Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA TERPADU


BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TEMA MATAHARI
SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
DI KELAS VII SMP/MTs
Erma Novitasari1, Mohammad Masykuri2, Nonoh Siti Aminah3
1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
ermanovitasari27@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
mmasykuri@yahoo.com
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
nonoh_nst@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan pengembangan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing, dengan tahapan-tahapannya
berupa observasi masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data (melakukan percobaan), Analisis data,
melakukan kesimpulan. Penelitian bertujuan untuk: (1) mengetahui prosedur pengembangan produk Modul IPA
Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Tema Matahari sebagai Sumber Energi Alternatif, (2) mengetahui
kelayakan penggunaan Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Tema Matahari sebagai Sumber Energi
Alternatif, (3) mengetahui efektivitas hasil belajar Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Tema
Matahari sebagai Sumber Energi Alternatif. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Research and
Development (R&D). Model pengembangan modul yang digunakan adalah model 4D (four D model), dengan
tahapan Define, Design, Develop dan Disseminate sesuai model Thiagarajan. Pengembangan ini dinilai
berdasarkan kelayakan isi, penyajian, kegrafikan, dan bahasa modul oleh ahli pada bidangnya kemudian
diujicobakan terbatas pada 9 siswa. Setelah revisi dari uji coba terbatas, modul diujicoba besar pada kelas VII B.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dan soal tes. Hasil penelitian ini adalah : (1)
menghasilkan sebuah modul IPA Terpadu tema Matahari sebagai sumber energi alternatif, dikembangkan
dengan komponen pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dan menggunakan model pengembangan 4-D
meliputi Define, Design, Develop, dan Disseminate, (2) Modul IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing tema
matahari sebagai sumber energi alternatif yang telah diuji oleh dosen ahli, guru IPA (reviewer) dan teman
sejawat (peer review) menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil penilain modul IPA terpadu adalah 91%.
Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa modul IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing tema matahari
sebagai sumber energi alternatif layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran, (3) modul IPA
Terpadu tema Matahari sebagai sumber energi alternatif efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, rata-rata
nilai pretes dan postes siswa yang menggunakan modul IPA Terpadu lebih besar dibandingkan siswa yang tidak
menggunakan modul IPA Terpadu dengan signifikasi 0,000 dan nilai gain sebesar 0,49 yang tergolong sedang.
Kata kunci: Modul IPA Terpadu, Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing, Model 4-D, Hasil Belajar Siswa.

Pendahuluan pembelajaran dalam proses pembelajaran


mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
Setiap kegiatan belajar pembelajaran minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
diperlukan suatu media maupun bahan ajar rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
yang dapat menunjang siswa untuk lebih membawa pengaruh-pengaruh psikologis
memahami suatu materi secara lebih mudah terhadap siswa.
dan efektif. Hamalik cit (Azhar, 2011: 2)
mengungkapkan bahwa pemakaian media

112
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Bahan ajar pendukung yang digunakan tersedia. Sedangkan kemampuan untuk


