Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN POJOK BACA DALAM


MENINGKATKAN MINAT MEMBACA SISWA DI SMAN 1 TELUK
KUANTAN

Oleh:

NABILA
NIM : 2005113124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
A. Judul
Efektivitas Pelaksanaan Pojok Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca
Siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.

B. Latar Belakang
Devianty (2017) mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui penggunaan
bahasa sebagai alat komunikasi, manusia dapat melakukan interaksi dengan
sesama di lingkungannya bahkan mengembangkan dirinya. Manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk mendapatkan infomasi
tentang sesuatu, membagikan informasi, menambah wawasan, dan lain
sebagainya. Bahasa sebagai alat komunikasi mempengaruhi bidang-bidang lain
dalam kehidupan manusia, seperti pendidikan, hukum, ekonomi, dan lain-lain.

Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki empat aspek keterampilan


berbahasa. Salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa tersebut ialah
membaca. Membaca merupakan kegiatan atau keterampilan berbahasa yang
mengartikan teks tertulis dan memahami isi dari teks tersebut. Seseorang
memperoleh pengetahuan dan informasi baru melalui membaca.

Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dapat


menjadi kunci kemajuan peradaban suatu bangsa. Hal ini dikarenakan membaca
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang berguna untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dituntut oleh perubahan
zaman yang semakin maju. Oleh karena itu, membaca harus menjadi budaya
dalam suatu bangsa. Dengan demikian, bangsa tersebut dapat bersaing, kritis, dan
tidak ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain.

Sejalan dengan paragraf sebelumnya, membaca dan pendidikan memiliki


hubungan timbal balik. Pendidikan berperan untuk melahirkan generasi cerdas,
berwawasan, kritis, dan berkarakter yang dapat memajukan bangsa dan negara di
masa depan. Adapun generasi cerdas, berwawasan, dan kritis itu akan terwujud
jika membaca telah menjadi budaya suatu bangsa. Budaya membaca dapat
memajukan pendidikan sedangkan pendidikan sebagai sarana untuk
membudayakan membaca. Oleh karena itu, membaca dan pendidikan adalah dua
hal yang sejalan dan berikatan serta keduanya berperan penting dalam kemajuan
suatu negara.

Membaca sebagai keterampilan berbahasa dalam pendidikan sangat


dibutuhkan. Para peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman
melalui membaca yang berguna untuk proses belajarnya. Dalam membaca ada
komunikasi tidak langsung antara penulis atau pengarang dengan pembaca
melalui perantara teks bacaan. Penulis atau pengarang memberikan informasi
yakni pengetahuan, pemikiran, ataupun gagasan yang dituangkan dalam bentuk
teks tertulis, lalu pembaca yang membaca teks tersebut mendapatkan informasi
atau wawasan baru. Terkait dengan hal itu, pentingnya membaca dalam
pendidikan karena dapat meningkatkan pengetahuan bagi para siswa yang belum
didapatkan dari para guru.

Pentingnya membaca dalam pendidikan dibuktikan dengan adanya


perpustakan di setiap jenjang sekolah. Perpustakaan adalah prasarana yang
menyediakan berbagai buku untuk sumber bacaan bagi para siswa ataupun para
guru. Selain memudahkan para siswa untuk mencari buku sebagai sumber bacaan
untuk belajar, adanya perpustakaan dapat melatih dan membiasakan para siswa
untuk membaca.

Membaca menjadi kebutuhan bagi para peserta didik, namun dari


beberapa penelitian mengatakan bahwa minat membaca siswa di Indonesia masih
rendah. Hal ini diperkuat dengan salah satu penelitian yang dilakukan Ruslan,
Dkk., (2019) yang mengatakan bahwa minat baca siswa masih dalam kategori
rendah. Rendahnya minat membaca siswa tentu menjadi kendala tersendiri dalam
pendidikan Indonesia.
Kurang membaca mengakibatkan siswa minim wawasan. Selain itu,
karena kurangnya pengetahuan ataupun wawasan yang diperoleh mengakibatkan
kurangnya berpikir kritis para siswa. Kurangnya wawasan dan berpikir kritis para
siswa akan mempengaruhi pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari
sehingga akan bersikap pasif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
rendahnya minat membaca mengakibatkan kurangnya kualitas dari kelulusan
siswa. Hal ini tentu berimbas pada mutu pendidikan Indonesia. Pendidikan yang
bermutu adalah pendidikan yang melahirkan generasi cerdas, berwawasan, dan
kritis sehingga menjadi SDM yang berkualitas serta mampu bersaing di masa
yang akan datang.

