Anda di halaman 1dari 9

Penerapan model Process Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING


(POGIL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KALOR
KELAS VII SMP N 22 SURABAYA

Rizki Amalia Indraswari 1), Wahono Widodo2), Muchlis3)


1)
Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: rizki.amaliaindraswari@gmail.com
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: wahonow@gmail.com
3)
Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA. E-mail: muchlis_kimia@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang (1) keterlaksanaan model POGIL pada materi
Kalor, (2) peningkatan keterampilan proses sains siswa dan (3) respon siswa pada materi Kalor. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperimental dengan rancangan one group pre-test post-
test design. Sasaran penelitiannya adalah siswa kelas VII-A SMP N 22 Surabaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil keterlaksanaan pada pertemuan pertama 3,00 (baik), pada pertemuan kedua 3,37
(baik) dan pada pertemuan ketiga 3,54 (sangat baik). Hasil perhitungan dengan uji normalitas diperoleh
diperoleh X2 sebesar 3,99 lebih kecil dari X2(1-α)(k-1) sebesar 12,5, ini berarti sampel berdistribusi
normal. Dari analisis pada uji N-Gain menunjukkan adanya peningkatan untuk tiap aspek keterampilan
proses sains. Perbedaan hasil pretest dan posttest dikatakan signifikan, dibuktikan dengan uji-t
diperoleh thitung (18,33) > ttabel (1,68) dengan taraf signifikan α = 0,05. Siswa memberikan respons
jawaban positif sebesar 91%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran POGIL
dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas VII-A SMP N 22 Surabaya

Kata kunci : Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL), Keterampilan Proses Sains

Abstract
This study aimed to describe about (1) adherence to the model POGIL of the Heat material, (2)
improving students' science process skills, and (3) the response of students to the Heat material. This type
of research is the study of pre-experimental design with one group pre-test post-test design. Target of
research is class VII-A SMP N 22 Surabaya. The results showed that the results of feasibility at the first
meeting of 3.00 (good), at the second meeting of 3.37 (good) and the third meeting of 3.54 (very good).
The calculation result obtained by normality test of 3.99 was obtained X 2 is smaller than X2 (1-α) (k-1)
was 12.5, this means that the samples are normally distributed. From the analysis of the N-Gain trials
showed an increase for every aspect of the science process skills. Differences in pretest and posttest
results said to be significant, as evidenced by the t-test obtained tcount (18.33)> ttable (1.68) with
significance level α = 0.05. Students give a positive answer response of 91%. It can be concluded that
POGIL learning model can be used to increase the science process skills class VII-A SMP N 22 Surabaya

Keywords: Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL), Science Process Skills

PENDAHULUAN Diperlukan suatu peningkatan dan penyempurnaan


Pendidikan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi penyelenggaraan pendidikan nasional sebagai upaya
dalam untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan meningkatkan kualitas manusia Indonesia untuk
kehidupan bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 mewujudkan warga masyarakat yang maju, adil, dan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional makmur. Berkaitan dengan hal tersebut sehingga
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan pemerintah membentuk kurikulum 2013 yang merupakan
terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar penyempurnaan dari kurikulum sebelumya.
peserta didik dengan aktif mengembangkan potensi Dalam Permendikbud No. 58 Tahun 2014, proses
dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan, pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa sumber observasi, mampu merumuskan masalah
dan Negara. (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah. Di
samping itu pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta

