Oleh
19201244025
ABSTRAK
IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan dalam menulis teks cerita pendek dengan
xvii
menyusun teks cerita pendek, keaktifan siswa saat belajar, keakraban siswa
Hasil rata-rata nilai menulis teks cerpen siswa kelas XI IPS I SMA
siklus I mendapatkan nilai tulis rata-rata 71,44. Rata-rata nilai menulis siswa
berdasarkan fitur keberhasilan produk siklus II, 76% siswa di kelas tersebut
dinyatakan tuntas dan mendapat skor menulis teks cerpen di atas skor KKM
75. Media photo story dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
tinggi lebih cenderung memiliki kemampuan menulis yang baik. Bahasa juga
serta kreatif. Oleh karena itu, kegiatan menulis sangat penting untuk
pendidikan.
Salah satu upaya sengaja yang dilakukan oleh pihak yang diberi tanggung
seringkali menjadi tanda prestasi siswa di sekolah. Hal ini merupakan indikasi
bahwa pembelajaran siswa tidak berjalan dengan baik, bahkan siswa sendiri
pembelajaran yang tepat dan efektif bagi siswa merupakan tanggung jawab
teks cerita pendek terus menjadi tantangan bagi sebagian siswa. Berikut ini
siswa dalam menulis teks cerita pendek, serta kurangnya kebiasaan membaca
dalam menulis masih tergolong rendah. Hal ini terjadi karena siswa kurang
memiliki motivasi dan minat dalam menulis cerpen. Banyak siswa percaya
bahwa menulis itu sulit dan melelahkan. Selain itu, siswa kesulitan memilih
dan menemukan kosa kata yang tepat untuk digunakan dalam teks cerita
kurangnya minat siswa dalam membaca teks sastra, sehingga siswa kurang
memiliki pengetahuan yang luas sebagai bekal dalam menulis teks cerita
pendek.
siswa dan kemudian meminta mereka untuk membuat teks cerita pendek
mereka sendiri berdasarkan contoh yang dibagikan. Hal ini justru membuat
siswa merasa susah dan memudahkan mereka untuk menyalin cerita. Alhasil,
ketika diminta membuat teks cerpen hanya berdasarkan ide sendiri, siswa
merasa kesulitan.
Siswa juga menjadi kurang terlibat dan kreatif akibat gaya ceramah guru.
Strategi ini tidak memberikan ruang kepada siswa untuk lebih mengeksplorasi
abstrak yang akan digunakan untuk menulis teks cerita pendek. Strategi
menyebabkan siswa merasa lesu saat diminta mengarang teks cerita pendek.
Mempelajari cara menyusun teks cerita pendek akan menjadi lebih menarik
dengan perkembangan zaman sehingga siswa merasa senang dan tidak merasa
teks cerita pendek yang disediakan untuk tujuan mengajar siswa bagaimana
metode dan media yang menarik dan inovatif. Media merupakan salah satu
pembelajaran adalah suatu titik atau cara pandang dari pengalaman yang
pembelajaran: yang satu menekankan pada guru dan yang lainnya pada siswa.
Media cerita foto adalah sejenis gambar tetap atau gambar diam yang
terdiri dari gambar datar yang terdiri berbagai gambar atau foto yang diambil
dari sudut pandang subjek atau peristiwa yang disusun untuk dapat
memberikan garis besar cerita. Foto story sering disebut sebagai media untuk
tersebut.
bahasa, kegiatan seni, dan menggambar. Media photo story merupakan salah
satu jenis media terbaru dimana siswa disajikan dengan berbagai macam foto
yang dirangkai. Media photo story memiliki beberapa keunggulan, antara lain
meningkatkan motivasi belajar siswa. Photo story juga dapat digunakan untuk
mempelajari cara menulis teks pendek untuk membuat suatu cerita. Siswa
dapat lebih efektif menyusun pesan cerita pendek karena media photo story
media photo story. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempermudah dan
cerita pendek.
7
B. Identifikasi Masalah
2. Kurangnya minat baca teks sastra pada siswa yang juga mempengaruhi
minat menulis.
5. Tidak adanya sarana pembelajaran dan hanya terpaku pada buku siswa dan
buku guru.
C. Batasan Masalah
saja akan dikaji dalam penelitian ini. Pembatasan masalah ini dilakukan
supaya fokus pada permasalahan yang akan dikaji dan fokus untuk
D. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
E. Tujuan Penelitian
rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah:
F. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Teaching and Learning) yang didukung oleh media photo story pada proses
2. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini memiliki manfaat bagi siswa karena dapat digunakan untuk
cerpen.
10
2. Penelitian ini memiliki manfaat bagi guru karena dapat dijadikan salah satu
G. Batasan Istilah
Mengingat judul dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang harus
dipahami. Hal ini bertujuan untuk memperjelas dan supaya lebih fokus pada
1. Menulis
lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambar tersebut.
2. Cerita pendek
ditulis dalam waktu singkat dan isinya tidak nyata atau fiktif. Selain itu,
Cerita pendek atau sering dikenal sebagai cerpen pendek, adalah karangan
yang lugas, dan berisi satu soal yang ceritanya selesai dalam sekali baca.
Karangan fiksi satu ini karena panjangnya yang relatif pendek, maka disebut
sebagai cerita pendek. Maka dari itu, pembaca cerita pendek dapat
11
menyelesaikan cerita hanya dalam waktu lima belas sampai tiga puluh menit.
yang dijalani tokoh. Alur kejadian dalam cerpen tidak selalu diawali dengan
perkenalan karena seperti yang telah disebutkan cerpen memiliki plot atau
Media photo story yaitu sebuah rangkaian foto atau beberapa jepret foto
yang menjadi series dengan mengangkat tema, topik tertentu. Media photo
story memberikan gambaran yang detail dari beberapa rangkaian jepret foto,
kondisi suasana dan tempat yang terdapat dalam photo story mulai dari foto
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Dilihat dari batasan istilah di atas, berikut ini merupakan kajian teori yang
1. Menulis
a. Pengertian Menulis
tertentu lewat tulisan disebut menulis. Menulis sering dikenal juga salah satu
pembaca. Esai atau tulisan adalah produk dari proses kreatif ini. Banyak yang
Definisi lain dari menulis ialah keahlian bahasa yang dimaksudkan untuk
penerima atau pembaca hanya mengelola bacaan yang dibentuk dari berbagai
realistik tersebut.
kognitif intelektual individu yang terdiri dari representasi persepsi, ide, dan
baru.
itu, skemata itu merupakan pengetahuan lama dan pengalaman yang dimiliki
agar pencipta dapat membuat komposisi yang pas. Saat menulis, target
atau menghibur. Aktivitas menulis juga salah satu cara berbicara dengan
orang lain. Oleh karena itu, bahasa yang kita gunakan ketika menulis harus
b. Jenis-jenis Tulisan
Ada berbagai macam jenis karangan ada juga cara untuk mengenali jenis
Selain itu, karangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu makalah ekspresif,
puitis, dan berbasis nilai. Ekspresi penulis mengacu pada bagaimana mereka
karya tulis, misalnya sajak, cerita pendek, fabel, lelucon, dan syair melodi.
yang tersedia.
1. Publikasi Ilmiah;
2. Tulisan Populer;
3. Berita;
4. Berita keluarga;
5. Biografi;
6. Brosur ;
7. Buku sekolah;
8. Buku pelajaran;
9. Catatan Harian/Jurnal;
c. Langkah-Langkah Menulis
Kelima tahapan tersebut mengacu pada kegiatan menulis yang bersifat formal
terkadang tahapan menulis tersebut tidak semua dilewati. Bisa jadi, proses
penguasaan gagasan ide ke dalam tulisan mengalir secara alami atau spontan.
(1) Persiapan
a) Menetapkan tujuan
berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, profesi, dan bisa juga
pembahasan isi tulisan. Luas isi tulisan tergantung pada jenis tulisan, tujuan
Memilih media terbit sangat penting karena media terbit digunakan untuk
terbit seperti buku, surat kabar, majalah anak, majalah remaja, majalah
e) Menentukan topik
Topik yang dibahas harus ditentukan dengan jelas, hal yang perlu
terbit.
dapat membuat tulisan lebih teratur dan terorganisasi, menjadi panduan untuk
penulis ketika proses penulis yang berlangsung lama sehingga tulisan tidak
g) Merumuskan judul
(2) Menulis
sebuah karangan yang utuh. Tahap ini semua ide dituangkan ke dalam
lambang-lambang bahasa tulis. Proses tahap menulis terdiri dari dua tahap
antara lain.
membuat kesimpulan.
b) Merevisi Tulisan
Merevisi tulisan adalah melihat kembali setelah tulisan jadi, penulis perlu
2. Teks Cerpen
berasal dari dua kata, yaitu cerpen dan pendek. Kata cerpen memiliki makna
memiliki makna cerita yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000
kata yang memberikan kesan dominan dan menyoroti hanya satu orang dalam
satu keadaan. .
