Anda di halaman 1dari 156

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

TEKS CERITA PENDEK DENGAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BERBANTUAN MEDIA PHOTO STORY

PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SRANDAKAN

Oleh

Erma Septi Praptiwi

19201244025

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas XI

IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan dalam menulis teks cerita pendek dengan

memanfaatkan metode Contextual Teaching and Learning dan media foto

cerita. Penelitian dilasanakan menggunaka metode tindak kelas pada bulan

Januari 2023 sampai Maret 2023.

Sebanyak 25 siswa XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan menjadi peserta

penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus yang meliputi

perencanaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pratindakan diselesaikan untuk

menentukan keterampilan dasar menulis teks cerita pendek siswa. Peneliti

dan guru bahasa Indonesia berkolaborasi dalam penelitian ini.

Peningkatan kemampuan menulis teks cerita pendek,berdasarkan segi

proses maupun produk, merupakan masalah yang perlu dibenahi. Pada

penelitian ini terdapat peningkatan minat siswa dalam mempelajari cara

xvii
menyusun teks cerita pendek, keaktifan siswa saat belajar, keakraban siswa

saat belajar, dan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas.

Hasil rata-rata nilai menulis teks cerpen siswa kelas XI IPS I SMA

Negeri I Srandakan menunjukkan adanya peningkatan kualitas produk. Pada

tahap pra tindakan pelaksanaan mendapatkan skor rata-rata 59,4. Kemudian

siklus I mendapatkan nilai tulis rata-rata 71,44. Rata-rata nilai menulis siswa

kembali meningkat menjadi 80,6 dari siklus I ke siklus II. Diketahui

berdasarkan fitur keberhasilan produk siklus II, 76% siswa di kelas tersebut

dinyatakan tuntas dan mendapat skor menulis teks cerpen di atas skor KKM

75. Media photo story dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning

telah meningkatkan nilai menulis teks cerpen, menurut data tersebut.

Kata Kunci : peningkatan kemampuan menulis, teks cerita pendek,

pendekatan CTL, media photo story

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dapat berkomunikasi secara lisan dan tulisan berkat bahasa,

yang merupakan komponen penting dalam kehidupan. Semakin majunya

zaman, tentu saja kemampuan menulis juga sangat diharapkan. Menurut

Henry Guntur Tarigan (2008:1), seseorang atau bangsa yang berpendidikan

tinggi lebih cenderung memiliki kemampuan menulis yang baik. Bahasa juga

memainkan peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional siswa dan membantu mereka belajar di semua bidang pendidikan.

Pembelajaran bahasa dan tulisan ditujukan untuk melatih kemampuan siswa

dalam menyampaikan sesuatu baik secara lisan maupun tertulis.

Menurut (Dalman, 2012:20), menulis memiliki banyak manfaat di dalam

kehidupan, diantaranya yaitu untuk mencerdaskan, mendorong kemauan dan

kemampuan menyimpulkan informasi, menumbuhkan keberanian dan

keyakinan diri, serta mengembangkan prakarsa dan kreativitas. Kegiatan

menulis dapat disimpulkan mampu mengajak peserta didik berpikir kritis

serta kreatif. Oleh karena itu, kegiatan menulis sangat penting untuk

pendidikan.

Salah satu upaya sengaja yang dilakukan oleh pihak yang diberi tanggung

jawab untuk mempengaruhi peserta didik untuk mengembangkan karakter

idealis adalah pendidikan. Ngalim Purwanto (2002:10), pendidikan adalah


2

kepemimpinan yang disengaja yang diberikan oleh orang dewasa kepada

anak-anak dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar dapat berguna

bagi dirinya dan masyarakat.

Kesulitan belajar yang dihadapi siswa sendiri dalam memahami materi

seringkali menjadi tanda prestasi siswa di sekolah. Hal ini merupakan indikasi

bahwa pembelajaran siswa tidak berjalan dengan baik, bahkan siswa sendiri

kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Akibatnya, siswa

berjuang untuk mempertahankan atau bahkan memahami pelajaran

menantang mereka diberikan. Guru cenderung menggunakan pembelajaran

yang kurang menarik. Dalam hal ini, memilih dan melaksanakan

pembelajaran yang tepat dan efektif bagi siswa merupakan tanggung jawab

utama guru sebagai pengembang pengetahuan. Pembelajaran yang baik

didukung oleh suasana pembelajaran yang bermanfaat dan korespondensi

yang baik antara pendidik dan siswa.

Dilihat dari pengamatan selama melakukan praktik mengajar di SMA

Negeri 1 Srandakan, beberapa hal yang dikethaui permasalahan menulis,

khususnya dalam memahami cara mengarang teks cerita pendek. Menulis

teks cerita pendek terus menjadi tantangan bagi sebagian siswa. Berikut ini

adalah beberapa penyebab dari permasalahan tersebut: Penggunaan metode

ceramah yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran, dan belum

adanya berbagai inovasi media pembelajaran untuk mengembangkan

imajinasi anak menjadi beberapa faktor penyebab terjadinya kurangnya minat


3

siswa dalam menulis teks cerita pendek, serta kurangnya kebiasaan membaca

dan minat dalam karya sastra.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kelas XI IPS 1, minat siswa

dalam menulis masih tergolong rendah. Hal ini terjadi karena siswa kurang

memiliki motivasi dan minat dalam menulis cerpen. Banyak siswa percaya

bahwa menulis itu sulit dan melelahkan. Selain itu, siswa kesulitan memilih

dan menemukan kosa kata yang tepat untuk digunakan dalam teks cerita

pendek saat belajar menulisnya. Hal tersebut juga terjadi dikarenakan

kurangnya minat siswa dalam membaca teks sastra, sehingga siswa kurang

memiliki pengetahuan yang luas sebagai bekal dalam menulis teks cerita

pendek.

Banyaknya kasus yang ditemui, siswa kesulitan menentukan langkah-

langkah menulis cerpen. Pendidik terbiasa membagikan contoh cerpen kepada

siswa dan kemudian meminta mereka untuk membuat teks cerita pendek

mereka sendiri berdasarkan contoh yang dibagikan. Hal ini justru membuat

siswa merasa susah dan memudahkan mereka untuk menyalin cerita. Alhasil,

ketika diminta membuat teks cerpen hanya berdasarkan ide sendiri, siswa

merasa kesulitan.

Siswa juga menjadi kurang terlibat dan kreatif akibat gaya ceramah guru.

Strategi ini tidak memberikan ruang kepada siswa untuk lebih mengeksplorasi

pemikirannya dan membuat siswa kurang tertarik untuk menyelidiki dialek

abstrak yang akan digunakan untuk menulis teks cerita pendek. Strategi

bicara yang digunakan memang membuat siswa lelah di kelas dan


4

menyebabkan siswa merasa lesu saat diminta mengarang teks cerita pendek.

Mempelajari cara menyusun teks cerita pendek akan menjadi lebih menarik

ketika pendidik menggunakan media atau model pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan zaman sehingga siswa merasa senang dan tidak merasa

lelah selama belajar.

Pernyataan di atas didapatkan berdasarkan wawancara dengan Dra. Sri

Suharni guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Srandakan, pada 31 Januari

2023. Menurut wawancara yang dilakukan, beliau menyatakan bahwa hanya

teks cerita pendek yang disediakan untuk tujuan mengajar siswa bagaimana

menulisnya, tetapi siswa justru mengalami kesulitan dalam mengembangkan

kemampuannya dalam menulis teks cerita pendek akibat hal tersebut.

Kurangnya minat belajar siswa juga dipengaruhi oleh pembelajaran yang

masih berpusat pada guru.

Minat belajar siswa sangat dipengaruhi oleh pentingnya penggunaan

metode dan media yang menarik dan inovatif. Media merupakan salah satu

bagian dari korespondensi untuk menyampaikan pesan dari komunikator

kepada komunikan. Dapat dikatakan bahwa proses belajar adalah proses

komunikasi sesuai dengan definisi tersebut. Sedangkan pendekatan

pembelajaran adalah suatu titik atau cara pandang dari pengalaman yang

berkembang. Menurut argumen Roy Kellen (1998), ada dua pendekatan

pembelajaran: yang satu menekankan pada guru dan yang lainnya pada siswa.

Pendekatan yang berfokus pada pendidik mengacu pada koordinasi

bimbingan, pembelajaran rasional atau teknik pembelajaran penjelasan.


5

Sebaliknya, pendekatan yang berpusat pada siswa meminimalkan

pembelajaran induktif dan metode pembelajaran inkuiri dan penemuan.

Pendekatan CTL digunakan untuk penelitian ini. Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah kerangka pembelajaran yang

didasarkan pada gagasan bahwa siswa harus dapat menyimpan ilustrasi

sehingga mereka dapat membuat hubungan antara informasi baru dengan

pengetahuan dan pengalaman sebelumnya ketika mereka menerima tugas

sekolah. Menurut definisi Komalasari (2012), contextual teaching and

learning (CTL) adalah model pembelajaran yang memungkinkan kegiatan

belajar siswa untuk mencari, mengelola, dan memilih pengalaman belajar

konkrit yang lebih relevan dengan kehidupan nyata siswa.

Selain itu, pada penelitian ini pendekatan CTL dikolaborasikan dengan

photo story sebagai media pembelajarannya. Media photo story digunakan

peneliti sebagai media pembelajaran dikarenakan mengingat perkembangan

zaman sekarang ini yang banyak menggunakan teknologi dalam kehidupan.

Media cerita foto adalah sejenis gambar tetap atau gambar diam yang

terdiri dari gambar datar yang terdiri berbagai gambar atau foto yang diambil

dari sudut pandang subjek atau peristiwa yang disusun untuk dapat

memberikan garis besar cerita. Foto story sering disebut sebagai media untuk

membuat sebuah cerita dan dapat menggambarkan cerita tentang foto

tersebut.

Photo story dapat mendorong siswa untuk membangun keunggulannya

dalam belajar. Selain membantu dalam interpretasi dan mengingat peristiwa


6

masa lalu, media ini juga dapat membantu pengembangan kemampuan

bahasa, kegiatan seni, dan menggambar. Media photo story merupakan salah

satu jenis media terbaru dimana siswa disajikan dengan berbagai macam foto

yang dirangkai. Media photo story memiliki beberapa keunggulan, antara lain

kemampuan menyampaikan pesan pembelajaran secara efektif dan berpotensi

meningkatkan motivasi belajar siswa. Photo story juga dapat digunakan untuk

mempelajari cara menulis teks pendek untuk membuat suatu cerita. Siswa

dapat lebih efektif menyusun pesan cerita pendek karena media photo story

telah menampilkan beberapa rangkaian foto secara lengkap sehingga dapat

membantu siswa dalam memperkenalkan kreatifitasnya.

Sejalan dengan Kurikulum 2013 telah ditetapkan bahwa pelajaran Bahasa

Indonesia lebih menggunakan pembelajaran teks. Dalam pembelajaran bahasa

Indonesia, siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks

sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya ketika menggunakan pembelajaran

berbasis teks. Dengan demikian, menjadi pemikiran bagi peneliti untuk

mengarahkan penelitian tentang pengerjaan kemampuan menyusun teks cerita

pendek untuk siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning berbantuan

media photo story. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempermudah dan

meningkatkan kemampuan menulis, khususnya yang berkaitan dengan teks

cerita pendek.
7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dibahas di atas, terdapat

beberapa masalah yang memerlukan solusi:

1. Siswa kurang memiliki minat untuk menulis cerita pendek.

2. Kurangnya minat baca teks sastra pada siswa yang juga mempengaruhi

minat menulis.

3. Siswa kesulitan dalam menentukan dan mengembangkan ide cerita.

4. Pendidik belum melibatkan model atau media imajinatif dalam

pembelajaran teks cerita pendek.

5. Tidak adanya sarana pembelajaran dan hanya terpaku pada buku siswa dan

buku guru.

C. Batasan Masalah

Mengingat adanya beberapa masalah di atas, hanya beberapa masalah

saja akan dikaji dalam penelitian ini. Pembatasan masalah ini dilakukan

supaya fokus pada permasalahan yang akan dikaji dan fokus untuk

memperbaiki permasalahan menyusun teks cerita pendek untuk siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Srandakan. Masalah akan dikaji antara lain:

1. Peningkatan proses pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media

photo story siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan.


8

2. Peningkatan kualitas hasil menulis teks cerita pendek dengan pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media photo story

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran menulis teks cerita pendek

dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan

media photo story pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan?

2. Apakah penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

berbantuan media photo story dalam meningkatkan kualitas hasil menulis

teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini tentunya masih berkaitan dengan

rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Meningkatkan proses pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media

photo story pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan.


9

2. Meningkatkan kualitas hasil menulis teks cerita pendek dengan pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media photo story

pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan.

F. Manfaat Penelitian

“Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Cerpen dengan

Pendekatan Contextual Teaching and Learning Berbantuan Media Photo

Story Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan” memberikan keunggulan

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberi keunggulan kepada semua yang berkaitan

dengan bidang pendidikan khususnya pada sektor pendidikan yang

mengalami kendala dalam menulis. Penerapan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) yang didukung oleh media photo story pada proses

pembelajaran menulis teks cerita pendek diharapkan penelitian ini dapat

memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis sebagai berikut:

1. Penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa karena dapat digunakan untuk

meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran menulis

cerpen.
10

2. Penelitian ini memiliki manfaat bagi guru karena dapat dijadikan salah satu

alternatif metode pembelajaran untuk menciptakan aktivitas belajar siswa

yang kreatif dan aktif.

3. Manfaat Bagi Sekolah: Di SMA Negeri 1 Srandakan, penelitian ini dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran menulis teks sastra khususnya cerpen.

G. Batasan Istilah

Mengingat judul dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang harus

dipahami. Hal ini bertujuan untuk memperjelas dan supaya lebih fokus pada

permasalahan yang akan dikaji. Batasan istilah tersebut antara lain:

1. Menulis

Menulis adalah keterampilan yang dapat digunakan untuk menyampaikan

gagasan. Menulis, menurut Tarigan (1982:27), adalah proses menggambar

atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-

lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambar tersebut.

2. Cerita pendek

Menurut Sapdiani (2018), cerpen adalah karangan dalam cerita yang

ditulis dalam waktu singkat dan isinya tidak nyata atau fiktif. Selain itu,

Cerita pendek atau sering dikenal sebagai cerpen pendek, adalah karangan

yang lugas, dan berisi satu soal yang ceritanya selesai dalam sekali baca.

Karangan fiksi satu ini karena panjangnya yang relatif pendek, maka disebut

sebagai cerita pendek. Maka dari itu, pembaca cerita pendek dapat
11

menyelesaikan cerita hanya dalam waktu lima belas sampai tiga puluh menit.

tergantung panjang dan pendeknya cerita.

Cerita pendek biasanya memakai alur tunggal pada peristiwa tunggal

yang dijalani tokoh. Alur kejadian dalam cerpen tidak selalu diawali dengan

perkenalan karena seperti yang telah disebutkan cerpen memiliki plot atau

alur tunggal. Konflik dan klimaks/puncak masalah cerpen dapat bersifat

tunggal begitu juga dengan tema cerpen.

3. Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah metode

pengajaran yang membantu guru menghubungkan apa yang dipelajari siswa

dengan situasi dunia nyata. Siswa juga didorong untuk menerapkan

pengetahuan mereka dalam situasi dunia nyata melalui pendekatan

CTL.Dalam pendekatan CTL, tugas guru adalah merancang strategi

pembelajaran. Selain memberi siswa informasi tentang konten yang mereka

pelajari, tugas guru adalah membantu mereka menemukan dan mempelajari

keterampilan baru yang akan membantu mereka di dunia nyata.

4. Media photo story

Media photo story yaitu sebuah rangkaian foto atau beberapa jepret foto

yang menjadi series dengan mengangkat tema, topik tertentu. Media photo

story memberikan gambaran yang detail dari beberapa rangkaian jepret foto,

kondisi suasana dan tempat yang terdapat dalam photo story mulai dari foto

satu dengan yang lain berlatar sama.


12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

Dilihat dari batasan istilah di atas, berikut ini merupakan kajian teori yang

akan menjadi wawasan dalam melakukan penelitian.

1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Suatu aktivitas dilakukan seseorang untuk menyampaikan maksud

tertentu lewat tulisan disebut menulis. Menulis sering dikenal juga salah satu

dari empat keterampilan berbahasa yang mendasar meliputi, berbicara,

mendengar, menulis, dan membaca.

Oleh karena itu, menulis disebut proses kreatif mengungkapkan gagasan

melalui bahasa tulis dengan maksud mendidik, membujuk, atau menghibur

pembaca. Esai atau tulisan adalah produk dari proses kreatif ini. Banyak yang

menyebutkan bahwa makna mengarang lebih menyatu dengan strategi

inovatif yang merupakan semacam kerja logis. Sebaliknya, definisi

“mengarang” lebih mengacu pada proses kreatif yang tidak ilmiah.

Definisi lain dari menulis ialah keahlian bahasa yang dimaksudkan untuk

menyampaikan informasi kepada pembaca dalam bentuk apa pun dari

pencipta. Gagasan menulis untuk korespondensi jelas sangat terbatas, karena

penerima atau pembaca hanya mengelola bacaan yang dibentuk dari berbagai

jenis bahasa tulis. Menurut Tarigan (2008), mengarang adalah tindakan


13

menyimpulkan atau melukiskan gambaran-gambaran realistik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dirasakan oleh seseorang, sehingga orang

lain dapat membaca dengan teliti gambaran-gambaran realistik tersebut

dengan anggapan bahwa mereka memahami bahasa dan gambar-gambar

realistik tersebut.

Menurut Suparno dan Yunus (2008:13), menulis adalah proses

penyampaian pesan atau komunikasi melalui bahasa tulis. Piaget (dalam

Nurbaya, dkk., 2018:60), mengemukakan bahwa skemata adalah struktur

kognitif intelektual individu yang terdiri dari representasi persepsi, ide, dan

tindakan yang terkait. Itu adalah alasan orang beradaptasi dengan

lingkungannya dan mengaturnya menjadi modal untuk memahami informasi

baru.

Menurut Nurbaya, dkk., (2018:61), Skemata meningkatkan pemahaman

teks dapat dilakukan dengan cara membuat analogi, membandingkan dan

menggunakan contoh, menggunakan gambar visual yang berkaitan erat

dengan membaca, dan menggunakan schemata semuanya dapat digunakan

untuk meningkatkan pemahaman teks sebelum seseorang melakukan kegiatan

menulis. Kegiatan tersebut dapat dilakukan sebelum, selama, dan setelah

membaca. Sebelum membaca, penggunaan skemata bertujuan untuk

memusatkan perhatian siswa dan membentuk pengetahuan awal. Oleh karena

itu, skemata itu merupakan pengetahuan lama dan pengalaman yang dimiliki

si penulis untuk memahami pengetahuan baru.


14

Penulis melewati serangkaian tahapan yang berulang selama proses

penulisan untuk merevisi ide-idenya dan mengulangi tahapan-tahapan

penulisan agar ide-idenya diungkapkan secara tertulis dengan cara yang

konsisten dengan ide-ide yang ingin dikembangkannya. Hal ini dilakukan

agar pencipta dapat membuat komposisi yang pas. Saat menulis, target

audiens, tujuan, dan konteks harus selalu dipertimbangkan.

Demikian kesimpulannya, merulis merupakan aktivitas untuk

menyampaikan suatu ide bahkan sesuatu yang ingin disampaikan melalui

bahasa tulis. Menulis mempunyai tujuan untuk memberitahu, meyakinkan,

atau menghibur. Aktivitas menulis juga salah satu cara berbicara dengan

orang lain. Oleh karena itu, bahasa yang kita gunakan ketika menulis harus

berdasarkan kesepakatan pengguna bahasa, supaya orang yang membaca

dapat memahami maksud dan isinya.

b. Jenis-jenis Tulisan

Ada berbagai macam jenis karangan ada juga cara untuk mengenali jenis

karangan. Ada lima jenis tulisan: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi,

persuasi, dan deskripsi. Penggambaran menyajikan jenis penceritaan,

penggambaran berfokus pada jenis pelukisan, karangan menggarisbawahi

jenis pertunjukan, sedangkan argumentasi dan pengaruh berfokus pada

pembuktian, penilaian untuk membujuk dan mempengaruhi pembaca.

Selain itu, karangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu makalah ekspresif,

puitis, dan berbasis nilai. Ekspresi penulis mengacu pada bagaimana mereka

menyajikan perspektif seseorang (emosi dan penilaian). Karangan indah atau


15

puitis mengacu pada penggaris bawahan bagian-bagian imajinatif dari sebuah

karya tulis, misalnya sajak, cerita pendek, fabel, lelucon, dan syair melodi.

Sedangk karangan berbasis nilai merupakan karangan berfokus pada

penjelasan sesuatu, seperti mendeskripsikan, mengemukakan pendapat,

menjawab pertanyaan, atau menarik kesimpulan.

