Anda di halaman 1dari 8

Pancasakti Science Education Journal

PSEJ Volume 3 Nomor 1, April 2018, (Hal. 1- 8)


http://e-journal.ups.ac.id/index.php/psej

Submitted:10/21/2017, Accepted:04/29/2018, Published: 04/30/2018

Profil Kompetensi Sains Siswa dalam Pembelajaran Literasi Sains Berpendekatan


Inkuiri Saintifik

Fajri Basam1, Ani Rusilowati2, Saiful Ridlo3


1,2,3
Program Studi Pendidikan Dasar, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Korespondensi. E-mail: basamfajri@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis profil kompetensi sains siswa dalam pembelajaran literasi
sains berpendekatan inkuiri saintifik. Penelitian ini merupakan penelitian experiment dengan desain pretest-
posttest control group. Sampel penelitian ini sebanyak 86 orang dari 2 kelas masing-masing di SMPN 1
Lilirilau dan MTs DDI Pattojo Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi selatan. Hasil analisis penelitian
menunjukkan bahwa kompentensi sains berdasarkan aspek PISA yaitu aspek penjelasan fenomena ilmiah
mendapatkan rata-rata persentase tertinggi sebesar 81% dibandingkan kedua aspek lainnya yaitu identifikasi
isu sains dengan rata-rata persentase sebesar 76% dan penggunaan fakta-fakta sains sebesar 71%. Sedangkan
hasil analisis kompetensi sains berdasarkan aspek literasi sains, di antara keempat aspek, aspek batang
tubung pengetahuan memperoleh rata-rata persentase tertinggi sebesar 80% dibandingkan ketiga aspek
lainnya yaitu aspek cara menyelidiki sebesar 79%, cara berpikir sebesar 76%, dan interaksi antara SETS
sebesar 78%.
Kata Kunci:Literasi Sains, Inkuiri Saintifik, Kompetensi Sains

Profile of Student Science Competency in Science Literacy Learning Approach Scientific


Inquiry

Abstract

The study aims to analyze the students’ competency profile in science literacy learning with scientific inquiry approach.
This research is an experiment pretest-posttest control group design with 86 samples from 2 classes each at SMPN 1
Lilirilau and MTs DDI Pattojo Soppeng Regency South Celebes Province. The result of the research analysis shows that
scientific competence based on the PISA aspect is the explaining phenomena scientifically getting the highest average
percentage of 81% compared to the other two aspects that are the identifying scientific issues with the percentage of 76%
and using scientific evidence equal to 71%. While the result of science competence analysis based on the science literacy
aspect, among the four aspects, the body of knowledge aspect obtained the highest average percentage of 80% Compared to
the other three aspects, namely the way of investigating by 79%, Way of thinking of 76%, And the interaction between
SETS by 78%.
Keywords:Scientific Inquiry, Scientific Literacy, Science Competence

Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(2)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

PENDAHULUAN Literasi sains menurut OECD (2013)