dalam pembelajaran pada umumnya sebatas menafsirkan, menilai, atau menghubungkan
buku paket yang berisi dengan materi ajar yang teks dengan situasi di luar terbatas pada
akan disampaikan. Sehingga siswa jarang pengalaman hidup umum. Akibatnya siswa
untuk membaca kembali buku paket dan sulit mengalami kesulitan dalam menggunakan
memahami isi materi. Penelitian yang kemampuan membaca untuk memperluas
dilakukan oleh TIMSS (Trends International pengetahuan dan keterampilan di bidang lain.
in Mathematics and Science Study), literasi Korelasi antara skor minat baca dengan
matematika menunjukkan bahwa siswa skor sains yaitu memiliki signifikasi 0,000<
Indonesia menduduki urutan ke-36 dari 49 0,05 yang berarti bahwa terdapat korelasi yang
negara peserta dengan pencapaian skor 405 signifikan antara minat baca dengan literasi
dan dibawah skor rata-rata internasional yaitu sains, sehingga rendahnya minat baca siswa
500. Sedangkan untuk literasi Sains berada dan rendahnya literasi sains saling
diurutan ke 35 dari 49 negara dengan berhubungan. Hasil analisis bidang literasi
pencapaian skor 433 dan masih dibawah rata- sains anak Indonesia yang dianalisis Tim
rata internasional yaitu 500. Literasi sains Puspendik cit Mahyuddin (2007)
Penelitian yang dilakukan oleh yang menyatakan bahwa penyebab lemahnya
Organization Economic Cooperation and literasi sains dan matematika siswa disebabkan
Development (OECD) yang bernama The oleh beberapa hal: (1) Komposisi jawaban
Programme for International Student siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman
Assessment (PISA) tahun 2007, dalam literasi siswa terhadap konsep-konsep dasar sains yang
sains siswa Indonesia berada peringkat 50 dari sebetulnya telah diajarkan, sehingga mereka
57 negara dengan pencapaian skor 393, untuk tidak mampu mengaplikasikannya untuk
literasi matematika siswa Indonesia berada menginterpretasi data, menerangkan hubungan
pada peringkat 50 dari 57 negara dengan kausal, serta memecahkan masalah sederhana
pencapaian skor 391, sedangkan untuk literasi sekalipun, (2) Lemahnya kemampuan siswa
membaca siswa Indonesia berada pada dalam membaca dan menafsirkan data dalam
peringkat 48 dari 56 negara dengan pencapaian bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk
skor 393. penyajian lainnya, (3) Adanya keterbatasan
Secara internasional skala literasi sains kemampuan siswa mengungkapkan pikiran
dibagi menjadi 6 level kemampuan, dalam bentuk tulisan, (4) Ketelitian siswa
berdasarkan level kemampuan tersebut membaca masih rendah, siswa tidak terbiasa
sebanyak 20,3% siswa Indonesia berada menghubungkan informasi-informasi dalam
dibawah level 1 (skor dibawah 334,94), 41,3% teks untuk dapat menjawab soal, (5)
siswa berada pada level 1 (skor 334,94 - Kemampuan nalar ilmiah masih rendah, (6)
409,54), 27,5% siswa berada pada level 2 (skor Lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-
409,54 - 484,14), 9,5% siswa berada pada level konsep dasar sains dan keterkaitannya dengan
3 (skor 484,14 – 558,73) dan 1,4% siswa kehidupan sehari-hari dan kesehatan. Oleh
berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia karena itu diperlukan bahan ajar maupun
yang berada pada level 5 dan 6, hal ini modul yang dapat meningkatkan minat baca
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siswa dan mampu membuat siswa untuk
Indonesia memiliki pengetahuan ilmu terbatas menafsirkan, menilai, dan menghubungkan
yang hanya dapat diterapkan pada beberapa teks dengan pengalaman hidup umum.
situasi yang sering siswa temukan. Sedangkan Sehingga kemampuan literasi sains dan
berdasarkan lima tingkat kemampuan matematika siswa akan meningkat juga.
membaca model PISA menunjukkan bahwa Masalah utama rendahnya peringkat
kemampuan anak-anak Indonesia usia 14-15 siswa di Indonesia dalam minat baca,
tahun masih berada pada tingkat satu, yang pengetahuan ilmu sains dan matematika, yaitu
artinya hanya mampu untuk memahami satu menyebabkan daya dan saing siswa di
atau beberapa informasi pada teks yang Indonesia kalah dengan negara lain. Oleh

113
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

karena itu, selain diperlukannya modul atau Modul merupakan salah satu bahan ajar
bahan ajar diperlukan juga suatu sistem yang yang sesuai dengan karakteristik kurikulum
lebih baik untuk membangkitkan mutu 2013, yaitu dalam proses pembelajaran
pendidikan siswa di Indonesia agar dapat idealnya dapat melibatkan siswa secara aktif
bersaing dengan negara-negara lain dalam dan tidak hanya menekankan pada aspek
bidang pendidikan. kognitif namun juga pada aspek psikomotor
Peningkatan mutu daya dan saing dan sikap. Hal ini sesuai dengan penelitian
bangsa yaitu salah satunya dengan Rusmiati (2013) yang menunjukan bahwa
diberlakukannya kurikulum 2013, dengan modul sebagai produk pengembangan mampu
penerapan kurikulum 2013 diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan
terjadinya perubahan pola pikir dari guru yang penelitian Novana (2014), Penggunaan modul
dibutuhkan untuk dapat berperan lebih menjadi inkuiri terbimbing lebih baik yaitu dapat
fasilitator dan motivator daripada inisiator dan meningkatkan prestasi belajar, sikap, dan
eksekutor, dalam merubah dari teacher keterampilan siswa dalam pembelajaran.
centered ke student centered. Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi di SMP IT
pada kurikulum 2013 menekankan pada Tunas Harapan Plupuh dan SMP Negeri 1
dimensi pedagogik moderen dalam Miri, Sragen, Jawa Tengah. Diketahui bahwa
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan kebutuhan bahan ajar merupakan faktor utama
ilmiah. Pendekatan ilmiah (Scientific Appoach) yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Pada
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud kegiatan belajar mengajar yang digunakan
meliputi mengamati, menanya, menalar, guru dan siswa sebatas buku paket yang
mencoba, dan menyajikan atau membentuk dipinjamkan oleh sekolah yang menguraikan
jejaring. Proses pembelajaran menyentuh tiga beberapa materi yang harus dipahami siswa.
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan Buku paket tersebut sudah berfungsi baik dan
keterampilan. Proses hasil belajar dipergunakan oleh guru dan siswa, akan tetapi
menggunakan penilain autentik (Authentic siswa memerlukan beberapa buku pendukung
Assessment) yaitu pengukuran yang bermakna yang dapat membuat siswa lebih tertarik untuk
secara signifikan atas hasil belajar peserta mempelajari pelajaran IPA. Pada SMP IT
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan Tunas Harapan dan SMP Negeri 1 Miri
pengetahuan. terdapat 10-20% siswa yang memiliki buku
Kurikulum 2013 pelajaran IPA (Ilmu paket pendukung, cakupan materi dan ciri
Pengetahuan Alam) mencakup unsur Fisika buku paket tersebut juga tidak jauh berbeda
dan Biologi dipelajari secara Terpadu. dengan buku paket dari sekolah.
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan suatu Materi energi yang membuat siswa
pendekatan dalam pembelajaran yang secara mengalami beberapa kesulitan yaitu pada sub
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam bab materi proses perubahan bentuk energi,
intra mata pelajaran maupun antar mata karena kurangnya bahan ajar pendukung yang
pelajaran. Salah satu pendekatan yang berkaitan tentang penjelasan lebih jelas proses
diharapkan muncul dalam pembelajaran IPA perubahan bentuk energi. Sehingga sebagian
Terpadu yaitu menggunakan metode inkuiri besar siswa memerlukan sebuah bahan ajar
terbimbing. Pembelajaran dengan atau media untuk menjelaskan lebih rinci dan
menggunakan metode inkuiri terbimbing menarik agar siswa dapat lebih memahami
bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa materi tersebuti. Hal ini tampak dari tingkat
untuk membangun kecakapan berfikir, pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal
menurut Watcharee. et. al (2009), penelitian (KKM) IPA = 75, rata-rata perkelas di SMP IT
inkuiri menyajikan studi kasus berbasis Tunas Harapan Plupuh dan SMP Negeri 1 Miri
penemuan sehingga memungkinkan siswa siswa yang tuntas tanpa perbaikan kurang dari
untuk membangun pemahaman konseptual 65%. Sedangkan untuk siswa SMP Negeri 1
mereka sendiri. Miri, rata-rata perkelas siswa yang tuntas tanpa
perbaikan kurang dari 75%.

