Anda di halaman 1dari 39

PENERAPAN LKPD BERBASIS AR (AUGMENTED REALITY) PADA

PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


LITERASI SAINS SISWA KELAS XI MIA MAN 3 CIREBON

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan
Kelas

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Aenurohmah

Nim: 1908106155

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2022
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

1. Judul : Penerapan LKPD Berbasis AR (Augmented Reality


Pada Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan
Literasi Sains Siswa Kelas XI MIA MAN 3
CIREBON
2. Identitas
a. Nama Peneliti : Aenurohmah
b. Mata Pelajaran : Biologi
c. Sekolah : MAN 3 Cirebon
3. Lama Penelitian : 1 bulan

Cirebon, 12 Desember 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah, Peneliti,

Drs.H Imron Rosyadi, M.Ag Aenurohmah


NIP. 196701302001121001 Nim.1908106155
Menyetujui,
Dosen Pengampu PTK,

Dede Cahyati Sahrir, M.Pd.


NIP. 199112052018012001

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitrian ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di yaumil akhir.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan sehat, baik
itu berupa sehat fisik maupun sehat akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
proposal penelitian ydnag akan dilakukan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini tentunya disertai
dengan adanya dukungan, motivasi, dan bimbingan dari seluruh pihak kepada penulis. Oleh
karena itu, iringan do’a dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. H. Sumanta, M.Ag. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2. Dr. H. Farihin, M.Pd. s Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.
3. Dr. Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si. Ketua jurusan Tadris Biologi
4. Drs. H. Imron Rosyadi, M. Ag Kepala MAN 3 Cirebon
5. Moh. Wahyudin, S. Ag WAKA Bidang Kurikulum di MA Negri 3 Cirebon
6. Dini Indriani, S.Si Guru mata pelajaran biologi kelas XI MIA
7. Bapak dan Ibu guru beserta Staf Tata Usaha dan Karyawan MA Negeri 3 Cirebon
8. Siswa-siswi MA Negeri 3 Cirebon
9. Semua pihak yang tentunya tak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pelaksanaan pembuatan proposal penelitian ini
Penulis tentunya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih terdapat kekurangan
di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
sehingga dapat menyempurnakan penulisan proposal penelitian.

Cirebon, 12 Desember 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................................. 5
A. Landasan Teori................................................................................................................ 5
B. Hipotesis Tindakan ....................................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................................... 16
A. Subjek Penelitian .......................................................................................................... 16
B. Sumber Data.................................................................................................................. 16
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................................................. 16
D. Desain Penelitian .......................................................................................................... 18
E. Teknik Analisis Data..................................................................................................... 20
F. Indikator Kinerja ........................................................................................................... 22
G. Prosedur Penelitian ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25
Lampiran .................................................................................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Literasi sains (Scientific literacy) merupakan salah satu kemampuan yang
penting untuk dimiliki siswa pada abad 21 ini. Sebagaimana hasil kajian World
Economic Forum (2016) yang menyatakan bahwa siswa memerlukan 16 keterampilan
agar mampu bertahan di abad 21, yakni fondasi literasi atau literasi dasar, kompetensi,
dan karakter (Kemendikbud, 2019). Literasi sains menjadi salah satu dari 16
keterampilan yang dimaksud. Dalam skala internasional, kemampuan literasi sains
siswa diukur oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
melalui Programme for International Student Asessment (PISA) setiap tiga tahun sekali.
Menurut PISA (2018), literasi sains adalah “the capacity to use scientific knowledge,
to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand
and help make decisions about the natural world and the changes made to it through
human activity” (OECD, 2019). Dari definisi tersebut, literasi sains diartikan sebagai
kemampuan seseorang menggunakan pengetahuan sains maupun keterampilan proses
ilmiah untuk memahami dan membuat keputusan tentang lingkungan alam. Literasi
sains merupakan kemampuan ilmiah individu untuk menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya pada proses identifikasi masalah, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang
berhubungan dengan isu ilmiah.
Berdasarkan data literasi sains siswa melalui Programme for International
Student Assessment (PISA) yang dilaksanakan oleh OECD diperoleh hasil bahwa literasi
sains siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
peringkat literasi sains siswa Indonesia di tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012 serta 2015
masing-masing menduduki peringkat ke-38 dari 41 negara (2000), peringkat ke-38 dari
40 negara (2003), peringkat ke-50 dari 57 negara (2006), peringkat ke-60 dari 65 negara
(2009), peringkat ke 64 dari 65 negara (2012), serta peringkat ke 62 dari 70 negara (2015)
(OECD, 2003; 2004; 2007; 2010;2014; dan 2018). Dari hasil laporan PISA yang baru
rilis, yaitu PISA 2018 menyatakan bahwa kemampuan literasi sains mengalami
penurunan dibandingkan hasil PISA 2015 dengan peringkat ke-70 dari 78 negara (OECD,
2019). Hasil tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata literasi sains Indonesia berada di
bawah rata- rata skor internasional. PISA menetapkan tiga aspek dari komponen
kompetensi/proses sains yang diukur dalam literasi sains. Ketiga kompetensi tersebut

1
yaitu mengidentifikasi masalah secara ilmiah, menjelaskan fenomena, dan menggunakan
bukti ilmiah sesuai perkembangan teknologi. Ketiga hal itu menjadi tantangan yang perlu
diselesaikan oleh sekolah-sekolah di Indonesia.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia secara umum disebabkan
oleh kegiatan pembelajaran yang belum berorientasi untuk mengembangkan literasi
sains. Ardianto dan Rubbini (2016) mengungkapkan bahwa rendahnya literasi sains
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keadaan infrastruktur sekolah, sumber daya
manusia, serta manajemen sekolah. Selain itu, Kurnia (2014) juga mengungkapkan
bahwa rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia dipengaruhi oleh kurikulum
dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model pembelajaran yang diterapkan, serta
sarana dan fasilitas belajar
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di MAN 3 Cirebon diperoleh
informasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru kesulitan untuk membelajarkan
siswa secara mandiri dan aktif karena terbiasa dengan materi yang langsung diberikan
oleh guru di depan kelas. Hal tersebut juga menyebabkan mereka kurang aktif untuk dapat
menggali sendiri pengetahuannya, mereka kurang mampu mengaitkan satu konsep
dengan konsep lain yang telah dipelajari, yang dibuktikan dari ketidakmampuan mereka
dalam menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan analisis. Begitupula pada
penelitian Angraini (2014) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
literasi sains siswa masih tergolong rendah adalah kurang mampunya guru dalam
mengembangkan kemampuan literasi sains dalam proses kegiatan belajar mengajar
(KBM). Padahal, untuk menunjang materi pembelajaran, murid membutuhkan media dan
bahan ajar yang menarik dan interaktif, dimana teknologi AR (Augmented reality) dapat
menjadi salah satu solusinya.
Teknologi AR yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai realitas bertambah,
merupakan teknologi yang mampu menambahkan realitas di dunia nyata dengan objek
virtual sehingga seolah tidak ada batas antara dunia nyata dengan dunia virtual. Menurut
Lestari (2017) AR merupakan teknologi yang menggabungkan lingkungan nyata dan
objek virtual dengan berbantuan komputer. Teknologi AR merupakan pengembangan
dari Virtual Reality (VR) yang memiliki konsep berbeda. Ketika VR menarik pengguna
seakan masuk ke dalam lingkungan 3 dimensi, maka AR menambahkan realita yang ada
dan nyata di dunia nyata dengan objek yang terangkat / ditambahkan (Augmented),
dimana teknologi ini seakan menghilangkan dunia maya 3 dimensi, menyatu dengan
dunia nyata (Aripin & Suryaningsih, 2019)