Literasi sains dianggap memiliki peranan merupakan kemampuan untuk
penting untuk mempersiapkan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan ilmiah,
menghadapi tantangan kehidupan sosial yang mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan untuk
berubah-ubah dengan cepat. Menurut memperoleh pengetahuan baru, dan
Mahardika, et al (2016), permasalahan- menjelaskan suatu peristiwa secara ilmiah, dan
permasalahan yang terdapat di kehidupan mendapatkan kesimpulan berdasarkan fakta
sehari-hari sangat terkait dengan sains, ilmiah. Literasi sains tidak hanya pemahaman
sehingga penting untuk mengembangkan terhadap pengetahuan sains, tetapi juga
kemampuan literasi sains siswa. kemampuan menerapkan proses ilmiah dan
Hasil penelitian PISA (Programme for sikap ilmiah dalam situasi nyata, baik untuk
International Student Assessment) yang diri sendiri maupun untuk masyarakat secara
diselenggarakan oleh OECD (Organization For luas.
Economic Cooperation and Development) untuk Beberapa faktor yang mempengaruhi
anak usia 15 tahun menempatkan Indonesia di rendahnya literasi sains adalah pembelajaran
posisi bawah dalam daftar negara dari segi IPA masih menekankan pada tingkat hafalan
kualitas pendidikan dengan berada pada (Permanasari, 2010), aspek literasi sains belum
tahapan terendah (Low International terfasilitasi di dalam rencana pelaksanaan
Brenchmark) yaitu dibawah skor rata-rata PISA pembelajaran (RPP) (Alam, et al., 2015), Buku
yaitu 500. Secara lengkap kemampuan literasi ajar sains yang digunakan menunjukkan
sains siswa berdasarkan hasil penelitian PISA ketidakseimbangan proporsi kategori literasi
dari tahun 2000 sampai 2012 ditunjukkan pada sains (Yulianti & Rusilowati, 2014;
Tabel 1. Maturradiyah & Rusilowati, 2015), dan
Tabel 1. instrumen evaluasi berbasis literasi sains perlu
Hasil Penelitian PISA tentang Kemampuan untuk dikembangkan agar siswa dapat terbiasa
Literasi Sains Siswa Indonesia dengan pemecahan masalah berdasarkan
Tahun Skor Peringkat literasi sains (Rusilowati, 2016b). Desain
2000 393 38 dari 41 negara pembelajaran sangat menentukan
2003 395 38 dari 40 negara
perkembangan literasi sains siswa.
2006 393 50 dari 57 negara
2009 383 60 dari 65 negara Pembelajaran yang relevan dalam
2012 382 64 dari 65 negara mengembangkan kemampuan literasi sains
(OECD, 2003; 2004; 2007; 2010; 2014) siswa tentunya adalah pembelajaran berbasis
Hasil penelitian Rusilowati & Basam literasi sains itu sendiri, sehingga pembelajaran
(2017) di Kabupaten Soppeng Provinsi dalam pengembangan literasi sains siswa,
Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa rata- secara keseluruhan proses maupun perangkat
rata perolehan nilai siswa yaitu 41 dari skor harus memuat kategori literasi sains. Dalam
maksimal 100 dengan persentase kemampuan kurikulum 2013 ditekankan bahwa
literasi sains siswa pada aspek batang tubuh pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan
pengetahuan sebesar 39%, pada aspek cara saintifik dengan berbasis discovery/inquiry
berpikir sebesar 50%, pada aspek cara learning (Kemendikbud, 2016), sehingga dirasa
menyelidiki sebesar 37%, dan pada aspek perlu untuk mengkaji profil kompetensi sains
SETS (science, environment, technology, and siswa dalam pembelajaran literasi sains
society) sebesar 36%. Hasil tes kemampuan berpendekatan inkuiri saintifik.
awal literasi sains tersebut semakin
memperkuat rendahnya kemampuan literasi
siswa di Indonesia.

Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(3)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