114
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Berdasarkan dari pemikiran di atas, (R&D) yaitu metode penelitian untuk


dapat dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri menghasilkan produk pendidikan, dan menguji
terbimbing merupakan salah satu metode keefektifan produk tersebut dalam bidang
pembelajaran yang diharapkan muncul dalam pendidikan. Penelitian yang dilakukan
kurikulum 2013, serta penyiapan dan merupakan pengembangan bahan ajar berupa
penggunaan bahan ajar secara baik, menarik modul IPA Terpadu berbasis inkuiri
dan tepat dapat mengkonstruk pengetahuan terbimbing pada materi Matahari sebagai
siswa serta berlatih memecahkan masalah, sumber energi alternatif untuk SMP/ MTs.
sehingga secara akumulatif dapat meningkat Model pengembangan sistem perangkat
hasil belajar siswa. Sehingga perlu adanya pembelajaran yang digunakan adalah model
pengembangan bahan ajar berbentuk modul Thiagarajan. Model Thiagarajan terdiri dari 4
IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing. tahap yang dikenal dengan model 4D (four D
Modul sebagai bahan ajar yang akan model). Keempat tahap tersebut adalah tahap
menghubungkan siswa dengan objek yang pendefinisian (define), tahap perencanaan
dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang (design), tahap pengembangan (development)
terdapat dalam modul. IPA Terpadu berbasis dan tahap penyebaran (disseminate).
inkuiri terbimbing diharapkan mampu Populasi dalam penelitian ini adalah
menggambarkan konsep-konsep yang abstrak seluruh siswa SMP Negeri 1 Miri di
menjadi lebih mudah dipahami siswa. Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2014/2015.
Masalah dalam penelitian ini adalah Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak
sebagai berikut: (1) bagaimana satu kelas untuk kelas eskperimen dengan
mengembangkan Modul IPA Terpadu Berbasis menggunakan modul l. Sampel dalam
Inkuiri Terbimbing Tema Matahari sebagai penelitian ini terdiri 30 siswa pada kelas VII B.
Sumber Energi Alternatif di SMP/MTs?, (2) Instrumen pengumpulan data pada
apakah Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri penelitian ini adalah dengan metode angket
Terbimbing Tema Matahari sebagai Sumber dan tes. Pengisian angket untuk memperoleh
Energi Alternatif di SMP/MTs memenuhi data respon siswa beserta guru mengenai
kelayakan penggunaan untuk siswa?, (3) keefektifan modul yang dikembangkan.
apakah Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Sedangkan untuk metode tes, Budiono (2003:
Terbimbing Tema Matahari sebagai Sumber 54) menyatakan bahwa metode tes adalah cara
Energi Alternatif di SMP/MTs efektif untuk pengumpulan data yang menghadapkan
meningkatkan hasil belajar siswa? sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada
Berdasarkan rumusan masalah di atas, subyek peneliti. Tes yang digunakan dalam
maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: penelitian ini adalah tes awal (pretest) dan tes
(1) mengetahui prosedur pengembangan akhir (posttest). Tes digunakan untuk
produk Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri memperoleh data hasil belajar siswa dengan
Terbimbing Tema Matahari sebagai Sumber menggunakan desain Pre-Exprimental Design
Energi Alternatif di SMP/MTs, (2) mengetahui dengan tipe One-Group Pretest-Posttest
kelayakan penggunaan Modul IPA Terpadu Design.
Berbasis Inkuiri Terbimbing Tema Matahari
sebagai Sumber Energi Alternatif di
SMP/MTs, (3) mengetahui efektivitas hasil Hasil Penelitian dan Pembahasan
belajar Modul IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Hasil penelitian yaitu produk utama
Terbimbing Tema Matahari sebagai Sumber berupa modul IPA Terpadu berbasis inkuri
Energi Alternatif di SMP/MTs. terbimbing untuk siswa kelas VII di SMP/
MTs. Modul disusun berdasarkan langkah
Metode Penelitian pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
dipilih karena sesuai dengan karakteristik
Penelitian ini merupakan penelitian kurikulum 2013 yang menggunakan
pengembangan Research and Development pendekatan ilmiah.

