Nurlaeli
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Email: Nurlaeli021163@gmail.com
Miftahul Husni
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Email: Miftahulhusni_uin@radenfatah.ac.id
ABSTRAK
Salah satu program yang dicanangkan oleh beberapa sekolah di Sumatera
Selatan adalah dengan membuat program Gerakan Literasi Pojok Baca. Program
ini juga diaplikasikan di salah satu sekolah dasar yang ada di kota Palembang yaitu
SD Muhammadiyah 06 Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan dan efektivitas dari gerakan literasi pojok baca di kelas IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan sumber data dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian
ini menunjukkan penerapan dari gerakan literasi pojok baca kelas IV SD
Muhammadiyah 06 Palembang berjalan dengan baik, ditandai dengan selalu
ramainya siswa siswi mengunjungi pojok membaca , semakin lancarnya proses
belajar mengajar di sekolah dan meningkatnya nilai hasil ujian siswa dan siswi
sekolah dasar tersebut.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Literasi yang dalam bahasa inggrisnya literacy berasal dari bahasa Latin
yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika dilihat dari makna
hurufiah literasi berarti kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis.
Seringkali orang yang bisa membaca dan menulis disebut literat, sedangkan orang
yang tidak bisa membaca dan menulis disebut iliterat atau buta aksara. Kern
menjelaskan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Selain itu
literasi juga memiliki kesamaan arti dengan belajar dan memahami sumber bacaan.
Romdhoni menyatakan bahwa literasi merupakan peristiwa sosial yang melibatkan
keterampilan-keterampilan tertentu, yang diperlukan untuk menyampaikan dan
mendapatkan informasi dalam bentuk tulisan.( Setyawan, 2018, 1)
Menurut Waskim dijelaskan bahwa jenis-jenis literasi meliputi:
1) Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa
media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan
media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan
memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.
2) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik
dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan
baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-
benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.(Waskim,2017, 1)
Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia dan diketahui bahwa
budaya membaca pada anak di Indonesia berada pada tahap yang memprihatinkan.
Data ini deiperoleh setalh dilakukan pengujian salah satunya oleh Trends in
International Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada 50
negara di dunia terhadap para peserta didik kelas II SLTP, menunjukkan prestasi
peserta didik Indonesia hanya mampu meraih peringkat ke 34 dalam kemampuan
bidang matematika dengan nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467.
Sedangkan hasil tes ilmu pengetahuan mereka hanya mampu menduduki peringkat
36 dengan nilai 420 di bawah nilai rata-rata internasional 474
Rendahnya minat baca merupakan masalah bagi bangsa kita yang harus
diselesaikan, karena kurangnya minat baca ini dipengaruhi oleh kurangnya
ketersediaan bahan bacaan. Indonesia sejak tahun 1960-an telah berkembang
Taman Bacaan Masyarakat, tetapi sangat menyedihkan ketika kita mendengar
bahwa dari 7000 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang telah dibina ternyata
5.500 diantara collaps. Untuk itu, telah diselenggarakan sebuah pertemuan TBM
se-Indonesia pada tanggal 10-12 Juli 2005 di Solo. Telah diakui bahwa para
pengelola TBM terutama mereka yang di luar Jawa, yang bertempat di pelosok
pedesaan, selain memiliki kendala dana dalam mengembangkan TBM tersebut,
4
mereka juga kurang memahami bagaimana mengembangkan minat baca yang baik.
(Setyawatira, 2009)
Penyebab rendahnya minat baca adalah lemahnya sarana dan prasarana
pendidikan, kurangnya pengelolaan perpustakaan dan koleksi buku, guru tidak
merencanakan pembelajaran atau media pembelajaran yang dapat mengembangkan
daya baca secara maksimal. Peserta didik masih belum banyak dilatih keterampilan
membaca karena keterbatasan ide strategi pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan daya baca.
Beberapa solusi minat baca peserta didik yaitu proses pembelajaran di
sekolah harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku
dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar
lainnya, menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh
daya beli masyarakat. Dengan demikian, apabila harga buku dapat terjangkau, maka
minat membeli buku bacaan oleh pembeli akan menjadi tinggi, dan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan minat baca pada peserta didik baik
di rumah maupun di sekolah. Di sekolah, guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk menceritakan kembali buku yang telah dibaca dan mengadakan lomba
meresensi buku. Solusi lainnya yang dapat tengah diterapkan saat ini adalah dengan
membuat “Gerakan Literasi”.
Menurut Sutrianto, “Gerakan Literasi adalah sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh yang dilakukan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa pembiasaan literasi di sekolah membutuhkan suatu pelibatan
publik yang pasif untuk mensukseskan lingkungan yang literat di sekolah.
(Sutrianto, 2016, 2)
Menurut Kemendikbud, “Gerakan Literasi merupakan suatu usaha atau
kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik,
guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah,
orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat
(tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll),
dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.” (Wiedarti, 2016,
7). Contoh Gerakan literasi yang dapat diterapkan di banyak sekolah yaitu dengan
membuat “Pojok baca”.
Reading corner atau pojok membaca yang akan dibahas di sini merupakan
tempat di dalam kelas yang difungsikan sebagai penempatan bahan pustaka untuk
menumbuhkan minat membaca dan kecakapannya dalam belajar dan mudah
dijangkau oleh peserta didik. Marg berpendapat bahwa pojok membaca merupakan
sebuah ruangan yang nyaman untuk peserta didik duduk dan membaca yang dimana
terdapat meja dan tali tipis yang diikat pada dinding untuk meletakkan buku-buku.
