DISCOVERY LEARNING
SANI S. SAIN
03091811015
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah................................................................................. 6
E. Tujuan Masalah..................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskriptif Konseptual........................................................................... 10
B.Hasil Penelitian yang Relevan............................................................... 30
C.Kerangka Teoritik
BAB III METODE PENELITIAN
A. tempat dan waktu penelitian................................................................. 31
B.metode penelitian................................................................................... 35
C. populasi dan sampel.............................................................................. 45
D. Variabel penelitian................................................................................ 45
E. teknik pengambilan data........................................................................ 45
F. teknik analisis data................................................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..................................................................................... 51
B. Pembahsaan hasil penelitian................................................................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................... 81
B. Saran..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Lampiran 1 RPP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan didefinisikan sebagai suatu usaha siswa dalam keadaan sadar dan
terencana agar dapat mewujudkan proses pembelajaran dengan suasana yang aktif
sebagai upaya untuk mengembagkan potensi pada diri siswa agar memiliki
keterampilan lain yang diperlukan dalam diri masyarakat dan siswa itu sendiri (UU
sampai saat ini telah mengalami 11 kali pergantian kurikulum. Kurikulum yang saat
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan
masalah. Fisika sebagai proses penyelidikan, meliputi cara berpikir, sikap, dan
menjadi wadah bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Semua itu akan terasa lebih mudah jika
1
2
Gerakan literasi merupakan salah satu dari 4 pilar yang ditekankan pada
keterampilan literasi sains siswa yang rendah. Indonesia juga mengalami penurunan
(PISA). pada tahun 2015 hasil rata–rata skor bidang literasi sains negara–negara
OECD sebesar 493, siswa Indonesia hanya mencapai skor 403 sedangkan hasil
penurunan skor menjadi 396 dari rata–rata skor yang diperoleh negara–negara OECD
dan proses yang diperlukan bagi seseorang untuk menemukan atau menentukan
jawaban pertanyaan dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari. Literasi
Survey yang dilakukan Political And Economi Risk Consultant PERC 2015
dari 33 provinsi data tersebut menunjukan belum baik pendidikan di Maluku utara
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu
2019)
Namun, fakta membuktikan hasil capaian litersi sains peserta didik Indonesia masih
menunjukan skor dan peringkat literasi sains yang dicapai peserta didik Indonesia
dari tahun 2009, 2012, dan 2015 berturut-turut sebesar 383, 382, dan 402 dengan
rata-rata skor OECD 501 ditahun 2009-2012 dan 493 pada tahun 2015, serta
merupakan kajian untuk menbantu dalam memahami fenomena terkait dengan gejala-
gejala alam. Kedua, proses ilmiah atau proses saintifik yang berpusat pada
Literasi sains dapat dicapai melalui keterampilan yang diperoleh peserta didik
peranan penting untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
menghadapi masa globalisasi. Adanya literasi sains, dapat memudahkan peserta didik
masyarakat modern yang saat ini perkembangan sains dan teknologi sangat
Berdasarkan hasil uji kompetensi literasi sains yang diadakan oleh PISA
tergolong rendah, pada tahun 2018 dengan nilai kemampuan sains 396 dengan
peringkat 70 dari 78 negara, dan pada kemampuan membaca memperoleh nilai 371
dengan model discovery learning ini dipilih karena pada dasarnya menjadikan peserta
informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan. (Dewi & Sudaryanto, 2020)
melatihkan dan mengembangkan cara belajar peserta didik yang aktif. Discovery
5
learning menuntut peran aktif peserta didik untuk berpartisipasi secara langsung
dalam menemukan konsep pengetahuannya. Selain itu, peserta didik dapat berlatih
Menurut (Dahlia dalam Aprilia I.N, 2021), penggunaan model belajar discovery
literasi sains peserta didik. Salah satunya yaitu melatihkan peserta didik untuk
memahami konsep dan prinsip dari suatu materi secara langsung berdasarkan
dalam bentuk lain dan menghasilkan konsep akhir (Dwi dalam Aprilia I.N, 2021)
peserta didik Kelas X SMA di Kota Solokmasih tergolong rendah yang disebabkan
oleh materi yang diujikan belum pernah dipelajari,peserta didik tidak terbiasa
mengerjakan soal yang menggunakan wacana, dan proses pembelajaran yang kurang
mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemampuan literasi sains. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Rizkita bahwa kemampuan literasi sains peserta didik
SMA Kota Malang masih rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains ini
disebabkan karena proses pembelajaran yang belum melibatkan proses sains. Selain
itu, hasil penelitian Diana menyimpulkan bahwa kemampuan literasi sains peserta
didik Kelas X SMA di Kota Bandung masih tergolong rendah yang disebabkan oleh
6
(Sutrisna, 2021)
kemampuan literasi sains siswa. Maka peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII Pada Pembelajaran
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
1. Kemampuan literasi sains yang ada dalam diri siswa yang belum bisa
2. Dalam proses belajar mengajar siswa kurang berperan aktif dalam menyelesaikan
3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bersifat aktif sehinnga siswa
C. Batasan Masalah
learning.