1
Jurnal Pendidikan IPA e-Pensa 2015

didik berpikir analitis (pengambilan keputusan) serta guru mata pelajaran IPA. Padahal pada materi Kalor siswa
mampu kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan dituntut untuk dapat mengidentifikasi berbagai peristiwa
masalah. kalor serta peran kalor dalam kehidupan, untuk
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah mengidentifikasi berbagai peristiwa kalor tentunya siswa
sehingga dalam pembelajarannya siswa juga harus harus melakukan penyelidikan ilmiah agar mendapatkan
mengembangkan keterampilan proses sains sehingga fakta-fakta yang mendukung jawaban mereka. Sebagai
keterampilan proses sains merupakan keterampilan- upaya untuk mendapatkan fakta-fakta tersebut, siswa
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses
melakukan penyelidikan ilmiah. Adapun menurut sains seperti mengamati, merumuskan masalah, membuat
(Nuryani dan Andrian dalam Nugraha, 2005) hipotesis, mengidentifikasi variabel, berkomunikasi dan
keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan membuat kesimpulan.
yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di
dan menerapkan keterampilan mental, keterampilan fisik atas, perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat
(manual) maupun keterampilan sosial. Melalui membuat siswa aktif serta memberi kesempatan kepada
keterampilan proses sains, anak bisa mempelajari tentang siswa untuk menggunakan kemampuannya sendiri dalam
sains seperti yang ilmuwan lakukan misalnya menyelidiki suatu peristiwa. Selain itu juga, dapat
pengamatan, mengklasifikasi, melakukan eksperimen dan melatihkan keterampilan proses sains siswa agar lebih
lain sebagainya. berkembang, demi tercapainya kurikulum yang sudah
Dari hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri ditetapkan di sekolah juga penggunaan media yang tidak
22 Surabaya, diperoleh bahwa SMP N 22 Surabaya sudah terlalu sulit sehingga dapat mempermudah siswa dan guru
menerapkan kurikulum 2013. Dalam pembelajaran IPA dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran
siswa telah dilatihkan keterampilan proses sains. Tetapi, yang dimaksud adalah model Process Oriented Guided
keterampilan proses sains siswa masih lemah. Selama ini Inquiry Learning (POGIL).
keterampilan proses yang dilatihkan adalah keterampilan POGIL merupakan penyempurnaan dari inkuiri
proses sains dasar yaitu observasi dan itupun masih belum terbimbing yang dapat mempermudah pelaksanaan
maksimal. Hal ini menyebabkan siswa belum menguasai pembelajaran secara inkuiri baik di kelas maupun di
sepenuhnya keterampilan proses sains yang diharapkan laboratorium. Pada inkuiri terbimbing peran guru terlalu
seperti merumuskan masalah, membuat hipotesis, dominan dan lebih menekankan pada proses siswa
mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan sedangkan POGIL memiliki penekanan pada proses dan
mengkomunikasikan data. Hal ini diperkuat dengan data konten yang sangat erat kaitannya dengan keterampilan
dari penyebaran soal pra-penelitian terkait keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains. Model
proses sains yang dilakukan kepada siswa kelas VII di pembelajaran POGIL penting untuk diterapkan karena
SMP Negeri 22 Surabaya yang berjumlah 38 siswa, dalam kegiatan pembelajarannya POGIL bekerja dalam
didapatkan hasil bahwa keterampilan proses sains siswa bentuk tim sehingga kegiatan inkuiri terbimbing dapat
masih belum maksimal. Data yang diperoleh adalah siswa digunakan untuk mengembangkan pemahaman dan
yang mampu merumuskan masalah sebesar 31%, pertanyaan, pemecahan masalah serta tanggung jawab
membuat kesimpulan sebesar 31%, menyusun hipotesis individu.
sebesar 40%, mengidentifikasi variabel sebesar 45%, Selain itu, dalam kurikulum 2013 juga sudah dirujuk
mengamati sebesar 48%, dan mengkomunikasikan sebesar model-model pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan
41%. pembelajaran kurikulum 2013 dimana kegiatan
Selain itu, hasil observasi siswa kelas VII di SMP N pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan
22 Surabaya menunjukkan pembelajaran dengan cara melalui pendekatan saintifik dan diperkuat dengan
langsung, namun guru berusaha untuk melibatkan siswa penerapan pembelajaran berbasis penelitian yaitu inquiry.
ke dalam pembelajaran. Hal itu terlihat saat guru Sedangkan model pembelajaran POGIL merupakan
mengadakan interaksi tanya jawab dengan siswa, tetapi penyempurnaan dari inkuiri terbimbing yang merupakan
diskusi tanya jawab ini hanya berlangsung satu arah saja salah satu jenis inkuiri. Sehingga model pembelajaran
karena tidak semua siswa mau berpendapat. Hal inilah POGIL sesuai dengan model pembelajaran yang dirujuk
yang membuat keterampilan proses sains pada diri siswa oleh kurikulum 2013. Dalam penelitian Widyaningsih,
belum berkembang secara optimal. Dalam penelitian ini, dkk (2012) model pembelajaran POGIL membuat siswa
pemilihan materi Kalor karena beberapa pertimbangan. lebih terarah dalam menentukan pemecahan masalah yang
Alasan pemilihan materi adalah karena masih kurangnya menghasilkan konsep yang baru bagi siswa, karena lebih
keterampilan proses sains siswa dalam materi Kalor, hal terarah siswa akan lebih bisa memahami konsep tersebut.
itu didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan Dalam jurnal internasional penelitian Simonson, et al

2
Penerapan model Process Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains

(2013) proses pembelajaran POGIL menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN


kegiatan yang dirancang khusus dan pembelajaran Keterlaksanaan Pembelajaran
kooperatif untuk mengajar konten secara aktif melibatkan Keterlaksanaan pembelajaran yang diamati adalah
para siswa dalam penyelidikan, berpikir analitis dan kerja keterlaksanaan pembelajaran dengan model Process
sama tim sehingga keterampilan proses siswa semakin Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) pada materi
berkembang Kalor selama tiga kali pertemuan. Pengamatan
Oleh karena itulah materi Kalor sesuai apabila keterlaksanaan proses pembelajaran aspek kegiatan awal,
diimplementasikan menggunakan model pembelajaran kegiatan inti dan penutup dapat dilihat pada grafik
POGIL yang melibatkan keterampilan proses sains. berikut.
Berkembangnya keterampilan-keterampilan siswa seperti
mengamati, berkomunikasi dan menyimpulkan data
merupakan salah satu wujud dari kemampuan berinkuiri
serta keterampilan proses sains.
Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat
menjadi salah satu komponen dalam menciptakan
pembelajaran yang diminati siswa, membantu pemahaman
konsep yang lebih dalam, serta dapat meningkatkan
keterampilan proses sains bagi siswa.

