Anda di halaman 1dari 16

1

ANALISIS EFEKTIVITAS GERAKAN LITERASI POJOK


BACA KELAS DI KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 06
PALEMBANG

Nur Izza Herrani


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Email: izzaherrani1@gmail.com

Nurlaeli
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Email: Nurlaeli021163@gmail.com

Miftahul Husni
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Email: Miftahulhusni_uin@radenfatah.ac.id

ABSTRAK
Salah satu program yang dicanangkan oleh beberapa sekolah di Sumatera
Selatan adalah dengan membuat program Gerakan Literasi Pojok Baca. Program
ini juga diaplikasikan di salah satu sekolah dasar yang ada di kota Palembang yaitu
SD Muhammadiyah 06 Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan dan efektivitas dari gerakan literasi pojok baca di kelas IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan sumber data dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian
ini menunjukkan penerapan dari gerakan literasi pojok baca kelas IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang berjalan dengan baik, ditandai dengan selalu
ramainya siswa siswi mengunjungi pojok membaca , semakin lancarnya proses
belajar mengajar di sekolah dan meningkatnya nilai hasil ujian siswa dan siswi
sekolah dasar tersebut.

Kata Kunci : Analisis, Efektivitas, dan Gerakan Literasi Pojok Baca.


2

ABSTRACT

One of the programs launched by several schools in South Sumatra is the


Reading Corner Literacy Movement program. This program is also applied in one
of the elementary schools in the city of Palembang, namely SD Muhammadiyah 06
Palembang. The purpose of this study was to determine the implementation and
effectiveness of the reading corner literacy movement in class IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang. This study uses qualitative methods with data
sources from observation, interviews and documentation. In this study, it shows that
the implementation of the reading corner literacy movement for class IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang is going well, marked by the fact that students are
always busy visiting the reading corner, the smoother the teaching and learning
process at school and the increasing test scores of the elementary school students
and students.

Keywords: Analysis, Effectiveness, and Reading Corner Literacy Movement.


3

PENDAHULUAN
Literasi yang dalam bahasa inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin
yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna
hurufiah literasi berarti kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis.
Seringkali orang yang bisa membaca dan menulis disebut literat, sedangkan orang
yang tidak bisa membaca dan menulis disebut iliterat atau buta aksara. Kern
menjelaskan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Selain itu
literasi juga memiliki kesamaan arti dengan belajar dan memahami sumber bacaan.
Romdhoni menyatakan bahwa literasi merupakan peristiwa sosial yang melibatkan
keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan dan
mendapatkan informasi dalam bentuk tulisan.( Setyawan, 2018, 1)
Menurut Waskim dijelaskan bahwa jenis-jenis literasi meliputi:
1) Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa
media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan
media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan
memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.
2) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik
dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan
baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-
benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.(Waskim,2017, 1)
Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia dan diketahui bahwa
budaya membaca pada anak di Indonesia berada pada tahap yang memprihatinkan.
Data ini deiperoleh setalh dilakukan pengujian salah satunya oleh Trends in
International Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada 50
negara di dunia terhadap para peserta didik kelas II SLTP, menunjukkan prestasi
peserta didik Indonesia hanya mampu meraih peringkat ke 34 dalam kemampuan
bidang matematika dengan nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467.
Sedangkan hasil tes ilmu pengetahuan mereka hanya mampu menduduki peringkat
36 dengan nilai 420 di bawah nilai rata-rata internasional 474
Rendahnya minat baca merupakan masalah bagi bangsa kita yang harus
diselesaikan, karena kurangnya minat baca ini dipengaruhi oleh kurangnya
ketersediaan bahan bacaan. Indonesia sejak tahun 1960-an telah berkembang
Taman Bacaan Masyarakat, tetapi sangat menyedihkan ketika kita mendengar
bahwa dari 7000 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang telah dibina ternyata
5.500 diantara collaps. Untuk itu, telah diselenggarakan sebuah pertemuan TBM
se-Indonesia pada tanggal 10-12 Juli 2005 di Solo. Telah diakui bahwa para
pengelola TBM terutama mereka yang di luar Jawa, yang bertempat di pelosok
pedesaan, selain memiliki kendala dana dalam mengembangkan TBM tersebut,
4

