Anda di halaman 1dari 44

1

A. Analisis Literasi Sains Siswa Kelas X IPA SMAN 1 Lambu pada Mata

Pelajaran Biologi

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Indonesia di era modern ini sangat penting untuk

ditinjau kembali, mengingat tantangan pada abad ke-21 mutu pendidikan

Indonesia perlu ditingkatkan karena adanyanya persaingan global

antarnegara dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang sains.

kurikulum 2013 merupakan suatu upaya untuk menyongsong pendidikan

di Indonesia. Kurangnya tingkat SDM di Negara Indonesia membuat

pemerintah menyusun gerakan-gerakan untuk menciptakan SDM yang

berkemajuan, agar tujuan tersebut dapat terwujud, pendidikan sains

merupakan salah satu bidang pendidikan yang dapat membantu

meningkatkan kualitas SDM. Pendidikan sains dapat melatih keterampilan

bepikir sehingga menjadikan peserta didik lebih berkualitas, serta dapat

memutuskan sikap yang logis, kritis dan kreatif yang disebut kemampuan

literasi sains.1

Peserta didik mampu untuk memahami fenomena sains dan

menyikapi berbagai isu yang muncul maupun memecahkan berbagai

masalah kehidupan. Pencapaian literasi sains oleh peserta didik merupakan

salah satu tujuan utama pendidikan sains.2

1
Herlanti, Y., Rustaman, N.Y., Rohman, I., Fitriani, A. (2012). Kualitas Argumentasi
pada Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi Melalui Weblog. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
Vol 1 (2): 168-177.
2
Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). The Use of Scientific Literacy
Taxonomy for Assessing The Development of Chemical Literacy Among
2

Literasi sains (science literacy) berasal dari kata latin yaitu literatus

dan science. Literatus yang artinya huruf, mengetahui huruf atau

berpendidikan dan science yang artinya memiliki pengetahuan. Literasi

sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami ilmu pengetahuan

dan menerapkannya pada kebutuhan masyarakat orang pertama yang

menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford

University.3

Berdasarkan pengertian tersebut, penekanan literasi sains bukan

pada penguasaan pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan

proses dains saja, tetapi lebih mengarahkan bagaiman memungkinkan

seseorang untuk dapat membuat suatu keputusan dan turut terlibat dalam

kehidupan bermasyarakat ber dasarkan pengetahuan dan pemahaman sains

yang dimilikinya. Literasi sains penting dimiliki setiap orang sebagai

masyarakat, warga negara dan warga dunia. Setiap orang harus memiliki

tingkat literasi sains tertentu agar dapat bertahan hidup di alam maupun di

tempatnya bekerja. Literasi sains berkaitan dengan pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai yang terdapat di dalam sains.

Alasan mengapa literasi sains penting untuk dimiliki siswa, yaitu:

(1) pemahaman sains menawarkan pemenuhan kebutuhan personal dan

kegembiraan, dapat dibagikan dengan siapapun; dan (2) negara-negara di

dunia dihadapkan pada pertanyaanpertanyaan dalam kehidupannya yang

memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk mengambil


3
DeBoer, G. E. 2000. Scientific literacy: Another look at its historical and contemporary
meanings and its relationship to science education reform. Journal of Research in Science
Teaching, 37(6), 582-601.
3

keputusan dan kepentingan orang banyak yang perlu di informasikan

seperti, udara, air dan hutan.4

Berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment

(PISA) tahun 2000, 2003, 2006 dan 2009 skor literasi sains siswa

Indonesia usia 15 tahun berturut-turut adalah 393, 395 dan 395 dengan

skor rata-rata semua negara peserta 500 dan simpangan baku 100.5 Pada

PISA 2009 skor siswa Indonesia adalah 383 dengan rerata skor negara

peserta adalah 501 dan PISA 2012 dengan skor 383, berada di peringkat

64 dari 65 negara peserta.6

Rendahnya skor perolehan siswa Indonesia mencerminkan

rendahnya prestasi belajar IPA siswa Indonesia rata-rata sekitar 34% untuk

keseluruhan, 29% untuk konten, 34% untuk proses dan 32% untuk

konteks.7 Hasil capaian tersebut juga mengindikasikan bahwa rata-rata

kemampuan sains siswa Indonesia baru sampai pada kemampuan

mengingat dan mengenali pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana

tetapi belum mampu untuk mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai

topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan

abstrak di dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi literasi sains siswa di Indonesia saat ini masih tergolong

rendah apabila dibandingkan dengan negara lain. Salah satu penelitian

4
Zuriyani, E. 2013. Literasi Sains Dan Pendidikan. Makalah: Kemenag Sumatera Selatan.
5
Eko, H. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia
Berusia 15 Tahun . Jurnal Pendidikan Dasar, 10: 28-41.
6
OECD. 2010. PISA 2009 Result: What Students Know and Can Do Volume I. Kanada:
OECD
7
Firman, H. 2007. Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional
Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.
4

mengenai kemampuan literasi ilmiah yang saat ini hanya digunakan

sebagai acuan untuk menentukan kualitas pendidikan negaranegara dunia

adalah melalui Programme for International Student Assessment (PISA)

yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD). Sebanyak lebih dari 400.000 siswa usia 15 tahun

dari 79 negara berpartisipasi dalam PISA 2018. China menjadi negara

dengan rerata capaian tertinggi dalam program ini untuk kategori sains

dengan rerata skor 590, sebaliknya Indonesia hanya menempati peringkat

70 dengan capain rerata 396. Kondisi ini mengindikasikan masih sangat

rendahnya literasi sains siswa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya

yang lebih untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan

rendahnya capaian literasi sains agar dapat bersaing dengan bangsa lain.8

Faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi sains

siswa Indonesia adalah sikap siswa terhadap sains, pekerjaan yang

diinginkan siswa, kepercayaan diri dan motivasi belajar sains, strategi

dalam mengajar, latar belakang pendidikan orang tua, dan banyaknya

waktu yang digunakan untuk belajar sains. Untuk melihat bagaimana

kemampuan literasi sains siswa Indonesia secara lebih detail maka

dilakukan penelitian terhadap sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagian

besar sekolah di Indonesia sudah menerapkan pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan literasi sains.9

8
OECD. 2019. PISA 2018. PISA 2018 Result Combined Executive Summaries.
PISAOECD Publishing
9
Ekohariadi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia
Berusia 15 Tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.10, No.1, (Online), diakses 20 September 2022.
Hal. 42
5

Faktor lain yang menyebabkan masih rendahnya literasi sains siswa

Indonesia berdasarkan penilaian PISA adalah peserta didik Indonesia

belum terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti

soal-soal pada PISA. Padahal untuk meningkatkan literasi sains atau

literasi ilmiah, guru juga memerlukan perangkat evaluasi yang berbasis

literasi sains. Guru sering mengabaikan alat evaluasi berbasis literasi sains

karena belum memahami bagaimana membuat perangkat evaluasi

tersebut.10

Selain itu tingginya tingkat kesukaran soal PISA juga menjadi

faktor rendahnya capaian siswa Indonesia. Tuntutan soal pada PISA

melebihi tuntutan kurikulum yaitu di atas Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang menjadi Tujuan Pembelajaran di Indonesia.

