Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA KELAS XI


IPA SE-KOTA TEGAL

Puji Kristiana Dewi1, M. Syaipul Hayat2


Email: pujikristianadewi@gmail.com
Universitas PGRI Semarang

Abstract

The aim of study is to find out the science process skills of class XI IPA high
school students in Tegal city. Survey method was used in this descriptive
research. 245 high school students were involved as sample. The sample was
taken by using proportionate stratified random sampling. The method of data
collection were using test, interview, questionnaire, and observation. The best
analysis of science process skills of high schools’ students in Tegal city
belonged to the category of "good and sufficient" by disputing the percentage is
(47% and 46%). The highest aspects students science process skills percentage
was classifying aspects which the value was 89, the lowest were applying of the
concept aspects which the value was 37. So it can be concluded that the level of
science process skills of high school students in the Tegal city was good and
sufficient.

Keywords: Science Process Skills, High Schools in Tegal

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai Keterampilan


Proses Sains siswa kelas XI IPA SMA se-Kota Tegal. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian deskriptif dengan metode survei. Sampel dalam penelitian ini
254 siswa SMA kelas XI se Kota Tegal yang diambil dengan menggunakan
teknik proportionate statified random sampling. Metode pengambilan data
menggunakan metode tes, wawancara, angket dan observasi. Analisis
keterampilan proses sains siswa di SMA se-Kota Tegal tergolong pada kategori
“baik dan cukup” dengan persentase yaitu 47% dan 46%. Jika dilihat dari segi
aspek keterampilan proses sains siswa, aspek dengan persentase tertinggi yaitu
aspek mengklasifikasikan dengan nilai 89, sedangkan terendah yaitu aspek
menerapkan konsep dengan nilai 37, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
keterampilan proses sains siswa SMA di Kota Tegal berkategori baik dan
cukup.

Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains, SMA se Kota Tegal


1,2
Prodi Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang

395
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

PENDAHULUAN yang sangat strategis dalam meningkatakan


Pada era globalisasi ini, Ilmu kualitas sumber daya manusia, sehingga
Pengetahuan dan Teknologi telah mampu menghadapi globalisasi dalam
berkembang dengan pesat. Perkembangan bidang IPTEK. Hal ini sebagai gambaran
tersebut menuntut bangsa Indonesia untuk kualitas pendidikan Indonesia yang harus
menyiapkan generasi yang memiliki segera diperbaiki secara keseluruham baik
sumber daya manusia yang berkualitas. dalam pengetahuan, sikap maupun
Upaya peningkatan sumber daya manusia keterampilan agar pembangunan disegala
yang memiliki kompetensi dan bidang dapat segera terlaksana.
keterampilan adalah melalui pendidikan. Pembelajaran IPA (Ilmu Penge-
Menurut Prabawati & Rohandi (2015) tahuan Alam) merupakan pembelajaran
pendidikan merupakan salah satu bagian yang menggunakan langkah-langkah
penting dalam pembangunan nasional, metode ilmiah. Pada pembelajaran IPA
karena pendidikan merupakan salah satu proses belajar siswa dianggap sangat
sarana untuk meningkatkan kualitas penting, oleh karena itu pembelajaran IPA
sumber daya manusia. Sejalan dengan itu menekankan pada keterampilan proses.
Marjan, et al. (2014) menyatakan bahwa Menurut (Lindrawati & Rohandi, 2015)
pendidikan menjadi ukuran utama suatu pada pembelajaran IPA, aspek-aspek
bangsa dikatakan sebagai bangsa yang pendekatan saintifik terintegrasi dalam
memiliki kesejahteraan tinggi, karena pendekatan keterampilan proses dan
pendidikan memiliki peranan yang sangat metode ilmiah. Pendekatan saintifik dalam
sentral dalam meningkatkan sumber daya proses pembelajaran IPA dapat diterapkan
manusia (SDM). Pendidikan yang melalui keterampilan proses sains.
berkualitas akan menghasilkan sumber Keterampilan proses sains merupakan
daya manusia yang berkualitas pula, dan seperangkat keterampilan yang digunakan
sumber daya manusia yang berkualitas para ilmuwan dalam melakukan
mampu menghadapi tantangan kehidupan penyelidikan ilmiah.
dan berkemampuan secara proaktif untuk Keterampilan proses sains (KPS)
penyesuaian diri pada perubahan zaman. merupakan pendekatan pembelajaran yang
Pada tahun 2010, Berdasarkan dirancang agar siswa mampu menemukan
survey yang dilakukan Education For All fakta-fakta, membangun konsep, dan teori
bahwa terjadi proses dormansi bahkan dalam pembelajaran yang diterima. Siswa
penurunan dalam survey pendidikan di diarahkan untuk melibatkan diri dalam
Indonesia, yang berada pada peringkat 65 kegiatan ilmiah pada proses pembelajaran.
dari 128 negara. Pada tahun 2011 peringkat Keterampilan proses sains merupakan salah
Indonesia turun ke peringkat 69 dari 127 satu keterampilan yang digunakan untuk
negara yang di survey (Education For memahami fenomena-fenomena sains.
All,2011). Data tersebut diperkuat oleh Keterampilan ini diperlukan untuk mem-
hasil riset OECD (2012) menunjukkan peroleh, mengembangkan dan menerapkan
bahwa Indonesia memiliki kemampuan konsep-konsep, prinsip hukum, dan teori-
sains pada peringkat 64 dari 65 negara teori sains (Amnie, et al, 2015).
yang mengikuti dengan nilai 382. Di sisi Keterampilan proses sains sangat penting
lain, pembelajaran sains memiliki peranan dimiliki oleh siswa karena sebagai

