Anda di halaman 1dari 55

HASIL PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP N 7 KOTA

TERNATE PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA KONSEP GETARAN DAN

GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY LEARNING

SANI S. SAIN

03091811015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2022
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah................................................................................. 6
E. Tujuan Masalah..................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskriptif Konseptual........................................................................... 10
B.Hasil Penelitian yang Relevan............................................................... 30
C.Kerangka Teoritik
BAB III METODE PENELITIAN
A. tempat dan waktu penelitian................................................................. 31
B.metode penelitian................................................................................... 35
C. populasi dan sampel.............................................................................. 45
D. Variabel penelitian................................................................................ 45
E. teknik pengambilan data........................................................................ 45
F. teknik analisis data................................................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..................................................................................... 51
B. Pembahsaan hasil penelitian................................................................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 81
B. Saran..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 kriteria interpresentasi reliabilitas…………………… 41


Tabel 3.2 kriteria daya pembeda…………………………… 47
Tabel 3.3 kategori tingkat kesukaran………………………………… 47
Tabel 3.4 capaian literasi sains…………………… 49
Tabel 3.5 persen kemampuan literasi sains……………………………… 49
Tabel 4.1 reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda……………… 65
Tabel 4.2 capaian literasi sains…………………… 66
Tabel 4.3 persen kemampuan literasi sains……………… 67
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 soal aspek kompetensi ……………………………… 43


Gambar 4.2 soal aspek konteks…………………………….. 52
Gambar 4.3 soal aspek konten…………………………………………… 53
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP

Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal

Lampiran 3 Soal Uji Coba Literasi Sains

Lampiran 4 Kunci Jawaban Dan Skor Uji Coba

Lampiran 5 Soal Tes

Lampiran 6 Kunci Jawaban Dan Skor Soal Tes

Lampiran 7 Data Hasil Uji Coba Soal Tes

Lampiran 8 Data Mentah Kelompok Atas

Lampiran 9 Data Mentah Kelompok Bawah

Lampiran 10 Reliabilitas Uji Coba Soal

Lampiran 11 Tingkat Kesukaran Soal

Lampiran 12 Daya Pembeda


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan didefinisikan sebagai suatu usaha siswa dalam keadaan sadar dan

terencana agar dapat mewujudkan proses pembelajaran dengan suasana yang aktif

sebagai upaya untuk mengembagkan potensi pada diri siswa agar memiliki

kecerdasan, akhlak mulia, kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, dan

keterampilan lain yang diperlukan dalam diri masyarakat dan siswa itu sendiri (UU

RI No. 20 Tahun 2003). Dalam pendidikan dikenal istilah kurikulum. Indonesia

sampai saat ini telah mengalami 11 kali pergantian kurikulum. Kurikulum yang saat

ini telah digunakan yaitu kurikulum 2013 revisi 2017.

Berdasarkan tuntutan kurikulum 2013 pada pembelajaran fisika siswa dituntut

memiliki kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Fisika bukan hanya

kumpulan penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan

masalah. Fisika sebagai proses penyelidikan, meliputi cara berpikir, sikap, dan

langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk ilmu

pengetahuan ilmiah, misalnya observasi pengetahuan, merumuskan dan menguji

hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi. Fisika diharapkan

menjadi wadah bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta

pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Semua itu akan terasa lebih mudah jika

dalam pembelajaran fisika dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa.

1
2

Gerakan literasi merupakan salah satu dari 4 pilar yang ditekankan pada

kurikulum 2013 revisi 2017. Keterampilan literasi sains merupakan keterampilan

individu menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan masalah yang didapat

pada kehidupan di sekitarnya. Indonesia termasuk dalam kategori dengan

keterampilan literasi sains siswa yang rendah. Indonesia juga mengalami penurunan

skor berdasarkan hasil penilaian Programme for International Student Assessment

(PISA). pada tahun 2015 hasil rata–rata skor bidang literasi sains negara–negara

OECD sebesar 493, siswa Indonesia hanya mencapai skor 403 sedangkan hasil

penilaian PISA tahun 2018 menunjukkan bahwa siswa Indonesia mengalami

penurunan skor menjadi 396 dari rata–rata skor yang diperoleh negara–negara OECD

sebesar 489 (Asrizal et all, 2019)

Literasi sains merupakan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep ilmiah

dan proses yang diperlukan bagi seseorang untuk menemukan atau menentukan

jawaban pertanyaan dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari. Literasi

saintifik berarti tindakan memahami dan mengaplikasikannya dalam lingkungan.

(Asrizal et all, 2019)

Survey yang dilakukan Political And Economi Risk Consultant PERC 2015

menunjukan bahwa kualitas pendidikan di Maluku utara berada pada urutan ke 29

dari 33 provinsi data tersebut menunjukan belum baik pendidikan di Maluku utara

(Alkatiri et al., 2019). Rendahnya pendidikan di Maluku utara tersebut juga

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu

faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah literasi membaca.


3

Rendahnya literasi siswa dapat berpengaruh buruk terhadp kualitas pendidikan.

Kemampuan literasi siswa dapat ditingkatkan memalui proses belajar mengajar

disekolah dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif (Alkatiri et al.,

2019)

Keterampilan literasi sains penting dimiliki oleh peserta didik Indonesia.

Namun, fakta membuktikan hasil capaian litersi sains peserta didik Indonesia masih

tergolong rendah. Data Program For Internasional Student Assessment (PISA)

menunjukan skor dan peringkat literasi sains yang dicapai peserta didik Indonesia

dari tahun 2009, 2012, dan 2015 berturut-turut sebesar 383, 382, dan 402 dengan

rata-rata skor OECD 501 ditahun 2009-2012 dan 493 pada tahun 2015, serta

peringkatnya berturut-turut 57 dari 65 negara, 64 dari Negara dan 62 dari 70 negara

(Hidayahtika et al., 2020)

Komponen literasi saintifik mencakup tiga bagian. Pertama, konsep saintifik

merupakan kajian untuk menbantu dalam memahami fenomena terkait dengan gejala-

gejala alam. Kedua, proses ilmiah atau proses saintifik yang berpusat pada

kemampuan untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, menafsirkan dan

bertindak berdasarkan bukti, hal ini berkaitan dengan pertanyaan ilmiah,

mengidentifikasi bukti, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan, dan

mendemonstrasikan pemahaman konsep ilmiah. Ketiga, konteks saintifik yang

berhubungan dengan penerapan pengetahuan ilmiah dan penggunaan terapan ilmiah

(Afrizol et all, 2020).