Menurut hasil penelitian ada materi pada soal PISA yang tidak dipelajari

oleh siswa di sekolah. Selain itu informasi yang diperoleh siswa hanya dari

buku pelajaran dan guru di sekolah.11

Melihat sejauh mana penguasaan literasi sains siswa Indonesia dan

mutu pendidikansains di Indonesia bisa dilihat dari hasil-hasil survey

lembaga internasional, salah satunya adalah PISA. Hal ini dikarenakan

hasil penilaian internasional tentang prestasi siswa merupakan salah satu

indikator yang menunjukkan mutu pendidikan ditanah air.12 Penilaian

PISA selain bermanfaat untuk mengenali tingkat kemampuan literasi sains


10
Fraenkel, Jack. R., and Norman E. Wallen. 2012. How to Design and Evaluate
Research in Education 8th Edition. Boston: McGraw-Hill Higher Education.
11
Kurniati, L. 2014. Analisis Capaian Literasi Sains Biologi PISA Di SMPN 1 Padang
dan SMAN 1 Padang. Tesis. Padang: UNP.
12
Wardhani, S & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika
SMP:Beajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK. Hal. 1
6

siswa di beberapa negara, juga untuk memahami kekuatan dan kelemahan

sistem pendidikan di Negara negara yang terlibat dalam PISA. PISA

bertujuan untuk mengevaluasi system pendidikandiseluruh dunia dengan

menguji pengetahuan dan keterampilan siswa dalam matematika,

membaca dan sains.13

Pelajaran Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan

persoalan gejala alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan sasaran

yang dipelajari dalam biologi. Proses belajar biologi merupakan

perwujudan dari interaksi subjek dengan objek yang terdiri dari benda dan

kejadian, proses dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai

alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga

konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi pelajaran

kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek belajar

secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep.

Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan utama, yaitu

hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya serta

kedudukan siswa.14

Di Kabupaten Bima salah satu sekolah yang sudah menerapkan

pembelajaran berbasis literasi sains yaitu, SMAN 1 Lambu. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan, SMAN 1 Lambu memiliki akreditasi A,

prestasi siswa baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler mampu bersaing

13
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 12
14
Djohar. (1987). Peningkatan Proses Belajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber
Belajar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Hal. 1
7

dalam skala nasional. Hal ini dapat dilihat dari deretan prestasi siswa

didepan kantor majlis guru, serta alumni dari SMAN 1 Lambu sebagian

besar mampu bersaing masuk ke universitas favorit di Indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Waka Kurikulum bapak

Muhammad Tahir, S.Pd beliau menjelaskan di SMAN 1 Lambu sudah

menerapkan pembelajaran berbasis literasi namun belum diterapkan secara

keseluruhan oleh guru bidang studi. Hanya beberapa guru bidang studi

yang sudah menerapkannya, salah satunya yaitu guru bidang studi biologi

kelas X IPA yaitu bapak Irhas S,Pd. Beliau sudah dua tahun menerapkan

pembelajaran literasi sains pada pembelajaran Biologi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Irhas S,Pd, beliau

menjelaskan dari penerapan literasi sains yang telah beliau lakukan selama

2 tahun terakhir, terlihat siswa merasa kesulitan dalam pembelajaran dan

hasil ujian siswa juga kurang memuaskan, sebagian siswa belum mampu

menganalisa soal yang diberikan guru ketika soal tersebut berupa

permasalahan ilmiah.

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisis Literasi Sains Siswa Kelas X IPA SMAN 1

Lambu pada Mata Pelajaran Biologi”. Peneliti menggunakan soal PISA

2015 karena soal ini disesuaikan untuk siswa yang sudah melewati usia

wajib belajar dan telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang

penting untuk berpatisipasi dalam lingkunan masyarakat.

C. Rumusan Masalah
8

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka

permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1) Bagaimana tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN 1 Lambu

pada mata pelajaran biologi berdasarkan aspek konteks?

2) Bagaimana tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN 1 Lambu

pada mata pelajaran biologi berdasarkan aspek kompetensi?

3) Bagaimana tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN 1 Lambu

pada mata pelajaran biologi berdasarkan aspek pengetahuan?

4) Bagaimana tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN 1 Lambu

pada mata pelajaran biologi berdasarkan aspek sikap?

5) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa kelas X

IPA SMAN 1 Lambu pada mata pelajaran biologi?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi

tujuan dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN

1 Lambu pada mata belajaran biologi berdasarkan aspek konteks.

b) Untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN

1 Lambu pada mata belajaran biologi berdasarkan aspek

kompetensi.
9

c) Untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN

1 Lambu pada mata belajaran biologi berdasarkan aspek

pengetahuan.

d) Untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa kelas X IPA SMAN

1 Lambu pada mata belajaran biologi berdasarkan aspek sikap.

e) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains

siswa kelas X IPA SMAN 1 Lambu pada mata pelajaran biologi.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan memiliki

kegunaan dalam memberikan acuan, informasi dan rangsangan

pada pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini memberikan informasi

mengenai kemampuan literasi sains siswa kelas X IPA SMAN 1

Lambu pada mata pelajaran biologi.

c. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi informasi dan dapat menambah pengetahuan tentang

kemampuan literasi sains siswa kelas X IPA SMAN 1 Lambu pada

mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian


10

Agar dapat mengorganisir uraian dengan baik dan menghindari bias

masalah dalam melakukan kajian pada penelitian ini, maka ruang

lingkup penelitian ini fokus pada masalah analisis literasi sains siswa

kelas X IPA SMAN 1 Lambu dalam mata pelajaran biologi.

2. Setting Penelitian

Lokasi atau setting penelitian bertempat di SMAN 1 Lambu Desa Rato

Kecamatan Lambu Kabupaten Bima, karena tempat tersebut

merupakan lokasi yang baik dan startegis bagi penulis untuk

melakukan penelitian karena lokasi tersebut tidak terlalu jauh dengan

tempat tinggal penliti dan permasalahan ini belum ada yang teliti.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi atau karya-karya

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang saat ini sedang dilakukan,

guna menghindari duplikasi, plagiasi, serta menjamin keaslian dan

keabsahan dari penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan definisi

tersebut dalam usaha penelusuran yang peneliti lakukan saat ini, ada

beberapa peneliti atau kajian yang masih terkait dengan penelitian saat ini

diantaranya adalah:

1. Penelitian oleh Anggun Winata, Sri Cacik, dan Ifa Seftia R.W. pada

2016 yang berjudul “Analisis Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa

pada Konsep IPA”. Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa

kemampuan literasi sains mahasiswa yang tinggi adalah pada indikator

melakukan penelusuran literature yang efektif dengan presentase


11

sebesar 40,15%, sedangkan kemampuan literasi sains mahasiswa yang

rendah yakni pada indikator memecahkan masalah dengan

menggunakan keterampilan kualitatif termasuk pula statistic dasar

dengan presentase sebesar 6,82%.

2. Penelitian oleh Abdul Haris Odja dan Citron S.Payu pada 2014 yang

berjudul “Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa pada

Konsep IPA”. Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa literasi

sains siswa yang baik adalah pada kategori nominal, sedangkan untuk

kategori fungsional masih tergolong rendah, dan untuk kategori

konseptual dan multidimensional masih sangat rendah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Husnul Fuadi, Dkk (2020), dengan judul “

Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Sains Peserta

Didik”. Hasil dari penelitian ini yaitu faktor-faktor yang menyebabkan

rendahnya literasi sains peserta didik diantaranya dalah pemilihan buku ajar,

miskonsepsi, pembelajaran yang tidak kontekstual, dan kemampuan

membaca peserta didik.

