Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OK5R (OVERVIEW, KEY

IDEAS, READ, RECORD, RECITE, REVIEW DAN REFLECT) UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI MEMBACA SISWA
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran)
PROPOSAL PENELITIAN
Proposal ini diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester (UAS) Mata
Kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah Pembelajaran Dengan Dosen
Pengampu:
Dr. Tarunasena, M.Pd.
Dra. Yani Kusmarni, M.Pd.

Disusun Oleh:
Hevie Rahmi Ihsani
NIM 2106501

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2024
A. Judul Penelitian
Penerapan Strategi Pembelajaran OK5R (OVERVIEW, KEY IDEAS, READ,
RECORD, RECITE, REVIEW DAN REFLECT) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Literasi Membaca Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran)
B. Latar Belakang
Penerapan kurikulum Merdeka di Indonesia diharapkan dapat memberikan
keterampilan abad ke-21 kepada siswa. Hal ini untuk membentuk siswa yang siap
untuk menjalani kehidupan di zaman yang semakin maju. Adapun pembelajaran
abad ke-21 membagi keterampilan yang harus dimiliki menjadi empat hal
diantaranya critical thinking, creativity, communication, dan collaboration. Salah
satu tuntutan pada masa kini ialah siswa diharapkan bisa berpikir kritis, dengan
banyak membaca tentu siswa akan terus bertambah wawasannya sehingga bisa
membandingkan satu hal dengan hal lainnya sehingga khazanah pengetahuannya
semakin banyak. Membaca merupakan kegiatan yang sangat erat berkaitan dengan
konsep berikir kritis karena menyangkut tentang pemahaman siswa daiam
memahami isi pesan dalam buku yang dibacanya,serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis
(tarigan 1984:7).
Aktivitas membaca berkaitan erat dengan kemampuan literasi. Membaca adalah
cara utama untuk mengembangkan dan menguji kemampuan literasi, sementara
literasi memberikan dasar yang kuat untuk menjadi pembaca yang lebih terampil
dan kritis. Antara literasi dan membaca mendukung pengembangan pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan sehari-hari dan di
berbagai konteks akademis dan profesional. Hasan (Farihatin, 2013)
mengemukakan bahwa kemampuan literasi dasar memiliki peran penting dalam
kehidupan seseorang untuk kesuksesan akademiknya. Kemampuan literasi inilah
yang harus menjadi senjata utama bagi generasi bangsa Indonesia dan harus
diajarkan sejak usia dini.
Pembelajaran yang menerapkan literasi dianggap penting karena berpengaruh
untuk mendapatkan siswa responsif dalam berbagai bidang, tidak terkecuali mata
pelajaran sejarah. Sejarah tidak dapat dipisahkan dari buku yang tebal, angka tahun
peristiwa, dan nama tokoh yang begitu banyaknya. Karena hal-hal itulah
pembelajaran sejarah selalu dianggap membosankan. Namun di sisi lain, dalam
mata pelajaran sejarah banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil untuk bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu dengan adanya literasi terutama
literasi membaca yang dianggap fundamental bisa membantu siswa untuk memilah
mana nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan dan yang tidak. Selain itu,
dengan adanya gerakan literasi di sekolah khususnya, diharapkan dapat
meningkatkan budaya baca siswa sehingga siswa yang menganggap pembelajaran

1
sejarah hafalan tidak akan terbebani lagi karena sudah memiliki minat baca yang
baik, sehingga buku sejarah akhirnya akan menarik bagi siswa karena dalam buku
teks pelajaran sejarah peristiwanya kronologis menjadikannya mudah dipahami.

Mengetahui betapa pentingnya literasi membaca, ternyata berbanding terbalik


dengan realita yang terjadi pada mayoritas siswa yang ada di Indonesia.
Kebanyakan siswa di Indonesia memiliki minat yang masih rendah terhadap
kegiatan literasi membaca. Mereka lebih berminat aktivitas-aktivitas seperti
bermain game online ataupun scrolling video TikTok. padahal membaca merpakan
aktivitas yang selalu relevan dan bermanfaat bagi kehidupan. Siswa tidak
memanfaatkan perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran ataupun buku
pengetahuan populer lainnya, selain itu adanya smartphone tidak berpengaruh besar
untuk meningkatkan literasi membaca siswa. Smartphone tidak dimanfaatkan
secara baik, banyak games online yang lebih menarik untuk dimainkan daripada
membuka bahan bacaan berupa tulisan-tulisan yang membosankan.
Keadaan Pandemi yang terjadi beberapa tahun silam pun membuat tingkat
literasi siswa di Indonesia semakin rendah. Mengutip penjelasan dari
Kemdikbud.go.id pandemi COVID-19 yang diikuti dengan penutupan sekolah,
kemudian memperburuk kondisi tersebut karena banyak siswa kehilangan hasil
belajar (learning loss). Senada dengan itu hasil Programme for International
Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun
berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau
menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan
yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut
memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-
ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi
COVID-19.
Berdasarkan hasil kegiatan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas
XI IPA1 SMAN 1 Banjaran terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
keterampilan literasi membaca. Pertama, minimnya sumber yang digunakan oleh
siswa dalam proses pembelajaran. Sebagain besar siswa kelas XI IPA 1 hanya
terpaku pada satu sumber informasi saja. Misalnya, sumber dari internet. Hal ini
menyebabkan rentan terjadi kekeliruan informasi yang didapatkan karena tidak
adanya sumber pembanding informasi. Kedua, pengolahan informasi yang tidak
maksimal. Hal ini terjadi karena sumber yang digunakan tidak beragam sehingga
membuat siswa tidak bisa memberikan pandangannya terhadap informasi yang
telah ia dapatkan. Ketiga, pada saat kegiatan presentasi. Siswa hanya membacakan
informasi yang didapatkannya. Di mana informasi tersebut mereka telan bulat-bulat
dari sumber internet, belum ada proses diskusi yang maksimal menjadikan siswa
belum bisa menyimpulkan informasi yang mereka dapatkan menggunakan bahasa
sendiri sehingga lebih mudah dipahami. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa

2
tidak mengolah informasi sebelum disampaikan di depan kelas. Saat terjadi tanya
jawabpun masih terlihat seperti belum siap karena minimnya informasi yang
mereka dapatkan. Kondisi ini menunjukkan bahwasannya keterampilan literasi
membaca siswa rendah. Para siswa terbiasa dengan hal tersebut, karena
kemampuannya dalam mencari sumber informasi, memilah sumber informasi,
hingga memberikan interpretasi terhadap sumber infomasi tidak terasah dengan
baik karena jarang dilatih.
Untuk mengobati permasalahan tersebut, diperlukan strategi pembelajaran yang
tepat. Yaitu strategi pembelajaran OK5R. Strategi OK5R dianggap tepat untuk
diterapkan karena mampu meningkatkan kemampuan literasi membaca siswa
melalui tahap-tahap yang harus dilakukan dalam kegiatan membaca sehingga
membuat membaca lebih terorganisir. Selain itu, melalui tahapannya siswa dapat
mengetahui arti dari istilah-istilah atau kata-kata yang sulit. Strategi ini juga
memiliki tahapan dimana siswa diminta membaca sekilas untuk mendapatkan poin-
poin atau gambaran awal mengenai bacaan sehingga siswa tidak melewatkan
bagian penting dari bacaan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka saya tertarik untuk membuat penelitian
tentang “Penerapan Strategi Pembelajaran OK5R untuk meningkatkan
Kemampuan Literasi Membaca Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran”.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah dengan menggunakan
strategi OK5R untuk meningkatkan keterampilan literasi membaca siswa
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran?
2. Bagaimana melaksanakan pembelajaran sejarah dengan menggunakan
strategi OK5R untuk meningkatkan keterampilan literasi membaca siswa
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan literasi digital siswa dalam
pembelajaran sejarah setelah digunakannya strategi OK5R dalam
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang
dihadapi dalam meningkatkan keterampilan literasi digital siswa dalam
pembelajaran sejarah dengan menggunakan strategi OK5R di kelas XI IPS
1 SMAN 1 Banjaran?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan penelitian yang merupakan hasil jawaban dari
rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

3
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan
strategi OK5R untuk meningkatkan keterampilan literasi membaca siswa
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan
strategi OK5R untuk meningkatkan keterampilan literasi membaca siswa
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran
3. Mengidentifikasi peningkatan keterampilan literasi digital siswa dalam
pembelajaran sejarah setelah digunakannya strategi OK5R dalam
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran
4. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang
dihadapi dalam meningkatkan keterampilan literasi digital siswa dalam
pembelajaran sejarah dengan menggunakan strategi OK5R di kelas XI IPS
1 SMAN 1 Banjaran

E. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan tentang penerapan strategi pembelajaran OK5R
untuk meningkatkan kemampuan literasi membaca siswa dalam pembelajaran
sejarah. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dan wawasan baru
dalam memecahkan permasalahan terkait rendahnya literasi membaca siswa
dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan strategi pembelajaran
OK5R.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
proses pembelajaran sejarah oleh guru di kelas untuk meningkatkan
keterampilan literasi membaca siswa dengan penggunaan startegi
pembelajaran OK5R.
3. Bagi siswa, dengan strategi pembelajaran OK5R diharapkan siswa dapat
meningkatkan keterampilan literasi membaca dalam dirinya pada
pembelajaran sejarah sehingga kegiatan belajar menjadi terasa lebih
bermakna.
4. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumbangan
ide bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di
SMAN 1 Banjaran.

F. Kajian Pustaka
Secara umum, kajian pustaka merupakan seperangkat teori-teori referensi yang
menjadi dasar menjawab permasalahan atau ide pokok rumusan masalah dalam
sebuah penelitian. Mengutip dari buku Metodologi Penelitian karya Leni Anggraeni
dkk., pengertian kajian pustaka dapat ditinjau dari dua pengertian yang lainnya
yaitu sebagai kerangka teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek

4
penelitian dan bacaan khusus yang berkaitan dengan objek penelitian.Dengan
demikian, kajian pustaka secara umum berisikan dua komponen utama, yaitu kajian
sumber yang berkaitan dengan objek penelitian dan penelusuran kajian-kajian
terdahulu dan kajian sumber. Berikut paparan kajian smber dan penelitian terdahulu
pada penelitian ini:
1. Kajian Sumber
a. Literasi Membaca
Secara etimologis istilah literasi berasal dari bahasa Latin “literatus” yang
memiliki arti orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi memang sangat
berhubungan dengan proses membaca dan menulis. Secara tradisional,
literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Orang yang
dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang yang mampu
membaca dan menulis atau bebas buta huruf. Pengertian literasi selanjutnya
berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis, berbicara dan
menyimak (Gipayana, 2004).
Mengutip dari Darwanto, dkk (2021:27-28) Literasi merupakan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengelola informasi ketika
melakukan proses membaca dan menulis. Secara bahasa literasi berasal dari
kata Literatus yang memiliki arti orang yang belajar. Sehingga literasi dapat
dikatakan sangat dekat dengan proses membaca dan menulis. Sedangkan
literasi juga dapat diartikan sebagai “kemampuan berbahasa seseorang
(menyimak, berbicara, membaca dan menulis) untuk berkomunikasi
dengancara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan
individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan
masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan
masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih
kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi
tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Menurut Kellner dan Share dalam buku karya Septiyantono, Tri (2013:
18), literasi disebut sebagai “berkaitan dengan perolehan keterampilan dan
pengetahuan untuk membaca, menafsirkan dan menyusun jenis-jenis teks dan
artifak tertentu, serta untuk mendapatkan perangkat dan kapasitas intelektual
sehingga bisa berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat dan
kebudayaanya.” Artinya, dengan literasi orang bisa meningkatkan harkat,
martabat dan perannya di tengah masyarakat.
Dari penjelasan berbagai sumber rujukan dan juga penjelasan para ahli
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa literasi merupakan keterampilan

5
atau kemampuan manusia dalam membaca, menulis, berfikir, menganalisis
dan mengkomunikasikan segala sesuatu terkait dengan aktifitas tersebut.
Berdasarkan penjelasan dari berbagai sumber rujukan dan juga penjelasan
dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan
manusia dalam membaca, menulis, berfikir, menganalisis dan
mengkomunikasikan segala segala sesuatu terkait dengan aktifitas tersebut.
Secara umum perkembangan literasi dapat dikelompokkan kedalam lima
fase.
Fase pertama literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang beragam untuk
membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, menyajikan, dan
berpikir kritis tentang ide-ide. Pada tahap awal tersebut memungkinkan kita
untuk berbagi informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan untuk membuat
makna. Literasi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan
pembangunan pengetahuan sebelumnya, budaya, dan pengalaman untuk
mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih dalam.
Perkembangan kedua konsepsi literasi dicirikan oleh sejumlah pandangan
yang menyatakan bahwa literasi berkaitan erat dengan situasi dan praktik
sosial. Pandangan ini mendefinisikan literasi sebagai praktik sosial dan
budaya daripada dipandang sebagai prestasi kognitif yang bebas konteks.
Literasi lebih lanjut dipandang sebagai keyakinan budaya dan habitualnya.
Pandangan ini lahir berdasarkan sudut pandang para ahli yang menafsirkan
dan menghubungkan literasi dengan konteks dunia. Perubahan ini
memainkan peran penting dalam proses pengembangan kemampuan literasi
siswa dan pendekatan yang digunakan siswa untuk mempelajari berbagai
bidang akademik.
Dalam generasi ketiga, pengertian literasi diperluas dengan kebiasaan
membaca secara sempit, linier, dan hanya berorientasi pada teks cetak, beralih
menuju konteks multidimensi dan interaktif. Hal ini terjadi karena
berkembang pesatnya teknologi informasi dan multimedia. Literasi dalam
konteks ini telah diperluas ke dalam beberapa jenis elemen literasi, seperti,
visual, dan auditori daripada kata-kata yang tertulis. Mills menyatakan bahwa
kita telah mengalami pergeseran sejarah budaya teks cetak yang lebih luas,
menuju satu titik di mana modus visual lebih menonjol atas bantuan teknologi
baru.
Dalam generasi keempat, literasi telah dipandang sebagai konstruksi sosial
dan tidak pernah netral. Teks-teks yang ditulis seorang penulis telah dibentuk
berdasarkan posisi mereka (di mana mereka berada dan di mana mereka
berdiri, serta bagaimana posisi ini memungkinkan mereka untuk melihat dan
tidak melihat). Posisi seorang penulis meliputi banyak aspek, seperti