D. Rumusan Masalah
“Bagaimana kemampuan literasi sains siswa SMP N 7 Kota Ternate kelas VII pada
pembelajaran IPA fisika konsep usaha dan energi dengan menggunakan model
E. Tujuan Penelitian
SMP N 7 Kota Ternate kelas VII pada pembelajaran IPA fisika konsep usaha dan
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
b. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi bagi peneliti lanjutan
2. Praktis
b. Bahan kajian dan referensi bagi guru Fisika di SMP N 7 Kota Ternate kelas VII
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskriptif Konseptual
1. Literasi Sains
a. Pengertian Literasi
Literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep dan proses sains
ilmiah dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam
serta budaya, dan kemampuan untuk terlibat serta perduli terhadap isu-isu terkait
sains yaitu:
1) Aspek Kompetensi, biasa disebut dengan proses sains yang memiliki pengertian
2) Aspek Konten, atau disebut dengan pengetahuan sains yang merujuk pada
konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam
3) Aspek Konteks, Badriah dan Evi (2015) menyatakan aspek kontek merupakan
definisi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi yang ada
digunakan menjadi bahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains.
4) Aspek Sikap, komponen sikap pada liteasi sains diantaranya adalah kemandirian
kemampuan untuk berpikir kritis, pendapat lain menyatakan bahwa aspek sikap
kemampuan Siswa dalam literasi sains maka digunakan tujuh indikator dalam
temuan/ kesimpulan
dasar
2. Discovery Learning
bertumpu pada peserta didikdan guru bertugas sebagai pembimbing atau fasilitator
pembelajaran harus melibatkan guru serta peserta didik, dengan guru yang bertugas
memberikan peningkatan terhadap rasa ingin tahu dan motivasi peserta didik (Bruner
Salah satu metode belajar yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa yaitu
siswa aktif dan bermakna meskipun kata “Siswa aktifnya” tidak terlalu ditonjolkan,
tetapi prinsipnya tetap dipakai dengan menggunakan istilah lain seperti “Belajar
ide-ide penting terhadap suatu dispilin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif
secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menemukan
sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
percaya diri (Muryani & Rochmawati dalam Nurulhidayah et all, 2020). Dalam
didik lebih memahami konsep yang diberikan oleh guru (Ali & Setiani dalam
Nurulhidayah et all, 2020). Siswa tidak hanya diberi teori, tetapi mereka dihadapkan
belajar siswa yang aktif dengan menemukan, menyelidiki sendiri baik konsep
maupun prinsip yang mengakibatkan hasil yang diperoleh akan tahan lama. (Syamsu,
salah satu model pembelajaran yang disarankan. Berdasarkan Teori dari Bruner yaitu
tentang belajar dengan penemuan sangat relevan dengan pendekatan saintifik dimana
pendekatan tersebut yang erat dikaitkan dengan kurikulum 2013 (Syamsu, 2020).