396
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

persiapan dan latihan dalam menghadapi Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa
kenyataan hidup di masyarakat sebab siswa Kelas XI IPA Se-Kota Tegal”.
dilatih untuk berfikir logis dalam
memecahkan suatu masalah. Oleh sebab METODE
itu, keterampilan proses sains perlu Penelitian ini dilaksanakan di
dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Sekolah Menengah Atas (SMA) se Kota
Siswa yang telah memilih jurusan Tegal pada tanggal 19 Juli sampai 3
IPA seharusnya sudah memiliki Agustus 2016. Sampel dalam penelitian ini
keterampilan proses sains, sehingga siswa yaitu 7 SMA Negeri/Swasta se Kota Tegal
dapat memahami berbagai fenomena, yang diambil dengan menggunakan teknik
peristiwa, dan fakta yang berkaitan dengan proportionate statified random sampling.
alam sekitar. Pemahaman dan kemampuan Metode pengambilan data yang digunakan
terkait keterampilan proses sains pada yaitu metode tes, wawancara guru, lembar
siswa sangat penting untuk diperhatikan angket siswa serta lembar observasi sarana
oleh guru. dan prasarana sekolah. Tes yang diberikan
Berdasarkan laporan konferensi menggunakan soal-soal yang sudah di
Pers Kementerian Pendidikan dan validasi ahli dan validasi uji kelayakan
Kebudayaan Republik Indonesia soal. Analisis kualitatif meliputi data
(Kemendikbud RI, 2015) pada tanggal 18 reduction, data display serta verification.
Mei 2015 nilai rata-rata Ujian Nasional di
Kota Tegal mengalami penurunan. Pada HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun 2014 rata-rata nilainya adalah 66,60 Persentase Kategori KPS Siswa SMA
dan rata-rata nilai pada tahun 2015 adalah Se-Kota Tegal
62,84. Perubahan yang terjadi adalah – Hasil analisis Keterampilan Proses
3,76 terbilang cukup banyak mengalami Sains (KPS) siswa di SMA Se-Kota Tegal
penurunan, karena itulah guru perlu berada pada kategori “baik dan cukup”
mamahami seberapa jauh pemahaman dengan persentase yang berimbang. Hal ini
siswa terhadap materi yang diajarkan. dibuktikan dari hasil tes pada soal KPS dan
Pentingnya penelitian seberapa jauh diperkuat dari hasil wawancara guru
keterampilan proses sains siswa SMA beserta hasil observasi sekolah. Tingkat
dikota Tegal perlu diamati, sebagai langkah keterampilan proses sains yang baik
awal siswa yang tidak hanya memahami tentunya akan berpengaruh pada proses
konsep materi tanpa memahami latar belajar siswa. Menurut Trianto (2012)
belakangnya. Proses menjadikan siswa dengan mengembangkan keterampilan
sebagai ilmuwan dirasa penting untuk proses sains dalam pembelajaran sains,
memahamkan siswa terkait konsep materi siswa akan mampu menemukan dan
yang telah diajarkan guru. Mengingat mengembangkan sendiri fakta dan konsep
pentingnya jurusan IPA dalam memahami serta menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan proses sains maka penelitian sikap nilai yang dituntut. Oleh karena itu,
tentang keterampilan proses sains perlu siswa seharusnya memiliki keterampilan
dilakukan di Kota Tegal. Dengan demikian proses sains yang baik.
judul dari penelitian ini adalah “ Analisis Berikut distribusi hasil persentase
kategori keterampilan proses sains siswa