Tulisan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan

karakteristik isinya. Berdasarkan karakteristik isinya, berikut kategori tulisan

yang tersedia.

1. Publikasi Ilmiah;

2. Tulisan Populer;

3. Berita;

4. Berita keluarga;

5. Biografi;

6. Brosur ;

7. Buku sekolah;

8. Buku pelajaran;

9. Catatan Harian/Jurnal;

10. cerita pendek, dll.


16

c. Langkah-Langkah Menulis

Menurut Tompkins (1994) mengemukakan bahwa ada lima tahap proses

menulis, diantaranya pra menulis (prewriting), penulisan draf (drafting),

perbaikan (revising), penyuntingan (editing), dan penerbitan (publishing).

Kelima tahapan tersebut mengacu pada kegiatan menulis yang bersifat formal

untuk menghasilkan tulisan yang baik. Pada kegiatan menulis informal,

terkadang tahapan menulis tersebut tidak semua dilewati. Bisa jadi, proses

penguasaan gagasan ide ke dalam tulisan mengalir secara alami atau spontan.

Secara umum, menulis meliputi tiga tahap yaitu:

(1) Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap pertama yang dilakukan penulis untuk

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum kegiatan menulis

dilaksanakan. Kegiatan persiapan meliputi:

a) Menetapkan tujuan

Kegiatan menetapkan tujuan penulis harus memperhatikan dan

menggunakan metode ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).

Siapa sasaran pembacanya, perilaku apa yang diinginkan dari pembaca,

dalam kondisi bagaimana tulisan itu dimanfaatkan, dan pada tingkatan

penguasaan yang bagaimana yang anda inginkan.

b) Mengidentifikasi calon pembaca

Pada tahap mengidentifikasi calon pembaca yang harus dipikirkan adalah

siapa sasaran pembacanya, misal mengidentifikasi calon pembaca


17

berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, profesi, dan bisa juga

dilihat dari tingkat kesibukannya.

c) Mempertimbangkan ruang lingkup isi

Ruang lingkup tulisan mencerminkan kedalaman dan keluasan

pembahasan isi tulisan. Luas isi tulisan tergantung pada jenis tulisan, tujuan

menulis, media penerbit.

d) Memilih media terbit

Memilih media terbit sangat penting karena media terbit digunakan untuk

menyalurkan tulisan kita supaya sampai kepada pembaca. Ragam saluran

terbit seperti buku, surat kabar, majalah anak, majalah remaja, majalah

keluarga, majalah hiburan, jurnal, kumpulan artikel, website, dll.

e) Menentukan topik

Topik yang dibahas harus ditentukan dengan jelas, hal yang perlu

dipertimbangkan yaitu keaktualannya, kelangkaannya, kebaharuan, keluasan,

kedalamnnya, kesesuaian dengan calon pembaca, kesesuaian dengan media

terbit.

f) Menyusun kerangka karangan

Penyusunan kerangka karangan sangat penting karena dapat

menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Selain itu juga

dapat membuat tulisan lebih teratur dan terorganisasi, menjadi panduan untuk

penulis ketika proses penulis yang berlangsung lama sehingga tulisan tidak

keluar dari topik, terhindar dari duplikasi, memudahkan mencari referensi.


18

g) Merumuskan judul

Perumusan judul umumnya ditentukan di awal kegiatan, namun rumusan

judul dalam proses menulis masih terbuka untuk dirubah, dirumuskan

kembali, dibuat menarik, dipendekkan, atau bahkan ganti maka perumusan

judul sebaiknya ditempatkan setelah kerangka karangan terbentuk.

(2) Menulis

Tahap menulis yaitu tahap mengembangkan kerangka karangan menjadi

sebuah karangan yang utuh. Tahap ini semua ide dituangkan ke dalam

lambang-lambang bahasa tulis. Proses tahap menulis terdiri dari dua tahap

antara lain.

a) Menulis buram/ draft

Menulis buram merupakan kegiatan inti menulis. Pada tahap menulis

buram ini terdapat langkah penting yang harus diperhatikan, seperti

menentukan sudut pandang, memilih gaya penyajian, menulis bagian

pembuka, mengembangkan isi, melengkapi tabel, gambar, bagan atau grafik,

membuat kesimpulan.

b) Merevisi Tulisan

Merevisi tulisan adalah melihat kembali setelah tulisan jadi, penulis perlu

melihat kembali tulisannya, untuk melakukan perbaikan. Kegiatan revisi

diantaranya yaitu penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau

penyusunan kembali bagian-bagian tulisan.


19

(3) Pasca menulis

Kegiatan pasca menulis merupakan kegiatan menyempurnakan tulisan

dan mempublikasikan. Proses menulis dikatakan lengkap ketika tulisa yang

kita buat dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca.

2. Teks Cerpen

a. Pengertian Teks Cerpen

Cerpen atau cerita pendek berdasarkan Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berasal dari dua kata, yaitu cerpen dan pendek. Kata cerpen memiliki makna

cerita tentang bagaimana sesuatu terjadi, sedangkan kata pendek singkat

memiliki makna cerita yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000

kata yang memberikan kesan dominan dan menyoroti hanya satu orang dalam

satu keadaan. .

Cerpen memiliki urutan yang lebih terbatas daripada buku. Cerita dalam

cerita pendek umumnya akan kurang pasti dan kompleks karena hanya

berfokus pada beberapa bagian dan hanya memiliki satu tema atau peristiwa,

latar plot tunggal, sejumlah karakter, dan mencakup jangka waktu singkat.

Menulis cerita pendek adalah suatu inovatif, strategi inventif

menggabungkan cara paling umum untuk menghasilkan pikiran, menciptakan

pikiran, menyusun pikiran, dan menyempurnakan pikiran. Tahap munculnya

ide cerita adalah tahap pembangkitan ide yang muncul dari imajinasi atau

pengalaman. Pengembangan pemikiran diperoleh melalui latihan


20

pemahaman, memperluas informasi dan pengalaman, melakukan

pertimbangan, dan sering mengerjakan komposisi. Tahap di mana gagasan

pertama kali diungkapkan secara lisan adalah tahap menuliskannya.

Penyusunan pemikiran dipengaruhi oleh susunan bahasa penulis esai, kondisi

mental penulis, dan kecenderungan pengarang esai. Tahap penyempurnaan

pemikiran adalah tahap dimana pemikiran-pemikiran yang telah disusun

diluruskan dan diidealkan sehingga menjadi eksposisi atau gubahan yang

hebat dan mempesona.

b. Struktur Teks Cerita Pendek

1. Abstrak

Bagian pertama cerita, abstrak, dikembangkan melalui rangkaian

peristiwa. Abstrak bisa opsional dalam cerita pendek.

2. Orientasi

Gambaran atau bagian pertama cerita yang berhubungan dengan waktu,

tempat, suasana, dan alur disebut orientasi.

3. Komplikasi

Serangkaian peristiwa yang dihubungkan oleh sebab dan akibat dapat

ditemukan di bagian komplikasi. Bagian ini juga menunjukkan kepribadian

tokoh cerita pendek dan perkembangan isu.

4. Evaluasi

Penyelesaian konflik cerpen sudah mulai dimunculkan pada bagian

evaluasi ini.
21

5. Resolusi

Resolusi tujuan berisi jawaban atas permasalahan yang dilihat oleh tokoh-

tokoh dalam cerita.

6. Koda

Pengarang menyisipkan nilai-nilai atau pelajaran ke dalam cerita di

dalam koda agar pembaca dapat memperoleh wawasan dari pesan yang ada di

dalam cerpen tersebut.

c. Unsur Pembangun Teks Cerpen

Baik aspek intrinsik maupun ekstrinsik hadir dalam cerpen. Tema, latar,

tokoh, pandang, gaya pengarang, amanat adalah contoh unsur intrinsik yang

dapat ditemukan dalam salah satu teks cerpen. Sedangkan unsur ekstrinsik

meliputi latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai dalam

cerpen. Unsur ini dapat digunakan sebagai komponen dalam cerpen.

A) Unsur Intrinsik

1) Tema

Ide sentral cerita, atau tema, tercermin dalam semua komponen plot.

Secara alami, topik dan tema berbeda ketika topik menjadi bahan diskusi dan

tema adalah ide atau konsep cerita.

2) Setting
22

Cerita pendek atau teks esai semuanya memiliki latar. Setting juga dapat

berupa waktu, tempat, atau suasana dalam cerpen.

a) Setting waktu

Latar waktu adalah waktu yang digunakan dalam cerita pendek. Siang,

malam, musim, nama hari, tanggal, tahun, jam, atau sesuatu yang menunjukkan

waktu.

b) Setting tempat

Tempat berlangsungnya cerita disebut latar.

c) Setting suasana

Pembaca harus menikmati cerita pendek terlebih dahulu untuk memahmi

suasana dalam cerita. Kemudian dapat ditemukan suasana cerita pendek itu

dibangun. Dalam cerpen tersebut, latar suasana memberikan beberapa nuansa.

3) Alur

Alur cerita adalah alur atau rangkaian peristiwa. Ada alur maju, alur

mundur, dan alur campuran di antara berbagai jenis alur. Plot dibagi menjadi

beberapa fase (1) tahap pendahuluan, (2) pemunculan masalah, (3) masalah

memuncak, (4) puncak masalah, (5) penyelesaian. Plotnya dibentuk oleh

serangkaian masalah. Oleh karena itu, cerpen sangat bergantung pada konflik.

Karakter dapat membuat cerita yang sesuai dengan peran mereka dengan

terlibat dalam konflik.

4) Tokoh dan penokohan


23

Aktor cerita adalah pembangun karakter. Cerita pendek menampilkan

karakter yang berbeda untuk setiap aktor. Penulis menampilkan karakter

masing-masing aktor dengan berbagai cara, seperti menyebutkannya secara

langsung, melalui dialog antar karakter, menggambarkan karakter secara

langsung, atau melalui monolog karakter. Karakter dalam cerita dibagi menjadi

tiga, yaitu pahlawan, penjahat, dan tritagonis atau pendukung.

5) Sudut pandang

Penyebutan pengarang terhadap tokoh-tokoh dalam sebuah cerita dengan

menempatkan dirinya pada posisi mereka dikenal dengan istilah sudut

pandang. Ada dua perspektif dalam cerita pendek: narator sebagai tokoh utama

dan pencerita serba tahu. Ada sudut pandang lain, tetapi keduanya adalah yang

paling umum dan mudah diidentifikasi.

a) Sudut pandang orang pertama (pelaku utama)

Sudut pandang ini mengasumsikan peran individu yang serba tahu, mereka

sering menggunakan orang pertama tunggal, seperti aku atau saya.

b) Sudut pandang orang ketiga atau sebagai pengamat

Sudut pandang orang ketiga, pencerita tidak terlibat, dan pelakunya adalah

orang lain. Penulis biasanya merujuknya dalam sudut pandang ini dengan

menggunakan nama karakter atau kata ganti dia atau mereka.

6) Gaya pengarang atau gaya bahasa

Ragam pengarang merupakan Teknik yang identik hasil tulisan pengarang.

Diantaranya yaitu cara khas memilih persoalan, meninjau persoalan, dan cara
24

bercerita yang sering digunakan. Penulis menggunakan gaya bahasa, termasuk

penggunaan kalimat, dialog, detail, dan cara pandang masalah. Gaya berupa

penggunaan kalimat misalnya ada pengarang yang membawakan cerita dengan

kalimat panjang, tetapi ada juga pengarang yang membawakan cerita dengan

kalimat yang pendek, komplek atau sederhana. Sedangkan gaya yang berupa

penggunaan dialog misalnya pengarang menggunakan dialog sebagai unsur

utama dalam bercerita, namun justru ada juga pengarang yang menghindarinya.

7) Amanat

Seperti yang ditunjukkan oleh Kosasih (2012: 41) amanat merupakan

pesan atau pendidikan yang perlu disampaikan pengarang kepada pembaca

melalui karyanya. Baik kata-kata yang tertulis maupun tema yang dibahas

menyampaikan pesan.

B) Unsur ekstrinsik

Elemen ekstrinsik adalah elemen yang tidak ada dalam teks tetapi

memiliki efek pada sistem organisme teks cerita pendek. Mereka juga dikenal

sebagai elemen yang mempengaruhi sebuah karya sastra. Komponen

ekstrinsik memiliki berbagai komponen, termasuk subjektivitas individu

penulis yang menggabungkan mentalitas, keyakinan, dan pandangan hidup,

komponen ini sangat memengaruhi karya yang dibuat.

1) Latar Belakang Masyarakat


25

Latar belakang masyarakat ialah ideologi negara, kondisi politik, sosial,

dan ekonomi masyarakat dalam cerita pendek.

2) Latar Belakang Penulis

Pengalaman penulis merupakan riwayat penulis, seperti kondisi mental

penulis dan aliran sastra pencipta. Seluruh biografi penulis termasuk dalam

biografi mereka. Cara berpikir pengarang ketika membuat cerita yang

dihasilkan mirip dengan cerita yang dihasilkan berdasarkan pengalaman

pengarang dipengaruhi oleh faktor ini. Faktor ini terkadang juga

mempengaruhi gaya bahasa dan genre khusus seorang penulis. Sedangkan,

kondisi psikologis yaitu suasana hati pencipta dalam proses mencipta cerita.

Suasana hati atau psikologis pencipta mempengaruhi isi cerita yang mereka

ciptakan, misalnya ketika penulis sedang sedih atau gembira mereka akan

menulis cerita yang menggambarkan kesedihan atau kegembiraan.

3) Nilai yang Terkandung dalam Cerita Pendek

Nilai terkandung dalam cerpen di sini yang dimaksud yaitu nilai-nilai

yang berkaitan dengan agama, masyarakat, budaya, dll.

d. Permasalahan Penulisan Cerpen

Adapun permasalahan yang sering dihadapi oleh penulis ketika ingin

menulis teks cerita pendek. Permasalahan tersebut diantaranya:

1) Aspek kreativitas
26

Aspek kreativitas adalah salah satu masalah yang paling umum ditemui

penulis. Aspek kreativitas ini diantaranya yaitu kesulitan menghasilkan ide,

menciptakan ide, mengembangkan ide, menyajikan ide dengan cara yang

tepat, dan menemukan ide baru, serta kurangnya kosa kata sastra.

2) Aspek sikap

Aspek sikap termasuk kesulitan-kesulitan yang dialami para penulis.

Aspek sikap ini meliputi kurangnya niat untuk segera mengarang, frustrasi

bahwa hasilnya tidak sesuai hasil, pesimis dinilai jelek oleh orang lain, tidak

berusaha mengembangkan diri membaca dan mencari kosakata yang banyak,

tidak mau belajar dari cara atau gaya penulis lain.

3) Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan gaya penulisan yang dipakai oleh penulis. Pada

aspek teknis ini terkadang banyak yang merasa kesulitan, seperti kurangnya

pengetahuan dalam tata cara menulis, kurang pengalaman untuk menulis

berbagai ragam gaya tulisan.

3. Penilaian Pembelajaran Menulis Teks Cerpen

Menurut Nurgiyantoro (2016:480-481), penilaian menulis cerita pendek

mengggunakan model penilaian telah diadaptasi berdasarkan penilaian

pelajaran Bahasa. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penilaian berupa

aspek isi dengan memberikan kriteria yang mencangkup kesesuaian cerita

dengan gambar dan tema. Selain itu, juga memperhatikan penyajian unsur-

unsur pembangun teks cerita pendek, dan penyajian konflik. Penilaian


27

dilakukan pada aspek kosakata dengan kriteria pilihan kata atau diksi, dan

penggunaan bahasa dengan kriteria penyusunan kalimat. Penilaian juga

dilakukan pada aspek mekanik dengan memberikan kriteria dalam

penguasaan tata bahasa.

Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada setiap aspek.

Pembobotan penilaian setiap aspek dilakukan dengan skala 1-100. Skor spek

tema diberi penilaian 1-15, aspek struktur 1-20, aspek unsur instrinsik

(setting, tokoh, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) skor penilaian

1-10, sedangkan penguasaan tata bahasa skor penilaian 1-5. Kategori dalam

pedoman penilaian menulis teks cerita pendek juga telah mengalami

modifikasi. Kategori pedoman menulis teks cerita pendek terdiri dari kategori

baik, cukup, dan kurang.

Tabel 1. Pedoman Penilaian Menulis Teks Cerita Pendek

No. Aspek Skor Keterangan

1. Unsur Teks 10-15 BAIK: siswa dapat merancang ide/gagasan

cerpen. secara optimal berdasarkan urutan gambar

a. Tema dan tema gambar, terdapat ketetapan logika

pada urutan cerita, terdapat ketetapan

makna keseluruhan cerita. judul sesuai

dengan tema.
28

6-9 CUKUP: siswa dapat merancang

ide/gagasan secara optimal berdasarkan

urutan gambar dan tema gambar, terdapat

beberapa kerancuan dalam logika urutan

cerita, terdapat beberapa kerancuan dalam

makna keseluruhan cerita, judul cerpen

sesuai dengan tema, tetapi isi cerita belum

fokus dalam satu tema.

2-5 KURANG: siswa dapat merancang

ide/gagasan dengan cukup optimal

berdasarkan urutan gambar dan tema,

terdapat banyak kerancuan dalam logika

dan urutan cerita, terdapat banyak

kerancuan dalam makna dan keseluruhan

cerita. Tema, judul, dan isi tidak sesuai.

b. Setting 8-10 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

tempat, pendek secara optimal, memuat unsur

waktu, setting tempat, setting waktu, dan setting

suasana suasana disajikan jelas dan terperinci

mampu membawa pembaca masuk dalam

cerita.

5-7 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita


29

pendek secara optimal, memuat unsur

setting tempat, setting waktu, dan setting

suasana disajikan cukup jelas, namun

masih terdapat kerancuan dari ketiga

setting tersebut seperti suasana tidak

digambarkan dengan jelas, kurang mampu

menggambarkan suasana dengan baik.

2-4 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek cukup optimal namun,

setting tempat/waktu/suasana yang

disajikan kurang jelas atau tidak ada dari

salah satu ketiga setting tersebut.

c. Alur/Plot 8-10 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

Cerita pendek dengan optimal, memuat

keseluruhan jalannya cerita, alur dan

konflik cerita disajikan dengan jelas,

terperinci, dan menarik.

5-7 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek dengan optimal, memuat

keseluruhan jalannya cerita, alur disajikan

cukup jelas, tetapi penggambaran masalah


30

dan penyelesaian kurang.

2-4 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek dengan cukup optimal, tetapi

tidak memuat keseluruhan jalannya cerita,

alur cerita disajikan kurang jelas dan

kurang klimaks atau cerita tidak selesai.

d. Tokoh dan 8-10 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

Penokohan pendek dengan penggambaran watak tokoh

dengan sangat optimal. Tokoh dalam

cerita/ gambaran watak tokoh disajikan

dengan jelas dan tajam mampu membawa

pembaca menikmati dan masuk dalam

cerita. Banyaknya tokoh sesuai dengan

panjangnya cerpen (tidak kekurangan

tokoh) sehingga penggambaran cerita jelas

dan fokus pada satu konflik.

5-7 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek dengan penggambaran watak tokoh

dengan cukup optimal. Gambaran watak

tokoh dalam cerita disajikan cukup jelas,

penggambaran tokoh dalam cerita kurang

detail, penggambaran tokoh hanya


31

digambarkan dengan singkat tidak detail,

namun pembaca dapat membayangkan

peristiwa dalam cerita walaupun dengan

cerita yang tidak terlalu panjang .

2-4 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek, namun penggambaran watak

tokoh terdapat tokoh dalam cerita kurang

tajam, kurang jelas, atau pembaca tidak

dapat mengetahui watak tokoh.

Penggambaran tokoh kurang mampu

membawa pembaca mengalami peristiwa.

e. Sudut 8-10 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

Pandang pendek dan penggambaran sudut pandang

yang jelas, seperti menggunakan sudut

pandang pelaku utama (kata ganti aku atau

saya) atau pencerita serba hadir (kata ganti

dia, mereka, atau nama tokoh) dengan tepat

sesuai makna dan konteks dalam cerita.

5-7 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek dan penggambaran sudut pandang

dengan jelas, cukup sesuai dengan konteks,

tetapi masih terdapat beberapa belum


32

sesuai konteks cerita.

2-4 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek, sudut pandang yang

digunakan kurang jelas atau tidak

mempunyai sudut pandang.

f. Diksi dan 8-10 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

Gaya pendek dengan penguasaan kata, pemilihan

Bahasa kata dan ungkapan dengan tepat, sehingga

mampu menggambarkan sesuatu yang

diungkapkan dengan baik.

5-7 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek dengan penguasaan kata, pemilihan

kata dan ungkapan dengan cukup baik,

masih terdapat sedikit penempatan kata

kurang sesuai dengan konteks cerita, tetapi

tidak mengganggu dan tidak merubah

makna.

