Anda di halaman 1dari 7

JEP

Volume 1 | Nomor 2|November 2017


e-ISSN 2579-860X

PERANCANGAN ASSESMEN LITERASI KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN


MODEL OF EDUCATIONAL REKONSTRUCTION (MER) PADA TEMA AIR
SEBAGAI PELARUT UNIVERSAL

Eka Yusmaita1) Edi Nasra2)


1)
Staf Pengajar Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang

ekayusmaita@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to produce instrument for measuring chemical literacy assessment in basic
chemistry courses with theme “water as a universal solvent”. The construction of this measuring
instrument is adapted to the PISA (Programme for International Student Assessment) problem’s
characteristics and the Syllaby of Basic Chemistry in KKNI-Indonesian National Qualification
Framework. The PISA is a cross-country study conducted periodically to monitor the outcomes of
learners' achievement in each participating country. So far, studies conducted by PISA include
reading literacy, mathematic literacy and scientific literacy. Refered to the scientific competence of
the PISA study on science literacy, an assessment designed to measure the chemical literacy of the
chemistry department’s students in UNP. The research model used is MER (Model of Educational
Reconstruction). The validity and reliability values of discourse questions is measured using the
software ANATES. Based on the acquisition of these values is obtained a valid and reliable chemical
literacy questions. There are four question items limited response on the theme with valid category,
the acquisition value of test reliability is 0,60 and has a difficulty index and distinguishing good

Keywords : Model of educational Reconstruction, Chemical literacy, Water theme

PENDAHULUAN kan kemampuan siswa memahami hakekat


sains, prosedur sains, serta kekuatan, dan
Penilaian merupakan komponen penting
limitasi sains.
dari proses pembelajaran sehingga standar
Terkait dengan kemampuan literasi sains
nasional telah menetapkan tuntutan kepada
peserta didik Indonesia, studi penilaian yang
pendidik agar memiliki kemampuan dalam
dilakukan oleh PISA mengungkapkan bahwa
melakukan penilaian kepada peserta didik.
pembelajaran sains kurang berhasil meningkat
Meskipun seorang pendidik telah memiliki
kan kemampuan literasi sains peserta didik. Hal
pengetahuan dan keterampilan mengajar,
tersebut dibuktikan dengan beberapa data
pengetahuan tentang menilai merupakan syarat
sebagai berikut, tahun 2000 Indonesia berada
dalam mengindikasi pembelajaran yang efektif.
pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta
Kemampuan pendidik dalam menilai hasil
PISA dengan nilai rerata tes 393; pada tahun
belajar peserta didik akan memiliki dampak
2003 Indonesia menempati peringkat ke-38 dari
besar pada seberapa berhasil ketercapaian
40 negara peserta dengan nilai rerata tes 395;
peserta didik dalam mencapai tujuan pem
pada tahun 2006 Indonesia menempati peringkat
belajaran yang diharapkan.
ke-50 dari 57 negara peserta dengan nilai rerata
Dalam dunia pendidikan, ada beberapa
tes 393; pada tahun 2009 Indonesia menempati
penilaian Internasional yang sering dilakukan
peringkat ke-60 dari 65 negara peserta dengan
antara lain TIMSS, PIRLS, dan PISA. PISA
skor 383 (OECD, 2009) dan tahun 2012
merupakan singkatan dari Programme for
Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 65
International Student Assessment yang meman
negara peserta. Hasil literasi PISA 2015 yang
dang pendidikan sains berfungsi untuk
dirilis 6 Desember 2016, Indonesia menempati
mempersiapkan warga negara masa depan,
peringkat ke-62 dari 70 negara peserta, tes dan
yakni warga negara yang mampu berpartisipasi
survey PISA berikutnya adalah di tahun 2018
dalam masyarakat yang semakin terpengaruh
dengan hasil tes dan surveynya akan dirilis pada
oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh
akhir tahun 2019 (Kemendikbud.go.id. 2016).
karenanya pendidikan sains perlu mengembang