6
keyakinan mereka, nilai-nilai, sikap, posisi sosial (misalnya, usia, ras, kelas,
dan etnis), serta pengalaman (misalnya, pendidikan, bahasa, dan perjalanan).
Karena posisi penulis mungkin berbeda dari posisi pembaca, sangat penting
bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi kritis.
Literasi kritis merupakan kemampuan untuk mengkritik teks berdasarkan
sudut pandang yang berbeda dan untuk mempertanyakan otoritas yang telah
banyak diakui. Literasi kritis dianggap sebagai kemampuan yang sama
pentingnya dengan kemampuan untuk memecahkan pemasalahan dalam
kehidupan. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi, definisi literasi juga mengalami perkembangan lanjutan yakni
literasi dalam generasi kelima. Sejalan dengan perkembangan ini, perlu
difahami bahwa literasi merupakan sebuah konsep yang berkembang dan
akan berkonsekuensi pada penggunaan berbagai media digital di kelas,
sekolah, dan masyarakat. Istilah literasi dalam generasi kelima dikenal pula
dengan istilah multiliterasi. Istilah multiliterasi mengandung pengertian
sebagai keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan
memahami ide-ide dan informasi, dengan menggunakan bentuk-bentuk teks
konvensional maupun teks inovatif, simbol, dan multimedia.
Dalam pandangan multiliterasi, siswa perlu menjadi ahli dalam memahami
dan menggunakan berbagai bentuk teks, media, dan sistem simbol untuk
memaksimalkan potensi belajar mereka, mengikuti perubahan teknologi, dan
secara aktif berpartisipasi dalam komunitas global. Dengan demikian,
pembelajaran literasi ditujukan untuk mengembangkan keterampilan siswa
dalam literasi kritis, literasi visual, literasi media, literasi teknologi, literasi
lintas kurikulum (matematika, sains, seni, dan mata pelajaran lainnya), serta
literasi dalam bahasa lain.
Menurut Muhsyanur dalam bukunya yang berjudul “Membaca (Suatu
Keterampilan Berbahasa Reseptif), menuliskan beberapa pengertian
mengenai membaca dan batasan-batasanya sebagai berikut:
a) Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama
beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.
Selain itu, membaca adalah perilaku penguraian tulisan dan suatu analisis
bacaan. Dengan demikian membaca merupakan penangkapan dan
pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam
menghayati naskah;
b) Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata
dalam kalimat yang terstruktur sehingga hasil akhir dari proses membaca
seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. Menurut Davies dalam
Sugiarto, membaca diartikan sebagai suatu proses mental atau proses
kognitif yang di dalamnya seseorang pembaca diharapkan bisa mengikuti
dan merespon terhadap pesan si penulis;

7
c) Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks
berarti dalam proses membaca melibatkan berbagai factor internal dan
eksternal pembaca. Factor internal meliputi intelegensi, minat, sikap,
bakat, motivasi, tujuan membaca, dan lain sebagainya. Sedangkan factor
eksternal berupa sarana membaca, lattar belakang social ekonomi, dan
tradisi membaca;
d) Jika dilihat dari segi linguistic, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a reording and decoding process)
berlainan dengan berbicara dab menulis yang justru melibatkan
penyandian (encoding). Sebuah proses pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna
bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan
tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Membaca merupakan salah satu bagian utama dalam kemampuan
berbahasa terutama dalam hal berkomunikasi melalui media tulis. Dalam
bahasa tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang
tulisan yang berupa huruf kemudian dirangkai menjadi kata lalu setiap kata
disusun sehingga menjadi sebuah kalimat yang memiliki makna. Selain itu
membaca dapat diartikan sebagai suatu aktifitas interaktif antara pembaca dan
penulis dimana pembaca bertujuan untuk mengambil arti dan makna yang
terdapat dalam sebuah tulisan. Isi bacaan bisa berupa pesan tersurat (pesan
ditulis secara nyata) dan bisa juga bisa berupa pesan tersirat (tidak tertulis
secara nyata akan tetapi disampaikan secara samar melalui tulisan).
Dari beberapa materi pembahasan terkait membaca tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan berupa pengenalan
bentuk huruf, kata, dan kalimat, serta upaya pemahaman terhadap isi/pesan
dari bacaan yang tersirat maupun tersurat. Kemampuan membaca sangat
penting dimana era perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
informasi mengharuskan penghuninya untuk meningkatkan kompetensi dan
daya saing. Pada era tersebut persaingan di segala bidang tak terelakkan dan
manusia membutuhkan ketelitian, keteguhan, amanah, tanggung jawab dan
berani menghadapi risiko dari berbagai tindakan dan profesi yang menjadi
pilihan, peningkatan kompetensi tersebut salah satunya harus dilakukan
melalui pengembangan literasi.
Kajian utama dalam literasi membaca tertuju pada empat hal, yaitu: (1)
keterampilan membaca; (2) penerapan, pelatihan, dan penetapan bacaan; (3)
proses membaca; dan (4) teks yang digunakan dalam membaca.24
Keterampilan membaca harus dilatih sejak dini, terutama pada fase pra
sekolah dimana tahap tersebut merupakan bagian yang sangat fundamental
dalam penanaman karakter anak.