mereka juga kurang memahami bagaimana mengembangkan minat baca yang baik.
(Setyawatira, 2009)
Penyebab rendahnya minat baca adalah lemahnya sarana dan prasarana
pendidikan, kurangnya pengelolaan perpustakaan dan koleksi buku, guru tidak
merencanakan pembelajaran atau media pembelajaran yang dapat mengembangkan
daya baca secara maksimal. Peserta didik masih belum banyak dilatih keterampilan
membaca karena keterbatasan ide strategi pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan daya baca.
Beberapa solusi minat baca peserta didik yaitu proses pembelajaran di
sekolah harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku
dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar
lainnya, menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh
daya beli masyarakat. Dengan demikian, apabila harga buku dapat terjangkau, maka
minat membeli buku bacaan oleh pembeli akan menjadi tinggi, dan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan minat baca pada peserta didik baik
di rumah maupun di sekolah. Di sekolah, guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk menceritakan kembali buku yang telah dibaca dan mengadakan lomba
meresensi buku. Solusi lainnya yang dapat tengah diterapkan saat ini adalah dengan
membuat “Gerakan Literasi”.
Menurut Sutrianto, “Gerakan Literasi adalah sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh yang dilakukan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa pembiasaan literasi di sekolah membutuhkan suatu pelibatan
publik yang pasif untuk mensukseskan lingkungan yang literat di sekolah.
(Sutrianto, 2016, 2)
Menurut Kemendikbud, “Gerakan Literasi merupakan suatu usaha atau
kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik,
guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah,
orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat
(tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll),
dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.” (Wiedarti, 2016,
7). Contoh Gerakan literasi yang dapat diterapkan di banyak sekolah yaitu dengan
membuat “Pojok baca”.
Reading corner atau pojok membaca yang akan dibahas di sini merupakan
tempat di dalam kelas yang difungsikan sebagai penempatan bahan pustaka untuk
menumbuhkan minat membaca dan kecakapannya dalam belajar dan mudah
dijangkau oleh peserta didik. Marg berpendapat bahwa pojok membaca merupakan
sebuah ruangan yang nyaman untuk peserta didik duduk dan membaca yang dimana
terdapat meja dan tali tipis yang diikat pada dinding untuk meletakkan buku-buku.
Marg juga menjelaskan bahwa pojok membaca dengan perpustakaan berbeda,
karena menurutnya pojok membaca menggunakan sudut kelas mereka yang mana
buku mudah diakses dan mereka juga memiliki kebebasan untuk memilih buku
yang menarik bagi mereka.(Rofi’uddin, 2017) Perpustakaan pojok atau pojok
membaca atau sudut membaca merupakan sebuah perpustakaan kecil yang terdapat
5

di sudut ruang kelas, kemudian sudut tersebut difungsikan sebagai tempat untuk
membaca dengan bahan bacaan yang tersusun rapi sesuai dengan usia peserta didik,
tidak hanya buku bacaan, namun sudut baca juga dihiasi dengan berbagai macam
kreasi yang bertujuan untuk menarik minat membaca peserta didik.(Handayani,
2019) Buku atau sumber pustaka yang ada di pojok membaca berupa buku dongeng,
buku cerita, buku pelajaran. Buku di pojok membaca adalah buku yang sesuai
dengan masa pertumbuhan usia anak (Antoro, 2017, 65).
Diadakannya program pojok baca agar meningkatkan kembali minat baca
peserta didik sehingga peserta didik tidak perlu lagi untuk datang ke perpustakaan,
karena dengan adanya pojok baca di kelas dapat mempermudah peserta didik
membaca buku dan mengerjakan tugas tanpa harus datang ke perpustakaan. Salah
satu insitusi Pendidikan yang saat ini menerapkan program pojok membaca adalah
SD Muhammadiyah 06 Palembang. Pelaksanaan program pojok baca oleh SD
Muhammadiyah 06 Palembang diharapkan akan merangsang peserta didik untuk
lebih meningkatkan minat membaca sehingga memiliki daya pikir yang baik.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, efektivitas gerakan
literasi pojok baca kelas di kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang di bulan
maret yang didapati beberapa masalah diantaranya, sebagian peserta didik tidak
membaca ketika literasi telah dimulai, kemudian peneliti melihat peserta didik
masih ada yang belum lancar membaca. Hal ini menindikasikan bahwa gerakan
literasi pojok baca kelas di kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang masih
belum efektif. Suatu metoda dapat diukur keefektivitasannya berdasarkan dari
tercapainya tujuan(Handayaningrat,1996,16)(Muhidin,2009), tingkat keberhasilan,
ketepatgunaan(Sejathi,2011) dan seberapa jauh target dan pencapaian yang
didapatkan dari suatu metoda(Hidayat,1986).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukannya pada
masa sekarang gerakan literasi harus semakin ditingkatkan. Maka peneliti akan
melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas Di
Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dimana data
yang dikumpulkan adalah “Berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.”(Moleong,2016)
Sebagaimana yang dikemukakan Moleong menyebutkan bahwa “Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.”(Siregar,2013)
Berdasarkan pengertian diatas penggunaan metode kualitatif sangatlah tepat
untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan analisis efektivitas
gerakan literasi pojok baca, karena metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji
dalam kasus-kasus tertentu.
6

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 06 Palembang.