Rendahnya minat membaca siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang


melatarbelakanginya. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat para
siswa terhadap membaca bisa berasal dari dalam dirinya sendiri (faktor internal)
ataupun dari lingkungan sekitarnya (faktor eksternal). Faktor internal yang
menyebabkan kurangnya minat para siswa terhadap membaca, misalnya faktor
bakat, faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor psikologis, dan faktor kebiasaan.
Sedangkan faktor eksternal misalnya faktor bahan bacaan, faktor keluarga, faktor
sekolah, faktor pergaulan, dan faktor dampak kecanggihan teknologi.

Melalui program GLS (Gerakan Literasi Sekolah), pihak sekolah berperan


penting dalam mewujudkan dan mengembangkan budaya membaca di kalangan
para siswa. hal ini dikarenakan pentingnya membaca dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, peserta didik, dan sekolah. Untuk mewujukan hal tersebut pihak
sekolah perlu membuat fasilitas membaca selain perpustakaan sekolah. Salah
satunya, pemanfaatan pojok baca. Pojok baca merupakan pemanfaatan dan
pengelolaan sudut ruangan yang mudah diakses siswa seperti ruang kelas menjadi
tempat membaca yang menarik dan nyaman.

Adanya pojok baca bukan berarti menggantikan fungsi dari perpustakaan.


Akan tetapi, pojok baca dapat memperpanjang fungsi perpustakaan. Hal ini
dikarenakan, perpusatakan sifatnya terpusat, memiliki aturan-aturan ketat seperti
dilarang berbicara, memerlukan waktu untuk pergi ke perpustakaan, dan akses
yang terbatas. Pemanfaatan pojok baca membuat peserta didik dapat membaca
dengan nyaman, mudah diakses, dan menyenangkan.

SMA Negeri Teluk Kuantan adalah objek yang penulis pilih dalam
penelitian ini. Berdasarkan apa yang penulis amati, SMA Negeri 1 Teluk Kuantan
ini menerapkan dan melaksanakan program pojok baca. Masalah yang ditemukan
dilapangan, khususnya SMA Negeri 1 Teluk Kuantan adalah bagaimana
keefektifan pelaksanaan pojok baca tersebut terhadap minat baca siswa di sekolah
tersebut. Adanya program pojok baca di sekolah dengan fasilitas yang memadai
dan cukup menarik membuat peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang
keefektifan pojok baca untuk meningkatkan minat baca para siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan. Selain itu, dari bertanya dengan guru Bahasa Indonesia, SMA
Negeri 1 Teluk Kuantan belum pernah dilakukan penelitian mengenai penelitian
yang akan penulis teliti ini.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian dengan judul Efektivitas


Pelaksanaan Pojok Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan perlu dilakukan.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yakni, bagaimanakah efektivitas
pelaksanaan pojok baca dalam meningkatkan minat membaca siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menganalisis
tingkat keefektivan pelaksanaan pojok baca dalam meningkatkan minat membaca
siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.
E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, baik secara teoretis maupun praktis. Hasil penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk sarana menambah ilmu


pengetahuan bagi peneliti terkait efektivitas pelaksanaan pojok baca dalam
meningkatkan minat membaca siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidik

Untuk menambah wawasan mengenai pojok baca dan


pengembangan dalam pemanfaatan pojok baca SMAN 1 Teluk
Kuantan.

b. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan pertimbangan untuk upaya peningkatan
mutu pendidikan di lembaga yang berkaitan.
2) Sebagai saran atau masukan bagi sekolah untuk
melakukan perbaikan demi menunjang tercapainya target
yang telah ditetapkan

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam judul penelitian, perlu dijelaskan beberapa
istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini.
1. Pojok baca didefinisikan sebagai pemanfaatan sudut ruangan yang mudah
diakses siswa oleh pihak sekolah, lalu ditata menjadi tempat untuk
membaca yang menarik dan nyaman. Pemanfaatan pojok baca tersebut
adalah upaya sekolah memfasilitasi dan mengembangkan budaya membaca
para siswa.
2. Efektivitas pojok baca didefiniskan sebagai tercapai atau tidaknya pojok
baca terhadap pelaksanaannya dalam meningkatkan minat baca siswa di
SMAN 1 Teluk Kuantan.