2
Dalam dunia pendidikan itu sendiri, AR dapat digunakan sebagai media untuk
mengenalkan benda-benda yang tidak dapat dilihat secara langsung. Augmented Reality
(AR) merupakan solusi potensial terbaru bagi pendidik untuk menghadirkan
pembelajaran yang inovatif, informatif dan menarik serta menghadirkan objek virtual 3D
secara real time untuk mengekspresikan sesuatu yang abstrak. Konsep menjadi lebih
realistis (Amdani & Purnamasari 2022). Dengan adanya gambar diam di buku teks,
modul, maupun lembar kerja (LKPD) siswa cenderung kurang aktif dan pembelajaran
menjadi tidak interaktif karena media visual tidak dapat saling merespon.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar yang
memudahkan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang berdasarkan
pada masalah ilmiah dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
LKPD berbasis AR (Augmented Reality) dapat menjadi alat untuk menumbuhkan suasana
pembelajaran interaktif yang berorientasi pada aspek kompetensi dalam literasi sains,
terlebih pada pembelajaran biologi
Selama ini penyampaian materi dalam pembelajaran Biologi di MAN 3 Cirebon
masih dilakukan dengan penyampaian secara langsung dari guru berbantuan dengan
gambar ataupun video. Oleh karena itu untuk lebih memahami materi pembelajaran dan
mempermudah dalam penyampaian materi biologi serta untuk menarik minat dan
perhatian siswa, maka menggunakan media virtual tiga dimensi sangatlah diperlukan
dalam proses pembelajran materi alat indra beserta fungsi dan bagiannya (Nurhasanah,
dkk, 2020). Dengan demikian siswa dapat berinteraksi secara langsung dan lebih faham
dengan materi yang ditampilkan, dimana siswa dapat menentukan langkah untuk
menggunakan aplikasi dan menterjamahkan QR code menjadi gambar 3 dimensi,
menemukan bagian-bagian dalam setiap alat indra, menjawab pertanyaan berdasarkan
observasi, serta mengambil kesimpulan dari apa yang telah dikerjakan. Untuk itu
penerapan teknonologi AR (Augmented Reality) dalam pembelajaran biologi sangat
diperlukan. Diharapkan Teknologi AR (Augmented Reality) dapat dijadikan sebagai
media interaktif baru yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas penulis mempertimbangkan bahwa lembar kerja
peserta didik (LKPD) berbasis AR (Augmented Reality) merupakan bahan pendukung
yang cocok dalam meningkatkan kemampuan literasi sains, khususnya pada aspek
pengetahuan dan kompetensi.

3
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh beberapa masalah
mendasar yang di identifikasi sebagaimana berikut :
1) Rendahnya kemampuan literasi sains siswa di Indonesia
2) Minimnya kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan literasi
sains
3) Metode pembelajaran yang hanya berpusat pada guru
4) Kesulitan siswa dalam mengaitkan satu konsep ke konsep yang lain dalam
pembelajaran
5) Bahan ajar yang kurang mendukung siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas dapat penulis kemukakan
rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu : Apakah penerapan lembar kerja peserta
didik (LKPD) berbasis AR (Augmented Reality) dapat meningkatkan kemmapuan
literasi sains siswa kelas XI MIA MAN 3 Cirebon.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
penerapan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis AR (Augmented Reality) dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa kelas XI MIA MAN 3 Cirebon.
D. Manfaat
Kegunaan penelitian ini adalah untuk :
1) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
wawasan, sehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman yang bermanfaat, baik saat
ini maupun di masa mendatang.
2) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dan dorongan guru
dalam memilih media pembelajaran interaktif sebagai salah satu upaya peningkatan
literasi sains siswa.
3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan penggunaan teknologi
dalam media pembelajaran.

4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Literasi Sains
a. Pengertian Literasi Sains
Dewasa ini dunia dipenuhi dengan produk-produk kerja ilmiah (scientific
inquiry). Literasi sains (scientific literacy) menjadi suatu keterampilan yang harus
dimiliki oleh setiap orang (Hwang dkk, 2020). Setiap hari, orang perlu
menggunakan informasi ilmiah untuk menjalankan aktivitas yang dihadapinya.
Literasi Sains juga menjadi meningkat kepentingannya di tempat kerja. Semakin
banyak pekerjaan yang menuntut keterampilan-keterampilan tingkat tinggi,
memerlukan orang-orang yang mampu belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat
keputusan, dan memecahkan masalah. Suatu pemahaman IPA dan prosesnya
berkontribusi secara nyata berkenaan dengan keterampilan-keterampilan tersebut.
Literasi sains (scientific literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin, yaitu
literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan, dan
scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. DeBoer (2012) mengungkapkan
bahwa orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart
Hurt dari Stanford University. Hurt science literacy berarti tindakan memahami
sains dan mengaplikasikannya dalam kebutuhan masyarakat . Literasi sains dapat
diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan yang berdasar pada fakta, memahami
karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk
lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli
terhadap isu-isu yang berkaitan dengan sains (OECD dalam Kemendikbud, 2017).
Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat
multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap sains, melainkan lebih dari
itu. PISA juga menilai pemahaman terhadap karakteristik sains sebagai
penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk
lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam
isu-isu terkait sains, dan sebagai manusia yang reflektif (Yuliati, 2017). Berpikir
ilmiah merupakan tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan
literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan

5
kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan- pertanyaan ilmiah dan
teknologis.
Sesuai dengan pandangan tersebut, penilaian literasi sains dalam PISA tidak
semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan sains,
tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains, serta kemampuan
mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata yang dihadapi
peserta didik, baik sebagai individu, anggota masyarakat, serta warga dunia.
Seorang yang literat sains adalah orang yang menggunakan konsep sains,
keterampilan proses, dan nilai dalam membuat keputusan sehari-hari apabila ia
berhubungan dengan orang lain atau dengan lingkungannya, dan memahami
interelasi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial
dan ekonomi (National Research Council, 2012). Selain itu rangkaian kompetensi
ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains
adalah ansambel dari praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu
pengetahuan, yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
Dalam PISA 2000 dan 2003, literasi sains didefinisikan sebagai:
“... kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, untuk mengidentifikasi
pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berbasis bukti untuk memahami dan
membantu membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dibuat melalui
aktivitas manusia.” (OECD, 2004, 2000). Pada tahun 2000 dan 2003, definisi
tersebut menanamkan pengetahuan tentang sains dan pemahaman tentang sains
dalam satu istilah “pengetahuan ilmiah”. Definisi tahun 2006 memisahkan dan
menguraikan istilah “pengetahuan ilmiah” dengan membaginya menjadi dua
komponen: “pengetahuan sains” dan “pengetahuan tentang sains” (OECD, 2006).
Kedua definisi tersebut mengacu pada penerapan pengetahuan ilmiah untuk
memahami dan membuat keputusan berdasarkan informasi tentang alam. Dalam
PISA 2006, definisi tersebut diperkuat dengan penambahan pengetahuan tentang
hubungan antara sains dan teknologi - suatu aspek yang diasumsikan tetapi tidak
dielaborasi dalam definisi tahun 2003.
Definisi literasi sains dalam PISA 2015 terdiri dari 4 aspek yang saling
berhubungan (OECD, 2015).
Tabel 2.1 Aspek kerangka penilaian literasi ilmiah untuk PISA 2015