8
Kemampuan literasi membaca dapat dilihat dari (1) jumlah dan variasi
bahan bacaan, (2) frekuensi peminjaman bahan bacaan di perpustakaan, (3)
jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi membaca, (4) terdapat
kebijakan sekolah mengenai literasi membaca, (5) terdapat komunitas
membaca di sekolah
b. Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran sejarah merupakan studi yang menjelaskan tentang manusia
di masa lampau dengan semua aspek kegiatan manusia seperti politik, hukum,
militer, sosial, keagamaan, kreativitas (seperti yang berkaitan dengan seni,
musik, arsitektur Islam), keilmuan dan intelektual (Sapriya, 2009:26).
Pembelajaran sejarah merupakan bidang ilmu yang memiliki tujuan agar
setiap peserta didik membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa
depan sehingga peserta didik sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun
internasional (Widja, 1989:30).
Pembelajaran sejarah merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk
melangsungkan persiapan, pelaksanaan, dan pencapaian hasil belajar peserta
didik dalam bidang studi sejarah. Peserta didik dituntut untuk tidak menjadi
manusia yang melupakan sejarah bangsanya sendiri. Terdapat banyak
pengertian tentang pembelajaran, diantaranya yaitu pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang telah dirancang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar pada peserta didik (Briggs, dan Wagner dalam Rosdiani, 2014:
73).
Brian Garvey dan Mary Krug (2015:2) menyatakan bahwa studi sejarah
berarti: 1) Untuk memperoleh pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah. 2)
Memperoleh pemahaman dan apresiasi terhadap peristiwa, waktu, dan orang-
orang yang hidup di masa lampau. 3) Memperoleh kemampuan menilai dan
mengkritisi karya sejarah (historis works). 4) Belajar bagaimana melakukan
penelitian sejarah. 5) Belajar menulis sejarah. Dari uraian di atas, literasi
sejarah bukan hanya tentang membaca dan menulis, atau sekadar mengingat
tanggal. (Wibowo, 2017).
Amelia (2014: 48) beberapa indikator terkait dengan pembelajaran sejarah
tersebut yaitu : (1) pembelajaran sejarah memiliki tujuan, substansi, dan
sasaran pada segi-segi yang bersifat normatif; (2) nilai dan makna sejarah
diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan dari pada akademik atau
ilmiah murni; (3) aplikasi pembelajaran sejarah bersifat pragmatik, sehingga
dimensi dan substansi dipilih 20 dan disesuaikan dengan tujuan, makna, dan
nilai pendidikan yang hendak dicapai yakni sesuai dengan tujuan pendidikan;

9
(4) pembelajaran sejarah secara normatif harus relevan dengan rumusan
tujuan pendidikan nasional; (5) pembelajaran sejarah harus memuat unsur
pokok: instruction, intellectual training, dan bertanggung jawab pada masa
depan bangsa; (6) pembelajaran sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuan
fakta pengalaman kolektif dari masa lampau, tetapi harus memberikan latihan
berpikir kritis dalam memetik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang
dipelajarinya.
Mempelajari sejarah betapapun sederhananya, peserta didik haruslah
menggunakan ingatan, imajinasi, kekuatan penalaran, serta penilaiannya
dalam mengumpulkan, memeriksa, dan mengkorelasikan fakta dalam
menarik kesimpulan, menimbang bukti, dan dalam pembentukannya.
Pendapat umum yang harus di pelajari hanya untuk sementara dan lebih atau
kurang mungkin bukan sebagai benar atau salah. Singkatnya, studi sejarah
seharusnya dapat memberi pengetahuan yang sangat diperlukan sebagai dasar
untuk memahami dunia nyata (Cruse, 2011: 4).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran sejarah tidak hanya sekedar menyajikan teori tentang fakta-
fakta sejarah yang terkesan kering, tetapi juga mencakup pendekatan yang
lebih luas untuk memahami dan menghargai konteks, dampak, dan makna
dari peristiwa-peristiwa sejarah. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat
memperkaya pembelajaran sejarah:
a) Pemahaman Konteks Sosial dan Budaya:
Sejarah tidak hanya tentang apa yang terjadi, tetapi juga mengapa dan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Memberikan konteks sosial dan budaya
membantu siswa memahami latar belakang peristiwa dan motivasi di
balik tindakan tokoh-tokoh sejarah.
b) Pemikiran Kritis:
Mengajarkan siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis,
mempertanyakan narasi sejarah, dan menilai sumber-sumber historis
yang berbeda. Ini membantu mereka membentuk pandangan yang lebih
holistik tentang sejarah.
c) Pemahaman Dampak Sejarah:
Membahas dampak peristiwa sejarah pada masyarakat, ekonomi,
politik, dan budaya. Hal ini membantu siswa mengenali konsekuensi
jangka panjang dari keputusan-keputusan sejarah.
d) Memanfaatkan Sumber-Sumber Primer:
Melibatkan siswa dalam analisis sumber-sumber primer, seperti
dokumen asli, surat-surat, dan catatan sejarah kontemporer. Hal ini
memberikan pengalaman langsung dengan materi sejarah dan
membantu mereka mengembangkan keterampilan interpretasi.
e) Penggunaan Narasi dan Cerita:

10
Mengintegrasikan unsur-unsur narasi dan cerita dalam pembelajaran
sejarah untuk membuat materi lebih menarik dan relevan bagi siswa.
Cerita-cerita dapat membantu siswa mengidentifikasi diri mereka
dengan tokoh-tokoh sejarah atau peristiwa tertentu.
f) Penggunaan Teknologi:
Memanfaatkan teknologi untuk menyajikan sejarah secara interaktif,
misalnya dengan peta interaktif, simulasi, atau rekaman visual. Ini
dapat membantu siswa terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran.
g) Berfokus pada Aspek Multikultural:
Mempelajari sejarah dari berbagai perspektif dan memperkenalkan
aspek multikultural. Ini dapat membantu siswa memahami keragaman
budaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan sejarah.
h) Keterlibatan Aktif Siswa:
Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan interaktif, proyek-proyek
penelitian, atau permainan peran untuk meningkatkan keterlibatan
siswa. Hal ini dapat membantu mereka mengalami sejarah secara
langsung.

c. Strategi Pembelajaran
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai
seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran
menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai
berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk
siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980)
mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa
strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan
juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran.
Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan
prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara
kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan
sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan. Gerlach & Ely
(1980) juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan
menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan pembelajaran. Kata