METODE PENELITIAN
Gambar 1. Grafik Pengamatan Keterlaksanaan
Jenis penelitian yang digunakan adalah pra-
Pembelajaran Tiap Tahap
eksperimental dengan rancangan penelitian “One
Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksanaan
Group Pretest Posttest Design” yaitu penelitian yang
pembelajaran yang disajikan pada grafik 4.1
dilakukan dalam satu kelas eksperimen tanpa adanya
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kelas pembanding. Penelitian ini dilakukan di SMP
POGIL pada materi Kalor dengan melatihkan
Negeri 22 Surabaya pada semester genap tahun ajaran
keterampilan proses sains di Kelas VII-A SMPN 22
2014/2015 dengan sasaran kelas VII-A yang berjumlah
Surabaya berjalan dengan baik. Dapat dilihat pada grafik
38 siswa.
diatas pada tahap kegiatan awal, kegiatan inti dan
Metode pengumpulan data yang digunakan
penutup dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan.
dalam penelitian ini, yaitu: pengamatan, tes dan
angket serta Instrumen yang dikembangkan dalam
Hasil penilaian Keterampilan Proses Sains
penelitian ini, yaitu: lembar keterlaksanaan pembelajaran
Dalam penelitian ini keterampilan proses sains yang
dari tiga pertemuan yang dilaksanakan, lembar soal tes
diukur antara lain meliputi keterampilan mengamati,
yang berorientasi keterampilan proses sains berjumlah
merumuskan masalah, membuat hipotesis
enam butir soal dan angket respon siswa.
mengidentifikasi variabel, mengkomunikasikan, dan
Data deskripsi tentang kemampuan guru saat
membuat kesimpulan. Berikut ini hasil diagram
mengelola pembelajaran dianalisis dengan menghitung
ketuntasan keterampilan proses sains siswa pada materi
nilai rata-rata setiap aspek, kemudian nilai rata-rata
Kalor.
tersebut dikonversikan dengan kriteria keefektifan guru
dalam megolah pembelajaran. Data hasil pretest dan
posttest dianalisis dengan menggunakan uji N-Gain dan
uji-t. Uji N-Gain digunakan untuk mengetahui seberapa
besarkah peningkatan keterampilan proses sains siswa
sedangkan uji-t digunakan untuk menentukan ada
tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil pretest
dan posttest. Data hasil respons siswa dianalisis dengan
menghitung presentase respons positif terhadap
pembelajaran yang dilakuakn. Siswa dapat dinyatakan
menunjukkan respons positif terhadap pembelajaran yang
dilakukan jika respons positif positif lebih dari 61%.
Gambar 2. Diagram Ketuntasan Pretest
dan Posttest

3
Jurnal Pendidikan IPA e-Pensa 2015

Berdasarkan Gambar 2. diatas dapat diketahui Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui bahwa secara
bahwa dari 38 siswa yang mengikuti pretest diperoleh umum keterampilan proses sains yang dilatihkan oleh
hasil 38 siswa dinyatakan tidak tuntas. Hal ini sesuai guru pada materi Kalor mengalami peningkatan setelah
dengan ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh diterapkannya model pembelajaran POGIL. Peningkatan
Permendikbud No. 104 tahun 2013 yaitu 2,67. Hasil terkecil pada aspek mengamati yaitu sebesar 29,83% dan
berbeda didapatkan dari nilai posttest siswa, sebanyak 36 peningkatan terbesar pada aspek merumuskan masalah
siswa mendapatkan skor diatas 2,67 sehingga 36 siswa yaitu sebesar 49,12%
tersebut dinyatakan tuntas dan hanya 2 siswa yang Dilakukan pretest untuk mengetahui sampel yang
dinyatakan tidak tuntas. digunakan berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
Jika ditinjau dari segi rata-rata skor setiap aspek normalitas dapat dilihat pada Tabel 2. berikut.
keterampilan proses yang dilatihkan, maka dapat dilihat Tabel 2. Data Uji Normalitas
pada Tabel 4.3 berikut. X2 X2(1-α)(k-1)
Tabel 1. Hasil Analisis Nilai tiap Aspek Keterampilan 3,99 12,59
Proses Sains
Sampel dikatakan berdistribusi normal apabila X2
No Jenis KPS N-Gain Kategori lebih kecil daripada X2(1-α)(k-1) (Sudjana, 2005:273). Dari
hasil perhitungan analisis pada uji normalitas diperoleh
1 Mengamati 0.68 Sedang X2 sebesar 3,99 dan X2(1-α)(k-1) sebesar 12,59. Nilai X2
Merumuskan
0.69 pada Tabel 4.2 lebih kecil dari nilai X 2(1-α)(k-1) dengan
2 Masalah Sedang
Merumuskan taraf ketelitian α = 0,05. Dengan demikian dapat
0.57 diketahui bahwa sampel yang digunakan berdistribusi
3 Hipotesis Sedang
Mengidentifikasi normal.
0.52
4 Variabel Sedang Dilakukan uji-t untuk melihat signifikansi rerata
Membuat perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Hasil analisis
5 0.64
Kesimpulan Sedang uji-t dapat disajikan pada Tabel 3. berikut.
Mengkomunikasikan
6 0.57 Tabel 3. Hasil Uji-t Berpasangan Pretest dan
data Sedang
Posttest
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa dari Jumlah subjek thitung ttabel
keterampilan proses sains yang dilatihkan diperoleh hasil 38 18,33 1,68
bahwa secara keseluruhan keterampilan proses sains yang
dilatihkan mengalami peningkatan untuk setiap aspeknya. Tabel 3. menunjukkan bahwa thitung > ttabel
Berdasarkan perhitungan N-Gain, rata-rata dari keenam (18,33>1,68) dengan α=0,05. Hal ini berarti HO ditolak
aspek keterampilan proses sains termasuk dalam kategori sehingga terdapat pengaruh penerapan POGIL dalam
sedang. meningkatkan keterampilan proses sains siswa yaitu
Guru juga menyajikan rata-rata setiap aspek peningkatan yang signifikan antara nilai pretest dan nilai
keterampilan proses sains yang telah diujikan pada siswa posttest. Selain itu, juga dilakukan uji-t untuk tiap aspek
berdasarkan hasil pretest dan posttest yang disajikan pada keterampilan proses sains disajikan dalam Tabel 4.
Gambar 3. berikut. berikut.