6
Konteks Masalah pribadi, lokal/nasional, dan global, baik saat
inimaupun yang bersifat historis, yang menuntut
pemahaman tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
PPPengetahuan Pemahaman tentang fakta utama, konsep, dan teori
penjelasan yang membentuk dasar pengetahuan
ilmiah. Pengetahuan tersebut mencakup
pengetahuan tentang dunia alami dan artefak
teknologi (pengetahuan konten), pengetahuan
tentang bagaimana ide-ide tersebut diproduksi
(pengetahuan prosedural), dan pemahaman tentang
alasan yang mendasari prosedur ini dan pembenaran
untuk penggunaannya (pengetahuan epistemik).
K Kompetensi Kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah,
mengevaluasi dan merancang inkuiri ilmiah, serta
menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah
S Sikap Seperangkat sikap terhadap sains yang ditunjukkan
oleh minat pada sains dan teknologi, menghargai
pendekatan ilmiah untuk penyelidikan jika sesuai,
dan persepsi serta kesadaran tentang masalah
lingkungan

Gambar 2.1 Keterkaitan Antara 4 Aspek Literasi Sains PISA 2015

b. Tujuan dan Fungsi Literasi Sains


Tujuan yang diharapkan dari litersai sains adalah untuk 1) Menjelaskan
Fenomena ilmiah, 2) Mengevaluasi dan desain penyelidikan ilmiah, dan 3)
Menafsirkan data dan bukti ilmiah (OECD, 2015).

7
1) Menjelaskan Fenomena Sains
Pencapaian budaya pengetahuan sains telah
mengembangkan satu set teori penjelasan yang telah mengubah
pemahaman tentang alam seperti gagasan bahwa siang dan malam
disebabkan oleh rotasi Bumi, atau gagasan bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh mikro-organisme. Selain itu, pengetahuan tersebut
telah memungkinkan untuk mengembangkan teknologi yang
mendukung kehidupan manusia, misalnya, mencegah penyakit atau
memungkinkan komunikasi manusia yang cepat di seluruh dunia.
Kompetensi untuk menjelaskan fenomena ilmiah dan teknologi
bergantung pada pengetahuan ide-ide dari penjelasan utama akan
sains.
Kemampuan menjelaskan fenomena ilmiah, bagaimanapun,
membutuhkan lebih dari kemampuan untuk mengingat dan
menggunakan teori, ide-ide yang jelas, informasi dan fakta
(pengetahuan konten). Menawarkan penjelasan ilmiah juga
membutuhkan pemahaman tentang bagaimana pengetahuan telah
diturunkan. Untuk kompetensi ini, individu membutuhkan
pengetahuan tentang bentuk-bentuk standar dan prosedur yang
digunakan dalam penyelidikan ilmiah seperti pengetahuan
prosedural dan pemahaman tentang peran dan fungsi dalam
membenarkan pengetahuan yang dihasilkan oleh pengetahuan sains
(knowledge epistemic).
2) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan Ilmiah
Literasi sains menyiratkan bahwa siswa memiliki beberapa
pemahaman tentang tujuan penyelidikan ilmiah, adalah untuk
menghasilkan pengetahuan yang dapat diandalkan tentang alam.
Data dikumpulkan dan diperoleh dengan observasi dan eksperimen,
baik di laboratorium atau di lapangan, mengarah pada
pengembangan model dan hipotesis yang jelas memungkinkan
prediksi yang dapat diuji secara eksperimental. Ide-ide baru,
bagaimanapun, umumnya membangun pengetahuan sebelumnya.
Domain dari kompetensi mengevaluasi dan merancang
penyelidikan ilmiah mengacu pada pengetahuan konten,

8
pengetahuan tentang prosedur umum yang digunakan dalam sains
(Pengetahuan prosedural), dan fungsi prosedur ini dalam
membenarkan klaim yang diajukan oleh pengetahuan sains
(pengetahuan epistemic). Pengetahuan prosedural dan epistemic
melayani dua fungsi. Pertama, pengetahuan tersebut diperlukan oleh
individu untuk menilai penyelidikan ilmiah dan memutuskan apakah
mereka telah mengikuti prosedur yang sesuai dan apakah
kesimpulan dapat dibenarkan. Kedua, individu yang memiliki
pengetahuan ini harus bisa mengusulkan, setidaknya dalam arti luas,
bagaimana pertanyaan ilmiah mungkin diselidiki secara tepat
(OECD, 2015).
3) Menafsirkan data dan bukti ilmiah
Sebuah pengetahuan yang besar diperlukan untuk mengenali
apa yang merupakan bukti yang handal dan valid dan bagaimana
data ini tepat. Para ilmuwan membuat pilihan tentang bagaimana
untuk mewakili data dalam grafik, diagram atau, dalam simulasi
kompleks, visualisasi 3D. Semua ini mengacu pada pengetahuan
prosedural. Individu yang literasi sains juga dapat diharapkan untuk
memahami ketidakpastian pada fitur yang melekat dari semua
pengukuran, dan bahwa salah satu kriteria untuk mengekspresikan
keyakinan dalam temuan adalah menentukan probabilitas bahwa
temuan mungkin terjadi secara kebetulan. Individu yang literasi
sains mengerti fungsi dan tujuan dari argumen dan kritik dan
mengapa mereka sangat penting untuk pembangunan pengetahuan
dalam sains. Selain itu, mereka harus mampu, baik untuk
membangun klaim yang dibenarkan oleh data dan untuk
mengidentifikasi kelemahan dalam argumen orang lain.

2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang mulanya dikenal dengan sebutan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu suatu bahan ajar yang berupa lembaran yang berisi
materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk serta langkahlangkah
mengerjakan soal dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa yang
mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa (Rinaningsih, 2021)

9
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah panduan siswa dalam
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah, dapat berupa panduan
untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun aspek pembelajaran lain,
dalam bentuk panduan eksperimen maupun demonstrasi. Pada umumnya, Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) berisi petunjuk praktikum, percobaan yang bisa
dilakukan dirumah, materi untuk diskusi, teka teki silang, tugas portofolio, dan soal-
soal latihan, maupun segala petunjuk yang mampu mengajak peserta didik
beraktivitas dalam proses pembelajaran (Rinaningsih, 2021)
Adapun fungsi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai berikut :
a) Lembar kerja peserta didik sebagai bahan ajar yang dapat
meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan siswa.
b) Lembar kerja peserta didik dapat mempermudah siswa untuk memahami
materi yang diberikan.
c) Lembar kerja peserta didik sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya
penugasan untuk berlatih, dan dapat mernudahkan pelaksanaan
pengajaran kepada siswa.
Tujuan penerapan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
a) Dapat memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu
dimiliki oleh siswa.
b) Mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang telah disajikan.
c) Dapat menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran.Peserta didik mampu memperoleh catatan tentang materi
yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
e) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sangat berperan dalam proses
pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, prinsip lembar kerja
peserta didik adalah tidak hanya dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya
diberi penguat bagi yang mampu menyelesaikan tugasnya serta bimbingan bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan. Adapun kelebihan dan kekurangan penerapan Lembar