Cerpen memiliki urutan yang lebih terbatas daripada buku. Cerita dalam
cerita pendek umumnya akan kurang pasti dan kompleks karena hanya
berfokus pada beberapa bagian dan hanya memiliki satu tema atau peristiwa,
latar plot tunggal, sejumlah karakter, dan mencakup jangka waktu singkat.
ide cerita adalah tahap pembangkitan ide yang muncul dari imajinasi atau
1. Abstrak
2. Orientasi
3. Komplikasi
4. Evaluasi
evaluasi ini.
21
5. Resolusi
Resolusi tujuan berisi jawaban atas permasalahan yang dilihat oleh tokoh-
6. Koda
dalam koda agar pembaca dapat memperoleh wawasan dari pesan yang ada di
Baik aspek intrinsik maupun ekstrinsik hadir dalam cerpen. Tema, latar,
tokoh, pandang, gaya pengarang, amanat adalah contoh unsur intrinsik yang
dapat ditemukan dalam salah satu teks cerpen. Sedangkan unsur ekstrinsik
meliputi latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai dalam
A) Unsur Intrinsik
1) Tema
Ide sentral cerita, atau tema, tercermin dalam semua komponen plot.
Secara alami, topik dan tema berbeda ketika topik menjadi bahan diskusi dan
2) Setting
22
Cerita pendek atau teks esai semuanya memiliki latar. Setting juga dapat
a) Setting waktu
Latar waktu adalah waktu yang digunakan dalam cerita pendek. Siang,
malam, musim, nama hari, tanggal, tahun, jam, atau sesuatu yang menunjukkan
waktu.
b) Setting tempat
c) Setting suasana
suasana dalam cerita. Kemudian dapat ditemukan suasana cerita pendek itu
3) Alur
Alur cerita adalah alur atau rangkaian peristiwa. Ada alur maju, alur
mundur, dan alur campuran di antara berbagai jenis alur. Plot dibagi menjadi
beberapa fase (1) tahap pendahuluan, (2) pemunculan masalah, (3) masalah
serangkaian masalah. Oleh karena itu, cerpen sangat bergantung pada konflik.
Karakter dapat membuat cerita yang sesuai dengan peran mereka dengan
langsung, atau melalui monolog karakter. Karakter dalam cerita dibagi menjadi
5) Sudut pandang
pandang. Ada dua perspektif dalam cerita pendek: narator sebagai tokoh utama
dan pencerita serba tahu. Ada sudut pandang lain, tetapi keduanya adalah yang
Sudut pandang ini mengasumsikan peran individu yang serba tahu, mereka
Sudut pandang orang ketiga, pencerita tidak terlibat, dan pelakunya adalah
orang lain. Penulis biasanya merujuknya dalam sudut pandang ini dengan
Diantaranya yaitu cara khas memilih persoalan, meninjau persoalan, dan cara
24
penggunaan kalimat, dialog, detail, dan cara pandang masalah. Gaya berupa
kalimat panjang, tetapi ada juga pengarang yang membawakan cerita dengan
kalimat yang pendek, komplek atau sederhana. Sedangkan gaya yang berupa
utama dalam bercerita, namun justru ada juga pengarang yang menghindarinya.
7) Amanat
melalui karyanya. Baik kata-kata yang tertulis maupun tema yang dibahas
menyampaikan pesan.
B) Unsur ekstrinsik
Elemen ekstrinsik adalah elemen yang tidak ada dalam teks tetapi
memiliki efek pada sistem organisme teks cerita pendek. Mereka juga dikenal
penulis dan aliran sastra pencipta. Seluruh biografi penulis termasuk dalam
kondisi psikologis yaitu suasana hati pencipta dalam proses mencipta cerita.
Suasana hati atau psikologis pencipta mempengaruhi isi cerita yang mereka
ciptakan, misalnya ketika penulis sedang sedih atau gembira mereka akan
1) Aspek kreativitas
26
Aspek kreativitas adalah salah satu masalah yang paling umum ditemui
tepat, dan menemukan ide baru, serta kurangnya kosa kata sastra.
2) Aspek sikap
Aspek sikap ini meliputi kurangnya niat untuk segera mengarang, frustrasi
bahwa hasilnya tidak sesuai hasil, pesimis dinilai jelek oleh orang lain, tidak
3) Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan gaya penulisan yang dipakai oleh penulis. Pada
aspek teknis ini terkadang banyak yang merasa kesulitan, seperti kurangnya
dengan gambar dan tema. Selain itu, juga memperhatikan penyajian unsur-
dilakukan pada aspek kosakata dengan kriteria pilihan kata atau diksi, dan
Pembobotan penilaian setiap aspek dilakukan dengan skala 1-100. Skor spek
tema diberi penilaian 1-15, aspek struktur 1-20, aspek unsur instrinsik
(setting, tokoh, alur, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) skor penilaian
1-10, sedangkan penguasaan tata bahasa skor penilaian 1-5. Kategori dalam
modifikasi. Kategori pedoman menulis teks cerita pendek terdiri dari kategori
dengan tema.
28
cerita.
makna.
makna.
pembaca.
pembaca.
selesai.
makna.
35
4. Media Pembelajaran
pembelajaran.
Klaim Kemp dan Dayton (dalam Daryanto, 2011: 5), menerapkan teori
sifat dan kemampuan dalam memilih media sesuai dengan keadaan dan
36
contoh alat media pembelajaran. Materi mengacu pada segala sesuatu yang
kepada khalayak dengan menggunakan alat atau bentuk tertentu, seperti film,
grafik, bahan cetakan, dan sebagainya. Proyektor, perekam pita video, papan,
keras" mengacu pada cara pengiriman pesan. Guru dan siswa bertukar
informasi melalui media pembelajaran. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk
Media photo story adalah sebuah rangkaian beberapa jepret foto yang
menjadi cerita dengan mengangkat tema, topik tertentu. Media photo story
kondisi suasana dan tempat yang terdapat dalam photo story mulai dari foto
satu dengan yang lain berlatar sama. Photo story siap membawa informasi
foto dan teks tambahan untuk memberikan latar belakang atau konteks. Tata
letak dalam penyajian photo story sangat penting, penyajian tersebut bisa
berupa cetak dan lembar digital. Photo story yang dikemas dalam bentuk
peran video, audio, dan multimedia juga sangat penting untuk mendukung
penggambaran suasana.
(WPP) mengungkapkan jumlah dasar cerita foto yaitu 2 dan maksimal 12.
Jumlah ideal yang digunakan dalam photo story dengan tema umum yaitu 7-
15 foto. Isi dari photo story dapat berupa orang yang terkenal, isu yang
aktual, dan hal-hal yang menarik perhatian. Cerita tentang tokoh di dalam
1. Pembuka
photo story yang menceritakan tentang buruh pabrik. Foto pembuka dalam
photo story berupa subjek utama di pabrik tempat kerjanya. Foto bagaian
pembuka ini dapat berupa tempat, tokoh, jenis pabrik modern atau
2. Isi
3. Penutup
39
Foto akhir adalah foto yang akan diingat oleh pembaca dari keseluruhan
cerita. Bagian akhir cerita bisa berupa gambaran akhir cerita, gagasan
masing.
menulis teks cerita pendek, foto digunakan sebagai media visual untuk
menyegarkan pikiran kreatif siswa. Siswa diberikan koleksi foto acara untuk
cerpen adalah rangkaian foto dari peristiwa tersebut. Berikut ini merupakan
(Gambar :
https://www.kompasiana.com/indankurnia/561bda67de22bdbb098b456c/men
genal-foto-story-dan-foto-essay )
40
mengajar yang membantu guru membuat hubungan antara apa yang dipelajari
siswa dan skenario dunia nyata. Dalam pendekatan CTL, tugas guru adalah
siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka bekerja secara mandiri dan
cara yang paling umum untuk membangun desain mental lain pada siswa
masing.
mungkin topik.
proses pembelajaran.
yang sedang dilakukan sesuai dengan metode mendidik diri tentang mata
puisi pada setiap siklusnya. Pada siklus II rata-rata skor pra tindakan 20,06
penelitian tersebut dapat diketahui peningkatan skor sebesar 6,69 poin atau
26,7%.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sinta Pandhan Sari (2018) dengan
pada temuan penelitian ini. Rata-rata siswa pra-aktivitas, yang setara dengan
57,77. Kemudian pada siklus I nilainya mencapai 79,13. Pada siklus II naik
Tembung Percut Sei Tuan” dan dilakukan oleh Dian Amalia Putri (2018).
menunjukkan bahwa rata-rata siswa pada siklus I menjadi 71,47, dan pada
yang hampir sama dengan penelitian ini. Perbedaan pokok eksplorasi terletak
pada jenis teks dan model pembelajaran yang digunakan, jenis teks yang
digunakan dalam ujian pokok utama menggunakan jenis teks ayat dan tujuan
C. Kerangka Pikir
Salah satu topik yang tercakup dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari siswa dan pendidik.
siswa untuk mengarang teks cerita pendek, kebiasaan membaca teks sastra
ide cerita. Sedangkan permasalahan pendidik adalah cara mengajar dan cara
Teaching and Learning) dan media cerita foto, peneliti menawarkan kepada
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Srandakan metode baru dalam mencipta cerita
dengan media cerita foto, siswa diharapkan berperan aktif dalam latihan
menulis teks cerita pendek ketika media cerita foto digunakan dalam
cerita foto sebagai stimulus. Kemampuan siswa dalam menulis teks cerita
Teaching and Learning) dengan media cerita foto. Desain penelitian tindakan
D. Hipotesis Tindakan
story.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dalam penelitian ini, sedangkan guru adalah pelaku dalam tindakan tersebut.
dan refleksi.