Maka dari itu dapat disimpulkan model discovery learning dapat membantu siswa
untuk keterampilan berfikir dan menemukan konsep maupun prinsip dari suatu
materi. Sejalan denganhal tersebut pada kompetensi dasar dalam permen nomor 58
tahun 2014 bahwa pokok bahasan sudut dititik beratkan juga pada penemuan konsep
maupun prinsipnya.
Masalah), (3) Data Colection (Pengumpulan Data), (4) Data Processing (Pengolahan
Generalisasi). (Rumiyati:2021)
15
3. Materi Pembelajaran
a. Getaran
Getaran merupakan gerakan bolak-balik pada suatu benda dalam selang waktu
mengalami kondisi diam apabila tidak menerima gaya gesek. Selain itu, jarak
simpangan terjauh yang timbul secara bolak-balik akibat getaran, selalu sama bila
1) Getaran bebas, terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu
dibiarkan bergerak secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul
garpu tala dan membiarkan bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan
2) Getaran paksa, terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada
sistem mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.
b. Gelombang
1) Gelombang mekanik
2) Gelombang elektromagnetik
a. Gelombang longitudinal
Arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Satu gelombang terdiri dari
b. Gelombang transversal
Berdasarkan contoh gelombang pada tali dan juga pada suara, memiliki
Berdasarkan baik gelombang pada tali maupun pada permukaan air, memiliki ciri
a. Adanya bukit dan lembag. Pada setiap gelombang selalu ada bukti yang selalu
gelombang.
normal dengan bukit (atau antara simpangan normal dengan lemah) yang
disebut periode.
waktu tertentu (oleh banyaknya lembah per satuan waktu tertentu) disebut
frekuensi.
f. Cepat rambat. Gelombang menjangkau suatu jarak dalam waktu tertentu yang
didik kelas X MIPA SMAN 5 Solok Selatan. Angket yang disebar memuat
analisis karakteristik peserta didik, analisis kurikulum, analisis tugas, dan analisis
materi. Analisis pertama yaitu analisis karakteristik peserta didik. Hasil dari
analisis ini didapatkan sebanyak 69% peserta didik tidak membaca materi pada
buku cetak sebelum masuk pembelajaran fisika, 63% peserta didik kesulitan
18
memahami materi yang ada dalam buku cetak yang disediakan oleh sekolah dan
hanya 37% peserta didik yang membuat catatan atau ringkasan materi sebelum
sekolah masih terbatas dan belum terlaksana dengan baik. Literasi yang
diterapkan sekolah hanya sebatas literasi fungsional saja yaitu membaca dan
menulis.
Analisis kedua yaitu analisis kurikulum. Hasil dari analisis ini bahan ajar yang
digunakan guru hanya buku yang disusun oleh penerbit. Hal ini menyebabkan
63% peserta didik kesulitan memahami materi yang ada dalam buku cetak,
sehingga peserta didik lebih menyukai mendengarkan penjelasan dari guru dari
pada membaca materi yang ada pada buku cetak dan jika peserta didik tidak
Hasil dari analisis ketiga pada analisis tugas, didapatkan bahwa 58 % siswa
menyatakan soal- soal yang ada dalam buku cetak sulit dipahami. Pada analisis
tugas ini terlihat bahwa rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengerjakan
soal-soal.