397
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

SMA di Kota Tegal yang disajikan dalam


Tabel 1, serta Gambar 1.
Tabel 4.1. Hasil Persentase Kategori KPS siswa SMA se-Kota Tegal

No Kategori Rentang nilai Frekuensi Nilai (%)


1 Baik sekali 81-100 11 4
2 Baik 61-80 118 47
3 Cukup 41-60 117 46
4 Kurang 21-40 8 3
5 Kurang sekali <21 0 0
∑ 254 100

Hasil persentase kategori keteram- Tegal dapat disajikan dalam Gambar 1


pilan proses sains siswa SMA se-Kota sebagai berikut :

Kurang Kurang Baik


3% Sekali Sekali
0% 4%
Cukup
46% Baik
47%

Gambar 4.1. Persentase KPS siswa SMA se-Kota Tegal berdasarkan kategori

Berdasarkan hasil wawancara dengan masuk keterampilan proses sains tersebut.


guru bahwa rata-rata guru SMA di Kota Guru juga harus pintar agar bisa membuat
Tegal sudah memahami pengertian KPS. siswanya memiliki keterampilan itu.
Sehingga, pembelajaran yang dilakukan (WG.SMAN B 28/07/2016)
guru di SMA Kota Tegal sudah
menggunakan pembelajaran berbasis #pasti sudah. Karena dalam biologi
Keterampilan Proses Sains. Berikut ini kita tidak langsung memberikan materi
wawancara berkaitan dengan apakah guru kepada siswa tetapi siswa harus
sudah menanamkan pembelajaran berbasis menentukan sendiri konsepnya (WG.
keterampilan proses sains : SMAN D 20/07/2016)

#sudah mba. Karena penilaian tidak Hasil wawancara guru membuktikan


hanya dilakukan berdasarkan hasil dari guru sudah menanamkan pembelajaran
ulangan, UTS maupun UAS saja tetapi berbasis Keterampilan Proses Sains. Hal ini
juga siswa di tuntut untuk memiliki menunjukkan siswa sudah terbiasa terlatih
keterampilan-keterampilan proses ter- untuk menguasai KPS. Namun, dari

398
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

beberapa wawancara guru yang dilakukan dari saya mba, padahal sudah diajarkan
ada salah satu guru yang mengaku sulit namun masih belum paham juga. (WG.
menanamkan pembelajaran sesuai dengan SMAS C 26/07/2016)
KPS.
#jujur mba kalo di sini masih kurang Perbandingan Rata-rata Nilai KPS
dalam penguasaan keterampilan terutama Siswa pada Setiap SMA di Kota Tegal
di biologi sendiri. Ketika saya sebagai Berdasarkan rata-rata nilai KPS yang
guru biologi ingin melakukan diperoleh oleh setiap SMA di Kota Tegal
pembelajaran siswa yang aktif dan mandiri cukup bervariasi. Berikut ini adalah rata-
mereka masih belum bisa memahami rata nilai KPS yang diperoleh setiap SMA
dengan baik. Semisal praktikum setiap di Kota Tegal yang disajikan dalam Tabel
proses yang dilalui itu adalah penilaian 2 dan Gambar 2.
keterampilan nya, mereka tidak bisa
melakukan praktikum tanpa panduan detail
Tabel 2 Perbandingan rata-rata nilai KPS pada setiap SMA di Kota Tegal

No Kode SMA Jumlah sampel Nilai Kategori


1 SMAN A 65 67 Baik
2 SMAN B 56 61 Baik
3 SMAN C 47 63 Baik
4 SMAN D 36 60 Cukup
5 SMAS A 8 52 Cukup
6 SMAS B 25 58 Cukup
7 SMAS C 17 46 Cukup