115
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Modul IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing yang meliputi merumuskan


terbimbing mempunyai empat tahapan dalam masalah, merumuskan hipotesis,
pembelajaran, diantaranya tahapan mengumpulkan data, menguji hipotesis,
pendefinisian (define) merupakan tahap menganalisis data dan menyimpulkan.
analisis materi dan kurikulum yang telah Pembelajaran berbasis masalah dipilih karena
digunakan dan dilaksanakan di SMP Negeri 1 dapat merangsang berpikir tingkat tinggi.
Miri. Materi IPA Terpadu yang akan Tahapan ketiga adalah pengembangan
dikembangkan adalah materi energi dengan (develop), dimulai dengan validasi draf I
tema Matahari sebagai sumber energi modul pada komponen materi, media, dan
alternatif. Tema pada modul IPA Terpadu bahasa oleh dua dosen ahli media, satu dosen
tersebut menggunakan model pengembangan ahli materi, satu dosen ahli bahasa, dua guru
IPA Terpadu connected, dengan mengkaitkan IPA (review), dan dua teman sejawat (peer
bebera Kompetensi Dasar (KD) yaitu pada KD review). Dua dosen ahli media menilai
3.5, 3.6 dan 4.8 pada silabus. Pengembangan Kegrafikan, satu dosen ahli materi menilai
modul IPA Terpadu berbasis inkuri terbimbing kelayakan isi (Materi), satu dosen bahasa
tema matahari sebagai sumber energi alternatif, menilai bahasa dan gambar, Dua guru IPA
memilih materi tersebut berdasarkan observasi (reviewer) dan dua teman sejawat (peer
yang menyatakan bahwa tingkat pencapaian review) menilai kelayakan penyajian pada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) IPA = 75, modul. Skor yang diperoleh dari hasil validasi
rata-rata perkelas di SMP IT Tunas Harapan modul terdapat pada Tabel 1.
Plupuh dan SMP Negeri 1 Miri siswa yang
Tabel 1 Hasil Validasi Produk Oleh Ahli
tuntas tanpa perbaikan kurang dari 65%. Validator
Sedangkan untuk siswa SMP Negeri 1 Miri, Rerata Skor
Validasi Keidelan
Dosen Maksimum
rata-rata perkelas siswa yang tuntas tanpa
perbaikan kurang dari 75%. Sehingga Ahli Materi
diharapkan dengan dikembangkannya modul (kelayakan 51 51 55 92,7 %
isi)
pembelajaran akan lebih memudahkan siswa
dalam mempelajari materi energi dengan Ahli Bahasa
(Kelayakan 37 37 40 92,5 %
keterhubungan dalam IPA Terpadu pada tema Bahasa)
matahari sebagai sumber energi alternatif.
Tahapan kedua yaitu design, merupakan Ahli Media Dosen Dosen
(kelayakan 1 II 152,5 165 92,4 %
tahapan perancangan produk berupa modul kegrafisan)
IPA Terpadu berbasis inkuri terbimbing. 145 160
Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri Kelayakan
R R PR PR
terbimbing yaitu suatu model pembelajaran I II I II 49 55 89,1%
Penyajian
inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru 47 48 49 50
Nilai Maksimum 93%
menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup Nilai Minimum 86%
luas kepada siswa. sebagian perencanaannya Natural Cut off Score 90%
dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan Nilai Rata-rata 91%
problem atau masalah. Keterangan Layak
Keterangan : R = Reviewer
Kriteria modul yang dikembangkan PR = Peer Review
diadaptasi dari Depdiknas (2008: 13) yang
meliputi judul modul, petunjuk umum, tujuan Hasil uji validator ahli didapatkan
yang harus dicapai, kriteria keberhasilan, peta bahwa rata-rata nilai adalah 91% dengan
konsep, materi pelajaran, rangkuman materi, Natural Cut off Score adalah 90%, nilai rata-
tugas dan latihan, soal evaluasi, kunci jawaban, rata hasil validasi ahli lebih tinggi dari nilai
glosarium dan daftar pustaka. Modul Natural Cut off Score atau nilai batas bawah
pembelajaran IPA Terpadu disusun (Nilai Natural Cut off Score didapat dari
mengadaptasi dari Dahar, R. W. (2010). jumlah skor maksimal dikurangi jumlah skor
Langkah pembelajaran berbasis inkuiri minimal dibagi 2). Maka dapat disimpulkan
bahwa modul IPA terpadu berbasis inkuiri