49
Eka Yusmaita, Edi Nasra 50

Berdasarkan hasil monitoring PISA karena kemudahannya untuk diterapkan pada


terhadap sampel peserta didik Indonesia tujuan instruksional. Beberapa tingkatan yang
diperoleh hasil yang cukup mengecewakan. dimaksud adalah: Scientific illiteracy, siswa
Dengan alasan ini perlu adanya suatu gagasan tidak dapat merelasikan atau merespon dengan
yang mendasar dan relevan agar peserta didik menggunakan alasan yang masuk akal berbagai
Indonesia melek terhadap sains. Perancangan pertanyaan sains dikarenakan mereka tidak
asesmen literasi kimia yang mengacu pada PISA memiliki istilah, konsep, konteks, ataupun
merupakan suatu inovasi dalam bidang kapasitas kognitif untuk mengidentifikasinya.
pendidikan bisa menjadi salah satu solusinya. Nominal scientific literacy, siswa dapat menge
Literasi sains merupakan bagian dari PISA nali dan merelasikan konsep, namun masih
sehingga keilmuan kimia dapat juga dikatakan memungkinkan terjadinya miskonsepsi. Func
sebagai bagian dari PISA juga. Dengan tional scientific literacy, siswa dapat menggam
terciptanya asesmen literasi kimia yang valid barkan konsep dengan benar, tetapi dengan
dan reliabel diharapkan mampu memberikan keterbatasan pengetahuan mereka. Conceptual
gambaran bagaimana profil kesulitan mahasiswa scientific literacy, siswa mengembangkan
dalam menjawab soal pokok uji literasi kimia pengetahuan dari skema konseptual mereka dan
pada mata kuliah kimia dasar. merelasikannya pada pengetahuan umum dari
Ada beberapa penelitian yang relevan sains. Kemampuan prosedural dan pengetahuan
yang menunjang penelitian ini, diantaranya mengenai proses penemuan dalam sains dan
penelitian yang dilakukan oleh Hary Firman model teknologi tercakup kedalamnya. Multi
(2007) mengenai analisis kesulitan siswa dalam dimensional scientific literacy, siswa memahami
menjawab pokok uji literasi sains berdasarkan sains lebih dari sekedar konsep sains dan
hasil PISA Nasional 2006; penelitian yang prosedur penelitian sains. Dengan kata lain
dilakukan oleh Ceyhan Cigdemoglu, dkk (2012) siswa mengetahui dimensi lain yang mencakup
tentang upaya peningkatan level literasi kimia filosofi, sejarah, sosial dari sains. Jadi pada
pada konsep termokimia dan termodinamika tingkatan ini siswa mampu mengembangkan
menggunakan pendekatan berbasis konteks; pengetahuan mereka dan mengapresiasikan