1. Rencana
yang diatur untuk memutuskan tindakan yang akan diambil dalam mengatasi
masalah tersebut. Karena sulit untuk secara jelas mendefinisikan aksi sosial
dalam parameter tertentu, maka rencana aksi ini dapat diadaptasi. Fase
tersebut memiliki nilai yang relatif rendah dalam menulis teks cerpen.
49
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa hal berikut akan diselesaikan pada
tahap ini: (1) survei terhadap kondisi sekolah; (2) diskusi dengan guru untuk
dan (4) desain instrumen berupa angket pra tindakan dan pasca tindakan,
2. Tindakan/ Pelaksanaan
Dalam hal ini, istilah "tindakan" dan "variasi dalam praktik pengajaran"
mengacu pada tindakan yang dilakukan secara terkendali dan termasuk inovasi
3. Pengamatan
salah satunya berdasarkan hasil tes dalam observasi ini. Para analis dibedakan
dan disimpan dalam catatan lapangan. Selain itu, peneliti menggunakan foto
4. Refleksi
suatu siklus, yaitu rangkaian kegiatan yang berlanjut dalam urutan yang sama.
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
?
51
yang terletak di Jl. Trimurti, Pandansimo, dan Kec Sranda, Kab. Bantul di
Maret 2023.
karena kelas ini memiliki kendala dalam memahami cara menyusun teks
cerita pendek. Selain itu, siswa kelas XI IPS 1 termasuk dalam kategori
D. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Selama tahap perencanaan ini, peneliti dan guru memutuskan strategi lain
untuk membantu siswa menulis cerita pendek. Kegiatan pertama adalah diskusi
antara peneliti dan guru tentang tantangan yang dihadapi siswa kelas XI IPS 1
tersebut menyimpulkan bahwa guru yang mengajar siswa menulis teks cerpen
teknik tugas dalam mencari cara menyusun cerita pendek. Pada titik ini,
peneliti juga mengadakan pre-test bagi siswa untuk menilai keterampilan awal
menulis cerita pendek mereka. Peneliti menggunakan media photo story dan
Pada titik ini, guru dan peneliti juga harus menyiapkan materi
digunakan adalah media photo story yang berisi rangkaian foto asli suatu
1. Photo story yang berisi rangkaian foto nyata objek atau suatu kejadian
5. Menyiapkan lembar observasi, dan lembar kerja siswa untuk menulis teks
cerita pendek.
b. Implementasi Tindakan
4. Fokus pada alokasi waktu dan banyaknya aktivitas kegiatan yang dilakukan
di dalam kelas.
tindakan.
c. Pengamatan/ Observasi
yang cermat terhadap lingkungan belajar dan respon siswa. Keaktifan siswa
meliputi lembar observasi dan catatan lapangan. Salah satu data yang akan
dianalisis sebagai hasil observasi tindakan siklus adalah rekaman berupa foto
d. Refleksi
55
modifikasi dan photo story, peneliti dan guru melakukan refleksi untuk
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan/ Observasi
56
Observasi siklus kedua ini dilakukan pada saat tindakan, sama seperti
observasi, fokus utama adalah pada aktivitas siswa. Salah satu data yang akan
dianalisis dari hasil observasi tindakan siklus adalah rekaman berupa foto dan
d. Refleksi
kuantitatif. Data kualitatif tentang bagaimana sikap siswa saat belajar menulis
kemampuan siswa dilihat dari hasil akhir tes mengarang cerita pendek.
1. Observasi
2. Wawancara
dan media layak digunakan untuk proses peningkatan menulis cerpen di kelas
tersebut.
58
3. Angket
kuesioner yang digunakan sebagai alat pencarian data. Hal ini, indikator yang
menggunakan angket.
4. Tes
cerita pendek. Tes dilakukan sebelum tindakan dan pada saat dikenai tindakan
5. Catatan Lapangan
Selama pretest, siklus I sampai II, siswa mengerjakan menulis teks cerita
menilai seberapa rajin siswa menyelesaikan tugas yang diarahkan oleh guru.
59
7. Dokumentasi
F. Instrumen Penelitian
Informasi yang didapat dalam fokus ini melalui tugas menyusun teks cerita
pendek khusus yang disusun pada lembar kerja siswa. Berikut ini merupakan
Menulis Disajikan
4.9
cerita pendek media
Mengkonstruki
menggunakan photo
si cerita
pendekatan story,
pendek dengan
CTL peserta
60
tema.
Disajikan
media
photo
story,
peserta
didik dapat
merancang
fakta
cerita,
sarana
cerita yang
mengandu
ng unsur
cerpen
yang logis
61
dan padu.
Disajikan
media
photo
story,
peserta
didik dapat
membuat
teks cerita
pendek
berdasarka
penulisan
dan ejaan
yang tepat.
Butir
menulis teks
Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 2
cerita
mengamati dan mencatat banyaknya peserta
cerpen.
menulis teks
Disajikan lembar pengamatan peneliti dapat 6
cerita pendek.
mengamati dan mencatat banyaknya peserta
guru.
tidak.
3. Pedoman Wawancara
dilakukan sebelum dan sesudah tindakan. Berikut ini adalah pedoman untuk
Butir Butir
mencatat pendekatan/metode/
cerpen.
Butir Butir
media photo
Disajikan lembar wawancara 3, 4, 5 3
story.
peneliti dapat melakukan
photo story.
67
photo story.
4. Angket
Ada dua angket dalam penelitian ini yaitu informasi awal dan angket
Teaching and Learning) berbantuan media photo story. Berikut ini kisi-kisi
angket informasi awal menulis cerpen pada pra tindakan dan pasca tindakan.
pendek.
cara mengarang
cerita pendek.
Butir Butir
pendekatan
69
CTL
berbantuan
media photo
story.
pembelajaran
menulis teks
cerpen.
pendekatan story.
CTL
berbantuan
media photo
story.
70
5. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah sejarah tentang apa yang dilakukan guru atau
pada hari penelitian dilakukan. Data yang berasal dari lapangan dapat
story.
teks cerita pendek pra tindakan peneliti dapat menilai kinerja siswa dalam
71
Selain itu, analisis data juga dilakukan dengan cara melakukan perbandingan
kualitatif.
a. Perbandingan data: Pada titik ini, data untuk setiap informasi dibandingkan
Penelitian ini juga terdapat validitas dan Reliabilitas data. Berikut ini
1. Validitas Data
Lusi dkk. (2013: 63), penelitian tindakan kelas memiliki validitas yang
berlangsung.
a) Validitas Demokratik
b) Validitas Hasil
73
proses menulis teks cerita pendek. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari metode yang digunakan. Pada
siklus berikutnya, data ini dijadikan sebagai acuan pembelajaran menulis teks
cerpen.
c) Validitas Proses
Suatu proses penelitian yang telah disusun, mulai dari perencanaan hingga
dan refleksi adalah beberapa proses yang termasuk dalam penelitian ini. Jika
2. Reliabilitas Data
pada tingkat reliabilitas studi. Hasil pengukuran harus reliabel dalam arti
mengarah pada hasil yang lebih baik. Studi ini mengumpulkan indikator
Hasil materi tergantung dari kemajuan siswa dalam menyusun teks cerita
Learning) berbantuan media photo story. Kesuksesan telah tercapai jika ada
menemui perkembangan yang khas yang terekam dalam bentuk teks cerita
pendek hard copy dan pada siklus terakhir ≤ 75% nilai siswa menulis cerita
pendek di atas nilai KKM 75. Hal ini sejalan dengan Kriteria Ketuntasan
BAB IV
hasil menyusun teks cerita pendek pada pra kegiatan, siklus I, dan siklus II.
tindakan kelas selama dua bulan. Berdasarkan apa yang diskusikan dengan
Dra. Sri Suharni guru Bahasa Indonesia dan mengacu pada kalender
akademik penelitian kegiatan kelas ini dilakukan lebih dari satu kali dalam
penelitian.
tindakan.
1.
tindakan.
1.
1 (pertemuan 2).
2.
2 (pertemuan 2).
2 (pertemuan 3).
tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan siswa kelas XI IPS 1 SMA
Sri Suharni menjelaskan, siswa di kelas ini masih berkutat menulis teks
cerpen dan belum mencapai KKM 75. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan selama dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat tahap
merenungkan/refleksi.
78
A. Hasil Penelitian
a. Hasil Pratindakan
Tahap pratindakan penelitian tindakan kelas ini dimulai pada hari Rabu,
siswa dalam menulis teks cerita pendek. Pada tahap pra kegiatan ini, peneliti
peneliti juga melibatkan Dra. Sri Suharni selaku guru bahasa Indonesia
tahap ini pendidik juga menyampaikan Kemampuan Dasar yang harus dicapai
79
ilustrasi teks cerita pendek berjudul “Laki-laki Di Awal Hari Buta” oleh Hari
menggunakan contoh teks cerita pendek sebagai referensi untuk mencari tahu
apa yang ada di cerita pendek. Guru meminta siswa untuk melihat dan
membaca contoh teks cerita pendek yang telah diberikan kepada mereka.
