunto, 2005: 264)
Keterangan :
MX = nilai rata-rata seluruh siswa
x = jumlah nilai seluruh siswa
n = jumlah seluruh siswa
d) Menghitung persentase tingkat ketuntasan belajar siswa dapat dihitung menggunakan
rumus:

Persentase (%) =
100%

(Daryanto, 2011: 192)


Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar siswa dalam (%)
NO Tingkat Keberhasilan Predikat
1 80 - 100% Sangat Baik
2 60 - 79% Baik
3 40 - 59% Cukup
4 20 - 39% Kurang
5 0 - 19% Kurang
Sekali
(Aqib, dkk., 2009: 40-41)

Ketuntasan pembelajaran kimia di SMA Negeri 21 Palembang yaitu jika ketuntasan


belajar individual siswa memperoleh nilai 76 dan ketuntasan belajar secara klasikal

9
10

apabila di dalam kelas tersebut telah terdapat 85% siswa dari jumlah seluruh siswa yang
memperoleh nilai 76.
Nilai siswa nilai KKM ditulis Belum Tuntas
Nilai siswa nilai KKM ditulis Tuntas

10

Anda mungkin juga menyukai