2-4 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek, penguasaan kosa kata yang

terbatas, kesalahan kosa kata yang sering

dipakai, dan kemungkinan perubahan


33

makna.

g. Amanat 8-10 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

pendek terdapat amanat yang terkandung

didalam cerita, baik pesan tersirat maupun

tersurat. Amanat digambarkan dengan

sangat jelas dan tersampaikan kepada

pembaca.

5-7 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek, terdapat amanat yang terkandung

didalam cerita dan tergambarkan dengan

cukup jelas dan dapat dipahami pembaca,

amanat cukup tergambarkan tetapi tidak

tersampaikan dengan jelas, amanat jelas

namun tidak sesuai dengan cerita.

2-4 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek, tidak ada amanat di dalam

cerita atau amanat yang digambarkan

kurang jelas dan sulit untuk dipahami

pembaca.

2. Struktur 18-20 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

pendek dengan struktur teks cerita pendek


34

disajikan secara runtut mulai dari tahap

awal, tengah, dan akhir. Gagasan yang

diungkapkan jelas, urutannya logis.

14-17 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek, terdapat struktur cerpen, mulai

orientasi, komplikasi, dan resolusi. Ide

utama disajikan dengan menarik, terbatas,

konsep logis, tetapi urutan yang belum

selesai.

10-13 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek, terdapat struktur teks cerita

pendek mulai orientasi, komplikasi, dan

resolusi. Konsep, pengembangan, dan

pengurutan yang kurang terkait .

3. Penguasaan 5 BAIK: siswa dapat menciptakan cerita

tata bahasa pendek, dan memahami tata penulisan,

hanya ada 1 sampai 3 kesalahan ejaan .

4 CUKUP: siswa dapat menciptakan cerita

pendek, masih terdapat lebih dari 3

kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan

makna.
35

3 KURANG: siswa dapat menciptakan

cerita pendek, banyak terjadi kesalahan

ejaan, makna membingungkan.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Daryanto (2011:4), Criticos menyatakan bahwa media adalah bagian

komunikasi karena berperan sebagai penghubung antara komunikator dan

penerima. Sedangkan kata media berasal dari bahasa latin, struktur

tunggalnya adalah medium. Media dalam ranah persekolahan dimanfaatkan

sebagai perangkat dan bahan latihan pembelajaran. Proses belajar mengajar

pada hakekatnya merupakan proses komunikasi dan penyampaian pesan dari

pengantar kepada penerima, maka media dimanfaatkan dalam kegiatan

pembelajaran.

Klaim Kemp dan Dayton (dalam Daryanto, 2011: 5), menerapkan teori

pembelajaran pada penyampaian pesan pendidikan memungkinkan mereka

menjadi lebih terstandarisasi, menarik, dan interaktif. Selain itu, waktu

pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat, sifat pembelajaran dapat

ditingkatkan, pengalaman yang berkembang dapat terjadi kapan saja,

pandangan siswa yang menggembirakan terhadap materi pembelajaran dan

pengalaman yang berkembang dapat diperluas, tugas pendidik melalui

perubahan-perubahan tertentu. Namun pendidik juga harus memperhatikan

sifat dan kemampuan dalam memilih media sesuai dengan keadaan dan
36

kebutuha, karena pembelajaran merupakan proses komunikasi yang

berlangsung dalam satu sistem, maka media pembelajaran memegang peranan

penting sebagai komponen sistem pembelajaran.

Bahan, peralatan, perangkat keras, dan perangkat lunak merupakan

contoh alat media pembelajaran. Materi mengacu pada segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyimpan pesan yang dapat dikomunikasikan

kepada khalayak dengan menggunakan alat atau bentuk tertentu, seperti film,

grafik, bahan cetakan, dan sebagainya. Proyektor, perekam pita video, papan,

dan peralatan lain yang digunakan untuk memindahkan atau menyampaikan

pesan dianggap sebagai peralatan pembelajaran. Pesan-pesan itu sendiri

disebut sebagai "perangkat lunak" dalam konteks ini, sedangkan "perangkat

keras" mengacu pada cara pengiriman pesan. Guru dan siswa bertukar

informasi melalui media pembelajaran. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk

membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memfasilitasi

penerimaan dan pemrosesan informasi. Berikutnya adalah gambaran

kapabilitas media dalam pengalaman pendidikan.

Guru Media Pesan Siswa


Metode
37

Bagan 1. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

b. Media Photo Story

Media photo story adalah sebuah rangkaian beberapa jepret foto yang

menjadi cerita dengan mengangkat tema, topik tertentu. Media photo story

memberikan gambaran yang detail dari beberapa rangkaian jepret foto,

kondisi suasana dan tempat yang terdapat dalam photo story mulai dari foto

satu dengan yang lain berlatar sama. Photo story siap membawa informasi

yang akurat untuk menambah antusiasme, memberi perasaan baru, sebagai

hiburan, dan menumbuhkan suasana.

Photo story merupakan strategi bercerita yang menggabungkan beberapa

foto dan teks tambahan untuk memberikan latar belakang atau konteks. Tata

letak dalam penyajian photo story sangat penting, penyajian tersebut bisa

berupa cetak dan lembar digital. Photo story yang dikemas dalam bentuk

peran video, audio, dan multimedia juga sangat penting untuk mendukung

penggambaran suasana.

Organisasi penyelenggara lomba foto jurnalistik World Press Photograph

(WPP) mengungkapkan jumlah dasar cerita foto yaitu 2 dan maksimal 12.

Jumlah ideal yang digunakan dalam photo story dengan tema umum yaitu 7-

15 foto. Isi dari photo story dapat berupa orang yang terkenal, isu yang

aktual, dan hal-hal yang menarik perhatian. Cerita tentang tokoh di dalam

photo story berupa rekaman kegiatan atau kegiatan tokoh tersebut.


38

Secara umum, photo story memiliki struktur berupa pengenalan, isi,

akhiran. Meski memiliki struktur, photo story tidak dimaknai sebagai

rangkaian foto kronologis, peran struktur ini untuk mempermudah

merancang, mencipta, serta mempermudah dalam merangkai dalam proses

menyunting. Berikut ini penjelasan dari struktur photo story.

1. Pembuka

Pembuka atau pengenalan merupakan tempat pengenalan cerita diceritakan

kepada pembaca. Foto bagian pembuka memberikan informasi latar

belakang cerita, memperkenalkan tokoh-tokoh dan karakternya. Misalnya,

photo story yang menceritakan tentang buruh pabrik. Foto pembuka dalam

photo story berupa subjek utama di pabrik tempat kerjanya. Foto bagaian

pembuka ini dapat berupa tempat, tokoh, jenis pabrik modern atau

tradisional, alat-alat yang digunakan, dll.

2. Isi

Ide, emosi, dan pengalaman diekstraksi untuk membuat konten cerita

foto. Dibagian isi photo story menggambarkan interaksi tokoh, permasalahan,

dan gamabaran suasana.

3. Penutup
39

Foto akhir adalah foto yang akan diingat oleh pembaca dari keseluruhan

cerita. Bagian akhir cerita bisa berupa gambaran akhir cerita, gagasan

masalah, atau pertanyaan dimana fotografer meminta pembaca untuk mencari

solusi dari masalah tersebut berdasarkan pendapat dan imajinasi masing-

masing.

Penggunaaan media photo story dalam meningkatkan kemampuan

menulis teks cerita pendek, foto digunakan sebagai media visual untuk

menyegarkan pikiran kreatif siswa. Siswa diberikan koleksi foto acara untuk

aplikasi mereka. Instruktur kemudian menjelaskan bahwa jalan cerita untuk

cerpen adalah rangkaian foto dari peristiwa tersebut. Berikut ini merupakan

contoh photo story.

Gambar 1. Contoh Photo Story

(Gambar :

https://www.kompasiana.com/indankurnia/561bda67de22bdbb098b456c/men

genal-foto-story-dan-foto-essay )
40

5. Pendekatan Contextual Teaching and Learning

a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah cara

mengajar yang membantu guru membuat hubungan antara apa yang dipelajari

siswa dan skenario dunia nyata. Dalam pendekatan CTL, tugas guru adalah

merancang strategi pembelajaran. Selain memberi siswa informasi tentang

konten yang mereka pelajari, tugas guru adalah membantu mereka

menemukan dan mempelajari keterampilan baru yang akan membantu

mereka di dunia nyata.

Elaine B. Johnson mengatakan (dalam Rusman, 2014: 187),

mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual ialah metode pembelajaran

yang ramah otak yang menghubungkan materi akademik dengan konteks

kehidupan sehari-hari siswa untuk menghasilkan makna. Pendekatan

Contextual Teaching and Learning juga dapat diartikan sebagai konsep

pembelajaran yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan membantu guru

menghubungkan materi dengan situasi dunia nyata. Pembelajaran berupa

pengalaman dan fakta sangat membatu siswa, khususnya pada pembelajaran

menulis. Siswa akan cenderung mudah melahirkan ide cerita berdasarkan

kejadian yang pernah dilihat atau pernah dialami.

Terdapat beberapa komponen dalam pendekatan CT, yaitu (1)

konstruktivisme, (2) inquiry, (3) questioning, (4) learning community, (5)

modelling, (6) refleksi, dan (7) authentic assessment.


41

b. Langkah-langkah Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Peran guru dalam membangun kondisi belajar yang menyenangkan bagi

siswa sangat berpengaruh keberhasilan siswa memahami pelajaran. Jika

ketujuh komponen pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

tersebut dipadukan ke dalam pembelajaran, maka pembelajaran di kelas dapat

dikatakan berhasil. Konstruktivisme, inkuiri, bertanya, komunitas belajar,

pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik adalah tujuh komponen

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

Trianto (2007: 106), mengemukakan bahwa pelaksanaan CTL

(Contextual Teaching and Learning) di kelas adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan konstruktivisme, kegiatan mengembangkan ide keyakinan bahwa

siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka bekerja secara mandiri dan

mengembangkan ide dan keterampilan mereka sendiri. Dalam tindakan ini,

cara yang paling umum untuk membangun desain mental lain pada siswa

dalam mengembangkan keterampilannya berdasarkan pandangan masing-

masing.

2. Proses pembelajaran, inkuiri, didasarkan pada perincian dan wawasan yang

diperoleh dari proses berpikir. menerapkan kegiatan inkuiri untuk sebanyak

mungkin topik.

3. Questioning, meningkatkan ifat keingintahuan siswa adalah sesuai dengan

apa yang ditanyakan.


42

4. Dalam komunitas belajar, anggota audiens sasaran berpartisipasi dalam

proses pembelajaran.

5. Pemodelan, menyajikan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Refleksi, praktek refleksi atau penelaahan terhadap suatu mata pelajaran

yang sedang dilakukan sesuai dengan metode mendidik diri tentang mata

pelajaran yang ada. Pada akhir pelajaran dilakukan refleksi.

7. Penilaian nyata, proses oleh guru mengumpulkan informasi tentang

perkembangan belajar siswa dan kemudian guru melakukan penilaian.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan eksplorasi ini adalah sebagai berikut.

Pertama, penelitian Rita Agustin Susiawati (2016) dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Strategi 3W2H pada Siswa Kelas

VII SMP Negeri 3 Salam”. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran menulis puisi dengan metode 3W2H dapat menghasilkan

perbaikan. Nilai siswa dilihat sesuai perkembangan hasil belajar mencipta

puisi pada setiap siklusnya. Pada siklus II rata-rata skor pra tindakan 20,06

atau 80,2%, sedangkan rata-rata keseluruhan 13,37 atau 53,5%. Dari

penelitian tersebut dapat diketahui peningkatan skor sebesar 6,69 poin atau

26,7%.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sinta Pandhan Sari (2018) dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Cerita Pendek Menggunakan

Model Pembelajaran Example Non- Example Berbantuan Media Gambar


43

pada Siswa Kelas XI Usaha Perjalanan Wisata SMK Negeri 6 Yogyakarta”.

Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada model

pembelajaran Example Non-Example untuk menulis cerpen. Dari pra

tindakan sampai siklus I dan II terjadi peningkatan secara bertahap.

Peningkatan nilai rata-rata teks cerpen menunjukkan adanya peningkatan

pada temuan penelitian ini. Rata-rata siswa pra-aktivitas, yang setara dengan

57,77. Kemudian pada siklus I nilainya mencapai 79,13. Pada siklus II naik

lagi menjadi 86,74.

Penelitian ketiga berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Melalui Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Materi

Pembelajaran IPA Bagian Tumbuhan Kelas IV MIS Parmiyatu Wassa’adah

Tembung Percut Sei Tuan” dan dilakukan oleh Dian Amalia Putri (2018).

Hasil kajian menunjukkan bahwa rata-rata siswa meningkat dengan

menunjukkan bahwa rata-rata siswa pada siklus I menjadi 71,47, dan pada

siklus II meningkat menjadi 87,05%.

Ketiga penelitian tersebut menggunakan metode penelitian tindakan kelas

yang hampir sama dengan penelitian ini. Perbedaan pokok eksplorasi terletak

pada jenis teks dan model pembelajaran yang digunakan, jenis teks yang

digunakan dalam ujian pokok utama menggunakan jenis teks ayat dan tujuan

model model pembelajaran prosedur 3W2H. Penerapan model pembelajaran

Example Non Example merupakan pembeda penelitian relevan kedua.

Sedangkan kontras penelitian yang berlaku ketiga terletak pada materi

pembelajaran, tepatnya topik Materi Ilmu Bawaan Potongan Tumbuhan.


44

Bagaimanapun, eksplorasi penting utama memiliki kesamaan, untuk lebih

spesifik, kemiripan yang direkam sebagai kemampuan hard copy.

Penggunaan teks cerita pendek merupakan aspek penting kedua dari

penelitian yang membuatnya semakin kuat. Menggunakan pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) sebagai model pendekatan penelitian

yang relevan ketiga.

C. Kerangka Pikir

Salah satu topik yang tercakup dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

Kurikulum 2013 di kelas XI adalah kemampuan menulis cerpen. Dalam

penguasaan kemampuan menyusun teks cerita pendek di kelas XI IPS 1 SMA

Negeri 1 Srandakan masih banyak ditemukan permasalahan. Masalah tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari siswa dan pendidik.

Permasalahan yang terjadi pada siswa diantaranya adalah ketidaktertarikan

siswa untuk mengarang teks cerita pendek, kebiasaan membaca teks sastra

masih rendah, siswa juga merasa kesulitan menentukan dan mengembangkan

ide cerita. Sedangkan permasalahan pendidik adalah cara mengajar dan cara

menyampaikan pemeblajaran yang masih menggunakan metode ceramah,

serta kurang pengembangan cara-cara kreatif untuk mengajar yang lebih

menarik. Pada tujuan pembelajaran yang belum tercapai dipengaruhi oleh

proses pembelajaran yang kurang ideal.

Peneliti bekerja sama dengan guru Bahasa Indonesia untuk

memperbaiki proses pembelajaran menulis teks cerita pendek berdasarkan


45

kondisi tersebut. Dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) dan media cerita foto, peneliti menawarkan kepada

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan metode baru dalam mencipta cerita

pendek. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dibantu

dengan media cerita foto, siswa diharapkan berperan aktif dalam latihan

pembelajaran. Guru hanya memfasilitasi dan menginspirasi siswa.

Siswa dapat didorong untuk mengidentifikasi dan mengembangkan ide

menulis teks cerita pendek ketika media cerita foto digunakan dalam

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Siswa didorong untuk

menghasilkan konsep cerita untuk produksi dengan menggunakan media

cerita foto sebagai stimulus. Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita

pendek diharapkan meningkat ketika digunakan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) dengan media cerita foto. Desain penelitian tindakan

kelas ini diharapkan dapat meningkatkan baik proses maupun hasil

pembelajaran. Kerangka konseptual disajikan berikut ini.

Peningkatan keterampilan menulis teks cerita


pendek

Kendala-kendala dalam menulis teks cerita


pendek

PTK menggunakan model pembelajaran CTL


(Contextual Teaching and Learning)
berbantuan media photo story

Subjek: siswa kelas XI SMA Negeri 1


Srandakan
Objek: keterampilan menulis teks cerita
pendek
Peningkatan Peningkatan
proses hasil
46

Bagan 2. Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis kegiatan penelitian ini yaitu kemampuan mengarang cerpen

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan dan akan meningkat jika

pembelajaran mengarang teks cerita pendek telah dterapkan menggunakan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media photo

story.
47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode tindakan kelas (Classroom Action Research) digunakan dalam

penelitian ini. Penelitian tindakan kelas akan menjadi penelitian yang

berencana membawa siswa ke dalam pengalaman pendidikan dan hasil

belajar yang lebih baik.

Penelitian tindakan kelas, sebagaimana didefinisikan oleh Ebbut (dalam

Wiriaatmadja, 2007), adalah penyelidikan metodis terhadap upaya guru untuk


48

memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan dengan melakukan tindakan

dalam pembelajaran dan merefleksikan hasilnya. Sementara itu, Elliot (dalam

Wiriaatmadja 2007), melihat penelitian aktivitas wali kelas sebagai

penyelidikan terhadap keadaan sosial dengan aktivitas potensial untuk bekerja

pada sifat keadaan sosial tersebut.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, artinya melibatkan guru

bahasa Indonesia kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan dalam kegiatan

penelitian ini. Peneliti adalah pengamat berlangsungnya proses tindakan

dalam penelitian ini, sedangkan guru adalah pelaku dalam tindakan tersebut.

Ada empat fase untuk setiap siklus: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi.

1. Rencana

Rencana penelitian aktivitas yang mendasarinya adalah sebagai latihan

yang diatur untuk memutuskan tindakan yang akan diambil dalam mengatasi

masalah tersebut. Karena sulit untuk secara jelas mendefinisikan aksi sosial

dalam parameter tertentu, maka rencana aksi ini dapat diadaptasi. Fase

perencanaan ini diatur berdasarkan efek samping dari persepsi awal.

Berdasarkan data dan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia,

permasalahan yang muncul di kelas XI IPS 1 menunjukkan bahwa kelas

tersebut memiliki nilai yang relatif rendah dalam menulis teks cerpen.
49

Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa hal berikut akan diselesaikan pada

tahap ini: (1) survei terhadap kondisi sekolah; (2) diskusi dengan guru untuk

menyeimbangkan persepsi; (3) pembuatan rencana implementasi pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) pada pembelajaran menulis cerpen;

dan (4) desain instrumen berupa angket pra tindakan dan pasca tindakan,

pedoman wawancara, dan catatan lapangan.

2. Tindakan/ Pelaksanaan

Dalam hal ini, istilah "tindakan" dan "variasi dalam praktik pengajaran"

mengacu pada tindakan yang dilakukan secara terkendali dan termasuk inovasi

baru untuk meningkatkan pembelajaran. Persiapan, implementasi, dan tindak

lanjut adalah tiga fase dimana tindakan dilakukan.

3. Pengamatan

Tujuan dari tahap pengamatan adalah untuk merekam bagaimana tindakan

mempengaruhi proses pembelajaran. Tingkat keberhasilan tindakan ditentukan

salah satunya berdasarkan hasil tes dalam observasi ini. Para analis dibedakan

dan disimpan dalam catatan lapangan. Selain itu, peneliti menggunakan foto

sebagai bukti visual kegiatan penelitian untuk mendapatkan data.

4. Refleksi

Tahap mengingat dan meninjau tindakan persis seperti yang dicatat

dalam pengamatan disebut refleksi. Analis dan pendidik dapat mengubah


50

konteks untuk siklus berikutnya mengingat keputusan peneliti untuk

melakukan dua siklus karena efek dari refleksi ini.

Tahapan penelitian tindakan terdapat bagian-bagian yang membentuk

suatu siklus, yaitu rangkaian kegiatan yang berlanjut dalam urutan yang sama.

Aliran untuk empat fase adalah sebagai berikut.

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

?
51

Bagan 3. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan

Mc Taggart dalam Arikunto (2012: 16)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindak kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Srandakan

yang terletak di Jl. Trimurti, Pandansimo, dan Kec Sranda, Kab. Bantul di

kelas XI IPS 1. Lokasi tersebut merupakan sasaran yang tepat untuk

dilakukan penelitian Bahasa Indonesia dikarenakan di sekolah tersebut perlu

adanya perbaikan proses pembalajaran Bahasa khususnya penulisancerita

pendek. Sesuai dengan jadwal pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri

1 Srandakan, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2023 sampai

Maret 2023.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 25 siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1

Srandakan sebagai subjek penelitian. Kelas XI IPS 1 dipilih sebagai subjek


52

karena kelas ini memiliki kendala dalam memahami cara menyusun teks

cerita pendek. Selain itu, siswa kelas XI IPS 1 termasuk dalam kategori

kecerdasan sedang. Kemampuan menulis cerpen siswa khususnya di kelas XI

IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan menjadi fokus penelitian tindakan kelas.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam 2 siklus, siklus yang dilakukan sesuai

tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas, diantaranya tahap perencanaan,

implementasi, pengamatan, dan tahap refleksi.