11
metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach & Ely (1980)
mengatakan bahwa teknik (yang kadangkadang disebut metode) dapat
diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat
(way or means) yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa
ke arah tujuan yang akan dicapai. Guru yang efektif sewaktu-waktu siap
menggunakan berbagai metode (teknik) dengan efektif dan efisien menuju
tercapainya tujuan. Metode, menurut Winarno Surakhmad (1986) adalah
cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode
belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian
tujuan. Namun, metode kadang-kadang dibedakan dengan teknik.
Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif,
maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi
(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B
sama-sama menggunakan metode ceramah, keduanya mengetahui bagaimana
prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru A
berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi, tiap
guru mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang
sama. Marilah kita tinjau kembali pengertian strategi yang telah diuraikan
tersebut di atas. bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur
yang menjamin siswa mencapai tujuan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa
strategi pembelajaran lebih luas daripada metode dan teknik pembelajaran.
c. Strategi Pembelajaran OK5R
Strategi OK5R adalah salah satu strategi dalam membaca Dialektologi,
Volume 5, No. 2, Edisi November 2020 pemahaman, terutama digunakan
untuk membaca bahan bacaan ilmiah. Hal tersebut disebabkan strategi OK5R
memiliki sejumlah langkah terstruktur yang harus di tempuh oleh pembaca
ketika melaksanakan kegiatan membaca pemahaman. Dalam penggunaan
strategi ini memudahkan pembaca untuk memahami isi bacaan secara
keseluruhan dan mendalam. Adapun langkah-langkah Strategi OK5R adalah
(Overview, Key, Read, Record, Recite, Review dan Reflect) artinya
Menyelidiki, Ide-ide kunci, Membaca, Mencatat, Mendaras, Mengulangi dan
Merenungkan (Palda, 2016:10 ─103).
Strategi OK5R dapat melatih konsentrasi siswa dalam memahami teks
bacaan. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran bahasa Indonesia
Kurikulum 2013 mengacu pada pembelajaran bahasa berbasis teks yang
bertujuan untuk mendekatkan siswa pada kontekskonteks sosial sehingga
menambah pengetahuan siswa. Teks yang diajarkan meliputi teks sastra dan
nonsastra. Teks sastra meliputi teks cerita pendek dan teks nonsastra meliputi
teks laporan hasil observasi, eksposisi, tanggapan deskriptif, eksplanasi dan
lain sebagainya.(Lestari, 2020:1-2)

12
Tujuan utama dari metode OK5R tidak jauh berbeda dengan OK4R
menurut Pauk Walter (dalam Tursiva & Ernalis, 2017, hlm 398) yaitu
mengaktifkan diri siswa untuk memahami sebuah konsep melalui kegiatan
merencanakan, memonitor dan mengevaluasi tahapan belajar yang
dilaksanakan. OK5R merupakan strategi membaca dengan pendekatan
konstruktif karena siswa membangun sendiri pemahamannya melalui
langkah-langkah pada strategi (Paida, 2016). Dengan demikian strategi ini
selaras dengan prinsip membaca pemahaman dimana pemahaman merupakan
merupakan proses konstruktivis sosial.
Strategi ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman bagi siswa dengan minat baca yang kurang. Hal ini
terlihat melalui perbandingan skor rerata siswa. Di mana siswa yang
menggunakan strategi OK5R dalam kegiatan pembelajaran memiliki skor
total sebanyak 24,45 dan siswa yang tidak menggunakan strategi tersebut
memiliki skor total 17,39 (Melati & Putri, 2019).
Strategi OK4R terdiri atas enam langkah yaitu overview, key ideals, read,
recite, reflect, dan review (Abidin, 2010). Pada strategi OK5R, langkah
record ditambahkan sebelum langkah read, sehingga strategi OK5R memiliki
tujuh langkah. Congos (2013) dalam panduan belajarnya membagi langkah-
langkah tersebut kedalam tiga tahap membaca, yaitu tahap prabaca
(overview), tahap baca (key ideas, read, record) dan tahap pascabaca (recite,
review dan reflect). Langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini memadukan antara langkah dalam OK4R dengan langkah pada OK5R.
Dengan demikian, langkah record ditambahkan sebelum langkah read dan
langkah reflect dilaksanakan sebelum review, berikut adalah langkah-langkah
yang digunakan dalam pembelajaran:
1) Overview (tinjauan umum)
2) Key Ideas (gagasan kunci)
3) Read (membaca)
4) Record (mencatat)
5) Recite ( mengungkapkan kembali secara lisan )
6) Review (mengulang) dan
7) Reflect (merenung kembali).
Dari beberapa keterangan yang telah disebutkan, maa dapat disimpulkan
bahwa penerapan strategi OK5R, yang mencakup langkah-langkah Overview,
Key Ideas, Read, Record, Recite, Review and Reflect memiliki potensi besar
untuk meningkatkan tingkat literasi siswa dengan memberikan suatu
pendekatan sistematis dan menyeluruh dalam mengelola informasi bacaan,
mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya, meningkatkan pemahaman, dan

13
membangun keterampilan refleksi yang esensial untuk pengembangan literasi
yang kokoh dan berkelanjutan.
2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan
selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di
samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan
penelitian serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagian ini peneliti
mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik
penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan (jurnal,
skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka
akan dapat dilihat sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak
dilakukan. Kajian yang mempunyai relasi atau keterkaitan dengan kajian ini
antara lain
1) NURUL, A. (2021). THE USE OK5R (Overview, Key Ideas, Read, Record,
Recite, Review and Reflect) METHOD IN TEACHING READING AT
TENTH GRADE OF SMAN 1 WOJA IN ACADEMIC YEAR 2020/2021.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode OK5R
berpengaruh atau tidak dalam pembelajaran membaca dan mengetahui
perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan metode
OK5R dan tanpa menggunakan metode OK5R dalam pengajaran membaca
pada siswa kelas sepuluh SMA Negeri 1 Woja bidang Akademik Tahun
2020/2021. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain eksperimen
semu dengan populasi 60 siswa.
Sementara persamaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti
penerapan strategi OK5R dalam pembelajran. Sedangkan perbedaannya
yaitu penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen dan lokasi
penelitiannya berada di siswa kelas sepuluh SMA Negeri 1 Woja bidang
Akademik Tahun 2020/2021.
2) Zanah, A. A., & Sumantri, Y. K. Penerapan Brainwriting untuk
Meningkatkan Keterampilan Literasi Membaca Siswa dalam Pembelajaran
Sejarah. FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 10(1), 1-10.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus yang
pada masing-masing siklusnya dilakukan dua tindakan dengan
menggunakan model John Elliot yang prosesnya terdiri dari tahap
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi
Sementara persamaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan
penelitian yang akan penelitilakukan adalah sama-sama menggunakan
metode penelitian PTK dan sama-sama berfokus pada pembelajaran

14
Sejarah. Sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan penerapan
metode brainwriting untuk meningkatkan keterampilan membacanya.
3) Batubara, M. H., & Herwanis, D. (2020). THE EFFECT OK5R STRATEGY
ON STUDENTS'ACHIEVEMENT IN READING COMPREHENSION AT
THE SMA N 15 TAKENGON BINAAN NENGGERI ANTARA. Jurnal
As-Salam, 4(2), 301-317.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimen dan pengumpulan data menggunakan observasi
dan tes. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah X IPA3
sebagai kelas eksperimen dan X IPS2 sebagai kelas kontrol yang
masing-masing terdiri dari 20 siswa.
Sementara persamaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti
penerapan strategi OK5R dalam pembelajran. Sedangkan perbedaannya
yaitu penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen dan lokasi
penelitiannya berada di SMA 15 Takengon Binaan Negeri Antara.

G. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu solusi
dari suatu permasalahan. Mengutip dari Suryana (2010, Hlm. 20) metode penelitian
adalah prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau
ilmu secara sistematis. Sedangkan menurut Bungin (2003, Hlm.3) Metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis . Dari beberapa pendapat yang
telah disebutkan maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan
langkah-langkah sistematis dan ilmiah untuk dapat menghasilkan data-data yang
nantinya dapat menjadi solusi dari suatu permasalahan dan berguna bagi orang
banyak.
Metode penelitian yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi
membaca siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penerapan strategi
pembelajaran OK5R menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Menurut Supriyadi (2005) dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam
kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset tindakan”, yang
dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua diantaranya adalah individual
action research dan collaborative action research.
Sedangkan menurut Mills, penelitian tindakan didefinisikan sebagai
penyelidikan sistematis yang dilakukan oleh guru, administrator, konselor, atau
lainnya dengan minat pada proses belajar mengajar atau lingkungan untuk

15
mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah mereka beroperasi,
bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana mereka siswa belajar.
Parsons dan brown menyatakan penelitian tindakan memungkinkan guru untuk
mempelajari kelas mereka sendirimisalnya metode instruksional mereka sendiri,
siswa mereka sendiri, dan penilaian mereka sendiri-agar memahami mereka dan
untuk dapat meningkatkan kualitas atau keefektifannya. Ini berfokus secara khusus
pada karakteristik unik dari populasi dimana praktik dipekerjakan atau dengan siapa
beberapa tindakan diambil, hal ini mengakibatkan peningkatan utilitas dan
efektivitas praktisi.
Kemmis (1983) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk
penelaah atau inquiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan
pendidikan tertentu (misalnya guru atau kepala sekolah) dalam situasi social
(termaksud pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta
keabsahan dari (a) praktik-praktik sosial kependidikan yang mereka lakukan
sendiri, (b) pemahaman mereka mengenai praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi
kelembagaan tempat praktik-praktik itu dilaksanakan. Guru dapat melakukan
penelitian dalam upaya menemukan cara atau prosedur baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar dikelas.
Keberhasilan PTK dievaluasi dengan melihat berbagai indikator keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. PTK dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah,
pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan metode penelitian yang dirancang untuk melakukan
tindakan perbaikan terhadap permasalahan yang ada di dalam kelas dengan
menggunakan refleksi terhadap setiap tindakan tersebut sehingga menemukan titik
perbaikan yang diharapkan. Dari kesimpulan tersebut maka peneliti memutuskan
untuk menggunakan metode PTK ini dalam penelitian yang akan dilakukan, yang
berkenaan dengan perbaikan kemampuan literasi membaca siswa yang rendah
dengan menggunakan tindakan strategi pembelajaran OK5R.
Rasionalisasi digunakannya metode ini karena metode ini nantinya akan
dilaksanakan secara langsung melalui Tindakan di dalam kelas, lalu mecatat setiap
perkembangannya melalui beberapa siklus. Pada setiap sklusnya akan dilakuakan
refleksi mengenai apa yang menjadi kekurangan dari Tindakan yang dilakuakn
sehingga akhirnya menemukan titik perbaikan yang muncul yaitu meningkatnya
keterampilan literasi membaca siswa di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Banjaran dalam
Pembelajaran Sejarah.

16
H. Desain Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam tahapan siklus yang mengacu pada
desain penelitian John Elliot. Penggunaan desain penelitian John Elliot ini
dilaksanakan atas empat tahapan di setiap siklusnya yang dimulai dari tahap
perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect).
Semua tahapan ini dilaksanakan secara berkesinambungan pada setiap siklusnya.
Ketika suatu siklus pada penelitian ini telah selesai dilaksanakan makamesti
diadakan refleksiuntuk mengidentifikasi capaian hasil penelitian, kelebihan, dan
kekurangan dalam pelaksanaan Tindakan. Hasil refleksi di setiap siklusnya akan
dijadikan pertimangan untuk mengembangkan keterampilan literasi membaca
siswa dalam pembelajaran sejarah.

Gambar 1
Desain Penelitian Tindakan Kelas versi John Elliot

17
I. Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMAN 1 Banjaran yang berlokasi di Jalan
Ciapus No.7, Ciapus, Banjaran, Ciapus, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung.
Adapun subjek penelitian yaitu kelas XI IPS 1, pemilihan kelas ini didasarkan
kepada inti permasalahan yang ditemui peneliti pada kegiatan prapenelitian, yaitu
rendahnya keterampilan literasi membaca siswa.
J. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penerapan strategi pembelajaran OK5R untuk
meningkatkan keterampilan literasi membaca siswa dalam pembelajaran sejarah.
Menurut Abidin (2017: 183) indikator literasi membaca terdiri dari tiga, yakni 1)
aktivitas prabaca, 2) aktivitas membaca, 3) aktivitas pascabaca. Dapat disimpulkan,
literasi membaca adalah suatu kemampuan komprehensif yang dimiliki seseorang
dalam mendalami suatu bacaan untuk mencapai tujuan. Pada soal membaca PISA
aspek kompetensi membaca dikategorikan tiga jenis yang mencakup: (a)
kemampuan mengungkapkan kembali informasi (retrieving Information), (b)
mengembangkan interpretasi (developing an interpretation), (c) merefleksikan dan
mengevaluasi teks. Dari indikator literasi membaca yang telah disebutkan maka
untuk melihat perkembangan keterampilan literasi membaca di setiap siklusnya,
peneliti mengembangkan fokus penelitian ke dalam bentuk tabel berikut ini:
a. Tabel Fokus Penelitian Kemampuan Literasi Membaca
Fokus Indikator Sub Indikator
Aktivitas Pra Baca 1) mengakses sumber bacaan informasi
2) menyeleksi dan memilih sumber
bacaan informasi
Aktivitas Membaca 1) menentukan gagasan pokok sumber
bacaan informasi
2) menelaah informasi yang terdapat
dalam sumber bacaan informasi
3) menganalisis kelengkapan materi
Keterampilan dari sumber bacaan informasi
Literasi 4) membedakan antara fakta dan opini
Membaca dari sumerbacaan informasi
Aktivitas Pasca 1) menyimpulkan dan menginterpretasi
Baca sumber bacaan informasi
2) mengungkapkan kembali hasil
interpretasi dari sumber bacaan
informasi,
3) mendiskusikan hasil interpretasi dari
sumber bacaan informasi dengan
anggota kelompok,