Perbandingan rata-rata nilai KPS pada setiap SMA di Kota Tegal dapat disajikan
Gambar 2 sebagai berikut :

80 67 63
61 60
Rata-rata Nilai KPS

58
60 52
46
40
20
0

Daftar SMA

Gambar 2 perbandingan rata-rata nilai KPS setiap sekolah

Berdasarkan rata-rata nilai KPS KPS yang berbeda. Berdasarkan hasil


siswa, setiap SMA memiliki rata-rata nilai analisis, SMAN A memiliki rata-rata nilai

399
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

tertinggi jika dibandingkan dengan SMA prasarana yang ada. Hal ini dibuktikan
Negeri maupun Swaswa di Kota Tegal. dengan adanya jadwal penggunaan
Rata-rata nilai KPS siswa di SMAN A laboratorium yang terorganisir dan
memperoleh nilai 67 dengan kategori pemanfaatan media pembelajaran biologi.
“Baik”. SMAN A memiliki rata-rata nilai Sarana dan prasarana yang memadai
tertinggi didukung dengan jawaban dari juga nampak di SMA Negeri lainnya
angket yang diberikan pada beberapa siswa seperti SMAN B, SMAN C dan SMAN D
di SMAN A. Angket terbuka yang (OB.SMAN B 28/07/2016) (OB SMAN C
diberikan kepada salah satu siswa di 3/08/2016) (OB SMAN D 20/07/2016).
SMAN A menunjukkan siswa sudah Waktu yang digunakan dalam pengambilan
mengerti pembelajaran sains dan mengakui data observasi di masing-masing SMA se-
bahwa gurunya sudah menerapkan KPS Kota Tegal dengan rentang waktu tidak
(AN.SMAN A 22/07/2016). Berdasarkan terlalu jauh, sehingga data observasi dapat
hasil wawancara dengan guru SMAN A digunakan untuk perbandingan sarana dan
dan jawaban salah satu siswa SMAN A prasarana di masing-masing SMA se-Kota
dari angket yang yang diberikan Tegal. Berdasarkan hasil analisis jika
menunjukkan pernyataan siswa sesuai dilihat dari rata-rata nilai SMAN B, SMAN
dengan wawancara guru. Siswa di SMAN C dan SMAN D memiliki rata-rata nilai
A nampak terbiasa dengan pembelajaran lebih tinggi dibandingkan SMA Swasta
berbasis sains dan terbiasa melatih lainnya.
keterampilan-keterampilan proses sains di Hasil rata-rata nilai terendah yaitu
dalam pembelajarannya. Sehingga rata-rata pada SMAS C yang memiliki rata-rata nilai
nilai di SMAN A berkategori “baik”. 46 berkategori “cukup”. Fakta tersebut
SMAN A juga merupakan sekolah favorit diperkuat pada saat melakukan observasi di
di Kota Tegal yang memiliki banyak SMAS C. Sarana dan prasarana yang
prestasi akademik maupun non akademik. dimiliki seperti laboratorium masih hanya
Kurikulum 2013 pun sudah di terapkan di laboratorium IPA saja. Fakta lainnya
SMAN A sehingga penjurusan dari kelas X adalah dari jawaban angket salah satu
sudah dilakukan. siswa di SMAS C menunjukkan guru
Selain itu, hasil observasi sekolah masih sering menggunakan metode
yang telah dilakukan di SMAN A konvensional dalam mengajar seperti
menunjukkan keadaan sarana dan menerangkan dan menulis. Selain itu, guru
prasarana di SMAN A sudah memadai. Hal jarang melakukan pembelajaran berbasis
ini dibuktikan dari laboratorium biologi, praktikum (AN.SMAS C 28/07/2016), ini
fisika dan kimia yang sudah terpisah, alat sesuai dengan wawancara guru SMAS C
praktikum dan media yang lengkap, berkaitan dengan penerapan KPS di dalam
terdapat green house, serta fasilitas kelas pembelajaran. Hal ini membuat siswa
yang memadai seperti LCD (OB.SMAN A jarang mengeksplor penegetahuannya
22/07/2016 ). Sarana dan Prasarana yang karena siswa belum dituntut untuk mandiri.
mendukung akan membantu siswa agar
dapat mengembangkan keterampilan Nilai KPS Siswa pada Setiap Aspek di
proses sains. SMAN A sudah SMA Se-Kota Tegal
memaksimalkan penggunaan sarana dan