Metode dan cara mengajar guru tentunya juga berpengaruh pada kondisi
Siswa bahkan mengeluh ketika diminta untuk menulis teks cerpen, dan ada
dua siswa di meja yang sibuk berbicara sendiri. Penjelasan guru tidak
dimengerti oleh sebagian siswa. Pada saat guru mencari penjelasan tentang
hal-hal yang mendesak, terlihat bahwa masih ada beberapa siswa yang sudah
siswa yang tidak aktif dan lesu. Bahkan juga terlihat beberapa kali ada siswa
Kondisi siswa yang terlihat belum antusias juga berdampak pada hasil
dan proses menulis teks cerita pendek. Pada saat guru meminta siswa untuk
mengumpulkan. Hal ini membuat beberapa kali guru sering menegur siswa
setiap siswa setelah mereka mengumpulkan teks cerita pendek mereka. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui minat siswa dalam menulis teks cerpen.
A (Kadang- C
menarik?
cerita pendek?
cerpen?
sesuai topik?
Jumlah 99 102 49
84
dalam menulis teks cerita pendek. Siswa sering kesulitan dalam menentukan
topik, menemukan data yang dapat digunakan dalam teks cerpen, menulis
juga diperkuat adanya data hasil wawancara pratindakan bersama Dra. Sri
pratindakan dengan Dra. Sri Suharni, peneliti memperoleh hasil bahwa siswa
Selain itu, siswa juga belum terbiasa melakukan kegiatan menulis, masih
rendahnya minat baca siswa sehingga siswa sulit untuk melahirkan ide-ide
cerita.
siswa. Beberapa perwakilan siswa yang menjadi sampel wawancara yaitu S20
menyatakan bahwa sulit untuk menulis cerita pendek dikarenakan tidak suka
Tabel 11. Tabel Hasil Nilai Menulis Teks Cerita Pendek Pratindakan
kan sI II
1. S1 6 6 6 6 8 3 6 14 3 58 S1 11 7 8 8 9 8 8 18 5 82 S1 13 8 8 9 9 8 9 19 5 88
2. S2 6 6 6 4 8 4 5 16 4 59 S2 12 7 8 7 8 7 7 17 4 77 S2 14 9 9 9 9 9 10 19 5 93
3. S3 14 9 9 10 9 6 9 19 4 89 S3 12 9 9 9 9 8 8 19 4 87 S3 13 9 9 9 9 9 10 19 5 92
4. S4 10 8 8 7 8 8 8 18 5 80 S4 13 8 8 8 8 8 8 19 5 85 S4 13 9 9 9 9 9 9 19 5 91
73
5. S5 6 6 4 4 8 5 6 10 4 53 S5 10 7 7 7 9 4 7 15 4 70 S5 11 7 7 6 9 5 7 15 4 71
6. S6 6 6 5 6 7 5 6 10 4 55 S6 10 6 6 7 8 7 7 16 4 71 S6 12 7 9 8 9 9 8 18 4 84
7. S7 7 6 6 4 8 4 3 12 3 53 S7 12 7 8 7 9 4 8 16 4 75 S7 10 8 8 8 8 7 8 16 4 77
8. S8 6 6 6 6 8 3 6 14 3 58 S8 6 7 7 4 7 7 4 14 4 60 S8 11 8 9 8 7 7 7 17 5 79
9. S9 4 4 4 4 8 4 3 11 4 46 S9 6 7 7 4 7 7 4 14 3 59 S9 11 8 8 7 9 7 9 16 4 79
10 S1 3 3 3 3 6 6 2 12 3 41 S10 7 6 5 5 6 7 4 14 3 57 S10 10 8 7 6 8 7 8 15 4 73
. 0
11 S1 6 6 6 4 8 6 6 12 4 58 S11 10 8 8 7 7 7 9 18 5 79 S11 11 8 8 8 8 8 9 18 5 83
. 1
12 S1 13 7 7 6 8 6 7 16 4 74 S12 7 7 7 4 7 7 7 16 4 66 S12 9 7 7 7 8 7 8 16 5 74
. 2
13 S1 6 6 6 5 6 4 4 14 3 54 S13 8 7 7 7 7 7 7 17 4 71 S13 13 9 9 9 9 9 10 19 5 92
. 3
14 S1 7 6 6 6 7 6 6 16 4 64 S14 8 7 6 6 7 7 7 17 4 69 S14 10 8 8 6 8 7 8 17 4 76
74
. 4
15 S1 5 4 3 3 3 4 4 11 3 40 S15 8 7 6 4 7 7 4 16 4 63 S15 11 7 7 6 8 7 8 16 4 74
. 5
16 S1 4 6 6 4 5 3 3 10 3 44 S16 8 6 7 6 6 7 4 16 4 64 S16 11 8 8 8 8 8 9 16 5 81
. 6
17 S1 6 7 6 4 7 4 4 10 4 52 S17 12 8 8 8 8 8 9 18 5 84 S17 13 9 8 9 9 8 9 18 5 88
. 7
18 S1 12 6 6 7 7 7 7 16 4 72 S18 8 8 7 7 8 7 7 16 5 73 S18 8 9 8 9 8 8 9 17 5 81
. 8
19 S1 6 6 5 6 7 5 6 10 4 55 S19 8 7 6 6 8 7 7 16 5 70 S19 10 8 8 8 8 7 8 16 4 77
. 9
20 S2 14 8 7 7 8 7 9 17 5 82 S20 15 9 9 9 9 9 9 19 5 93 S20 15 10 10 10 9 9 9 19 5 96
. 0
75
21 S2 S21 4 5 3 5 6 4 3 11 4 45 S21 10 8 7 8 7 7 9 17 4 77
. 1
22 S2 14 6 6 3 8 3 3 14 4 61 S22 14 7 7 6 9 6 6 16 4 75 S22 9 8 8 7 9 6 9 16 4 76
. 2
23 S2 6 6 4 4 6 6 6 15 3 56 S23 14 6 6 4 8 7 6 16 4 71 S23 14 9 9 8 8 8 8 19 5 88
. 3
24 S2 3 3 3 3 3 2 2 10 3 32 S24 6 6 3 3 7 5 6 10 4 50 S24 8 6 4 3 4 4 7 14 4 54
. 4
25 S2 14 9 9 8 9 9 9 18 4 89 S25 14 9 9 8 9 8 9 19 5 90 S25 9 7 6 7 8 7 7 16 4 71
. 5
h 4 6 7 4 0 0 0 5 h 3 8 2 6 30 5 6 6 h 9 2 8 2 5 7 2 3 5
Rata- 7,6 6,0 5,7 5,2 7,0 5 5,4 13,5 3, 59, Rata- 9,7 7,16,9 6,2 7,7 6, 6,6 16,1 4,2 71,4 Rata- 11, 8,1 7,9 7,6 8,2 7,4 8,5 17,0 4,5 80,
6 8 8 1 4 7 4 rata 2 4 8 2 4 4 rata 2 8 8 8 2 6
76
rata
77
Keterangan:
Berdasarkan hasil tes menulis teks cerita pendek tahap pratindakan di atas
terdapat 24 siswa yang mengikuti tes pada tahap pratindakan. Pada kolom S21
terlihat nilainya masih kosong dikarenakan pada saat tahap pratindakan siswa
terebut tidak hadir. Hasil tes mengarang cerita pendek pada tahap pra kegiatan di
atas menyatakan bahwa siswa kelas XI IPS 1 dinyatakan belum berhasil karena
nilai normal kelas masih di bawah KKM yaitu 59,37. Siswa yang memperoleh
cerpen yang rendah, siswa yang memperoleh skor antara 70 sampai dengan 80
memiliki tingkat kemampuan menulis teks cerita pendek yang sedang, dan siswa
Pada tahap pratindakan di atas, data menulis teks cerpen menghasilkan rata-
menulis teks cerpen pada tahap pra tindakan sebelumnya, skor terendah adalah
32, dan skor tertinggi adalah 89. Berdasarkan KKM untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia, skor rata-rata untuk menulis teks cerpen pada nilai siswa kelas XI IPS
1 perlu dinaikkan menjadi 75. Nilai siswa dapat dianalisis berdasarkan sembilan
faktor, antara lain kesesuaian isi/tema, deskripsi latar, penyajian plot, penyajian
tokoh dan penokohan, penyajian sudut pandang, pilihan diksi dan gaya bahasa,
Selain berdasarkan hasil tes menulis teks cerita pendek, hasil wawancara
pembelajaran dan aktivitas siswa pada saat kegiatan pembelajaran menulis teks
cerita pendek pada tahap pratindakan. Aspek yang diamati pada lembar
masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat pada minat siswa yang masih naik
turun. Ada siswa yang terlihat antusias dalam belajar, namun masih ada siswa
79
yang lamban dan tidak terlihat tertarik untuk belajar. Pada tahap pra kegiatan ini,
ada juga beberapa siswa terlihat asik mengobrol dengan teman-temannya, bahkan
ada siswa yang asyik bermain handphone. Pada saat guru memberikan instruksi
mengeluh, alhasil guru harus ekstra melakukan pendekatan dengan siswa supaya
mau mengerjakan.
keaktifan siswa diketahui bahwa hanya dua siswa yang aktif bertanya, sedangkan
sisanya siswa tetap pasif dan tampak tidak tertarik. Pada saat guru meminta
mengerjakan soal terdapat siswa yang mengeluh dan sering bertanya karena
dikatakan belum berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
masih merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis teks cerita pendek.