G. Kajian Teoretis
Adapun teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu (1) minat baca, yang
terdiri atas (a) pengertian minat, (b) pengertian membaca, (c) pengertian minat
membaca, (d) faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca, (2) pojok baca, yang
terdiri atas (a) pengertian pojok baca, (b) tujuan pojok baca, (c) pengelolaan pojok
baca, (d) dampak pojok baca terhadap minat baca.
1. Minat Baca
a. Pengertian Minat
Berdasarkan KBBI V, kata minat memiliki arti kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Beberapa ahli juga memiliki
pendapat tentang pengertian minat. Berikut pengertian minat yang
disampaikan oleh beberapa pakar.
Menurut Sutarno (2006: 19) dalam (Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto,
H., 2017) menuturkan bahwa minat adalah seseorang yang cenderung
memiliki gairah dan keinginan dari kecenderungan hati yang tinggi terhadap
suatu hal. Berdasarkan pendapat dari Sutarno tersebut bahwa minat berkaitan
dengan perasaan suka atau tertarik sehingga menimbulkan keinginan terhadap
suatu hal. Sejalan dengan pendapat Sutarno sebelumnya, Slameto (2003: 180)
dalam (Matondang, 2018) menyatakan bahwa minat adalah perasaan suka
atau tertarik pada hal atau kegiatan tertentu tanpa paksaan. Pada pendapatnya,
Slameto menambahkan bahwa rasa suka, ketertarikan, dan kecenderungan hati
yang tinggi terhadap suatu hal membuat seseorang melakukan hal tersebut
dengan kesadaran dan tanpa paksaan apapun. Artinya, seseorang yang
memiliki minat terhadap sesuatu maka tidak akan ada tekanan ketika
melaksanakan atau menjalani sesuatu tersebut. Selain pendapat dari dua pakar
sebelumnya, Holland dalam (Shindi, 2021) berpendapat bahwa minat sebagai
kegiatan atau aktivitas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, tertarik, dan
memberi dampak menyenangkan. Pendapat yang disampaikan Holland sejalan
dengan dua pendapat sebelumnya bahwa minat ditandai dengan rasa suka,
senang, dan ketertarikan terhadap sesuatu. Namun, ia menambahkan bahwa
kata ingin atau keinginan dari minat terhadap sesuatu adalah rasa
keingintahuan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis berpendapat bahwa minat
sebagai sikap berawal dari ketertarikan dan rasa suka menjadi keingintahuan
terhadap sesuatu, hal, aktivitas, atau kegiatan serta melakukannya dengan
sepenuh hati.
b. Pengertian Membaca
Kata membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V memiliki
beberapa pengertian seperti berikut.
1. v melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati):
2. v mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
3. v mengucapkan:
4. v mengetahui; meramalkan:
5. v memperhitungkan; memahami:
Dari kelima pengertian membaca tersebut, pengertian pertama yang
menyatakan bahwa membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) lebih sesuai dengan
topik pembahasan pada tulisan ini. Selain berdasarkan KBBI, beberapa pakar
juga menyampaikan pendapatnya tentang pengertian membaca.
Menurut Tarigan (1984:7) dalam (Patiung, 2016) membaca merupakan
sebuah proses pembaca dalam memperoleh informasi yang disampaikan
penulis melalui teks bacaan. Berdasarkan pendapat tarigan tersebut membaca
adalah proses yang dijalani pembaca agar memperoleh wawasan dari penulis
yang dituangkan ke dalam teks bacaan. Proses yang dimaksud adalah proses
kompleks yang ada ketika membaca yaitu, melafalkan, mengartikan,
memahami, dan menyimpulkan. Hal ini sejalan dengan pengertian membaca
yang dikemukakan oleh A.S. Broto dalam (Amiroh, 2020) bahwa membaca
sebagai kegiatan atau proses bukan sekedar pelafalan kata atau kalimat dalam
teks, tetapi juga menanggapi serta memahami isi teks bacaan atau tulisan.
Dari definisi-defenisi yang disampaikan ahli di atas, dapat dikatakan
bahwa membaca adalah sebuah kegiatan atau proses kompleks yang dilakukan
pembaca untuk memperoleh pengetahuan dari sumber tertulis dengan
memahami isinya.

