Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL

PENGARUH KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS


TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 5 KOTA TERNATE PADA KONSEP GETARAN DAN
GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRI
TERBIMBING

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Satu
(S1) Pendidikan Fisika

Safitri Muhtar
03091811005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
PENGARUH KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 5 KOTA TERNATE PADA KONSEP GETARAN DAN
GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY
TERBIMBING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan


keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi sains dan berapa besar
pengaruh kemampuan keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi
siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Kota Ternate pada konsep getaran dan
gelombang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang
menggambarkan pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII yang terdiri dari VIII-1 sampai
VIII-5. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII-5 yang berjumlah 20 siswa yang diambil dengan cluster sampling. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dalam bentuk soal essay,
kemudian teknik analisis data menggunakan uji regresi sederhana.

Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat pengaruh kemampuan keterampilan


proses sains terhadap kemampuan literasi sains. Untuk mengetahui persamaan
regresi tersebut signifikan dan linear atau tidak, maka digunakan uji signifikan
dan uji lineritas. Diperoleh nilai sebesar Fhit > Ftab atau 5,53 > 4,41. Hal ini
menunjukan bahwa koefisien H0 ditolak. Sedangkan uji linearitas diperoleh Fhit <
Ftab atau -11,93< 3,60 dengan demikian hipotesis menyatakan H a diterima dan H0
ditolak, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan
keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas VIII-5
Pada konsep Getaran dan Gelombang. Dengan menggunakan uji regresi sederhana
dimana pengaruh kemampuan keterampilan proses sains terhadap kemampuan
literasi sains siswa memiliki konstribusi sebesar 23%.

Kata Kunci: keterampilan proses sains, literasi sains, inquiri terbimbing


PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia dituntut untuk mengutamakan proses pembelajaran

yang bermakna. Pembelajaran menjadi bermakna jika siswa dapat memahami

pelajaran dengan menghubungkan materi dalam kehidupan sehari-hari yang

dilakukan dengan metode ilmiah (Wilhelm dkk, 2007). Pendidikan tidak terlepas

dari pernanan guru dalam dalam merencanakan, mendesain, melaksanakan dan

menilai terhadap hasil pembelajaran sains. Dalam hal ini guru merupakan salah

satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya penyelenggaraan

pendidikan yang baik dan berkualitas. Sebagai contoh McKinssey yang banyak

dikutip mengenai pencapaian internasional menyimpulkan bahwa “ kualitas

sistem pendidikan tidak dapat melebihi kualitas gurunya” ( Hanushek dkk, 2014).

Proses pembelajaran bermakna juga dapat diartikan sebagai adanya proses

interaksi siswa dengan guru melalui sumber belajar yang terjadi pada lingkungan

belajar (Depdiknas, 2013). Belajar adalah sebuah proses yang menghasilkan atau

mengubah suatu kegiatan melalui latihan yang dibedakan dari faktor-faktor yang

tidak termasuk latihan, contohnya eksperimen, praktikum atau percobaan, dan

penelitian di laboratorium (Nasution,2010).

Terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran sangat penting terutama untuk

mengkonstruksi pengetahuan, penyelidikan masalah, mengolah dan menemukan

solusi pemecahannya (Pemendiknas, 2006). Khususnya pada pembelajaran fisika,

siswa dituntut dapat memahami dan mempunyai keterampilan proses sains dalam

melaksanakannya. Hal ini berkaitan dengan materi Fisika yang sebagian besar

adalah fenomena alam (Aji dkk, 2017).


Kemampuan keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran IPA

sangatlah penting karena keterampilan proses sains mampu menjembatani

tercapainya tujuan pembelajaran IPA melalui pemberian pengalaman langsung

melalui penyelidikan ilmiah. (Rustaman, 2015) menjelaskan bahwa keterampilan

proses sains dituntut dalam pembelajaran IPA dan telah menjadi bagian yang tak

dapat dipisahkan dalam pembelajaran IPA. Keterampilan proses sains, baik

keterampilan proses sains dasar maupun keterampilan proses sains terintegrasi

harus dilatihkan kepada peserta didik agar peserta didik tidak hanya menjadi

penerima informasi, tetapi juga dapat melakukan pencarian informasi terkait

dengan hal-hal yang dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika

keterampilan proses sains awal rendah (Dogan & Kunt,2016; Rosa, 2015;

Limatahu et al,2018).Maka akan menghambat proses pembelajaran fisika di kelas.

melihat, mendengar, meraba, membaui, mencicipi, mengecap, menyimak,

membaca, menghitung, mengukur, mengklasifikas mencari hubungan ruang dan

waktu (Syarif,ddk 2010)

Keterampilan proses sains membantu siswa belajar, mendapatkan penemuan

serta cara metode meneliti, siswa lebih aktif, meningkatkan tanggung jawab dan

membantu dalam memahami pelajaran, dan meningkatkan kesadaran untuk

bertanggung jawab atas pengetahuan mereka sendiri (Aktamis, 2009).