116
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

terbimbing dengan kategori layak. Hal ini Teman Beberapa gambar dalam Memperkecil gambar
Sejaw modul terlalu besar. pada modul agar lebih
sesuai dengan Urip Purwono (2008) cit palupi at seimbang.
(2012) yang menyatakan bahwa modul Spasi beberapa kalimat Memperbaiki struktur
dikatakan berkualitas dan layak dapat dinilai terlalu besar. penulisan kalimat
dari empat aspek, antara lain adalah aspek Hasil uji coba kelompok terbatas untuk
kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan keterbacaan modul didapatkan bahwa, pada
penyajian dan kelayakan kegrafikaan. aspek tulisan 8 orang siswa menjawab tulisan
Perbaikan modul dilakukan berdasarkan pada modul dapat di baca dengan jelas, pada
saran validator sehingga diperoleh draf II aspek kelengkapan gambar 7 orang siswa
modul yang akan diujicobakan pada kelompok menjawab kelengkapan gambar pada modul
terbatas yang terdiri dari 9 siswa. Hasil saran sudah lengkap, pada aspek pemahaman materi
validasi ahli diperoleh perbaikan seperti pada 9 siswa menjawab modul dapat membantu
Tabel 2. memahami materi, pada aspek kemenarikan 9
siswa menjawab modul sudah menarik, pada
Tabel 2 Hasil Validasi dan Revisi Modul oleh Validator
Sumber
aspek bahasa 7 siswa menjawab bahasa yang
Sebelum Revisi Setelah Revisi digunakan mudah dipahami. Hal ini sesuai
Validasi
Dosen Belum menjelaskan Menambah konsep dengan penelitian Mawantia (2012) bahwa
konsep energi matahari energi energi matahari
yang dapat dengan sesuai dengan berdasarkan hasil keterbacaan siswa modul
mudah siswa memahami, keadaan yang sering layak digunakan dalam pembelajaran.
atau belum dijelaskan ditemui siswa. Sedangkan untuk angket respon siswa terhadap
sesuai dengan keadaan
yang sering ditemukan modul IPA Terpadu berbasis inkuiri
siswa terbimbing menunjukan bahwa nilai rata-rata
Kegiatan pembelajaran 1 Membalik kegiatan hasil penilain modul IPA terpadu berbasisi
menjelaskan konsep pembelajaran,
energi secara umum menjelaskan sesuai inkuiri terbimbing adalah 89% dengan kategori
kemudian dilanjutkan tema, kemudian baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pembelajatan 2 menjelaskan tentang
sesuai dengan tema konsep energi
modul IPA terpadu berbasisi inkuiri
(Umum ke khusus) (Khusus ke umum) terbimbing layak digunakan. Draf II modul
Tampilan pada fitur Mengubah tampilan diperbaiki sesuai saran yang diberikan siswa
modul yang berisi pada fitur modul yang
screenshoot dari isi berisi screenshoot pada uji coba terbatas (kecil) sehingga
modul terlalu kecil dan dari isi modul diperoleh draf III modul yang siap diujicoba
tulisan terlalu besar menjadi lebih besar besar pada kelas luas. Pada uji coba terbatas
dan tulisan menjadi
kecil. memiliki keterbatasan dalam penelitian yaitu
Terlalu besar kolom Mengubah kolom- setiap percobaan dalam kegiatan pembelajaran
kosong dalam setiap kolom kosong yang
kegiatan pembelajaran disediakan siswa agar
tidak semua dapat dieksperimen secara
yang dipergunakan siswa lebih proposional langsung, namun berupa penjelasan dan
untuk menjawab dan (seimbang) penjabaran dari peneliti.
menulis konsep yang
ditemukan Penelitian pada uji coba besar dilakukan
Penulisan pada modul di Memperbaiki untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
awal kalimat masih penulisan pada siswa sebelum dan sesudah menggunakan
huruf kecil dan kata modul.
sambung banyak yang modul IPA Terpadu berbasis inkuiri
salah terbimbing, kemudian dibandingkan dengan
Banyak huruf/ kalimat Memberikan kelas yang tidak menggunakan modul IPA
asing yang belum di penulisan dalam
miring kan. huruf/ kalimat asing. Terpadu. Siswa di kelas VIIB sebagai kelas
Beberapa gambar dalam Mengganti beberapa ujicoba luas di SMP Negeri 1 Miri diberikan
modul pecah/ resolusi gambar penunjang soal pretest hasil belajar terlebih dahulu,
terlalu kecil dalam modul
Guru Ada beberapa kalimat Memperbaiki bagian sebelum diberikan modul IPA Terpadu
IPA yang terulang modul dengan berbasis inkuiri terbimbing tema matahari
kalimat-kalimat yang
terulang.
sebagai sumber energi alternatif. Pretest
Beberapa kalimat tidak Memperbaiki kalimat diberikan pada 30 siswa di kelas VIIB. Setelah
konsisten, yaitu antara yang tidak konsinten dilakukan pretest, siswa pada kelas VIIB
cahaya dan sinar