Tabel 4. Hasil Uji-t Berpasangan tiap Aspek


Keterampilan Proses Sains
Aspek thitung ttabel
Mengamati 6,25 1,68
Merumuskan masalah 10,20 1,68
Membuat hipotesis 6,39 1,68
Mengidentifikasi variabel 7,20 1,68
Mengkomunikasikan 9,80 1,68
Menyimpulkan 17,23 1,68

Dari Tabel 4. dapat terlihat bahwa bahwa setiap


Gambar 3 Rata-rata Setiap Aspek Keterampilan Proses
aspek memiliki thitung > ttabel dengan α = 0,05. Hal tersebut
Sains
menunjukkan ada perbedaan nilai rerata keterampilan

4
Penerapan model Process Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains

proses sains siswa antara pretest dan posttest. Dengan sehingga siswa kurang mampu menyimpulkan data.
demikian ketercapaian keterampilan proses sains siswa Untuk lebih jelasnya, berdasarkan grafik 4.3 aspek
dikatakan mengalami perbedaan signifikan antara hasil keterampilan proses sains yang dilatihkan meliputi:
pretest dan posttest tiap aspek keterampilan proses sains a. Mengamati
pada materi Kalor setelah diterapkannya model Mengamati merupakan aspek keterampilan proses
pembelajaran POGIL. sains dasar. Indikator penilaian aspek mengamati
adalah siswa dapat menuliskan hasil pengamatan yang
Respons siswa cermat, lengkap, dan bebas inferensi sesuai dengan apa
Data hasil respon siswa diperoleh berdasarkan yang digambarkan dalam soal. Pada gambar 3. terlihat
angket lembar respon siswa yang terdiri dari 12 butir presentase ketuntasan siswa semula 52,63% saat pretest
pertanyaan. Adapun kriteria yang diberikan dalam angket menjadi 82,46% saat posttest. Hal ini menunjukkan
yaitu “Ya” dan “Tidak”. Berdasarkan rekapitulasi hasil bahwa aspek mengamati mengalami peningkatan
respon dari 38 siswa, semua aspek pernyataan yang setelah diterapkannya model pembelajaran POGIL pada
diajukan menunjukkan repons positif yang sangat baik materi kalor. Di setiap pertemuan selalu dilakukan
terhadap pembelajaran yang dilakukan. Rerata persentase motivasi di awal pembelajaran dan praktikum saat
respon positif menunjukkan 91% siswa memberikan kegiatan inti untuk melatihkan keterampilan proses
respon positif pada setiap aspek yang dipertanyakan. sains mengamati. Sehingga siswa menjadi lebih fokus
Sehingga secara keseluruhan dari hasil respon siswa ini dan terlatih dalam mengamati.
menunjukkan respon positif terhadap model b. Merumuskan masalah
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Merumuskan masalah merupakan aspek
(POGIL) dalam meningkatkan keterampilan proses sains. keterampilan proeses sains terpadu. Indikator
penilaian dalam aspek keterampilan proses sains
Pembahasan merumuskan masalah yaitu siswa diharapkan dapat
Keterampilan proses siswa sains merupakan salah menuliskan rumusan masalah berupa pertanyaan,
satu rumusan masalah terpenting yang dikaji dalam mengandung variabel penelitian dan tepat sesuai
penelitian ini. Dalam penelitian ini hanya enam dengan fenomena yang tersedia dalam soal. Terjadi
keterampilan proses sains yang dilatihkan oleh guru, peningkatan ketuntasan siswa, yang semula dari hasil
yaitu mengamati, merumuskan masalah, merumuskan pretest hanya 25,44% setelah dilakukan posttest
hipotesis, mengidentifikasi variabel, menjadi 74,56%. Keterampilan merumuskan masalah
mengkomunikasikan, dan menyimpulkan data melalui dilatihkan melalui Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Dengan bimbingan guru, siswa merumuskan masalah
Learning (POGIL). Hasil pretest menunjukkan bahwa berdasarkan ilustrasi yang tedapat pada LKS.
100% siswa tidak tuntas karena skor yang mereka Kemudian di akhir pembelajaran guru mengulang
peroleh dibawah standar minimal yang telah ditetapkan kembali bagaimana cara merumuskan masalah yang
oleh Permendikbud No 104 yaitu 2,67. Dari pernyataan benar dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi
siswa kelas VII-A SMPN 22 Surabaya yang didapatkan sehingga siswa menjadi lebih paham bagaimana
guru, sebenarnya mereka bukannya tidak pernah merumuskan masalah yang tepat.
melakukan keterampilan proses sains namun mereka c. Membuat hipotesis
hanya tidak tahu dan kurang memahami bahwa yang Pada keterampilan proses membuat hipotesis
mereka lakukan adalah bagian dari keterampilan proses siswa diharapkan mampu membuat dugaan sementara
sains. hasil percobaan sesuai rumusan masalah yang
Dari enam aspek keterampilan proses sains yang diajukan. Siswa harus membuat dugaan yang logis
diujikan dalam pretest, aspek mengamati mendapatkan dan dapat diuji melalui suatu percobaan. Pada grafik
persentase paling tinggi yaitu sebesar 52,63%. 4.3 terlihat presentase ketuntasan siswa semula
Berdasarkan analisis guru hal ini dikarenakan siswa telah 26,32% saat pretest meningkat menjadi 66,66% saat
mempelajari aspek pengamatan pada awal semester 1. posttest. Keterampilan membuat hipotesis juga
Pengalaman belajar siswa pada semester 1 memberikan dilatihkan melalui LKS. Melalui bimbingan guru 4-5
gambaran awal tentang keterampilan proses sains terkait siswa bekerja dalam kelompok untuk saling bertukar
aspek pengamatan. Sedangkan aspek yang paling rendah pendapat agar dapat membuat hipotesis yang tepat.
adalah aspek menyimpulkan yaitu sebesar 24,56%. Kemudian di akhir pembelajaran guru menegaskan
Berdasarkan analisis guru terhadap pengalaman belajar kembali apa yang dimaksud dengan hipotesis dan
siswa hal ini dikarenakan sebagian besar siswa kurang bagaimana cara membuat hipotesis.
memahami bagaimana cara membaca data yang benar