METODE pembelajaran atau rencana pelaksanaan


Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran (RPP) karena selama ini
eksperimen dengan desain pretest-posttest control menurut Penelitian Alam, et al (2015),
group. Sampel penelitian ini sebanyak 86 siswa menemukan rendahnya aspek literasi sains
dari 2 kelas masing-masing 2 sekolah yaitu karena kurangnya terfasilitasi rencana
siswa kelas VII.2 yang berjumlah 21 anak dan pelaksanaan pembelajaran (RPP) sekolah yang
VII.6 berjumlah 19 anak di SMPN 1 Lilirilau melatih literasi sains.
Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan Skenario pembelajaran berbasis literasi
serta kelas VII.A berjumlah 27 anak dan VII.E sains yang diterapkan dalam pembelajaran
berjumlah 19 anak di MTs DDI Pattojo terdiri dari lima tahapan yaitu tahap kontak,
Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi tahap kuriositi, tahap pembentukan konsep,
Selatan. Perangkat pembelajaran yang yang tahap pengambilan keputusan dan tahap
digunakan terdiri atas bahan ajar, silabus dan pengembangan konsep (Permanasari, 2010).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelima tahap ini kemudian dikolaborasikan
yang mengacu pada pengembangan literasi dengan pendekatan inkuiri saintifik yang
sains siswa. merujukpada bertanya dan merumuskan
Instrumen penelitian yang digunakan masalah yang dapat dicarikan solusinya,
adalah soal tes kompentensi sains yang sesuai melakukan refleksi dan membangun
dengan kompentensi sains aspek PISA yang pengetahuan dari data, berkolaborasi dan
terdiri atas tiga aspek yaitu: (1) identifikasi isu- bertukar informasi selama mencari solusi,
isu sains, (2) penjelasan fenomena sains, dan mengembangkan konsep dan antar
(3) penggunaan fakta-fakta sains (OECD, hubungannya berdasarkan pengalaman empiris
2013). Dan sesuai dengan aspek literasi sains (Rustaman, 2010).
yang dikembangkan oleh Rusilowati (2016a) Hasil kolaborasi di atas selanjutnya
yang tediri atas empat aspek yaitu (1) batang terintegrasi dengan pendekatan scientific
tubuh pengetahuan, (2) cara menyelidiki, (3) kurikulum 2014 yang menggunakan 5
cara berpikir dan (4) SETS (science, environment, pengalaman belajar (5M) yaitu mengamati,
technology, and society). Data hasil penelitian menanya, mengumpulkan informasi,
dianalisis dengan statistik deskriptif menalar/mengasosiasi, dan
kuantitatif. mengkomunikasikan. (Kemendikbud, 2014).
Rancangan hasil kombinasi pembelajaran
HASIL literasi sains berpendekatan inkuiri saintifik
Pembelajaran literasi sains berpedekatan ditunjukkan pada Tabel 2.
inkuiri saintifik dituangkan ke dalam skenario
Tabel 2.
Rancangan Pembelajaran Literasi Sains Berpendekatan Inkuiri Saintifik
Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Tahap Kontak Mengamati gambar/video atau memberikan contoh secara kontekstual dan mengajukan
pertanyaan sebagai upaya membuat siswa familier dengan materi yang akan dipelajari.
Tahap kuriositi Membangkitkan keingintahuan dengan melakukan tanya jawab atau berdiskusi yang
berkaitan dengan permasalahan lingkungan atau kehidupan sehari-hari untuk memperoleh
informasi lebih mendalam, atau sebagai klarifikasi sehingga diperoleh rumusan masalah
yang dapat dicarikan solusi.
Tahap pembentukan Melakukan eksperimen, mendemonstrasi-kan, dan mengumpulkan data dari sumber lain
konsep seperti buku teks dengan berkolaborasi dan bertukar informasi selama mencari solusi untuk
membangun pengetahuan dari data.
Tahap pengambilan Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan yang disajikan dalam bentuk laporan tertulis
keputusan meliputi proses, hasil (disajikan dalam bentuk bagan, diagram atau grafik) dan kesimpulan
,dan dikomunikasikan secara lisan dengan berdiskusi.
Tahap pengembangan Menuangkan ide atau gagasan secara aplikatif dari konsep yang didapatkan sebagai bentuk
konsep pemecahan masalah dalam kehidupan masyarakat.

Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(4)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

Profil Kompetensi Sains Siswa Berdasarkan testpada masing-masing kelas SMPN 1


Aspek PISA Lillirilau dan MTs DDI Pattojo ditunjukkan
Analisis Profil kompetensi sains siswa pada Tabel 3.
berdasarkan aspek PISA hasil pre-test dan post- .
Tabel 3.
Profil Kompetensi Sains Siswa berdasarkan Aspek PISA
Persentase (%)
Aspek SMPN 1 Lilirilau MTs DDI Pattojo
Rata-rata
Kompetensi Kelas VII.2 Kelas VII.6 Kelas VII.A Kelas VII.E
Sains Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post-
test test test test test test test test test test
Identifikasi
29 76 33 67 42 83 29 77 33 76
Isu Sains
Penjelasan
Fenomena 38 86 30 76 41 85 29 78 34 81
Sains
Penggunaan
Fakta-fakta 27 78 35 62 33 76 24 69 30 71
Sains
Rata-rata 31 80 33 68 39 81 27 75 32 76