G. Kerangka Teori

1. Definisi Literasi

Literasi dalam bahasa Inggris bertuliskan literacy, kata ini

berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang memiliki definisi

melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi


12

yang menyertainya. Berkenaan dengan ini, di definisikan istilah literasi

secara komprehensif sebagai berikut: Literasi adalah penggunaan

praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam

menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks.Literasi

memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang

hubunga-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks

penggunaanya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis

tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/ tujuan,

literasi itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di

antara dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/ wacana.15

Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif,

pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan

pengetahuan kultural. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa

literasi memerlukan kemampuan yang kompleks. Adapun pengetahuan

tentang genre adalah pengetahuan tentang jenis-jenis teks yang

berlaku/ digunakan dalam komunitas wacana misalnya, teks naratif,

eksposisi, deskripsi dan lain-lain. Terdapat tujuh unsur yang

membentuk definisi tersebut, yaitu berkenaan dengan interpretasi,

kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah,

refleksi, dan penggunaan bahasa, ketujuh hal tersebut merupakan

prinsip-prinsip dari literasi.

15
Kern, Richard (2000). Literacy & Language Teaching. Oxford : Oxford University
Press. Hal. 67
13

Terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi, yaitu,(1) literasi

melibatkan interpretasi Penulis/ pembicara dan pembaca/ pendengar

berpartisipasi dalam tindak interpretasi,(2) literasi melibatkan

kolaborasi.(3) literasi melibatkan konvensi.(4) literasi melibatkan

pengetahuan cultural.(5) literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri.

(6) literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/

tertulis)Literasi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,

menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif

dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi

untuk mengatasi berbagai persoalan.16

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi

melibatkan inprestasi, kolaborasi, konvensi, kultural, refeleksi diri,dan

sistem-sistem bahasa (pengguna bahasa). Kemampuan-kemampuan itu

perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam

masyarakat, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut

pembelajaran sepanjang hayat. Kegiatan literasi selama ini identik

dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, literasi juga

mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.

2. Dimensi atau Komponen Literasi Sains

16
Kern, R. 2001. Literacy & Language Teaching. Oxford : Oxford University Press. Hal.
23
14

Literasi sains dibedakan dalam tiga dimensi yaitu: konten

(pengetahuan sains), proses (kompetensi sains), dan konteks (aplikasi

sains).17

Pertama, dimensi konten. Konten sains merujuk pada konsep-

konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena

alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas

manusia. Dalam hal ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan

konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi kurikulum sains

sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang diperoleh melalui

sumber-sumber informasi lain yang tersedia. Kedua, dimensi proses.

Dimensi proses mencakup komponen kompetensi sains. Ada tiga fokus

penilaian dalam dimensi proses literasi sains yakni meliputi kegiatan:

mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara

ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Proses kognitif yang terlibat

dalam kompetensi sains antara lain penalaran induktif/deduktif,

berfikir kritis dan terpadu, pengubahan representasi, mengkonstruksi

eksplanasi berdasarkan data, berfikir dengan menggunakan model dan

menggunakan matematika. Proses inkuiri ilmiah merupakan proses

ilmiah yang melibatkan kemampuan berpikir logis, kemampuan

penalaran dan analisis kritis. Proses inkuiri ilmiah sangat relevan

dengan hakikat sains (biologi) dan sekaligus sebagai salah satu

karakteristik dalam pembelajaran sains. Kompetensi ilmiah yang

17
OECD. 2003. Literacy Skills for the World of Tomorrow: Further Results from PISA
2000. Paris: Unesco Institue for Statistic.
15

diukur dalam dimensi proses literasi sains meliputi: 1)

Mengidentifikasi pertanyaan ilmiah berhubungan dengan pertanyaan

ilmiah, yaitu pertanyaan yang meminta jawaban berlandaskan bukti

ilmiah dimana di dalamnya mencakup kemampuan individu dalam

mengenali pertanyaan yang memungkinkan untuk diselidiki secara

ilmiah berdasarkan situasi yang dikondisikan, kemampuan mencari

informasi dan mengidentifikasi kata kunci serta mengenali fitur

penyelidikan ilmiah. Misalnya: hal-hal apa yang harus dibandingkan,

variabel apa yang harus diubah-ubah dan dikendalikan, informasi

tambahan apa yang diperlukan atau tindakan apa yang harus dilakukan

agar data relevan dapat dikumpulkan; 2) Menjelaskan fenomena secara

ilmiah yaitu kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah

mencakup kompetensi dalam mengaplikasikan pengetahuan sains

dalam situasi yang diberikan, mendeskripsikan fenomena,

memprediksi perubahan, pengenalan dan identifikasi deskripsi,

eksplanasi dan prediksi yang sesuai; 3) Menggunakan bukti ilmiah,

yaitu kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan ilmiah

sebagai bukti untuk suatu kesimpulan. Selain itu juga menyatakan

bukti dan keputusan dengan kata-kata, diagram atau bentuk

representasi lainnya.

Dengan kata lain, peserta didik harus mampu menggambarkan

hubungan yang jelas dan logis antara bukti dan kesimpulan atau

keputusan. Ketiga, dimensi konteks. Dimensi konteks literasi sains


16

menurut PISA mencakup berbagai bidang diantaranya: 1) bidang

aplikasi sains meliputi penerapan sains dalam setting personal, sosial

dan global seperti bidang: kesehatan; sumber daya alam; mutu

lingkungan; bahaya; perkembangan mutakhir sains dan teknologi; 2)

bidang penilaian (assessment) dimana butir-butir soal pada penilaian

pembelajaran sains, menurut PISA berfokus pada situasi yang terkait

pada diri individu, keluarga dan kelompok individu (personal), terkait

pada komunitas (social), serta terkait pada kehidupan lintas negara

(global).

Penilaian literasi sains berdasarkan aspek-aspek literasi sains

yang meliputi dimensi konten, proses, konteks sebagaimana

dikembangkan PISA, sangat relevan dengan hakikat sains yang

mengacu pada proses, produk, sikap dan aplikasi (teknologi). Penilaian

pembelajaran dalam Kurikulum 2013, tidak hanya mengukur dari

aspek mengetahui konsep sains tingkat rendah (C1, C2), penerapan

konsep (C3), pemahaman konsep sains tingkat tinggi (C4, C5, C6).

Bahkan dalam Kurikulum 2013 disarankan menggunakan penilaian

autentik (authentic assessment) yang meliputi penilaian yang

menggambarkan kemampuan siswa secara menyeluruh (pengetahuan,

keterampilan, sikap (sosial, personal, dan religi). Dengan demikian,

hasil pengukuran literasi sains yang dilakukan PISA dapat menjadi

acuan dalam memetakan kemampuan literasi sains siswa di Indonesia.