5
Jurnal Pendidikan IPA e-Pensa 2015

karena saat pretest aspek menyimpulkan mendapat


d. Mengidentifikasi variabel rata-rata nilai yang paling rendah dibanding dengan
Keterampilan mengidentifikasi variabel aspek keterampilan proses sains lainnya.
merupakan keterampilan proses sains terpadu. Berdasarkan hasil posttest dari 38 siswa 36 siswa
Indikator penilaian pada keterampilan ini adalah dinyatakan tuntas dan 2 siswa dinyatakan tidak tuntas.
siswa dapat mengidentifikasi variabel manipulasi, Berarti 94,74% siswa di kelas VII-A dinyatakan tuntas.
kontrol dan respon yang tepat sesuai dengan masalah Dari hasil ini ketuntasan klasikal yang ditetapkan
yang ada. Keterampilan mengidentifikasi variabel kemendikbud tercapai, karena ketuntasan klasikal
mengalami peningkatan dari yang sebelumnya tercapai jika lebih dari 25% siswa telah mencapai
sebesar 29,82% menjadi 66,66%. Sebagian besar ketuntasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan
siswa kesulitan dan bingung untuk menentukan model pembelajaran POGIL mampu meningkatkan
variabel-variabel tersebut, sehingga guru terus keterampilan proses sains siswa. Dalam proses
melakukan pengulangan penjelasan agar siswa lebih pembelajarannya guru memberikan bimbingan terkait
paham. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Fahrudin keterampilan proses sains. Hal ini sesuai dengan saran
(2014) yang menyatakan bahwa mengidentifikasi Dimyati (2009:152) bahwa melatihkan keterampilan
variabel menjadi hal yang tersulit dalam pemahaman proses untuk jenjang SMP memerlukan penjelasan
siswa oleh karena itu butuh pengulangan dan teoritis untuk memudahkan siswa dalam
penegasan agar siswa mengerti bagaimana mengaplikasikannya. Selain itu guru juga melatihkan
mengidentifikasi variabel yang benar. keterampilan proses sains melalui LKS di setiap
e. Mengkomunikasikan pertemuan pembelajaran sehingga memberikan
Pada keterampilan proses sains kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
mengkomunikasikan siswa diharapkan dapat dapat keterampilan proses sains.
mengkomunikasikan data hasil percobaan yang Dari 38 siswa yang mengikuti posttest diketahui 2
disajikan oleh guru. Aspek ini dilatihkan melalui siswa belum mampu mencapai ketuntasan. Berdasarkan
LKS. Pada LKS 3 siswa diminta untuk analisis guru faktor yang mempengaruhinya adalah siswa
menggambarkan grafik yang tepat sesuai hasil masih belum bisa mengabstraksi suatu penyelidikan
percobaan tentang perubahan wujud zat akibat kalor. ilmiah yang dituangkan dalam bentuk soal. Beberapa
Keterampilan mengkomunikasikan juga mengalami pertanyaan dalam soal posttest menuntut siswa untuk
peningkatan dari yang sebelumnya sebesar 31,58%% mengabstraksi suatu percobaan.
menjadi 70,17%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Peningkatan keterampilan proses sains siswa
Fahrudin (2014) yang menyatakan keterampilan dianalisis menggunakan uji N-Gain. Berdasarkan hasil uji
mengkomunikasikan siswa akan lebih mudah N-Gain yang disajikan dalam Tabel 4.3 didapatkan hasil
ditingkatkan dengan memberikan latihan berupa bahwa keterampilan proses sains siswa mengalami
menggambar grafik atau diagram berdasarkan data peningkatan. 19 siswa tergolong “tinggi”, 17 siswa
yang siswa peroleh dari percobaan yang mereka tergolong “sedang”, dan 2 siswa tergolong “rendah”.
lakukan. Perbedaan peningkatan kemampuan ini disebabkan
f. Membuat kesimpulan beberapa hal, yaitu: (1) meskipun hasil uji normalitas
Membuat kesimpulan merupakan aspek yang disajikan dalam Tabel 2. menunjukkan hasil yang
keterampilan proses sains terpadu. Pada keterampilan normal tetapi kemampuan siswa dalam menyerap
ini siswa diharapkan dapat membuat kesimpulan informasi berbeda-beda, (2) pemberian stimulus dan
dalam bentuk pernyataan dan mengacu pada rumusan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran
masalah atau hipotesis percobaan. Keterampilan kurang maksimal.
proses membuat kesimpulan dilatihkan dalam Uji N-Gain juga digunakan guru untuk menentukan
kegiatan praktikum. Siswa menyimpulkan kegiatan peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains
praktikum yang dilakukan melalui data hasil siswa. Dari keenam keterampilan proses sains yang
praktikum yang diperoleh. Kemampuan dilatihkan, secara keseluruhan menunjukkan peningkatan
menyimpulkan siswa semakin baik hal itu bisa dilihat dengan kategori “sedang”. Peningkatan terkecil adalah
dari hasil pretest yang sebelumnya hanya 24,56% pada aspek mengidentifikasi variabel yaitu sebesar 0,52.
menjadi 72,81 saat posttest. Latihan menyimpulkan Berdasarkan analisis dari guru siswa masih belum
yang ada di setiap LKS membantu siswa dalam mampu untuk memahami dan membedakan variabel yang
memahami bagaimana menyimpulkan data yang tepat disajikan dalam soal. Karena seluruh soal adalah soal
sesuai dengan rumusan masalah dan hipotesis. Selain uraian, maka siswa harus benar-benar memikirkan
itu, guru juga memberikan bimbingan yang lebih variabel-variabel yang digunakan sesuai dengan tujuan