Fasilitas yang terdapat di kelas juga sedikit bermasalah pada proyektor yang
tidak bisa menyala dan harus menunggu. Hal ini menjadi kendala tersendiri pada
digunakan.
80
mengerjakan soal menulis teks cerita pendek tetapi belum memperhatikan unsur
cerpen, catatan lapangan, dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
photo story dapat solusi dari permasalahan dalam menulis teks cerita pendek,
Menggunakan gambar sebagai media utama dalam menulis teks cerita pendek.
Learning) berbantuan media photo story ini diterapkan dengan harapan siswa
Meningkatnya minat menulis ini harapannya dapat diterapkan tidak hanya pada
saat pembelajaran saja, tetapi juga pada saat diluar pembelajaran siswa dapat
handphone.
81
b. Siklus I
a) Perencanaan Siklus I
yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan pada tahap pra
tindakan dan meningkatkan keterampilan menulis teks cerpen siswa kelas XI IPS
1. Dra. Sri Suharni pengajar bahasa di SMA Negeri 1 Srandakan dan peneliti
meliputi:
photo story.
photo story
lapangan, lembar observasi siswa, lembar wawancara guru dan siswa, serta
aturan penilaian.
4. Peneliti dan guru pengajar menyiapkan soal dan lembar kerja siswa.
82
b) Tindakan Siklus I
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam satu siklus, tindakan akan dilakukan dalam
dua kali pertemuan. Penjelasan dari setiap pertemuan siklus I dapat dilihat di
bawah ini.
dengan materi yang akan dibahas. Guru bertanya kepada siswa kegiatan-kegiatan
sehari-hari atau pengalaman yang berkesan. Hal ini untuk merangsang dan
1) Kegiatan I
anggota. Pembagian kelompok ini berdasarkan urutan tempat duduk. Hal ini
dilakukan supaya tidak membuang waktu lebih lama dan siswa tetap tertib dalam
pembelajaran.
b) Tahap Modelling
dan menarik. Hal ini digunakan untuk meningkatkan respon siswa dalam
membuat cerita pendek kemudian guru membagikan media belajar berupa photo
gambaran ide menulis cerita pendek. Guru menjelaskan bahwa setiap kelompok
yang sudah mendapat lembar kerja kelompok kemudian diminta untuk berdiskusi
mencermati perintah dalam soal dan mencermati isi dari photo story.
84
c) Tahap Konstruktivisme
Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum jelas,
siswa yang lain menjawab atau bertukar pikiran. Guru membantu siswa dalam
penemuannya)
Siswa mulai menentukan unsur pembangun teks cerita pendek dan mengisi
2) Kegiatan II
a) Konstruktivisme
cerpen yang sesuai dengan tema photo story yang dibagikan. Guru kemudian
membagikan lembar kerja individu untuk diselesaikan siswa guna menulis cerpen
berdasarkan media photo story yang telah dibagikan sebelumnya. Guru meminta
peserta didik untuk mulai menulis cerita pendek. Guru juga menginformasikan
bahwa tugas menulis teks cerita pendek dikumpulkan pada saat jam pelajaran
selesai.
Bagian inti selesai, lima menit sebelum pelajaran berakhir guru meminta
siswa untuk segera mengumpulkan hasil menulis cerita pendek. Pada tahap ini
86
guru juga menjelaskan bahwa menulis teks cerita pendek masih bisa dilanjutkan
yaitu:
b) Authentic Assessment
mengevaluasi hasil belajar siswa dan memberikan tugas untuk lebih memahami
c) Refleksi
Siswa dapat bertanya tentang aspek-aspek yang tidak jelas dari menulis cerita
pendek. Kegiatan yang telah selesai dapat disimpulkan oleh siswa dan guru.
pembangun teks cerita pendek dan menulis teks cerita pendek. Guru
1) Kegiatan I
siswa menentukan topik, suasana, tema sebagai gambaran ide menulis cerita
pendek. Kemudian, setiap siswa dibagikan lembar kerja individu hasil menulis
b) Konstruktivisme
Guru memberikan arahan kepada siswa, untuk mencermati photo story yang
telah dibagikan. Siswa mencermati photo story, hasil menulis cerita pendek
pendek.
c) Questioning (bertanya)
belum jelas.
88
Pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), siswa mulai merancang konsep teks
pengamatan siswa.
2) Kegiatan II
a) Masyarakat Belajar
unsur pembangun cerpen dan sesuai dengan photo story yang dibagikan.Peserta
didik yang lain menanggapi dan memberi masukkan terhadap hasil menulis
Siswa dapat bertanya tentang aspek-aspek yang kurang jelas dari materi
yang dipelajari selama kegiatan ini. Kegiatan yang telah selesai dapat
disimpulkan oleh siswa dan guru. Menggunakan media photo story dan
c) Pengamatan Siklus I
Persepsi dibuat selama pelaksanaan kegiatan kelas dan dicatat pada lembar
pratindakan dan siklus I yang ditunjukkan dari tabel temuan hasil observasi
siswa. Beberapa pergeseran aktivitas siswa selama penulisan teks cerpen menjadi
2. Pada siklus I siswa lebih sedikit berbicara dibandingkan pada tahap pra
tindakan.
90
3. Saat ini banyak siswa yang aktif mencatat informasi yang disampaikan dan
sedikit.
4. Tahap siklus I ini siswa lebih antusias dalam berdiskusi dan lebih banyak
5. Siswa juga lebih aktif mengerjakan tugas dari guru dan lebih semangat dari
sebelumnya.
tahap pratindakan mengalami error pada siklus I ini sudah bisa digunakan
dengan baik.
Poin di atas menunjukkan adanya peningkatan dari aspek minat peserta didik
Seperti terlihat pada tabel di atas, pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata-
rata kelas yaitu mencapai 71,44 pada siklus I dan 59,37 pada pra tindakan. Pada
CTL (Contextual Teaching and Learning) dan media photo story lebih mampu
menulis teks cerpen. Namun, 11 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM
91
ketika menulis teks cerpen pada siklus I. Akibatnya, kemampuan menulis teks
Pada siklus I terdapat 6 siswa yang mendapat nilai baik dengan nilai 81-93,
terdapat 8 siswa yang berkemampuan sedang dengan nilai 71-80, dan terdapat 11
diperoleh S20, sedangkan nilai terendah pada siklus I yaitu 45 yang diperoleh
S21.
d) Refleksi Siklus I
Dra Sri Suharni dan peneliti berkolaborasi dalam kegiatan refleksi dalam
penelitian ini. Dra. Sri Suharni bertugas sebagai guru. Tujuan dari kegiatan ini
untuk mendeskripsikan hasil dan kendala dari tindakan siklus pertama. Selain itu,
latihan refleksi juga dimaksudkan untuk melihat adanya perluasan hasil dan
pendidik mengevaluasi proses dan hasil kegiatan siklus I selama tahap refleksi.
Pada siklus I terjadi peningkatan terutama pada proses dan hasil. Peningkatan
siklus harus dilihat dari meningkatnya minat siswa dalam belajar membuat teks
Sementara itu, peningkatan hasil berdasarkan hasil belajar dan skor siswa secara
aspek tema 9,72, komponen setting tempat dengan rata-rata nilai 7,1, dan
Tahap refleksi peneliti dan guru pengajar berdiskusi mengenai kendala yang
prosedur yang akan digunakan untuk memperbaiki hambatan yang terjadi pada
permasalahan yang muncul selama siklus I. Berikut ini merupakan hasil diskusi
1. Penyajian tampilan photo story lebih diperjelas lagi dan diberikan cuplikan
kalimat pada setiap gambar supaya dapat membantu siswa dalam menentukan
c. Siklus II
a) Perencanaan Siklus II
membentuk tahapan siklus II ini. Pada siklus II, dilanjutkan dengan tahap
perencanaan.