4

Literasi sains dapat dicapai melalui keterampilan yang diperoleh peserta didik

yang akan menjadi penunjang kehidupan seperti penyelesaian permasalahan serta

menentukan keputusan penting di kehidupan yang akan datang. Alasan pentingnya

pengembangan kemampuan literasi sains yaitu karena literasi sains mempunyai

peranan penting untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk

menghadapi masa globalisasi. Adanya literasi sains, dapat memudahkan peserta didik

dalam beradaptasi dengan perkembangan jaman dan kebudayaan di tengah

masyarakat modern yang saat ini perkembangan sains dan teknologi sangat

mempengaruhinya (Adekale et all, 2021).

Berdasarkan hasil uji kompetensi literasi sains yang diadakan oleh PISA

menyebutkan bahwa kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia masih

tergolong rendah, pada tahun 2018 dengan nilai kemampuan sains 396 dengan

peringkat 70 dari 78 negara, dan pada kemampuan membaca memperoleh nilai 371

dengan peringkat 72 dari 78 negara ( Aprilia I.N, 2021)

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk dapat

meningkatkan kemampuan literasi sains. Salah satu alternatif solusinya adalah

dengan menerapkan model discovery learning dalam pembelajaran. Pembelajaran

dengan model discovery learning ini dipilih karena pada dasarnya menjadikan peserta

didik memiliki kemampuan untuk bertanya, mengobservasi, mengumpulkan

informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan. (Dewi & Sudaryanto, 2020)

Discovery learning adalah model pembelajaran yang bias digunakan untuk

melatihkan dan mengembangkan cara belajar peserta didik yang aktif. Discovery
5

learning menuntut peran aktif peserta didik untuk berpartisipasi secara langsung

dalam menemukan konsep pengetahuannya. Selain itu, peserta didik dapat berlatih

berpikir analitis serta mencoba untuk memecahkan permasalahan yang ada.

Menurut (Dahlia dalam Aprilia I.N, 2021), penggunaan model belajar discovery

learning dapat menghasilkan dampak yang baik dengan meningkatkan kemampuan

literasi sains peserta didik. Salah satunya yaitu melatihkan peserta didik untuk

memahami konsep dan prinsip dari suatu materi secara langsung berdasarkan

pengalaman belajarnya sehingga beberapa indikator literasi sains dapat terpenuhi.

Discovery learning membimbing peserta didik untuk mengidentifikasi terhadap apa

yang ingin diketahuinya secara mandiri, selanjutnya peserta didik akan

mengorganisasi dan mengkonstruksikan informasi yang diperoleh dandipahami ke

dalam bentuk lain dan menghasilkan konsep akhir (Dwi dalam Aprilia I.N, 2021)

Hasil Penelitian Angraini menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains

peserta didik Kelas X SMA di Kota Solokmasih tergolong rendah yang disebabkan

oleh materi yang diujikan belum pernah dipelajari,peserta didik tidak terbiasa

mengerjakan soal yang menggunakan wacana, dan proses pembelajaran yang kurang

mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemampuan literasi sains. Hal yang

sama juga diungkapkan oleh Rizkita bahwa kemampuan literasi sains peserta didik

SMA Kota Malang masih rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains ini

disebabkan karena proses pembelajaran yang belum melibatkan proses sains. Selain

itu, hasil penelitian Diana menyimpulkan bahwa kemampuan literasi sains peserta

didik Kelas X SMA di Kota Bandung masih tergolong rendah yang disebabkan oleh
6

perbedaan target pembelajaran yang diterapkan di sekolah dengan tuntutan PISA

(Sutrisna, 2021)

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang diatas untuk meningkatkan

kemampuan literasi sains siswa. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII Pada Pembelajaran

IPA Fisika Konsep Getaran dan Gelombang Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Diacovery Learning”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

diidentifikasi masalah yang terkait dengan penelitian antara lain:

1. Kemampuan literasi sains yang ada dalam diri siswa yang belum bisa

dikembangkan oleh guru secara optimal.

2. Dalam proses belajar mengajar siswa kurang berperan aktif dalam menyelesaikan

masalah yang diberikan oleh guru

3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bersifat aktif sehinnga siswa

belum mampu menemukan sendiri atau menyelidiki sendiri masalah-masalah

yang terdapat dalam proses belajar mengajar.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan dalam

penelitian ini sebagai berikut.


7

Pembatasan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah dengan

menganalisis kemampuan literasi sains siswa dengan menggunakan model discovery

learning.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah penilitian ini dirumuskan:

“Bagaimana kemampuan literasi sains siswa SMP N 7 Kota Ternate kelas VII pada

pembelajaran IPA fisika konsep usaha dan energi dengan menggunakan model

pembelajaran discovery learning?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan literasi siswa

SMP N 7 Kota Ternate kelas VII pada pembelajaran IPA fisika konsep usaha dan

energi dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kemampuan literasi

sains siswa dengan menggunakan model pembeljaran discovery learning

b. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi bagi peneliti lanjutan

terutama penelitian tentang kemampuan literasi sains dengan menggunakan

model discovery learning.


8

2. Praktis

a. Meningkatkan kemampuan literasi sains siswa dalam memecahkan masalah

b. Bahan kajian dan referensi bagi guru Fisika di SMP N 7 Kota Ternate kelas VII

untuk memperbaiki kemampuan literasi sains siswa dalam pembelajaran fisika

c. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai

kemampuan literasi sains dengan menggunakan model discovery learning


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskriptif Konseptual

1. Literasi Sains

a. Pengertian Literasi

Literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep dan proses sains

serta memanfaatkan sains untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut PISA (Programme for International Student Assessment) literasi

sains merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti

ilmiah dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam

dan perubahannya akibat aktivitas manusia (Sutrisna, 2021).

Literasi sains merupakan pengetahuan dan kemampuan ilmiah untuk dapat

mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena

ilmiah, dan mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains,

kesadaran bagaimana sains serta teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual,

serta budaya, dan kemampuan untuk terlibat serta perduli terhadap isu-isu terkait

dengan sains (Mustikawati & Nurita, 2021)


10

a. Indikator Literasi Sains

(Muliana et al., 2021) PISA menetapkan ada 4 indikator kemampuan literasi

sains yaitu:

1) Aspek Kompetensi, biasa disebut dengan proses sains yang memiliki pengertian

proses dalam menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah.

2) Aspek Konten, atau disebut dengan pengetahuan sains yang merujuk pada

konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam

dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktifitas manusia.

3) Aspek Konteks, Badriah dan Evi (2015) menyatakan aspek kontek merupakan

definisi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi yang ada

hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari, yang

digunakan menjadi bahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains.

4) Aspek Sikap, komponen sikap pada liteasi sains diantaranya adalah kemandirian

dalam belajar sains, kemampuan untuk berpikir ilmiah, keingintahuan, serta

kemampuan untuk berpikir kritis, pendapat lain menyatakan bahwa aspek sikap

pada literasi sains diantaranya mendukung penyelidikan imiah, kepercayaan diri,

minat terhadap sains dan tanggung jawab terhadap sains.

Menurut (Winata A, Cacik S, R Seftia :2016) Untuk mengkategorikan

kemampuan Siswa dalam literasi sains maka digunakan tujuh indikator dalam

menentukan kemampuan literasi sains. Ketujuh indikator tersebut merujuk


11

dari indikator kemampuan literasi sains dari Gormally. Ketujuh pengukuran

indikator literasi sains tersebut yaitu:

a. mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid

b. melakukan penelusuran literatur yang efektif

c. memahami elemenelemen desain penelitian dan bagaimana dampaknya terhadap

temuan/ kesimpulan

d. membuat grafik secara tepat dari data

e. memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik

dasar

f. memahami dan menginterpretasikan statistik dasar

g. melakukan inferensi,prediksi, dan penarikan kesimpulan

2. Discovery Learning

a. Pengertian discovery learning

Discovery learning memiliki ciri utama yaitu dalamegiatan pembelajarannya

bertumpu pada peserta didikdan guru bertugas sebagai pembimbing atau fasilitator

yang mengutamakan penemuan konsep pembelajaransecara mandiri. Menurut

pendapat (Wahyuningtias dan Isnawati dalam Aprilia I.N, 2021),dalam kegiatan

pembelajaran harus melibatkan guru serta peserta didik, dengan guru yang bertugas

untuk membimbing dan mengarahkan sehingga dapat menciptakan kondisi belajar

melalui modelpembelajaran dan siswa sebagai subjek pembelajarantersebut. Langkah

pembelajaran dalam discovery learning diantaranya yaitu Stimulation (memberikan

rangsangan), Problem Statement (mengidentifikasi masalah), Data Collection


12

(mengumpulkan data), Data Processing (mengolah data), Verification (pemeriksaan

dan pembuktian), dan Generalization (membuat kesimpulan). Adanya

langkahpembelajaran tersebut, maka dapat diketahui bahwadiscovery learning dapat

memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu dan motivasi peserta didik (Bruner

dalam Aprilia I.N, 2021)

Salah satu metode belajar yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa yaitu

metode pembelajaran discovery Learning yaitu pembelajaran yang menekankan pada

siswa aktif dan bermakna meskipun kata “Siswa aktifnya” tidak terlalu ditonjolkan,

tetapi prinsipnya tetap dipakai dengan menggunakan istilah lain seperti “Belajar

mencari” atau discovery Learning. Metode pembelajaran berbasis penemuan atau

Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian

rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya

tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran

discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa,

sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses

mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakuakan pengamatan,

menggolongkan, membuat dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau

prinsip (Fadhila et all, 2021)

Model discovery merupakan model pembelajaran berdasarkan pandangan

kontruktivisme. Model discovery menekankan pentingnya pemahaman struktur atau

ide-ide penting terhadap suatu dispilin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif

didalam pembelajaran (Kadri & Rahmawati, 2015)


13

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun

2013 tentang standar proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam

implementasi kurikulum 2013 salah satunya adalah model pembelajaran Discovery

Learning. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menemukan

sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis

sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri pengetahuannya dengan penuh

percaya diri (Muryani & Rochmawati dalam Nurulhidayah et all, 2020). Dalam

model pembelajaran discovery learning, siswa berperan aktif dalam proses

pembelajaran dengan melakukan kegiatan seperti menjawab beberapa pertanyaan dan

memecahkan permasalahan untuk menemukan konsep dasar. Model discovery

learning dapat meningkatkan keterampilan prosespengamatan secara langsung atau

proses penemuan mengenai permasalahan di lingkungan sekitar, sehingga peserta

didik lebih memahami konsep yang diberikan oleh guru (Ali & Setiani dalam

Nurulhidayah et all, 2020). Siswa tidak hanya diberi teori, tetapi mereka dihadapkan

dengan sejumlah fakta.

Model discovery learning dapat mengembangkan cara berfikir kritis dancara

belajar siswa yang aktif dengan menemukan, menyelidiki sendiri baik konsep

maupun prinsip yang mengakibatkan hasil yang diperoleh akan tahan lama. (Syamsu,

2020). Model discovery adalah model mengajar yang mengatur pengajaran

sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum


14

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya diketahui

sendiri (Syamsu, 2020)

Dalam kurikulum 2013 model pembelajaran discovery learning juga merupakan

salah satu model pembelajaran yang disarankan. Berdasarkan Teori dari Bruner yaitu

tentang belajar dengan penemuan sangat relevan dengan pendekatan saintifik dimana

pendekatan tersebut yang erat dikaitkan dengan kurikulum 2013 (Syamsu, 2020).

Maka dari itu dapat disimpulkan model discovery learning dapat membantu siswa

untuk keterampilan berfikir dan menemukan konsep maupun prinsip dari suatu

materi. Sejalan denganhal tersebut pada kompetensi dasar dalam permen nomor 58

tahun 2014 bahwa pokok bahasan sudut dititik beratkan juga pada penemuan konsep

maupun prinsipnya.

Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yangmenganjurkan bahwa

pembelajaran IPA di sekolah harus melibatkan siswa dalampenyelidikan yang

berorientasi Discovery Learning dengan metode mengatur mengajar yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga anakmemperoleh pengetahuan yangsebelumnya

belum diketahuinya itu tidakmelalui pemberitahuan, sebagian atauseluruhnya

ditemukan sendiri (Syamsu, 2020)

Langkah-langkah model Discovery Learning meliputi: (1) Stimulation

(Stimulasi/Pemberian Rangsangan) (2) Problem Statment (Pernyataan/Identifikasi

Masalah), (3) Data Colection (Pengumpulan Data), (4) Data Processing (Pengolahan

Data), (5) Verification (Pembuktian), (6) Generalization (Menarik Kesimpulan /

Generalisasi). (Rumiyati:2021)
15

3. Materi Pembelajaran

a. Getaran

Getaran merupakan gerakan bolak-balik pada suatu benda dalam selang waktu

tertentu melalui titik kesetimbangannya. Syarat terjadinya getaran ialah benda

mengalami kondisi diam apabila tidak menerima gaya gesek. Selain itu, jarak

simpangan terjauh yang timbul secara bolak-balik akibat getaran, selalu sama bila

diukur dari titik tengah. Getaran memiliki dua jenis yaitu:

1) Getaran bebas, terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu

dibiarkan bergerak secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul

garpu tala dan membiarkan bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan

setimbang lalu dilepaskan.

2) Getaran paksa, terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada

sistem mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.

(Buku Ipa kelas 8)

b. Gelombang

Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambat. Ada beberapa

macam gelombang yang dapat dikelompokkan berdasarkan medium rambatnya.

Berdasarkan mediumnya terbagi atas 2 yaitu:

1) Gelombang mekanik

Membutuhkan medium dalam perambatannya. Misal gelombang suara yang

membuthkan udara sebagai rambatan untuk sampai ke telinga.


16

2) Gelombang elektromagnetik

Tidak memmbutuhkan medium dalam perambatannya. Misal gelombang

cahaya yang dapat merambat di ruang hampa udara di luar angkasa.

Berdasarkan arah gelombang

Berdasarkan arah rambatnya terbagi 2 yaitu:

a. Gelombang longitudinal

Arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Satu gelombang terdiri dari

satu tegangan dan satu rapatan. Misalnya gelombang suara.

b. Gelombang transversal

Arah getarannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Misalnya

gelombang pada tali yang digerakkan.

Berdasarkan contoh gelombang pada tali dan juga pada suara, memiliki

karakterisrik gelombang sebagai berikut:

1. Ada sumber gelombang yang bergetar

2. Gelombang selalu merambat pada arah tertentu

3. Adanya medium sebagai penghantar rambatan gelombang

Berdasarkan baik gelombang pada tali maupun pada permukaan air, memiliki ciri

ciri sebagai berikut:

a. Adanya bukit dan lembag. Pada setiap gelombang selalu ada bukti yang selalu

diikuti dengan lembah.


17

b. Panjang gelombang. Setiap bukit dengan bukit brikutnya (lembah dengan

lembah berikutnya) selalu atau sama, yang disebut sebagai panjang

gelombang.

c. Amplitudo. Kekuatan gelombang ditentukan oleh jarak antara simpangan

normal dengan bukit (atau antara simpangan normal dengan lemah) yang

disebut periode.

d. Periode. Waktu yang dibutuhkan gelombang merambat dari satu bukit ke

bukit berikutnya. (atau dari lembah ke lembah berikutnya) disebut periode.

e. Frekuensi. Banyaknya bukit yang dihasilkan oleh gelombang dalam satuan

waktu tertentu (oleh banyaknya lembah per satuan waktu tertentu) disebut

frekuensi.

f. Cepat rambat. Gelombang menjangkau suatu jarak dalam waktu tertentu yang

disebut cepat rambat.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Untuk mengetahui kenyataan di lapangan dilakukan observasi ke SMAN 5 Solok

Selatan. Observasi dilakukan peneliti dengan memberikan angket kepada peserta

didik kelas X MIPA SMAN 5 Solok Selatan. Angket yang disebar memuat

analisis karakteristik peserta didik, analisis kurikulum, analisis tugas, dan analisis

materi. Analisis pertama yaitu analisis karakteristik peserta didik. Hasil dari

analisis ini didapatkan sebanyak 69% peserta didik tidak membaca materi pada

buku cetak sebelum masuk pembelajaran fisika, 63% peserta didik kesulitan
18

memahami materi yang ada dalam buku cetak yang disediakan oleh sekolah dan

hanya 37% peserta didik yang membuat catatan atau ringkasan materi sebelum

mempelajari di sekolah. Hal ini menunjukan bahwa literasi yang diterapkan di

sekolah masih terbatas dan belum terlaksana dengan baik. Literasi yang

diterapkan sekolah hanya sebatas literasi fungsional saja yaitu membaca dan

menulis.

Analisis kedua yaitu analisis kurikulum. Hasil dari analisis ini bahan ajar yang

digunakan guru hanya buku yang disusun oleh penerbit. Hal ini menyebabkan

63% peserta didik kesulitan memahami materi yang ada dalam buku cetak,

sehingga peserta didik lebih menyukai mendengarkan penjelasan dari guru dari

pada membaca materi yang ada pada buku cetak dan jika peserta didik tidak

paham lebih memilih untuk melihat pekerjaan teman.

Hasil dari analisis ketiga pada analisis tugas, didapatkan bahwa 58 % siswa

menyatakan soal- soal yang ada dalam buku cetak sulit dipahami. Pada analisis

tugas ini terlihat bahwa rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengerjakan

soal-soal.

Berdasarkan pada analisis keempat yaitu analisis materi, ditemukan bahwa

67% peserta didik yang mengatakan juga kesulitan dalam menyelesaikan soal

yang memuat cerita, grafik, dan gambar yang ada dalam buku cetak, padahal 93%

peserta didik menyatakan bahwa guru selalu mengajak peserta didik berpikir

kritis, logis sistematis, dan kreatif dalam belajar. Serta 48% peserta didik juga

kesulitan mengingat dan memahami persamaan dan rumus yang terdapat pada
19

materi gerak. Berdasarkan hasil angket analisis materi yang diberikan kepada

peserta didik didapatkan bahwa kemampuan peserta didik dalam memahami

materi fisika tergolong masih rendah. (Hidayati et all, 2020)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pada salah satu SMP

di Lembang, diperoleh fakta bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan di kelas

belum memfasilitasi siswa dalam mengembangkan literasi sains. Belum

terfasilitasinya siswa dalam mengembangkan literasi sains dapat dilihat dari

beberapa hal. Pertama, pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah tidak

berangkat dari fenomena-fenomena ilmiah yang familiar dengan siswa. Kedua,

pembelajaran IPA kurang dibelajarkan melalui penyelidikan ilmiah berupa

kegiatan eksperimen yang bermakna. Kegiatan eksperimen yang dilakukan

selama ini cenderung berupa eksperimen verifikasi. Siswa tidak dilatih dalam

merancang percobaan yang akan dilakukan dan mengidentifikasi variabel-variabel

dalam eksperimen. Siswa cenderung melakukan kegiatan eksperimen yang

bersifat verifikatif sesuai dengan LKS yang diberikan guru. Ketiga, pembelajaran

IPA cenderung menekankan aspek pemahaman berdasarkan ingatan. Masih

sangat jarang pembelajaran IPA yang dilakukan untuk membangun kemampuan

analisis berupa kemampuan menerjemahkan, menghubungkan, menjelaskan, dan

menerapkan informasi berdasarkan sumber data ilmiah. Berdasarkan hal tersebut,

hampir dipastikan tidak terjadi pembelajaran yang bernuansa proses,

yangdidalamnya siswa dilatih memformulasikan pertanyaan ilmiah untuk

penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan


20

fenomena alam, serta menarik kesimpulan berbasis fakta-fakta yang diamati.

Keempat, siswa kurang terlatih dalam mengerjakan soal yang mengedepankan

kemampuan literasi sains. (Khoirul Arief, 2015)

2. Survey yang dilakukan Political And Economi Risk Consultant PERC 2015

menunjukan bahwa kualitas pendidikan di Maluku utara berada pada urutan ke 29

dari 33 provinsi data tersebut belum menunjukan belum baik pendidikan di

Maluku utara. Rendahnya pendidikan di Maluku utara tersebut juga dipengaruhi

oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang

menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah literasi membaca. Rendahnya

literasi siswa dapat berpengaruh buruk terhadp kualitas pendidikan. Kemampuan

literasi siswa dapat ditingkatkan memalui proses proses belajar mengajar

disekolah dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif. (Alkatiri et al.,

2019)

3. Berdasarkan hasil observasi yang terkait dengan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran fisika pembelajaran fisika yang dilaksanakan di kelas X pada semester

Ganjil SMK Negeri 2 Negara memperoleh hasil tes awal yang dilakukan Peneliti

nilai rata-rata yang dicapai siswa rendah/dibawah KKM yaitu: 72,4 dengan

ketuntasan belajar mencapai 47 %. Pada pembelajaran fisika, sering dijumpai

pembelajaran tidak dilakukan sesuai dengan hakikatnya, pembelajaran fisika

dilakukan dengan hanya sekedar berlatih mengerjakan soal dan sekumpulan

angka dengan rumus tertentu, tanpa mengetahui apa makna sebenarnya dibalik

rumus dan angka-angka itu. Kondisi demikian akan membuat daya tangkap dan
21

kemampuan siswa dalam memaknai konsep materi fisika menjadi rendah

sehingga hasil belajar yang dicapai siswa juga rendah. Kondsisi demikian perlu

segera diatasi. Untuk itu melalui Penelitian Tindakan Kelas ini Peneliti berupaya

melakukan perbaikan-perbaikan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya

pada tingkat yang lebih baik melalui penerapan model pembelajaran Discovery

Learning (Mardiana, 2021)

4. Menurut OECD pada sebuah program (PISA) 2018 kemampuan literasi sains

anak Indonesia bisa dikatakan tertinggal dari negara lain. Pada PISA 2018, negara

Indonesia menduduki posisi yang cukup rendah yaitu posisi ke-74 dari 79.

Indonesia menempati urutan ke-6 terbawah dengan perolehan nilai 371. Padahal

pada PISA 2015 Indonesia mendapat peringkat ke-64. Pada tingkat ini

kemampuan siswa hanya cenderung pada kemampuan mengingat fakta, definisi,

hukum dan penggunaan pengetahuan sains secara umum dalam mengambil

maupun mengevaluasi kesimpulan.

Ada beberapa indikasi yang menyebabkan rendahnya kecakapan literasi sains

siswa di Indonesia. Fakta yang peneliti temui di lapangan pada proses

pembelajaran yang kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan

kurang bervariasinya sumber belajar. Selaras dengan hal tersebut, (Fatmawati &

Utari) dalam penelitiannya mengemukakan 3 indikasi yang menyebabkan

rendahnya literasi sains siswa. Pertama, siswa tidak mampu memahami fenomena

ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, proses pembelajaran cenderung

bersifat konvensional. Ketiga, kemampuan menyimpulkan siswa yang tidak


22

menyesuaikan dengan data dan fakta. Berdasarkan berbagai faktor tersebut

peneliti memilih untuk melakukan penelitian terhadap bahan ajar yang dipakai

karena bahan dan sumber belajar merupakan suatu hal yang bersinggungan

langsung dengan kegiatan belajar.(Radika et al., 2021)

5. Hasil observasi disekolah SMPN 7, SMPN 6, dan SMPN 2 Kota Ternate

menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang memiliki nilai rendah dibawah

KKM sebesar 10% walaupun sudah dilakukan remedial dan pengayaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika peneliti

mendapati bahwa pembelajaran literasi sudah diterapkan selama 5 tahun.

Pengembangan perangkat pembelajaran sudah berbasis literasi, proses

pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penggunaan

model pembelajaran belum efektif sehingga berakibat kurangnya siswa dalam

literasi khususnya literasi sains. (Balulu et al., 2021)

C. Kerangka Teoritik

1. Literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep dan proses sains serta

memanfaatkan sains untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-

hari. Menurut PISA (Programme for International Student Assessment) literasi

sains merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-bukti

ilmiah dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan

alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia (Sutrisna, 2021)


23

Upaya peningkatan kemampuan literasi sains, dapat dimulai dari memberikan

informasi secara kontinu kepada peserta didik untuk menambah wawasan

pengetahuan peserta didik. Hal yang sama seperti yang dikemukakan oleh

Prayitno (2012) dimana layanan informasi dalam perkembangan teknologi dapat

diakses melalui program elektronik dengan menggunakan internet sebagai media

yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan. (Deta

et al., 2021)

Literasi sains penting bagi peserta didik agar mereka tidak hanya memahami

sainssebagai suatu konsep namun juga dapat mengaplikasikan sains dalam

kehidupan seharihari. Menurut National Research Council (1996) dalam Ardianto

dan Rubbini, literasi sains penting dikembangkan karena (1) memberikan

kepuasan dan kesenangan pribadi yang muncul setelah memahami dan

mempelajari sains; (2) setiap orang membutuhkan informasi dan berpikir ilmiah

untuk pengambilan keputusan; (3) setiap orang perlu melibatkan kemampuan

mereka dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu penting yang

melibatkan sains dan teknologi dan (4) literasi sains penting dalam dunia kerja,

sehingga mengharuskan orang-orang untuk belajar sains, bernalar, berpikir secara

kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.

2. Salah satu metode belajar yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa yaitu

metode pembelajaran discovery Learning yaitu pembelajaran yang menekankan

pada siswa aktif dan bermakna meskipun kata “Siswa aktifnya” tidak terlalu

ditonjolkan, tetapi prinsipnya tetap dipakai dengan menggunakan istilah lain


24

seperti “Belajar mencari” atau discovery Learning. Metode pembelajaran berbasis

penemuan atau Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang

sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan

sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan

konsep, siswa melakuakan pengamatan, menggolongkan, membuat dan

sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Berkaitan dengan pembahasan diatas, berdasarkan hasil wawancara dengan

salah satu guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kabupaten Bungo,

menunjukkan bahwa dalam melaksanakan 137 pembelajaran guru menerapkan

metode pembelajaran Discovery Learning dimana metode ini akan membuat

siswa berperan lebih aktif pada saat mengikuti proses pembelajaran dan juga akan

melatih kemampuan para siswa untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan

digunakannnya metode Discovery Learning ini maka karakteristik siswa baik dari

segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik akan lebih terlihat dari sebelumnya

dan karakteristik pembelajaran fisika akan tercapai. (Elvanisi et al., 2018)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 7 Kota Ternate siswa IPA kelas VII tahun

ajaran 2021/2022. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun

ajaran 2021-2022.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan literasi sains siswa dengan model pembelajaran discovery

learning

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota

Ternate yang berjumlah 263 siswa yang terbagi dalam 11 kelas. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling dimana hanya satu kelas

yang dijadikan sampel. Maka yang dijadikan sampel penelitian ini adalah kelas VII K

dengan jumlah siswa 24 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu

hanya memfokuskan pada literasi sains siswa dengan menggunakan model

pembelajaran discovery learning pada konsep getaran dan gelombang kelas VII

SMP N 7 Kota Ternate


26

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Defenisi konsep

a. Literasi sains merupakan pengetahuan dan kemampuan ilmiah untuk dapat

mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan

fenomena ilmiah, dan mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami

karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains serta teknologi membentuk

lingkungan alam, intelektual, serta budaya, dan kemampuan untuk terlibat serta

perduli terhadap isu-isu terkait dengan sains (PISA, 2017)

b. Discovery Learning. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk

mencari dan menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara

sistematis, kritis, logis, analitis sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri

pengetahuannya dengan penuh percaya diri.

2. Defenisi Operasional

a. Literasi sains sebagai pengetahuan ilmiah individu dan kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi masalah, memperoleh

pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti yang berhubungan dengan isu sains, memahami karakteristik

utama pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan manusia dan inquiri, peka

terhadap bagaimana sains dsn teknologi membentuk material, lingkungan

intelektual dan budaya, adanya kemauan untuk terlibat dalam isu dan ide yang

berhubungan dengan sains.


27

b. Discovery learning mendorong peserta didik untuk mencari dan menemukan isi

sains melalui keaktifan dalam pembelajaran dengan menerapkan sikap sains.

Peserta didik mampu membaca sains dengan merumuskan masalah dan

memecahkan masalah yang mereka hadapi melalui pembelajaran berbasis

discovery learning. Pembelajaran model discovery learning dapat menumbuhkan

pengetahuan prosedural dan meningkatkan keterampilan literasi sains peserta

didik (Rohmah A,Wisanti, Putri Kristinawati P :2021)

3. Pengujian validasi dan perhitungan rehabilitas instrumen

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu : teknik tes yang berupa soal

pilihan esay sebanyak 16 butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan

literasi sains dalam menyelesaikan soal fasika dengan menggunakan model discovery

learning.

Sebelum soal digunakan dalam penelitian, soal-soal tersebut dilakukan

pengujian reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.

1. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai reliabilitas apabila mempunyai apabila

memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain.

Reliabilitas tes dalam penelitian ini diuji menggunakan rumus sebagai berikut:

)(
∑σ
)
2
r 11 =( n
n−1
1− 2 i
σi
28

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas instrumen

n = Banyak butir soal


2
σ 1 = Varians soal

∑ σ 21 = Jumlah varians skor tiap-tiap item


Tabel 3.1 kriteria interpretasi hasil reliabilitas

Skor Rata -rata Kriteria Penilaian

0,00 ≤ R11 ≥ 0,20 Tidak reliabel

0,20 ≤ R11 ≥ 0,40 Kurang reliabel

0,40 ≤ R11 ≥ 0,60 Cukup reliabel

0,40 ≤ R11 ≥ 0,60 Reliabel

0,80 ≤ R11 ≥ 1,00 Sangat reliabel

Sugiyono (2015)

2. Daya Pembeda Soal

Tujuan pengujian daya pembeda untuk melihat kemampuan butir soal dalam

membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta

didik yang berkemampuan rendah. Persamaan yang digunakan adalah sebagai

berikut:

s A −S B
Dp=
IB
29

Keterangan:

DP = Daya pembeda soal

SA = Jumlah skor kelas atas pada butir soal yang diolah

SB = Jumlah skor kelas bewah pada butir soal yang diolah

IB = Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah

Tabel 3.2 Kriteria Daya Pembeda

Indek Daya Pembeda Kategori


0 , 00−0 ,20 Jelek
0 , 21−0 , 40 Cukup
0 , 41−0 ,70 Baik
0 , 71−1 , 00 Sangat Baik

3. Tingkat kesukaran soal

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan dan kemudahan

soal yang digunakan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Mean
TK=
Skor Maksimum

Mean =
∑x
N

Keterangan:

Mean = rata-rata skor pada nomor soal tertentu

∑ x = jumlah skor siswa pada nomor soal tertentu


N = Jumlah peserta tes

skor maksimum = skor tertinggi dalam pedoman pen skoran


30

Dalam analisis tingkat kesukaran butir soal terdapat tiga kategori, yaitu:

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran


Nilai tingkat Kategori
TK <0 , 30 Sukar
kesukaran
0 , 30 ≤TK ≤ 0 , 70 Sedang
TK >0 , 70 Mudah
(Fatimah, 2019)

F. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjutnya menghitung kemampuan

literasi sains siswa sebagai berikut :

Skor yang diperoleh


N= x100
skor maksimal

Keterangan: N = Nilai akhir

Nilai capaian literasi sains yang diperoleh kemudian dikonverensikan kedalam

bentuk nilai berdasarkan kriteria yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.4 cepaian literasi sains

Kriteria Interval

Sangat Tinggi 80-100

Tinggi 66-79

Sedang 56-65

Rendah 40-55

Sangat Rendah 0-39

Arikunto (2013)
31

Teknik analisis data yang dilakukan untuk mengetahui banyaknya

persentase kemunculan kategori literasi sains yaitu menjumlahkan indikator

literasi sains dalam setiap kategori yang muncul. Selain itu, membahas hasil

data yang diperoleh dan penarikan kesimpulan.

Persentase kategori literasi sains = ( jumlah indikator total kategori )


jumlah indikator per kategori
100%

Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif dan presentase

kemampuan literasi sains

Tabel 3.5 Persen kemampuan literasi sains

Tingkat Nilai huruf Kategori

penguasaan

86-100% A Sangat baik

76-85% B Baik

60-75% C Cukup

55-59% D Kurang

≤54% E Sangat kurang

(Wibowo, 2021)
32
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Kota Ternate, pada siswa kelas VII K

yang berjumlah 24 siswa, pada hari Senin 18 April 2022. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu tes sebanyak 9 butir soal uraian, sebelum soal digunakan

untuk mengambil data, soal di uji coba terlebih dahulu pada kelas VII J sebanyak 26

siswa untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Setelah

dilakukakan analisis reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda, setelah di uji

coba soal terdapat soal yang layak dipakai untuk mengambil data seperti yang ada di

tabel berikut yaitu soal nomor 3, 4, 5, 7, 8, 11, 13, 15, dan 16.

Tabel 4.1 Reliabilitas, Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda

No reliabilitas Tingkat Daya Keterangan


Kesukaran pembeda
1 0,69 (Sedang) 0,10 (Jelek) Tidakdipakai
2 0,73 (Mudah) 0,12 (Jelek) Tidakdipakai
3 0,68(Sedang) 0,27(Cukup) Layak pakai
4 0,55 (Sedang) 0,38(Cukup) Layak pakai
5 0,80 (Mudah) 0,23(Cukup) Layak pakai
6 0,82 0,97 (Mudah) 0,05 (Jelek) Tidakdipakai
7 0,72 (Mudah) 0,29(Cukup) Layak pakai
8 0,71(Mudah) 0,34(Cukup) Layak pakai
9 0,82 (Mudah) 0,11 (Jelek) Tidakdipakai
10 0,95 (Mudah) 0,08 (Jelek) Tidakdipakai
11 0,49 (Sedang) 0,24(Cukup) Layadipakai
34

12 0,67 (Sedang) 0,13(Jelek) Tidakdipakai


13 0,5 (Sukar) 0,49 (Baik) Layadipakai
14 0,98 (Mudah) 0,04 (Jelek) Tidakdipakai
15 0,57 (Sedang) 0,29(Cukup) Layadipakai
16 0,69 (Sedang) 0,43(Baik) Layadipakai
Hasil analisis penelitian yang diperoleh yaitu seperti tabel berikut ini,

menunjukan nilai kemampuan literasi sains siswa dengan kriteria yang berbeda

Tabel 4.2 Capaian Literasi Sains Siswa

No Kriteria Jumlah Siswa Nilai

1 Sangat tinggi 10 80-100

2 Tinggi 11 66-79

3 Sedang 3 56-65

4 Rendah 0 40-55

5 Sangat rendah 0 0-39

Jumlah 24

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sebanyak 10 orang dari

24 siswa memperoleh nilai yang sangat tinggi, 11 orang dari 24 siswa memperoleh

nilai tinggi , 3 orang dari 24 siswa memperoleh nilai sedang.


35

Hasil analisis kemampuan literasi sains siswa per indikator ditujukan dalam

tabel berikut.

Tabel 4.3 Persen kemampuan literasi sains

No Aspek literasi Jumlah Jumlah Persentase Kualifikasi


sains skor skor (%)
peroleh maksimal
1 Aspek 343 504 68% Cukup
Kompetensi
2 Aspek 173 216 80% Baik
konteks
3 Aspek 84 120 70% Cukup
Konten

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persentase kualitatif kemampuan

literasi sains siswa untuk indikator menggunakan aspek kompetensi sebesar 68%

(cukup), indikator aspek konteks sebesar 80% (baik), dan aspek konten sebesar 70%

(cukup)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Aspek Kompetensi

Aspek kompetensi merujuk pada proses mental yang terlibat saat menjawab

atau memecahkan suatu masalah, kemampuan literasi sains siswa pada aspek

kompetensi berada pada kualifikasi cukup, walaupun demikian ini belum menunjukan

bahwa siswa memahami konsep yang ada pada soal secara tepat, hal ini dapat dilihat

pada penerapan konsep getaran dalam memecahkan masalah dimana siswa masih
36

keliru dalam menentukan rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal.

Gambar berikut menujukan pemilihan aspek kompetensi pada nomor 7 dan 3

Ga

Gambar 4.1 aspek kompetensi pemecahan masalah

Berdasarkan gambar diatas terdapat siswa yang belum bisa memecahkan

masalah dalam hal menentukan penyelesaian soal apa yang hendak dicari, ini berarti

pemahaman siswa dalam aspek kompetensi yaitu aspek tentang proses dalam

menjawab suatu masalah masih belum baik karna siswa masih kesulitan dalam

menyelesaikan soal, terutama soal penyelesaian masalah dalam pengaplikasian

rumus.

2. Aspek konteks

Kemampuan literasi sains pada aspek konteks yang mengandung pengertian

situasi yang ada hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari

memiliki kualifikasi baik, ini menunjukan bahwa siswa memahami konsep pada soal.
37

Gambar 4.2 Aspek Konteks

Pada gambar diatas kita dapat melihat bahwa siswa dapat menjawab soal karena

soal tersebut erat kaitannya dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Aspek Konten

Kemampuan literasi sains Pengetahuan sains merujuk pada konsep-konsep

dasar dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan

yang dilakukan terhadap alam melalui kegiatan manusia, ini memiliki kualifikasi

cukup. Walaupun berada pada kualifikasi cukup masih ada siswa yang belum

memahami aspek konten dengan baik.

Gambar 4.3 Aspek Konten


38

Berdasarkan gambar diatas, siswa belum bisa memahami konsep-konsep dasar

dari sains dan mengaitkannya dengan fenomena alam yang disajikan pada soal, salah

satunya menentukan fenomena alam tentang jenis gelombang yang terbentuk pada

permukaan air, ini dapat terjadi karena konsep-konsep dasar sains siswa masih perlu

ditingkatkan. Apabila konsep-konsep dasar siswa meningkat ini dapat berpengaruhi

kemampuan literasi sains pada aspek konten.


39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis data dengan dan

pembahasan mengenai kemampuan literasi sains siswa, maka dapat disimpulkan,

bahwa siswa sebanyak 10 orang dari 24 siswa memperoleh nilai yang sangat tinggi,

11, orang dari 24 siswa memperoleh nilai tinggi, 3 oarang dari 24 memperoleh nilai

sedang.

Analisis data kemampuan literasi sains siswa per aspek diperoleh , bahwa pada

aspek kompetensi mengrepresentasikan konsep sebesar 68% (cukup), aspek konteks

mengrepresentasikan sebesar 80% (baik), dan aspek konten sebesar 70% (cukup)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis data penelitian di atas maka dapat

diberikan saran berikut.

1. Bagi guru

Guru perlu untuk melatih siswa dalam kemampuan literasi sains mengaitkan

konsep dasar sains untuk memecahkan masalah, hubungan dengan penerapan sains

dalam kehidupan sehari-hari, memahami fenomena alam dan perubahan yang

dilakukan terhadap alam melalui kegiatan manusia dan mengaitkan konsep dasar

sains secara tepat, cermat dan teliti. Siswa harus sesering mungkin diarahkan

bagaimana menerapkan literasi sains dalam proses pembelajaran.


41

2. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya untuk mengetahui bagaimana kemampuan literasi

sains secara mendalam maka perlu menggunakan instrumen wawancara atau angket

selain dari tes, hal ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pemahaman literasi

sains.
42

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia I.N. (2021). Validasi Modul 1 Berbasis Discovery Learning Untuk Melatih
Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma. Berkalah
Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.
Adekale Et All. (2021). Validasi Modeul Berbasis Discovery Learning Untuk Melatih
Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma. Berkalah
Alamiah Pendidikann Biologi, 240-249.

Ali & Setiani Dalam Nurulhidayah Et All. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Menggunakan Media Simulasi Phet Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Metro, 95-103.

Alkatiri N, Herullah A, Tolangara A.R. (2019). Literasi Dalam Belajaran Biologi


Dengan Model Pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan
(Pbmp) Dipadu Think Paire Share (Tps). Edukasi - Jurnal Pendidikan, 32 -
43.