400
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

Keterampilan Proses Sains memiliki nilai KPS setiap aspek, ke sembilan aspek
sembilan aspek yaitu, Mengamati, KPS memiliki nilai yang bervariasi.
Mengklasifikasikan, Mempredikasi, Berikut nilai KPS pada masing-masing
mengajukan pertanyaan, mengajukan aspek yang disajikan dalam Tabel 3 dan
hipotesis, merencanakan percobaan, Gambar 3.
menafsirkan, berkomunikasi, dan
menerapkan konsep. Jika dilihat dilihat dari

Tabel 3 Nilai KPS pada setiap Aspek di SMA se-Kota Tegal

No Aspek Kode Aspek Nilai Kategori


1 Mengamati A1 59 Cukup
2 Mengklasifikasi A2 89 Baik sekali
3 Memprediksi A3 77 Baik
4 Mengajukan pertanyaan A4 52 Cukup
5 Mengajukan hipotesis A5 76 Baik
6 Merencanakan percobaan A6 63 Baik
7 Menafsirkan A7 57 Cukup
8 Berkomunikasi A8 38 Kurang
9 Menerapkan konsep A9 37 kurang

Perbandingan nilai KPS pada setiap aspek SMA se-Kota Tegal dapat disajikan
dalam Gambar 3 sebagai berikut :

100 89
77 76
80 59 63 57
60 52
Nilai

38 37
40
20
0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
ASPEK KPS

Gambar 3. Perbandingan Nilai KPS pada Setiap Aspek di SMA Se-Kota Tegal

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 Berdasarkan hasil analisis


nilai tertinggi pada aspek “mengklasi- menunjukkan siswa di SMA se-Kota Tegal
fikasikan” yang memiliki nilai 89 dengan sudah terampil dalam mengklasifikasikan.
kategori “baik sekali”. Nilai terendah yaitu Hal ini didukung dari hasil wawancara
pada aspek “menentukan konsep” yang guru sebagai berikut :
memiliki nilai 37 dengan kategori
“kurang”. Pertanyaan : “ Apakah
Bapak/Ibu mengajak siswa untuk

401
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

membiasakan mengklasifikasi pada saat mampu menerapkan konsep ketika


melakukan suatu pengamatan ? ” pelaksanaan praktikum?”

Narasumber : “ Bergantung Narasumber:” semisal yang seperti


pada pengamatan itu sendiri mba, itu agak susah mba, terkadang siswa lupa
contohnya pada materi tentang dengan materi-materi yang sudah
pengelompokkan tumbuhan atau hewan, diajarkan dahulu dan akhirnya guru harus
ketika siswa saya suruh membawa jagung, menjelaskan kembali. Dan untuk
padi, kacang hijau, kacang tanah misalkan. penerapan konsep di praktikum ya mereka
Maka saya menyuruh siswa melakukan yang memang memahami mampu
pengamatan dari tumbuhan tersebut apa menerapkan konsep dengan baik misalkan
perbedaanya dan persamaannya dan saya dilihat dari hasil laporannya yang mampu
suruh siswa mengelompokkannya dan saya menjelaskan dengan detail dan baik. Tapi
tanyakan pula dasar pengelompokkannya. itu hanya sebagian siswa saja mba tidak
Itu biasa dilakukan mba”. (WG SMAN A semuanya bisa, karena ini juga
22/07/2016) berhubungan dengan kecerdasan siswa
“sudah saya biasakan mba awalnya juga mba.” (WG.SMAN A 22/07/2016)
dari mencari persamaan dan perbedaanya “siswa sekarang kalo masuk materi
lalu dikelompokkan. Kalo pelajaran baru yang padahal dulu pernah diulas saat
biologi sudah tidak asing dengan SMP itu pasti lupa mba. Dan saya harus
pengamatan dan pengelompokkan mba”. menerangkan kembali. Untuk penerapan
(WG SMAS A 21/07/2016 ) konsep pada saat praktikum itu tidak
Hasil dari beberapa wawancara guru semua siswa memahami pula hanya saja
menunjukkan guru terbiasa megajarkan pintar-pintarnya guru membuat mereka
siswa melakukan suatu pengamatan dan memahami konsep misalkan setelah
mengklasifikasikan. Sedangkan untuk hasil praktikum selalu saya suruh buat laporan
analisis pada aspek “menerapkan konsep” dan mereka saya suruh untuk presentasi di
menunjukkan siswa di SMA se-Kota Tegal depan , nah itu nanti kelihatan yang sudah
belum memahami konsep dengan baik. menguasai sama yang belum mba.”
Rendahnya penerapan konsep ini (WG.SMAS C 26/07/2016)
menunjukkan pembelajaran belum Hasil dari wawancara guru
sepenuhnya di pahami oleh siswa. Hal ini menunjukkan penerapan konsep susah
seperti yang di jelaskan oleh beberapa untuk diterapkan di siswa namun ada
wawancara guru sebagai berikut : sebagian guru yang menggunakan berbagai
Peneliti : “ Apakah Bapak/Ibu sudah cara agar siswa mampu memahami konsep
menerapkan suatu konsep yang dimiliki dan penerapannya.
siswa pada pelajaran ?” misalkan pada Hasil keterampilan proses sains
saat SD,SMP siswa mendapatkan beberapa siswa di SMA Negeri dan Swasta pada
materi tentang banjir lalu di SMA pada Tabel 2 dan Gambar 2. menunjukkan rata-
materi pengangkutan air siswa dituntut rata nilai yang diperoleh SMA Negeri lebih
untuk menerapkan konsep pengangkutan tinggi dibandingkan SMA Swasta di Kota
air dengan banjir. Dan apakah siswa Tegal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, mulai dari siswa itu sendiri, guru