1. Bahan ajar menulis cerpen dibuat oleh peneliti dan pendidik. Seperti yang
telah dibahas pada siklus I, bahan ajar disajikan dengan menitikberatkan pada
2. Instrumen penelitian berupa lembar kerja siswa, RPP, lembar observasi, dan
yaitu tentang menulis teks cerita pendek untuk melakukan kegiatan persepsi.
pada pertemuan ini, antara lain dengan menggunakan media photo story dan
materi yang akan dibahas. Siswa ditanya tentang kegiatan sehari-hari atau
pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini untuk meningkatkan siswa dalam
menarik. Hal ini bertujuan supaya siswa lebih memahami unsur dan struktur
yang perlu diperhatikan dalam menulis teks cerita pendek. Setelah selesai
suasana, tema sebagai gambaran ide menulis cerita pendek. Setiap kelompok
dibagikan lembar kerja kelompok yang berisi data-data penting yang harus ada di
95
dalam teks cerita pendek yaitu, tema, plot, penokohan, latar yang harus diisi
tentang bencana alam yang telah dibagikan. Kemudian peserta didik bersama
yang belum jelas, siswa yang lain menjawab atau bertukar pikiran. Pada kegiatan
ini guru membantu siswa dalam menentukan data-data sesuai unsur pembangun
cerita pendek apabila siswa mengalami kesulitan. Siswa mulai menentukan unsur
pembangun teks cerita pendek dan mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
untuk menulis cerita pendek berdasarkan media photo story ke 2 tentang bencana
alam yang dibagikan. Guru meminta siswa membuat teks cerita pendek secara
individu.
didik dan memberikan tugas untuk lebih memahami cara-cara menulis cerpen
kepada siswa bahwa hasil menulis teks cerita pendek dapat dilanjutkan pada
singkat. Kegiatan yang telah selesai dapat disimpulkan oleh siswa dan guru.
Kamis. Pada kegiatan pendahuluan siklus kedua, guru menyapa siswa, hadir, dan
dengan materi yang akan dibahas. Siswa ditanya tentang kegiatan sehari-hari atau
pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini dilakukan untuk mendorong siswa
Kemudian, pada kegiatan inti guru membagikan media belajar berupa photo
suasana, tema sebagai gambaran ide menulis cerita pendek. Setiap peserta didik
dibagikan lembar kerja individu untuk menulis cerita pendek berdasarkan media
photo story ke 2 tentang bencana alam yang dibagikan. Guru memberikan arahan
kepada siswa, untuk mencermati kembali photo story ke 2 tentang bencana alam
questioning yang dimaksud, yaitu siswa dapat bertanya terkait sesuatu yang
belum jelas. Siswa mulai melanjutkan merancang ide menulis teks cerita pendek
melaporkan hasil menulis cerita pendek sesuai unsur pembangun cerpen dan
sesuai dengan photo story photo story ke 2 tentang bencana alam. Peserta didik
yang lain menanggapi dan memberi masukkan terhadap hasil menulis cerpen
Setelah melakukan presentasi, di tahap akhir, siswa dan guru dapat menutup
kegiatan yang telah dilakukan. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan diakhiri
Pembelajaran dimulai dengan guru membuka dengan salam, cek kehadiran, dan
sehubungan dengan materi yang akan dibahas. Siswa ditanya tentang kegiatan
sehari-hari atau pengalaman yang tak terlupakan. Hal ini dilakukan untuk
mendorong siswa menemukan ide dan mengingat kembali urutan kejadian. Guru
pembangunnya”.
Tahap kegiatan inti guru membagikan media belajar berupa photo story ke 2
tentang bencana alam untuk merangsang siswa menentukan topik, suasana, tema
sebagai gambaran ide menulis cerita pendek. Setiap peserta didik dibagikan
arahan kepada siswa, untuk mencermati kembali photo story ke 2 dan mulai
Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum jelas.
Siswa mulai melanjutkan menulis teks cerita pendek dan mengisi Lembar
Kegiatan Siswa (LKS). Guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan mencatat
di lembar pengamatan siswa. Setelah selesai menulis teks cerita pendek, peserta
tentang bencana alam. Peserta didik yang lain menanggapi dan memberi
masukkan terhadap hasil menulis cerpen peserta didik yang sedang presentasi.
kedua pertemuan ketiga jika ada pertanyaan seputar materi yang dipelajari.
Kegiatan yang telah selesai dapat disimpulkan oleh siswa dan guru. Pendidik
c) Pengamatan Siklus II
Persepsi pada siklus II dilakukan untuk melihat siklus dan hasil belajar
pembelajaran dan hasil pembelajaran menulis teks cerpen merupakan hasil dari
Hasil observasi proses pada tabel di atas menunjukkan bahwa proses penulisan
teks cerpen mengalami peningkatan. Minat siswa untuk belajar menulis cerpen
merupakan salah satu aspek dari proses perbaikan. Temuan observasi tersebut
menunjukkan hal tersebut. Selain itu, tidak ada siswa yang bermain handphone
penjelasan guru. Saat pengajar memberikan arahan, siswa juga lebih aktif dan
berlangsung, seperti terlihat pada tabel di atas. Siswa juga aktif dalam
percakapan kelompok dan mengerjakan tugas yang diminta oleh guru. Hasil
pembelajaran. Pada siklus II pendidik telah membimbing siswa lebih cepat dalam
diakses dengan baik. Hal ini juga berpengaruh pada hasil menulis teks cerita
pendek siswa yang lebih banyak. Hasil peningkatan produk dalam menulis teks
Dilihat dari hasil evaluasi siswa pada siklus II, dapat ketahui bahwa telah
pencapaian. Fakta bahwa nilai rata-rata pada siklus II adalah 80,6 dapat
dibuktikan, bahwa nilai rata-ratanya diketahui lebih tinggi dari KKM. Selain itu,
6 siswa dari 25 siswa memiliki nilai yang masih di bawah KKM, sedangkan 19
siswa atau 76% memiliki nilai di atas KKM. Oleh karena itu, peningkatan
kemampuan menulis teks cerita pendek siklus II dinyatakan berhasil. Siswa yang
berkemampuan baik mendapat nilai mulai dari 81-96, siswa yang berkemampuan
sedang mendapat nilai mulai dari 71-80, sedangkan siswa yang berkemampuan
d) Refleksi Siklus II
respon siswa ketika guru memberikan tugas, dan ketepatan waktu dalam
dapat dilihat berdasarkan hasil nilai menulis teks cerita pendek siwa. Diketahui
berdasarkan tabel 16 perbandingan nilai siswa siklus I dan siklus II, nilai rata-rata
siswa pada siklus II yaitu 80,6 dan sudah berada di atas KKM ≥ 75. Peningkatan
tersebut terdapat pada aspek tema dengan nilai 11,2, unsur seeting suasana
dengan nilai 8,1, dan unsur amanat dengan nilai 8,5. Keberhasilan produk juga
dapat dilihat berdasarkan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM,
menyimpulkan bahwa mereka memiliki data yang jenuh. Data jenuh adalah data
B. Pembahasan
menurut informasi awal yang berhasil dikumpulkan. Hasil wawancara Dra. Sri
mengarang teks cerita pendek dengan menggunakan film dan melodi untuk
membantu siswa dalam mengarang teks cerita pendek. Walaupun usaha ini
belum berhasil, banyak siswa yang belu, tertarik dengan penulisan teks cerpen.
Namun, meskipun disuguhkan dengan contoh teks cerita pendek, siswa masih
bawah rata-rata.
Selain itu, adanya angket yang diisi oleh setiap siswa kelas XI IPS 1 semakin
menunjukkan bahwa minat yang dicatat sebagai teks cerita pendek hard copy
masih kurang. Hanya 16% siswa yang menyatakan bahwa menulis adalah
kegiatan yang sederhana. Menulis cerpen, menurut 72% siswa, terkadang bisa
menjadi kegiatan yang sederhana. 12% siswa lainnya menyatakan bahwa menulis
yang kurang menyenangkan dan tidak mudah didasari dari beberapa faktor,
diantaranya yaitu.
ide cerita.
3. 56% siswa terkadang kesulitan dalam menulis teks cerita pendek berdasarkan
4. 56% siswa kesulitan dalam menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan topik
cerita.
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, salah satu
CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan media photo story pada
siswa kelas XI IPS 1. Hal ini dilakukan supaya keterampilan menulis teks cerita
a) Peningkatan Proses
cerita pendek harus terlihat dari lembar pengamtan yang dilakukan dari awal
pembelajaran, dan penyerahan tugas tepat waktu merupakan aspek yang diamati.
Kurangnya minat siswa, aktivitas siswa, dan pengumpulan tugas tepat waktu
pada tahap pra tindakan. Pendidik menggunakan strategi ceramah sehingga siswa
mudah lelah dan banyak mengeluh. Berdasarkan catatan lapangan pada tahap pra
pembelajaran menulis teks cerpen menurun, dan masih banyak siswa yang
mengeluh ketika diminta melakukannya. Hasil observasi siswa selama tahap pra-
Terbukti dari hasil observasi siswa di atas bahwa banyak siswa masih pasif
dalam proses pembelajaran menulis teks cerpen. Hal ini tidak terlepas dari masih
Siklus I mendapatkan hasil yang lebih baik, siswa lebih semangat mengikuti
antusias. Masih terdapat siswa yang terlambat mengumpulkan tugas tetapi hanya
pembelajaran menulis teks cerita pendek siswa lebih aktif dalam mengerjakan
instruksi dari guru, tetapi masih terdapat siswa yang mengeluh ketika diminta
yang cukup aktif ketika mengikuti pembelajaran menulis teks menulis cerita
pendek. Tetapi pada siklus I masih terdapat siswa yang sibuk berbicara dengan
teman yang lain. Berikut merupakan gambar 10 suasana kelas tahap siklus I.