penelitian yang dilakukan oleh Eka Yusmaita sains ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.
(2013) tentang konstruksi bahan ajar berbasis Bybee (Shwartz, et al., 2006) mengatakan
green chemistry untuk membangun literasi sains bahwa pada kenyataannya, tingkatan tertinggi
siswa; dan penelitian yang dilakukan oleh Suat dari literasi sains sangat sulit dicapai. Siswa
Celik (2014) tentang bagaimana level literasi dapat mencapai tingkatan tertinggi dari literasi
kimia pada calon pendidik MIPA dan yang sains hanya pada topik yang menurut mereka
terbaru adalah penelitian yang dilakukan oleh tertarik untuk dipelajari.
Raub, dkk (2017) tentang Investigasi penilaian PISA sebagai salah satu program dalam
Literasi kimia pada siswa SMA negeri di menilai literasi sains siswa membagi literasi
Malaysia. sains ke dalam tiga domain dalam peng
Ada dua hal yang perlu diperhatikan ukurannya, yakni konten sains, proses sains, dan
dalam menilai tingkat literasi sains siswa. konteks aplikasi sains. Shwartz, et al., (2006)
Pertama, penilaian literasi sains siswa tidak juga menambahkan aspek sikap (affective
ditujukan untuk membedakan seseorang literat aspect) ke dalam domain literasi sains.
atau tidak. Kedua, pencapaian literasi sains Berdasarkan hal tersebut, maka penilaian literasi
merupakan proses yang kontinu dan terus sains dalam PISA tidak hanya mengukur tingkat
menerus berkembang sepanjang hidup manusia pemahaman terhadap pengetahuan sains, tetapi
(Solomon dan Thomas dalam Shwartz, et al., juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses
2006). Jadi, penilaian literasi sains selama sains, serta kemampuan mengaplikasikan
pembelajaran di sekolah hanya melihat adanya pengetahuan dan proses sains tersebut dalam
“benih-benih literasi” dalam diri siswa, bukan situasi nyata yang dihadapi peserta didik
menilai secara mutlak tingkat literasi sains dan (Firman, 2007).
teknologi siswa (Shwartz, et al., 2006). Pentingnya asesmen literasi ditekankan
Bybee (Shwartz, et al., 2006; Holbrook. oleh Heritage (2007:141), sebagai berikut, "Para
2009: 279) mengemukakan beberapa tingkatan pendidik belajar bagaimana mengajar tanpa
dalam literasi sains yang lebih cocok dinilai dan belajar banyak tentang bagaimana menilai".
diterapkan selama pembelajaran di sekolah Lebih lanjut, Stiggins (2004:16) menegaskan