1. Siklus I

Tindakan kelas dan prosedur pelaksanaan siklus I untuk siswa kelas XI

IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Selama tahap perencanaan ini, peneliti dan guru memutuskan strategi lain

untuk membantu siswa menulis cerita pendek. Kegiatan pertama adalah diskusi

antara peneliti dan guru tentang tantangan yang dihadapi siswa kelas XI IPS 1

SMA Negeri 1 Srandakan saat pembelajaran menulis teks cerpen. Diskusi

tersebut menyimpulkan bahwa guru yang mengajar siswa menulis teks cerpen

masih menggunakan pendekatan tradisional. Pendidik hanya mengarahkan

teknik tugas dalam mencari cara menyusun cerita pendek. Pada titik ini,

peneliti juga mengadakan pre-test bagi siswa untuk menilai keterampilan awal

menulis cerita pendek mereka. Peneliti menggunakan media photo story dan

diskusi bersama guru tentang kemampuan siswa dalam membuat skenario


53

pembelajaran menulis teks cerpen dengan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning).

Pada titik ini, guru dan peneliti juga harus menyiapkan materi

pembelajaran di kelas dan fasilitas pendukung. Sarana penunjang yang

digunakan adalah media photo story yang berisi rangkaian foto asli suatu

peristiwa. Guru bersama peneliti juga harus mempersiapkan instrumen untuk

mengamati jalannya pembelajaran menulis teks cerita pendek. Instrumen

yang dibutuhkan berupa:

1. Photo story yang berisi rangkaian foto nyata objek atau suatu kejadian

2. Lembar catatan lapangan

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4. Membuar rancangan pembelajaran menulis teks cerita pendek

menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) yang

dimodifikasi menggunakan bantuan media photo story.

5. Menyiapkan lembar observasi, dan lembar kerja siswa untuk menulis teks

cerita pendek.

b. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan dalam kegiatan penelitian ini adalah menyusun

teks cerita pendek dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual


54

Teaching and Learning). Berikut kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I

sebagai bagian dari pelaksanaan penelitian tindakan ini di kelas:

1. Melakukan kegiatan menurut rencana dan langkah-langkahnya.

2. Menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

menggunakan bantuan media photo story dalam mempelajari cara menyusun

teks cerita pendek.

3. Mengamati setiap tindakan sesuai rencana.

4. Fokus pada alokasi waktu dan banyaknya aktivitas kegiatan yang dilakukan

di dalam kelas.

5. Persiapkan masalah dengan mencari solusi jika muncul selama fase

tindakan.

c. Pengamatan/ Observasi

Selama praktik menulis teks cerpen, peneliti melakukan pengamatan

yang cermat terhadap lingkungan belajar dan respon siswa. Keaktifan siswa

adalah konsentrasi utama dalam observasi. Instrumen observasi penelitian

meliputi lembar observasi dan catatan lapangan. Salah satu data yang akan

dianalisis sebagai hasil observasi tindakan siklus adalah rekaman berupa foto

kegiatan penelitian dan hasil menulis teks cerpen.

d. Refleksi
55

Menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

modifikasi dan photo story, peneliti dan guru melakukan refleksi untuk

menilai tingkat keberhasilan dalam menulis teks cerpen. Peneliti bersama

pendidik diperiksa untuk mengetahui siklus, kendala, dan masalah yang

dialami dalam pelaksanaan kegiatan. Sebagai pedoman untuk siklus

selanjutnya, kelemahan dan kendala yang ditemui selama penelitian akan

didiskusikan dan dicari solusinya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II, tahapan perencanaan meliputi:

1. Mendiskusikan dan mengevaluasi hasil refleksi dan mencari cara untuk

memperbaiki pembelajaran selanjutnya.

2. Mencatat kesulitan dan tantangan yang dihadapi saat pembelajaran.

3. Merencanakan peningkatan mengingat refleksi siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahapan pelaksanaan tindakan siklus kedua meliputi:

1. Analisis cara memecahkan masalah.

2. Menggunakan media photo story dan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) yang dimodifikasi, melakukan tindakan korektif

dalam menulis teks cerpen.

c. Pengamatan/ Observasi
56

Observasi siklus kedua ini dilakukan pada saat tindakan, sama seperti

siklus pertama. Pada pengamtan yang kedua, dilakukan dengan mencatat

gerak-gerik yang terjadi. Lembar observasi dengan catatan lapangan

digunakan oleh peneliti sebagai instrumen observasi. Saat melakukan

observasi, fokus utama adalah pada aktivitas siswa. Salah satu data yang akan

dianalisis dari hasil observasi tindakan siklus adalah rekaman berupa foto dan

hasil tulisan yang dihasilkan siswa saat menulis teks cerpen.

d. Refleksi

Setelah kegiatan eksekusi dilaksanakan dalam dua siklus, peneliti dan

pendidik berdiskusi tentang konsekuensi keterampilan mengarang siswa dan

pengalaman pendidikan mengarang teks cerita pendek. Dengan menggunakan

media bantuan cerita foto, pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) yang dimodifikasi, peneliti dan guru melakukan refleksi untuk

menilai tingkat keberhasilan dalam menulis teks cerpen.


57

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini mengumpulkan data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif tentang bagaimana sikap siswa saat belajar menulis

cerpen menggunakan media photo story dengan metode CTL (Contextual

Teaching and Learning). Sedangkan data kuantitatif adalah tingkat

kemampuan siswa dilihat dari hasil akhir tes mengarang cerita pendek.

Sumber informasi dipilih berdasarkan pengalaman menulis teks cerita pendek

sebelumnya yang ada sebelum pengembangan kemahiran berbahasa

Indonesia. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Observasi

Peneliti dapat mengetahui bagaimana perilaku siswa seperti keikutsertaan

mereka di kelas, minat belajar, dan antusiasme selama proses pembelajaran

dari hasil observasi. Pengamatan dilakukan dengan mengingat pedoman

pengamatan dan dokumentasi sebagai pendukung. Dalam penelitian ini

gerakan dari setiap kegiatan juga disimpan dalam catatan lapangan

berdasarkan aturan catatan lapangan.

2. Wawancara

Peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru sebagai partisipan.

Gerakan wawancara ini diarahkan untuk mendapatkan data dari pendidik

mengenai kemampuan siswa dan hambatan yang dialami saat belajar

mengarang teks cerita pendek untuk melihat penggunaan model pembelajaran

dan media layak digunakan untuk proses peningkatan menulis cerpen di kelas

tersebut.
58

3. Angket

Pertanyaan tertulis dan tanggapan tertulis merupakan bagian dari

kuesioner yang digunakan sebagai alat pencarian data. Hal ini, indikator yang

dapat menunjukkan pengetahuan dan pengalaman dalam menulis teks cerita

pendek harus digunakan untuk menyiapkan instrumen. Keberhasilan

penerapan strategi CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan

media photo story dalam penulisan cerpen juga ditentukan dengan

menggunakan angket.

4. Tes

Dilakukan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis teks

cerita pendek. Tes dilakukan sebelum tindakan dan pada saat dikenai tindakan

yaitu ketika siklus I dan siklus II.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tentang apa yang dilakukan oleh

pendidik dan siswa. Tujuan catatan lapangan adalah untuk menggambarkan

kegiatan pembelajaran. Peneliti membuat catatan lapangan berdasarkan apa

yang dia lihat di kelas.

6. Dokumen Tugas Siswa

Selama pretest, siklus I sampai II, siswa mengerjakan menulis teks cerita

pendek untuk dokumen tugas mereka. Dokumentasi ini digunakan untuk

menilai seberapa rajin siswa menyelesaikan tugas yang diarahkan oleh guru.
59

7. Dokumentasi

Dari awal hingga akhir proses pembelajaran, foto kegiatan digunakan

untuk mendokumentasikan proses kegiatan di kelas. Dokumentasi digunakan

untuk merekam kegiatan yang terjadi di dalam kelas.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berfungsi sebagai instrumen untuk memperoleh data

penelitian. Lembar kerja siswa, lembar observasi, lembar wawancara, survey,

dan catatan lapangan merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini. Berikut ini adalah deskripsi instrumen penelitian.

1. Lembar Kerja Siswa

Informasi yang didapat dalam fokus ini melalui tugas menyusun teks cerita

pendek khusus yang disusun pada lembar kerja siswa. Berikut ini merupakan

tabel isi-kisi soal menulis teks cerita pendek.

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Menulis Teks Cerita Pendek

(Kompetensi Materi Indikator Nomor Jumlah Bentuk

Dasar) KD Soal Soal Soal Soal

Menulis Disajikan
4.9
cerita pendek media
Mengkonstruki
menggunakan photo
si cerita
pendekatan story,
pendek dengan
CTL peserta
60

berbantuan didik dapat


memerhatikan
media photo mengemba 1 1 Uraian
unsur-unsur
story. ngkan ide
pembangun
yang
cerpen
sesuai

tema.

Disajikan

media

photo

story,

peserta

didik dapat

merancang

fakta

cerita,

sarana

cerita yang

mengandu

ng unsur

cerpen

yang logis
61

dan padu.

Disajikan

media

photo

story,

peserta

didik dapat

membuat

teks cerita

pendek

berdasarka

penulisan

dan ejaan

yang tepat.

2. Lembar Observasi/ Pengamatan

Observasi bertujuan guna mendapat informasi perilaku siswa selama

pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini peneliti menyiapkan lembar

observasi sebagai bantuan pengumpulan informasi. Berikutnya merupakan

kisi-kisi lembar pengamatan.


62

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Pengamatan

Aspek Indikator Nomor

Butir

Minat peserta Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 1

didik mengamati serta mencatat, sikap dan

terhadap semangat siswa saat mengikuti pembelajaran

pembelajaran menulis teks cerita pendek.

menulis teks
Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 2
cerita
mengamati dan mencatat banyaknya peserta

didik yang serius dalam memperhatikan

pembelajaran (tidak sibuk/bicara sendiri).

Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 3

mengamati dan mencatat kondisi peserta didik

tidak mengeluh saat guru memberikan

instruksi dalam pembelajaran menulis teks

cerpen.

Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 4

mengamati dan mencatat banyaknya siswa

yang memperhatikan penjelasan guru dalam

menyampaikan materi teks cerpen.

Keaktifan Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 5


63

peserta didik mengamati dan mencatat banyaknya peserta

saat didik yang aktif bertanya pada saat

pembelajaran pembelajaran teks cerpen berlangsung.

menulis teks
Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 6
cerita pendek.
mengamati dan mencatat banyaknya peserta

didik yang aktif melakukan instruksi dari

guru.

Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 7

mengamati dan mencatat banyaknya peserta

didik yang aktif berdiskusi dengan kelompok.

Kelancaran Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 8

proses mengamati dan mencatat apakah kegiatan

pembelajaran pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan

menulis teks langkah-langkah pembelajaran yang telah

cerita pendek. direncanakan.

Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 9

mengamati dan mencatat ketersediaan sarana

prasarana menunjang kegiatan pembelajaran.

Prestasi/hasil Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 10

belajar mengamati dan mencatat apakah peserta didik

peserta didik mengumpulkan tugas dengan tepat waktu atau


64

tidak.

3. Pedoman Wawancara

Supaya lebih valid dan guna memastikan keakuratan data, wawancara

dilakukan sebelum dan sesudah tindakan. Berikut ini adalah pedoman untuk

wawancara pra-kegiatan dan pasca-kegiatan.

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pra Tindakan

Aspek Indikator Nomor Jumlah

Butir Butir

Pembelajaran Disajikan lembar wawancara 1,2 2

menulis teks peneliti dapat melakukan

cerita pendek. wawancara dengan guru, peneliti

mencatat pendekatan/metode/

strategi yang digunakan guru untuk

mengajar siswa kelas XI cara

menulis teks cerita pendek.

Minat siswa Peneliti dapat menggunakan lembar 3 1

dalam wawancara yang telah disediakan

pembelajaran untuk mewawancarai guru dan

menulis cerita mencatat minat siswa dalam belajar

pendek. menulis cerpen.


65

Permasalahan Disajikan lembar wawancara, 4, 5, 6 3

dan Hasil peneliti dapat melakukan

pembelajaran wawancara dengan guru dan

menulis teks mencatat permasalahan yang terjadi

cerita pendek. ketika pembelajaran menulis teks

cerpen.

Disajikan lembar wawancara 7, 8 2

peneliti dapat melakukan

wawancara dengan guru serta

mencatat kriteria penilaian dan

perolehan nilai siswa dalam

pembelajaran menulis teks cerpen.

Alat Disajikan lembar wawancara 9, 10 2

pendukung peneliti dapat melakukan

pembelajaran. wawancara dengan guru dan

mencatat alat pendukung, sumber

belajar yang digunakan guru dalam

pembelajaran menulis cerpen.

Disajikan lembar wawancara 11 1

peneliti dapat melakukan

wawancara dengan guru dan

mencatat apakah pendekatan CTL


66

berbantuan media photo story sudah

pernah digunakan atau belum.

Tabel 5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pasca Tindakan

Aspek Indikator Nomor Jumlah

Butir Butir

Proses Disajikan lembar wawancara 1, 2 2

pembelajaran peneliti dapat melakukan

menulis cerpen wawancara dengan guru dan

menggunakan mencatat dampak dan sikap siswa

pendekatan dalam pembelajaran menulis cerpen

CTL menggunakan pendekatan CTL

berbantuan berbantuan media photo story.

media photo
Disajikan lembar wawancara 3, 4, 5 3
story.
peneliti dapat melakukan

wawancara dengan guru dan

mencatat kesan, pesan, atau kendala

siswa selama pembelajaran menulis

teks cerpen menggunakan

pendekatan CTL berbantuan media

photo story.
67

Disajikan lembar wawancara 6, 7 2

peneliti dapat melakukan

wawancara dengan guru dan

mencatat hasil pembelajaran

menulis cerpen menggunakan

pendekatan CTL berbantuan media

photo story.

4. Angket

Ada dua angket dalam penelitian ini yaitu informasi awal dan angket

akhir guna merefleksi pembelajaran menulis cerpen dengan CTL (Contextual

Teaching and Learning) berbantuan media photo story. Berikut ini kisi-kisi

angket informasi awal menulis cerpen pada pra tindakan dan pasca tindakan.

Tabel 6. Kisi-kisi Angket Pra Tindakan

Aspek yang Indikator Nomor Jumlah

Dinilai Butir Butir

Minat siswa Disajikan angket siswa dapat 1, 2, 3, 4

dalam menulis memilih salah satu pilihan tentang 4

teks cerpen. minat terhadap cerpen.

keterbatasan Disajikan angket peserta didik 5, 6, 7, 4


68

kemampuan dapat memilih salah satu pilihan 8

siswa untuk tentang kendala belajar menulis

menulis cerita cerita pendek.

pendek.

Pemanfaatan Disajikan angket siswa dapat 9, 10 2

teknik atau memilih salah satu pilihan

media tertentu mengenai penerapan metode atau

dalam media yang digunakan guru dalam

mempelajari pembelajaran menulis cerpen.

cara mengarang

cerita pendek.

Tabel 7. Kisi-kisi Angket Pasca Tindakan

Aspek Indikator Nomor Jumlah

Butir Butir

Sikap siswa Disajikan angket, siswa dapat 1, 2, 3 3

dalam memilih salah satu pilihan tentang

pembelajaran sikap siswa dalam pembelajaran

menulis teks menulis teks cerpen menggunakan

cerpen pendekatan CTL berbantuan media

menggunakan photo story.

pendekatan
69

CTL

berbantuan

media photo

story.

Penerapan Disajikan angket, siswa dapat 4, 5, 6, 5

pendekatan memilih salah satu pilihan tentang 7, 8

CTL penerapan pendekatan CTL

berbantuan berbantuan media photo story

media photo dalam pembelajaran menulis teks

story dalam cerpen.

pembelajaran

menulis teks

cerpen.

Hasil Siswa diberikan angket yang dapat 9, 10 2

pembelajaran dipilih tanggapannya tentang hasil

menulis cerpen belajar menulis cerpen dengan

menggunakan pendekatan CTL dan media photo

pendekatan story.

CTL

berbantuan

media photo

story.
70

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah sejarah tentang apa yang dilakukan guru atau

siswa selama proses belajar mengajar. Sepanjang proses, penelitian

melibatkan analisis situasi dan mengidentifikasi fakta yang relevan

dengannya. Tujuan catatan lapangan adalah untuk mengidentifikasi aktivitas

pada hari penelitian dilakukan. Data yang berasal dari lapangan dapat

digunakan sebagai jenis data objektif. Berikut adalah kisi-kisi catatan

lapangan yang akan digunakan.

Tabel 8. Kisi-kisi Catatan Lapangan

Aspek Pengamatan Indikator

Penerapan pendekatan CTL Disajikan lembar catatan lapangan

berbantuan media photo story peneliti dapat menilai penerapan pra

dalam pembelajaran menulis tindakan hingga pasca tindakan

teks cerita pendek, pra tindakan pembelajaran menulis cerpen di kelas XI

hingga pasca tindakan. SMA Negeri 1 Srandakan dengan

pendekatan CTL berbantuan media photo

story.

Hasil pembelajaran menulis Disajikan lembar catatan lapangan

teks cerita pendek pra tindakan peneliti dapat menilai kinerja siswa dalam
71

hingga pasca tindakan mengerjakan tugas menulis teks cerpen

menggunakan pendekatan CTL pra tindakan hingga pasca tindakan

berbantuan media photo story. menggunakan pendekatan CTL

berbantuan media photo story.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan deskripsi kualitatif dam kuantitatif.

Selain itu, analisis data juga dilakukan dengan cara melakukan perbandingan

isi catatan guru dan peneliti untuk mengurangi subjektivitas.

1. Teknik analisis data kualitatif

Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam analisis data kualitatif.

Catatan lapangan, transkrip wawancara, dan dokumentasi tugas siswa

merupakan data kualitatif. Berikut adalah langkah-langkah deskriptif

kualitatif.

a. Perbandingan data: Pada titik ini, data untuk setiap informasi dibandingkan

untuk mempermudah mengklasifikasikan data yang serupa.

b. Kategorisasi, proses mengkategorikan data.

c. Tampilkan informasi sebagai tabel dan garis besar.

d. Menyimpulkan secara induktif, informasi yang telah dirangkai diuraikan

sehingga diperoleh tujuan.

2. Teknik analisis data kuantitatif


72

Berdasarkan kumpulan nilai ujian menulis teks cerpen, analisis data

kuantitatif dilakukan dengan menentukan rata-rata dan persentase. Setelah itu,

dibuat tabel atau grafik untuk menunjukkan bagaimana peningkatan

kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

H. Validitas dan Reliabilitas Data

Penelitian ini juga terdapat validitas dan Reliabilitas data. Berikut ini

penejelasan terkait validitas data dan validitas demokratik.

1. Validitas Data

Lusi dkk. (2013: 63), penelitian tindakan kelas memiliki validitas yang

mendekati ukuran kualitatif. Peneliti harus memastikan bahwa semua

komponen penelitian digunakan secara tepat dan objektif selama proses

berlangsung.

a) Validitas Demokratik

Validitas demokratik yaitu memberikan kesempatan kepada peneliti

untuk berkolaborasi dengan berbagai komponen penelitian dan menerima

masukan apapun yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses

menulis teks cerpen, maka validitas demokrasi dapat tercapai. Peneliti,

melibatkan guru Bahasa Indonesia, dan siswa SMA Negeri 1 Srandakan

menjadi subjek kerjasama.

b) Validitas Hasil
73

Validitas hasil merupakan taraf ukur keberhasilan yang dicapai oleh

peneliti. Validitas hasil diperoleh dengan melakukan pendataan terhadap hasil

proses menulis teks cerita pendek. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk

dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari metode yang digunakan. Pada

siklus berikutnya, data ini dijadikan sebagai acuan pembelajaran menulis teks

cerpen.

c) Validitas Proses

Suatu proses penelitian yang telah disusun, mulai dari perencanaan hingga

refleksi, disebut validitas proses. Proses perencanaan, tindakan, pengamatan,

dan refleksi adalah beberapa proses yang termasuk dalam penelitian ini. Jika

peneliti dan pendidik terus memperhatikan langkah-langkah dalam proses

penelitian, validitas ini dapat tercapai.

2. Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran alat dapat dipercaya.

Lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar kerja

persiapan siswa, jajak pendapat, dan dokumentasi semuanya berkontribusi

pada tingkat reliabilitas studi. Hasil pengukuran harus reliabel dalam arti

harus konsisten dan stabil.