107
Tahap siklus II terjadi peningkatan yang lebih banyak. Siswa semakin aktif
dalam bertanya maupun mengerjakan instruksi dari guru. Selain itu, siswa juga
lebih tepat waktu dalam mengumpulkan tugas menulis teks cerita pendek.
Kelancaran proses belajar menulis teks cerpen pasti dipengaruhi oleh hal
Berikut catatan lapangan siklus II pertemuan ke tiga dan gambar 4 suasana kelas
aktif dalam mengerjakan instruksi dari guru dan aktif bertanya. Hal tersebut juga
dan menulis teks cerita pendek. 76% siswa mengaku merasa senang mengikuti
109
siswa merasa lebih mudah dalam menentukan topik cerita, menentukan data
untuk mengembangkan ide cerita, dan lebih mudah dalam menulis teks cerita
itu, data tersebut menunjukkan bahwa 76% siswa setuju bahwa pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) digunakan dalam proses menulis teks cerita
tindakan dengan Dra. Sri Suharni selaku guru pengajar pada tanggal 15 Maret
2023. Berdasarkan hasil wawancara guru dapat diperoleh data sebagai berikut.
photo story anak-anak kan langsung fokus dan lebih aktif melihat dari proses
tersebut tentu ada peningkatan. Selai itu, anak-anak juga lebih senang dan lebih
teks cerita pendek berpengaruh positif, hal ini dibuktikan dengan peningkatan
hasil belajar. Berdasarkan data dari dua siklus dengan menggunakan pendekatan
CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan bantuan media photo story
bahwa pendekatan ini mampu meningkatkan hasil menulis teks cerpen siswa.
Berikut merupakan hasil praktik menulis teks cerita pendek siswa mulai dari
Gambar 12. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S24 Tahap Pratindakan
112
(Kategori Rendah)
Berdasarkan hasil teks cerita pendek Gambar 8, S24 mendapatkan nilai 32.
Berdasarkan hasil temuan teks cerita pendek S24 diketahui bahwa isi dan makna
cerita masih sangat rancu dan cerita belum selesai. Penggambaran setting tempat,
waktu, dan suasana kurang jelas perlu dipertegas lagi dalam penggambaran
setting. Alur disajikan kurang jelas dan tidak selesai. Penggambaran watak tokoh
kurang jelas, hal ini juga dikarenakan cerita yang masih rancu dan belum selesai
sudut pandang sebenarnya cukup sesuai tetapi cerita tidak. Kata-kata dapat
memiliki arti yang berbeda ketika digunakan secara tidak benar. Amanat dalam
cerita tidak tergambarkan dengan jelas. Struktur disajikan kurang jelas dan
kurang lengkap. Hal ini dikarenakan faktor dari cerita tidak selesai. Selain itu,
singkatan-singkatan, seperti yg, dgn. Banyak terjadi kesalahan ejaan dan tulisan
dalam kategori rendah karena masih jauh dari KKM dan masih perlu banyak
perbaikan pada siklus I. Berikut ini gambar hasil menulis teks cerita pendek S24
pada siklus I.
113
Gambar 13. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S24 Tahap Siklus I
(Kategori Rendah)
114
Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S24 pada siklus I sudah
mengalami kenaikan. Kenaikan ini terjadi pada aspek unsur/isi dan penggunaan
ejaan. Berikut ini penjelasan berdasarkan hasil temuan teks cerita pendek S24
pada siklus I. Judul dan isi cerita pendek sudah sesuai tema photo story yang
setting cerita kurang hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya pengembangan
cerita. Alur cerita disajikan kurang jelas dan kurang klimaks atau cerita tidak
selesai. Watak tokoh dalam cerita kurang tajam, kurang jelas. Menggunakan
sudut pandang pelaku utama kata ganti aku/saya, cukup sesuai konteks cerita.
Pemilihan kata dan ungkapan cukup baik, tetapi cerita tidak selesai. Amanat
kurang jelas. Berdasarkan hasil temuan pada aspek unsur/isi cerita pendek masih
Hasil temuan teks cerita pendek S24 pada aspek struktur juga masih perlu
dikembangkan lagi. Sedangkan jika dilihat dari aspek penggunaan ejaan S24
singkatan (yg, dgn) terdapat lebih dari 3 kesalahan ejaan tetapi tidak
mengaburkan makna.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil temuan yang diperoleh S24 mendapat
nilai 50 pada tahap siklus I. Nilai yang diperoleh S24 mengalami peningkatan,
pada tahap pratindakan S24 mendapat nilai 32, sedangkan tahap siklus I S24
memperoleh nilai 50. Hal ini terbukti bahwa S24 mengalami peningkatan pada
aspek cerita pendek, tetapi S24 masih dalam kategori rendah dikarenakan nilai
S24 masih belum mencukupi nilai KKM. S24 masih memerlukan perbaikan pada
Gambar 14. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S24 Tahap Siklus II
(Kategori Rendah)
Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S24 pada siklus II mengalami
kenaikan daripada pada siklus I. Peningkatan ini terdapat pada aspek isi/unsur
dan struktur. Judul dan isi cerpen sudah sesuai dengan tema photo story yang
117
sehingga pembaca dapat masuk dalam cerita. Alur cerita disajikan kurang jelas
dan kurang klimaks. Watak tokoh dalam cerita kurang tajam, kurang jelas.
Pada hasil menulis cerita pendek di atas penguasaan kata terbatas, sering
di dalam cerita kurang tepat karena huruf kapital tidak digunakan pada
dikembangkan.
Hasil temuan yang diperoleh S24 mendapat nilai 54 pada tahap siklus II.
Nilai yang diperoleh S24 mengalami peningkatan, pada tahap siklus I S24
mendapat nilai 50, sedangkan tahap siklus II S24 memperoleh nilai 54. Hal ini
terbukti bahwa S24 mengalami peningkatan pada aspek cerita pendek, tetapi S24
masih dalam kategori rendah dikarenakan nilai S24 sampai pada siklus II ini
masih belum mencukupi nilai KKM. Selain terdapat kategori rendah menulis
teks cerita pendek siswa juga terdapat kategori sedang. Apabila siswa mendapat
Gambar 15. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S18 Tahap Pratindakan
(Kategori Sedang)
Dilihat dari Gambar 15 hasil mengarang teks cerita pendek S18 di atas,
cenderung terlihat bahwa S18 mendapat kategori sedang. Ini karena skor 72 yang
diterima S18. Judul dan isi cerita pendek, serta temanya, ditemukan sesuai
dengan hasil teks di atas. Makna cerita sudah menganut logika yang telah
jelas, pembaca masih dapat mengetahui watak tokoh. Pemilihan sudut pandang
cukup sesuai dengan konteks cerita. Penguasaan kata dan pemilihan kata cukup
memenuhi keseluruhan struktur cerita pendek, ide utama jelas, tetapi gagasan
tetapi tidak mengaburkan makna. Oleh karena itu, S18 mendapat nilai 72 karena
sudah cukup mampu menyajikan unsur pembangun cerita pendek dengan cukup
baik tetapi masih perlu pengembangan pada setiap aspeknya. Di bawah ini juga
disajikan gambar hasil menulis teks cerita pendek S18 pada siklus I.
121
Gambar 16. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S18 Tahap Siklus I
(Kategori Sedang)
122
Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S18 pada siklus I sudah
mengalami kenaikan. Kenaikan ini terjadi pada aspek unsur/isi dan penggunaan
ejaan. Berikut ini penjelasan berdasarkan hasil temuan teks cerita pendek S18
pada siklus I. Judul dan isi cerpen cukup sesuai dengan tema. Setting tempat,
jalannya cerita, alur disajikan cukup jelas, tetapi puncak masalah perlu diperjelas
lagi. Gambaran watak tokoh dalam cerita disajikan cukup jelas, tetapi perlu
dikembangkan lagi. Menggunakan sudut pandang pelaku utama kata ganti aku,
cukup sesuai konteks. Pemilihan kata cukup sesuai. Amanat cukup jelas, masih
Tetapi pada aspek struktur S18 masih terdapat kekurangan, yaitu gagasan
sehingga cerita kurang menarik. Penguasaan tata bahasa cukup baik. Berdasarkan
hasil temuan teks cerita pendek S18, masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki salah satunya pada aspek struktur, perlu penggambaran lebih detail
lagi terkait puncak masalah hingga penyelesaian. Di bawah ini juga telah
disajikan hasil menulis teks cerita pendek S18 pada siklus II.
123
Gambar 17. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S18 Tahap Siklus II
124
(Kategori Baik)
Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S24 pada siklus II mengalami
kenaikan daripada pada siklus I. Peningkatan ini terdapat pada aspek isi/unsur
dan struktur. Judul dan isi cerpen sesuai dengan tema, tetapi masih terdapat
Penggambaran alur cukup jelas hanya saja ada sedikit kerancuan pada paragraf
satu.
Gambaran watak tokoh disajikan dengan jelas dan tajam mampu membawa
pembaca menikmati dan masuk dalam cerita. Penggunaan sudut pandang dalam
tersebut memakai sudut pandang pencerita serba hadir (nama tokoh), cukup
kepada pembaca. Peningkatan juga terjadi pada unsur amanat yang digambarkan
semakin jelas.