Namun perlu diingat bahwa alat ukur literasi sains yang dikembangkan
17

PISA dibuat berdasarkan standar negara-negara berkembang di dunia

yang tergabung dalam Organization Economic for Cooperation

Development/OECD) dimana Indonesia belum termasuk di dalamnya

melainkan hanya sebagai peserta kompetisi dan hasilnya menunjukkan

kecenderungan penurunan peringkat. Dengan demikian perlu

dilakukan analisis terhadap alat ukur literasi sains yang dikembangkan

oleh PISA, jika perlu dikembangkan agar sesuai dengan kondisi

pendidikan yang ada di Indonesia.

3. Pengertian Literasi Sains

Istillah literasi sains berasal dari gabungan dua kata latin, yaitu

literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau

berpendidikan dan science, yang artinya memiliki pengetahuan.

Literasi sains (science literacy) pertama kali diperkenalkan oleh Paul

de Hart Hurt dari Stanford University. Menurut Hurt literasi sains

merupakan kemampuan seseorang untukmemahami ilmu pengetahuan

dan menerapkannya pada kebutuhan masyarakat.

Istilah literasi sains sebagai suatu pengetahuan dan pemahaman

dari konsep ilmiah dan proses yang diperlukan seseorang dalam

mengamil keputusan, partisipasi dalam masyarakat, urusan budaya dan

produktivitas ekonomi. Berdasarkan pengertian diatas, penekanan dari

literasi sains tidak hanya penguasan pengetahuan dan pemahaman

tentang konsep dan proses sains melainkan mengarahkan seseorang


18

untuk membuat keputusan dan terlibat dalam kehidupan masyarakat

berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap sains.18

Literasi sains dibangun dari tiga aspek yaitu:

a) Aspek pertama berkaitn dengan what do people know?.

Aspek ini mengisyaratkan bahwa membangun literasi sains adalah

membangun kompetensi subjek pengetahuan bagi peserta didik,

meliputi konten dan konsep. Bagian lain dari aspek ini juga

meliputi kompetensi epistemologi yang meliputi dari mana konten

atau konsep itu berasal atau dihasilkan.

b) Aspek kedua berkaitan dengan what do people value?

Aspek ini mengisyaratkan bahwa membangun literasi sains berarti

membangun kompetensi etik.

c) Aspek ketiga berkaitan dengan what can people do?

Aspek ini mengisyaratkan bahwa membangun literasi sains berarti

membangun peserta didik untuk memiliki kompetensi dalam

belajar, kompetensi sosial, kompetensi prosedural, dan kompetensi

komunikatif.19

Dengan demikian, sejatinya membangun literasi sains adalah

membangun sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

peserta didik.bagian terpenting dalam memangun literasi sains adalah

bagian fakta-fakta sains yang ada membentuk keterampilan-

18
National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington
DC: National Academy Press. Hal. 22
19
Holbrook, J dan Rannikmae. 2009. The Meaning of Scientific Literacy. International
Journal of Environment & Science Education.Vol. 4.(Online), diakses 8 September 2022. Hal. 154
19

keterampilan tertentu dalam kegiatan pembelajaran. dalam hal ini,

literasi sains menjadi bagian tak terpisahkan dalam membentuk peserta

didik menjadi warga negara yang aktif dan partisipatif dalam konteks

dunia nyata, serta mampu memecahkan permasalahan yang ada.

Defenisi literasi sains dalam konteks PISA 2015 mengalami

evolusi yang cukup penting. Dalam PISA 2015 istilah literasi sains

disarankan untuk diubah menjadi literasi sainstifik. Literasi saintifik

adalah kemampuan untuk terlibat isu-isudan ide-ide yang terkait

dengan ilmu pengetahuan sebagai warga yang reflektif. Seseorang

yang memiliki literasi sainstifik bersedia untuk terlibat dalam

penalaran wacana tentang ilmu pengetahuan

danteknologi,yangmemerlukan kompetensi untuk (1) menjelaskan

fenomena ilmiah-mengakui, tawaran dan mengevaluasi penjelaan

untuk berbagai fenomena alam dan teknologi; (2) mengevaluasi dan

mendesain penelitian ilmiah- menggambarkan dan menilai

penyelidikan ilmiah, serta mengusulkan cara-cara menangani

pertanyaan ilmiah; dan (3) menafsirkan data dan bukti ilmiah

menganalisis dan mengevaluasi data, klaim dan argumen dalam

berbagai representasi dan menarik kesimpulan ilmiah yang sesuai.20

4. Pentingnya Literasi Sains

Literasi sains dianggap sebagi kunci dalam pendidikan pada

usia 15 tahun. Kemampuan berpikir adalah kebutuhan masyarakat

20
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 23
20

bukan saja sains inklusif dari literasi sains sebagi penerapan umum

untuk hidup mencerminkan tern yang berkembang dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi.21 Literasi sains adalah suatu ilmu untuk

mengembangkan kemampuan kreatif memanfaatkan pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan langkah-langkah sains, terutama dalam

kehidupan sehari-hari dan karier, tidak hanya memecahkan masalah

pribadi tetapi juga menyangkut masalah ilmiah yang signifikan dalam

membuat keputusan sosial berdasarkan sikap sains.22

Orang yang memiliki kemampuan literasi sains lebih mudah

untuk terlibat dalam karir produktif dunia kerja dan komunitas global.

Hal ini karena kemampuannya dalam menerapkan karya ilmiah,

berfikir kritis, dan kemampuan untuk membuat keputusan23. Literasi

sains adalah kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan,

mengidentifikasi masalah dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti

dan untuk memahami dan membuat keputusan tentang alam dan

perubahan yang dibuat untuk alam melalui kegiatan manusia.

Pengetahuan umumnya terkait dengan litersai sains dalam

memahami ilmu alam, norma dan metode dari sains, memahami

konsepkonsep ilmiah, memahami bagaimana ilmu pengetahuan dan

teknologi di masyarakat, kompetisi dalam konteks ilmu, kemampuan

21
Rustaman, N.Y. 2007. Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains dan
Assesmennya. Proceeding of the Fist International on Science Education. Bandung: SPs UPI. 6
22
Holbrook, J dan Rannikmae. 2009. The Meaning of Scientific Literacy. International
Journal of Environment & Science Education.Vol. 4.(Online), diakses 8 September 2022. Hal. 278
23
Yuenyong, C., and P. Narjaikaew. 2009. Scientific Literacy and Thailand Science
Education. International Journal of Environmental & Science Education, Vol 4: 335-34, diakses 20
September 2022. Hal. 337
21

membaca, menulis, menerapkan beberapa pengetahuan ilmiah dan

kemampuan untuk mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-hari.24

5. Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains

Disamping memberikan informasi mengenai data pencapaian

literasi sains siswa, data PISA juga memberikan informasi tentang

faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapain literasi

sains siswa yaitu: latar belakang sekolah siswa, manajemen sekolah,

kemampuan guru dalam mengajar, penilaian dan evaluasi, kelompok

sasaran, iklim sekolah, jati diri siswa, lingkungn sosial budaya,

pandangan siswa tentang hidup, keadaan sekolah siswa, pemilihan

sekolah, jadwal sekolah dan waktu belajar siswa, pembelajaran sains

disekolah, pandangan siswa terhadap ilmu pengetahuan, latar belakang

keluarga siswa, pandangan orang tua terhadap ilmu sains, pengalaman

belajar siswa, pendidikan guru, praktek pengajaran sains oleh guru.25

Hal ini juga dijelaskan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa yaitu sikap siswa

terhadap sains dan latar belakang pendidikan orang tua, penggunaan

strategi pembelajaran, pekerjaan yang diinginkan siswa, kegiatan

belajar mengajar di kelas, dan banyaknya waktu yang digunakan siswa

untuk belajar sains serta kepercayaan diri dan motivasi belajar sains.26
24
Zuriyani.2011. Literasi Sains dan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. Hal. 52
25
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 116-119
26
Ekohariadi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia
Berusia 15 Tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.10, No.1, (Online), diakses 20 September 2022.
22