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama 8 hari, beberapa
peserta didik minat dalam membaca kurang dan hanya beberapa peserta didik yang
sangat suka untuk membaca.

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian


langsung terhadap kondisi lingkungan dan situasi objek penelitian yang mendukung
kegiatan penelitian.(Moleong,2016) Observasi adalah sebagai pengambilan data
dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk keperluan
tersebut.
Observasi penelitian ini dilakukan dengan cara partisipan maupun non
partisipan untuk pengumpulan data dilakukan terjun dan melihat langsung ke
lapangan terhadap objek yang diteliti.
Dalam hal ini, lokasi observasi adalah di SD Muhammadiyah 06 Palembang
guna mengumpulkan data atau informasi tentang efektivitas gerakan literasi pojok
baca kelas di kelas IV.
Adapun dilakukan oleh peneliti yang diobservasi, sebagai berikut:
a. Rutinitas guru di kelas dan di kantor.
b. Rutinitas anak di dalam dan di luar kelas.
c. Keadaan Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang.

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan peneliti bertukar informasi dan


ide melalui tanya jawab sehingga dapat dijelaskan dalam makna suatu
topik.(Hikmawati,2017) Peneliti melakukan wawancara kepada, sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 06 Palembang.
b. Guru Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang.
c. Peserta Didik Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang.

Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan


mengumpulkan beberapa dokumen yang berkaitan dengan masalah
penelitian.(Kamardana,2021) Peneliti melakukan dokumentasikan, sebagai berikut:
a. Sejarah SD Muhammadiyah 06 Palembang.
b. Struktur Organisasi SD Muhammadiyah 06 Palembang.
c. Jumlah Peserta Didik Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang.

Analisis data adalah proses mencari, mengolah, menyusun data secara


sistematis yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
menjalankan sintesa, membangun ke dalam pola, menelaah dan memilih antara
yang penting atau yang tidak penting untuk dipelajari, kemudian yang terakhir
adalah membuat kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini, peneliti menggunakan analisis
data model Miles dan Huberman. Berikut yang telah dikemukakan oleh Miles
dan Huberman berkaitan dengan analisis data :
7

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Setelah data diperoleh dari lapangan, data akan masih rumit, dan
kompleks karena banyak. Maka untuk itu diperlukan dengan adanya analisis data
dengan cara reduksi data. Mereduksi data merupakan merangkum, dan memilih
data tentang Efektivitas Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas serta memfokuskan
pada Efektivitas Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas. Dengan adanya reduksi data
akan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah melalui reduksi data, selanjutnya adalah untuk penyajian data.
Dalam penelitian kualitatif ini, data yang diperoleh tentang Efektivitas Gerakan
Literasi Pojok Baca Kelas dipaparkan dalam bentuk uraian yang singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart (diagram alur) dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing/verification)
Tahap ketiga setelah reduksi data dan penyajian data adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan awal dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Dengan demikian, penarikan kesimpulan pada penelitian ini bisa saja
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal atau bahkan tidak,
karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pelaksanaan Dari Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas di Kelas IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang
Program Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud mengartikan
kemampuan berliterasi sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai kegiatan, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. Salah satu akses
literasi ini adalah pojok baca kelas sebagai perpustakaan mini yang dihadirkan
dalam kelas sehingga lebih mendekatkan dan mengakrabkan lagi peserta didik
dengan bahan bacaannya. Gerakan literasi pojok baca di tingkat SD merupakan
masa penanaman pembiasaan yang baik, jika dibiasakan membaca sejak awal
maka peserta didik akan terus terbiasa dan tanpa diperintah pun ia akan dengan
sendirinya membaca, karena sudah menjadi suatu kebutuhan dan keharusan
baginya.(Aswat,2022)
Untuk lebih mengetahui tentang penerapan dari gerakan literasi pojok
baca kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang. Peneliti melakukan
wawancara kepala sekolah yaitu Ibu Humaro, S.Pd, beliau mengungkapkan :
“Latar belakang gerakan literasi pojok baca adalah untuk pengembangan
peserta didik dalam meningkatkan minat membaca dan kecerdasan dari
peserta didik tersebut. Gerakan Literasi Pojok Baca ini sangat penting,
jadi pihak sekolah itu selalu mengarahkan kepada peserta didik supaya
rajin membaca selain buku yang berada di pojok baca, peserta didik juga
harus membaca di perpustakaan. Di perpustakaan juga ada jam-jamnya
8