74

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Keberhasilan dalam penelitian tergantung pada membuat perubahan yang

mengarah pada hasil yang lebih baik. Studi ini mengumpulkan indikator

kemajuan dari dua perspektif, kesuksesan produk dan kesuksesan proses:

1. Indikator Keberhasilan Proses

Tindakan atau proses pembelajaran siswa di kelas menjadi indikator

keberhasilan proses. Keberhasilan tersebut antara lain meliputi:

a. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa memperhatikan dan antusias.

b. Siswa secara efektif bertanya dan menjawab di kelas selama proses

kegiatan belajar mengajar berlangsung.

c. Siswa dinamis dalam menangani tugas.

2. Indikator keberhasilan produk dan Hasil

Hasil materi tergantung dari kemajuan siswa dalam menyusun teks cerita

pendek dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) berbantuan media photo story. Kesuksesan telah tercapai jika ada

peningkatan prestasi antara waktu sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Fakta bahwa nilai rata-rata teks cerpen meningkat menunjukkan keberhasilan

produk. Kegiatan tersebut diharapkan benar-benar berhasil apabila setiap siklus

menemui perkembangan yang khas yang terekam dalam bentuk teks cerita

pendek hard copy dan pada siklus terakhir ≤ 75% nilai siswa menulis cerita

pendek di atas nilai KKM 75. Hal ini sejalan dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) dalam Pasal 1 Ayat 6 Permendikbud No. 23 Tahun 2006.


75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian IV memaparkan hasil pemeriksaan yang telah selesai

dilaksanakan. Pelaksanaan pratindakan, pelaksanaan setiap siklus I dan II,

serta diskusi peningkatan kemampuan menulis teks cerpen dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media

photo story merupakan hasil penelitian yang dideskripsikan. Kemudian, pada

bagian pemaparan hasil, terdapat penggambaran proses pembelajaran dan

hasil menyusun teks cerita pendek pada pra kegiatan, siklus I, dan siklus II.

Tanggal 30 Januari sampai dengan 15 Maret 2023 dilakukan penelitian

tindakan kelas selama dua bulan. Berdasarkan apa yang diskusikan dengan

Dra. Sri Suharni guru Bahasa Indonesia dan mengacu pada kalender

akademik penelitian kegiatan kelas ini dilakukan lebih dari satu kali dalam

seminggu, sesuai jadwal bahasa Indonesia.

Tabel 9. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas SMA Negeri 1 Srandakan

No. Hari/Tanggal Kegiatan


76

1. 30 Januari 2023 Observasi awal ke sekolah dan izin

penelitian.

2. 31 Januari 2023 Diskusi dengan guru membahas waktu

penelitian, model pembelajaran yang

akan digunakan, dan wawancara pra

tindakan.

3. 01 Februari 2023 - Pelaksanaan pra tindakan pertemuan

1.

- Pengisian angket pratindakan.

- Wawancara dengan siswa pra

tindakan.

- Koordinasi dengan guru untuk siklus

1.

4. 08 Februari 2023 - Pelaksanaan siklus 1 (pertemuan 1).

- Koordinasi dengan guru untuk siklus

1 (pertemuan 2).

5. 15 Februari 2023 - Pelaksanaan siklus 1 (pertemuan 2).

- Koordinasi dengan guru untuk siklus

2.

6. 22 Februari 2023 - Pelaksanaan siklus 2 (pertemuan 1).


77

- Koordinasi dengan guru untuk siklus

2 (pertemuan 2).

7. 23 Februari 2023 - Pelaksanaan siklus 2 (pertemuan 2).

- Koordinasi dengan guru untuk siklus

2 (pertemuan 3).

8. 15 Maret 2023 - Pelaksanaan siklus 2 (pertemuan 3).

- Pengisian angket pasca tindakan.

- Wawancara siswa pasca tindakan.

- Wawancara dengan guru pasca

tindakan.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan siswa kelas XI IPS 1 SMA

Negeri 1 Srandakan yang berjumlah 25 orang. Penetapan kelas XI IPS 1

diputuskan berdasarkan hasil pertemuan dengan guru Bahasa Indonesia Dra.

Sri Suharni menjelaskan, siswa di kelas ini masih berkutat menulis teks

cerpen dan belum mencapai KKM 75. Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan selama dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat tahap

yaitu perencanaan, pelaksanaan. melakukan tindakan, mengamati, dan

merenungkan/refleksi.
78

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, mulai dari tahap pratindakan

hingga siklus II memiliki hasil yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan

uraian hasil pada tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II.

a. Hasil Pratindakan

Tahap pratindakan penelitian tindakan kelas ini dimulai pada hari Rabu,

1 Februari 2023, di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan. Sebelum siswa

diberikan tindakan dengan pendekatan CTL berbantuan media foto cerita,

pelaksanaan pra tindakan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa dalam menulis teks cerita pendek. Pada tahap pra kegiatan ini, peneliti

juga mengumpulkan informasi dengan memberikan tes awal menyusun teks

cerita pendek, mengisi polling pra kegiatan, mengarahkan wawancara pra

kegiatan dengan siswa, mengisi lembar catatan lapangan, mengisi lembar

persepsi siswa, dokumentasi pembelajaran, dan perencanaan bersama

pendidik sebelum melanjutkan ke tahap siklus utama. Pada tahap pratindakan

peneliti juga melibatkan Dra. Sri Suharni selaku guru bahasa Indonesia

sebagai kolaborator dan siswa kelas XI IPS 1 sebagai subjek penelitian.

Guru membuka kegiatan pembelajaran pada saat pra tindakan dengan

menyapa siswa, menanyakan kabar, mengajari siswa berdoa, dan mengabsen.

Pendidik juga memberikan gambaran kepada siswa tentang materi

sebelumnya, khususnya unsur pembangun cerita teks cerita pendek. Pada

tahap ini pendidik juga menyampaikan Kemampuan Dasar yang harus dicapai
79

dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar (KD) 4.9 : Dengan memperhatikan

komponen penyusun cerpen, menyusun cerpen

Siswa didekati untuk mengarang teks cerita pendek dengan diberi

ilustrasi teks cerita pendek berjudul “Laki-laki Di Awal Hari Buta” oleh Hari

B. Mardikantoro sebagai acuan dalam siswa mengarang cerita pendek. Siswa

menggunakan contoh teks cerita pendek sebagai referensi untuk mencari tahu

apa yang ada di cerita pendek. Guru meminta siswa untuk melihat dan

membaca contoh teks cerita pendek yang telah diberikan kepada mereka.

Pada kegiatan pembelajaran guru membimbing dan menjelaskan apa saja

unsur pembangun teks cerita pendek namun, siswa cenderung tidak

memperhatikan dan kadang mengeluh merasa bosan. Pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung guru menggunakan metode ceramah untuk

menjelaskan materi teks cerita pendek.


80

Gambar 2. Suasana Kelas Pratindakan Saat Menulis

Teks Cerita Pendek

Metode dan cara mengajar guru tentunya juga berpengaruh pada kondisi

siswa saat kegiatan pratindakan berlangsung, siswa terlihat kurang antusias,

masih banyak siswa kesulitan untuk melahirkan dan mengembangkan ide.

Siswa bahkan mengeluh ketika diminta untuk menulis teks cerpen, dan ada

dua siswa di meja yang sibuk berbicara sendiri. Penjelasan guru tidak

dimengerti oleh sebagian siswa. Pada saat guru mencari penjelasan tentang

hal-hal yang mendesak, terlihat bahwa masih ada beberapa siswa yang sudah

berhasil menjelaskan masalah-masalah yang mendesak, namun masih banyak


81

siswa yang tidak aktif dan lesu. Bahkan juga terlihat beberapa kali ada siswa

yang bermain handphone saat berdiskusi.

Kondisi siswa yang terlihat belum antusias juga berdampak pada hasil

dan proses menulis teks cerita pendek. Pada saat guru meminta siswa untuk

mengumpulkan hasil teks cerita pendek terdapat siswa yang terlambat

mengumpulkan. Hal ini membuat beberapa kali guru sering menegur siswa

untuk memperhatikan penjelasan. Meskipun demikian, kegiatan pembelajaran

masih bisa dikendalikan.

Guru dan peneliti kemudian membagikan angket pra tindakan kepada

setiap siswa setelah mereka mengumpulkan teks cerita pendek mereka. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa dalam menulis teks cerpen.

Berikut tabel hasil angket pratindakan siswa kelas XI IPS 1.


82

Tabel 10. Tabel Hasil Angket Pratindakan Siswa Kelas XI IPS

A (Kadang- C

No. Indikator (Ya) kadang) (Tidak)

Apakah anda menyukai kegiatan 4 18 3

1. menulis? 16% 72% 12%

2. Apakah menulis teks cerita 8 6 11

pendek merupakan keterampilan 32% 24% 44%

menulis yang mudah

3. Apakah menulis teks cerita 6 13 6

pendek merupakan kegiatan yang 24% 52% 24%

menarik?

4. Apakah anda mempunyai 4 8 13

keinginan untuk menulis teks 16% 32% 52%

cerita pendek?

5. Apakah anda mengalami kesulitan 9 10 6


83

dalam menentukan topik untuk 36% 40% 24%

menulis teks cerita pendek?

6. Apakah anda sering mengalami 5 17 3

kesulitan dalam memperoleh data 20% 68% 12%

untuk menulis teks cerita pendek?

7. Apakah anda sering mengalami 10 14 1

kesulitan dalam menulis teks 40% 56% 4%

cerita pendek yang sesuai dengan

struktur dan unsur pembangun

cerpen?

8. Apakah anda merasa kesulitan 7 14 4

dalam menulis cerita pendek 28% 56% 16%

menggunakan gaya bahasa yang

sesuai topik?

9. Apakah anda menginginkan 23 1 1

suasana kelas yang 92% 4% 4%

menyenangkan saat pembelajaran

menulis teks cerita pendek?

10. Apakah anda ingin mendapatkan 23 1 1

model pembelajaran teks cerita 92% 4% 4%

pendek yang menyenangkan?

Jumlah 99 102 49
84

9,9 10,2 4,9

Rata-rata 40% 40% 20%

Seluruh siswa kelas XI IPS 1 yang berjumlah 25 orang telah

menyelesaikan angket pratindakan. Hasil survei sebelumnya membawa kita

pada kesimpulan bahwa mayoritas siswa terkadang mengalami kesulitan

dalam menulis teks cerita pendek. Siswa sering kesulitan dalam menentukan

topik, menemukan data yang dapat digunakan dalam teks cerpen, menulis

berdasarkan struktur dan unsur pembangun cerpen, dan menentukan gaya

bahasa yang sesuai dengan materi pelajaranPerolehan hasil angket di atas

juga diperkuat adanya data hasil wawancara pratindakan bersama Dra. Sri

Suharni sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil wawancara

pratindakan dengan Dra. Sri Suharni, peneliti memperoleh hasil bahwa siswa

masih kesulitan dalam menulis teks cerita pendek. Penyebab permasalahan

tersebut dikarenakan minat siswa dalam menulis masih tergolong rendah.

Selain itu, siswa juga belum terbiasa melakukan kegiatan menulis, masih

rendahnya minat baca siswa sehingga siswa sulit untuk melahirkan ide-ide

cerita.

Peneliti juga memperoleh hasil dari wawancara pratindakan dengan

siswa. Beberapa perwakilan siswa yang menjadi sampel wawancara yaitu S20

siswa berkemampuan baik menyatakan bahwa masih kesulitan dalam

menentukan topik, gaya bahasa, dan pengembangan cerita. Begitu pula

dengan pernyataan S13 yang menyatakan bahwa masih sulit dalam


85

menentukan topik dan kesulitan memperoleh data pendukung untuk

melahirkan ide cerita. Sedangkan S24 siswa yang berkemampuan rendah

menyatakan bahwa sulit untuk menulis cerita pendek dikarenakan tidak suka

menulis karena membosankan, terkadang juga guru hanya memberi contoh

teks saja tidak berupa contoh yang lebih menarik.

Tahap pratindakan ini peneliti menggunakan tes kemampuan awal untuk

mengetahui kemampuan siswa sebelum dikenai tindakan dan juga untuk

menghindari penelitian yang subjektif.

Gambar 3. Suasana Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia


72

Tabel 11. Tabel Hasil Nilai Menulis Teks Cerita Pendek Pratindakan

Pratinda Siklu Siklus

kan sI II

AspekPeni AspekPeni Aspek

laian laian Penilaian

N Subj Unsur/ Subje Unsur/ Subje Unsur/ Nil


o. ek Isi Struk Eja Nil k Isi Stru Eja Nil k Isi Struk Eja ai

tur an ai ktu an ai tur an


T S A P SP D A T S A P SP D A T S A P SP D A
r
M M M

1. S1 6 6 6 6 8 3 6 14 3 58 S1 11 7 8 8 9 8 8 18 5 82 S1 13 8 8 9 9 8 9 19 5 88

2. S2 6 6 6 4 8 4 5 16 4 59 S2 12 7 8 7 8 7 7 17 4 77 S2 14 9 9 9 9 9 10 19 5 93

3. S3 14 9 9 10 9 6 9 19 4 89 S3 12 9 9 9 9 8 8 19 4 87 S3 13 9 9 9 9 9 10 19 5 92

4. S4 10 8 8 7 8 8 8 18 5 80 S4 13 8 8 8 8 8 8 19 5 85 S4 13 9 9 9 9 9 9 19 5 91
73

5. S5 6 6 4 4 8 5 6 10 4 53 S5 10 7 7 7 9 4 7 15 4 70 S5 11 7 7 6 9 5 7 15 4 71

6. S6 6 6 5 6 7 5 6 10 4 55 S6 10 6 6 7 8 7 7 16 4 71 S6 12 7 9 8 9 9 8 18 4 84

7. S7 7 6 6 4 8 4 3 12 3 53 S7 12 7 8 7 9 4 8 16 4 75 S7 10 8 8 8 8 7 8 16 4 77

8. S8 6 6 6 6 8 3 6 14 3 58 S8 6 7 7 4 7 7 4 14 4 60 S8 11 8 9 8 7 7 7 17 5 79

9. S9 4 4 4 4 8 4 3 11 4 46 S9 6 7 7 4 7 7 4 14 3 59 S9 11 8 8 7 9 7 9 16 4 79

10 S1 3 3 3 3 6 6 2 12 3 41 S10 7 6 5 5 6 7 4 14 3 57 S10 10 8 7 6 8 7 8 15 4 73

. 0

11 S1 6 6 6 4 8 6 6 12 4 58 S11 10 8 8 7 7 7 9 18 5 79 S11 11 8 8 8 8 8 9 18 5 83

. 1

12 S1 13 7 7 6 8 6 7 16 4 74 S12 7 7 7 4 7 7 7 16 4 66 S12 9 7 7 7 8 7 8 16 5 74

. 2

13 S1 6 6 6 5 6 4 4 14 3 54 S13 8 7 7 7 7 7 7 17 4 71 S13 13 9 9 9 9 9 10 19 5 92

. 3

14 S1 7 6 6 6 7 6 6 16 4 64 S14 8 7 6 6 7 7 7 17 4 69 S14 10 8 8 6 8 7 8 17 4 76
74

. 4

15 S1 5 4 3 3 3 4 4 11 3 40 S15 8 7 6 4 7 7 4 16 4 63 S15 11 7 7 6 8 7 8 16 4 74

. 5

16 S1 4 6 6 4 5 3 3 10 3 44 S16 8 6 7 6 6 7 4 16 4 64 S16 11 8 8 8 8 8 9 16 5 81

. 6

17 S1 6 7 6 4 7 4 4 10 4 52 S17 12 8 8 8 8 8 9 18 5 84 S17 13 9 8 9 9 8 9 18 5 88

. 7

18 S1 12 6 6 7 7 7 7 16 4 72 S18 8 8 7 7 8 7 7 16 5 73 S18 8 9 8 9 8 8 9 17 5 81

. 8

19 S1 6 6 5 6 7 5 6 10 4 55 S19 8 7 6 6 8 7 7 16 5 70 S19 10 8 8 8 8 7 8 16 4 77

. 9

20 S2 14 8 7 7 8 7 9 17 5 82 S20 15 9 9 9 9 9 9 19 5 93 S20 15 10 10 10 9 9 9 19 5 96

. 0
75

21 S2 S21 4 5 3 5 6 4 3 11 4 45 S21 10 8 7 8 7 7 9 17 4 77

. 1

22 S2 14 6 6 3 8 3 3 14 4 61 S22 14 7 7 6 9 6 6 16 4 75 S22 9 8 8 7 9 6 9 16 4 76

. 2

23 S2 6 6 4 4 6 6 6 15 3 56 S23 14 6 6 4 8 7 6 16 4 71 S23 14 9 9 8 8 8 8 19 5 88

. 3

24 S2 3 3 3 3 3 2 2 10 3 32 S24 6 6 3 3 7 5 6 10 4 50 S24 8 6 4 3 4 4 7 14 4 54

. 4

25 S2 14 9 9 8 9 9 9 18 4 89 S25 14 9 9 8 9 8 9 19 5 90 S25 9 7 6 7 8 7 7 16 4 71

. 5

Jumla 18 14 13 12 17 12 13 325 89 142 Jumla 24 17 17 15 19 17 16 403 10 178 Jumla 27 20 19 19 20 18 21 427 11 201

h 4 6 7 4 0 0 0 5 h 3 8 2 6 30 5 6 6 h 9 2 8 2 5 7 2 3 5

Rata- 7,6 6,0 5,7 5,2 7,0 5 5,4 13,5 3, 59, Rata- 9,7 7,16,9 6,2 7,7 6, 6,6 16,1 4,2 71,4 Rata- 11, 8,1 7,9 7,6 8,2 7,4 8,5 17,0 4,5 80,

6 8 8 1 4 7 4 rata 2 4 8 2 4 4 rata 2 8 8 8 2 6
76

rata
77

Keterangan:

T : Tema, kesesuaian isi cerita dengan judul.

S : Penggambaran setting tempat, waktu, dan suasana.

A : Penggambaran dan penyajian alur.

P : Penyajian tokoh dan penggambaran watak tokoh.

SP : Penyajian sudut pandang.

D : Penggunaan diksi dan gaya bahasa.

AM : Penggambaran dan penyajian amanat di dalam cerita.

Berdasarkan hasil tes menulis teks cerita pendek tahap pratindakan di atas

terdapat 24 siswa yang mengikuti tes pada tahap pratindakan. Pada kolom S21

terlihat nilainya masih kosong dikarenakan pada saat tahap pratindakan siswa

terebut tidak hadir. Hasil tes mengarang cerita pendek pada tahap pra kegiatan di

atas menyatakan bahwa siswa kelas XI IPS 1 dinyatakan belum berhasil karena

nilai normal kelas masih di bawah KKM yaitu 59,37. Siswa yang memperoleh

skor antara 60 sampai dengan 70 memiliki tingkat kemampuan menulis teks

cerpen yang rendah, siswa yang memperoleh skor antara 70 sampai dengan 80

memiliki tingkat kemampuan menulis teks cerita pendek yang sedang, dan siswa

yang memperoleh skor antara 80 sampai dengan 100 memiliki kemampuan

menulis teks cerpen baik.

Pada tahap pratindakan di atas, data menulis teks cerpen menghasilkan rata-

rata kelas sebesar 59,37, dengan 18 siswa berkemampuan rendah, 3 siswa

berkemampuan sedang, dan 3 siswa berkemampuan baik. Berdasarkan tabel hasil


78

menulis teks cerpen pada tahap pra tindakan sebelumnya, skor terendah adalah

32, dan skor tertinggi adalah 89. Berdasarkan KKM untuk mata pelajaran bahasa

Indonesia, skor rata-rata untuk menulis teks cerpen pada nilai siswa kelas XI IPS

1 perlu dinaikkan menjadi 75. Nilai siswa dapat dianalisis berdasarkan sembilan

faktor, antara lain kesesuaian isi/tema, deskripsi latar, penyajian plot, penyajian

tokoh dan penokohan, penyajian sudut pandang, pilihan diksi dan gaya bahasa,

deskripsi amanat, struktur, dan ejaan tulisan.

Selain berdasarkan hasil tes menulis teks cerita pendek, hasil wawancara

pratindakan, angket pratindakan, dan catatan lapangan pada tahap pratindakan

peneliti juga mendapatkan data hasil pengamatan pembelajaran di kelas. Data

hasil pengamatan pembelajaran di kelas digunakan untuk mencatat kegiatan

pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran menulis teks

cerita pendek pada tahap pratindakan. Aspek yang diamati pada lembar

pengamatan meliputi minat siswa terhadap pembelajaran menulis teks cerita

pendek, keaktifan siswa terhadap pembelajaran menulis teks cerita pendek,

kelancaran proses pembelajaran, dan ketepatan waktu mengumpulkan tugas hasil

menulis teks cerita pendek. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan

pembelajaran menulis teks cerita pendek tahap pratindakan.