67% peserta didik yang mengatakan juga kesulitan dalam menyelesaikan soal
yang memuat cerita, grafik, dan gambar yang ada dalam buku cetak, padahal 93%
peserta didik menyatakan bahwa guru selalu mengajak peserta didik berpikir
kritis, logis sistematis, dan kreatif dalam belajar. Serta 48% peserta didik juga
kesulitan mengingat dan memahami persamaan dan rumus yang terdapat pada
19
materi gerak. Berdasarkan hasil angket analisis materi yang diberikan kepada
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru pada salah satu SMP
selama ini cenderung berupa eksperimen verifikasi. Siswa tidak dilatih dalam
bersifat verifikatif sesuai dengan LKS yang diberikan guru. Ketiga, pembelajaran
2. Survey yang dilakukan Political And Economi Risk Consultant PERC 2015
oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang
2019)
3. Berdasarkan hasil observasi yang terkait dengan hasil belajar siswa pada mata
Ganjil SMK Negeri 2 Negara memperoleh hasil tes awal yang dilakukan Peneliti
nilai rata-rata yang dicapai siswa rendah/dibawah KKM yaitu: 72,4 dengan
angka dengan rumus tertentu, tanpa mengetahui apa makna sebenarnya dibalik
rumus dan angka-angka itu. Kondisi demikian akan membuat daya tangkap dan
21
sehingga hasil belajar yang dicapai siswa juga rendah. Kondsisi demikian perlu
segera diatasi. Untuk itu melalui Penelitian Tindakan Kelas ini Peneliti berupaya
pada tingkat yang lebih baik melalui penerapan model pembelajaran Discovery
4. Menurut OECD pada sebuah program (PISA) 2018 kemampuan literasi sains
anak Indonesia bisa dikatakan tertinggal dari negara lain. Pada PISA 2018, negara
Indonesia menduduki posisi yang cukup rendah yaitu posisi ke-74 dari 79.
Indonesia menempati urutan ke-6 terbawah dengan perolehan nilai 371. Padahal
pada PISA 2015 Indonesia mendapat peringkat ke-64. Pada tingkat ini
kurang bervariasinya sumber belajar. Selaras dengan hal tersebut, (Fatmawati &
rendahnya literasi sains siswa. Pertama, siswa tidak mampu memahami fenomena
peneliti memilih untuk melakukan penelitian terhadap bahan ajar yang dipakai
karena bahan dan sumber belajar merupakan suatu hal yang bersinggungan
menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang memiliki nilai rendah dibawah
C. Kerangka Teoritik
1. Literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep dan proses sains serta
pengetahuan peserta didik. Hal yang sama seperti yang dikemukakan oleh
yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan. (Deta
et al., 2021)
Literasi sains penting bagi peserta didik agar mereka tidak hanya memahami
mempelajari sains; (2) setiap orang membutuhkan informasi dan berpikir ilmiah
mereka dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu penting yang
melibatkan sains dan teknologi dan (4) literasi sains penting dalam dunia kerja,
2. Salah satu metode belajar yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa yaitu
pada siswa aktif dan bermakna meskipun kata “Siswa aktifnya” tidak terlalu
salah satu guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Kabupaten Bungo,
siswa berperan lebih aktif pada saat mengikuti proses pembelajaran dan juga akan
digunakannnya metode Discovery Learning ini maka karakteristik siswa baik dari
segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik akan lebih terlihat dari sebelumnya
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP N 7 Kota Ternate siswa IPA kelas VII tahun
ajaran 2021/2022. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran 2021-2022.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
learning
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota
Ternate yang berjumlah 263 siswa yang terbagi dalam 11 kelas. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling dimana hanya satu kelas
yang dijadikan sampel. Maka yang dijadikan sampel penelitian ini adalah kelas VII K
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu
pembelajaran discovery learning pada konsep getaran dan gelombang kelas VII
1. Defenisi konsep
lingkungan alam, intelektual, serta budaya, dan kemampuan untuk terlibat serta
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri
2. Defenisi Operasional
utama pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan manusia dan inquiri, peka
intelektual dan budaya, adanya kemauan untuk terlibat dalam isu dan ide yang
b. Discovery learning mendorong peserta didik untuk mencari dan menemukan isi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu : teknik tes yang berupa soal
pilihan esay sebanyak 16 butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan
literasi sains dalam menyelesaikan soal fasika dengan menggunakan model discovery
learning.
1. Reliabilitas
memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain.