dan diatus oleh petugas perpustakaan. Di sekolah ini menerapkan dengan


sistem penyesuai tema dengan tingkatan tertentu dari rendah sampai
tinggi. Sekolah ini memulai gerakan literasi pojok baca dari tahun 2013,
setelah Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) telah
dikeluarkan. Guru-guru disini terutama guru kelas telah melaksanakan
pembinaan mengenai gerakan literasi pojok baca untuk meningkatkan
pemahaman tentang gerakan tersebut. Kemudian ada tim khusus untuk
menangani gerakan literasi pojok baca yang ada di setiap kelas sebagai
pengawas peningkatan mutu minat baca peserta didik. Target yang harus
kita capai karena berkaitan dengan Literasi Pojok Baca yaitu seperti
Olimpiade-olimpiade. Olimpiade-olimpiade itu banyak soal-soal cerita
sehingga anak-anak itu memikirkan kepada soal cerita itu, menjawabnya
bagaimana. Pelaksanaan pojok baca di kelas kadang-kadang guru itu
menyuruh anak waktu pembelajaran ada juga, kadang-kadang guru itu
mungkin anak-anak bosan di perpustakaan mereka baca untuk istirahat
di kelas. Jadi itu manfaatnya, sehingga mengurangi kepadatan anak-anak
di perpustakaan. Kendalanya, yang pertama mungkin anak-anak masih
banyak yang belum mencintai membaca. Dan sekolah mungkin tidak
100%. Sedangkan kami ingin anak-anak ini 100% untuk mencintai
membaca dalam literasi pojok baca ini. Dengan pengarahan-pengarahan,
mudah-mudahan kedepannya bisa lebih bagus. Kedua, belum
lengkapnya jumlah buku yang ada di pojok baca.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada para wali kelas IV


untuk mengetahui proses berjalannya gerakan literasi pojok baca. Peneliti
mewawancari Ibu Siti Fatimah, S.Ag selaku wali kelas IV.A, ia mengatakan :
“Menurut saya gerakan literasi ini artinya membaca dengan tujuan
supaya peserta didik bisa memahami segala hal dari yang tidak paham
menjadi paham. Dengan gerakan literasi ini, maka bertujuan untuk
peserta didik bermain gadget dan meningkatkan pengetahuannya.
Gerakan ini tidak mempunyai waktu khusus, saya hanya mengajak
peserta didik untuk selalu membaca buku ketika waktu kosong atau
waktu istirahat dan tidak memaksa. Dikarenakan setiap pelajaran selalu
monoton atau tetap, maka di pojok baca disediakan buku bacaan seperti
buku bergambar fiksi dan non fiksi.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Dwi Anggraini, S.Pd selaku wali


kelas IV.B, ia mengatakan :
”Gerakan literasi pojok baca yaitu kegiatan membaca ketika sebelum
belajar dan ketika waktu luang. Tujuan gerakan ini untuk memancing
minat baca peserta didik sebagai menambahkan ilmu yang diperoleh.
Waktu pelaksanakan gerakan literasi ini biasanya saat menunggu waktu
pelajaran dan waktu istirahat. Buku yang disediakan dalam gerakan
pojok baca di kelas ini yaitu buku cerita, non fiksi dan buku
pembelajaran.”
9

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Lhopi Candriani, S.Pd selaku


wali kelas IV.C, ia mengatakan :
“Menurut saya gerakan literasi di sekolah adalah gerakan dimana peserta
didik membiasakan diri membaca. Tujuan dari gerakan ini
menambahkan wawasan dan pengetahuan peserta didik. Waktu
pelaksanaan dari gerakan ini ketika waktu istirahat pelajaran. Di kelas ini
kebanyakan buku dongeng dan ilmu pengatahuan untuk melaksanakan
gerakan literasi pojok baca.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Mariah, S.Ag selaku wali kelas


IV.D, ia mengatakan :
“Menurut saya gerakan literasi yaitu suatu gerakan untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan peserta didik. Tujuan dari gerakan ini untuk membuat
peserta didik suka dalam membaca buku pembelajaran maupun cerita.
Waktu pelaksanaan dari gerakan ini ketika waktu sebelum pembelajaran.
Buku yang disediakan di kelas ini yaitu buku pembelajaran, seperti buku
keagamaan, puisi dan cerita rakyat.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Istalizah, S.S selaku wali kelas


IV.E, ia mengatakan :
“Gerakan literasi adalah suatu gerakan untuk menumbuhkan minat baca
peserta didik tentang ilmu pengetahuan dan menambahkan keahlian
membaca yang baik. Tujuan dari gerakan ini untuk membuat peserta
didik membaca dengan baik dan benar. Waktu pelaksanaan dari gerakan
literasi ketika waktu sebelum pembelajaran dimulai dan waktu pulang
sekolah sambil menunggu orang tua peserta didik menjemput anaknya.
Buku yang disediakan sangat beragam dari fiksi maupun non fiksi,
disebabkan peserta didik suka bermain maka yang dibaca mereka yaitu
buku dongeng dan cerita.”