402
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

maupun sarana dan prasarana sekolah. “menurut saya sih penting mba
Selain itu, faktor lainnya adalah waktu bagaimana pun siswa yang ada di jurusan
yang digunakan pada saat pengambilan IPA sudah dituntut untuk memahaminya,
data dari tes KPS siswa. Pengambilan data bahkan bukan hanya karena jurusan IPA
di masing-masing sekolah dilakukan pada mba karena KPS ini merupakan hal dasar
rentang waktu yang berbeda. Pada saat ya harusnya malah sejak dini penerapanya
melakukan penelitian di SMAN A, SMAN mungkin di SD itu sudah mulai di
B, SMAN C, SMAN D dan SMAS A latihkan”. (WG.SMAS C 26/07/2016)
dilakukan pada pagi hari ketika kondisi Menurut Trianto (2012) dengan
siswa masih bersemangat dalam menerima menggunakan keterampilan proses sains
pelajaran, sedangkan di SMAS B dan akhirnya akan terjadi interaksi antara
SMAS C dilakukan pada saat siang hari konsep, prinsip maupun teori yang telah
ketika siswa sudah mulai merasakan lelah ditemukan atau dikembangkan dengan
dalam menerima pelajaran. Hal ini pengembangan keterampilan proses sains
tentunya menjadi faktor penyebab itu sendiri. Akibat dari interaksi tersebut,
perbedaan nilai KPS siswa di SMA se-Kota akan timbul sikap dan nilai yang
Tegal. Keterampilan proses sains diperlukan dalam penemuan ilmu
seharusnya menjadi hal dasar dalam pengetahuan. Pemaparan nilai menurut
pembelajaran khususnya pada mata Trianto (2012) ini meliputi : teliti, kreatif,
pelajaran sains. Berdasarkan wawancara tekun, tenggang rasa, tanggung jawab,
dari beberapa guru di SMA se-Kota Tegal kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka, dan
menunjukkan guru mengakui pentingnya disiplin. Dengan mengembangkan
KPS. Berikut hasil wawancara dari keterampilan proses sains dalam
beberapa guru : pembelajaran sains, siswa akan mampu
“penting mba. Karena menurut saya menemukan dan mengembangkan sendiri
KPS merupakan hal dasar dalam fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
pembelajaran IPA. Siswa tentunya tidak mengembangkan sikap nilai yang dituntut.
dapat belajar dengan baik tanpa
pemahaman KPS tersebut”. (WG.SMAN PENUTUP
A 22/07/2016) Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
“penting, KPS itu kan hal dasar
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
dalam IPA mba tanpa KPS siswa tentunya
1. Analisis keterampilan proses sains
akan kesulitan dalam belajar.”
siswa di SMA se-Kota Tegal tergolong
(WG.SMAN B 28/07/2016)
pada kategori “baik dan cukup” dengan
“penting sekali mba. Penerapan KPS
persentase yang berselisih satu yaitu
ini tentunya harusnya dimulai dari sejak 47% dan 46%, secara rinci persentase
dini mba, saya yakin siswa yang pada kategori “baik sekali” adalah 4%,
memahami KPS mampu bertahan di dunia kategori “kurang 3%, dan kategori
sains.” (WG.SMAN D 20/07/2016) “kurang sekali” 0%. Hal ini dikarenakan
“penting mba ya. KPS ini kan hal pembelajaran di SMA se-Kota Tegal
dasar ya itu harus dimiliki siswa mba”. sudah menerapkan keterampilan proses
(WG.SMAS A 21/07/2016) sains.