Hasil tabel pengamatan di atas menyatakan bahwa keadaan siswa di kelas

masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat pada minat siswa yang masih naik

turun. Ada siswa yang terlihat antusias dalam belajar, namun masih ada siswa
79

yang lamban dan tidak terlihat tertarik untuk belajar. Pada tahap pra kegiatan ini,

ada juga beberapa siswa terlihat asik mengobrol dengan teman-temannya, bahkan

ada siswa yang asyik bermain handphone. Pada saat guru memberikan instruksi

untuk mengerjakan soal beberapa gerombolan siswa di barisan belakang

mengeluh, alhasil guru harus ekstra melakukan pendekatan dengan siswa supaya

mau mengerjakan.

Pada tahap pratindakan pembelajaran menulis teks cerpen, pengamatan

keaktifan siswa diketahui bahwa hanya dua siswa yang aktif bertanya, sedangkan

sisanya siswa tetap pasif dan tampak tidak tertarik. Pada saat guru meminta

mengerjakan soal terdapat siswa yang mengeluh dan sering bertanya karena

merasa kesulitan mengerjakan, guru harus selalu berkeliling dan menanyakan

progres pekerjaan siswa supaya mendapat hasil yang maksimal.

Kegiatan pembelajaran menulis teks cerita pendek tahap pratindakan bisa

dikatakan belum berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan beberapa faktor

yaitu walaupun guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah tetapi strategi yang digunakan kurang maksimal. Terlihat siswa

masih merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis teks cerita pendek.

Fasilitas yang terdapat di kelas juga sedikit bermasalah pada proyektor yang

tidak bisa menyala dan harus menunggu. Hal ini menjadi kendala tersendiri pada

saat pembelajaran berlangsung, penggunaan waktu menjadi tidak terkontrol,

banyak waktu yang terbuang untuk menunggu proyektor supaya dapat

digunakan.
80

Hasil belajar siswa terlihat kurang memuaskan. Banyak siswa yang

mengerjakan soal menulis teks cerita pendek tetapi belum memperhatikan unsur

pembangun cerpen. Terdapat dua siswa yang terlambat mengumpulkan tugas.

Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa minat, keaktifan,

kelancaran pembelajaran, dan prestasi hasil menulis siswa XI IPS 1 di dalam

kelas masih tergolong kurang dan perlu ditingkatkan.

Berdasarkan analisis angket pratindakan, wawancara, hasil tes menulis

cerpen, catatan lapangan, dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan

menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dan media

photo story dapat solusi dari permasalahan dalam menulis teks cerita pendek,

sehingga sangat diperlukan. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) berbantuan media photo story dipilih sebagai jawaban atas

permasalahan yang ditemukan berdasarkan informasi yang didapat.

Menggunakan gambar sebagai media utama dalam menulis teks cerita pendek.

Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) berbantuan media photo story ini diterapkan dengan harapan siswa

dapat meningkatkan minat menulis, khususnya menulis teks cerita pendek.

Meningkatnya minat menulis ini harapannya dapat diterapkan tidak hanya pada

saat pembelajaran saja, tetapi juga pada saat diluar pembelajaran siswa dapat

menulis berdasarkan hasil foto-foto yang tersimpan di album foto maupun

handphone.
81

b. Siklus I

Penelitian Siklus I berlangsung selama dua kali pertemuan pada tanggal 8

Februari 2023 dan 15 Februari 2023. Perencanaan, observasi, tindakan siklus I,

dan refleksi merupakan tahapan siklus I yang perlu dilakukan.

a) Perencanaan Siklus I

Rencana penelitian ini disusun untuk mempersiapkan tindakan siklus pertama

yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan pada tahap pra

tindakan dan meningkatkan keterampilan menulis teks cerpen siswa kelas XI IPS

1. Dra. Sri Suharni pengajar bahasa di SMA Negeri 1 Srandakan dan peneliti

bersama-sama menyusun rencana tersebut. Pada siklus I, tahap perencanaan

meliputi:

1. Peneliti dan guru pengajar mempersiapkan bahan pembelajaran dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media

photo story.

2. Penelitian dan guru pengajar membuat rencana pembelajaran (RPP) dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media

photo story

3. Peneliti dan pendidik menyiapkan instrumen tindakan yang meliputi catatan

lapangan, lembar observasi siswa, lembar wawancara guru dan siswa, serta

aturan penilaian.

4. Peneliti dan guru pengajar menyiapkan soal dan lembar kerja siswa.
82

5. Peneliti dan guru pengajar menentukan waktu pelaksanaan penelitian, yaitu

dua kali pertemuan untuk siklus I.

b) Tindakan Siklus I

Pada tahap tindakan siklus I, peneliti dan pendidik mempraktekkan rencana

yang telah dibuat sebelumnya. Dalam satu siklus, tindakan akan dilakukan dalam

dua kali pertemuan. Penjelasan dari setiap pertemuan siklus I dapat dilihat di

bawah ini.

1. Siklus I Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 08 Februari 2023

di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan. Guru melakukan pendahuluan

diantaranya yaitu, membuka pembelajaran dengan salam, mengkondisikan untuk

berdoa, melakukan presensi, dan memberikan motivasi kepada peserta didik.

Pada kegiatan selanjutnya, pendidik menjelaskan hasil pembelajaran yang

dilakukan. Selain itu, pendidik melakukan kegiatan apersepsi dengan membuat

singgungan pada instruksi sebelumnya mengenai analisis unsur pembangun teks

cerpen. Pendidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa sehubungan

dengan materi yang akan dibahas. Guru bertanya kepada siswa kegiatan-kegiatan

sehari-hari atau pengalaman yang berkesan. Hal ini untuk merangsang dan

mengkonstruksi siswa menemukan ide serta mengingat alur kejadian.

Sebelum masuk tahap inti guru menjelaskan terlebih dahulu bagaimana

langkah-langkah pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan pendekatan


83

Contextual Teaching and Learning berbantuan media photo story. Kegiatan

pendahuluan selesai, guru melanjutkan pada kegiatan inti yang meliputi:

1) Kegiatan I

a) Tahap Masyarakat Belajar

Guru membagi ke dalam kelompok belajar masing-masing kelompok 4

anggota. Pembagian kelompok ini berdasarkan urutan tempat duduk. Hal ini

dilakukan supaya tidak membuang waktu lebih lama dan siswa tetap tertib dalam

pembelajaran.

b) Tahap Modelling

Guru menayangkan video tips membuat cerita pendek yang menyenangkan

dan menarik. Hal ini digunakan untuk meningkatkan respon siswa dalam

pembelajaran supaya lebih semangat. Setelah selesai menayangkan video tps

membuat cerita pendek kemudian guru membagikan media belajar berupa photo

story untuk merangsang siswa menentukan topik, suasana, tema sebagai

gambaran ide menulis cerita pendek. Guru menjelaskan bahwa setiap kelompok

yang sudah mendapat lembar kerja kelompok kemudian diminta untuk berdiskusi

mencermati perintah dalam soal dan mencermati isi dari photo story.
84

Gambar 4. Suasana Kelas pada Saat Diskusi Siklus I

c) Tahap Konstruktivisme

Pendidik memberikan arahan kepada siswa, untuk melihat photo story

yang telah diberikan. Kelompok belajar siswa berdiskusi tentang unsur

pembangun cerita pendek berdasarkan cerita foto yang diberikan.

d) Tahap Questioning (bertanya)


85

Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum jelas,

siswa yang lain menjawab atau bertukar pikiran. Guru membantu siswa dalam

menentukan data-data sesuai unsur pembangun cerita pendek.

e) Inquiry (menemukan atau merumuskan masalah melalui

penemuannya)

Siswa mulai menentukan unsur pembangun teks cerita pendek dan mengisi

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) bersama kelompoknya.

f) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)

Siswa berdiskusi bersama kelompoknya sedangkan guru dan peneliti

berkeliling mengamati kegiatan siswa dan mencatat di lembar pengamatan siswa.

2) Kegiatan II

a) Konstruktivisme

Diskusi selesai, dan setiap siswa berhasil mengidentifikasi blok bangunan

cerpen yang sesuai dengan tema photo story yang dibagikan. Guru kemudian

membagikan lembar kerja individu untuk diselesaikan siswa guna menulis cerpen

berdasarkan media photo story yang telah dibagikan sebelumnya. Guru meminta

peserta didik untuk mulai menulis cerita pendek. Guru juga menginformasikan

bahwa tugas menulis teks cerita pendek dikumpulkan pada saat jam pelajaran

selesai.

Bagian inti selesai, lima menit sebelum pelajaran berakhir guru meminta

siswa untuk segera mengumpulkan hasil menulis cerita pendek. Pada tahap ini
86

guru juga menjelaskan bahwa menulis teks cerita pendek masih bisa dilanjutkan

pada pertemuan selanjutnya.

Memasuki kegiatan penutup, guru mempersiapkan siswa untuk tetap tenang

dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Kegiatan penutup diantaranya

yaitu:

b) Authentic Assessment

Sebelum siswa menulis teks cerpen pada pertemuan berikutnya, guru

mengevaluasi hasil belajar siswa dan memberikan tugas untuk lebih memahami

unsur pembangun cerpen.

c) Refleksi

Siswa dapat bertanya tentang aspek-aspek yang tidak jelas dari menulis cerita

pendek. Kegiatan yang telah selesai dapat disimpulkan oleh siswa dan guru.

Pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan diakhiri dengan salam.

2. Siklus I Pertemuan Kedua

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Februari 2023

di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan. Pertemuan kedua siklus I diawali

dengan pendahuluan sebelum pembelajaran dimulai. Guru melakukan

pendahuluan diantaranya yaitu, membuka pembelajaran dengan salam,

mengkondisikan untuk berdoa, melakukan presensi, dan memberikan motivasi

kepada peserta didik. Selanjutnya guru melakukan kegiatan apersepsi dengan

cara menyinggung pembelajaran sebelumnya, yaitu tentang berdiskusi unsur


87

pembangun teks cerita pendek dan menulis teks cerita pendek. Guru

mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan materi yang kemarin

dipelajari atau yang akan dipelajari.

Kegiatan pendahuluan selesai, guru kemudian melanjutkan pada bagian inti.

Kegiatan inti meliputi:

1) Kegiatan I

a) Modelling (melihat dan meniru apa yang ditampilkan guru)

Guru membagikan media belajar berupa photo story untuk merangsang

siswa menentukan topik, suasana, tema sebagai gambaran ide menulis cerita

pendek. Kemudian, setiap siswa dibagikan lembar kerja individu hasil menulis

cerita pendek pertemuan sebelumnya.

b) Konstruktivisme

Guru memberikan arahan kepada siswa, untuk mencermati photo story yang

telah dibagikan. Siswa mencermati photo story, hasil menulis cerita pendek

pertemuan minggu lalu untuk memperbaiki atau melanjutkan menulis cerita

pendek. Guru menginformasikan siswa untuk mulai melanjutkan menulis cerita

pendek.

c) Questioning (bertanya)

Guru mempersilahkan peserta didik mengajukan pertanyaan terkait hal yang

belum jelas.
88

d) Inquiry (menemukan/merumuskan masalah melalui penemuannya)

Pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), siswa mulai merancang konsep teks

cerita pendek atau melanjutkan menulis cerita pendek.

e) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)

Guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan mencatat di lembar

pengamatan siswa.

2) Kegiatan II

a) Masyarakat Belajar

Beberapa perwakilan siswa melaporkan hasil menulis cerita pendek sesuai

unsur pembangun cerpen dan sesuai dengan photo story yang dibagikan.Peserta

didik yang lain menanggapi dan memberi masukkan terhadap hasil menulis

cerpen peserta didik yang sedang presentasi.

b) Questioning, Refleksi dan Authentic Assessment

Siswa dapat bertanya tentang aspek-aspek yang kurang jelas dari materi

yang dipelajari selama kegiatan ini. Kegiatan yang telah selesai dapat

disimpulkan oleh siswa dan guru. Menggunakan media photo story dan

pendekatan Contextual Teaching and Learning, guru tahap siklus I

mengevaluasi hasil belajar siswa. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan

diakhiri dengan salam.


89

Gambar5. Suasana Kelas pada Saat Pembelajaran Siklus I

c) Pengamatan Siklus I

Persepsi dibuat selama pelaksanaan kegiatan kelas dan dicatat pada lembar

persepsi siswa. Tujuannya adalah untuk mengamati bagaimana siswa

menyelesaikan kegiatan belajar menulis teks cerita pendek.

Penerapan pembelajaran menulis teks cerpen meningkat pada tahap

pratindakan dan siklus I yang ditunjukkan dari tabel temuan hasil observasi

siswa. Beberapa pergeseran aktivitas siswa selama penulisan teks cerpen menjadi

buktinya, diantaranya yaitu:

1. Siswa lebih semangat mengikuti pembelajaran hingga selesai.

2. Pada siklus I siswa lebih sedikit berbicara dibandingkan pada tahap pra

tindakan.
90

3. Saat ini banyak siswa yang aktif mencatat informasi yang disampaikan dan

memperhatikan penjelasan guru; siswa yang bermain handphone juga semakin

sedikit.

4. Tahap siklus I ini siswa lebih antusias dalam berdiskusi dan lebih banyak

siswa yang bertanya, ada empat siswa yang aktif bertanya.

5. Siswa juga lebih aktif mengerjakan tugas dari guru dan lebih semangat dari

sebelumnya.

6. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang

tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

7. Sarana dan prasarana mendukung kegiatan pembelajaran, proyektor yang pada

tahap pratindakan mengalami error pada siklus I ini sudah bisa digunakan

dengan baik.

Poin di atas menunjukkan adanya peningkatan dari aspek minat peserta didik

dalam mengikuti pembelajaran menulis teks cerita pendek, keaktifan peserta

didik saat pembelajaran berlangsung, dan sarana prasarana lebih mendukung

daripada tahap pratindakan. Selain menggunakan pengamatan proses,

peningkatan juga dapat dilihat dari segi produk.

Seperti terlihat pada tabel di atas, pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata-

rata kelas yaitu mencapai 71,44 pada siklus I dan 59,37 pada pra tindakan. Pada

tahap penelitian tindakan siklus I dilaporkan bahwa siswa dengan pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) dan media photo story lebih mampu

menulis teks cerpen. Namun, 11 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM
91

ketika menulis teks cerpen pada siklus I. Akibatnya, kemampuan menulis teks

cerpen harus ditingkatkan pada siklus berikutnya.

Pada siklus I terdapat 6 siswa yang mendapat nilai baik dengan nilai 81-93,

terdapat 8 siswa yang berkemampuan sedang dengan nilai 71-80, dan terdapat 11

siswa berkemampuan rendah dengan nilai 45-70. Nilai tertinggi 93 yang

diperoleh S20, sedangkan nilai terendah pada siklus I yaitu 45 yang diperoleh

S21.

d) Refleksi Siklus I

Dra Sri Suharni dan peneliti berkolaborasi dalam kegiatan refleksi dalam

penelitian ini. Dra. Sri Suharni bertugas sebagai guru. Tujuan dari kegiatan ini

untuk mendeskripsikan hasil dan kendala dari tindakan siklus pertama. Selain itu,

latihan refleksi juga dimaksudkan untuk melihat adanya perluasan hasil dan

siklus latihan pembelajaran menuju pencapaian target pembelajaran. Peneliti dan

pendidik mengevaluasi proses dan hasil kegiatan siklus I selama tahap refleksi.

Pada siklus I terjadi peningkatan terutama pada proses dan hasil. Peningkatan

siklus harus dilihat dari meningkatnya minat siswa dalam belajar membuat teks

cerita pendek, keaktifan siswa selama pembelajaran, dan kesempurnaan siklus.

Sementara itu, peningkatan hasil berdasarkan hasil belajar dan skor siswa secara

keseluruhan menunjukkan bahwa produk tersebut semakin baik. Rata-rata nilai

aspek tema 9,72, komponen setting tempat dengan rata-rata nilai 7,1, dan

komponen sudut pandang dengan rata-rata nilai 7,7.


92

Tahap refleksi peneliti dan guru pengajar berdiskusi mengenai kendala yang

terjadi. Selanjutnya, analis dan pendidik pertunjukan membicarakan tentang

prosedur yang akan digunakan untuk memperbaiki hambatan yang terjadi pada

siklus I. Hambatan n yang terlihat pada siklus I adalah:

1. Siswa kurang mengembangkan idenya menciptakan puncak permasalahan.

2. Peserta didik kurang dalam menggambarkan plot dengan baik

3. Peserta didik kurang mampu menggambarkan watak tokoh.

Peneliti dan pendidik kemudian berdiskusi bagaimana mengatasi kendala dan

permasalahan yang muncul selama siklus I. Berikut ini merupakan hasil diskusi

antara peneliti dan guru pengajar.

1. Penyajian tampilan photo story lebih diperjelas lagi dan diberikan cuplikan

kalimat pada setiap gambar supaya dapat membantu siswa dalam menentukan

suasana dan kejadian dalam gambar.

2. Tema photo story lebih dibuat berdasarkan kejadian di lingkungan terdekat.


93

Gambar6. Suasana pada Saat Diskusi dengan Guru

Bahasa Indonesia Siklus I

c. Siklus II

a) Perencanaan Siklus II

Menyusun rencana siklus II untuk mengatasi kekurangan pada siklus I.

Peningkatan dilakukan pada pengalaman pendidikan dan kemampuan siswa yang

terekam dalam teks cerita pendek hard copy. Merencanakan, melaksanakan

tindakan, mengamati, dan merefleksi merupakan tahapan-tahapan yang

membentuk tahapan siklus II ini. Pada siklus II, dilanjutkan dengan tahap

perencanaan.

1. Bahan ajar menulis cerpen dibuat oleh peneliti dan pendidik. Seperti yang

telah dibahas pada siklus I, bahan ajar disajikan dengan menitikberatkan pada

alur dan suasana cerita foto.

2. Instrumen penelitian berupa lembar kerja siswa, RPP, lembar observasi, dan

lembar catatan lapangan dibuat oleh peneliti dan tenaga pengajar.

3. Peneliti dan pendidik menentukan waktu pelaksanaan yang dilaksanakan

dalam tiga kali pertemuan.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II

1. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan Pertama


94

Pertemuan pertama siklus II berlangsung di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1

Srandakan pada tanggal 22 Februari 2023. Pertemuan pertama pendidik memulai

pembelajaran dengan salam, cek kehadiran, dan memberikan inspirasi kepada

siswa. Selain itu, pendidik menggunakan referensi dari pembelajaran sebelumnya

yaitu tentang menulis teks cerita pendek untuk melakukan kegiatan persepsi.

Guru kemudian mengajak siswa melakukan kegiatan yang akan dilakukan

pada pertemuan ini, antara lain dengan menggunakan media photo story dan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk menulis cerpen.

Pendidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa sehubungan dengan

materi yang akan dibahas. Siswa ditanya tentang kegiatan sehari-hari atau

pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini untuk meningkatkan siswa dalam

menemukan ide serta mengingat alur kejadian.

Kemudian pada kegiatan inti Guru membagi ke dalam kelompok belajar

masing-masing kelompok 4 anggota berdasarkan urutan tempat duduk. Guru

menayangkan video tips membuat cerita pendek yang menyenangkan dan

menarik. Hal ini bertujuan supaya siswa lebih memahami unsur dan struktur

yang perlu diperhatikan dalam menulis teks cerita pendek. Setelah selesai

menayangkan video kemudian, guru membagikan media belajar berupa photo

story ke 2 tema bencana alam untuk merangsang siswa menentukan topik,

suasana, tema sebagai gambaran ide menulis cerita pendek. Setiap kelompok

dibagikan lembar kerja kelompok yang berisi data-data penting yang harus ada di
95

dalam teks cerita pendek yaitu, tema, plot, penokohan, latar yang harus diisi

berdasarkan imajinasi siswa setelah mencermati photo story.

Guru memberikan arahan kepada siswa, untuk mencermati photo story ke 2

tentang bencana alam yang telah dibagikan. Kemudian peserta didik bersama

kelompok belajar mendiskusikan unsur pembangun cerita pendek sesuai dengan

photo story ke 2 tentang bencana alam yang dibagikan. Guru juga

menginformasikan bahwa peserta didik dapat mengajukan pertanyaan terkait hal

yang belum jelas, siswa yang lain menjawab atau bertukar pikiran. Pada kegiatan

ini guru membantu siswa dalam menentukan data-data sesuai unsur pembangun

cerita pendek apabila siswa mengalami kesulitan. Siswa mulai menentukan unsur

pembangun teks cerita pendek dan mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

bersama kelompoknya. Guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan mencatat

di lembar pengamatan siswa.

Setelah berdiskusi setiap peserta didik dibagikan lembar kerja individu

untuk menulis cerita pendek berdasarkan media photo story ke 2 tentang bencana

alam yang dibagikan. Guru meminta siswa membuat teks cerita pendek secara

individu.

Kemudian, pada kegiatan penutup guru mengevaluasi hasil belajar peserta

didik dan memberikan tugas untuk lebih memahami cara-cara menulis cerpen

yang baik khususnya dalam membangun suasana. Guru juga menginformasikan

kepada siswa bahwa hasil menulis teks cerita pendek dapat dilanjutkan pada

pertemuan selanjutnya. Sebelum menutup pelajaran guru memberikan refleksi


96

singkat. Kegiatan yang telah selesai dapat disimpulkan oleh siswa dan guru.

Pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan diakhiri dengan salam.

Gambar7. Suasana pada Saat Menulis Teks Cerita Pendek Siklus II

2. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 23 Februari 2023, pada hari

Kamis. Pada kegiatan pendahuluan siklus kedua, guru menyapa siswa, hadir, dan

memotivasi mereka untuk memulai pelajaran. Pengajar melakukan kegiatan

persepsi dengan mengacu pada pengetahuan sebelumnya, seperti berdiskusi dan

menulis teks cerita pendek dan elemen bangunan.

Pendidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa sehubungan

dengan materi yang akan dibahas. Siswa ditanya tentang kegiatan sehari-hari atau

pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini dilakukan untuk mendorong siswa

menemukan ide dan mengingat kembali urutan kejadian. Pendidik


97

menyampaikan Keterampilan Pokok (KD) yang harus dikuasai dalam

pembelajaran dan materi khususnya, “Mengembangkan cerita pendek dengan

memperhatikan komponen-komponen struktur”.

Kemudian, pada kegiatan inti guru membagikan media belajar berupa photo

story ke 2 tentang bencana alam untuk merangsang siswa menentukan topik,

suasana, tema sebagai gambaran ide menulis cerita pendek. Setiap peserta didik

dibagikan lembar kerja individu untuk menulis cerita pendek berdasarkan media

photo story ke 2 tentang bencana alam yang dibagikan. Guru memberikan arahan

kepada siswa, untuk mencermati kembali photo story ke 2 tentang bencana alam

dan melanjutkan menulis teks cerita pendek minggu lalu.

Pada komponen pendekatan CTL terdapat questioning, pada tahap ini

questioning yang dimaksud, yaitu siswa dapat bertanya terkait sesuatu yang

belum jelas. Siswa mulai melanjutkan merancang ide menulis teks cerita pendek

dan mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Guru berkeliling mengamati

kegiatan siswa dan mencatat di lembar pengamatan siswa. Peserta didik

melaporkan hasil menulis cerita pendek sesuai unsur pembangun cerpen dan

sesuai dengan photo story photo story ke 2 tentang bencana alam. Peserta didik

yang lain menanggapi dan memberi masukkan terhadap hasil menulis cerpen

peserta didik yang sedang presentasi.


98

Setelah melakukan presentasi, di tahap akhir, siswa dan guru dapat menutup

kegiatan yang telah dilakukan. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan diakhiri

dengan salam dari guru dan siswa.

3. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga berlangsung pada hari Rabu, tanggal 15 Maret 2023.

Pembelajaran dimulai dengan guru membuka dengan salam, cek kehadiran, dan

memberikan inspirasi kepada siswa. Pengajar melakukan kegiatan persepsi

dengan mengacu pada pembelajaran sebelumnya, khususnya mengenai penulisan

teks cerpen. Pengajar mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa

sehubungan dengan materi yang akan dibahas. Siswa ditanya tentang kegiatan

sehari-hari atau pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini dilakukan untuk

mendorong siswa menemukan ide dan mengingat kembali urutan kejadian. Guru

kemudian menjelaskan tentang syarat Kompetensi Dasar (KD) materi dan

pembelajaran “Membuat cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur

pembangunnya”.

Tahap kegiatan inti guru membagikan media belajar berupa photo story ke 2

tentang bencana alam untuk merangsang siswa menentukan topik, suasana, tema

sebagai gambaran ide menulis cerita pendek. Setiap peserta didik dibagikan

lembar kerja individu untuk melanjutkan kegiatan menulis cerita pendek

berdasarkan media photo story ke 2 tentang bencana alam. Guru memberikan

arahan kepada siswa, untuk mencermati kembali photo story ke 2 dan mulai

melanjutkan menulis cerita pendek.


99

Gambar8. Suasana pada Saat Menulis Teks Cerita Pendek Siklus II

Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum jelas.

Siswa mulai melanjutkan menulis teks cerita pendek dan mengisi Lembar

Kegiatan Siswa (LKS). Guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan mencatat

di lembar pengamatan siswa. Setelah selesai menulis teks cerita pendek, peserta

didik melaporkan hasil menulis cerita pendek berdasarkan photo story ke 2

tentang bencana alam. Peserta didik yang lain menanggapi dan memberi

masukkan terhadap hasil menulis cerpen peserta didik yang sedang presentasi.

Siswa kemudian dapat mengajukan pertanyaan pada kegiatan akhir siklus

kedua pertemuan ketiga jika ada pertanyaan seputar materi yang dipelajari.

Kegiatan yang telah selesai dapat disimpulkan oleh siswa dan guru. Pendidik

menilai hasil belajar dan diakhiri dengan doa penutup.


100

c) Pengamatan Siklus II

Persepsi pada siklus II dilakukan untuk melihat siklus dan hasil belajar

menulis teks cerita pendek dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) berbantuan media photo story. Keberhasilan proses

pembelajaran dan hasil pembelajaran menulis teks cerpen merupakan hasil dari

pelaksanaan tindakan siklus II pada observasi ini. Observasi proses selanjutnya

adalah dari siklus II.

Hasil observasi proses pada tabel di atas menunjukkan bahwa proses penulisan

teks cerpen mengalami peningkatan. Minat siswa untuk belajar menulis cerpen

merupakan salah satu aspek dari proses perbaikan. Temuan observasi tersebut

menyatakan bahwa siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran hingga selesai

menunjukkan hal tersebut. Selain itu, tidak ada siswa yang bermain handphone

selama proses pembelajaran sehingga siswa dapat berkonsentrasi mendengarkan

penjelasan guru. Saat pengajar memberikan arahan, siswa juga lebih aktif dan

tidak mengatakan hal negatif.

Peningkatan proses juga dapat diketahui berdasarkan tindakan siswa pada

tabel di atas. Banyak siswa yang aktif bertanya selama pembelajaran


101

berlangsung, seperti terlihat pada tabel di atas. Siswa juga aktif dalam

percakapan kelompok dan mengerjakan tugas yang diminta oleh guru. Hasil

pengamatan siklus II, siswa telah mengumpulkan tugas lebih cepat.

Selain faktor yang telah diuraikan pada paragraf di atas, peningkatan

kemampuan menulis teks cerpen juga dipengaruhi oleh kelancaran proses

pembelajaran. Pada siklus II pendidik telah membimbing siswa lebih cepat dalam

menyelesaikan tugas menulis teks cerpen dan telah melakukan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang lebih

menghibur. Saat pembelajaran berlangsung, sarana dan prasarana juga dapat

diakses dengan baik. Hal ini juga berpengaruh pada hasil menulis teks cerita

pendek siswa yang lebih banyak. Hasil peningkatan produk dalam menulis teks

cerpen selama siklus II disajikan pada tabel berikut.

Dilihat dari hasil evaluasi siswa pada siklus II, dapat ketahui bahwa telah

terjadi peningkatan dan aktivitas pada siklus II telah memenuhi tanda

pencapaian. Fakta bahwa nilai rata-rata pada siklus II adalah 80,6 dapat

dibuktikan, bahwa nilai rata-ratanya diketahui lebih tinggi dari KKM. Selain itu,

6 siswa dari 25 siswa memiliki nilai yang masih di bawah KKM, sedangkan 19

siswa atau 76% memiliki nilai di atas KKM. Oleh karena itu, peningkatan

kemampuan menulis teks cerita pendek siklus II dinyatakan berhasil. Siswa yang

berkemampuan baik mendapat nilai mulai dari 81-96, siswa yang berkemampuan

sedang mendapat nilai mulai dari 71-80, sedangkan siswa yang berkemampuan

rendah S24 mendapat nilai 54.


102

d) Refleksi Siklus II

Keberhasilan proses pada siklus II dapat dilihat dari antusiasme dan

kegairahan siswa selama pembelajaran, kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok,

respon siswa ketika guru memberikan tugas, dan ketepatan waktu dalam

menyelesaikan tugas. Berdasarkan hasil siklus II diketahui mengalami

peningkatan dibandingkan dengan tindakan siklus I. Selain itu, peningkatan juga

dapat dilihat berdasarkan hasil nilai menulis teks cerita pendek siwa. Diketahui

berdasarkan tabel 16 perbandingan nilai siswa siklus I dan siklus II, nilai rata-rata

siswa pada siklus II yaitu 80,6 dan sudah berada di atas KKM ≥ 75. Peningkatan

tersebut terdapat pada aspek tema dengan nilai 11,2, unsur seeting suasana

dengan nilai 8,1, dan unsur amanat dengan nilai 8,5. Keberhasilan produk juga

dapat dilihat berdasarkan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM,

yaitu 76% siswa.

Berdasarkan keberhasilan data yang diperoleh. Peneliti dan pendidik

menyimpulkan bahwa mereka memiliki data yang jenuh. Data jenuh adalah data

penelitian yang sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan namun belum

akan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siklus berikutnya.

Akibatnya, penelitian ini dihentikan hingga siklus II.


103

B. Pembahasan

a. Informasi Kemampuan Awal Tahap Pratindakan

Kemampuan menulis teks cerpen belum mencapai potensi maksimalnya,

menurut informasi awal yang berhasil dikumpulkan. Hasil wawancara Dra. Sri

Suharni membuktikan hal tersebut pada 31 Januari 2023. Berdasarkan hasil

pertemuan tersebut, ternyata guru benar-benar berusaha mencari tahu cara

mengarang teks cerita pendek dengan menggunakan film dan melodi untuk

membantu siswa dalam mengarang teks cerita pendek. Walaupun usaha ini

belum berhasil, banyak siswa yang belu, tertarik dengan penulisan teks cerpen.

Kemudian guru menggantinya dengan menggunakan ilustrasi teks cerita pendek.

Namun, meskipun disuguhkan dengan contoh teks cerita pendek, siswa masih

kesulitan untuk menghasilkan konsep cerita mereka sendiri, sehingga hasilnya di

bawah rata-rata.

Selain itu, adanya angket yang diisi oleh setiap siswa kelas XI IPS 1 semakin

membuktikan bahwa kemampuan menulis teks cerpen belum memberikan hasil

yang optimal. Berdasarkan Tabel 10, konsekuensi dari penyelesaian survei

menunjukkan bahwa minat yang dicatat sebagai teks cerita pendek hard copy

masih kurang. Hanya 16% siswa yang menyatakan bahwa menulis adalah

kegiatan yang sederhana. Menulis cerpen, menurut 72% siswa, terkadang bisa

menjadi kegiatan yang sederhana. 12% siswa lainnya menyatakan bahwa menulis

teks cerita pendek bukanlah tindakan yang mudah.


104

Berdasarkan Tabel 10 anggapan siswa bahwa menulis merupakan kegiatan

yang kurang menyenangkan dan tidak mudah didasari dari beberapa faktor,

diantaranya yaitu.

1. 40% siswa terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan topik cerita.

2. 68% siswa terkadang kesulitan dalam memperoleh data untuk mengebangkan

ide cerita.

3. 56% siswa terkadang kesulitan dalam menulis teks cerita pendek berdasarkan

unsur pembangun cerita pendek.

4. 56% siswa kesulitan dalam menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan topik

cerita.

Berdasarkan tabel 10 juga 92% siswa menginginkan suasana dan model

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, salah satu

upaya untuk mengatasi masalah di atas yaitu dengan menerapkan pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media photo story pada

siswa kelas XI IPS 1. Hal ini dilakukan supaya keterampilan menulis teks cerita

pendek siswa dapat meningkat.

b. Penerapan Menulis teks Cerita Pendek Menggunakan Pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) berbantua media photo story

Penerapan pembelajaran menulis teks cerita pendek menggunakan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media photo


105

story dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus mempunyai

perkembangan yang berbeda. Berikut ini merupakan perkembangan setiap siklus

berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran dan produk siswa.

a) Peningkatan Proses

Peningkatan waktu yang dihabiskan untuk belajar bagaimana menulis teks

cerita pendek harus terlihat dari lembar pengamtan yang dilakukan dari awal

hingga akhir ulasan. Minat siswa, keaktifan siswa, kelancaran proses

pembelajaran, dan penyerahan tugas tepat waktu merupakan aspek yang diamati.

Kurangnya minat siswa, aktivitas siswa, dan pengumpulan tugas tepat waktu

pada tahap pra tindakan. Pendidik menggunakan strategi ceramah sehingga siswa

mudah lelah dan banyak mengeluh. Berdasarkan catatan lapangan pada tahap pra

tindakan di bawah ini, hal ini terbukti.

Berdasarkan catatan lapangan pra tindakan, partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran menulis teks cerpen menurun, dan masih banyak siswa yang

mengeluh ketika diminta melakukannya. Hasil observasi siswa selama tahap pra-

tindakan juga dapat digunakan untuk mendukung pernyataan tersebut.

Terbukti dari hasil observasi siswa di atas bahwa banyak siswa masih pasif

dalam proses pembelajaran menulis teks cerpen. Hal ini tidak terlepas dari masih

kurangnya minat siswa dalam menulis teks cerpen. Gambar 9 menggambarkan

suasana kelas selama tahap pratindakan.


106

Gambar 9. Suasana Kelas Tahap Pratindakan

Siklus I mendapatkan hasil yang lebih baik, siswa lebih semangat mengikuti

pembelajaran. Sebagian besar menanggapi penjelasan guru dengan semangat dan

antusias. Masih terdapat siswa yang terlambat mengumpulkan tugas tetapi hanya

beberapa siswa saja. Berikut ini hasil catatan lapangan.

Berdasarkan catatan lapangan siklus I di atas, menunjukkan bahwa proses

pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa lebih aktif dalam mengerjakan

instruksi dari guru, tetapi masih terdapat siswa yang mengeluh ketika diminta

untuk mengerjakan. Hal tersebut juga dapat dibuktikan berdasarkan hasil

pengamatan siswa pada siklus I.

Berdasarkan hasil pengamatan siswa di atas menunjukkan bahwa siswa banyak

yang cukup aktif ketika mengikuti pembelajaran menulis teks menulis cerita

pendek. Tetapi pada siklus I masih terdapat siswa yang sibuk berbicara dengan

teman yang lain. Berikut merupakan gambar 10 suasana kelas tahap siklus I.
107

Gambar 10. Suasana Kelas Tahap Siklus I

Tahap siklus II terjadi peningkatan yang lebih banyak. Siswa semakin aktif

dalam bertanya maupun mengerjakan instruksi dari guru. Selain itu, siswa juga

lebih tepat waktu dalam mengumpulkan tugas menulis teks cerita pendek.

Kelancaran proses belajar menulis teks cerpen pasti dipengaruhi oleh hal

tersebut. Demikian, pemanfaatan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) berbantuan media photo story ditunjukkan untuk membangun hasil

siklus dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek di kelas XI IPS 1.

Berikut catatan lapangan siklus II pertemuan ke tiga dan gambar 4 suasana kelas

pada saat tahap siklus II.


108

Berdasarkan catatan lapangan siklus II tersebut, membuktikan bahwa proses

pembelajaran menulis teks cerita pendek mengalami peningkatan, siswa lebih

aktif dalam mengerjakan instruksi dari guru dan aktif bertanya. Hal tersebut juga

dapat dibuktikan berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus II.

Gambar 11. Suasana Kelas Tahap Siklus II

Keberhasilan proses juga dapat dilihat berdasarkan hasil angket

pascatindakan. Angket pascatindakan diisi oleh seluruh siswa kelas XI IPS 1

yang berjumlah 25 siswa. Berikut merupakan tabel hasil angket pratindakan.

Berdasarkan tabel 22 hasil angket pascatindakan, diketahui bahwa

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) berbantuan media photo story mempermudah siswa dalam memahami

dan menulis teks cerita pendek. 76% siswa mengaku merasa senang mengikuti
109

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) berbantuan media photo story sehingga berdampak juga pada

keaktifan siswa dalam berdiskusi maupun mengerjakan instruksi dari guru.

Berdasarkan hasil angket pasca tindakan di atas juga menunjukkan bahwa

siswa merasa lebih mudah dalam menentukan topik cerita, menentukan data

untuk mengembangkan ide cerita, dan lebih mudah dalam menulis teks cerita

pendek berdasarkan unsur pembangun.

Berdasarkan hasil angket pasca tindakan di atas, diketahui juga bahwa 64

persen siswa menganggap kegiatan belajar di kelas lebih menyenangkan. Selain

itu, data tersebut menunjukkan bahwa 76% siswa setuju bahwa pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) digunakan dalam proses menulis teks cerita

pendek berbantuan media photo story.

Hasil angket pascatindakan diperkuat dengan adanya data wawancara pasca

tindakan dengan Dra. Sri Suharni selaku guru pengajar pada tanggal 15 Maret

2023. Berdasarkan hasil wawancara guru dapat diperoleh data sebagai berikut.

Guru kolaborator menyatakan bahwa dengan melihat proses pembelajaran

dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media

photo story anak-anak kan langsung fokus dan lebih aktif melihat dari proses

tersebut tentu ada peningkatan. Selai itu, anak-anak juga lebih senang dan lebih

ada motivasi untuk menulis teks cerita pendek.


110

b) Peningkatan Kualitas Produk

Selanjutnya pengembangan kualitas pada latihan pembelajaran mengarang

teks cerita pendek berpengaruh positif, hal ini dibuktikan dengan peningkatan

hasil belajar. Berdasarkan data dari dua siklus dengan menggunakan pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan bantuan media photo story

terlihat adanya peningkatan hasil belajar. Siklus-siklus tersebut menunjukkan

bahwa pendekatan ini mampu meningkatkan hasil menulis teks cerpen siswa.

Berikut merupakan hasil praktik menulis teks cerita pendek siswa mulai dari

kategori rendah, sedang dan tinggi/baik.


111

Gambar 12. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S24 Tahap Pratindakan
112

(Kategori Rendah)

Berdasarkan hasil teks cerita pendek Gambar 8, S24 mendapatkan nilai 32.

Berdasarkan hasil temuan teks cerita pendek S24 diketahui bahwa isi dan makna

cerita masih sangat rancu dan cerita belum selesai. Penggambaran setting tempat,

waktu, dan suasana kurang jelas perlu dipertegas lagi dalam penggambaran

setting. Alur disajikan kurang jelas dan tidak selesai. Penggambaran watak tokoh

kurang jelas, hal ini juga dikarenakan cerita yang masih rancu dan belum selesai

sehingga mempengaruhi pada pemunculan tokoh dan watak tokoh. Pemilihan

sudut pandang sebenarnya cukup sesuai tetapi cerita tidak. Kata-kata dapat

memiliki arti yang berbeda ketika digunakan secara tidak benar. Amanat dalam

cerita tidak tergambarkan dengan jelas. Struktur disajikan kurang jelas dan

kurang lengkap. Hal ini dikarenakan faktor dari cerita tidak selesai. Selain itu,

S24 masih belum memperhatikan penggunaan tata bahasa masih banyak

singkatan-singkatan, seperti yg, dgn. Banyak terjadi kesalahan ejaan dan tulisan

tidak jelas sehingga makna membingungkan pembaca.

Faktor-faktor tersebut yang membuat S24 mendapatkan nilai 32 dan masih

dalam kategori rendah karena masih jauh dari KKM dan masih perlu banyak

perbaikan pada siklus I. Berikut ini gambar hasil menulis teks cerita pendek S24

pada siklus I.
113

Gambar 13. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S24 Tahap Siklus I

(Kategori Rendah)
114

Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S24 pada siklus I sudah

mengalami kenaikan. Kenaikan ini terjadi pada aspek unsur/isi dan penggunaan

ejaan. Berikut ini penjelasan berdasarkan hasil temuan teks cerita pendek S24

pada siklus I. Judul dan isi cerita pendek sudah sesuai tema photo story yang

diberikan yaitu tentang suasana Malioboro, tetapi masih terdapat beberapa

kerancuan dalam logika urutan cerita. Penggambaran setting tempat, waktu

cukup tergambarkan, suasana belum digambarkan dengan jelas, pengembangan

setting cerita kurang hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya pengembangan

cerita. Alur cerita disajikan kurang jelas dan kurang klimaks atau cerita tidak

selesai. Watak tokoh dalam cerita kurang tajam, kurang jelas. Menggunakan

sudut pandang pelaku utama kata ganti aku/saya, cukup sesuai konteks cerita.

Pemilihan kata dan ungkapan cukup baik, tetapi cerita tidak selesai. Amanat

kurang jelas. Berdasarkan hasil temuan pada aspek unsur/isi cerita pendek masih

banyak yang perlu dikembangkan, tetapi penggambaran setiap aspek sudah

cukup meningkat daripada hasil tahap pratindakan.