10
Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam keberlangsungan proses pembelajaran adalah
sebagai berikut :

a) Kelebihan
1. Lebih merangsang peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar
individual ataupun kelompok.
2. Mampu mengembangkan kemandirian peserta didik siswa di luar
pengawasan guru.
3. Dapat membina tanggung jawab dan kedisiplinan peserta didik.
b) Kelemahan
1. Siswa sulit dikontrol, apakah ia mengerjakan LKPD tersebut atau
orang lain
2. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuia dengan perbedaan
individual siswa.
3. Terkadang, dalam pembelajaran kelompok jarang semua yang aktif
mengerjakan LKPD, hanya anggota tertentu saja. Sedangkan
anggota lainnya tidak berpartisipasi aktif dengan baik (Kurnia,
2014)
3. Teknologi AR (Augmented Reality)
Suryawinata menyatakan bahwa Augmented Reality adalah kombinasi
antara dunia virtual dan kenyataan yang dibuat oleh komputer. Objek virtual dapat
berupa teks, animasi, model 3D atau video yang berkumpul dengan lingkungan
nyata, sehingga pengguna dapat merasakan objek virtual berada di lingkungan
mereka. Augmented Reality adalah milik cabang teknologi baru. Namun
perkembangannya cepat. Sejauh ini, teknologi ini digunakan di berbagai bidang,
terutama di militer dan iklan. Dan sekarang, mulai diterapkan di bidang pendidikan.
Menurut Carminigniani dan Furht Augmented Reality atau sering disingkat dengan
AR adalah teknologi yang menggabungkan benda maya ke dalam lingkungan nyata
secara real time. Augmented Reality mengizinkan penggunanya untuk melihat
dunia nyata dengan objek maya yang dihasilkan dengan computer (Mauludin, 2017)

Augmented Reality (AR) sebagai media yang mampu menengahi ide antara
manusia dan komputer, manusia dan manusia, serta komputer dan manusia. AR atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan realitas tertambah merupakan inovasi dan
computer graphic yang dapat menyajikan visualisasi dan animasi dari sebuah model

11
atau desain objek yang menggambarkan dunia maya 2D maupun 3D kedalam dunia
nyata. Augmented Reality atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
realitas tambahan adalah sebuah teknik yang menggabungkan benda maya dua
dimensi maupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkup nyata tiga dimensi lalu
memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. Teknologi
augmented reality ini dapat menambahkan informasi tertentu ke dalam dunia maya
dan menampilkan informasi tersebut ke dalam dunia nyata dengan bantuan
perlengkapan seperti webcam, komputer, smartphone Android, maupun kacamata
khusus. Pengguna di dalam dunia nyata tidak dapat melihat objek maya secara
langsung, sehingga untuk mengidentifikasi objek diperlukan perantara berupa
komputer dan kamera yang nantinya akan menambahkan objek maya ke dalam
dunia nyata. Metode yang dikembangkan pada Augmented Reality saat ini terdiri
dari dua metode yaitu Marker Based Tracking dan Markerless Augmented Reality.
Marker Based Tracking merupakan metode yang memerlukan penanda yang
umumnya berupa gambar hitam putih. Markerless Augmented Reality merupakan
metode Augmented Reality dimana pengguna tidak perlu lagi menggunakan
penanda atau gambar untuk menampilkan objek maya secara langsung (Nuriana,
2016)

Konsep AR sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Thomas P. Caudell


pada tahun 1990 dalam The Term “Augmented Reality‟. Ada tiga karakteristik
yang menyatakan suatu teknologi menerapkan konsep AR:

a) Mampu mengkombinasikan dunia nyata dan dunia maya.


b) Mampu memberikan informasi secara interaktif dan realtime.
c) Mampu menampilkan dalam bentuk tiga dimensi.
AR dapat digunakan untuk membantu memvisualisasikan konsep abstrak
untuk pemahaman dan struktur suatu model objek. Saat ini AR banyak digunakan
dalam bidang game, kedokteran, dan image processing, sedangkan dalam bidang
pendidikan masih jarang digunakan. Sutherland seorang peneliti yang telah
mengembangkan berbagai perangkat dimana pengguna dapat melihat, mendengar,
dan menyentuh objek yang ada di dunia maya mulai dari simulasi yang penuh
imajinatif hingga teknologi yang menambah interaksi pengguna dengan dunia maya
serta dunia nyata. Beberapa aplikasi AR dirancang untuk memberikan informasi
yang lebih detail pada pengguna dari objek nyata (Lestari, 2018)

12
Augmented Reality (AR) merupakan variasi dari virtual reality (VR), di
mana VR tersebut membawa pengguna tergabung dalam sebuah lingkungan virtual.
Ketika pengguna bergabung dalam lingkungan virtual pengguna tidak bisa melihat
lingkungan nyata di sekitarnya. Berbeda dengan AR, memungkinkan pengguna
dapat melihat dunia nyata dan dunia virtual secara bersamaan. Pada Augmented
Reality ada tiga karakteristik yang menjadi dasar atas sistem tersebut, diantaranya
adalah kombinasi pada dunia nyata dan virtual, interaksi yang berjalan secara
realtime, dan bentuk objek yang berupa model 3 dimensi atau 3D (Lestari, 2018)

4. Pembelajaran Biologi
Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata “bios” yang berarti
kehidupan dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari prihal kehidupan.serta proses kehidupan. Biologi
sebagai ilmu pengetahuan merupakan suatu disiplin tersendiri yang pendekatannya
menggunakan suatu metode, yaitu metode ilmiah. Untuk itu, pada pelaksanaan
pembelajaran biologi siswa diarahkan untuk melakuakan kegiatan eksperimen dan
observasi. Biologi pada dasarnya memiliki karakteristik keilmuan yang spesifik dan
berbeda dengan lainnya sehingga dalam mempelajari biologi tidak hanya
mengajarkan materi atau hafalan biologi saja kepada siswa, namun siswa harus
diajak mempelajari biologi menutut cara berpikirnya (Zuhdan, 2015)
Pembelajaran biologi setidaknya meliputi beberapa hal, yaitu: produk,
proses, sikap dan teknologi. Menurut Saptono et al. (2013), pembelajaran biologi
memiliki peranan yang sangat penting dalam melatih pemahaman, kemampuan
penalaran (reasoning), aplikasi konsep, berpikir analitik, serta memberi wawasan
kepada siswa tentang fenomena kehidupan. Oleh karena itu, hasil pembelajaran
biologi bukan hanya pengetahuan, melainkan juga sikap ilmiah dan bernalar ilmiah
yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik materinya. Dengan pembelajaran
biologi diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keberbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor ).
5. Kerangka Berfikir
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran biologi di kelas XI MIA
MAN 3 Cirebon salah satunya adalah rendahnya literasi sains dalam proses
pembelajaran, hal ini terjadi karena pembelajaran yang masih berpusat pada guru

13
dan belum berorientasi pada kemampuan literasi sains siswa. Oleh karena itu,
kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran biologi belum tercapai.
Diperlukan adanya upaya untuk perbaikan dalam pembelajaran biologi
dengan menggunakan bahan ajar pendukung yakni LKPD (Lembar kerja peserta
didik) yang diharapkan mampu untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Pembelajaran dengan LKPD berbasis AR (Augmented Reality) dapat menjadi alat
untuk menumbuhkan suasana pembelajaran interaktif yang berorientasi pada aspek
kompetensi dalam literasi sains.
Untuk lebih jelas mengenai kerangka berfikir pada penelitian ini dapat
dijelaskan melalui gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka berfikir penelitian

Kondisi awal : Literasi sains


siswa masih rendah

Tindakan penerapan
pembelajaran berbasis AR
(Augmented reality)
mengacu pada aspek
kompetensi dalam literasi Guru menggunakan LKPD berbasis
sains yang terdiri dari 3 AR pada pembelajaran biologi
fokus diantaranya :

• Mengidentifikasi
masalah secara
ilmiah
• Menjelaskan
fenomena
• Menggunakan Kondisi Akhir : Melalui penggunaan
bukti ilmiah sesuai
LKPD berbasis AR (Augmented
perkembangan
Reality) dapat meningkatkan literasi
teknologi
sains siswa

14
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan adalah dugaan-dugaan sementara dari hasil tindakan pada
penelitian. Berdasarkan teori-teori dan kerangka berfikir sebagaimana telah diuraikan
diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah : “Jika
penerapan LKPD berbasis AR (Augmented Reality) pada pembelajaran bioologi ini
berjalan dengan efektif, maka literasi sains siswa akan meningkat” .