Pendidikan sains berperan penting untuk menciptakan generasi muda yang

handal dan berkualitas dalam menghadapi tantangan era globalisasi, Literasi sains

merupakan salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yang membutuhkan

perhatian untuk segera diatasi, hal ini dikarenakan penguasaan kemampuan


literasi sains yang sangat penting bagi semua orang untuk menyelesaikan masalah

(Chusni et.al 2018).

Penelitian literasi sains di Indonesia didominasi oleh penerapan pembelajaran

yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan literasi siswa (Ni’mah,

2019). Dalam menghadapi tantangan pendidikan sains sebagai salah satu kunci

kompetensi abad 21 yaitu: mempertimbangkan perlunya masyarakat melihat

literasi sains dan teknologi sebagai kemampuan untuk mengakses , membaca dan

memahami dunia global dengan sains atau dimensi teknologi, selanjutnya

membuat penilaian, dan menggunakan evaluasi itu untuk menginformasikan dan

membuat keputusan (Okada, 2013).

Berdasarkan U.S Departement of Education (2015), Indonesia berada pada

peringkat 62 dari 70 negara dengan skor 403. Skor yang diperoleh berada dibawah

standar internasional yang telah ditetapkan yaitu : sebesar 496. Hal ini

menunjukan bahwa kemampuan literasi sains peserta didik berada pada kategori

rendah. Hal ini dikarenakan rata-rata kemampuan sains siswa di Indonesia masih

pada tahap mengenali fakta dasar, dan mereka belum mampu mengkomunikasikan

dan mengaitkan berbagai topik sains. Hal ini mengakibatkan mereka mengalami

kesulitan dalam membuat hubungan antara konsep materi pelajaran dengan

aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam menggunakan sains untuk

memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi (Ahmad, Enawaty, & Lestari,

2018). Masalah rendahnya literasi sains tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi pada

guru pre-service (Pahrudin et.al, 2019) maupun guru sains yang merupakan

komponen utama dalam proses pembelajaran (Ardianto & Rubini,2016). Faktor-


faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya literasi sains di Indonesia yakni

sistem pendidikan yang diterapkan, pemilihan model, pendekatan, strategi,

metode pembelajaran yang digunakan, pemilihan sumber belajar, gaya belajar

siswa, maupun sarana-prasarana yang digunakan dalam pembelajaran (Wahyu

et.al,2016).

Proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui

observasi, asosiasi, bertanya, meyimpulkan, mengkomunikasikan memerlukan

sebuah pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran adalah

inquiri. Model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dipilih karena

berdasarkan rujukan dari hakikat pembelajaran sains sejak kurikulum pertama

disusun. Hal itu dapat terlihat dalam pembelajaran fisika yang tidak lepas dari

proses penyelidikan atas sebuah masalah dan menemukan solusi dari masalah

yang diberikan (Sulstiyono, 2017). Jenis inquiri yang dipilih adalah inquiri

terbimbing. Inquiri terbimbing dipilih dengan seting siswa bekerja dalam

kelompok di harapkan terjadi debat untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dan memberi kesempatan komunikasi. Debat memungkinkan terciptanya

perbedaan hipotesis dari data dan nilai fakta untuk menguraikan kesimpulan

(Demirbag & Gunel, 2014).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di SMP N 5 Kota Ternate, dengan

keseluruhan siswa 455 orang. Dikhusukan pada kelas VIII terdapat 5 kelas dan

rata-rata setiap kelas ada 27 siswa. Dalam pembelajaran terdapat guru yang sudah

mengembangkan perangkat pembelajaran dalam keterampilan proses sains, tetapi

masih banyak kendala yang dihadapi guru karena kurangnya siswa yang memiliki
kemampuan berliterasi. Dalam hal ini terdapat siswa-siswa tertentu saja yang ikut

berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalan proses belajar

mengajar. Selain itu dari 27 siswa dalam satu kelas hanya beberapa siswa saja

yang mampu menyelesaikan masalah dalam literasi. Terdapat juga siswa yang

belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, karena rata-rata

siswa diera pandemi tidak melakukan latihan, baik menghitung, menyelesaikan

soal-soal yang berhubungan dengan tugas yang diberikan dan tidak ada rasa

keingintahuan siswa yang lebih mendalam megenai materi yang diajarkan. Guru

disana hanya memberikan arahan, penjelasan terkait pembelajaran yang belum

dapat diselesaikan oleh siswa agar sadar akan kekurangannya dan lebih giat lagi

rasa ingin tahu dan terus berlatih serta memberikan tugas yang sesuai kemampuan

siswa masing-masing. Guru juga sudah mengembangkan pembelajaran dalam

keterampilan literasi sains dengan model yang digunakan rata-rata yaitu IBL

(Inquiry Based Learning) dan Discovery Learning. Tetapi terdapat kesulitan

disebabkan karena banyak siswa yang masih kurang berliterasi dan tidak mencari

hal-hal baru diluar belajar, terkait materi yang diajarkan dalam proses belajar

mengajar.

Berdasarkan uraian serta analisis masalah tersebut maka untuk mengetahui

pengaruh kemampuan keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi

sains siswa diperlukan model pembelajaran inquiri terbimbing, yang dipikirkan

akan menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika. Oleh sebab itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kemampuan

Keterampilan Proses Sains Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa


Kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Ternate Pada Konsep Getaran dan

Gelombang Dengan Menggunakan Model Inquiri Terbimbing’’. Melalui

model tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses

sains terhadap kemampuan literasi sains siswa pada materi Getaran dan

Gelombang di SMP Negeri 5 Kota Ternate.

JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korerasional. Dengan

desain penelitian yang digunakan yaitu:

X Y

Gambar 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2016:66)

Keterangan:

X= Kemampuan keterampilan proses sains

Y= Kemampuan literasi sains

TEKNIK ANALISIS DATA

Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian diolah dan

dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji

hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian

prasyarat analisis data, yaitu uji homogenitas dan normalitas guna mengetahui

apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang
homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data

sebagai berikut.

1. Uji normalitas

Pengujian data menggunakan uji normalitas untuk mengetahui data yang

dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan SPSS

16. Setelah diuji normalitias dan datanya normal, selanjutnya data diuji dengan

menggunakan uji linearitas.

2. Uji Linearitas
2
S TC
F= 2 ………………..…………………………………….(3.6)
SE

Keterangan :
2
STC = varian tuna cocok

2
S E= varian error

Setelah dilakukan uji prasyarat dan data dikatakan normal, kemudian data

diuji dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Menentukan persamaan regresi sederhana

Ŷ = a+ bX ……………………………………………………………….(3.7)

Dimana :

Ŷ = Nilai yang diprediksikan

X = Nilai variabel independen

a=¿nilai konstanta harga Y, jika X = 0

b = koefisien regresi (Sugiyono, 2015: 262)


selain itu, harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:

( ∑ X ) −(∑ X ) ∑ ¿
2 ( X ¿i Y )
( ∑ Y ¿¿ i)
i
a = i i
¿¿ 2
∑ X 1 −¿ ¿
…………………………………………….(3.8)

( ∑ Y ¿¿ i)
b = n ∑ X i Y i−( ∑ X i ) 2
¿
n ∑ X 1−¿ ¿ ¿

………………………………………...……...(3.9)

2. Menghitung koefisien korelasi dengan rumus

n ( ∑ xi y i )−( ∑ xi ) (∑ y i)
rxy =
√{n ∑ x i
2
−( ∑ x i ¿ ¿ ¿ 2 } {n ∑ y i −( ∑ y i ¿ ¿ ¿ 2 }
2

............................................................(3.10)

Keterangan :

n = jumlah data

X = data variabel bebas

Y = data variabel terikat (Sugiyono, 2015: 255)

Tabel 3.4Interprestasi koefisien korelasi (Sugiyono, 2015: 257)

Interval Koefisien Tinkat Hubungan

0,00 - 0,19 Sangat Rendah

0,20 - 0,39 Rendah

0,40 - 0,59 Sedang

0,60 - 0,79 Kuat

0,80 - 1,00 Sangat kuat


3. Menguji koefisien determinan

Kd = r2 x 100% .......................................................................................(3.12)

Keterangan :

Kd = seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh X

r2 = kuadrat koefisien korelasi

4. Menguji keberartian korelasi dengan rumus

r √ n−2
t= ..................................................................................................(3.13)
√ 1−r 2
keterangan :

thitung = nilai t

n = jumlah sampel

r = nilai koefisien korelasi

r2 = kuadrat koefisien korelasi (Sugiyono, 2015: 257)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengujian persyaratan Analisis

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Literasi Sains 20 50.75 6.273 40 70