JEP| Volume 1| Nomor 2|November 2017| Page 49-55


Eka Yusmaita, Edi Nasra 51

bahwa seperempat sampai sepertiga waktu


pendidik semestinya digunakan untuk penilaian
terkait proses pembelajaran. Oleh karena itu,
pendidik harus mengetahui dan memahami
prinsip-prinsip penilaian. Asesmen merupakan
proses penting karena hasilnya dapat digunakan
untuk merencanakan pengajaran, memandu
belajar siswa, menentukan tingkat/urutan,
menentukan pembelajaran tingkat lanjut,
pengembangan teori pembelajaran, merumuskan
kebijakan, mengalokasikan sumberdaya, dan
mengevaluasi kurikulum (NRC, 1996:76). Oleh
karena itu asesmen perlu direncanakan,
dilaksanakan, dan dianalisis dengan baik
sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh Gambar 1. Tiga Komponen Model of
karenanya, rumusan masalah pada penelitian ini Educational Reconstruction (MER)
adalah “ Bagaimana perancangan assesmen
Komponen pertama adalah analisis
literasi kimia dengan menggunakan Model of
struktur konten. Tujuan dari analisis struktur
Educational Rekonstruction (MER) pada tema:
konten untuk mengklarifikasi konsepsi sains
“air sebagai pelarut universal ?”.
yang spesifik dan struktur konten dari sudut
pandang pendidikan. Komponen kedua adalah
METODE PENELITIAN
penelitian mengajar dan belajar mengidentifikasi
Desain penelitian ini menggunakan Model bahwa proses klarifikasi dan analisis dari konten
of Educational Reconstruction (MER) atau di sains pada satu sisi dan proses konstruksi
Indonesia dikenal dengan istilah Model terhadap struktur konten untuk pengajaran pada
rekonstruksi pendidikan. Model ini dikembang sisi yang lain membutuhkan dasar penelitian
kan oleh Reinders Duit, Harald Gropengiesser, empiris pada mengajar dan belajar. Studi
Ulrich Kattman dan Michael Komorek sejak empiris terhadap pengaturan belajar tertentu
tahun 1995 sampai sekarang. Tujuan utama membutuhkan studi lebih lanjut dengan
perancangan MER adalah sebagai kerangka melakukan investigasi konsepsi siswa dan
untuk penelitian dan pengembangan pendidikan variabel afektif seperti ketertarikan, konsep diri,
sains. Disamping itu, MER juga dijadikan dan sikap (Duit,et al., 2012: 23). Komponen
sebagai petunjuk untuk perencanaan pengajaran ketiga adalah perancangan dan evaluasi
sains pada praktek di sekolah (Duit, 2012:19). lingkungan pembelajaran. Komponen ini terdiri
Salah satu dari ide fundamental model ini dari merancang soal sesuai konstruksi yang
adalah struktur konten untuk pengajaran tidak diinginkan. Rancangan pembelajaran yang
bisa diambil secara langsung dari struktur mendukung kondisi lingkungan sekitar merupa
konten sains, tetapi secara khusus direkonstruksi kan jantung pada komponen ini (Duit, et al.
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran 2012: 23).
kognitif dan afektif siswa. komponen MER Secara keseluruhan kontribusi terhadap
terdiri atas tiga yaitu: (1) analisis struktur MER dapat dilihat dalam menyiapkan kerangka
konten, (2) penelitian mengajar dan belajar, dan komponen sains yang relevan terhadap
(3) pengembangan dan evaluasi pelajaran. penelitian pendidikan sains dan pengembangan
Ketiga komponen dari MER saling berhubungan nya serta dengan cara demikian membentuk
satu sama lain dan membentuk alur yang hubungan trilateral. Pada pelaksanaannya,
sistematik (Duit, et al., 2012: 26). Untuk lebih semua tahapan pada komponen pertama model
jelasnya perhatikan Gambar 1 berikut ini. ini tidak mutlak harus diselesaikan terlebih
dahulu. Proses penelitiannya dapat bersifat
bolak-balik (recursive) sehingga dalam melaku
kan penyempurnaan komponen pertama dipe
ngaruhi juga oleh komponen kedua dan ketiga.
Komponen pertama, kedua, maupun ketiga
dilakukan secara berselang-seling sesuai dengan