Marg juga menjelaskan bahwa pojok membaca dengan perpustakaan berbeda,
karena menurutnya pojok membaca menggunakan sudut kelas mereka yang mana
buku mudah diakses dan mereka juga memiliki kebebasan untuk memilih buku
yang menarik bagi mereka.(Rofi’uddin, 2017) Perpustakaan pojok atau pojok
membaca atau sudut membaca merupakan sebuah perpustakaan kecil yang terdapat
5
di sudut ruang kelas, kemudian sudut tersebut difungsikan sebagai tempat untuk
membaca dengan bahan bacaan yang tersusun rapi sesuai dengan usia peserta didik,
tidak hanya buku bacaan, namun sudut baca juga dihiasi dengan berbagai macam
kreasi yang bertujuan untuk menarik minat membaca peserta didik.(Handayani,
2019) Buku atau sumber pustaka yang ada di pojok membaca berupa buku dongeng,
buku cerita, buku pelajaran. Buku di pojok membaca adalah buku yang sesuai
dengan masa pertumbuhan usia anak (Antoro, 2017, 65).
Diadakannya program pojok baca agar meningkatkan kembali minat baca
peserta didik sehingga peserta didik tidak perlu lagi untuk datang ke perpustakaan,
karena dengan adanya pojok baca di kelas dapat mempermudah peserta didik
membaca buku dan mengerjakan tugas tanpa harus datang ke perpustakaan. Salah
satu insitusi Pendidikan yang saat ini menerapkan program pojok membaca adalah
SD Muhammadiyah 06 Palembang. Pelaksanaan program pojok baca oleh SD
Muhammadiyah 06 Palembang diharapkan akan merangsang peserta didik untuk
lebih meningkatkan minat membaca sehingga memiliki daya pikir yang baik.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, efektivitas gerakan
literasi pojok baca kelas di kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang di bulan
maret yang didapati beberapa masalah diantaranya, sebagian peserta didik tidak
membaca ketika literasi telah dimulai, kemudian peneliti melihat peserta didik
masih ada yang belum lancar membaca. Hal ini menindikasikan bahwa gerakan
literasi pojok baca kelas di kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang masih
belum efektif. Suatu metoda dapat diukur keefektivitasannya berdasarkan dari
tercapainya tujuan(Handayaningrat,1996,16)(Muhidin,2009), tingkat keberhasilan,
ketepatgunaan(Sejathi,2011) dan seberapa jauh target dan pencapaian yang
didapatkan dari suatu metoda(Hidayat,1986).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukannya pada
masa sekarang gerakan literasi harus semakin ditingkatkan. Maka peneliti akan
melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas Di
Kelas IV SD Muhammadiyah 06 Palembang”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dimana data
yang dikumpulkan adalah “Berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.”(Moleong,2016)
Sebagaimana yang dikemukakan Moleong menyebutkan bahwa “Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.”(Siregar,2013)
Berdasarkan pengertian diatas penggunaan metode kualitatif sangatlah tepat
untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan analisis efektivitas
gerakan literasi pojok baca, karena metode kualitatif dikembangkan untuk mengkaji
dalam kasus-kasus tertentu.
6
Hal ini juga sama dengan yang disampaikan dalam wawancara bersama
Safaraz selaku peserta didik Kelas IV.B, dia mengungkapkan :
“Kami biasanya membaca ketika waktu kosong, setelah pembelajaran
maupun sebelum. Kami sangat suka dengan buku yang disediakan,
karena bergambar, berwarna dan ceritanya menarik.”
“Kami biasanya memulai gerakan literasi dari jam 10.00 WIB, ketika jam
pulang sekolah. Saya suka dengan buku yang disediakan, karena sangat
menarik untuk dibaca.”
Hal ini juga sama dengan yang disampaikan dalam wawancara bersama
Safaraz selaku peserta didik Kelas IV.B, dia mengungkapkan :
“Saya sangat suka membaca buku cerita yang bergambar. Dalam
membaca lebih sering di kelas daripada di perpustakaan dan saya lebih
suka membaca di kelas.”
Selanjutnya Peneliti mewawancarai Annisa selaku peserta didik di kelas
IV.C, dia mengungkapkan :
“Saya sangat suka membaca buku cerita bergambar maupun tidak
bergambar dan buku pembelajaran. Saya lebih sering membaca di kelas
daripada di perpustakaan dan lebih suka membaca di kelas.”
12
Wawancara
Sumber Data
Observasi Sama
Dokumentasi
Gambar 1.0 : Teknik Pengumpulan Data
Kamardana, G dkk. Efektivitas Gerakan Literasi Pojok Baca Dan Hasil Belajar Di
Kelas V SD Gugus II Tejakula Tahun 2019/2020. Jurnal Pendidikan Dasar
Indonesia Volume 10 No 10. Agustus 2021
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2016
Muhidin, Ali. Konsep Efektivitas Pembelajaran, Pustaka Setia. Bandung. 2009
Rofi’uddin, Moh Adib. Hermintoyo. Pengaruh Pojok Baca Terhadap Peningkatan
Minat Baca Siswa di SMP Negeri 3 Pati. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Universitas
Diponegoro. 2017
Sejathi, Faktor Penentu Efektivitas Pembelajaran, 2011
Setyawan, Ibnu Adji. Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi. hlm. 1. 2018
Setyawatira, Rina. “Kondisi Minat Baca di Indonesia”. Volume 16 No 1. 2009
Siregar, Syofian. Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2013
Sutrianto dkk. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMA. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. hlm. 2. Jakarta. 2016
Waskim. Optimalisasi Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan. hlm. 1. 2017
Wiedarti, dkk. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
hlm. 7. Jakarta. 2016