Reliabilitas tes dalam penelitian ini diuji menggunakan rumus sebagai berikut:
)(
∑σ
)
2
r 11 =( n
n−1
1− 2 i
σi
28
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
Sugiyono (2015)
Tujuan pengujian daya pembeda untuk melihat kemampuan butir soal dalam
berikut:
s A −S B
Dp=
IB
29
Keterangan:
IB = Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah
Mean
TK=
Skor Maksimum
Mean =
∑x
N
Keterangan:
Dalam analisis tingkat kesukaran butir soal terdapat tiga kategori, yaitu:
Kriteria Interval
Tinggi 66-79
Sedang 56-65
Rendah 40-55
Arikunto (2013)
31
literasi sains dalam setiap kategori yang muncul. Selain itu, membahas hasil
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif dan presentase
penguasaan
76-85% B Baik
60-75% C Cukup
55-59% D Kurang
(Wibowo, 2021)
32
BAB VI
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Kota Ternate, pada siswa kelas VII K
yang berjumlah 24 siswa, pada hari Senin 18 April 2022. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu tes sebanyak 9 butir soal uraian, sebelum soal digunakan
untuk mengambil data, soal di uji coba terlebih dahulu pada kelas VII J sebanyak 26
siswa untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Setelah
dilakukakan analisis reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda, setelah di uji
coba soal terdapat soal yang layak dipakai untuk mengambil data seperti yang ada di
tabel berikut yaitu soal nomor 3, 4, 5, 7, 8, 11, 13, 15, dan 16.
menunjukan nilai kemampuan literasi sains siswa dengan kriteria yang berbeda
2 Tinggi 11 66-79
3 Sedang 3 56-65
4 Rendah 0 40-55
Jumlah 24
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sebanyak 10 orang dari
24 siswa memperoleh nilai yang sangat tinggi, 11 orang dari 24 siswa memperoleh
Hasil analisis kemampuan literasi sains siswa per indikator ditujukan dalam
tabel berikut.
literasi sains siswa untuk indikator menggunakan aspek kompetensi sebesar 68%
(cukup), indikator aspek konteks sebesar 80% (baik), dan aspek konten sebesar 70%
(cukup)
1. Aspek Kompetensi
Aspek kompetensi merujuk pada proses mental yang terlibat saat menjawab
atau memecahkan suatu masalah, kemampuan literasi sains siswa pada aspek
kompetensi berada pada kualifikasi cukup, walaupun demikian ini belum menunjukan
bahwa siswa memahami konsep yang ada pada soal secara tepat, hal ini dapat dilihat
pada penerapan konsep getaran dalam memecahkan masalah dimana siswa masih
36
keliru dalam menentukan rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal.
Ga
masalah dalam hal menentukan penyelesaian soal apa yang hendak dicari, ini berarti
pemahaman siswa dalam aspek kompetensi yaitu aspek tentang proses dalam
menjawab suatu masalah masih belum baik karna siswa masih kesulitan dalam
rumus.
2. Aspek konteks
situasi yang ada hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari
memiliki kualifikasi baik, ini menunjukan bahwa siswa memahami konsep pada soal.
37
Pada gambar diatas kita dapat melihat bahwa siswa dapat menjawab soal karena
soal tersebut erat kaitannya dengan hal-hal yang sering dijumpai siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Aspek Konten
dasar dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan
yang dilakukan terhadap alam melalui kegiatan manusia, ini memiliki kualifikasi
cukup. Walaupun berada pada kualifikasi cukup masih ada siswa yang belum
dari sains dan mengaitkannya dengan fenomena alam yang disajikan pada soal, salah
satunya menentukan fenomena alam tentang jenis gelombang yang terbentuk pada
permukaan air, ini dapat terjadi karena konsep-konsep dasar sains siswa masih perlu
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis data dengan dan
bahwa siswa sebanyak 10 orang dari 24 siswa memperoleh nilai yang sangat tinggi,
11, orang dari 24 siswa memperoleh nilai tinggi, 3 oarang dari 24 memperoleh nilai
sedang.