15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Cirebon. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 4 Madrasah Aliyah Negeri
3 Cirebon tahun ajaran 2022/2023 yang terdiri dari 36 orang siswa.
B. Sumber Data
.Pada penelitian ini sumber data yang dibutuhkan adalah dari dokumen dan proses
belajar mengajar. Adapun informasi yang dibutuhkan adalah informasi tentang
kemampuan literasi sains siswa pada pembelajaran biologi dengan penerapan LKPD
berbasis AR (Augmented Reality) . Sumber data dari penelitian ini meliputi:
a) Informan atau narasumber yaitu guru biologi Kelas XI MIA Madrasah Aliyah
Negeri 3 Cirebon.
b) Tempat dan peristiwa kegiatan belajar mengajar yang diadakan di dalam kelas
pada saat terjadi proses belajar mengajar materi sistem indra dengan penerapan
LKPD berbasis AR (Augmented Reality)
c) Dokumen dan arsip yang dipergunakan meliputi data jumlah siswa, daftar nilai
siswa kelas XI MIA Madrasah Aliyah Negeri 3 Cirebon, serta data lain yang
menunjang pelaksanaan
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah 16embali yang penting dalam sebuah
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui Teknik
pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang akan diperlukan. Pengumpulan data menurut Iskandar Dadang
dan Narsim (2015) mengatakan “Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data
kuantitatif dan kualitatif yang di interpretasikan dalam bentuk uraian.”
Data kuantitatif merupakan data yang diambil dalam bentuk angka-angka dan
analisisnya menggunakan deskripsi. Sedangkan data kualitatif merupakan data
yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif dan penyajiannya lebih bersifat
deskriptif. Dalam penelitian ini, jenis data yang diambil adalah data kuantitatif dan
kualitatif.
a. Jenis Data

16
Iskandar Dadang dan Narsim (2015) menyatakan bahwa dalam penelitian
tindakan kelas perlu diperhatikan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki dua
jenis data yaitu:
1) Data Kualitatif
Data Kualitatif berisi kalimat penjelasan yang diambil dari hasil observasi
peneliti pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil
pengamatan observer pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti
dianalisis dengan deskripsi persentase dan dikelompokkan berdasarkan
kategori.
2) Data Kuantitatif
Data Kuantitatif berupa angka-angka yang diambil dari hasil evaluasi
setelah diadakan pembelajaran diolah dengan menggunakan deskriptif
persentase. Nilai dianalisi berdasarkan pencapaian siswa yakni nilai
tertinggi, terendah, jumlah, rerata kelas, dan ketuntasan.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan atau
observasi pelaksanaan pembelajaran, angket, lembar wawancara lembar pretest dan
post test, serta foto kegiatan pembelajaran.
2. Alat Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
cara yang tepat dan mendukung dalam penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data
perlu dilakukan dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan data dan informasi
serta menguji kebenaran hipotesis untuk menjawab rumusan masalah.
Pengumpulan data pada dasarnya adalah sesuatu yang diperoleh dari hasil observasi
di dalam kelas, pelaksanaan penelitian dengan alat (instrument) yang telah dibuat.
Adapun pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan cara sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen Pelaksanaan Sumber Data
Data
Tes Pretest dan Posttest Sebelum dan sesudah Siswa
pembelajaran

17
Lembar Observasi Saat dilakukannya Siswa
pembelajaran
Lembar Wawancara Setelah dilakukannya Guru
NonTes pembelajaran
Angket Setelah dilakukannya Siswa
pembelajaran
Dokumentasi Selama penelitian Guru & Siswa
berlangsung

D. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan
oleh Arikunto. Dimana Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
berbentuk siklus yang akan berlangsung melalui tiga siklus, dimana setiap siklus bisa
terdiri dari satu pertemuan atau lebih. Pada akhir pertemuan diharapkan dapat tercapai
tujuan tindakan yang diterapkan yakni meningkatnya literasi sains siswa pada
pembelajaran biologi, khususnya materi sistem indra di kelas XI MIA MAN 3 Cirebon.
Adapun tahapan penelitian tindakan kelas ini mengikut tahapan Suharsimi
Arikunto (2010) dengan tahapan-tahapan yang telah disajikan dalam bentuk Gambar
3.1 sebagai berikut.
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

Sumber : Arikunto, 2010

18
Gambar diatas menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan dalam III siklus.
Setiap siklus dibagi dalam empat Langkah, diantaranya :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Adapun tahapan tersebut diuraikan sebagaimana berikut:
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, seorang guru hendaknya
mempersiapkan terlebih dahulu konsep penelitian dengan membuat perencanaan
dalam bentuk tulisan. Beberapa Langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah
membuat rencana pembelajaran, membuat lembaran observasi, dan mendesain alat
evaluasi (Arikunto, 2010).
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Seorang
guru yang akan melakukan tindakan harus memahami secara mendalam tentang
pembelajaran yang telah dibuatnya. Arikunto (2010) memaparkan secara rinci hal-
hal yang harus diperhatikan guru, antara lain : (a) apakah ada kesesuaian antara
pelaksaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan pada
siswa cukup 19embal, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa-
siswa melaksanakan dengan bersemangat dan I bagaimanakah hasil keseluruhan
dari tindakan itu.
3. Pengamatan
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) (Arikunto, 2010). Agar hasil penerapan tindakan
memperoleh hasil yang subjektif dan tidak memihak, maka disarankan pengamat
pada penelitian ini adalah orang lain (bukan peneliti), seperti guru senior di sekolah
tersebut, atau minimal guru mata pelajaran yang sama, yang tentunya memiliki sifat
jujur dan baik dalam hal penilaian, sehingga hasil pengamatan pada penelitian ptk
ini bersifat objektif.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan perenungan terhadap tahapan dalam tindakan
yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa. Pada tahap ini hasil yang
diperoleh pada tahap observasi akan di evaluasi dan di analisis. Setelah itu, guru

19
20embali pengamat dan juga peserta didik mengadakan refleksi diri dengan
melihat data observasi. Segala kekurangan yang terdapat pada siklus pertama
akan di perbaiki pada siklus berikutnya hingga tercapainya tujuan yang
diinginkan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan metode atau cara untuk mengolah data yang
dikumpulkan menjadi informasi sehingga data tersebut menjadi mudah untuk dipahami.
Teknik analisis data dalam penelitian ini berupa analisis tes hasil belajar setelah
dilakukannya penerapan LKPD berbasis AR (Augmented reality), obseervasi aktivitas
siswa, dan respon siswa. Data yang telah di kumpulkan dianalisis secara kuantitatif
berupa angka kemudian di konversikan menjadi kualitatif berupa informasi dalam
bentuk kalimat. Adapun Teknik analisis data dilakukan sebagaimana berikut :
1. Analisis Hasil Belajar Siswa (Pretest-Posttest)
a. Penskoran
Untuk menentukan penilaian pada setiap pretest dan posttest
dapat dilihat pada 20emba berikut :
Tavel 3.2 Pedoman Penskoran Pretest dan Posttest
Siklus Bentuk Soal Jumlah Bobot Total Skor
Soal Soal
I Pilihan Ganda 10 10 100
II Pilihan Ganda 10 10 100
III Pilihan Ganda 10 10 100
Berikut rumus untuk menganalisis ranah kognitif siswa setelah
diberikan pernerapan sebagai upaya meningkatkan literasi sains siswa.
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
NA = x 100
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