403
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2016 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ISBN: 978-602-14020-3-0
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SABTU, 22 OKTOBER 2016

2. Ditinjau dari setiap rata-rata sekolah memudahkan guru mengarahkan KPS


keterampilan proses sains di SMA se- kepada siswanya.
Kota Tegal untuk perolehan kategori 5. Ditinjau dari hasil penelitian mind on
“baik” diperoleh SMAN A, SMAN B keterampilan proses sains siswa, maka
dan SMAN C, sedangkan pada kategori perlu adanya penelitian lanjutan kete-
“cukup” diperoleh SMAN D, SMAS A, rampilan proses sains berbasis hand on.
SMAS B dan SMAS C.
3. Analisis keterampilan proses sains DAFTAR PUSTAKA
siswa dari segi aspek, nilai KPS Amnie, E., Abdurrahman, & Ertikanto, C.
tertinggi pada aspek “mengklasi- (2015). PENGARUH KETE-
fikasikan” dengan nilai 89 berkategori RAMPILAN PROSES SAINS
“baik sekali”. Hasil wawancara guru di TERHADAP PENGUASAAN
SMA se-Kota Tegal menunjukkan guru KONSEP SISWA PADA
sudah terbiasa mengajarkan siswanya RANAH KOGNITIF. Jurnal
untuk melakukan klasifikasi. Sedangkan Pembelajaran Fisika , 2(7).
nilai aspek terendah pada aspek EFA. (2011). The Hidden Crisis : Armed
“menerapkan konsep” dengan kategori Conflict and Education.
“kurang” dikarenakan penguasaan UNESCO.
konsep siswa di SMA se-Kota Tegal Lindrawati, B., & Rohandi. (2015).
masih kurang, sehingga siswa belum Keterampilan Proses Sains Calon
mampu untuk menerapkan konsep. Guru Fisika. Prosiding Per-
temuan Ilmiah XXIX HFI Jateng
Saran & DIY, (hal. 13-16). Yogyakarta.
Berdasarkan kesimpulan, maka Marjan, j., Arnyana, P., & Setiawan, N.
peneliti menyampaikan beberapa saran, (2014). Pengaruh Pembelajaran
yaitu: Pendekatan Saintifik terhadap
1. Berdasarkan hasil penelitian guru harus Hassil Belajar Biologi dan
menguasai KPS dengan baik agar Keterampilan Proses Sains Siswa
mampu menerapkan KPS dalam MA Mu'allimat NW Pancor
kegiatan belajar mengajar. Selong Kabupaten Lombok Timur
2. Ditinjau dari hasil keterampilan proses Nusa Tenggara Barat. Program
siswa guru sebaiknya mengajar dengan Studi IPA (Volume 4 Tahun 2014)
berlandaskan KPS pada setiap aspeknya OECD. (2013). PISA 2015 Draft Science
di dalam pembelajaran sehari-hari. Framework. OECD.
3. Ditinjau dari hasil observasi perlunya Prabawati, W., & Rohandi. (2015).
penyediaan sarana prasarana yang Keterampilan Proses Sains Guru
memadai untuk proses belajar IPA. Prosiding Pertemuan Ilmiah
khususnya di bidang sains. XXIX HFI Jateng & DIY, (hal. 25-
4. Ditinjau dari hasil wawancara dengan 27). Yogyakarta.
beberapa guru biologi di SMA se-Kota Trianto. (2012). Model Pembelajaran
Tegal, maka perlu adanya pembekalan Terpadu. Jakarta: PT Bumi
pemahaman dan penerapan KPS dalam Aksara.
pembelajaran untuk guru IPA agar

404

Anda mungkin juga menyukai