Kemudian peneliti mewawancarai peserta didik untuk lebih mengetahui


penerapan gerakan literasi pojok baca di Kelas IV SD Muhammadiyah 06
Palembang. Peneliti mewawancarai Danish selaku peserta didik di kelas IV.A,
dia mengungkapkan :
“Kami di kelas ini memulai gerakan literasi biasa dari jam 10.10 WIB.
Saya dan teman-teman saya sangat suka dengan buku yang disediakan,
kami sangat suka membaca buku cerita bergambar.”

Hal ini juga sama dengan yang disampaikan dalam wawancara bersama
Safaraz selaku peserta didik Kelas IV.B, dia mengungkapkan :
“Kami biasanya membaca ketika waktu kosong, setelah pembelajaran
maupun sebelum. Kami sangat suka dengan buku yang disediakan,
karena bergambar, berwarna dan ceritanya menarik.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai Annisa selaku peserta didik Kelas


IV.C, dia mengungkapkan :
10

“Kami biasanya memulai gerakan literasi dari jam 10.00 WIB, ketika jam
pulang sekolah. Saya suka dengan buku yang disediakan, karena sangat
menarik untuk dibaca.”

Selanjutnya hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di Kelas IV


SD Muhammadiyah 06 Palembang, mendapatkan bahwasanya seluruh kelas IV
sudah melaksanakan gerakan literasi pojok baca dengan baik. Buku yang
disediakan di setiap kelas sudah cukup lengkap dari buku fiksi dan non fiksi.
Peserta didik di kelas IV sering membaca ketika waktu kosong dan sebelum
orang tuanya menjemput.
Setiap guru kelas memiliki cara yang berbeda-beda dalam melaksanakan
gerakan literasi pojok baca kelas di kelas IV, guru kelas menggunakan waktu
luang sebagai pelaksanaan gerakan literasi pojok baca. Para guru kelas juga
selalu mengajak peserta didiknya untuk selalu membaca ketika waktu luang,
karena sedikitnya waktu untuk pelaksanaan literasi pojok baca.

B. Efektivitas Dari Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas di Kelas IV SD


Muhammadiyah 06 Palembang
Minat membaca adalah tingkat kesenangan yang kuat dari seseorang
dalam melakukan kegiatan membaca karena kegiatan tersebut menyenangkan
dan memberi nilai positif kepadanya. Itu berarti sebagai sebuah aktivitas yang
bernilai positif, membaca sebagai sebuah minat diberi perhatian yang serius
melebihi aktivitas-aktivitas lainnya. Minat baca ditunjukkan oleh adanya
keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki
minat baca yang tinggi senantiasa mengisi waktu-waktu luangnya dengan
membaca. Orang yang demikian senantiasa haus akan bacaan. Berbeda halnya
dengan orang yang memiliki minat baca yang rendah. Orang yang demikian
biasanya enggan untuk melakukan kegiatan membaca.
Untuk mengetahui seberapa efektifnya gerakan literasi pojok baca di
Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang, peneliti mewawancarai beberapa
wali kelas dan pesera didik kelas IV. Peneliti mewawancarai Ibu Siti Fatimah,
S.Ag selaku wali kelas IV.A, ia mengatakan :
“Untuk saat ini gerakan literasi pojok sudah berjalan sangat baik.
Sedangkan untuk buku yang sudah lengkap dari buku pembelajaran,
cerita dan bergambar. Fasilitas yang disediakan beragam dari buku yang
disediakan di kelas dan di perpustakaan. Kendala yang dihadapi saat
gerakan literasi yaitu beberapa peserta didik masih malas untuk
membaca, maka disinilah tugas wali kelas untuk meningkatkan minat
baca dari peserta didik.”
Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Dwi Anggraini, S.Pd selaku wali
kelas IV.B, ia mengatakan :
“Untuk saat ini gerakan literasi pojok baca di kelas masih belum berjalan
efektif, karena kekurangan waktu yang disebabkan oleh pandemi. Buku
yang disediakan untuk pojok baca dikelas sudah bisa dibilang lengkap.
Fasilitas yang dimiliki sudah mendukung untuk membuat peserta didik
semangat membaca, dari pojok bacanya dibuat menarik dan disediakan
tempat khusus untuk membaca. Kendala yang saya hadapi yaitu waktu
pelaksanaan kurang dan kurangnya minat baca peserta didik.”
11