6
Penerapan model Process Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains

percobaan. Sedangkan aspek membuat kesimpulan pelaksanaan pembelajaran dan hasil penilaian pengamat,
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu secara keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan
sebesar 0,69 dan merupakan peningkatan yang tertinggi telah sesuai dengan ciri model pembelajaran POGIL.
dari aspek lainnya. Pada proses pembelajarannya guru (Hanson, 2006:3) menerangkan bahwa dalam metode
memberikan penjelasan lebih pada aspek ini karena saat POGIL dirancang untuk meningkatkan penguasaan isi
pretest aspek membuat kesimpulan menunjukkan hasil dari mata pelajaran dan mengembangkan kemampuan
yang paling rendah. Penjelasan lebih ini diberikan saat dalam proses belajar, dan menyelesaikan masalah.
siswa melakukan praktikum, guru berusaha membimbing Sedangkan menurut (Bilgin, 2009:38-45) menerangkan
setiap kelompok untuk dapat menyimpulkan data dengan bahwa pembelajaran POGIL dilakukan oleh siswa dalam
benar sesuai data yang telah siswa peroleh. kelompok. Komponen proses ditekankan untuk
Dari hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa nilai mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam
thitung > ttabel (13,64>2,13) dengan taraf ketelitian 0,05. Hal memahami materi pelajaran.
tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan Sebagai upaya untuk memfasilitasi siswa
antara hasil pretest dan posttest keterampilan proses sains mengkonstriksi pengetahuannya, maka selama tiga kali
siswa. Model pembelajaran POGIL merupakan model pertemuan guru memberikan motivasi yang berkaitan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi yang
dalam pembelajaran melalui sebuah proses penyelidikan akan diajarkan untuk memunculkan ketertarikan siswa.
ilmiah. Dalam prosesnya, tentu membutuhkan Ketertarikan siswa pada pembelajaran sangatlah penting
keterampilan proses sains untuk melakukan penyelidikan karena tanpa adanya perhatian maka sulit terjadi proses
tersebut (Fahrudin, 2014:78). Siswa tidak hanya belajar belajar (Dimyati, 2009:42). Pada kegiatan awal ini
secara teoritis dari setiap aspek keterampilan proses memperoleh skor rata-rata 3,00 sehingga masuk dalam
sains, tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar secara kategori baik.
langsung dari praktikum yang dilakukan di setiap Dalam kegiatan inti terdapat keseluruhan tahapan
pertemuan pembelajaran. Uraian pada paragraf ini model pembelajaran POGIL, yaitu eksplorasi, penemuan
menunjukkan bahwa model pembelajaran POGIL mampu konsep dan aplikasi. Melalui kegiatan praktikum pada
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. kegiatan inti dan merupakan tahap eksplorasi dari model
Hal tersebut didukung oleh hasil pengamatan pembelajaran POGIL guru melatihkan keterampilan
keterlaksanaan model pembelajaran POGIL. Pengamatan proses sains melalui lembar kegiatan siswa yang
keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan untuk berorientasi keterampilan proses sains. Praktikum akan
mengidentifikasi proses pembelajaran yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
telah sesuai atau belum dengan Rencana Pelaksanaan proses sains diantaranya yaitu mengamati praktikum
Pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran yang yang mereka lakukan, merumuskan masalah berdasarkan
diamati meliputi aspek kegiatan awal, kegiatan inti, variabel yang digunakan dalam praktikum, merumuskan
penutup, pengelolaan waktu dan suasana kelas. hipotesis yang merupakan dugaan sementara hasil
Berdasarkan penilaian pengamat terhadap tiga kali praktikum, mengidentifikasi variabel-variabel percobaan
pelaksanaan pembelajaran, secara keseluruhan berada berdasarkan tujuan praktikum, mengkomunikasikan data
dalam kategori “baik”. Hal ini didasarkan pada rerata yang diperoleh dengan menganalisis dan membuat grafik
nilai pembelajaran dalam tiga kali pertemuan adalah sehingga memungkinkan siswa membangun pengetahuan
3,00; 3,37dan 3,54. Hasil ini menunjukkan kemampuan sendiri berdasarkan penemuan dalam kegiatan tersebut.
guru dalam melaksanakan pembelajaran terus mengalami Pada tahap penemuan konsep, siswa melakukan
peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan pelaporan hasil diskusi. Pada tahap ini siswa bersama-
ke tiga. Sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan sama dalam kelompoknya membuat kesimpulan. Adanya
model Process Oriented Guided Inquiry Learning pertukaran informasi, pemanfaatan ide anggota kelompok
(POGIL) pada materi Kalor dapat dikatakan efektif. dan kerjasama akan membawa dampak yang positif
Pelaksanaan pembelajaran dikatakan efektif jika terhadap semua anggota kelompok baik yang
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah berkemampuan kurang maupun anggota kelompok yang
mencapai kategori baik atau sangat baik (Lince, 2001 berkemampuan lebih. Selain itu siswa dilatih untuk
dalam Fahrudin,2014:70) menghargai pendapat teman dengan adanya penyelesaian
Dari hasil rerata penilaian pengamat, pertemuan yang bervariasi dari masingmasing kelompok yang akan
pertama mendapatkan skor yang paling rendah yaitu 3,00. mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep-
Hal ini dikarenakan guru masih memerlukan waktu untuk konsep yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan
beradaptasi dengan kondisi di kelas VII-A SMPN 22 pendapat (Brickman et al, 2009:1-22) Model inquiry
Surabaya. Berdasarkan hasil analisis guru terhadap menjadikan siswa memahami tentang kemampuan dan