Keterangan :
NA : Nilai Hasil Belajar Siswa
Pedoman Kriteria hasil belajar (Ranah Kognitif) :
Tabel 3.3 Konversi Nilai Keberhasilan Hasil Belajar Siswa
Nilai % Kriteria
90 – 100 Baik sekali (BS)
80 – 89 Baik (B)
69 – 79 Cukup (C)

20
< 60 Perku bimbingan (PB)
Sumber : Kemendikbud, 2014
2. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Rumus untuk menghitung nilai aktifitas (sikap) siswa adalah sebagai berikut
:
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
N= x 100
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

Keterangan :
N : Nilai Sikap Siswa
Skor Maksimal : Penilaian sikap yang diperoleh dari perhitungan
Jumlah aspek yang dinilai dikalikan dengan nilai
maksimal pada setiap aspek, jadi skor maksimal
Adapun pedoman kriteria aktivitas siswa (Ranah Afektif) dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 3.3 Konversi Nilai Keberhasilan Aktivitas Siswa
Nilai % Kriteria
90 – 100 Baik sekali (BS)
80 – 89 Baik (B)
69 – 79 Cukup (C )
< 60 Perku bimbingan (PB)
Sumber : Kemendikbud, 2014

3. Respon Siswa
Rumus untuk menghitung nilai respon siswa dalam penerapan LKPD
berbasis AR setelah dilakukannya pembelajaran siswa adalah sebagai berikut
:
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
NR = x 100
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍

Keterangan :
NR : Nilai Respon
Adapun pedoman kriteria aktivitas siswa (Ranah Afektif) dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 3.3 Konversi Nilai Respon Siswa
Nilai % Kriteria

21
90 – 100 Respon Baik sekali (BS)
80 – 89 Respon Baik (B)
69 – 79 Respon Cukup Baik (CB)
< 60 Respon Kurang Baik (KB)
Sumber : Kemendikbud, 2014
F. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kemampuan literasi sains siswa melalui penerapan LKPD Berbasis AR
(Augmented Reality) pada pembelajaran biologi, khususnya pada materi sistem indra
yang dapat dilihat dari ada tidaknya peningkatan hasil belajar dari hasil tes sebelum di
lakukannya pembelajaran (Pre-test) dan hasil tes setelah dilakukannya pembelajaran
(Postest), hasil observasi sikap pada saat penerapan LKPD berbasis AR dilakukan, dan
respon siswa dengan adanya penerapan LKPD berbasis pada pembelajaran biologi.
1. Hasil Belajar
Indikator keberhasilan meningkatnya literasi sains siswa pada penelitian
tindakan kelas ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa yang
ditandai dengan tercapainya kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang memperoleh nilai diatas 75%.
2. Aktivitas Siswa
Indikator keberhasilan meningkatnya literasi sains siswa pada penelitian
tindakan kelas ini adalah adanya peningkatan aktivitas siswa (siswa) yang
ditandai dengan tercapainya skor minimal 75% berdasarkan lembar
observasi aktivitas siswa yang mengacu pada 3 komponen dalam aspek
kompetensi literasi sains yaitu :
• Siswa dapat mengidentifikasi masalah secara ilmiah
• Siswa dapat menjelaskan fenomena
• Siswa dapat menggunakan bukti ilmiah sesuai perkembangan
teknologi
3. Respon Siswa
Indikator keberhasilan meningkatnya literasi sains siswa ditandai oleh
adanya respon positif dari siswa pada pembelajaran dengan penerapan
LKPD berbasis AR yang ditandai tercapainya skor minimal 75%
berdasarkan angket dengan skala likert.

22
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa
tahapan, diataranya sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menurut Arikunto (2010) ada beberapa 23embali yang dilakukan dalam
kegiatan ini, yakni membuat 23embali23 pembelajaran, membuat lembaran
observasi, mendesain alat evaluasi. Adapun 23embali-langkah perencanaan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah dan guru mata pelajaran biologi kelas
XI MIA di Madarasah Aliyah Negeri 3 Cirebon.
b. Pengkajian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, dan tujuan
pembelajaran yang selanjutnya ditunjukan secara dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran biologi sebelumnya
d. Membuat Perangkat pembelajaran yang memuat bahan ajar, RPP, dan LKPD.
e. Mendesain alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
a) Lembar observasi aktivitas siswa
b) Lembar soal pretest dan posttest
c) Lembar wawancara guru
d) Lembar angket respon siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Arikunto (2010) memaparkan secara rinci hal-hal yang harus diperhatikan peneliti
antara lain: apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, apakah
proses tindakan yang dilakukan pada siswa cukup baik, bagaimanakah situasi
proses tindakan, apakah siswa-siswa melakasanakan pembelajaran dengan
bersemangat, bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan tersebut.
a. Siklus I
1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model inquiry learning
berdasarkan RPP.
2) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok.
3) Membagikan LKPD berbasis AR (Augmented Reality)
4) Pelaksanaan (peneliti).

23
5) Melaksanakan diskusi dengan guru sebagai observer peneliti dan aktifitas
dari siswa.
6) Menganalisis dan refleksi hasil pembelajaran
b. Siklus II
1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Inquary Learning berdasarkan RPP.
2) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok.
3) Membagikan LKPD berbasis AR (Augmented Reality)
4) Pelaksanaan (peneliti).
5) Melaksanakan diskusi dengan guru sebagai observer peneliti dan aktifitas
dari siswa.
6) Menganalisis dan refleksi hasil pembelajaran.
c. Siklus III
1) Melakukan tindakan dengan menerapkan inovasi pengembangan.
2) Melaksanakan evaluasi.
3) Membuat kesimpulan.
3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang sudah di buat. Observasi ini dilakukan pada tiap siklus.
Menurut Arikunto (2010) mengatakan bahwa “kegiatan observasi merupakan
realisasi dari lembar observasi yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan.
Artinya pada setiap kegiatan pengamatan wajib menyertakan lembar observasi”.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang
sudah dilakukan pada setiap satu siklus, sehingga dapat dijadikan pertimbangan
untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Menurut Arikunto (2010)
“refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah mengingat kegiatan yang
sudah dilakukan oleh guru maupun siswa”. Refleksi hasil dari tindakan baru dapat
kita peroleh setelah kita melakukan pengukuran terhadap proses maupun hasil dan
tindakan. Dari hasil pengukuran itu kita dapat memperoleh suatu gambaran tentang
seberapa besar pengaruh tindakan kita untuk pembentukan karakter yang
diaplikasikan dalam kehidupannya. Selain itu kita akan dapat menemukan suatu
kekurangan-kekurangan yang ada dan memperoleh hal-hal yang menjadi catatan
baik.