JEP| Volume 1| Nomor 2|November 2017| Page 49-55


Eka Yusmaita, Edi Nasra 52

tujuan dan kepentingan penelitian yang akan


dicapai (Yusmaita, 2014:45).
Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode campuran (mixed methods).
Istilah lain untuk menyebutkan metode campur
an sangat beragam, seperti multi-metode,
metode konvergensi, metode terintegrasi, dan
metode kombinasi (Creswell & Clark, 2007;
Creswell, 2012: 22). Penelitian ini dilaksanakan
pada mahasiswa tahun pertama yang mengambil
matakuliah kimia Dasar di Jurusan kimia
FMIPA Universitas Negeri Padang. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan pada semester Januari-
Juni 2017.
Strategi yang diterapkan pada metode
campuran ini adalah eksploratoris sekuensial.
Strategi ini melibatkan pengumpulan data dan Gambar 2. Skema Bagan MER yang
analisis data kualitatif pada tahap pertama, yang Dimodifikasi
kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis
1. Analisis Struktur Konten
data kuantitatif pada tahap kedua yang
Komponen pertama Model of Educational
didasarkan pada hasil-hasil tahap pertama.
Reconstruction (MER) adalah analisis literatur.
Tujuan dari strategi ini adalah menggunakan
Analisis ini meliputi analisis silabus kimia dasar
data dan hasil-hasil kuantitatif untuk membantu
yang berbasis KKNI dan analisis soal PISA
menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif.
yang sudah standar. Learning Outcome (LO)
Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahapan
pada matakuliah kimia dasar berdasarkan silabus
pertama, dan proses pencampuran (mixing) antar
adalah: mahasiswa dapat mendeskripsikan
kedua metode ini terjadi ketika peneliti
keadaan partikel dalam larutan dan koloid dan
menghubungkan antara analisis data kualitatif
sifat khusus yang timbul serta perhitungan dan
dan pengumpulan data kuantitatif.
kegunaannya; mendeskripsikan faktor penentu
laju reaksi beserta perhitungan dan kegu
HASIL DAN PEMBAHASAN
naannya; reaksi redoks dalam sel elektrokimia
Rancangan assesmen literasi kimia meng serta perhitungan dan kegunaannya; menjelas
gunakan Model of Educational Reconstruc tion kan kesamaan sifat unsur segolongan dan
melalui 3 tahapan dasar, yaitu: analisis struktur senyawa-senyawa penting unsur tersebut;
konten, studi empiris kelapangan dan konstruksi menjelaskan keadaan nukleon dalam inti dan
wacana soal. Pada pelaksanaannya, semua perubahan yang dialaminya serta kegunaannya
tahapan pada komponen pertama model ini tidak dari perubahan itu; menjelaskan senyawa
mutlak harus diselesaikan terlebih dahulu. organik dan kegunaanya serta reaksi-reaksinya;
Proses penelitiannya dapat bersifat bolak-balik dan menjelaskan senyawa-senyawa penting
(recursive) sehingga dalam melakukan penyem dalam organisme dan peranannya. Disamping
purnaan komponen pertama dipengaruhi juga mengacu pada ketentuan silabus KKNI,
oleh komponen kedua dan ketiga. bencmarking perancangan soal ini juga mengaju
Selama proses pelaksanaan penelitian ini, pada soal-soal PISA yang sudah standar.
tiga komponen dasar MER tersebut dimodifikasi Pada tahapan selanjutnya setelah melaku
menjadi skema baru. Berikut skema desain kan analisis literatur perlu adanya tahapan
perancangan assesmen literasi kimia dengan klarifikasi struktur konten pada materi “Larutan”
menggunakan Model of Educational Rekonstruc ini mengacu pada buku teks universitas yang
tion (MER) pada tema: air sebagai pelarut sudah standar. Buku tersebut meliputi: Brady,
universal dijelaskan dalam bentuk Gambar 2. James E dan Senese Fred dengan judul
Chemistry Matter and Its Changes, 6th edition
dan buku kimia dasar universitas karangan
Keenan.