7
Jurnal Pendidikan IPA e-Pensa 2015

potensi yang dimilikinya.Terakhir pada tahap aplikasi, diperoleh menunjukkan 91% siswa memberikan respons
siswa menerapkan konsep-konsep yang diperoleh untuk positif terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan
menjawab pertanyaan di awal pembelajaran. Dalam hal model POGIL pada materi Kalor.
ini, terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan Respons siswa terhadap keterampilan proses sains
pemahaman terhadap konsep yang baru dipelajari. yang dilatihkan menunjukkan respon positif yang sangat
Tahap eksplorasi mendapatkan rata-rata nilai yang baik karena hasilnya diatas 81%. Hal ini sesuai dengan
paling rendah diantara tahap yang lain yaitu sebesar 2,8. yang diungkapkan oleh Moog & Spencer (dalam
Hal ini dikarenakan guru memerlukan waktu untuk Rahmawati, 2014:13) bahwa POGIL memiliki penekanan
beradaptasi dengan hal yang baru dan siswa belum terlalu pada proses dan konten yang sangat erat kaitannya
antusias dengan apa yang diajarkan. Pada pertemuan dengan keterampilan proses khususnya keterampilan
kedua tahap aplikasi mendapatkan nilai rata-rata paling proses sains. Oleh karena itulah model pembelajaran
rendah sedangkan tahap eksplorasi mendapatkan nilai POGIL mendapatkan respon yang baik dari siswa.
paling tinggi. Menurut analisis guru hal ini dikarenakan Berdasarkan rerata hasil respons siswa terhadap
siswa sudah mulai antusias dan beradaptasi dengan proses pembelajaran, menunjukkan bahwa pembelajaran
pembelajaran POGIL namun, guru masih kurang mampu yang dilakukan memberikan dampak positif. Model
membimbing siswa dalam menghubungkan pertanyaan pembelajaran POGIL memberikan pengalaman yang
yang diajukan oleh guru di awal pembelajaran dengan lebih bermakna bagi siswa dalam proses belajar. Siswa
kegiatan praktikum yang telah mereka lakukan. Pada berusaha menjawab pertanyaan yang muncul di awal
pertemuan ke tiga tahap eksplorasi, penemuan konsep pembelajaran dan pertanyaan yang diberikan oleh guru
dan aplikasi mendapat nilai rata-rata sangat baik yaitu melalui praktikum sederhana. Hal ini sesuai dengan yang
3,25; 3,25 dan 3,5 lebih tinggi daripada permuan diungkapkan Piaget (Nursalim, 2007:74) bahwa anak
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tahapan di berusaha membangun kognitif mereka sendiri, sehingga
dalam model POGIL meningkat dalam setiap pertemuan anak-anak akan berusaha beradaptasi dengan informasi
dan terlaksana dengan baik. baru yang diterimanya.
Pada tahap penutup mendapatkan skor rata-rata 3,58 Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan
dan masuk dalam kategori sangat baik, skor tersebut model pembelajaran Process Oriented Guided Inqury
paling tinggi di antara tahap yang yang lain. Hal ini Learning (POGIL) pada materi Kalor mendapatkan
menunjukkan bahwa guru dapat mengakhiri proses respon positif dari siswa Kelas VII-A SMPN 22
pembelajaran dengan cara memberikan umpan balik Surabaya. Hal ini ditunjukkan dari besarnya persentase
positif atas hasil kegiatan belajar yang dilakukan siswa. respon positif siswa terhadap proses pembelajaran
Dari paparan yang telah diuraian di atas dapat
disimpulkan bahwa guru dapat melaksanakan sintaks PENUTUP
pembelajaran pada materi Kalor menggunakan model Simpulan
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat
(POGIL) sesuai dengan RPP yang telah ditetapkan. dituliskan simpulan penelitian sebagai berikut.
Melalui langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan 1. Keterlaksanaan model pembelajaran Process
guru selama proses pembelajaran menggunakan model Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) pada
POGIL akan dapat berdampak pada keterampilan proses materi Kalor di kelas VII-A SMPN 22 Surabaya
sains siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang berlangsung dengan efektif. Hal ini berdasarkan dari
dilakukan oleh Widyaningsih, dkk (2012) yang peningkatan skor rata-rata penilaian keterlaksanaan
mengatakan bahwa dalam model pembelajaran POGIL pembelajaran dalam setiap pertemuan. Pada
sebagian besar siswa terlibat aktif dan berpikir di kelas pertemuan I diperoleh skor sebesar 3,00 dengan
dan laboratorium dalam menarik kesimpulan melalui kriteria “baik”, pertemuan II sebesar 3,37 dengan
analisis data, model, atau contoh dan dengan kriteria “baik” dan pertemuan III skor yang
mendiskusikan ide-ide bekerja sama dalam tim untuk diperoleh sebesar 3,54 dengan kriteria “sangat
memahami konsep dan untuk memecahkan masalah, baik”.
merefleksikan pengalaman yang telah mereka pelajari 2. Keterampilan proses sains siswa setelah diterapkan
sehingga keterampilan proses sains siswapun semakin model pembelajaran Process Oriented Guided
berkembang. Inquiry Learning (POGIL) pada materi Kalor
Selain itu keberhasilan model pembelajaran model mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai pretest
POGIL dalam meningkatkan keterampilan proses siswa persentase ketidaktuntasan keterampilan proses
dan menjadi salah satu model pembelajaran yang sains mencapai 100%. Pada saat posttest persentase
diminati siswa didukung dengan hasil respons siswa yang ketuntasan sebesar 94,74% dan hanya 5,26% siswa