Pada Tabel 3. diperoleh informasi bahwa pada hasil post-test. Dapat dilihat bahwa rata-
persentase rata-rata kompetensi sains siswa rata aspek tertinggi kompetensi sains siswa
berdasarkan aspek PISA pada aspek berdasarkan aspek PISA adalah aspek
identifikasi isu sains hasil pre-test sebesar 33% penjelasan fenomena ilmiah sedangkan rata-
sedangkan hasil post-test sebesar 76%, terjadi rata terendah dari ketiga aspek adalah pada
peningkatan sebesar 43%. Pada aspek aspek penggunaan fakta-fakta sains.
penjelasan fenomena ilmiah hasil pre-test 34%
sedangkan hasil post-test mengalami Profil Kompetensi Sains Siswa Berdasarkan
peningkatan sebesar 47% menjadi 81%, dan Aspek Literasi Sains
pada aspek penggunaan fakta-fakta sains hasil Analisis profil kompetensi sains siswa
pre-test sebesar 30% sedangkan hasil post-test berdasarkan aspek literasi sains sebelum (pre-
mengalami peningkatan sebesar 41% menjadi test) dan setelah (post-test) yang diajarkan
71%. Secara keseluruhan rata-rata kompetensi dengan pembelajaran literasi sains
sains siswa mengalami peningkatan sebesar berpendekatan inkuiri sainsifik ditunjukkan
44% dari hasil pre-test sebesar32% menjadi 76% pada Tabel 4.
Tabel. 4.
Profil Kompetensi Sains Siswa berdasarkan Aspek Literasi Sains
Persentase (%)
Aspek SMPN 1 Lilirilau MTs DDI Pattojo
Rata-rata
Kompetensi Kelas VII.2 Kelas VII.6 Kelas VII.A Kelas VII.E
Sains Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post- Pre- Post-
test test test test test test test test test test
Batang Tubuh
37 86 32 69 39 87 28 78 34 80
Pengetahuan
Cara
30 78 37 69 47 86 31 81 36 79
Menyelidiki
Cara Berpikir 24 76 28 57 27 72 26 65 26 76
Interaksi
37 86 34 65 48 83 27 78 37 78
antara SETS
Rata-rata 32 82 33 67 40 82 28 76 33 77

Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(5)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

