Oleh:
NABILA
NIM : 2005113124
B. Latar Belakang
Devianty (2017) mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui penggunaan
bahasa sebagai alat komunikasi, manusia dapat melakukan interaksi dengan
sesama di lingkungannya bahkan mengembangkan dirinya. Manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk mendapatkan infomasi
tentang sesuatu, membagikan informasi, menambah wawasan, dan lain
sebagainya. Bahasa sebagai alat komunikasi mempengaruhi bidang-bidang lain
dalam kehidupan manusia, seperti pendidikan, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
SMA Negeri Teluk Kuantan adalah objek yang penulis pilih dalam
penelitian ini. Berdasarkan apa yang penulis amati, SMA Negeri 1 Teluk Kuantan
ini menerapkan dan melaksanakan program pojok baca. Masalah yang ditemukan
dilapangan, khususnya SMA Negeri 1 Teluk Kuantan adalah bagaimana
keefektifan pelaksanaan pojok baca tersebut terhadap minat baca siswa di sekolah
tersebut. Adanya program pojok baca di sekolah dengan fasilitas yang memadai
dan cukup menarik membuat peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang
keefektifan pojok baca untuk meningkatkan minat baca para siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan. Selain itu, dari bertanya dengan guru Bahasa Indonesia, SMA
Negeri 1 Teluk Kuantan belum pernah dilakukan penelitian mengenai penelitian
yang akan penulis teliti ini.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yakni, bagaimanakah efektivitas
pelaksanaan pojok baca dalam meningkatkan minat membaca siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menganalisis
tingkat keefektivan pelaksanaan pojok baca dalam meningkatkan minat membaca
siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, baik secara teoretis maupun praktis. Hasil penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidik
b. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan pertimbangan untuk upaya peningkatan
mutu pendidikan di lembaga yang berkaitan.
2) Sebagai saran atau masukan bagi sekolah untuk
melakukan perbaikan demi menunjang tercapainya target
yang telah ditetapkan
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam judul penelitian, perlu dijelaskan beberapa
istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini.
1. Pojok baca didefinisikan sebagai pemanfaatan sudut ruangan yang mudah
diakses siswa oleh pihak sekolah, lalu ditata menjadi tempat untuk
membaca yang menarik dan nyaman. Pemanfaatan pojok baca tersebut
adalah upaya sekolah memfasilitasi dan mengembangkan budaya membaca
para siswa.
2. Efektivitas pojok baca didefiniskan sebagai tercapai atau tidaknya pojok
baca terhadap pelaksanaannya dalam meningkatkan minat baca siswa di
SMAN 1 Teluk Kuantan.
G. Kajian Teoretis
Adapun teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu (1) minat baca, yang
terdiri atas (a) pengertian minat, (b) pengertian membaca, (c) pengertian minat
membaca, (d) faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca, (2) pojok baca, yang
terdiri atas (a) pengertian pojok baca, (b) tujuan pojok baca, (c) pengelolaan pojok
baca, (d) dampak pojok baca terhadap minat baca.
1. Minat Baca
a. Pengertian Minat
Berdasarkan KBBI V, kata minat memiliki arti kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Beberapa ahli juga memiliki
pendapat tentang pengertian minat. Berikut pengertian minat yang
disampaikan oleh beberapa pakar.
Menurut Sutarno (2006: 19) dalam (Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto,
H., 2017) menuturkan bahwa minat adalah seseorang yang cenderung
memiliki gairah dan keinginan dari kecenderungan hati yang tinggi terhadap
suatu hal. Berdasarkan pendapat dari Sutarno tersebut bahwa minat berkaitan
dengan perasaan suka atau tertarik sehingga menimbulkan keinginan terhadap
suatu hal. Sejalan dengan pendapat Sutarno sebelumnya, Slameto (2003: 180)
dalam (Matondang, 2018) menyatakan bahwa minat adalah perasaan suka
atau tertarik pada hal atau kegiatan tertentu tanpa paksaan. Pada pendapatnya,
Slameto menambahkan bahwa rasa suka, ketertarikan, dan kecenderungan hati
yang tinggi terhadap suatu hal membuat seseorang melakukan hal tersebut
dengan kesadaran dan tanpa paksaan apapun. Artinya, seseorang yang
memiliki minat terhadap sesuatu maka tidak akan ada tekanan ketika
melaksanakan atau menjalani sesuatu tersebut. Selain pendapat dari dua pakar
sebelumnya, Holland dalam (Shindi, 2021) berpendapat bahwa minat sebagai
kegiatan atau aktivitas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, tertarik, dan
memberi dampak menyenangkan. Pendapat yang disampaikan Holland sejalan
dengan dua pendapat sebelumnya bahwa minat ditandai dengan rasa suka,
senang, dan ketertarikan terhadap sesuatu. Namun, ia menambahkan bahwa
kata ingin atau keinginan dari minat terhadap sesuatu adalah rasa
keingintahuan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis berpendapat bahwa minat
sebagai sikap berawal dari ketertarikan dan rasa suka menjadi keingintahuan
terhadap sesuatu, hal, aktivitas, atau kegiatan serta melakukannya dengan
sepenuh hati.
b. Pengertian Membaca
Kata membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V memiliki
beberapa pengertian seperti berikut.