8
Penerapan model Process Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains

yang tidak tuntas. Dari hasil uji N-Gain diperoleh Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
hasil ke enam aspek dengan kategori “sedang”. Jakarta: Rineka Cipta.
Berdasarkan uji-t juga diperoleh hasil bahwa skor
Fahrudin, M.F. 2014. Implementasi Model Guided
rata-rata antara pretest dan posttest menunjukkan
Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
perbedaan yang signifikan. Sains pada Materi Kalor dan Perpindahannya.
3. Respons siswa terhadap model pembelajaran Surabaya: Jurnal Unesa.
Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) pada materi Kalor di kelas VII-A SMPN Hanson, D.M. 2006. Instructor's Guide to Process-
22 Surabaya tergolong “sangat baik” dengan Oriented Guided-Inquiry Learning. Lisle: Pacific
persentase rata-rata siswa yang memberikan respon Crest.
positif sebesar 91%.
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. USA:
Saran Indiana University
(Online)(http://physics.Indiana.edu/~sdi/AnalizingC
Berdasarkan penelitian tang telah dilakukan,
hange_Gain.pdf) diakses tanggal 3 November 2014.
disampaikan saran-saran sebagai berikut. Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains
1. Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti
bahwa aspek keterampilan proses sains siswa yang Depdiknas.
mendapatkan skor rata-rata paling rendah adalah
aspek mengidentifikasi variabel. Oleh karena itu, Nursalim, Mochamad. 2007. Psikologi Pendidikan.
ketika pemberian contoh sebaiknya tidak hanya Surabaya: Unesa University Press
dengan penjelasan verbal saja namun juga dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
penjelasan kongkrit, bisa melalui sebuah gambar 58 Tahun 2014 tentang implementasi kurikulum.
atau ilustrasi percobaan yang jelas.
2. Peneliti selanjutnya sebaiknya memperhatikan Rahmawati, Nur. 2014. Implementasi Process Oriented
sarana dan prasarana karena praktikum dan Guided Inquiry Learning (POGIL) Untuk Melatih
pelaksanaan pembelajaran Kalor ini membutuhkan Keterampilan Metakognitif Pada Materi Pokok
Reaksi Reduksi-Oksidasi (Implementation Process
alat-alat praktikum yang lumayan banyak agar
Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) For
pelaksanaan pembelajaran untuk melatihkan Practice Student Metacognitive Skill On Reduction-
keterampilan proses sains berjalan dengan baik. Oxidation Material. Surabaya: Universitas Negeri
3. Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini Surabaya.
hanya terbatas pada Kalor, sehingga hasilnyapun
terbatas pada materi tersebut. Agar lebih Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi
mengetahui bagaimana hasil dari penerapan Process Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) peneliti
selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian yang Simonson, Shawn R.; Shadle, Susan E. Implementing
sejenis dengan pokok bahasan yang lebih beragam. Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) in Undergraduate Biomechanics: Lessons
DAFTAR PUSTAKA Learned by a Novice. Journal of STEM Education:
Brickman P, C Gormally, N Amstrong & B Hallar. Innovations and Research, v14 n1 p56-63.
2009. Effects of inquiry-based learning on students
science literacy skills and confidence. Inter J Scholar Widyaningsih, Hariyono, dan Saputro. 2012. Model Mfi
Teach & Learn 3(2): 1-22. (Online) dan POGIL Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan
(http://pendidikan- Kreativitas Siswa. Surakarta: Jurnal Universitas
bio.blogspot.com/2013/09/pembelajaran-pogil.html) Sebelas Maret.
diakses tanggal 3 November 2014.
Bilgin I. 2009. The effects of guided inquiry instruction Qomariyah, Nur. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
incorporating a cooperative learning approach on Guided Discovery untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Kelas VII.
university students’ achievement of acid and bases
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
concepts and attitude toward guided inquiry
instruction. Sci Res & Essay 4(10): 1038-1046.
(Online) (http://pendidikan
bio.blogspot.com/2013/09/pembelajaran-pogil.html)
diakses tanggal 3 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai