Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Satu
(S1) Pendidikan Fisika
Safitri Muhtar
03091811005
ABSTRAK
dilakukan dengan metode ilmiah (Wilhelm dkk, 2007). Pendidikan tidak terlepas
menilai terhadap hasil pembelajaran sains. Dalam hal ini guru merupakan salah
pendidikan yang baik dan berkualitas. Sebagai contoh McKinssey yang banyak
sistem pendidikan tidak dapat melebihi kualitas gurunya” ( Hanushek dkk, 2014).
interaksi siswa dengan guru melalui sumber belajar yang terjadi pada lingkungan
belajar (Depdiknas, 2013). Belajar adalah sebuah proses yang menghasilkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui latihan yang dibedakan dari faktor-faktor yang
siswa dituntut dapat memahami dan mempunyai keterampilan proses sains dalam
melaksanakannya. Hal ini berkaitan dengan materi Fisika yang sebagian besar
proses sains dituntut dalam pembelajaran IPA dan telah menjadi bagian yang tak
harus dilatihkan kepada peserta didik agar peserta didik tidak hanya menjadi
keterampilan proses sains awal rendah (Dogan & Kunt,2016; Rosa, 2015;
serta cara metode meneliti, siswa lebih aktif, meningkatkan tanggung jawab dan
handal dan berkualitas dalam menghadapi tantangan era globalisasi, Literasi sains
2019). Dalam menghadapi tantangan pendidikan sains sebagai salah satu kunci
literasi sains dan teknologi sebagai kemampuan untuk mengakses , membaca dan
peringkat 62 dari 70 negara dengan skor 403. Skor yang diperoleh berada dibawah
standar internasional yang telah ditetapkan yaitu : sebesar 496. Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan literasi sains peserta didik berada pada kategori
rendah. Hal ini dikarenakan rata-rata kemampuan sains siswa di Indonesia masih
pada tahap mengenali fakta dasar, dan mereka belum mampu mengkomunikasikan
dan mengaitkan berbagai topik sains. Hal ini mengakibatkan mereka mengalami
2018). Masalah rendahnya literasi sains tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi pada
guru pre-service (Pahrudin et.al, 2019) maupun guru sains yang merupakan
et.al,2016).
disusun. Hal itu dapat terlihat dalam pembelajaran fisika yang tidak lepas dari
proses penyelidikan atas sebuah masalah dan menemukan solusi dari masalah
yang diberikan (Sulstiyono, 2017). Jenis inquiri yang dipilih adalah inquiri
perbedaan hipotesis dari data dan nilai fakta untuk menguraikan kesimpulan
keseluruhan siswa 455 orang. Dikhusukan pada kelas VIII terdapat 5 kelas dan
rata-rata setiap kelas ada 27 siswa. Dalam pembelajaran terdapat guru yang sudah
masih banyak kendala yang dihadapi guru karena kurangnya siswa yang memiliki
kemampuan berliterasi. Dalam hal ini terdapat siswa-siswa tertentu saja yang ikut
mengajar. Selain itu dari 27 siswa dalam satu kelas hanya beberapa siswa saja
yang mampu menyelesaikan masalah dalam literasi. Terdapat juga siswa yang
belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, karena rata-rata
soal-soal yang berhubungan dengan tugas yang diberikan dan tidak ada rasa
keingintahuan siswa yang lebih mendalam megenai materi yang diajarkan. Guru
dapat diselesaikan oleh siswa agar sadar akan kekurangannya dan lebih giat lagi
rasa ingin tahu dan terus berlatih serta memberikan tugas yang sesuai kemampuan
keterampilan literasi sains dengan model yang digunakan rata-rata yaitu IBL
disebabkan karena banyak siswa yang masih kurang berliterasi dan tidak mencari
hal-hal baru diluar belajar, terkait materi yang diajarkan dalam proses belajar
mengajar.
akan menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika. Oleh sebab itu
sains terhadap kemampuan literasi sains siswa pada materi Getaran dan
X Y
Keterangan:
Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian, kemudian diolah dan
prasyarat analisis data, yaitu uji homogenitas dan normalitas guna mengetahui
apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang
homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data
sebagai berikut.