Desain pembelajaran sains menjadi perhatian yang sangat

penting untuk meninggakatkan pembelajaran yang efektif. Beberapa

strategi pengajaran telah diidentifikasi dapat memperbaiki prestasi

belajar sains. Misalnya, penggunaan strategi belajar aktif secara efektif

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran biologi.27

Guru sains saat ini masih banyak yang belum memenuhi

persyaratan sebagai guru profesional. Meskipun sudah berusaha

ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan pengembangan

profesionalisme, namun karena status sebagai guru kurang mendapat

perhatian dan penghargaan dari masyarakat membuat guru banyak

yang kurang bergairah untuk melakukan tugasnya secara inovatif dan

kreatif sehingga berpengaruh terhadap guru sains dalam meningkatkan

profesionalitasnya. Maka dari itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas

melakukan profesinya saja melainkan harus memiliki keterpanggilan

untuk melaksanakan tugasnya dan melakukan perbaikan dari segi

kualitas, intelektual maupun kompetensi lainnya demi mencapai

prestasi belajar yang baik.28

Berkaitan dengan peran guru dalam pembelajaran sains, tidak

hanya sekedar untuk mengaktifkan peserta didik saja tetapi guru juga

menjadi obat mujarab (panacea) untuk mengobati semua masalah

pendidikan. Guru sains masa depan harus mampu menyiapkan peserta


Hal. 42
27
Johnson, S.K., & Stewart, J. 2002. Revising and assessing explanatory models in a high
school genetetic class: A comparison of unsuccessful and successful performance. Science
Education, 86, 463-480. Hal. 512
28
Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan
Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol 6 No 1. Hal. 37-38
23

didik untuk menjadi anggota masyarakat masa depan yang melek

sains, anggota masyarakat yang mampu berpikir tingkat tinggi,

memiliki semangat belajar yang lebih lanjut, dan menjadi pekerja

profesional.

Kebiasaan belajar siswa juga dapat menjadi faktor yang

memengaruhi prestasi belajar siswa selain daripada profesionalisme

guru. Kebiasaan belajar akan memengaruhi belajar itu sendiri, yang

bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan

keterampilan, diantaranya, pembuatan jadwal dan pelaksanaannya,

membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran,

konsentrasi dan mengerjakan tugas. Bimbingan orang tua saat siswa

belajar di rumah juga dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar

siswa termasuk literasi sains siswa. Pendidikan dan bimbingan orang

tua terhadap anak, dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari

berupa kasih sayang, perhatian, kesadaran, penerimaan, pengertian,

tanggung jawab, perlindungan, dan pemberian tugas.29

Fasilitas belajar yang tersedia di sekolah maupun di rumah

siswa jugadapat memengaruhi hasil belajar siswa karena selain

bimbingan orang tua dan faktor lain yang telah disebutkan, fasilitas

belajar menjadi hal yang penting yang harus dipenuhi saat siswa

sedang belajar. Fasilitas belajar sebagai salah satu yang dapat

digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar


29
Hadi, Mochammad, 2009. Biologi Insecta Entomologi.Yogyakarta: Graha Ilmu. 76
24

pada diri siswa. Semakin lengkap fasilitas belajar itu maka semakin

tidak terganggunya proses pembelajaran siswa tersebut.30

Berkaitan dengan fasilitas belajar maka fasilitas belajar harus

dipenuhi oleh sekolah antara lain gedung sekolah tempat, laboratorium

atau ruang praktek, ruang baca atau perpustakaan, papan tulis dan

perlengkapannya, media yang mendukung proses pembelajaran.

Fasilitas belajar yang harus ada dirumah antara lain buku-buku

pelajaran, pulpen, mistar atau penggaris, pensil, penghapus, alat

peruncing, kertas tulis, ruang belajar, meja dan kursi belajar, tempat

buku-buku atau rak dan lampu belajar.31

6. Penilaian Literasi Sains

Berdasarkan definisi literasi sains pada PISA 2015, literasi

sains dikembangkan berdasarkan empat aspek:

a. Aspek Konteks

Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan

sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan

pemahaman konsep sains. Dalam kaitan ini PISA membagi bidang

konteks sains ke dalam tiga kelompok, yakni kehidupan dan

kesehatan, bumi dan lingkungan, serta teknologi. Situasi nyata

yang menjadi konteks aplikasi sains dalam PISA tidak secara

khusus diangkat dari materi yang dipelajari di sekolah, melainkan

diangkat dari kehidupan sehari-hari.


30
Hadi, Mochammad, 2009. Biologi Insecta Entomologi.Yogyakarta: Graha Ilmu. 91
31
Uno, Hamzah, Nurdin Mohamad, (2011). Belajar Dengan Pendekatan Pailkem.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal 90
25

PISA 2015 menilai pengetahuan ilmiah menggunakan

konteks yang mengangkat permasalahan pendidikan sains negara-

negara yang berpartisipasi. Namun, konteks ini tidak dibatasi pada

aspek umum dari kurikulum nasional peserta PISA. Melainkan

penilaian akan menggunakan tiga kompetensi yang diperlukan

untuk penyelidikan ilmiah dalam situasi penting yang

mencerminkan konteks pribadi, lokal, nasional dan global.32

Konteks pribadi berkaitan dengan diri siswa, keluarga dan

kelompok sebaya. Konteks lokal dan nasional berkaitan dengan

masyarakat serta konteks global berkaitan dengan kehidupan di

seluruh dunia. Pada PISA 2015 konteks umum lebih berkaitan

mengenai teknologi. Contoh konteks dalam literasi sains adalah

konteks historis yang dapat digunakan untuk menilai pemahaman

siswa tentang proses dan praktik yang terlibat dalam memajukan

pengetahuan ilmiah.33

Konteks yang akan diambil PISA 2015 berasal dari

berbagai macam situasi kehidupan dan umumnya akan konsisten

dengan bidang aplikasi untuk keaksaraan ilmiah dalam kerangka

PISA sebelumnya. Konteks juga dipilih berdasarkan kesesuaian

dengan minat dan kehidupan siswa. Bidang penerapannya adalah:

kesehatan dan penyakit, sumber daya alam, kualitas lingkungan,

32
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 23
33
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 24
26

bahaya, batas-batas sains dan teknologi. Bidang-bidang tersebut

memiliki nilai khusus literasi sains pada individu dan komunitas

dalam meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup, dan

dalam pengembangan kebijakan publik.