Analisis data kemampuan literasi sains siswa per aspek diperoleh , bahwa pada
mengrepresentasikan sebesar 80% (baik), dan aspek konten sebesar 70% (cukup)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis data penelitian di atas maka dapat
1. Bagi guru
Guru perlu untuk melatih siswa dalam kemampuan literasi sains mengaitkan
konsep dasar sains untuk memecahkan masalah, hubungan dengan penerapan sains
dilakukan terhadap alam melalui kegiatan manusia dan mengaitkan konsep dasar
sains secara tepat, cermat dan teliti. Siswa harus sesering mungkin diarahkan
2. Bagi peneliti
sains secara mendalam maka perlu menggunakan instrumen wawancara atau angket
selain dari tes, hal ini bertujuan untuk menggali lebih dalam pemahaman literasi
sains.
42
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia I.N. (2021). Validasi Modul 1 Berbasis Discovery Learning Untuk Melatih
Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma. Berkalah
Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.
Adekale Et All. (2021). Validasi Modeul Berbasis Discovery Learning Untuk Melatih
Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma. Berkalah
Alamiah Pendidikann Biologi, 240-249.
Ali & Setiani Dalam Nurulhidayah Et All. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Menggunakan Media Simulasi Phet Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Metro, 95-103.
Asrizal Et All. (2019). Pengaruh Bahan Belajar Fisika Bermuatan Literasi Sainstifik
Dan Hots Dalam Model Pembelajaran Penemuan Materi Fluida Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Sma N 10padang. Pillar Of Physics Education,
257 - 263.
Bruner Dalam Aprilia I.N. (2021). Validitas Modul 1 Berbasis Discovery Learning
Untuk Melatihkan Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X
Sam. Berkala Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.
Dahlia Dalam Aprilia I.N. (2021). Validasi Modul 1 Berbasis Discovery Learning
Untuk Melatih Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma.
Berkalah Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.
Dwi Dalam Aprilia I.N. (2021). Validasi Modul 1 Berbasis Discovey Learning Untuk
Melatih Keterampilan Literasi Sains Pada Materi Virus Kelas X Sma. Berkala
Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.
Hoesnan Dalam Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peseta Didik
Berorientasi Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis. Genta Mulia, 65-79.
43
Karim Dalam Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
Berorientasi Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Genta Mulia, 65-79.
Nana Sutrisna. (2021). Analisis Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Sma Di
Kota Sungai Penuh. 2683 - 2692.
Nugroho Dalam Syamsu F.D. (2020). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik
Berorientasi Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Genta Mulia, 65-79.
Pisa Dalam Mustikawati F.T, Nurita T. (2021). Penerapan Model Guided Discovery
Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Materi Cermin. Pensa E-
Jurnal Pendidikan Sains, 110-118.
Sunardi Et All. (2017). Buku Guru Fisika Untuk Sma/Ma Kelas X. Bandung: Yrama
Widya.
Sutarto, Wardhany R.P.K ,Subiki. (2014). Media Video Kejadian Fisika Dalam
Pembelajaran Fisika Di Sma. Jurnal Pembelajaran Fisika.
Utami, Budi Dalam Putri W.N, Hidayati, Afrizon R. (2020). Analisis Validasi Model
Fisika Bermuatan Literasi Sainstifik Pada Materi Gerak Lurus Dan Gerak
Para Bla. Pillar Of Physics Education, 185-192.
Wahyuningtias Dan Isnawati Dalam Aprilia I.N. (2021). Validitas Modul 1 Berbasis
Discovey Learning Untuk Melatih Keterampilan Literasi Sains Pada Materi
Virus Kelas X Sma. Berkalah Alamiah Pendidikan Biologi, 240-249.
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan salam, dilanjutkan dengan mengajak
semua peserta didik untuk berdoa, mengecek kehadiran peserta didik
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk membangkitkan kegiatan apersepsi dan motivasi
Guru menjelaskan kompetensi dan indicator
47
Mengetahui
Kepala Sekolah Mahasiswa