Tabel 4.4 Uji Normalitas


Setelah data diperoleh dengan menggunakan instrumen soal, maka

langkah selanjutnya adalah menganalisa data untuk melakukan uji

hipotesis, sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan

uji persyarat, yaitu uji normalitas terhadap data X dan Y serta uji

normalitas

1. Uji Normalitas

Data ini dilakukan dengan mengunakan uji normalitas dengan

menggunakan SPSS 16

2. Linearitas Persamaan Regresi

a. Kemampuan keterampilan proses sains terhadap Kemampuan literasi

sains

Berdasarkan hasil uji signifikan diperoleh nilai Fhit =5,53 sedangkan

untuk Ftab= 4,41. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi

signifikan H0 ditolak karena Fhit >Ftab (5,53 > 4,41). Kemudian untuk uji

linearitas diperoleh Fhit= -11,93 sedangkan untuk Ftab= 3,60 dengan

demikian Fhit < Ftab (-11,93 < 3,60) maka hipotesis menyatakan linear

Ha diterima. Berdasarkan hasil dari uji signifikan koefisien dan uji

linearitas regresi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa regresinya

adalah : Y`= 1 , 42 ±1 , 17 X . ( Lampiran 13 ).

B. Pengujian Hipotesis

a. Kemampuan keterampilan proses sains (X) Kemampuan literasi

sains (Y)
Setelah data dikatakan memenuhi persyaratan, maka selajutnya

data tersebut di analisis dengan mengunakan statistik uji regresi liniear

sederhana dengan langka-langka sebagai berikut :

a. Menentukan persamaan regresi sederhana

Ŷ = a+ b X

Dari hasil analisis data dengan menggunakan persamaan rumus

diatas, maka diperoleh hasilnya yaitu Y` ¿ 1 , 42 ±1 , 17 X

b. Menguji keberartian persamaan regresi

Langka-langka pengujian :

1) Ha = persamaan regresi berarti/signifikan

2) H0 = persamaan regresi tidak berarti

3) Taraf nyata α = 0,05

4) Statistik yang digunakan adalah uji F

JK b
Fhit = a
RJK res

Setelah dianalisis diperoleh Fhit = 5,53 (Lampiran 13)

5) Daera kritis

Fhit > Ftab (n-2)

Fhit > Ftab (20-2)

Fhit > Ftab (18)

Fhit >4,41

6) Kesimpulan
Ternyata Fhit > Ftab atau 5,53 >4,41 pada taraf nyata α = 0,05

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima dengan demikian

menunjukan bahwa persamaan regresi tersebut berarti.

c. Menguji linieritas persamaan regresi

Langka-langka pengujian :

1) Ha = regresi linier

H0 = regresi tidak linier

2) Taraf nyata α = 0,05

3) Statistic uji yang digunakan adalah F


2
S Tc
Fhit = 2
S E

Setelah dianalisis diperoleh nilai F= -11,93

4) Daera kritis

Fhit < Ftab (k-2, n-k)

Fhit < Ftab (3-2, 20-3)

Fhit < Ftab (1, 17)

-11,93< 3,60 ( Lampiran 13)

5).Kesimpulan

Sehingga dari uji statistik tersebut maka peroleh nilai F hit = --

11,93 dengan ketentuan Fhit < Ftab (-11,93< 3,60), sehingga H0

ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dikatakan bahwa

persamaan regresinya signifikan.

d. Menghitung koefisien korelasi dengan rumus :


n ( ∑ X 1 Y )−( ∑ X 1 )(∑ Y )
rx1y =
√¿¿¿

Berdasarkan data yang dianalisis dengan menggunakan persamaan

di atas maka diperoleh nilai rx1y = 0,48 dan r2 =

0,23(Lampiran 13).

e. Menghitung koefisien determinan

Kp = r2x1y x 100%

Koefisien yang diperoleh kp = 0,23 % (Lampiran 13)

f. Menguji keberartian korelasi dengan rumus :

1. Ha = koefisien korelasi berarti

H0 = koefisien korelasi tidak berarti

2. Taraf nyata α = 0,05

3. Statistic uji yang digunakan adalah t

r √ n−2
t=
√ 1−r 2
Setelah di analasis maka diperoleh dengan nilai t = 2,63

(Lampiran13).

Kaida pengujian :

Jika thit > ttab signifikan.jika thit < ttab tidak signifikan. Berdasarkan

perhitungan korelasi dengan menggunakan persamaan diatas maka diperoleh

2,63 dengan ketentuan tingkat kesalahan α = 0,05; dk= n-2=20-2=18 sehingga

dapat ttab= 4,41 Ternyata thit > ttab (2,63> 4,41) sehingga Ha diterima dan H0

ditolak,maka koefisien korelasi adalah signifikan.