Tabel 1.1. Konteks dalam penilaian literasi sains PISA 2015

Pribadi Lokal/ Nasional Global


Kesehat Pemelihara Pengendalian Epiderm,
an dan an penyakit, sosial penyebar
penyakit kesehatan, transmisi, an infeksi
kecelakaan, pilihan makanan, penyakit
nutrisi Komunitas
Kesehatan
Sumber Konsum Pemeliharaan Terbarukan
daya si manusia dan tidak
alam pribadi populasi, terbarukan
bahan kualitas sistem alami,
dan hidup,keamanan, populasi
energi produksi dan pertumbuhan,
distribusi penggunaan
makanan, pasokan berkelanjutan
energy Spesies
Kualitas Tindakan Distribusi Keanekaragam
lingkung ramah populasi, an hayati,
an lingkunga pembuangan ekologis
n, limbah, keberlanjutan,
penggunaa dampak lingkungan kontrol
n, dan polusi,
pembuang produksi dan
an bahan kerugian tanah
dan / biomassa
perangkat
Bahaya Penilaian Perubahan cepat Perubahan
risiko (gempa bumi, iklim, dampak
gaya cuaca komunikasi
hidup parah),lambat modern
pilihan danprogresif
perubahan (erosi
pantai,sedimentasi,
risiko penilaian
27

PerbatasanAspek Bahan baru, Kepunahan


ilmu ilmiah dari perangkat dan spesies,eksplora
pengetahu hobi, proses, si ruang, asal
an dan teknologi modifikasi dan struktur
teknologi pribadi, genetik, alam
musik dan kesehatan Semesta
kegiatan teknologi,
olahraga transportasi
Sumber: OECD, 2016b: 24)

b. Aspek Kompetensi

Pengukuran literasi sains dilakukan terhadap kompetensi

saintifik. Kompetensi saintifik memiliki tiga ruang lingkup, yaitu

kemampuan mejelaskan fenomena secara saintifik, kemampuan

mendesain dan mengevaluasi penyelidikan saintifik, dan

kemampuan menginterpretasikan data dan fakta secara saintifik.

Kompetensi ini memiliki indikator tertentu yang akan diukur.34

1) Kemampuan menjelaskan fenomena secara saintifik

mengisyaratkan siswa untuk menguasai beberapa kemampuan

sebagai berikut:

a. Mengingatkan dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang

sesuai.

b. Mengidentifikasi, menghasilkan dan menggunakan dan

buat model dan representasi yang jelas.

c. Buat dan membenarkan prediksi yang tepat

d. Tawarkan hipotesis penjelasan.

34
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 26
28

e. Menjelaskan implikasi potensial dari pengetahuan ilmiah

untuk masyarakat.

2) Kemampuan mendesain dan mengevaluasi penyelidikan

saintifik mengisyaratkan siswa untuk menguasai beberapa

kemampuan sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi pertanyaan sebagi hasil eksplorasi dari

penilitian ilmiah yangdiberikan.

b. Membedakan pertanyaan yang bisa diselidiki secara ilmiah.

c. Mengusulkan cara mengeksplorasi pertanyaan yang

diberikan secarah ilmiah.

d. Mengevaluasi cara mengeksplorasi pertanyaan yang

diberikan secarah ilmiah.

e. Menjelaskan dan mengevaluasi bagaiman para ilmuan

memastikan keadaan data, objektivitas, dan penjelasan yang

digeneralisasikan.

3) Kemampuan menginterpretasikan data dan fakta secara

saintifik mengisyaratkan siswa untuk menguasai beberapa

kemampuan sebagai berikut.

a. Mengubah data dari satu jenis penyajian kedalam jenis

penyajian yang lain.

b. Menganalisis, menginterpretasi, dan menarik kesimpulan

yang tepat.
29

c. Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan penalaran dalam teks

sains.

d. Membedakan argumen yang didasarkan pada bukti ilmiah

dan teori dengan yang didasarkan pada

pertimbanganpertimbangan lain.

e. Mengevaluasi argumen dan bukti ilmiah dari sumber yang

berbeda (misalnya surat kabar, internet, dan jurnal).

c. Aspek Pengetahuan

Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang

diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang

dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan

ini, PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains

hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains

sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh

melalui sumbersumber informasi lain yang tersedia. PISA

menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut:

1) Relevan dengan situasi kehidupan nyata.

2) Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaanya

berjangka panjang

3) Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.

Berdasarkan kriteria konten tersebut, maka dalam konten

sains dipilih untuk pengetahuan yang diperlukan memahami dan

memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial, dan global


30

meliputi bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu

pengetahuan bumi dan antariksa dengan merujuk pada kriteria

tersebut.

Pada penilaian literasi PISA 2015, literasi sains merujuk

pada pengetahuan sains dan sains berbasis teknologi dengan tiga

bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan konten, pengetahuan

prosedural dan pengetahuan sikap. Setiap set soal teridi dari item

dikaitkan dengan konteks personal, lokal dan global pada

kesehatan dan penyakit, sumber daya alam, kualitas lingkungan,

bencana alam, serta sains dan teknologi. Konteks personal dan

lokal menunjukkan bahwa soal-soal PISA berorientasi pada

kehidupan ril dengan tidak melupakan kondisi kehidupan global.

Terdapat tiga pengetahuan yang diperlukann untuk membentuk

literasi sains yaitu pengetahuan konten, pengetahuan prosedural

dan pengetahuan epitesmik.35

Tabel 1.2 Pengetahuan konten sains PISA 2015

Sistem hidup yang membutuhkan pengetahuan tentang:


a) Sel (struktur dan fungsi DNA, tumbuhan dan hewan)
b) Konsep organisme (uniseluler dan multiseluler)
c) Manusia ( kesehatan, nutrisi, subsistem seperti pencernaan,
respirasi, sirkulasi, ekskresi, reproduksi dan mereka
hubungan)
d) Populasi (spesies, evolusi, keanekaragaman hayati, variasi
genetik)
e) Ekosistem (rantai makanan, materi dan aliran energi)
f) Biosfer (jasa ekosistem, keberlanjutan)
(Sumber: OECD, 2016b: 30)
35
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 28
31

d. Aspek Sikap

Sikap masyarakat terhadap sains memainkan peran penting

dalam minat, perhatian, dan respons siswa terhadap sains dan

teknologi, dan untuk masalah-masalah yang mempengaruhi siswa

secara khusus. Salah satu tujuan pendidikan sains adalah untuk

mengembangkan sikap yang mengarahkan siswa untuk terlibat

dengan isu-isu ilmiah Sikap seperti itu juga mendukung perolehan

dan penerapan ilmiah dan teknologi selanjutnya pengetahuan untuk

keuntungan pribadi, lokal/nasional dan global, dan mengarah pada

pengembangan kemandirian diri.

Penilaian sikap yang digunakan dalam PISA mengacu pada

nilai afektif dalam pendidikan sains. Perbedaan utama dalam aspek

sikap literasi sains adalah antara sikap terhadap sains dan sikap

ilmiah.Sikap ilmiah adalah sikap yang diperlihatkan oleh para

ilmuan saat mereka melakukan berbagai kegiatan ilmiah terkait

dengan profesinya sebagai seorang ilmuan. Atau sikap ilmiah

disebut juga dengan kecendrungan individu untuk bertindak atau

berprilaku untuk memecahkan masalah sistematis melalui langkah-

langkah ilmiah. Sikap ilmiah meliputi rasa ingin tahu, jujur

(objektif), terbuka, toleran, tekun, optimis, kritis, berani dan

bekerja sama.36

36
Toharudin, U., Sri Hendrawati dan Andrian Rustaman.2011. Membangun Literasi Sains
Peserta Didik.Cetakan Pertama. Humaniora.Bandung. Hal. 44-46
32

Sikap terhadap sains menurut penilaian PISA 2015 yaitu

minat pada sains dan teknologi, kesadaran lingkungan, dan

menghargai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan. Tiga bidang ini

dipilih untuk pengukuran karena sikap positif terhadap sains,

kepedulian terhadap lingkungan dan cara hidup yang ramah

lingkungan, dan kecenderungan untuk menghargai pendekatan

saintifik untuk penyelidikan merupakan karakteristik siswa yang

melek sains.