18
4) merefleksi dan mengevaluasi hasil
interpretasi dan diskusi dari sumber
bacaan informasi
Tabel 1
Fokus Penelitian Keterampilan Literasi Membaca

b. Tabel Hubungan Kemapuan Literasi Digital dengan Strategi Pembelajaran


OK5R
Indikator Sub Indikator Indikator Literasi Digital
Dalam Strategi
Pembelajaran OK5R
Aktivitas Pra 1) mengakses sumber bacaan 1) Siswa mengakses sumber
Baca informasi bacaan informasi dalam
2) menyeleksi dan memilih strategi OK5R tahapan
sumber bacaan informasi Overview.
2) Siswa menyeleksi dan
memilih sumber bacaan
informasi dalam strategi
OK5R tahapan Overview.
Aktivitas 1) menentukan gagasan pokok 1) Siswa menentukan
Membaca sumber bacaan informasi gagasan pokok sumber
2) menelaah informasi yang bacaan dalam strategi
terdapat dalam sumber OK5R tahapan Key Ideas.
bacaan informasi 2) Siswa menelaah informasi
3) menganalisis kelengkapan pada sumber bacaan
materi dari sumber bacaan informasi dalam strategi
informasi Ok5R tahapan Read.
4) membedakan antara fakta 3) Siswa menganalisis
dan opini dari sumber kelengkapan materi dari
bacaan informasi sumber bacaan informasi
dalam strategi OK5R
tahapan Read.
4) Siswa membedakan antara
fakta danopini dari sumber
bacaan informasi dalam
strategi OK5R tahapan
Read.
Aktivitas 1) menyimpulkan dan 1) Siswa menyimpulkan dan
Pasca Baca menginterpretasi sumber menginterpretasi sumber
bacaan informasi dalam bacaan informasi dalam
bentuk tulisan bentuk tulisan dalam
2) mengungkapkan 19embali strategi OK5R tahapan
hasil interpretasi dari Record.
sumber bacaan informasi, 2) Siswa mengungkapkan
19embali hasil interpretasi

19
3) mendiskusikan hasil dari sumber bacaan
interpretasi dari sumber informasi dalam strategi
bacaan informasi dengan OK5R tahapan Recite.
anggota kelompok, 3) Siswa mendiskusikan hasil
4) merefleksi dan interpretasi dari sumber
mengevaluasi hasil bacaan informasi dengan
interpretasi dan diskusi dari anggota kelompok dalam
sumber bacaan informasi strategi OK5R tahapan
Review.
4) Siswa merefleksi dan
mengevaluasi hasil
interpretasi dan diskusi
dari sumber bacaan
informasi dalam strategi
OK5R tahapan Reflect.
Tabel 2
Hubungan Kemapuan Literasi Digital dengan Strategi Pembelajaran OK5R

K. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang yang diperlukan, maka
akan digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti
melihat situasi penelitian (Susetyo, 2005: 1). Observasi dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam dua tahap, yakni observasi awal dan observasi
pelaksanaan tindakan. Observasi awal dilaksanakan pada tahap studi
pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan sebelum dilaksanakan
tindakan, sedangkan observasi pelaksanaan Tindakan bertujuan untuk
merekam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis beberapa
kata dengan strategi pembelajaran berbasis lingkungan. Peneliti
menggunakan lembar observasi atau catatan lapangan untuk mencatat setiap
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
Menurut Nurul Zuriah (2006:179), wawancara ialah alat pengumpul
informasi dengan cara mengumpulkan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula. Dalam hal ini peneliti melakukan tanya
jawab dengan narasumber yaitu guru Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS
1 SMAN 1 Banjaran dan beberapa siswanya. Wawancara tersebut sangat
diperlukan
3. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendokumentasikan pelaksanaan penelitian,
yang berupa gambar-gambar atau foto, field note, silabus dan jenis
dokumentasi lainnya untuk mendukung terpenuhinya sumber data.

20
4. Test
Suharsimi Arikunto (2006:32) menyatakan bahwa test adalah sederetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilam, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini, test berfungsi
untuk membandingkan capaian keterampilan literasi membaca siswa Kelas
XI IPS 1 SMAN I Banjaran sebelum adanya penerapan strategi
pembelajaran OK5R dengan sesudah diterapkannya strategi pembelajaran
OK5R.

L. Instrumen Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti dan kolaborator diposisikan sebagai
instrument peneliti, yaitu melakukan kegiatan mulai dari pengumpulan data sampai
analisis data. Manusia sebagai instrument mempunyai keterbatasan, misalnya
keterbatasan memori dan daya ingat. Oleh karena itu, digunakan alat pendukung
instrument manusia, yaitu lembar catatan lapangan, lembar observasi, lembar
refleksi, lembar wawancara, dan lembar evaluasi. Seluruh prosedur penelitian yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dilakukan oleh guru.
Artinya, guru sebagai peneliti merupakan penulis, pemain, dan sekaligus sutradara.
Selain itu guru juga melakukan observasi dan refleksi terhadap semua yang telah
dilakukan. Hasil pengamatan dipadukan dengan sumber data yang lain yaitu RKH,
wawancara dengan siswa, dan hasil belajar dijadikan dasar untuk refleksi yang
digunakan sebagai dasar untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
M. Teknik Pengolahan Data
Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan metode alur yaitu data dianalisis
sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses
pembelajaran. Menurut Miles dan Hubberman (Sutama, 2000: 104), alur yang
dilalui meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Kegiatan ini mulai dilakukan dalam setiap tindakan terhadap
sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh
derajat kepercayaan yang tinggi, dalam penelitian ini penarikan kesimpulan
dilakukan sampai minimal 75% keterampilan literasi membaca siswa meningkat.
Dengan demikian langkah analisis data kualitatif dalam tindakan ini dilakukan
semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk langkah- langkah yang didasari pada
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Langkah- langkahnya sebagai berikut:
1. Seleksi data

21
Penyeleksian data ini dilaksanakan untuk mendapatkan data yang
memenuhi syarat untuk dianalisis. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data yang beridentitas lengkap (mencantumkan nama, nomor
absen, dan kelas) dan data yang sesuai dengan petunjuk guru.
2. Pengoreksian data
Data yang dikoreksi difokuskan pada aspek isi dan aspek kebahasaan yang
terdiri dari unsur bunyi, kata, sarana retorika, dan tema.
3. Penskoran data
Penskoran data dilakukan dengan memberi skor pada masing- masing hasil
kerja siswa dalam menulis kata-kata yang sangat mudah.
4. Penyimpulan data
Setelah pemberian skor, selanjutnya adalah menyimpulkan data.
5. Pengecekan keabsahan data
Pengecekan keabsahan data bertujuan untuk memperoleh data yang sahih
dan absah yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan analisis
dokumen. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
dua cara yaitu, ketekunan pengamatan dan pemeriksaan peneliti dan
kolaborator. Pengecekan keabsahan data adalah ketika melaksanakan
penelitian.