Pada Tabel 4 diperoleh informasi bahwa menyelesaikan masalah di dalam kehidupan


rata-rata kompetensi literasi sains siswa pada yang semakin kompleks.
aspek batang tubuh pengetahuan hasil pre-test Hasil analisis profil kompentensi sains
sebesar 34% sedangkan hasil post-test sebesar siswa berdasarkan aspek PISA terlihat bahwa
80%, terjadi peningkatan sebesar 46%. Pada kompentensi sains siswa dari kedua sekolah
aspek cara menyelidiki kompetensi literasi tampak dari ketiga aspek kompentensi sains
sains siswa hasil pre-test sebesar 36% sedangkan yaitu penjelasan fenomena ilmiah terlihat lebih
hasil post-test mengalami peningkatan sebesar tinggi dibandingkan kedua aspek lainnya
43% menjadi 76%. Pada aspek cara berpikir seperti kemampuan identifikasi isu sains dan
hasil pre-test sebesar 26% sedangkan hasil post- penggunaan fakta-fakta sains. Hasil analisis
test mengalami peningkatan sebesar 50% tersebut memperlihatkan bahwa kebiasaan
menjadi 76% dan pada aspek interaksi antara siswa belajar dengan berbasis penyelidikan
SETS hasil pre-test sebesar 37% sedangkan hasil masih kurang sehingga masih didominasi
post-test mengalami peningkatan sebesar 41% kepada kemampuan-kemampuan secara
menjadi 78%. Secara keseluruhan rata-rata konseptual. Permanasari (2010),
kompetensi literasi sains siswa pada saat pre-test mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA di
sebesar 33% dan mengalami peningkatan Indonesia pada umunya menekankan pada
sebesar 45% menjadi 78% pada saat post-test. pada tingkat hafalan tanpa diikuti dengan
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata- pemahaman yang bisa diterapkan siswa pada
rata kompetensi literasi sains siswa dari kehidupan nyata. Pembelajaran dengan
keempat aspek yang paling tinggi adalah sains metode hafalan salah satu penyebab rendahnya
sebagai batang tubuh pengetahuan, sedangkan kompetensi sains siswa.
rata-rata kompetensi literasi sains siswa dari Analisis kompentensi sains berdasarkan
keempat aspek yang paling rendah adalah sains aspek literasi sains tidak jauh berbeda dengan
sebagai cara berpikir. hasil kompetensi sains berdasarkan aspek
PISA. Dari keempat aspek, kemampuan siswa
PEMBAHASAN masih dominan kepada aspek sains sebagai
Pembelajaran literasi sains yang batang tubuh pengetahuan sedangkan aspek
diterapkan pada tingkat pendidikan dasar terendah dari keempat aspek adalah sains
sangatlah penting. Karena pendidikan sains sebagai cara berpikir. Dengan melihat
sekarang ini melakukan reformasi untuk kecenderungan hasil analisis tersebut tentunya
berfokus pada pencapaian literasi sains perlu penguatan kepada siswa agar
sebelum anak lulus SMA (Liu, 2009). Tujuan kemampuan pada aspek yang terkait kepada
akhir dari pembelajaran sains adalah untuk keterampilan ilmiah yaitu penyelidikan bisa
menghasilkan individu yang mampu lebih meningkat.
memahami dan mengevaluasi informasi dalam Pembelajaran IPA perlu dilakukan
membuat suatu keputusan serta lebih jauh lagi secara inkuiri saintifik (scientific inqury) untuk
untuk menghasilkan individu dengan mengembangkan kemampuan berpikir,
keterampilan profesional yang berbasis ilmu bekerja ilmiah, dan sikap ilmiah serta
pengetahuan (Duschl,et al., 2007: 34). Guru kemampuan komunikasi sebagai aspek
sangat penting dalam menghasilkan individu- penting kecakapan hidup (Kemendikbud,
individu yang memiliki kemampuan literasi 2014). Melalui pembelajaran IPA siswa
sains untuk mempersiapkan masa depan mampu mendapatkan tiga macam
mereka sehingga siswa mampu beradaptasi keterampilan dan pemahaman sains, yaitu
dalam kehidupan sosial (Archer-Bradshaw, prinsip-prinsip dan konsep-konsep sains,
2014). Dengan bekal literasi sains dapat keterampilan menalar dan prosedur kerja
menjadikan seseorang untuk bisa ilmuwan sains, serta memahami sifat alami
Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(6)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