Dengan demikian, melalui sikap literasi sains dapat dilihat

sejauh mana siswa tertarik pada sains dan mengakui nilai dan

penerapan dari pembelajaran sains. Selain itu, di 52 negara

(termasuk semua negara OECD) yang berpartisipasi dalam PISA

2006, siswa dengan minat umum yang lebih tinggi dalam sains

berkinerja lebih baik dalam sains.37 Minat dalam sains dan

teknologi dipilih oleh PISA 2015 karena memiliki hubungan yang

erat dengan prestasi, pemilihan program studi, pilihan karir dan

pembelajaran seumur hidup. Hasil dari pengukuran sikap ini dapat

memberikan informasi tentang persepsi minat menurun dalam studi

sains di kalangan siswa. Hal ini dapat juga diperkuat melalui

kuesioner yang diberikan kepada siswa, guru dan sekolah, tentang

penyebab penurunan minat siswa.

37
OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s Word-Volume I:
Analysis. Paris: OECD. Hal. 143
33

Melalui penyelidikan ilmiah siswa dapat mengidentifikasi

dan juga menghargai cara ilmiah, mengumpulkan bukti, berpikir

kreatif, beralasan rasional, merespons secara kritis dan

mengkomunikasikan kesimpulan sebagai mereka menghadapi

situasi kehidupan yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

Siswa harus memahami bagaimana pendekatan ilmiah berfungsi

untuk penyelidikan, dan mengapa mereka lebih berhasil dari pada

metode lain dalam banyak kasus.38

7. Pembelajaran Biologi

Biologi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata “bios” yang

berarti kehidupan dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah

cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari perihal kehidupan serta

pross kehidupan. Biologi sebagai ilmu pengetahuan merupakan suatu

disiplin tersendiri yang pendekatannya menggunakan suatu metode,

yaitu metode ilmiah. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran biologi

siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan eksperimen dan

observasi.39

Biologi pada dasarnya memiliki karakteristik keilmuan yang

spesifik dan berbeda dengan lainnya sehingga dalam mempelajari

biologi tidakhanya mengajarkan materi atau hafalan biologi saja

kepada siswa, namun siswa harus diajak mempelajari biologi menuntut

cara berpikirnya. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan


38
OECD. 2016b. PISA 2015: Asssesment and Analytical Framework Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. Kanada: OECD. Hal. 37
39
Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djembatan: Jakarta
34

persoalan gejala alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan

sasaran yang dipelajari dalam biologi. Proses belajar biologi

merupakan perwujudan dari interaksi subjek (peserta didik) dengan

objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk.40

Pembelajaran biologi setidaknya meliputi empat hal, yaitu:

produk, proses, sikap dan teknologi. Pembelajaran biologi memiliki

peranan yang sangat penting dalam melatih pemahaman, kemampuan

penalaran (reasoning), aplikasi konsep, berpikir analitik, serta memberi

wawasan kepada siswa tentang fenomena kehidupan. Oleh karena itu,

hasil pembelajaran biologi bukan hanya pengetahuan, melainkan juga

sikap ilmiah dan bernalar ilmiah yang dikembangkan sesuai dengan

karakteristik materinya. Dengan pembelajaran biologi diharapkan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

keberbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor).41

8. Tujuan Pembelajaran Biologi

Tujuan pembelajaran biologi yaitu untuk merealisasikan ilmu -

ilmu alam yang bersifat teorik kedalam kehidupan nyata di

masyarakat. Oleh karenanya, secara substansi materi biologi perlu

disusun agar mampu mengorganisasi peserta didik dalam menjalani

kehidupan sosial dalam bermasyarakat. Pembelajaran biologi

dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: 1) peserta didik, sebagai

40
Djohar. (1987). Peningkatan Proses Belajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber
Belajar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Hal. 1
41
Saptono, Rustaman, Saefudin, & Widodo. 2013. Model Integrasi Atribut Asesmen
Formatif (IAAF) dalam Pembelajaran Biologi Sel untuk Mengembangkan Kemampuan Penalaran
dan Berpikir Analitik Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Vol 2. No 1
35

penerima informasi, 2) guru sebagai fasilitator, dan 3) lingkungan

sebagai sumber belajar peserta didik. Hubungan ketiga komponen ini

sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, yaitu

terjadinya perubahan perilaku peserta didik kearah yang lebih baik

dalam hubungan dengan sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa,

hubungan sosial dengan masyarakat, kemampuan kognitif,

psikomotorik, dan keterampilan.

Pembelajaran hendaknya lebih mengutamakan proses dan

keterampilan berpikir, seperti mendefinisikan dan menganalisis

masalah, memformulasikan prinsip, mengamati, mengklarifikasi, dan

memverifikasi. dalam proses pembelajaran pada diri siswa, akan

berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tiga ranah tersebut dapat diuraikan menjadi tujuan pendidikan biologi,

yaitu: 1) Pengembangan sikap dan pengharagaan 2) Pengembangan

cara berfikir 3) Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja

maupun ketrampilan berfikir 4) Pengembangan pengetahuan dan

pengertian serta penggunaan pengetahuan tersebut bagi kepentingan

kehidupan manusia.42

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

bersifat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

42
Wuryadi. (1971). Dasar Pengertian: Pendidikan Biologi. Jurnal Forum Pendidikan
Biologi. No 2 tahun 4. Hal. 88
36

yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan

trianggulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif atau

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.43

Adapun beberapa alasan peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Keinginan peneliti yang memang ingin menggunakan pendekatan

kualitatif.

b. Penelitian dengan menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif

lebih mudah dirasa oleh peneliti bila berhadapan dengan kenyataan

di lapangan.

c. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif akan menjadikan

hubungan peneliti dengan informan menjadi lebih dekat

d. Hasil penelitian dengan metode kualitatif lebih mudah dipahami

oleh masyarakat umum dan masyarakat awam, sebab penelitian ini

hanya menggunakan penjelasan berupa uraian kata dan kalimat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey deskriptif, metode survey deskriptif adalah suatu model

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data dan informasi

dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Dan

penelitian deskriptif menggunakan penelitian yang dimaksud untuk


43
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
37

mengumpulkan infomasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan.

2. Kehadiran Penelitian

Kehadiran peniliti dalam sebuah penelitan sangatlah penting.

Dengan kehadiran peneliti yang terjun langsung ke lapangan dapat

sangat membantu dalam pengumpulan data dan mendapatkan data

yang lebih akurat. Selain itu, kehadiran peneliti dapat memperoleh

kebenaran dengan data yang diperlukan dalam penelitian ilmiah.