N. Validasi Data
Menurut Hopkins, dkk dalam Rochiati (2007, hlm. 168) menjelaskan ada
beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas
antara lain: member check, triangulasi, audit trail.
1. Validasi dengan Member Check
Data-data yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini, kemudian
dilakukan pemeriksaan kembali keterangan-keterangan atau informasi data
yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber siapa pun
yang menjadi nara sumber baik kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa,
orang tua siswa, dan lain 76 sebagainya. Validasi dengan member check, data-
data yang berupa keterangan, informasi, atau penjelasan itu hasilnya bersifat
tetap atau berubah. Apabila datadata yang diperoleh bersifat tetap maka data-
data tersebut kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
2. Validasi dengan Triangulasi
Data-data yang diperoleh dapat juga divalidasi dengan cara triangulasi, yaitu
memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang peneliti lakukan
dengan membandingkan hasil data-data yang diperoleh oleh mitra teman
sejawat yang membantu dalam melakukan penelitian tindakan ini. Selanjutnya
hasil validasi dengan mitra teman sejawat dibandingkan dengan pendapat dan
pandangan siswa tentang aspek yang diteliti. Triangulasi untuk menguji atau
memeriksa keterangan-keterangan, informasi, dan lain-lain di atas dapat dilihat

22
dari sudut pandang peneliti, sudut pandang mitra teman sejawat, dan sudut
pandang siswa.
3. Validasi dengan Audit Trail
Data-data yang diperoleh dapat dilihat kebenarannya dengan melakukan
audit trail, yaitu dengan cara memeriksa data-data yang diperoleh apakah masih
ada yang dapat berupa metode atau prosedur yang dipakai, dan juga
kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan. Validasi data dengan
audit trail dapat dilakukan dengan cara memeriksa atau membandingkan
dengan catatan-catatan yang di tulis oleh peneliti lain dalam melakukan
penelitian tindakan kelas. Validasi data audit trail dapat juga dilakukan dengan
cara meminta pendapat dari orang lain yang ahli dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas, misalnya kakak angkatan terdahulu.

23
DAFTAR PU STAKA

Abidin, dkk. 2017. Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan.


Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi. Aksara.
Anggraena, Yogi. et.al. (2022). Kajian Akademik Kurikulum Untuk Pemulihan
Pembelajaran, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi, hal.iii.
Arikunto Suharsimi. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatanan Praktek.
Jakarta: bina Aksara.
Batubara, M. H., & Herwanis, D. (2020). THE EFFECT OK5R STRATEGY ON
STUDENTS'ACHIEVEMENT IN READING COMPREHENSION AT
THE SMA N 15 TAKENGON BINAAN NENGGERI ANTARA. Jurnal As-
Salam, 4(2), 301-317.
Bungin, B. (2003). Analisa Data Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindon Persada,
Jakarta.
Congos, D H. (2013). The Student Academic Resource Center. [Online]. Diakses
dari https://www.nova.edu/tutoringtesting/study-resources/forms/ok5r-
studysystem.pdf. diakses pada 16 Maret 2019
Darwanto, et.al.(2021). “Penguatan Literasi, Numerasi, dan Adaptasi Teknologi
Pada Pembelajaran di Sekolah (Sebuah Upaya Menghadapi Era Digital dan
Disrupsi)”, Jurnal Eksponen, Vo.11 No.2, hal.27-28.
Gipayana, M. (2004). Pengajaran Literasi dan Penilaian Portofolio dalam Konteks
Pembelajaran Menulis di SD. Jurnal Ilmu Pendidikan, 11(1), 1–12.
Kanusta, Maria. (2021). Gerakan Literasi dan Minat Baca, Pasaman Barat: Cv.Azka
Pustaka, hal.9.
Lestari, N. (2020). Pengaruh Strategi OK5R Terhadap Kemampuan Membaca
Pemahaman Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Lempuing Jaya
Kecamatan Lempuing Jaya. Dialektologi, 5(02), 48-60.
Melati, E., & Putri D.M. (2019). Reading Comprehension of Report Text: The
Effect of OK5R Activities Through Cooperative Learning (Learning
Together) Viewed from Reading Interest At XI Grade Students Of SMAN 1
Rantau Kopar. Journal of English Language Pedagogy, 4, (1). 9-17.
Muhtarom, H., Kurniasih, D., & Andi, A. (2020). Pembelajaran Sejarah yang Aktif,
Kreatif dan Inovatif Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. BIHARI: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN ILMU
SEJARAH, 3(1).

24
Nurul, A. (2021). The Use OK5R (Overview, Key Ideas, Read, Record, Recite,
Review and Reflect) Method In Teaching Reading At Tenth Grade Of SMAN
1 Woja In Academic Year 2020/2021.
Palda, Andi. (2016). Keefektifan Strategi OK5R (Overview, Key Ideals, Read,
Record, Recite, Review Dan Reflect) Dalam Pembelajaran Menulis Paragraf
Eksposisi Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri Bulukumba. Jurnal Retorika:
Volume 9, Nomor 2.
Richards, J. C. and Willy A. Renandya. Methodology in Language Teaching, New
York : Cambridge University Press, 2002.
Rochiati, Wiraatmaja. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Rubin, Dorothy. A Practical Approach to Teaching Reading, Boston: Allyn and
Bacon, 1994.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Septiyantono, Tri. (2013). Literasi Informasi. Cet. 1; Jakarta: Universitas Terbuka,
hal. 18.
Supriyadi. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.
Suryana, S. (2010). Metodologi penelitian: Model praktis penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Susetyo. Benny (2005). Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta: LKIS Pelangi
Aksara.
Sutama, 2000. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui
Pembenahan Gaya Mengajar di SLTP N 18 Surakarta. Yogyakarta: Program
Pasca Sarjana UNY. (tidak diterbitkan)
Tarigan, Henry Guntur. (1990). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Wibowo, T. U. S. H. (2017). Membangun Literasi Sejarah Lokal di Kalangan Siswa
melalui Pembelajaran Sejarah Berbasis Keunikan Toponimi Kawasan Banten
Lama. The 1st International Conference on Language, Literature and
Teaching, 976–986. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui
/handle/11617/8953
Widja, I Gede. (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta metode
pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan

25
Zanah, A. A., & Sumantri, Y. K. Penerapan Brainwriting untuk Meningkatkan
Keterampilan Literasi Membaca Siswa dalam Pembelajaran
Sejarah. FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 10(1), 1-10.
Zuriah, Nurul. (2006). METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL DAN
PENDIDIKAN TeoriAplikasi. Jakarta: Bumi Aksara

26

Anda mungkin juga menyukai