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Lhopi Candriani, S.Pd selaku


wali kelas IV.C, ia mengatakan :
“Gerakan literasi pojok baca di kelas ini sudah berjalan dengan baik,
tetapi masih ada kekurangan waktu dan tidak sama dengan sebelum masa
pandemi. Alhamdulillah buku di kelas ini sudah lengkap dari buku
pembelajaran, buku fiksi dan buku non fiksi. Dari sekolah sudah
menyediakan fasilitas yang baik, dari rak buku, buku yang lengkap serta
tempat membaca yang nyaman. Di kelas ini tidak ada kendala dalam
gerakan literasi, karena peserta didik memiliki minat baca yang tinggi.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Mariah, S.Ag selaku wali kelas


IV.D, ia mengatakan :
“Gerakan literasi pojok baca di kelas saya masih kurang efektif,
disebabkan pojok baca di kelas masih baru dibuat. Di kelas ini untuk
buku bacaan masih belum lengkap. Fasilitas di kelas saya ini termasuk
sedikit, hanya ada rak untuk buku dan beberapa buku. Kendala yang saya
hadapi yaitu kurangnya buku yang tersedia dan pojok baca disini masih
baru.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Istalizah, S.S selaku wali kelas


IV.E, ia mengatakan :
“Gerakan literasi di kelas sejak masa pandemi kurang maksimal, tetapi
sebelum pandemi sangat berjalan dengan baik. Buku di kelas ini sudah
lengkap. Fasilitas disini sangat mendukung, karena dari buku sudah
lengkap, tempat membaca sangat menyenangkan dan nyaman. Kendala
yang saya hadapi yaitu ada beberapa peserta didik yang masih belum
lancar, minat baca peserta didik dan waktu yang disediakan kurang.”

Kemudian peneliti mewawancarai peserta didik untuk lebih mengetahui


hasil efektivitas gerakan literasi pojok baca di Kelas IV SD Muhammadiyah 06
Palembang. Peneliti mewawancarai Danish selaku peserta didik di kelas IV.A,
dia mengungkapkan :
“Setiap gerakan literasi dimulai saya sangat suka membaca buku
bergambar dan buku cerita yang bermakna. Saya juga lebih suka
membaca buku di kelas, kalau di perpustakaan suka sepi.”

Hal ini juga sama dengan yang disampaikan dalam wawancara bersama
Safaraz selaku peserta didik Kelas IV.B, dia mengungkapkan :
“Saya sangat suka membaca buku cerita yang bergambar. Dalam
membaca lebih sering di kelas daripada di perpustakaan dan saya lebih
suka membaca di kelas.”
Selanjutnya Peneliti mewawancarai Annisa selaku peserta didik di kelas
IV.C, dia mengungkapkan :
“Saya sangat suka membaca buku cerita bergambar maupun tidak
bergambar dan buku pembelajaran. Saya lebih sering membaca di kelas
daripada di perpustakaan dan lebih suka membaca di kelas.”
12