117
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sebagai kelas ujicoba luas diberikan dalama modul yaitu manfaat cahaya matahari
pembelajaran menggunakan modul. untuk proses fotosintesis. Pada kegiatan
Pertemuan pertama dalam pembelajaran pembelajaran kedua, membahas tentang
menggunakan modul IPA Terpadu berbasis konsep energi, bentuk energi, sumber energi
inkuiri terbimbing dengan tema matahari terbarukan dan tak terbarukan, serta hukum
sebagai sumber energi alternatif sesuai dengan kekakalan energi. Pada kegiatan pembelajaran
RPP yang telah disusun sebelumnya. Setelah ketiga, membahas tentang pemanfaatan sumber
guru menyampaikan tujuan pembelajaran, energi matahari dalam bidang teknologi yaitu
motivasi dan apersepsi, guru juga menjelaskan untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
penggunaan modul dan model pembelajaran merupakan sumber energi terbarukan yang
yang akan dilaksanakan. Setelah itu guru sedang dikembangkan berbagai negara.
membagi siswa dalam 7 kelompok. Satu Setelah presentasi selesai, dilakukan
kelompok terdiri dari 4 hingga 5 siswa. posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa
Setiap kegiatan pembelajaran yang setelah dilaksanakan pembelajaran
terdapat pada modul untuk mendapatkan setiap menggunakan modul IPA Terpadu berbasis
konsep, siswa mengobservasi setiap masalah inkuiri terbimbing tema matahari sebagai
yang disajikan dalam modul kemudian siswa sumber energi alternatif. Soal posttest sama
secara kelompok siswa berdiskusi dengan dengan soal pretest yaitu 19 soal pilihan ganda
kelompoknya dan mampu menuliskan dugaan untuk soal hasil belajar.
sementara dari masalah yang akan diselesaikan Setelah nilai pretest dan posttest
ke dalam modul. Siswa juga menentukan sebab diperoleh, nilai tersebut dianalisis dan dan
akibat atau dugaan sementara dari masalah dibandingkan dengan nilai pretest dan posttest
yang akan diselesaikan. Setiap percobaan yang siswa pada kelas kontrol (tanpa menggunakan
dilakukan pengamat menilai keterampilan modul) dengan soal yang sama. Hasil
siswa dan sikap siswa. Siswa bersama perhitungan siswa VII B yang proses
kelompok dalam melakukan percobaan terlihat pembelajarannya menggunakan modul IPA
dengan teliti membaca panduan praktikum Terpadu berbasis inkuiri terbimbing memiliki
pada modul. Siswa menuliskan hasil percobaan gain factor hasil belajar yang baik, dengan
ke dalam lembar kerja siswa pada modul, memiliki gain factor 0,49 yang tergolong
kemudian siswa menganalisis masalah dan sedang. Sedangkan hasil perhitungan rata-rata
menjawab pertanyaan pada modul berdasarkan nilai selisih kelas kontrol dan kelas eksperimen
data hasil percobaan. didapatkan nilai signifikansi gain sebesar 0,000
Siswa kemudian dibimbing untuk lebih rendah dari nilai α = 0,05, sehingga H0
mempresentasikan hasil percobaan. Pada tahap ditolak; artinya terdapat perbedaaan signifikan
ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, antara nilai pretest dan posttest siswa. Hasil
mengajukan pendapat, dan menjelaskan rata-rata selisih nilai pretest dan posttest siswa
kembali, Siswa menuliskan kesimpulan hasil pada kelas eksperimen terjadi peningkatan
percobaan pada modul bersama dengan guru. hasil belajar sebesar 19,3%.
Setelah melakukan setiap kegiatan Berdasarkan data-data hasil penelitian
pembealaran siswa mengerjakan latihan soal dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada
yang telah tersedia dalam modul, kemudian kelas VIIB mengalami peningkatan. Data ini
mencocokan dengan kunci jawaban yang telah didukung oleh hasil penelitian dari Mohamad
tersedia juga dalam modul. Mengkoreksi hasil Nur et. al (2014) menyatakan bahwa
latihan soal, apabila nilai siswa mencapai 60 penggunaan metode inkuiri terbimbing dapat
poin, siswa dapat melanjutkan mengerjakan meningkatkan hasil belajar siswa.
soal formatif yang telah disediakan. Ozdilek (2009) hasil penelitiannya
Kegiatan pembelajaran pertama, menyatakan bahwa metode pengajaran inkuiri
membahas tentang konsep energi matahari, dan terbimbing berdasarkan temuan kualitatif dan
manfaat energi matahari bagi makhluk hidup. kuantitatif menunjukan tingkat keberhasilan
pemanfaatan cahaya matahari yang disajikan dan efektiftas siswa, hasil post tes yang

118
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dilakukan lebih tinggi dari skor pre tes. Metode terbimbing dapat mengoptimalkan sikap ilmiah
inkuiri terbimbing pada penelitian ini juga siswa.
efektif meningkatkan rasa kepercayaan diri Histogram sikap siswa terdapat pada gambar 2.
dalam pembelajaran sains pada guru. 4.0
Sedangkan hasil penelitian Sugiyanto (2013),
3.5
menunjukan Modul berbasis inkuiri terbimbing
efektivitas untuk meningkatkan hasil 3.0
pembelajaran.