c. Pengertian Minat Membaca


Minat baca atau minat membaca terbentuk dari dua kata, yaitu kata
“minat” dan “membaca”. Dari penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan
masing-masing pengertian dari kata “minat” dan “membaca”. Minat sebagai
sikap berawal dari ketertarikan dan rasa suka menjadi keingintahuan terhadap
sesuatu, hal, aktivitas, atau kegiatan serta melakukannya dengan sepenuh hati.
membaca adalah sebuah kegiatan atau proses kompleks yang dilakukan
pembaca untuk memperoleh pengetahuan dari sumber tertulis dengan
memahami isinya. Dari pengertian masing-masing dari keduanya dapat
dikatakan secara singkat bahwa minat membaca adalah sikap ketertarikan,
rasa suka, dan keinginan untuk membaca tanpa paksaan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca


Minat membaca pada seseorang ialah suatu hal yang tidaklah muncul
secara mendadak. Munculnya minat baca seseorang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang ada dalam kehidupannya. Seseorang tidak bisa memiliki
minat membaca secara instan dalam waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan
membaca adalah sebuah proses yang harus dibiasakan pelaksanaannya. Oleh
karena itu, untuk menumbuhkan minat membaca harus dilakukan berbagai
upaya dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca
tersebut dan mempertimbangkannya..
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca pada dasarnya
dibagi dua, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari diri sendiri) dan
faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri seseorang). Faktor internal
terdiri dari bakat, fisiologis, intelektual, psikologis, dan kebiasaan. Adapun
faktor eksternal misalnya bahan bacaan, keluarga, sekolah, pergaulan, dan
kecanggihan teknologi. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut faktor-faktor yang
mempengaruhi minat membaca.

a. Faktor Internal
1. Bakat
Menurut Matondang (2018:26) faktor bakat atau disebut juga faktor bawaan
ini merupakan faktor yang mempengaruhi minat baca pada diri seorang anak
dilihat dari karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak dalam
segala potensinya.
2. Fisiologis
Faktor fisiologis melingkupi kesehatan atau fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Seorang anak yang sedang dalam keadaan sakit atau fisiknya
lemah maka ia akan kurang bergairah untuk membaca. Dengan demikian, hal
itu berpengaruh terhadap minat membaca seseorang.
3. Intelektual
Minat membaca juga dipengaruhi oleh faktor intelektual. Hal ini
dikarenakan membaca merupakan proses yang kompleks dan perlu pemahaman
terhadap isi bacaan teks (Amiroh, 2020). Misalnya, seseorang senang membaca
buku yang kosakatanya yang mudah diartikan maka minat bacanya terhadap
buku tersebut juga akan tinggi karena mudah memahaminya.
4. Psikologis
Faktor psikologis terhadap minat membaca terdiri dari tiga, yaitu motivasi,
kesadaran atau tingkat keterlibatan, dan kematangan sosio dan emosi (Shindi,
2021). Seorang anak, yang memiliki motivasi tinggi terhadap membaca,
memiliki kesadaran membaca, dan kemantangan emosi yang terkontrol akan
memiliki minat baca yang tinggi.
5. Kebiasaan
Minat membaca pada seseorang tidak bisa diperoleh secara tiba-tiba. Oleh
karena itu, perlu menumbuhkan minat baca dengan membiasakan diri untuk
membaca. Jadi, kebiasaan juga mempengaruhi minat baca seseorang. Menurut
Sutarno (2006: 28) dalam Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto, H., (2017) bahwa
kebiasaan membaca akan terwujud dengan baik jika berasal dari keinginan dari
diri dan dukungan baik dari lingkungan.