JEP| Volume 1| Nomor 2|November 2017| Page 49-55


Eka Yusmaita, Edi Nasra 53

2. Penyelidikan Empiris kemampuan relatif sama. Analisis tes hasil


Penyelidikan empiris kelapangan dimak belajar dilakukan dengan menggunakan
sudkan agar rancangan assesmen yang dilakukan software ANATES.
sesuai dengan kriteia yang semestinya. Hal Program ANATES sangat bermanfaat
tersebut ditandai dengan kegiatan validasi oleh khususnya bagi para guru umumnya para
jugment expert. Berikut wacana teks essay pada pemerhati evaluasi pendidikan. Program ini
tema air sebagai pelarut universal: dikembangkan oleh Bapak Drs. Karno To,
“Air disebut sebagai pelarut universal karena M.Pd. seorang dosen Psikologi di UPI dan
dapat melarutkan lebih banyak zat dari pada Bapak Yudi Wibisono, S.T. Seorang konsultan
pelarut lainnya. Adanya zat terlarut dalam air komputer. Fasilitas yang ada pada ANATES V4
dapat berpengaruh pada titik lebur maupun titik a. Penyekoran data, meliputi: memasukan skor
didih larutan. Air merupakan pelarut yang baik data hasil tes; membobot skor data sesuai
untuk senyawa ion (seperti garam) dan senyawa yang dibutuhkan
polar non-ion (seperti gula dan alkohol b. Pengolahan data, meliputi: reliabilitas;
sederhana). Massa atom H= 1, C =12, O =16, kelompok unggul dan asor; daya pembeda;
Na=23, Cl = 35,5; tetapan lebur air Kf = 1,86 oC tingkat kesukaran soal; korelasi skor butir
Wacana teks diatas kemudian dijabarkan dalam dengan skor total; dan kualitas pengecoh
beberapa empat item pertanyaaan dengan skor (distraktor). Berikut data mentah yang diolah
total 25. Adapun 4 item pertanyaan tersebut melalui software ANATES
terdiri atas:
1. Soal Essay yang pertama membahas tentang
konsentrasi larutan garam dalam air;
2. Soal essay yang kedua membahas tentang
konsep mol suatu larutan,
3. Soal yang ketiga membahas tentang
perbandingan titik lebur suatu larutan dan
4. Soal yang keempat membahas tentang
tekanan uap suatu larutan.
Validitas dapat diartikan sejauh mana
hasil pengukuran dapat diinterpretasikan sebagai
cerminan sasaran ukur yang berupa kemampuan,
karakteristik, atau tingkah laku yang diukur
melalui alat ukur yang tepat (Susetyo,B. 2015)
Pengujian validitas assesmen ini fokus
pada pengujian validitas secara konten atau Gambar 3. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Esay
validitas isi. Pengujiannya dilakukan sebelum Pada Tema Air Sebagai Pelarut Universal
alat ukur diujicobakan melalui professional
judgment, yaitu mengadakan diskusi panel atau Secara keseluruhan berdasarkan hasil
penilaian para ahli dalam bidang kimia. Hasil rekapitulasi analisis butir soal essay di atas, ke
diskusi atau penilaian dijadikan dasar untuk empat soal yang telah dirancang memiliki
memperbaiki item tes yang masih kurang baik tingkat kesukaran sedang dan nilai korelasi
untuk mengukur kemampuan sesuai dengan kisi- signifikansinya adalah sangat signifikan. Butir
kisi soal yang telah di tetapkan. Pengujian soal no 1,2, dan 4 memiliki daya pembeda soal
Validitas ini dilakukan oleh dua orang di atas 55% artinya daya pembeda soal antara
proffesional Jugment dari jurusan kimia FMPA mahasiswa kelompok atas dan kelompok bawah
UNP. sudah sangat baik. Sedangkan item soal no 3
memiliki daya pembeda sebesar 43,75% dan ini
3. Konstruksi Asesmen Literasi Kimia termasuk dalam kategori cukup baik.
Konstruksi soal literasi kimia dirancang Berdasarkan tingkat kesukaran soal, butir
dengan membuat kisi-kisi soal, membuat soal, soal nomor 3 berada dalam kategori sukar, dan
melakukan uji coba soal dan revisi soal. Setelah hal ini tidak menyebabkan item soal nomor 3
kisi-kisi soal selesai, maka soal dibuat harus direvisi. Analisis struktur konten pada
berdasarkan kisi-kisi tersebut dan kemudian butir soal nomor 3 ini sesuai dimensi
diuji coba pada mahasiswa dengan tingkat pengetahuan taksonomi bloom yang telah