Asrizal Et All. (2019). Pengaruh Bahan Belajar Fisika Bermuatan Literasi Sainstifik
Dan Hots Dalam Model Pembelajaran Penemuan Materi Fluida Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Sma N 10padang. Pillar Of Physics Education,
257 - 263.

Bruner Dalam Aprilia I.N. (2021). Validitas Modul 1 Berbasis Discovery Learning
Untuk Melatihkan Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X
Sam. Berkala Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.

Dahlia Dalam Aprilia I.N. (2021). Validasi Modul 1 Berbasis Discovery Learning
Untuk Melatih Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma.
Berkalah Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.

Dwi Dalam Aprilia I.N. (2021). Validasi Modul 1 Berbasis Discovey Learning Untuk
Melatih Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma. Berkala
Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.

Hoesnan Dalam Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peseta Didik
Berorientasi Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis. Genta Mulia, 65-79.
43

Hosnan Dalam Kadri M, Rahmawati M. (2015). Pengaruh Pembelajaran Discovery


Laernign Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor.
Jurnal Ikatan Alumi Fisika Unversitas Negeri Medan, 29-33.

Karim Dalam Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
Berorientasi Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Genta Mulia, 65-79.

Muryani & Rochmawati Dalam Nurulhidayah Et All. (2020). Pengaruh Model


Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Media Simulasi Phet
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Metro, 96-103.

Nana Sutrisna. (2021). Analisis Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Sma Di
Kota Sungai Penuh. 2683 - 2692.

Nugroho Dalam Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
Berorientasi Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Genta Mulia, 65-79.

Odegaard Dalam Sukowati D, Rusilowati A, Sugianto. (2017). Analisis Kemampuan


Literasi Sains Dan Metakogntif Peserta Didik. Physics Communication, 16-
22.

Oecd Dalam Hidayahtika F, Suprapto P.K, Hernawati D. (2020). Keterampilan


Literasi Sains Peserta Didik Dengan Model Pembelajaran
Reading,Questioning, And Answering (Rqa) Dalam Pembelajaran Biologi.
Jurnal Pendidikan Biologi, 69-75.

Pisa Dalam Mustikawati F.T, Nurita T. (2021). Penerapan Model Guided Discovery
Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Materi Cermin. Pensa E-
Jurnal Pendidikan Sains, 110-118.

Sunardi Et All. (2017). Buku Guru Fisika Untuk Sma/Ma Kelas X. Bandung: Yrama
Widya.

Sutarto, Wardhany R.P.K ,Subiki. (2014). Media Video Kejadian Fisika Dalam
Pembelajaran Fisika Di Sma. Jurnal Pembelajaran Fisika.

Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berorientasi


Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan
44

Berpikir Kritis Siswa. Genta Mulia, 65-79.

Toharudin U Dalam Eviani, Utami S, Sabri T. (N.D.). Pengaruh Model Pembelajaran


Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Literasi Sains Ipa Kelas V Sd. 1-13.

Utami, Budi Dalam Putri W.N, Hidayati, Afrizon R. (2020). Analisis Validasi Model
Fisika Bermuatan Literasi Sainstifik Pada Materi Gerak Lurus Dan Gerak
Para Bla. Pillar Of Physics Education, 185-192.

Wahyuningtias Dan Isnawati Dalam Aprilia I.N. (2021). Validitas Modul 1 Berbasis
Discovey Learning Untuk Melatih Keterampilan Literasi Sains Pada Materi
Virus Kelas X Sma. Berkalah Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


45

Sekolah : SMP Negeri 7 Kota Ternate


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas / Semester : VIII / Genap
Materi Pokok : Getaran dan Gelombang
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya
diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara afektif
sesuai dengan perkembangan anak dilingkungan, keluarga, sekolah
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan
regional.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Menunjukan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
kreatif, produktif, krisis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam
ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar
1. Menganalisis getaran dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menganalisis gelombang dan berdasarkan arah rambatnya dan amplitude dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian getaran
2. Menjelaskan pengertian gelombang
3. Menyelidiki peristiwa gelombang
4. Menjelaskan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal
46

5. Membedakan gelombang transversal dan longitudinal


6. Mengidentifikasi hubungan antara panjang gelombang, frekuensi, cepat
rambat, dan periode gelombang.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran Discovery learning peserta didik dapat
menganalisis proses konsep getaran dan gelombang
E. Materi Pembelajaran
1. Getaran
2. Gelombang
a. Gelombang magnetic
b. Gelombang elektromagnetik, dan
c. Jenis-jenis gelombang
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode : Korelasi
3. Model : Discovery Learning
G. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat bantu :Spidol, penghapus, papan tulis.
2. Sumber belajar
a. Buku fisika SMP kelas VIII
b. Sumber lain yang relevan (misalnya, internet)
H. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan salam, dilanjutkan dengan mengajak
semua peserta didik untuk berdoa, mengecek kehadiran peserta didik
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk membangkitkan kegiatan apersepsi dan motivasi
Guru menjelaskan kompetensi dan indicator
47

pembelajaran kegiatan dan


teknik penilaian yang akan dilakukan serta garis besar materi
Kegiatan Inti
Mengorganisasikan Peserta didik dibagi dalam4 kelompok dan setiap
peserta didik untuk kelompok terdiri dari 4 orang
belajar
Mengorientasikan Peserta didik membaca permasalahan terkait materi
siswa pada masalah pembelajaran konsep getaran dan gelombang dalam
sebuah wacana deskriptif melalui buku siswa
Membimbing Guru membimbing peserta didik menyelesaikan
penyelidikan permasalahan melalui buku siswa dengan memberikan
mandiri dan kelompok beberapa referensi tentang konsep getaran dan
gelombang
Mengembangkan Peserta didik membuat hasil penyelidikan dalam bentuk
dan menyajikan (Hasil sebuah karya inovatif dan dipresentasikan didepan
karya) kelas
Analisis dan Peserta didik dalam setiap kelompok menganalisis dan
evaluasi proses memberikan evaluasi terhadap hasil presentasi melalui
pemecahan masalah diskusi kelompok dan membuat kesimpulan hasil
diskusinya
Kegiatan Penutup
Peserta didik dan guru bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran
yang dilakukan melalui mereviu indicator yang hendak dicapai pada hari itu
Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran (memetakan kemampuan
literasi membaca peserta didik dan menyampaikan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan berikutnya
Guru menutup pembelajaran
48

I. Penilaian proses dan hasil pembelajaran

Jenis Teknik penilaian Bentuk penilaian


Sikap Observasi Rubrik observasi
Pengetahuan Tes tertulis Tes uraian

Mengetahui
Kepala Sekolah Mahasiswa

Udin Kuka, S.Pd. , MM. Sani S. Sain

NIP. 196812121995121002 NPM.0309181101


49

Anda mungkin juga menyukai