Berdasarkan analisis data menunjukan bahwa persamaan regresi pengaruh

kemampuan keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi sains

siswa adalah Y` = a + b X dimana X (a=1,42 b=1,17) sehingga diperoleh Y` =

1,42 + 1,17 X. Untuk mengetahui persamaan regresi tersebut signifikan dan

linear atau tidak, maka digunakan uji signifikan dan uji lineritas. Diperoleh

nilai sebesar Fhit > Ftab atau 5,53 > 4,41 dengan dk=n-2=20-2=18 dan taraf

nyata 0,05. Hal ini menunjukan bahwa koefisien H0 ditolak. Sedangkan uji

linearitas diperoleh Fhit < Ftab atau -1193< 3,60 dengan demikian hipotesis

menyatakan Ha diterima dan H0 ditolak, maka dapat di simpulkan bahwa

terdapat pengaruh kemampuan keterampilan proses sains terhadap

kemampuan literasi sains siswa kelas VIII-5 Pada konsep Getaran dan

Gelombang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebagai

berikut:

Terdapat pengaruh keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi sains

siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Ternate dan Besar pengaruh kemampuan

keterampilan proses sains terhadap kemampuan literasi sains dengan

menggunakan model inquiri terbimbing adalah 0,23 atau 23%.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, S. D, Hudha, M.N & Rismawati, A.Y. (2017). Pengembangan Modul
Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Science
Education Journal, 1(1), 36-51

Andi Pratiwi Irwan, Usman, Bunga Dara Amin. Analisis Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik Ditinjau dari Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika
di SMA N 2 Bulukumba. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid
15, Nomor 3. Desember 2019 Hal: 17 – 24.

Astuti. S. P, Priyayi. D. F, Hamadi. A. A. L . Pemahaman Guru Terhadap


Keterampilan Proses Sains (KPS) Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
IPA SMP di Salatiga

Depdiknas, 2013 . Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013


SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemendikbud

Hanushek, E. A., Piopiunik, M., Wiederhold, S. (2014). The Value of Smart


Teacher. International Evidenceon Teacher Cognitive Skills and Student
Performance. Program on Education Policy and Govermence Working
Papers Series. Cambridge: Havard Kennedy School.

Jakarta Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan 2017. Ilmu Pengetahuan Alam


Kelas VIII Smp/Mts Semester 2. Republik Indonesia, Jakarta 270

La Darman, Limatahu, I & Achmad, R. (2021). Penerapan Model Pembelajaran


CCDSR Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pda Konsep
Lekuifaksi. JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains)

Limatahu, I (2018). Model Pembelajaran CCDSR penerapan model CCDSR


(Condition,Construction,Development,Simulation,Reflection). Untuk
meningkatkan keterampilan proses sains calon guru fisika. (Disretasi
Doktor tidak dipublikasikan). Pascasarjana Unesa,Surabaya,Indonesia.

Markawi, Napis. Pengaruh Keterampilan Proses Sains, Penalaran, dan Pemecahan


Masalah Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Formatif 3(1): 11-25 ISSN:
2088-351X .

Nirva Diana, Mega Yati Lestari. Keterampilan Proses Sains (KPS) pada
Pelaksanaan Praktikum Fisika Dasar I. Indonesian Journal of Science and
Mathematics Education 01 (1) (2018) 49-54 , Maret 2018.

Permendiknas, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.Permendiknas

Suban. M. E , Zahra. M, Herliandry. L. D, Jumaidi, Nurhasanah. Perkembangan


Penelitian Literasi Sains Dalam Pembelajaran Fisika Di Indonesia.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains. Edusains,12 (1) , 2020,38-
46.

Sugiyono. P. D. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan


Kuantitaif,Kualitatif dan R&D. (cetakan ke 19) Bandung: CV Alfabeta,1-
330.

Sunardi, Paramita Retno P, Andreas B. Darmawan. (2017). Buku guru fisika


untuk SMA/MA kelas XI. (cetakan 1) Penerbit Yrama Widya

Siswono Hendrik. Analisis Pengaruh Keterampilan Proses Sains Terhadap


Pengusaan Konsep Fisika Siswa. Momentum: Physics Education Journal
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/momentum Vol 1, No 2, (2017)
83-90

Wilhelm, J.Thacker B., & Wilhelm, R. 2007. Creating Constructivist Physics for
Introductory University Classes. Electronic Journal of Science Education,
11(2):19-37

Anda mungkin juga menyukai