1. Uji normalitas
dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan SPSS
16. Setelah diuji normalitias dan datanya normal, selanjutnya data diuji dengan
2. Uji Linearitas
2
S TC
F= 2 ………………..…………………………………….(3.6)
SE
Keterangan :
2
STC = varian tuna cocok
2
S E= varian error
Setelah dilakukan uji prasyarat dan data dikatakan normal, kemudian data
Ŷ = a+ bX ……………………………………………………………….(3.7)
Dimana :
( ∑ X ) −(∑ X ) ∑ ¿
2 ( X ¿i Y )
( ∑ Y ¿¿ i)
i
a = i i
¿¿ 2
∑ X 1 −¿ ¿
…………………………………………….(3.8)
( ∑ Y ¿¿ i)
b = n ∑ X i Y i−( ∑ X i ) 2
¿
n ∑ X 1−¿ ¿ ¿
………………………………………...……...(3.9)
n ( ∑ xi y i )−( ∑ xi ) (∑ y i)
rxy =
√{n ∑ x i
2
−( ∑ x i ¿ ¿ ¿ 2 } {n ∑ y i −( ∑ y i ¿ ¿ ¿ 2 }
2
............................................................(3.10)
Keterangan :
n = jumlah data
Kd = r2 x 100% .......................................................................................(3.12)
Keterangan :
r √ n−2
t= ..................................................................................................(3.13)
√ 1−r 2
keterangan :
thitung = nilai t
n = jumlah sampel
uji persyarat, yaitu uji normalitas terhadap data X dan Y serta uji
normalitas
1. Uji Normalitas
menggunakan SPSS 16
sains
signifikan H0 ditolak karena Fhit >Ftab (5,53 > 4,41). Kemudian untuk uji
demikian Fhit < Ftab (-11,93 < 3,60) maka hipotesis menyatakan linear
B. Pengujian Hipotesis
sains (Y)
Setelah data dikatakan memenuhi persyaratan, maka selajutnya
Ŷ = a+ b X
Langka-langka pengujian :
JK b
Fhit = a
RJK res
5) Daera kritis
Fhit >4,41
6) Kesimpulan
Ternyata Fhit > Ftab atau 5,53 >4,41 pada taraf nyata α = 0,05
Langka-langka pengujian :
1) Ha = regresi linier
4) Daera kritis
5).Kesimpulan
0,23(Lampiran 13).
Kp = r2x1y x 100%
r √ n−2
t=
√ 1−r 2
Setelah di analasis maka diperoleh dengan nilai t = 2,63
(Lampiran13).
Kaida pengujian :
Jika thit > ttab signifikan.jika thit < ttab tidak signifikan. Berdasarkan
dapat ttab= 4,41 Ternyata thit > ttab (2,63> 4,41) sehingga Ha diterima dan H0
linear atau tidak, maka digunakan uji signifikan dan uji lineritas. Diperoleh
nilai sebesar Fhit > Ftab atau 5,53 > 4,41 dengan dk=n-2=20-2=18 dan taraf
nyata 0,05. Hal ini menunjukan bahwa koefisien H0 ditolak. Sedangkan uji
linearitas diperoleh Fhit < Ftab atau -1193< 3,60 dengan demikian hipotesis
kemampuan literasi sains siswa kelas VIII-5 Pada konsep Getaran dan
Gelombang.
kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebagai
berikut:
siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Ternate dan Besar pengaruh kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Aji, S. D, Hudha, M.N & Rismawati, A.Y. (2017). Pengembangan Modul
Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Science
Education Journal, 1(1), 36-51
Andi Pratiwi Irwan, Usman, Bunga Dara Amin. Analisis Kemampuan Literasi
Sains Peserta Didik Ditinjau dari Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika
di SMA N 2 Bulukumba. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid
15, Nomor 3. Desember 2019 Hal: 17 – 24.
Nirva Diana, Mega Yati Lestari. Keterampilan Proses Sains (KPS) pada
Pelaksanaan Praktikum Fisika Dasar I. Indonesian Journal of Science and
Mathematics Education 01 (1) (2018) 49-54 , Maret 2018.
Wilhelm, J.Thacker B., & Wilhelm, R. 2007. Creating Constructivist Physics for
Introductory University Classes. Electronic Journal of Science Education,
11(2):19-37