JEP| Volume 1| Nomor 2|November 2017| Page 49-55


Eka Yusmaita, Edi Nasra 54

direvisi berada pada tahapan analisis (C4), Cann, M. 2009. “Greening the Chemistry
yakninya mampu membandingkan titik lebur Lecturer Curriculum: Now is the time to
suatu larutan antara yang elektrolit dengan non infuse Existing Mainstream Textbooks
elektrolit. Ketika item soal ini diujikan kepada with Green Chemistry”. Journal of
mahasiswa, mereka belum mampu membanding American Chemical Society. 93-100.
kan bagaimana kecendrungan antara titik lebur Creswell, J.W. (2012). Research Design,
antara larutan elektrolit maupun non elektrolit. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Sebagain besar mahasiswa hanya mampu Mixed. A.b. Fawaid, A. Yogyakarta:
menjawab soal berdasarkan rumus yang mereka Pustaka Pelajar.
ketahui, faktor van hoff pada larutan elektrolit Duit, R.1995. A Model of Educational Re
tidak mereka masukkan. Tingkat kesukaran construction. San Fransisco : Paper of
untuk item soal 1,2, dan 4 berda pada tingkatan Research in Sains Teaching (NARST).
sedang. Duit, R. 2007. Science Educational Research
Nilai korelasi untuk item soal no 4, berada Internationally: Conception, Research
pada taraf tidak signifikan. Hal ini menyebabkan method, Domain research. Eurasia jurnal
butir soal tersebut harus direvisi. Revisi yang of mathematics. ISSN:1305-8223.
dilakukan adalah revisi konten yang melibatkan Duit, R., Gropengierber, H., Kattmann, U.,
jugment expert dalam hal ini dilakukan melalui Komorek, M., Parchmann, I. 2012. The
kegiatan diskusi dengan dosen yang telah Model of Eductional Reconstruction - A
ditunjuk sebagai validator. Setelah soal direvisi Framework for Improving Teaching and
sesuai saran dari validator maka item soal Learning Science. Science Research and
tersebut dapat digunakan kembali pada tahap uji Practice in Europe. ISBN :978-94-6091-
coba dalam skala terbatas. 900-8.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi
KESIMPULAN Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpul Tahun 2006. akarta : Balitbang
kan bahwa: Depdiknas
1. Rancangan assesmen literasi kimia menggu Hayat, B dan Yusuf, S.2010. Mutu Pendidikan.
nakan Model of Educational Reconstruction Jakarta: Bumi Aksara.
(MER) melalui 3 tahapan dasar, yaitu: Holbrook, J. 2009. “Meeting Challenges to
analisis struktur konten, studi empiris Sustainable Development through Science
kelapangan dan konstruksi wacana soal. and Technologi Education”. Journal of
2. Wacana Soal literasi kimia yang dihasilkan science education international. 20, (1),
memiliki tema: Air sebagai pelarut universal. 44-59.
Pada wacana soal tersebut dijabarkan dalam Klingshirn, M, et al. 2009. “Integrating Green
empat soal essay. Soal Essay yang pertama Chemistry into the Introductory
membahas tentang konsentrasi larutan garam Chemistry Curriculum”. Journal of
dalam air; selanjutnya soal essay yang kedua American Chemical Society. 79-91.
membahas tentang konsep mol suatu larutan, Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik
soal yang ketiga membahas tentang perban Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.
dingan titik lebur suatu larutan dan soal yang OECD.2009. PISA 2009 Assessment
keempat membahas tentang tekanan uap Framework Key competencies in reading,
suatu larutan. mathematics and science. [online].
3. Uji validitas soal merupakan pengujian Tersedia:http:// www.oecd.org/dataoecd/
validitas dari segi konten yang dilakukan 11/40/44455820.pdf [10 September
oleh dua orang jugdment expert. Sementara 2012].
pengujian lainnya dilakukan dengan menggu Raub, L., dkk. 2017. Investigating Chemical
nakan software ANATES. Literacy Achievement among High-
Achiever Students in Malaysia. American
DAFTAR PUSTAKA Scientific Publishers.
Susetyo, B. 2015. Prosedur Dan Penyusunan
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Dan Analisis Tes. Bandung: PT Refika
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aditama.

JEP| Volume 1| Nomor 2|November 2017| Page 49-55


Eka Yusmaita, Edi Nasra 55

Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. dan Hofdtein, A. Tundo. 2001. Green Chemitry Education. Poster
(2006). “The Use of Scientific Literacy presented at the IUPAC congress/General
Taxonomy for Assessing the Assembly.
Development of Chemical Literacy Yusmaita, E. 2013. Konstruksi Bahan Ajar Sel
Among High-School Students. The Royal Volta Berbasis Green Chemistry Education
Society of Chemistry”. Chemistry Untuk Membangun Literasi Sains Siswa.
education research and practice, 2006, 7, Universitas Pendidikan Indonesia: (Tesis)
(4), 203-225. tidak diterbitkan.

JEP| Volume 1| Nomor 2|November 2017| Page 49-55

Anda mungkin juga menyukai