sains sebagai bentuk tertentu dari usaha keras untuk dikembangkan agar siswa dapat terbiasa
manusia (National Research Council, 2000). dengan pemecahan masalah berdasarkan
Produk pengetahuan, keterampilan proses literasi sains. Dengan demikian penggunaan
ilmiah, dan sikap ilmiah haruslah diajarkan perangkat pembelajaran berbasis literasi sains
dalam pembelajaran IPA. dapat menjadikan literasi sains tertanam di
Pada dasarnya pembelajaran IPA sangat dalam diri siswa.
erat dengan cara penyelidikan atau mencari
tahu alam secara sistematis, sehingga SIMPULAN
pengetahuan sains bukanlah hanya berupa Profil literasi sains siswa berdasarkan
produk pengetahuan saja, akan tetapi aspek PISA terlihat masih dominan pada aspek
merupakan proses penjelajahan tentang alam penjelasan fenomena ilmiah, hal tersebut tidak
yang menghasilkan suatu penemuan sehingga jauh berbeda dengan profil kompetensi sains
perlu lebih diorientasikan pada pengembangan siswa berdasarkan aspek literasi sains yaitu
keterampilan sains inkuiri untuk masih dominan pada aspek sains sebagai
mengembangkan kemampuan literasi sains batang tubuh pengetahuan. Dengan demikian
siswa. pembelajaran sains harus lebih dibiasakan
Kendala utama dalam pelaksanaan dilakukan secara inkuiri saintifik (scientific
pembelajaran dengan inkuiri adalah inqury) agar kemampuan siswa secara
kemampuan pendidik, bahan penyelidikan konseptual tidak lebih dominan dibandingkan
yang tidak efektif, jumlah siswa yang terlalu keterampilan proses ilmiah, dan sikap ilmiah
banyak dan tuntutan materi pembelajaran yang akan tetapi dapat seimbang, sehingga hakikat
terlalu banyak (Cheung, 2008). Pembelajaran pendidikan sains mampu terpenuhi.
dengan inkuiri yang dianggap terlalu sulit Penggunaan perangkat pembelajaran
untuk dilaksanakan sehingga tidak dilakukan berbasis literasi sains juga sangatlah penting
penyelidikan sama sekali dalam pembelajaran untuk menjadi stimulus dalam meningkatkan
(Brown, et al., 2006). Dampak dari kompetensi sains siswa. Melalui perangkat
pembelajaran yang kurang berbasis inkuiri pembelajaran berbasis literasi sains, siswa
investigasi menjadikan siswa cenderung menjadi terbiasa menggunakan
menghafal fakta-fakta sains sehingga pengetahuannya untuk kepentingan kehidupan
menyebabkan rendahnya kemampuan literasi sehari-hari.
sains siswa. Maka dari itu perlu adanya inovasi
untuk melaksanakan pembelajaran berbasis DAFTAR PUSTAKA
inkuiri dengan alat dan bahan yang sederhana Alam, D. P., Utari, S., & Karim, S.
sehingga menjadi motivasi bagi guru agar hal (2015). “Rekonstruksi Rancangan
tersebut tidak lagi menjadi alasan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Selain proses pembelajaran, perangkat- Sains Melalui Analisis Kesulitan Literasi
Sains Peserta didik SMP Kelas VII pada
perangkat pembelajaran yang digunakan,
Topik Gerak Lurus”. Prosiding.
harusnya mengarah kepada pengembangan Simposium Nasional Inovasi dan
kemampuan literasi sains. Bahan ajar sains Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015).
dengan kategori literasi sains yang seimbang, Universitas Pendidikan Indonesia 8 dan
cocok untuk digunakan dalam pembelajaran 9 Juni 2015.
literasi sains (Rusilowati, et al., 2015). Buku Archer-Bradshaw, R. E. (2014). “Demystifying
Scientific Literacy: Charting the Path for
ajar berbasis literasi sains juga efektif menjadi
the 21st Century”. Journal of Educational
stimulan dalam meningkatkan literasi sains and Social Research, 4(3): 165-172.
siswa (Rusilowati, et al., 2016a). Lanjut Brown, P. L., Abell, S. K., Demir, A., &
Rusilowati (2016b), mengungkapkan Schmidt, F. J. (2006). “College Science
instrumen evaluasi berbasis literasi sains perlu Teachers' Views of Classroom
Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(7)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