Hasil temuan teks cerita pendek S24 pada aspek struktur juga masih perlu

diperhatikan. Hal ini dikarenakan penulis belum menggambarkan secara jelas

tahap komplikasi,klimaks, hingga resolusi, cerita tidak selesai perlu


115

dikembangkan lagi. Sedangkan jika dilihat dari aspek penggunaan ejaan S24

masih belum memperhatikan penggunaan tata bahasa, banyak penggunaan

singkatan (yg, dgn) terdapat lebih dari 3 kesalahan ejaan tetapi tidak

mengaburkan makna.

Oleh karena itu, berdasarkan hasil temuan yang diperoleh S24 mendapat

nilai 50 pada tahap siklus I. Nilai yang diperoleh S24 mengalami peningkatan,

pada tahap pratindakan S24 mendapat nilai 32, sedangkan tahap siklus I S24

memperoleh nilai 50. Hal ini terbukti bahwa S24 mengalami peningkatan pada

aspek cerita pendek, tetapi S24 masih dalam kategori rendah dikarenakan nilai

S24 masih belum mencukupi nilai KKM. S24 masih memerlukan perbaikan pada

siklus berikutnya. Di bawah ini hasil menulis teks cerpen S24.


116

Gambar 14. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S24 Tahap Siklus II

(Kategori Rendah)

Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S24 pada siklus II mengalami

kenaikan daripada pada siklus I. Peningkatan ini terdapat pada aspek isi/unsur

dan struktur. Judul dan isi cerpen sudah sesuai dengan tema photo story yang
117

dibagikan yaitu tentang bencana alam. Penggambaran setting tempat, waktu

cukup tergambarkan, suasana tidak/belum digambarkan dengan jelas perlu

pengembangan cerita yang lebih menggambarkan suasana di dalam cerita

sehingga pembaca dapat masuk dalam cerita. Alur cerita disajikan kurang jelas

dan kurang klimaks. Watak tokoh dalam cerita kurang tajam, kurang jelas.

Penggambaran watak tokoh bisa dikembangkan lagi melalui dialog tokoh,

perilaku, atau bahkan dari penggambaran penulis.

Pada hasil menulis cerita pendek di atas penguasaan kata terbatas, sering

terjadi kesalahan penggunaan kosa kata. Seperti penulisan kata “mengingatnya”

di dalam cerita kurang tepat karena huruf kapital tidak digunakan pada

pertengahan kalimat. Namun, pada siklus II ini terjadi peningkatan pada

penggambaran amanat. Amanat yang disampaikan cukup jelas. Ide utama

disajikan dengan jelas, gagasan terbatas, penggambaran setiap bagian perlu

dikembangkan.

Hasil temuan yang diperoleh S24 mendapat nilai 54 pada tahap siklus II.

Nilai yang diperoleh S24 mengalami peningkatan, pada tahap siklus I S24

mendapat nilai 50, sedangkan tahap siklus II S24 memperoleh nilai 54. Hal ini

terbukti bahwa S24 mengalami peningkatan pada aspek cerita pendek, tetapi S24

masih dalam kategori rendah dikarenakan nilai S24 sampai pada siklus II ini

masih belum mencukupi nilai KKM. Selain terdapat kategori rendah menulis

teks cerita pendek siswa juga terdapat kategori sedang. Apabila siswa mendapat

nilai 70-80 maka siswa tersebut tergolong dalam kategori sedang.


118
119
120

Gambar 15. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S18 Tahap Pratindakan

(Kategori Sedang)

Dilihat dari Gambar 15 hasil mengarang teks cerita pendek S18 di atas,

cenderung terlihat bahwa S18 mendapat kategori sedang. Ini karena skor 72 yang

diterima S18. Judul dan isi cerita pendek, serta temanya, ditemukan sesuai

dengan hasil teks di atas. Makna cerita sudah menganut logika yang telah

ditentukan. Penggambaran suasana perlu dikembangkan lagi supaya lebih jelas

dan lebih menarik perhatian pembaca. Penggambaran masalah perlu

dikembangkan lagi supaya lebih menarik. Penggambaran watak tokoh cukup

jelas, pembaca masih dapat mengetahui watak tokoh. Pemilihan sudut pandang

cukup sesuai dengan konteks cerita. Penguasaan kata dan pemilihan kata cukup

baik. Amanat disampaikan cukup jelas dan dapat dipahami.

Dilihat berdasarkan penyajian strukturnya, cerita pendek S18 sudah

memenuhi keseluruhan struktur cerita pendek, ide utama jelas, tetapi gagasan

terbatas masih dapat dikembangkan lagi. Masih terdapat kesalahan penggunaan

tetapi tidak mengaburkan makna. Oleh karena itu, S18 mendapat nilai 72 karena

sudah cukup mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan cukup

baik tetapi masih perlu pengembangan pada setiap aspeknya. Di bawah ini juga

disajikan gambar hasil menulis teks cerita pendek S18 pada siklus I.
121

Gambar 16. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S18 Tahap Siklus I

(Kategori Sedang)
122

Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S18 pada siklus I sudah

mengalami kenaikan. Kenaikan ini terjadi pada aspek unsur/isi dan penggunaan

ejaan. Berikut ini penjelasan berdasarkan hasil temuan teks cerita pendek S18

pada siklus I. Judul dan isi cerpen cukup sesuai dengan tema. Setting tempat,

waktu, tergambarkan dengan setting suasana cukup jelas. Memuat keseluruhan

jalannya cerita, alur disajikan cukup jelas, tetapi puncak masalah perlu diperjelas

lagi. Gambaran watak tokoh dalam cerita disajikan cukup jelas, tetapi perlu

dikembangkan lagi. Menggunakan sudut pandang pelaku utama kata ganti aku,

cukup sesuai konteks. Pemilihan kata cukup sesuai. Amanat cukup jelas, masih

dapat dipahami pembaca.

Tetapi pada aspek struktur S18 masih terdapat kekurangan, yaitu gagasan

yang dikemukakan terbatas tetapi cukup logis. Penggambaran setiap bagian

kurang tergambarkan khususnya pada bagian permasalahan hingga penyelesaian,

sehingga cerita kurang menarik. Penguasaan tata bahasa cukup baik. Berdasarkan

hasil temuan teks cerita pendek S18, masih banyak kekurangan yang harus

diperbaiki salah satunya pada aspek struktur, perlu penggambaran lebih detail

lagi terkait puncak masalah hingga penyelesaian. Di bawah ini juga telah

disajikan hasil menulis teks cerita pendek S18 pada siklus II.
123

Gambar 17. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S18 Tahap Siklus II
124

(Kategori Baik)

Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S24 pada siklus II mengalami

kenaikan daripada pada siklus I. Peningkatan ini terdapat pada aspek isi/unsur

dan struktur. Judul dan isi cerpen sesuai dengan tema, tetapi masih terdapat

beberapa kerancuan dalam logika urutan cerita. Setting tempat, waktu,

tergambarkan dengan setting suasana cukup jelas tergambarkan, sedikit ada

peningkatan penggambaran suasana daripada hasil cepita pendek siklus I.

Penggambaran alur cukup jelas hanya saja ada sedikit kerancuan pada paragraf

satu.

Gambaran watak tokoh disajikan dengan jelas dan tajam mampu membawa

pembaca menikmati dan masuk dalam cerita. Penggunaan sudut pandang dalam

tersebut memakai sudut pandang pencerita serba hadir (nama tokoh), cukup

sesuai konteks. Pemilihan kata tepat, sehingga mampu menggambarkan sesuatu

yang diungkapkan. Amanat digambarkan dengan sangat jelas dan tersampaikan

kepada pembaca. Peningkatan juga terjadi pada unsur amanat yang digambarkan

semakin jelas.

Bagian aspek struktur sebenarnya sudah cukup baik jika dilihat berdasarkan

bagian-bagian/struktur teks cerita pendek. Sudah terdapat bagian orientasi,

komplikasi, klimaks, resolusi. Tetapi masih terdapat kerancuan pada bagian

orientasi. S18 juga sudah menguasai tata bahasa, hanya saja perlu diperhatikan

bahwa setiap awal paragraf kalimat pertama menjorok ke kanan.


125

Oleh karena itu, berdasarkan hasil temuan yang diperoleh S18 pada siklus II

mendapat nilai 81. Nilai yang diperoleh S18 mengalami peningkatan, tahap

siklus I S18 mendapat nilai 73, sedangkan tahap siklus II S18 memperoleh nilai

81. Hal ini terbukti bahwa S18 mengalami peningkatan pada setiap aspek cerita

pendek dan hasil nilai S18 pada siklus II sudah mencapai nilai KKM. Dapat

disimpulkan bahwa hasil nilai S18 pada siklus II sudah dapat dikategorikan

dalam kategori baik. Berikut ini disajikan hasil menulis siswa yang berkategori

baik mulai dari tahap pratindakan hingga siklus II.


126
127

Gambar 18. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S20 Tahap Pratindakan

(Kategori Baik)

Hasil menulis cerita pendek S20 pada pratindakan sudah dalam kategori

baik. Nilai yang didapat yaitu 82. Pada hasil teks cerita pendek di atas dapat

dikatakan baik karena aspek isi dan judul sudah cerita sudah sesuai, ketetapan

makna cerita sudah cukup baik dan logis. Terdapat keseluruhan setting, cerita

disajikan dengan jelas. Memuat keseluruhan jalannya cerita, alur disajikan cukup

jelas, tetapi penggambaran masalah perlu dikembangkan lagi supaya lebih

menarik. Penggambaran watak tokoh disajikan cukup jelas walaupun masih

dapat dikembangkan lagi, tetapi pembaca masih dapat mengetahui dan masuk ke

dalam cerita. Pemilihan sudut pandang sudah tepat dan cukup baik. Penguasaan

kata, pemilihan kata dan ungkapan disajikan cukup baik, masih terdapat kata

yang kurang sesuai namun tidak merubah makna. Amanat disampaikan jelas

sehingga dapat tersampaikan kepada pembaca.

Selain itu dilihat berdasarkan strukturnya hasil cerita pendek milik S20

sudah terdapat bagian cerita pendek lengkap dari awal hingga akhir, tetapi cerita

masih dapat dikembangkan lagi pada bagian puncak masalah supaya lebih

menarik. Misalnya dialog antar tokoh pada saat puncak masalah lebih di

kembangkan lagi, peggambaran suasana lebih digambarkan lagi sehingga

pembaca seolah-olah masuk dalam cerita. S20 juga sudah cukup menguasai

aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan penulisan dan kesalahan


128

penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, hasil cerita pendek tahap pratindakan

milik S20 sudah dapat ditetapkan dalam kategori baik. Berikut ini disajikan

gambar hasil menulis teks cerita pendek milik S20 pada siklus I.
129

Gambar 19. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S20 Tahap Siklus I
130

(Kategori Baik)

Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S20 pada siklus I sudah

mengalami kenaikan. Kenaikan ini terjadi pada setiap aspek. Hasil menulis cerita

pendek siklus I S20 diketahui bahwa judul dan isi cerita sesuai dengan tema

photo story yang dibagikan yaitu tentang bencana alam, isi cerita tidak melebar

pada tema yang lain. Setting tempat, waktu, dan suasana disajikan jelas dan

terperinci mampu membawa pembaca masuk dalam cerita. Memuat keseluruhan

jalannya cerita, alur dan konflik cerita disajikan jelas, terperinci, cukup menarik.

Watak tokoh disajikan jelas, tajam, mampu membawa pembaca menikmati

dan masuk dalam cerita. Sudut pandang pelaku utama kata ganti aku, sesuai

makna dan konteks cerita. Pemilihan kata dan ungkapan tepat, mampu

menggambarkan sesuatu dengan baik. Amanat sangat jelas dan tersampaikan

kepada pembaca. Terlihat bahwa aspek unsur pembangun cerita pendek siklus I

S20 mengalami peningkatan dari pada hasil tahap pratindakan, S20 sudah dapat

mengembangkan cerita lebih menarik lagi.

Dilihat berdasarkan aspek strukturnya, S20 sudah dapat menyajikan cerita

secara runtut mulai dari tahap awal, tengah, dan akhir. Gagasan yang

diungkapkan jelas dan urutannya logis. Kemudian, S20 juga sudah cukup baik

dalam menguasai penggunaan tatabahasa. Dengan demikian, S20 mengalami

peningkatan pada setiap aspek dan peningkatan pada nilai yaitu 93. Berikut ini

juga disajikan gambar hasil cerita pendek S20 pada tahap siklus II.
131

Gambar 20. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S20 Tahap Siklus II

(Kategori Baik)
132

Jika dibandingkan dengan siklus I, terjadi peningkatan hasil cerpen S20 yang

ditulis pada siklus II. Kenaikan ini terlihat jelas dalam setiap aspek dan tahapan

cerita. Judul dan isi cerita sesuai dengan tema tidak melebar pada tema yang lain.

Penggambaran setting tempat, waktu, dan suasana disajikan jelas dan terperinci

mampu membawa pembaca masuk dalam cerita. Memuat keseluruhan jalannya

cerita, alur dan konflik cerita disajikan jelas, terperinci, dan cukup menarik.

Watak tokoh disajikan jelas, tajam, mampu membawa pembaca menikmati

dan masuk dalam cerita. Sudut pandang pelaku utama kata ganti aku, sesuai

makna dan konteks cerita. Pemilihan kata dan ungkapan tepat, mampu

menggambarkan sesuatu dengan baik. Amanat sangat jelas dan tersampaikan

kepada pembaca. Berdasarkan temuan hasil tersebut S20 sudah mampu

mengembangkan cerita dari pada hasil siklus I.

Kemudian, jika dilihat berdasarkan hasil temuan pada aspek struktur, S20

sudah mampu menyajikan keseluruhan bagian cerita pendek secara runtut mulai

dari tahap awal, tengah, dan akhir. Gagasan yang diungkapkan jelas, urutannya

logis. Tata bahasa yang digunakan S20 juga sudah baik. Oleh karena itu, pada

siklus II ini S20 memperoleh nilai 96 dan tergolong dalam kategori

berkemampuan baik.
133

c. Keberhasilan Menulis teks Cerita Pendek Menggunakan Pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuanmedia photo story

a) Keberhasilan Proses

Meningkatnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis

teks cerpen menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis teks cerpen

siswa kelas XI IPS 1. Hal ini juga terlihat dari keterlibatan siswa, kemudahan

mereka belajar, dan ketepatan waktu mereka menyerahkan tugas mereka. Pada

pratindakan minat, keaktifan, kelancaran proses pembelajaran, dan hasil belajar

siswa masih tergolong kurang hal. Kemudian, berdasarkan hasil siklus I sudah

mulai terjadi peningkatan pada semangat dan keaktifan siswa. Namun, ketepatan

waktu dalam mengumpulkan tugas masih kurang. Peningkatan terjadi pada siklus

II, yaitu peningkatan minat siswa yang semakin semangat, aktif, dan tepat waktu

dalam mengumpulkan tugas.

b) Keberhasilan Produk

Nilai siswa yang dikumpulkan dari tahap pra tindakan sampai siklus II

menunjukkan keberhasilan produk. Produk siswa dianggap berhasil jika

mendapat skor 75 atau lebih sesuai dengan KKM mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Demikian juga pada siklus II ditemukan bahwa 76% siswa dari

seluruh jumlah siswa di kelas yang berjumlah 25 siswa dinyatakan tamat dengan

nilai rata-rata kelas 80,6. Selain itu, setiap komponen teks cerita pendek
134

mendapatkan nilai yang meningkat. Di bawah ini hasil perbandingan nilai

menyusun teks cerita pendek dari tahap pra kegiatan hingga siklus II.

Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa nilai rata-rata siswa mengalami

peningkatan. Nilai rata-rata menulis cerpen siswa pada tahap pra kegiatan adalah

59,37. Rata-rata jumlah siswa menulis cerpen kemudian meningkat menjadi

71,44 setelah diberikan tindakan pada tahap siklus I. Pada siklus I, sepuluh siswa

dinyatakan tuntas, dengan nilai berkisar antara 45 sampai 93. Nilai tertinggi 93

dan 45 untuk terendah. Pada siklus II rata-rata nilai menulis siswa meningkat

menjadi 80,6. Diketahui 6 siswa dinyatakan tidak tuntas pada siklus II,

sedangkan 19 siswa dinyatakan tuntas. Ada faktor nilai yang tidak memenuhi

KKM, namun nilai tersebut tidak terlalu jauh di bawah KKM. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang

dianggap tuntas dengan nilai tertinggi 96, meskipun masih ada siswa yang belum

tuntas dengan nilai terendah 54.


135

Gambar 21. Diagram Batang Peningkatan

Menulis Cerita Pendek

Diketahui berdasarkan diagram batang di atas menunjukkan bahwa telah

terjadi peningkatan menulis teks cerita pendek siswa kelas XI IP S 1 SMA Negeri

1 Srandakan. Rata-rata nilai pratindakan yaitu 59,375, siklus I rata-rata menulis

cerita pendek meningkat menjadi 71,44. Selanjutnya, dilakukan tindakan siklus II

nilai rata-rata menulis teks cerita pendek kembali meningkat menjadi 80,6. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Contextual

Teaching and Learning berbantuan media photo story dapat digunakan untuk

meningkatkan keterampilan menulis, khususnya meningkatkan keterampilan

menulis cerita pendek.


136

C. Hambatan

Peneliti menghadapi sejumlah tantangan ketika melaksanakan penelitian

tindakan kelas. Tantangan tersebut antara lain.

1. Kesulitan ketika menentukan tampilan media photo story yang cocok untuk

anak jenjang SMA supaya menarik.

2. Adanya kesulitan dalam penentuan jadwal penelitian dikarenakan mendekati

Penilaian Tengah Semester (PTS).

D. Keterbatasan Penelitian

Kekurangan penelitian ini terletak pada waktu penelitian yang dibatasi.

Mengingat efek samping dari percakapan peneliti dengan Dra. Sri Suharni

menyatakan telah terjadi peningkatan baik proses maupun hasil, dan penelitian

ini dibatasi pada dua siklus karena padatnya program sekolah.


137

BAB V

KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan

lebih tertarik menulis teks cerita pendek ketika menggunakan pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) yang dipadukan dengan media photo story.

Ada dua putaran penelitian. Setiap siklus terdiri dari tahapan menyusun,

melaksanakan, memperhatikan, dan merefleksi. Sebelum melakukan tindakan,

pra-kegiatan dilakukan untuk menentukan keterampilan dasar siswa yang dicatat

sebagai teks cerita pendek hard copy.

Baik proses maupun produk penulisan teks cerpen mengalami peningkatan,

seperti yang ditunjukkan oleh temuan. Peningkatan proses terlihat pada minat

siswa dalam belajar menulis teks cerpen, keaktifan mereka selama pembelajaran,

kelancaran proses pembelajaran, dan ketepatan dalam menyerahkan tugas.

Hasil penulisan teks cerpen juga mengalami peningkatan, begitu pula

dengan peningkatan prosesnya. Hal ini terbukti bahwa hasil menulis teks cerpen

mengalami peningkatan berdasarkan peningkatan nilai rata-rata teks cerpen siswa


138

yang ditulis secara bertahap pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II.

Diketahui bahwa nilai pra kegiatan menyusun teks cerita pendek siswa kelas XI

IPS I SMA Negeri I Srandakan adalah 59,4. Kemudian, pada siklus I rata-rata

nilai siswa menulis meningkat menjadi 71,44. Selain itu, nilai rata-rata tulisan

siswa meningkat menjadi 80,6 dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan kriteria

keberhasilan produk, 76% siswa di kelas tersebut dinyatakan tamat apabila nilai

KKM-nya di atas 75 untuk materi menulis cerpen. Sehingga, dapat diselesaikan

dengan baik, terjadi peningkatan nilai siswa yang terekam dalam hasil produk

menulis teks cerita pendek dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) dibantu media photo story.

B. Implikasi

Media photo story berbantuan penelitian tindakan kelas dengan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning) dalam mengajarkan cara menulis cerpen

kepada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan, maka implikasi penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Secara berkesinambungan, media photo story dan pendekatan CTL (Contextual

Teaching and Learning) dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan pembelajaran

menulis teks cerpen.

2. Mengusahakan kemampuan siswa membuat teks cerita pendek dengan

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dibantu media photo story
139

dapat memotivasi guru untuk mencari model pembelajaran baru untuk lebih

mengembangkan kemampuan siswa.

C. Saran

Melihat hasil penelitian yang telah didapatkan, ada beberapa pemikiran yang

dapat disampaikan, khususnya:

1. Bagi Guru

Pendidik dapat menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) dibantu media photo story dalam memahami cara menyusun teks

cerita pendek di kelas yang berbeda atau dalam kerangka waktu yang

menyertainya. Hal ini dikarenakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning) dibantu media photo story dapat memudahkan siswa dalam

memunculkan ide cerita.

2. Bagi Siswa

Siswa perlu meningkatkan wawasan membaca khususnya membaca teks

cerita pendek atau karya sastra lainnya supaya lebih luas dalam mengenal kosa

kata lainnya.
140

Anda mungkin juga menyukai