Bagian aspek struktur sebenarnya sudah cukup baik jika dilihat berdasarkan
orientasi. S18 juga sudah menguasai tata bahasa, hanya saja perlu diperhatikan
Oleh karena itu, berdasarkan hasil temuan yang diperoleh S18 pada siklus II
mendapat nilai 81. Nilai yang diperoleh S18 mengalami peningkatan, tahap
siklus I S18 mendapat nilai 73, sedangkan tahap siklus II S18 memperoleh nilai
81. Hal ini terbukti bahwa S18 mengalami peningkatan pada setiap aspek cerita
pendek dan hasil nilai S18 pada siklus II sudah mencapai nilai KKM. Dapat
disimpulkan bahwa hasil nilai S18 pada siklus II sudah dapat dikategorikan
dalam kategori baik. Berikut ini disajikan hasil menulis siswa yang berkategori
Gambar 18. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S20 Tahap Pratindakan
(Kategori Baik)
Hasil menulis cerita pendek S20 pada pratindakan sudah dalam kategori
baik. Nilai yang didapat yaitu 82. Pada hasil teks cerita pendek di atas dapat
dikatakan baik karena aspek isi dan judul sudah cerita sudah sesuai, ketetapan
makna cerita sudah cukup baik dan logis. Terdapat keseluruhan setting, cerita
disajikan dengan jelas. Memuat keseluruhan jalannya cerita, alur disajikan cukup
dapat dikembangkan lagi, tetapi pembaca masih dapat mengetahui dan masuk ke
dalam cerita. Pemilihan sudut pandang sudah tepat dan cukup baik. Penguasaan
kata, pemilihan kata dan ungkapan disajikan cukup baik, masih terdapat kata
yang kurang sesuai namun tidak merubah makna. Amanat disampaikan jelas
Selain itu dilihat berdasarkan strukturnya hasil cerita pendek milik S20
sudah terdapat bagian cerita pendek lengkap dari awal hingga akhir, tetapi cerita
masih dapat dikembangkan lagi pada bagian puncak masalah supaya lebih
menarik. Misalnya dialog antar tokoh pada saat puncak masalah lebih di
pembaca seolah-olah masuk dalam cerita. S20 juga sudah cukup menguasai
penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, hasil cerita pendek tahap pratindakan
milik S20 sudah dapat ditetapkan dalam kategori baik. Berikut ini disajikan
gambar hasil menulis teks cerita pendek milik S20 pada siklus I.
129
Gambar 19. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S20 Tahap Siklus I
130
(Kategori Baik)
Berdasarkan hasil menulis teks cerita pendek S20 pada siklus I sudah
mengalami kenaikan. Kenaikan ini terjadi pada setiap aspek. Hasil menulis cerita
pendek siklus I S20 diketahui bahwa judul dan isi cerita sesuai dengan tema
photo story yang dibagikan yaitu tentang bencana alam, isi cerita tidak melebar
pada tema yang lain. Setting tempat, waktu, dan suasana disajikan jelas dan
jalannya cerita, alur dan konflik cerita disajikan jelas, terperinci, cukup menarik.
dan masuk dalam cerita. Sudut pandang pelaku utama kata ganti aku, sesuai
makna dan konteks cerita. Pemilihan kata dan ungkapan tepat, mampu
kepada pembaca. Terlihat bahwa aspek unsur pembangun cerita pendek siklus I
S20 mengalami peningkatan dari pada hasil tahap pratindakan, S20 sudah dapat
secara runtut mulai dari tahap awal, tengah, dan akhir. Gagasan yang
diungkapkan jelas dan urutannya logis. Kemudian, S20 juga sudah cukup baik
peningkatan pada setiap aspek dan peningkatan pada nilai yaitu 93. Berikut ini
juga disajikan gambar hasil cerita pendek S20 pada tahap siklus II.
131
Gambar 20. Hasil Menulis Teks Cerita Pendek S20 Tahap Siklus II
(Kategori Baik)
132
Jika dibandingkan dengan siklus I, terjadi peningkatan hasil cerpen S20 yang
ditulis pada siklus II. Kenaikan ini terlihat jelas dalam setiap aspek dan tahapan
cerita. Judul dan isi cerita sesuai dengan tema tidak melebar pada tema yang lain.
Penggambaran setting tempat, waktu, dan suasana disajikan jelas dan terperinci
cerita, alur dan konflik cerita disajikan jelas, terperinci, dan cukup menarik.
dan masuk dalam cerita. Sudut pandang pelaku utama kata ganti aku, sesuai
makna dan konteks cerita. Pemilihan kata dan ungkapan tepat, mampu
Kemudian, jika dilihat berdasarkan hasil temuan pada aspek struktur, S20
sudah mampu menyajikan keseluruhan bagian cerita pendek secara runtut mulai
dari tahap awal, tengah, dan akhir. Gagasan yang diungkapkan jelas, urutannya
logis. Tata bahasa yang digunakan S20 juga sudah baik. Oleh karena itu, pada
berkemampuan baik.
133
a) Keberhasilan Proses
siswa kelas XI IPS 1. Hal ini juga terlihat dari keterlibatan siswa, kemudahan
mereka belajar, dan ketepatan waktu mereka menyerahkan tugas mereka. Pada
siswa masih tergolong kurang hal. Kemudian, berdasarkan hasil siklus I sudah
mulai terjadi peningkatan pada semangat dan keaktifan siswa. Namun, ketepatan
waktu dalam mengumpulkan tugas masih kurang. Peningkatan terjadi pada siklus
II, yaitu peningkatan minat siswa yang semakin semangat, aktif, dan tepat waktu
b) Keberhasilan Produk
Nilai siswa yang dikumpulkan dari tahap pra tindakan sampai siklus II
mendapat skor 75 atau lebih sesuai dengan KKM mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Demikian juga pada siklus II ditemukan bahwa 76% siswa dari
seluruh jumlah siswa di kelas yang berjumlah 25 siswa dinyatakan tamat dengan
nilai rata-rata kelas 80,6. Selain itu, setiap komponen teks cerita pendek
134
menyusun teks cerita pendek dari tahap pra kegiatan hingga siklus II.
peningkatan. Nilai rata-rata menulis cerpen siswa pada tahap pra kegiatan adalah
71,44 setelah diberikan tindakan pada tahap siklus I. Pada siklus I, sepuluh siswa
dinyatakan tuntas, dengan nilai berkisar antara 45 sampai 93. Nilai tertinggi 93
dan 45 untuk terendah. Pada siklus II rata-rata nilai menulis siswa meningkat
menjadi 80,6. Diketahui 6 siswa dinyatakan tidak tuntas pada siklus II,
sedangkan 19 siswa dinyatakan tuntas. Ada faktor nilai yang tidak memenuhi
KKM, namun nilai tersebut tidak terlalu jauh di bawah KKM. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang
dianggap tuntas dengan nilai tertinggi 96, meskipun masih ada siswa yang belum
terjadi peningkatan menulis teks cerita pendek siswa kelas XI IP S 1 SMA Negeri
nilai rata-rata menulis teks cerita pendek kembali meningkat menjadi 80,6. Oleh
Teaching and Learning berbantuan media photo story dapat digunakan untuk
C. Hambatan
1. Kesulitan ketika menentukan tampilan media photo story yang cocok untuk
D. Keterbatasan Penelitian
Mengingat efek samping dari percakapan peneliti dengan Dra. Sri Suharni
menyatakan telah terjadi peningkatan baik proses maupun hasil, dan penelitian
BAB V
A. Kesimpulan
lebih tertarik menulis teks cerita pendek ketika menggunakan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) yang dipadukan dengan media photo story.
Ada dua putaran penelitian. Setiap siklus terdiri dari tahapan menyusun,
seperti yang ditunjukkan oleh temuan. Peningkatan proses terlihat pada minat
siswa dalam belajar menulis teks cerpen, keaktifan mereka selama pembelajaran,
dengan peningkatan prosesnya. Hal ini terbukti bahwa hasil menulis teks cerpen
yang ditulis secara bertahap pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II.
Diketahui bahwa nilai pra kegiatan menyusun teks cerita pendek siswa kelas XI
IPS I SMA Negeri I Srandakan adalah 59,4. Kemudian, pada siklus I rata-rata
nilai siswa menulis meningkat menjadi 71,44. Selain itu, nilai rata-rata tulisan
siswa meningkat menjadi 80,6 dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan kriteria
keberhasilan produk, 76% siswa di kelas tersebut dinyatakan tamat apabila nilai
dengan baik, terjadi peningkatan nilai siswa yang terekam dalam hasil produk
B. Implikasi
Media photo story berbantuan penelitian tindakan kelas dengan metode CTL
kepada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Srandakan, maka implikasi penelitian
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dibantu media photo story
139
dapat memotivasi guru untuk mencari model pembelajaran baru untuk lebih
C. Saran
Melihat hasil penelitian yang telah didapatkan, ada beberapa pemikiran yang
1. Bagi Guru
Learning) dibantu media photo story dalam memahami cara menyusun teks
cerita pendek di kelas yang berbeda atau dalam kerangka waktu yang
2. Bagi Siswa
cerita pendek atau karya sastra lainnya supaya lebih luas dalam mengenal kosa
kata lainnya.
140