Inquiry”. Science Education, 90(5): 784- OECD. (2013). PISA 2012 Assessment and
802. Analytical Framework: Mathematics,
Cheung, D. (2008). “Facilitating Chemistry Reading, Science,Problem Solving and
Teachers to Implement Inquiry-Based Financial Literacy. OECD Publishing.
Laboratory Work”. International Journal OECD. (2014). PISA 2012 Results in Focus What
of Science and Mathematics Education, 6 15-Year-Olds Know and What They Can Do
(1): 107-130. with What They Know. OECD
Duschl, R. A., Schweingruber, H. A., & Publishing.
Shouse, A. W. (Eds.). (2007). Taking Permanasari, A. (2010). “Membangun
Science to School: Learning and Teaching Keterkaitan antara Mengajar dan Belajar
Science in Grades K-8. National Pendidikan Sains SMP untuk
Academies. Meningkatkan Science Literacy Peserta
Kemendikbud. (2016). Permendikbud Nomor 22 didik” dalam Hidayat, T., Kaniawati, I.,
Tahun 2016 Tentang Standar Proses. Suwarna, R. I., Setiabudi, A., &
Jakarta: Menteri Pendidikan dan Suhendra, Teori, Paradigma, Prinsip dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam
Kemendikbud. (2014). Permendikbud Nomor 58 konteks Indonesia. Bandung: JICA-
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 FMIPA UPI.
Sekolah MenengahPertama/ Madrasah Rusilowati, A., Sunyoto, E. N., & Mulyani, S.
tsanawiyah. Jakarta: Menteri Pendidikan E. S. (2015). Developing of Science
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Textbook Based on Scientific Literacy
Liu, X. (2009). “Beyond Science Literacy: for Seventh Grade of Secondary School.
Science and the Public”. International International Conference on Mathematics,
Journal of Environmental and Science Science, and Education (ICMSE) (Vol. 2,
Education, 4(3): 301-311. No. 1).
National Research Council. (2000). Inquiry and http://icmseunnes.com/2015/wp-
the national science education standards: A content/uploads/2016/03/89_SE.pdf
guide for teaching and learning. National (diunduh 17 Desember 2016).
Academies Press. Rusilowati, A., Nugroho, S. E., & Susilowati,
Mahardika, E. A. S., Suwono, H., & S. M. (2016a). Development of Science
Indriwati, S. E. (2016). Eksplorasi Textbook Based On Scientific Literacy
Kemampuan Awal Literasi Biologi For Secondary School. Jurnal Pendidikan
Peserta didik Kelas X SMAN 7 Fisika Indonesia, 12(2): 98-105.
Malang.Prosiding. Seminar Nasional Rusilowati, A., Kurniawati, L., Nugroho, S.
Pendidikan Biologi dan SAINSTEK E., & Widiyatmoko, A. (2016b).
(SNPBS 2016). Universitas “Developing an Instrument of Scientific
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Literacy Assessment on the Cycle
21 Mei 2016. Theme”. International Journal of
Maturradiyah, N., & Rusilowati, A. (2015). Environmental and Science
“Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas Education, 11(12): 5718-5727.
XII di Kabupaten Pati Berdasarkan Rusilowati, A & Basam, F. (2017). “The
Muatan Literasi Sains”. Unnes Physics Profile of Scientific Literacy Skills Junior
Education Journal, 4(1). High School Students in Soppeng South
OECD. (2003). Literacy Skills for the World of Celebes”. Proceedings. The 3rd
Tomorrow: Further Results From PISA International Seminar on Educational
2000. OECD Publishing. Tecnology 2017 (ISET 2017).
OECD. (2004). Learning for Tomorrow’s World Pascasarjana Universitas Negeri
First Results from PISA 2003. OECD Semarang. Semarang, 24 Mei 2017.
Publishing. Rustaman,N. Y. (2010). “Pengembangan
OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies Pembelajaran Sains Berbasis
for Tomorrow’s World (Volume 1: Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah”
Analysis).OECD Publishing. dalam Hidayat, T., Kaniawati, I.,
OECD. (2010). PISA 2009 Results: Executive Suwarna, R. I., Setiabudi, A., &
Summary”. OECD Publishing. Suhendra, Teori, Paradigma, Prinsip dan
Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 3 (1), April 2018-(8)
Fajri Basam, Ani Rusilowati, Saiful Ridlo

Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam


Konteks Indonesia. Bandung: JICA-
FMIPA UPI.
Yulianti, T. E., & Rusilowati, A. (2014).
“Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas
XI Berdasarkan Muatan Literasi Sains di
Kabupaten Tegal”. Unnes Physics
Education Journal, 3(2).

Copyright ©2018, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)

Anda mungkin juga menyukai