Skor Rata-rata
2.5
Hasil pengamatan keterampilan siswa
2.0
pada kelas VIIB mengalami peningkatan.
Pembelajaran menggunakan modul berbasis 1.5
masalah dapat membuat siswa lebih aktif dan 1.0
tertarik terhadap pembelajaran di kelas. Hasil
0.5
penilaian keterampilan siswa pada pertemuan 2 Pertemuan 1

skor rata-rata yang diperoleh meningkat dari 0.0 Pertemuan 2

Kerjasama antar siswa


Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar
Rasa ingin tahu

Interaksi siswa

Menghargai Pendapat teman dalam satu kelompok

Menghargai pendapat teman dalam kelompok lain


skor rata-rata pada pertemuan 1, dengan
Keterampilan siswa kelas VII B memiliki gain
factor 0,3 yang tergolong sedang. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Douglas (2009)
hasil penelitiannya menyatakan bahwa
beberapa siswa berpendapat bahwa
pembelajaran dengan menggunakan inkuiri
terbimbing siswa lebih aktif. Histogram
keterampilan siswa terdapat pada gambar 1.

3.0 Gambar 2. Histogram Sikap Siswa


2.5 Tahapan pengembangan (develop) juga
melakukan penyebaran angket keterbacaan dan
Skor Rata-rata

2.0

1.5
respon modul IPA Terpadu berbasis inkuiri
terbimbing, diberikan pada kelas VIIB sebagai
1.0 kelas ujicoba luas. Angket tersebut
0.5 Pertemuan 1 dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa
Pertemuan 2 terhadap penggunaan modul IPA Terpadu
0.0
berbasis inkuiri terbimbing dan untuk
Mengamati

Menulis hasil percobaan


Melakukan percobaan
Mengamati percobaan

Mempresentasikan hasil
Menyiapkan alat dan bahan

mengetahui keterbacaan modul tersebut oleh


siswa. Hasil respon siswa terhadap modul
pembelajaran IPA Terpadu berbasis inkuiri
terbimbing pada uji coba operasional
menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil respon
siswa terhadap modul IPA terpadu berbasisi
inkuiri terbimbing adalah 91,2% dengan
Gambar 1. Histogram Keterampilan Siswa
kategori baik, sehingga dapat disimpulkan
Sedangkan hasil penilaian sikap, pada bahwa modul IPA terpadu berbasisi inkuiri
pertemuan 2 skor rata-rata yang diperoleh terbimbing layak digunakan. Sedangkan hasil
meningkat dari skor rata-rata pada pertemuan angket keterbacaan pada modul IPA Terpadu
1, dengan Keterampilan siswa kelas VII B menunjukkan bahwa tulisan pada modul dapat
memiliki gain factor 0,5 yang tergolong dibaca dengan jelas oleh siswa dalam
sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian pembelajaran, kelengkapan gambar pada
Setiawati (2013), hasil penelitiannya modul 5 siswa menyatakan bahwa
menyatakan bahwa modul berbasis inkuiri kelengkapan gambar masih kurang sehingga