1. v melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati):
2. v mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
3. v mengucapkan:
4. v mengetahui; meramalkan:
5. v memperhitungkan; memahami:
Dari kelima pengertian membaca tersebut, pengertian pertama yang
menyatakan bahwa membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) lebih sesuai dengan
topik pembahasan pada tulisan ini. Selain berdasarkan KBBI, beberapa pakar
juga menyampaikan pendapatnya tentang pengertian membaca.
Menurut Tarigan (1984:7) dalam (Patiung, 2016) membaca merupakan
sebuah proses pembaca dalam memperoleh informasi yang disampaikan
penulis melalui teks bacaan. Berdasarkan pendapat tarigan tersebut membaca
adalah proses yang dijalani pembaca agar memperoleh wawasan dari penulis
yang dituangkan ke dalam teks bacaan. Proses yang dimaksud adalah proses
kompleks yang ada ketika membaca yaitu, melafalkan, mengartikan,
memahami, dan menyimpulkan. Hal ini sejalan dengan pengertian membaca
yang dikemukakan oleh A.S. Broto dalam (Amiroh, 2020) bahwa membaca
sebagai kegiatan atau proses bukan sekedar pelafalan kata atau kalimat dalam
teks, tetapi juga menanggapi serta memahami isi teks bacaan atau tulisan.
Dari definisi-defenisi yang disampaikan ahli di atas, dapat dikatakan
bahwa membaca adalah sebuah kegiatan atau proses kompleks yang dilakukan
pembaca untuk memperoleh pengetahuan dari sumber tertulis dengan
memahami isinya.
a. Faktor Internal
1. Bakat
Menurut Matondang (2018:26) faktor bakat atau disebut juga faktor bawaan
ini merupakan faktor yang mempengaruhi minat baca pada diri seorang anak
dilihat dari karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak dalam
segala potensinya.
2. Fisiologis
Faktor fisiologis melingkupi kesehatan atau fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Seorang anak yang sedang dalam keadaan sakit atau fisiknya
lemah maka ia akan kurang bergairah untuk membaca. Dengan demikian, hal
itu berpengaruh terhadap minat membaca seseorang.
3. Intelektual
Minat membaca juga dipengaruhi oleh faktor intelektual. Hal ini
dikarenakan membaca merupakan proses yang kompleks dan perlu pemahaman
terhadap isi bacaan teks (Amiroh, 2020). Misalnya, seseorang senang membaca
buku yang kosakatanya yang mudah diartikan maka minat bacanya terhadap
buku tersebut juga akan tinggi karena mudah memahaminya.
4. Psikologis
Faktor psikologis terhadap minat membaca terdiri dari tiga, yaitu motivasi,
kesadaran atau tingkat keterlibatan, dan kematangan sosio dan emosi (Shindi,
2021). Seorang anak, yang memiliki motivasi tinggi terhadap membaca,
memiliki kesadaran membaca, dan kemantangan emosi yang terkontrol akan
memiliki minat baca yang tinggi.
5. Kebiasaan
Minat membaca pada seseorang tidak bisa diperoleh secara tiba-tiba. Oleh
karena itu, perlu menumbuhkan minat baca dengan membiasakan diri untuk
membaca. Jadi, kebiasaan juga mempengaruhi minat baca seseorang. Menurut
Sutarno (2006: 28) dalam Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto, H., (2017) bahwa
kebiasaan membaca akan terwujud dengan baik jika berasal dari keinginan dari
diri dan dukungan baik dari lingkungan.
b. Faktor Eksternal
1. Bahan Bacaan
Bahan bacaan atau ragam buku yang tersedia sangat mempengaruhi minat
membaca siswa. Jika bahan bacaan yang tersedia tersebut menarik, berkualitas,
dan beragam maka siswa dapat memilih buku yang disenanginya Rofiu’uddin,
M.A., & Hermiyanto, H., (2017). Selain itu, pihak sekolah hendaknya dapat
melakukan pengelolaan bahan bacaan yang tersedia.
2. Lingkungan Keluarga
Minat membaca pada siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan tempat melatih atau belajar dan tempat anak
memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, keluaraga dapat
dikatakan sebagai lingkungan pertama dan paling penting bagi anak
(Matondang, 2018:26).
3. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
membaca siswa karena sekolah berperan penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan budaya membaca. Pihak sekolah sebagai pelaksana program
pemerintah dalam membudayakan membaca di lingkungan sekolah dan
menyediakan berbagai fasilitas. Selain itu, peran guru di sekolah dalam
menumbuhkan minat baca siswa adalah dengan memberi motivasi dan contoh
yang baik (Amiroh, 2020:40)
4. Pergaulan
Lingkungan pertemanan pesrta didik juga mempengaruhi minat membaca
mereka. Seorang anak yang memiliki teman sebaya yang memiliki minat baca
yang tinggi, juga akan mengikuti memiliki minat baca yang tinggi juga
(Amiroh, 2020:40).
5. Dampak Kecanggihan Teknologi
Perkembangan zaman dan semakin canggihnya teknologi memudahkan
seseorang dalam memperoleh informasi selain buku atau bahan tertulis. Namun,
dibalik sisi postif itu, kecanggihan teknologi berpengaruh terhadap minat baca.
Hal itu dikarenakan adanya ketergantungan mendapatkan informasi yang instan
dari media internet.
1. Pojok Baca
a. Pengertian Pojok Baca
Menurut Marg (2014: 3) dalam Rofiu’uddin, M.A., & Hermiyanto, H.,
(2017:) pojok baca adalah sebuah ruangan yang terdapat meja dan tali tipis
untuk menggantung buku yang diikat di dinding yang didesain nyaman untuk
siswa duduk dan membaca. Berdasarkan pendapat Marg tersebut dapat
diketahui bahwa pojok adalah pemanfaatan sebuah sudut ruangan yang ditata
dengan menarik dan nyaman untuk siswa membaca.
I. Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2017) dalam Rahmadi (2020:9) yang mengatakan bahwa
kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah
yang penting. Penelitian ini nantinya akan bersumber dari pembahasan mengenai
efektivitas pelaksanaan pojok baca dalam meningkatkan minat membaca siswa di
SMAN 1 Teluk Kuantan.
Rendahnya Minat Membaca Siswa
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat Efektivitas
Pelaksanaan Pojok Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa di SMAN 1
Teluk Kuantan.
K. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif. Artinya, peneliti membuat gambar atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan
dan hasilnya (Arikunto, 2006). Peneliti berusaha memberi gambaran
objektif tentang Efektivitas Pelaksanaan Pojok Baca dalam
Meningkatkan Minat Membaca Siswa di SMAN 1 Teluk Kuantan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Atas yang terletak
Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi
Riau. Sekolah ini bertempat di Kelurahan Simpang Tiga .
b. Waktu
Waktu penelitian ini dimulai dengan melakukan konsultasi judul
untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh penulis. Setelah judul
ditetapkan, penulis melanjutkan dengan penulisan proposal penelitian.
2) Sampel
Menurut Arikunto (2012:104) dalam Aribowo et al., (2020)
mengatakan bahwa jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka
jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya
lebih besar dari 100, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari
populasinya.
Pada penelitian ini teknik penarikan sampel yang digunakan
adalah simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak tanpa membeda-bedakan status.
Pengambilan sampel dilakukan dengan 10% dari populasi. Maka 10%
dari 903 adalah 90. Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berjumlah 90 responden.
3. Wawancara
Muhyi et al., (2018:57) mengatakan bahwa wawancara adalah
teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadap-
hadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada
peneliti. Dalam penelitian ini penggunaan metode wawancara untuk
menambah keakuratan data bila kuesioner mengalami kendala karena
wawancara dilakukan secara langsung terhadap sampel dan pengumpul
data mencatat hasil dari wawancara.
5. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data
pada penelitian ini adalah angket, pedoman dokumentasi, dan pedoman
wawancara.
√( ( ) )( ( ) )
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y
N : jumlah responden
xy : produk dari x dan y
x : variabel pojok baca
y : variabel minat baca
∑ x : jumlah skor variabel (x)
∑ y : jumlah skor variabel (y)
∑ x2 : jumlah kuadrat skor variabel (x)
∑ y2 : jumlah kuadrat skor variabel (y)
∑ xy: jumlah perkalian skor item dengan skor variabel (x) dan skor
variabel (y)
Penggunaan rumus di atas maka akan diketahui nilai korelasi
antara dua variabel yakni minat baca dan pojok baca. Peneliti
menggunakan SPSS 20 untuk menghitung nilai korelasi dan sig hitung.
Dalam SPSS signifikasi ditulis secara default sebagai 0.05 (5%). Dengan
kriteria sig hitung > 0.05 H0 diterima, berarti apabila sig hitung < 0.05
H0 ditolak
DAFTAR PUSTAKA