b. Faktor Eksternal
1. Bahan Bacaan
Bahan bacaan atau ragam buku yang tersedia sangat mempengaruhi minat
membaca siswa. Jika bahan bacaan yang tersedia tersebut menarik, berkualitas,
dan beragam maka siswa dapat memilih buku yang disenanginya Rofiu’uddin,
M.A., & Hermiyanto, H., (2017). Selain itu, pihak sekolah hendaknya dapat
melakukan pengelolaan bahan bacaan yang tersedia.
2. Lingkungan Keluarga
Minat membaca pada siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan tempat melatih atau belajar dan tempat anak
memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, keluaraga dapat
dikatakan sebagai lingkungan pertama dan paling penting bagi anak
(Matondang, 2018:26).
3. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
membaca siswa karena sekolah berperan penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan budaya membaca. Pihak sekolah sebagai pelaksana program
pemerintah dalam membudayakan membaca di lingkungan sekolah dan
menyediakan berbagai fasilitas. Selain itu, peran guru di sekolah dalam
menumbuhkan minat baca siswa adalah dengan memberi motivasi dan contoh
yang baik (Amiroh, 2020:40)
4. Pergaulan
Lingkungan pertemanan pesrta didik juga mempengaruhi minat membaca
mereka. Seorang anak yang memiliki teman sebaya yang memiliki minat baca
yang tinggi, juga akan mengikuti memiliki minat baca yang tinggi juga
(Amiroh, 2020:40).
5. Dampak Kecanggihan Teknologi
Perkembangan zaman dan semakin canggihnya teknologi memudahkan
seseorang dalam memperoleh informasi selain buku atau bahan tertulis. Namun,
dibalik sisi postif itu, kecanggihan teknologi berpengaruh terhadap minat baca.
Hal itu dikarenakan adanya ketergantungan mendapatkan informasi yang instan
dari media internet.
1. Pojok Baca
a. Pengertian Pojok Baca
Menurut Marg (2014: 3) dalam Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto, H.,
(2017:) pojok baca adalah sebuah ruangan yang terdapat meja dan tali tipis
untuk menggantung buku yang diikat di dinding yang didesain nyaman untuk
siswa duduk dan membaca. Berdasarkan pendapat Marg tersebut dapat
diketahui bahwa pojok adalah pemanfaatan sebuah sudut ruangan yang ditata
dengan menarik dan nyaman untuk siswa membaca.

b. Tujuan Pojok Baca


Tujuan pemanfaatan pojok baca adalah sebagai upaya sekolah melalui program
pemerintah untuk menumbukan minat, membiasakan, mengembangkan, serta
meningkatkan budaya membaca para peserta didik. Selain itu, pojok baca juga
bertujuan untuk menyediakan sumber buku, namun tidak menggantikan fungsi
perpustakaan. Kemendikbud (2016 : 13) dalam (Wirna, 2019) mengatakan tujuan
sudut baca yaitu untuk mengenalkan kepada siswa beragam sumber bacaan untuk
dimanfaatkan sebagai media, sumber belajar, serta memberikan pengalaman
membaca yang menyenangkan. Sudut baca juga sebagai upaya mendekatkan
perpustakaan ke siswa.

c. Pengelolaan Pojok Baca


Pengelolaan pojok baca sebagai sumber baca perlu dilakukan. Hal
dikarenakan pengelolaan sangat mempengaruhi keberhasilan, Keberadaan
sumber pojok baca dalam meningkatkan minat baca siswa. berikut tahap-tahap
pengelolaan pojok baca (Kurniati, 2018).
1. Penyedian sudut ruangan yang mudah diakses siswa.
2. Penyedian peralatan, perlengkapan, serta menata sudut ruangan dengan
menarik dan nyaman.
3. Memenuhi fasilitas pendukung sesuai kebutuhan
4. Pengelolaan koleksi buku agar selalu bervariasi

d. Dampak Pojok Baca Terhadap Minat Baca


Pelaksanaan pojok baca sangat bermanfat bagi peserta didik. Adanya
pojok baca dapat meningkatkan minat baca siswa di waktu istirahat. selain itu,
pojok baca sebagai sumber bacaan memudahkan siswa memperoleh buku bacaan
yang disukai. Namun, hal tersebut dapat terwujud jika pelakasanaan dan
pengelolaan pojok baca dilakuka dengan baik, adanya peran aktif dari pihak
sekolah dan dukungan orang tua (Shindi, 2021).

H. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mencari suatu informasi yang
dapat dijadikan data penunjang dalam penelitiannya nanti. Salah satunya, peneliti
mencari hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang
berjudul Efektivitas Pelaksanaan Pojok Baca dalam Meningkatkan Minat
Membaca Siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Moh. Adib Rofiu’uddin dan Hermintoyo, mahasiswa jurusan
Ilmu Perpustakaan, Universitas Diponegoro dalam jurnal penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pojok Baca terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa di SMP Negeri 3
Pati”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian korelasi yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pati
yang berjumlah 262 orang. Selanjutnya, pengambilan sampel menggunakan
random sampling dan diperoleh responden berjumlah. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif melalui rumus
korelasi product moment pearson.

I. Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2017) dalam Rahmadi (2020:9) yang mengatakan bahwa
kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah
yang penting. Penelitian ini nantinya akan bersumber dari pembahasan mengenai
efektivitas pelaksanaan pojok baca dalam meningkatkan minat membaca siswa di
SMAN 1 Teluk Kuantan.
Rendahnya Minat Membaca Siswa

Pemanfaatan Pojok Baca dalam


Meningkatkan Mina Membaca Siswa

Peningkatan Faktor Internal Faktor Eksternal


Minat Membaca yang Yang
Melalui Pojok Mempengaruhi Mempengaruhi
Baca Siswa Minat Membaca Minat Membaca

Efektivitas Pojok Baca


Dalam Meningkatkan
Minat Membaca Siswa

J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat Efektivitas
Pelaksanaan Pojok Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan.

K. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif. Artinya, peneliti membuat gambar atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan
dan hasilnya (Arikunto, 2006). Peneliti berusaha memberi gambaran
objektif tentang Efektivitas Pelaksanaan Pojok Baca dalam
Meningkatkan Minat Membaca Siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Atas yang terletak
Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau. Sekolah ini bertempat di Kelurahan Simpang Tiga .
b. Waktu
Waktu penelitian ini dimulai dengan melakukan konsultasi judul
untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh penulis. Setelah judul
ditetapkan, penulis melanjutkan dengan penulisan proposal penelitian.

3. Populasi dan Sampel


1) Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik SMA Negeri 1 Teluk
Kuantan yang berjumlah 903 orang.

2) Sampel
Menurut Arikunto (2012:104) dalam Aribowo et al., (2020)
mengatakan bahwa jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka
jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya
lebih besar dari 100, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari
populasinya.
Pada penelitian ini teknik penarikan sampel yang digunakan
adalah simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak tanpa membeda-bedakan status.
Pengambilan sampel dilakukan dengan 10% dari populasi. Maka 10%
dari 903 adalah 90. Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berjumlah 90 responden.

4. Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data pada objek penelitian ini maka metode
pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu metode kuesioner,
metode dokumentasi, dan metode wawancara.
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Garaika & Darmanah, 2019). Kuesiner
yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, responden
memilih alternatif jawaban yang telah disediakan dalam kuesioner.
2. Dokumentasi
Arikunto (2010:274) dalam Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto,
H., (2017) mengatakan bahwa dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar,
dan sebagainya. Pada penelitian ini dokumentasi dipergunakan untuk
mengetahui data-data: nama responden, jenis kelamin, usia, gambar
terkait penataan pojok baca, koleksi buku, data statistik pengunjung
pojok baca, dan lain-lain.

3. Wawancara
Muhyi et al., (2018:57) mengatakan bahwa wawancara adalah
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadap-
hadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada
peneliti. Dalam penelitian ini penggunaan metode wawancara untuk
menambah keakuratan data bila kuesioner mengalami kendala karena
wawancara dilakukan secara langsung terhadap sampel dan pengumpul
data mencatat hasil dari wawancara.

5. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data
pada penelitian ini adalah angket, pedoman dokumentasi, dan pedoman
wawancara.

6. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan
dalam penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan
hasil penelitian.
Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengkategorikan
sikap, pendapat, dan persepsi yang dilihat dari kuesioner yang akan
diberikan (Sugiono, 2009:93) dalam (Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto,
H., 2017). Setiap jawaban responden akan menggunakan skala likert
dalam bentuk pilihan. Berikut bobot skor dari setiap jawaban:
1. Nilai “1” memiliki standar nilai untuk jawaban “Sangat Tidak
Setuju”.
2. Nilai “2” memiliki standar nilai untuk jawaban “Tidak Setuju”.
3. Nilai “3” memiliki standar nilai untuk jawaban “Setuju”.
4. Nilai “4” memiliki standar nilai untuk jawaban “ Sangat Setuju”.