119
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

perlu diteliti kembali kelengkapan gambar diuji oleh dosen ahli, guru IPA (reviewer) dan
pada modul, 3 siswa menyatakan bahwa sajian teman sejawat (peer review) menunjukan
pada modul mengganggu dalam kegiatan bahwa nilai rata-rata hasil penilain modul IPA
pembelajaran sehingga perlu diteliti kembali, terpadu adalah 91%. Berdasarkan hasil uji
semua siswa menyatakan bahwa modul menunjukkan bahwa modul IPA Terpadu
membantu memahami materi pelajaran, semua berbasis inkuiri terbimbing tema matahari
siswa menyatakan bahwa modul sudah sebagai sumber energi alternatif layak
menarik, 1 siswa mengalami kesulitan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran
menganggap bahasa yang dipergunakan dalam pembelajaran (3) pembelajaran IPA
modul sulit dipahami sehingga perlu diteliti menggunakan modul IPA Terpadu berbasis
kembali kesulitan yang dihadapi siswa. inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil
Tahapan keempat adalah disseminate, belajar siswa, hal tersebut dapat dilihat dari
Pada tahap penyebaran (disseminate) Hasil perbandingan gain factor dan uji statistik
dilakukan penyebaran di 7 Sekolah Menengah peningkatan soal pretes dan posttes. Dari hasil
Pertama yang ada di Kabupaten Sragen. perhitungan perbandingan kelas eksperimen
Penyebaran dilakukan pada guru-guru IPA dan dan kontrol didapatkan nilai signifikansi gain
diberikan angket responden. Dari hasil sebesar 0,000 lebih rendah dari taraf signifikasi
penyebaran tersebut guru memberikan α =0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Kelompok
penilaian terhadap pengembangan modul IPA siswa kelas VII B memiliki gain factor 0,49
Terpadu berbasis inkuiri terbimbing. Hasil yang tergolong sedang Pada rata-rata selisih
respon guru IPA menunjukan bahwa nilai rata- nilai pretest dan posttest siswa terjadi
rata hasil penilaian modul IPA terpadu peningkatan hasil belajar sebesar 19,3%.
berbasisi inkuiri terbimbing adalah 92% Sumbangan ide dan wawasan berkaitan
dengan kategori baik, sehingga dapat dengan peningkatan hasil belajar siswa adalah
disimpulkan bahwa modul IPA terpadu (1) kepada guru mata pelajaran IPA, pada
berbasisi inkuiri terbimbing layak digunakan. kurikulum 2013 diperlukan model
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Pengembangan
Kesimpulan dan Rekomendasi modul ini bisa digunakan untuk implementasi
kurikulum 2013 karena modul sudah berbasis
Hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian,
model pembelajaran yang sesuai dengan
maka dapat disimpulkan bahwa (1) modul
kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran
pembelajaran IPA Terpadu berbasis inkuiri
berbasis inkuri terbimbing. (2) kepada peneliti
terbimbing tema matahari sebagai sumber
yang lain disarankan untuk mengembangkan
energi alternatif dengan format kriteria modul
modul pembelajaran dengan materi berbeda
yang merujuk pada standar yang telah
dan tema yang lebih kreatif serta
ditetapkan BNSP tentang standar
pengembangan modul IPA Terpadu berbasis
pengembangan modul dan buku teks pelajaran.
inkuiri terbimbing ini dapat dijadikan acuan
Model pengembangan modul IPA Terpadu
pengembangan modul yang lebih baik lagi,
berbasis inkuiri terbimbing tema matahari
indikator materi yang telah digunakan dapat
sebagai sumber energi alternatif menggunakan
diperluas.
model 4-D yang meliputi tahap define
(penetapan), tahap design (perencanaan), tahap
develop (pengembangan) yaitu rancangan Daftar Pustaka
(draft) modul telah di uji oleh dosen ahli, guru
IPA (reviewer) dan teman sejawat (peer Azhar, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta :
review), dan tahap disseminate (penyebaran) PT Raja Grafindo Persada.
disebarkan ke 7 guru IPA SMP/MTs di Budiono. (2003). Statistika untuk Penelitian.
kabupaten Sragen. (2) modul IPA Terpadu Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Dahar, R.W. 2010. Teori-Teori Belajar dan
berbasis inkuiri terbimbing tema matahari
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
sebagai sumber energi alternatif yang telah

120
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 1, 2016 (hal 112-121)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Departemen pendidikan nasional. 2008. Penulisan Teaching Self-Efficacy Beliefs. Volume 6,


Modul. Jakarta: Depdiknas. Issue 2
Douglas, E.P. (2009). Use of guided inquiry as an
active learning technique in engineering.
Organization Economic Cooperation and
Development (OECD). (2012). Program for
International Student Assessment (PISA).
Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa
Dengan Pendekatan Konstektual Untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa
SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.
Matthew, B.M . (2013). A Study On The Effect Of
Guide Inquiry Teaching Method On Students
Achievment In Logic. Volume No. 2 Issue No.
1
Mawantia, T. 2013. Pengembangan Modul
Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
pada Pokok Bahasan ReaKsi Oksidasi
Reduksi untuk SMK Kelas X. Vol.2, No.2.
Novana, T. (2014). Pengembangan modul Inkuiri
Terbimbing Berbasis Potensi Lokal pada
Materi Tumbuhan Lumut (Bryophyta) dan
Tumbuhan Paku (Pteridophyta). ISSN: 2252-
7893, Vol 3, No. II, 2014
Setiawati, R. (2013). Pengembangan Modul
Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Mengoptimalkan Sikap Ilmiah Peserta Didik
pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis di SMA
N 8 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran
2012/2013. Radiasi.Vol.3.No.1.
Sugiyanto. (2013). Pengembang Modul Berbasis
Inkuiri Terbimbing Disertai Multimedia Pada
materi Keanekaragaman Mkhluk Hidup di
SMPN 1 Kendal Kabupaten Ngawi. Vol 6,
nomor 1. ISSN 1693-2654.
Rusmiati, I.G.A. (2013). Pengembangan Modul
IPA dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Kelas V SD Negeri 2 Semarapura Tengah.
Volume 3 Tahun 2013
Urip Purwono.2008. Standar Penilaian Buku
Pelajaran. (online).
Http://telaga.cs.ui.ac.id/~heru/bsnp/13oktober
08/Bahan%20Sosialisasi%20Standar%20Penil
aian%20Buku%20Teks%20Pelajaran%20TIK.
ppt. Diakses pada tanggal 09 November 2014.
Watcharee. et. al. (2010). Enhanced learning of
biotechnology students by an inquiry-based
cellulase laboratory. International Journal of
Environmental & Science Education Vol. 5,
No. 2, April 2010,169-187.
Sanjaya, W. (2008). Strategi pembelajaran
berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Prenada Media
Ozdilek, Z. (2009). The Effect of a Guided Inquiry
Method on Pre-service Teachers’ Science

121

Anda mungkin juga menyukai