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif dapat dikatakan cukup

rumit. Mengapa? karena ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia

menjadi pelapor hasil penelitian.44

Tujuan utama kehadiran peneliti dengan terjuan langsung ke

lapangan, untuk lebih mengetahui keadaan dan bagaimana literasi sains

siswa dengan cara melibatkan diri dilapangan dan mengamati secara

langsung objek yang akan diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Lambu yang

terletak di Desa Rato Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, ada beberapa metode yang

digunakan dalam mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data dan

44
44Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) Hlm. 168.
38

informasi yang diperlukan, peneliti menggunakan beberapa teknik

dalam pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala

atau gejala-gejala pada obyek penelitian. Adanya observasi peneliti

dapat mengetahui bagaimana literasi sains siswa kelas X IPA

SMAN 1 Lambu dalam mata pelajaran biologi.

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan

dua, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh dari hasil

observasi.

Berdasarkan pembahsan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan pencatatan yang

dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar

mencapai hasil yang maksimal dan rill untuk kebasahan penelitian

ini.

b. Wawancara

Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan

melakukan pembiacaran antara dua orang atau lebih yang

menimbulkan tanya jawab antara narasumber dan orang yang

ditanya, maka apabila peneliti akan melaksanakan study

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,


39

juga penelti ingin mengetahui hal- hal mengenai penetapan harga

secara lebih mendalam maka peneliti harus melakukan wawancara

terlebih dahulu.

Wawancara yang digunakan peneliti disini adalah

wawancara terstruktur yang dimana peneliti mempersiapkan

terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan ke narasumber, agar

tidak menimbulkan pertanyaan bebas yang tidak baik nantinya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan

penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.

Dokumentasi penelitian merupakan pengambilan gambar oleh

peneliti untuk memperkuat hasil penelitian, guna sebagai bukti

yang lebih kongkret. Dokumentasi bisa berbentuk rekaman, tulisan,

gambar atau karya – karya dari seseorang.

Menurut Arikunto, dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger agenda,

dan sebagainya.45

5. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah

kuantitatif dan kualitatif.

45
Suharsimi.Ibid,…hlm. 274
40

1. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau

dihitung secara langsung yang berupa informasi atau

penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau bentuk

angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah

jumlah karyawan atau jumlah yang berupa sampel, jumlah

sarana dan prasarana dan hasil angket.46

2. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata

verbal bukan dalam bentuk angka yang termasuk data

kuantitatif, dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek

penelitian meliputi sejarah singkat berdirinya, letak geografis

obyek, visi dan misi struktur organiisasi.

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian dapat dikelompokkan

menjadi dua macam, diantaranya:47

1. Data Primer: Data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari tempat penelitian di SMAN 1 Lambu. Data

tersebut yaitu jawaban informen, yang dijadikan informen pada

penelitian ini adalah (para siswa kelas X IPA) mengenai

peluang dan tantangan yang yang mereka hadapi.

2. Data Sekunder: Data sekunder adalah data yang diperoleh

lewat pihak lain, tidak diperoleh langsung dari objek

46
Noeng muhadjir. Metode Penelitian Kulitatif (Yogyakarta: rakesarasin.1996) ,..hlm 2
47
Lexy.J Moleong.Metode Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosdakarya, 2010) hlm. 157
41

penelitiannya, peneliti mendapatkan dari buku, majalah, diktat

atau koran yang berkaitan dengan penelitian yang diteliti.48

6. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai

sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

bermacam-macam (triangulasi, dan dilakukan secara terus menerus

sampai datanya jenuh).49

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di

lapangan dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung

selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai

pengumpulan data.50

Analisis data yang digunakan bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data

tersebut, selanjutnya dicarikan lagi data tersebut, selanjutnya dicarikan

lagi data secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat

disimpulkan apakah hipotesisi tersebut diterima atau ditolak

berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat

dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata

48
Sugiyono.statistik untuk pendidikan (bandung :alfabeta.2010),..hlm 15
49
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor:Ghalia Indonesia.Cet 7,2011) hlm. 243
50
Ibid… hlm. 245
42

hipotesis diterima, maka hipotetsis tersebut berkembang menjadi

teori.51

Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam analisa data:

a. Reduksi data, yaitu kegiatan memilih data dan penyederhanannya

dari data kasarnya dan memberikan kode pada data yang dianalisa.

b. Penyajian data, yaitu setelah mereduksi data kemudian hasilnya di

sajikan dalam entuk kata-kata atau kalimat yang dapat dimengerti.

Pada kegiatan ini peneliti akan memilih data yang kira-kira dapat

mengwakili dan dara lain yang tidak menunjang akan dihapus.

c. Verifikasi data, yaitu memberikan kesimpulan berupa pembenaran

terhadap data yang telah dianalisis.

Jadi dengan menggunakan ketiga jenis langkah analisa data ini,

peneliti mudah menganalisa data dalam rangka mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan benar tentang literasi sains siswa kelas X

IPA SMAN 1 Lambu dalam mata pelajaran biologi.

7. Validasi Data

a. Triangulasi

Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar untuk itu keperluan pengecekan

atau sebagai perbandingan terhadap data tersebut.52

Pada validasi data ini peneliti menggunakan triangulasi

dengan membandingkan apa yang terjadi saat pengamatan dengan

51
Ibid… hlm. 245
52
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosdakarya, 2004) Hlm. 207
43

jawaban pada saat wawancara dengan mewawancarai beberapa

pedagang.

b. Diskusi teman sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi

dengan rekan-rekan sejawat, tehnik ini bermaksud sebagai salah

satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Diskusi dengan teman

sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk

mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari

pikiran peneliti.53

c. Kecukupan referensi

Referensi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari

bahan dokumentasi, buku-buku yang ada kaitannya dengan

permasalahan penelitian dalam hal ini tentang tingat pendapatan

pedagang pakaian.

d. Perpanjangan keikutsertaan peneliti

Harus cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu

lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang yang

ada disana, mengenal kebudayaan lingkungan, dan mengecek

keberadaan informasi.54

Karena masih ada data yang peneliti perlukan mengenai

literasi sains siwsa kelas X IPA SMAN 1 Lambu pada mata


53
Lexy, J. Moleong, Metodologi...... (Bandung: Remajarosdakaria 2006). Hlm. 330
54
Juliansyah noor, metodologi penelitian skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah,
(Jakarta: kencana, 2011), hlm. 34-35
44

pelajaran biologi, maka peneliti menambah waktu penelitian

supaya data yang peneliti butuhkan dapat dilengkapi.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari

Judul, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat

Penelitian, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian, Telaah Pustaka,

Kerangka Teori, Metodologi Penelitian (pendekatan penelitian, kehadiran

peneliti, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data

dan validitas data), Sistematika Pembahasan dan Rencana Jadwal Kegiatan

Penelitian.

J. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan setelah keluarnya surat izin

penelitian dari pihak kampus Universitas Islam Negeri Mataram dengan

batas waktu disesuaikan dengan data yang dibutuh peneliti tercukupi.

Uraian waktu kegiatan penelitian dalam hitungan bulan akan dijelaskan

dalam bentuk tabel yang ada di bawah ini:

Tabel 1.3. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian
2022 2023
No Kegiatan
Se Okt Nov Des Jan Fe Mar
p b
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Penelitian

Anda mungkin juga menyukai