Selanjutnya, data yang diperoleh dari jawaban kuesioner


responden ditabulasi. Untuk mengetahui persentase data yang diolah
menggunakan teknik analisis persentase dengan rumus (Arikunto,
2006:200)
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Banyaknya subyek seluruhnya Uji
Dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi untuk
mengetahui keefektifan pojok baca terhadap peningkatan minat
membaca siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan. Nilai koefisien korelasi r
berkisar antara -1 sampai +1 yang kriteria pemanfaatannya sebagai
berikut (Umar, 2007: 132):
a. Jika nilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier positif.
b. Jika nilai r < 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif.
c. Jika nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali.
d. Jika nilai r = 1 atau r = -1 telah terjadi hubungan linier sempurna.

Penggunaan Analisis korelasi adalah untuk menguji hipotesis


apakah diterima atau ditolak. Peneliti menguji hipotesis dengan
menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment, yaitu suatu
alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil
pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat meningkatkan
tingkat hubungan antara variabel-variabel ini (Arikunto, 2010: 314),
rumusnya adalah sebagai berikut:

√( ( ) )( ( ) )

Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y
N : jumlah responden
xy : produk dari x dan y
x : variabel pojok baca
y : variabel minat baca
∑ x : jumlah skor variabel (x)
∑ y : jumlah skor variabel (y)
∑ x2 : jumlah kuadrat skor variabel (x)
∑ y2 : jumlah kuadrat skor variabel (y)
∑ xy: jumlah perkalian skor item dengan skor variabel (x) dan skor
variabel (y)
Penggunaan rumus di atas maka akan diketahui nilai korelasi
antara dua variabel yakni minat baca dan pojok baca. Peneliti
menggunakan SPSS 20 untuk menghitung nilai korelasi dan sig hitung.
Dalam SPSS signifikasi ditulis secara default sebagai 0.05 (5%). Dengan
kriteria sig hitung > 0.05 H0 diterima, berarti apabila sig hitung < 0.05
H0 ditolak
DAFTAR PUSTAKA

AMIROH, S. (2020). PEMANFAATAN POJOK BACA DALAM


MENINGKATKAN MINAT BACA PADA SISWA KELAS IV DI MI
TAUFIQIYAH SEMARANG [UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
WALISONGO]. In JUNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Aribowo, S., Lubis, A., & Sabrina, H. (2020). PENGARUH LOYALITAS DAN
INTEGRITAS TERHADAP KEBIJAKAN PIMPINAN DI PT . QUANTUM
TRAINING CENTRE MEDAN. Ekonomi Dan Bisnis, 1–16.
Devianty, R. (2017). PERAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA DAERAH
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER. 1–27.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ijtimaiyah/article/download/1400/1136
Garaika, & Darmanah. (2019). Metodologi Penelitian. In Bumi Aksara.
Kurniati, T. (2018). Pengelolaan Pojok Baca Sebagai Upaya Membangun Karakter
Anak Di Rt 006/Rw 18 Kelurahan Sungai Bangkong Pontianak Kota. Jurnal
Buletin Al-Ribaath, 15(1), 80. https://doi.org/10.29406/br.v15i1.1133
Matondang, A. (2018). Pengaruh Antara Minat Dan Motivasi Dengan Prestasi
Belajar. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 24–32.
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/view/1215
Muhyi, M., Hartono, Budiyono, S. C., Satianingsih, R., Sumardi, Rifai, I., Zaman, A.
Q., Astutik, E. P., & Fitriatien, S. R. (2018). Metodologi Penelitian. 1–83.
www.unipasby.ac.id
Patiung, D. (2016). Membaca Sebagai Sumber Pengembangan Intelektual. Al
Daulah : Jurnal Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan, 5(2), 352–376.
https://doi.org/10.24252/ad.v5i2.4854
Rahmadi, Y. (2020). PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN FOLLOWERS INSTAGRAM @KULINERPKU. 7,
1–15.
Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto, H. (2017). Pengaruh pojok baca terhadap
peningkatan minat baca siswa di smp negeri 3 pati. Jurnal Ilmu Perpustakaan.
Shindi, H. (2021). Pemanfaatan Pojok Baca Untuk Meningkatkan Minat Baca Anak
Usia Dini Di Tk Pertiwi Desa Wangandalem Brebes. IAIN Purwokerto.
Wirna. (2019). PENGELOLAAN SUDUT BACA DI LINGKUNGAN SEKOLAH
DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI PADA SISWA MTsN 1 KOTA
MAKASSAR. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR.

Anda mungkin juga menyukai