24
DAFTAR PUSTAKA
Adami, F. Z., & Budihartanti, C. (2016). Penerapan Teknologi Augmented Reality Pada
Media Pembelajaran Sistem Pencernaan Berbasis Android. Jurnal Teknik
Komputer AMIK BSI, 2(1), 122-131.
Angraini, G. (2014). Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA Kelas X di Kota
Solok. In mathematics and sciences forum 2014.
Amdani, N., & Purnamasari, A. I. (2022). Pengembangan Media Belajar Menggunakan
Augmented Reallity Berbasis Android pada Konsep Panca Indera. Jurnal Teknik
Informatika, 6 (1).
Ardianto, D., & Rubini, B. (2016). COMPARISON OF STUDENTS’SCIENTIFIC
LITERACY IN INTEGRATED SCIENCE LEARNING THROUGH MODEL
OF GUIDED DISCOVERY AND PROBLEM BASED LEARNING. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 5(1), 31-37.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Aripin, I., & Suryaningsih, Y. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran Biologi
Menggunakan Teknologi Augmented Reality (AR) Berbasis Android pada
Konsep Sistem Saraf. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam, 8(2),
47-5.
Avvisati, F., Echazarra, A., Givord, P., & Schwabe, M. (2019). Progamme For
International Student Assessment (PISA) Result from PISA 2018. Directorate
for Education and Skills. OECD Vol I-III https://www. oecd.
org/pisa/publications/PISA2018_CN_MYS. pdf.
Izzatunnisa, I., Andayani, Y., & Hakim, A. (2019). Pengembangan LKPD berbasis
pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta
didik pada materi kimia SMA. Jurnal Pijar Mipa, 14(2), 49-54.
Kurnia, F., & Fathurohman, A. (2014). Analisis bahan ajar fisika SMA kelas XI di
Kecamatan Indralaya Utara berdasarkan kategori literasi sains. Jurnal Inovasi
dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 43-47.
Lestari, A. A., Nyoto, R. D., & Sukamto, A. S. (2018). Implementasi Augmented Reality
Pada Mata Pelajaran Biologi Untuk Pengenalan Alat Indra Manusia Dengan
Menggunakan Metode Marker. JUSTIN (Jurnal Sistem dan Teknologi
Informasi), 6(1), 34-42.
Mauludin, R., Sukamto, A. S., & Muhardi, H. (2017). Penerapan Augmented Reality
Sebagai Media Pembelajaran Sistem Pencernaan pada Manusia dalam Mata

25
Pelajaran Biologi. Jurnal Edukasi Dan Penelitian Informatika (JEPIN).
https://doi. org/10.26418/jp. v3i2, 22676
Nurhasanah, N., Jumadi, J., Herliandry, L. D., Zahra, M., & Suban, M. E. (2020).
Perkembangan Penelitian Literasi Sains Dalam Pembelajaran Fisika Di
Indonesia. Edusains, 12(1), 38-46.
Nuriana, N. (2016). Pengenalan Hewan Menggunakan Augmented Reality Sebagai
Media Pembelajaran. Jurnal TIKA, 1, 28-33.
OECD. (2015). Programme For International Student Assesment (PISA) Result From
PISA 2015 Volume I-III. OECD Publishing.

OECD. (2019). Programme For International Student Assesment (PISA) Result From
PISA 2018 Volume I-III. OECD Publishing.

Rinaningsih, R. (2021). EFEKTIVITAS LKPD UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA. UNESA Journal of Chemical Education, 10(3),
222-232.
Zuhdan, K. P. (2015). Pengembangan perangkat pembelajaran sains terpadu untuk
meningkatkan kognitif, keterampilan proses, kreativitas serta menerapkan
konsep ilmiah peserta didik SMP. Program Pascasarjana UNY.

26
Lampiran
Lembar Observasi Keterlaksanaan LKPD Berbasis Augmented Reality dalam
Meningkatkan Literasi Sains Siswa

Keterlaksanaan Rata- Kategori


No. Kegiatan dalam LKPD LKPD (%) Rata
1 2 3
1. Membaca tujuan pembelajaran
2. Membaca petunjuk penggunaan
3. Melakukan pengamatan pada organ
Augmented Reality
4. Memberikan keterangan bagian-
bagian organ Augmented Reality
5. Melakukan langkah kerja “Membuat
Hipotesis”
6. Melakukan langkah Kerja
“Eksperimen”
7. Melakukan langkah Kerja
“Menganalisis Data”
8. Melakukan langkah Kerja
“Mengkomunikasikan”
9. Melakukan langkah Kerja “Menarik
Kesimpulan”
Keterangan :
1 = Kurang Praktis
2 = Praktis
3 = Sangat Praktis

27
Lembar Kerja Peserta Didik Sistem Organ Indera
A. Kompetensi Dasar
Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
koordinasi (saraf, hormone dan alat indera) dalam kaitannya dengan mekanisme koordinasi
dan regulasi serta gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem koordinasi manusia.
B. Judul Praktikum : Kerja Organ Indera
Pertanyaan Fokus
1. Bagaimana struktur organ indera (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit)?
2. Apakah stuktur organ indera mendukung kerja organ indera dalam menanggapi
rangsang?
C. Landasan Teori
(Dasar Nilai, Dasar Teori, Konsep Dasar dan Prinsip)
Tubuh manusia memiliki 5 macam indera yaitu (1) penglihatan, (2) pendengaran
dan keseimbangan, (3) peraba, (4) pembau dan (5) pengecap. Organ indera mempunyai
reseptor (penerima rangsang). Rangsang yang sampai ke reseptor akan diterima dan
diteruskan oleh saraf ke otak dalam bentuk impuls listrik. Impuls yang sampai ke otak
diolah, sehingga otak mampu mengenali rangsang dari lingkungannya. Dari informasi
inilah manusia dapat memberikan respon (tanggapan) terhadap rangsang yang datang dari
lingkungan.
1. Indera penglihatan
Mata merupakan organ yang berfungsi sebagai indera penglihatan. Rangsang
untuk mata yang dapat dirubah melalui impuls mata adalah cahaya. Bagian-bagian
mata adalah sebagai berikut:
a. Lapisan pertama
• Sklera di bagian belakang : Sklera merupakan dinding terluar yang keras dan
putih. Berfungsi sebagai penyokong
• Kornea di bagian depan : Jerbih dan transparan.
a. Lapisan kedua
Lapisan kedua adalah khoroid yang banyak mengandung pembuluh darah. Di
bagian depan khoroid terbuka membentuk lubang bundar yang disebut pupil
terletak di belakang kornea. Khoroid mengandung pigmen. Khoroid yang terletak
di sekitar pupil disebut iris. Di bagian belakang pupil terdapat lensa yang jernih
dan transparan sebab tersusun oleh protein kristalin. Lensa mata dapat berubah

28
kecembungannya. Perubahan kecembungan ini disebut akomodasi. Kemampuan
akomodasi mata diatur oleh otot yang disebut muskulus siliaris. Ruangan diantara
kornea dan lensa terisi cairan encer yang disebut aqueous humor, sedang di bagian
dalam mata terisi oleh cairan yang pekat dan transparan yang disebut vitreous
humor.
b. Lapisan ketiga
Di sebelah dalam lapisan khoroid terdapat lapisan ketiga yaitu retina yang tersusun
oleh reseptor peka cahaya dan sel-sel saraf. Sel saraf ada dua bentuk yaitu konus
(kerucut) dan basilus (batang). Sel konus peka terhadap sinar berwarna yaitu merah,
hijau, dan biru, sedang sel basilus peka terhadap sinar putih.
2. Indera Pendengaran
Pusat pendengaran adalah kokhlea (rumah siput), sedang pusat keseimbangan
adalah labirin yang terdiri atas : sakulus, utrikulus, dan saluran semisirkuler. Telinga
manusia terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Telinga luar : tersusun atas daun telinga, lubang telinga dan membran telinga.
b. Telinga tengah : merupakan rongga telinga yang di dalamnya terdapat 3 tulang yaitu
maleus, inkus dan stapes. Dari rongga telinga tengah ini terdapat saluran ke trachea
yang disebut eusthacius sehingga terjadi keseimbangan tekanan udara antara telinga
tengah dan udara luar.
c. Telinga dalam : tersusun atas kokhlea (rumah siput) sebagai pusat pendengaran dan
labirin (sakulus, utrikulus dan saluran semisirkularis) sebagai pusat keseimbangan.
3. Indera Peraba
Indera peraba adalah kulit. Kulit terdiri atas bagian luar (epidermis) dan bagian
dalam (dermis). Epidermis tersusun atas lapisan yaitu : (1). Stratum korneum, (2).
Stratum lusidum, (3). Stratum granulosum, (4). Stratum germinativum. Di bawah
epidermis terdapat lapisan dermis. Di lapisan dermis inilah dijumpai ujung saraf
yang berfungsi untuk mendeteksi rangsang yang datang yaitu :
a. Badan Meisner untuk meraba dan sentuhan
b. Badan Vater Pacini untuk tekanan
c. Badan Krause untuk dingin
d. Badan Ruffini untuk panas
e. Ujung saraf bebas untuk mendeteksi nyeri dan geli
Selain saraf di dermis juga dijumpai : pembuluh darah, otot, akar rambut,
kelenjar lemak dan kelenjar keringat.