Selanjutnya dari pengamatan yang dilakukan peneliti mengenai


efektivitas gerakan literasi pojok baca di Kelas IV SD Muhammadiyah 06
Palembang. Para peserta didik sangat senang membaca di waktu luang,
peningkatan nilai dari hasil ujian yang telah dilaksanakan dan bertambah
lancarnya peserta didik dalam membaca. Di sisi lain ada juga peserta didik yang
malas untuk membaca buku ketika waktu luang atau yang telah disediakan.
C. Pembahasan
1. Pelaksanaan Dari Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas di Kelas IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang
Setelah peneliti menyampaikan pembahasan hasil data yang telah
dikumpulkan, maka terkait dengan rumusan masalah. Memahami
pelaksanaan dari gerakan literasi pojok baca ini sangat berpengaruh dalam
perkembangan minat baca peserta didik. Guru kelas memiliki tanggung jawab
dalam berjalannya gerakan literasi pojok baca kelas di kelas IV, maka guru
kelaslah sebagai kunci kesuksesan pelaksanaan gerakan literasi pojok baca
kelas di kelas IV.
Pelaksanaan gerakan literasi pojok baca di SD Muhammadiyah 06
dimulai sejak tahun 2013, setelah Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan
(Permendikbud) dikeluarkan. Sejak saat itu dibuat tim khusus yang
mengawasi perkembangan gerakan literasi pojok baca di setiap kelas di SD
Muhammadiyah 06 Palembang.
Sejak datangnya pandemi Covid-19 yang menyebabkan keterbatasan
dalam pembelajaran di sekolah, maka berkurang juga waktu pelaksanan
gerakan literasi pojok baca. Perubahan waktu yang sebelumnya lama, maka
menjadi sedikit dan berakibat menggunakan waktu ketika istirahat
pembelajaran maupun pulang sekolah.
Dengan dukungan ketersedian buku dari pihak sekolah, maka
pelaksanaan gerakan literasi berjalan dengan baik. Buku yang lengkap dari
buku pembelajaran, buku cerita bergambar dan buku cerita tidak bergambar
membuat peserta didik bebas untuk memilih buku yang dibaca. Diselang
waktu luang peserta didik menyempatkan untuk membaca buku yang telah
disediakan, walaupun beberapa peserta didik yang tidak menggunakan waktu
luang tersebut.
Pelaksanaan dari gerakan literasi pojok baca kelas yang dilaksanakan
di SD Muhammadiyah 06 Palembang terutama di kelas IV mempunyai tujuan
yang meliputi :
a. Membuat peserta didik untuk mengurangi bermain gadget, dimana pada
zaman sekarang banyaknya anak-anak yang sibuk bermain gadget. Hal ini
sejalan dengan perkataan Ibu Siti Fatimah, S.Ag yaitu dengan peserta didik
rajin membaca buku, maka berkurang rasa ingin bermain gadget.
b. Meningkatkan minat baca dari peserta didik, yaitu membuat peserta didik
lebih rajin membaca buku baik buku pembelajaran maupun buku cerita
untuk kemajuan keberhasilan pembelajaran.
c. Menambahkan wawasan peserta didik, sebagian peserta didik terkadang
merasa kurang dengan hasil pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan
mereka suka mengisi waktu luang dengan mambaca.
d. Menumbuhkan rasa suka peserta didik dalam membaca, kebanyakan
peserta didik malas untuk membaca yang membuat menurunnya
13

keberhasilan dari pembelajaran. Pelakasanaan gerakan literasi pojok baca


kelas ini membuat peserta didik untuk suka membaca walaupun
membutuhkan proses lama.
e. Membuat peserta didik membaca dengan baik dan lancar, menurunnya
kemampuan membaca dari peserta didik yang membuat keberhasilan
pembelajaran menjadi rendah. Dari peserta didik yang kurang mampu
membaca sampai tidak membaca, dengan pelaksanaan gerakan literasi
pojok baca ini bisa meningkatkan keahlian membaca dari peserta didik.

2. Efektivitas dari Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas di Kelas IV SD


Muhammadiyah 06 Palembang
Efektivitas yaitu keberhasilan atau pencapaian dari program maupun
gerakan yang telah dilaksanakan. Gerakan literasi pojok baca kelas dapat
dibilang efektif bila peserta didik berkembang menjadi lebih baik, dari
awalnya belum lancar membaca menjadi lancar dalam membaca buku.
Peningkatan hasil pembelajaran yang diperoleh salah satu dari efektifnya dari
gerakan literasi pojok baca kelas.
Gerakan literasi pojok baca kelas di SD Muhammadiyah 06
Palembang terutama di kelas IV sudah efektif, ini dapat dilihat dari
keberhasilan pencapaian pembelajaran di setiap kelas IV. Peserta didik yang
sebelumnya belum lancar membaca kini menjadi lancar dan baik, dan hasil
dari pembelajaran yang terus meningkat. Dengan adanya gerakan literasi
pojok baca inilah semua peserta didik selalalu membaca buku, baik buku
pembelajaran maupun buku cerita. Peserta didik juga bisa mengambil makna
dan pembelajaran dari buku cerita bergambar maupun tidak bergambar yang
mereka baca.
Pihak SD Muhammadiyah 06 Palembang telah menyediakan buku
yang lengkap dari buku pembelajaran, buku cerita bergambar dan tidak
bergambar. Dengan lengkapnya buku ini maka gerakan literasi pojok baca di
kelas IV berjalan dengan efektif, para peserta didik bebas untuk memiliki
buku yang disediakan. Kebanyakan peserta didik membaca buku cerita
bergambar maupun tidak bergambar, setiap peserta didik dapat mengambil
makna dari buku yang telah dibaca.
Fasilitas yang disediakan pihak sekolah untuk mengefektifkan
gerakan literasi pojok baca sangat baik. Fasilitas yang disediakan pihak
sekolah, sebagai berikut :
a. Tempat yang nyaman
Setiap kelas IV dibuat tempat khusus untuk peserta didik membaca
buku, disediakan meja dan kursi khusus untuk membaca ketika waktu
luang. Pemandangan dinding yang menarik, membuat peserta didik senang
untuk membaca disana dan dilengkapin AC sebagai pendingin ruang yang
membuat peserta didik tidak kepanasan.
b. Rak yang rapi
Setiap kelas mempunyai rak khusus untuk meletakkan buku untuk
dibaca, rak yang bersih dan buku tertata rapi. Setiap buku dikelompokkan
dari buku pembelajaran, buku cerita bergambar dan tidak bergambar,
membuat peserta didik mudah untuk memilih buku yang ingin mereka
baca.
14