29
4. Indera Pembau
Indera pembau adalah hidung dengan rangsang berupa gas yang larut dalam
lendir di hidung. Fungsi hidung adalah menyaring dan menghangatkan udara yang
akan masuk ke paru-paru.
5. Indera Pengecap
Indera pengecap adalah lidah. Di lidah terdapat bintil-bintil yang mengandung
ujung saraf sebagai reseptor. Bagian-bagian lidah yang mengandung reseptor
adalah sebagai berikut :
a. Ujung lidah untuk manis
b. Tepi samping dan depan untuk rasa asin
c. Tepi samping saja untuk rasa asam
d. Pangkal lidah untuk rasa pahit
Melalui praktikum ini siswa dapat mengetahui bagian-bagian organ sistem indera dan
siswa juga dapat mengetahui mekanisme kerja dari organ indera kita. Oleh karena itu siswa
akan menjaga kesehatan organ dan mudah-mudahan jadi pandai bersyukur. Dengan
mengetahui kerja organ siswa juga bisa memahami bahwa suatu sistem tidak akan bekerja
jika setiap bagian dari sistem itu tidak mampu bekerja. Koordinasi dan kerjasama selalu
dibutuhkan supaya sistem bisa bekerja.
D. Alat dan Bahan
• Hp Android
• Aplikasi assembler edu
• Kertas marker organ
• Internet
E. Cara Kerja
1. Gunakan hp untuk menginstal essembler edu kemudian jalankan aplikasi.
2. Gabung ke kelas untuk menggunakan Augmented Reality untuk melihat organ dan
bagian-bagiannya.
3. Pada menu yang menggunakan teknologi Augmented Reality, pengujian dilakukan
dengan mengarahkan kamera pada marker.
4. Amati apakah aplikasi dapat mendeteksi pola marker sehingga dapat menampilkan
objek 3D atau animasi.
5. Amati Augmented Reality dan beri keterangan bagian-bagiannya!
F. Hasil Pengamatan

30
No Gambar Organ Keterangan
1. Bagian-Bagian Mata :
1.
2.
3.
4.
5.

2. Bagian-Bagian Telinga :
1.
2.
3.
4.
5.

3. Bagian-Bagian Kulit :
1.
2.
3.
4.
5.

31
4. Bagian-Bagian Hidung :
1.
2.
3.
4.
5.

5. Bagian-Bagian Lidah :
1.
2.
3.
4.
5.

G. Analisis Hasil Pengamatan


1. Jelaskan bagian-bagian mata beserta fungsinya!
2. Jelaskan tentang struktur telinga yang berperan menerima gelombang suara!
3. Jelaskan 3 lapisan kulit beserta bagian-bagiannya!
4. Jelaskan struktur hidung yang berperan untuk menyaring udara pernapasan!
5. Jelaskan struktur papila yang ada di dalam organ lidah!
H. Evaluasi
1. Jelaskan titik buta yang ada dalam indera penglihatan? Kenapa tidak terlihat dalam
kehidupan sehari-hari?
2. Jelaskan tentang organ keseimbangan yang ada di telinga! Bagaimana mekanisme
kerjanya?
3. Bagaimanakah cara kulit membantu menurunkan suhu tubuh? Jelaskan!
4. Kenapa kalau flu atau pilek indera penciuman kita terganggu?
5. Lidah tidak memiliki reseptor untuk rasa pedas. Bagaimanakah cara lidah menanggapi
rangsang pedas?

32
Angket Respon Siswa

Petunjuk :
1. Terlebih dahulu isilah identitas diri Anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Pada kuisioner ini terdapat 15 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan
yang ada.
3. Pernyataan dalam kuesioner ini terkait pengalaman Anda mengikuti pembelajaran
praktikum berbantu LKPD Berbasis Augmented Reality serta berkenaan dengan soal tes
yang diujikan baik pada pre test maupun post test. Anda akan diminta untuk
mengungkapkan sikap Anda pada setiap pernyataan berdasarkan apa yang Anda rasakan.
Tidak ada jawaban yang “benar” atau “salah”. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan
pendapat Anda. Pikirkan tentang seberapa sesuai pernyataan-pernyataan berikut yang
menggambarkan pengalaman Anda dalam mengikuti pembelajaran dan tes yang diberikan.
4. Cara memilih jawaban adalah dengan melingkari angka berikut:
1 = jika Anda merasa sangat tidak setuju (STS)
2 = jika Anda merasa tidak setuju (TS)
3 = jika Anda merasa setuju (S)
4 = jika Anda merasa sangat setuju (SS)
Jika Anda ingin mengubah jawaban, silanglah jawaban yang salah, kemudian lingkari
jawaban lain.
5. Jawaban yang Anda berikan tidak berpengaruh pada penilaian, maka pastikan untuk
memberikan jawaban pada semua pernyataan.

33
Identitas Responden :
Nama : ………………………………………………………………
Kelas : ………………………………………………………………
Mata pelajaran : Biologi
Hari/Tanggal : ………………………………………………………………
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Penerapan LKPD Berbasis Augmnated Reality 1 2 3 4
dalam pembelajaran organ indera sangat membantu
saya dalam memahami konsep materi tersebut.
2. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
memudahkan saya dalam memahami berbagai
permasalahan dalam materi organ indera
3. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.
4. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membuat saya mengetahui teknologi virtual
5. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membuat pembelajaran menjadi aktif
6. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
dapat membantu saya melakukan pengamatan,
mencatat hasil pengamatan terutama bagian-bagian
organ dan menafsirkan/menghubungkan dengan
kehidupan
7. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
dapat membantu saya untuk melakukan prediksi
dan mengajukan pertanyaan
8 Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membantu saya untuk melakukan hipotesis.
9 Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membuat saya merancang percobaan,
menggunakan alat dan bahan

34
No. Pernyataan STS TS S SS
10 Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membuat saya dapat menerapkan konsep dan
mengemukakan hasil pengamatan
11. Penerapan LKPD Berbasis Augmented Reality 1 2 3 4
membuat saya aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.
12. Pembelajaran dengan LKPD Berbasis Augmented 1 2 3 4
Reality hendaknya diterapkan dan dikembangkan
dalam pembelajaran praktikum
13. Pembelajaran dengan LKPD Berbasis Augmented 1 2 3 4
Reality dapat meningkatkan kerja sama kelompok
14. Pembelajaran dengan LKPD Berbasis Augmented 1 2 3 4
Reality menarik karena menggunakan teknologi
15. Pembelajaran dengan LKPD Berbasis Augmented 1 2 3 4
Reality membuat organ terlihat 3D sehingga mudah
untuk melihat bagian-bagiannya
Cirebon, …………..

……………………………

35

Anda mungkin juga menyukai