c. Buku yang lengkap


Pembelajaran yang monoton membuat peserta didik merasa bosan,
menyebabkan peserta didik tidak bersemangat. Dengan begitu pihak
sekolah melengkapi buku di pojok baca setiap kelas, bukan hanya buku
pembelajaran. Disebabkan peserta didik masih masa pertumbuhan dan
suka bermain, kebanyakan membaca buku cerita bergambar yang
disebabkan menarik untuk dibacanya.
Dalam proses gerakan literasi mempunyai kendala yang dihadapi,
antara lain, beberapa peserta didik masih belum lancar membaca dan
kurangnya minat membaca peserta didik. Dengan kendala inilah para guru
kelas mempunyai solusi untuk mengefektifkan gerakan literasi pojok baca
kelas di kelas IV, sebagai berikut :
a. Mengajak peserta didik membaca buku dengan perlahan.
b. Mengajarkan peserta didik membaca dengan lancar dan baik.
c. Membuat hal yang menarik untuk memancing minat baca peserta didik.
GAMBAR DAN TABEL

Wawancara

Sumber Data
Observasi Sama

Dokumentasi
Gambar 1.0 : Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi Data Verifikasi/Penarikan


Kesimpulan

Gambar 1.1 : Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman


15

Gambar 1.2 Peserta Didik Membaca Buku pada waktu istirahat


SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian pada bab-bab terdahulu, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan dari gerakan literasi pojok baca kelas IV SD Muhammadiyah 06
Palembang sudah sangat baik. Wali kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang
sudah sangat paham terhadap gerakan literasi pojok baca. Buku yang disediakan
oleh pihak sekolah sudah mencukupi untuk gerakan literasi pojok baca. Peserta
didik suka membaca ketika waktu luang, walaupun masih ada beberapa peserta
didik yang masih malas untuk membaca. Peserta didik lebih suka dengan buku
cerita bergambar dan ada juga yang membaca buku pembelajaran.
2. Efektivitas dari gerakan literasi pojok baca kelas IV SD Muhammadiyah 06
Palembang dilihat dari hasil wawancara yang penulis laksanakan hasilnya sudah
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Antoro, Billy. Gerakan Literasi Sekolah Dari Pucuk Hingga Akar, Direktorat
Jendaral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta. hlm. 65. 2017
Aswat, Hijrawatil dan Andi Lely Nurmaya, Analisis Gerakan Literasi Pojok Baca
Kelas Terhadap Eksistensi Daya Anak Di Sekolah. Jurnal Basicedu Volume 4
No 1. Januari 2022
Handayani, Fathia Nahdli. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Melalui Sudut
Baca pada Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Zhafira Keboansikep, Gedangan,
Sidoarjo. UIN Sunan Ampel Surabaya.2019
Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
CV. Haji Masagung. Jakarta. hlm. 16. 1994
Hidayat. Teori Efektifitas dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. 1986
Hikmawati, Fitri. Metode Penelitian. Depok: PT Raja Grafindo Persada. 2017
16

Kamardana, G dkk. Efektivitas Gerakan Literasi Pojok Baca Dan Hasil Belajar Di
Kelas V SD Gugus II Tejakula Tahun 2019/2020. Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia Volume 10 No 10. Agustus 2021
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2016
Muhidin, Ali. Konsep Efektivitas Pembelajaran, Pustaka Setia. Bandung. 2009
Rofi’uddin, Moh Adib. Hermintoyo. Pengaruh Pojok Baca Terhadap Peningkatan
Minat Baca Siswa di SMP Negeri 3 Pati. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Universitas
Diponegoro. 2017
Sejathi, Faktor Penentu Efektivitas Pembelajaran, 2011
Setyawan, Ibnu Adji. Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi. hlm. 1. 2018
Setyawatira, Rina. “Kondisi Minat Baca di Indonesia”. Volume 16 No 1. 2009
Siregar, Syofian. Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2013
Sutrianto dkk. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMA. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. hlm. 2. Jakarta. 2016
Waskim. Optimalisasi Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan. hlm. 1. 2017
Wiedarti, dkk. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
hlm. 7. Jakarta. 2016

Anda mungkin juga menyukai