Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN ANTARA RATIONAL THINKING SKILL DENGAN

KEMAMPUAN LITERASI SISWA KELAS XII SMAN 1


KOTA SUNGAI PENUH PADA MATERI
PEMBELAJARAN GENETIKA

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis sebagai sebagai syarat untuk penulisan skripsi pada


jurusan tadris biologi fakultas tarbiah dan ilmu keguruan

OLEH:

RONALDO PUTRA
NIM:1710204021

TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2019 M/1441 HDAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................... i

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1


B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Batasan Masalah .......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB II.KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 9 dim


lan
A. Landasan Teori ............................................................................ 9 mis
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................ 19 2. r
C. Uji hipotesis................................................................................. 24 ski
D. Kerangka konseptual ................................................................... 24 dst

BAB III.METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 25

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 25


B. Tempat Danwaktu Penelitian ...................................................... 25
C. Populasi Dan Sampel .................................................................. 25
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 27
E. Teknik Reliabelitas Dan Validitas Instrumen ............................. 27
F. Teknik Analasis Data .................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 31

DAFTAR TABEL ................................................................................. 26


A. Tabel 1. Jumlah populasi sampel ............................................... 1

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembelajaran sains bukan hanya sekedar menguasai sekumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep,prinsip atau teori saja. Belajar
akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang mereka
pelajari. Cabang dari sains diantaranya itu adalah biologi, Biologi
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang dipelajari pada
tingkat pendidikan menengah atas.1
Biologi adalah ilmu tentang hidup dan kehidupan organisme dari
masa lampau sampai prediksi masa depan, baik dalam hal struktur, fungsi,
taksonomi, pertumbuhan dan perkembangannya. Dewasa ini biologi telah
banyak mengalami revolusi keilmuan melampaui revolusi fisika dan kimia
yang lebih dahulu mendominasi khazanah ilmu pengetahuan. Implikasi
dari revolusi biologi telah menjangkau ke hampir semua cabang cabang
ilmu biologi, seperti halnya genetika, fisiologi, anatomi, taksonomi, dan
bidang bidang lain yang sederajat. 2
Mengamati realitas pembelajaran Biologi saat ini, kecenderungan
siswa untuk membaca teks Biologi masih tergolong rendah. Rendahnya
minat baca siswa dan kemampuan membaca yang tidak tinggi merupakan
tantangan yang dihadapi saat ini. Beberapa penelitian telah mengungkap
faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya minat dan kemampuan
membaca/literasi siswa terhadap buku ajar Biologi. 3

1
Rahmi Zulva,”hubungan antara berpikir rasional siswa sma dengan hasil belajar dalam
pembelajaran kooperatif menggunakan konstructive feedback”jurnal ilmiah pendidikan fisika
‘albiruni’doi,vol 5.n0 1,(april,2016),hl 63.

Slamet Hariyadi,” Evaluasi Akademik Mahasiswa Biologi Terhadap Perkuliahan


2

Genetika Di Universitas Jember”, Jurnal ßIOêduKASI , Vol 3 No 2 ( Maret, 2015) 336.


3
Vitta Yaumul Hikmawati dan Leo Muhammad Taufik,” Urgensi Strategi Membaca Pada
Pembelajaran Biologi Masa Depan”, Jurnal Bio Educatio, Volume 2, Nomor 2,(Oktober 2017),
hlm. 40-48.

1
2

Berdasarkan hasil observasi dari penelitian sebelumnya pada


proses pembelajaran biologi di kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Boyolali
tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa siswa kelas X MIA 1
mengalami kesulitan dalam menunjukkan fakta-fakta pendukung atau
informasi didalam suatu teks, serta mengaitkan pengetahuan yang dimiliki
dengan berbagai topik lain. Mayoritas siswa belum terbiasa dalam hal
membedakan fakta atau detil bacaan dan menafsirkan ide penunjang dari
suatu informasi dan belum mampu dalam mengungkapkan pikiran atau
pendapat mereka sendiri, pemilihan kata berkaitan dengan pengungkapan
pikiran/ pendapat. Siswa juga kurang dilatihkan untuk menghubungkan
informasi tertulis dengan gagasan, dan pengetahuan sebelumnya. Hal ini
terlihat selama proses pembelajaran saat guru memberikan soal essay
panjang yang memerlukan penalaran dan pemahaman siswa kesulitan
untuk menjawabnya. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari literasi
membaca.Berdasarkan hasil pengamatan Pengembangan Model dan
Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi tersebut, dilakukan pengukuran literasi membaca yang
diujikan melalui tes uraian berdsarkan pedoman PISA (Programme for
International Sains Assesment) kepada 33 siswa, hasil pengujian
menunjukkan bahwa persentase rata-rata capaian siswa kelas X MIA 1
SMAN 1 Boyolali adalah sebesar 61,24%, sehingga perlu ditingkatkan.4
Genetika merupakan bagian dari ilmu biologi yang membutuhkan
literasi dalam memahami dan mengaplikasinya dalam kehidupan. Genetika
lebih dari sekedar kumpulan konsep, karena dalam genetika juga terdapat
kumpulan nyata. Genetika berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari,
seperti makanan, kesehatan lingkungan, interaksi mahluk hidup, dan lain
sebagainya. Siswa yang mempunyai kemampuan literasi yang bagus
maka dapat dengan mudah memecahkan masalah dalam kehidupan sehari

4
Rahmania Pamungkas, Riezky Maya Probosari, Dewi Puspitasari,” Peningkatan Literasi
Membaca Melalui Penerapan Problem Based Learning Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X
Mia 1 Sman 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015” ,(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Sains (SNPS) , Surakarta, 19 November 2015),hl 407.
3

hari. Termasuk masalah dalam pembelajaran genetika ,oleh karena itu


kemampuan literasi adalah hal yang penting bagi siswa. Literasi dapat
dimaknai sebagai kemampuan membaca, menulis, memandang, dan
merancang suatu hal dengan disertai kemampuan berpikir kritis yang
menyebabkan sesorang dapat berkomunikasi dengan efektif dan efesien
sehingga menciptakan makna terhadap dunianya.5,6
Namun masih terdapat kekurangan dalam hal kemampuan literasi
pada masyarakat khususnya pada rendahnya minat baca masyarakat
termasuk siswa memiliki kebiasaan membaca yang rendah. Rendahnya
kemampuan membaca siswa-siswi kita antara lain tergambar dalam hasil
riset Laporan Bank Dunia No. 16369-IND dan Studi IEA (International
Association for the Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur,
menunjukkan bahwa tingkat terendah membaca anak-anak dipegang oleh
negara Indonesia. Kajian PIRLS (Progress in International Reading
Literacy Study) yaitu studi internasional dalam bidang membaca p ada
anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh IEA ini menunjukkan
bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah
dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan siswa Indonesia
kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat terendah di kawasan Asia. Indonesia
mendapat skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1);
Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan anak-
anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, yaitu 30
persen saja dari materi bacaan karena mereka mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran.7

5
Selly Marlinaax, Edy Chandraa, Dewi Cahyania,” Kualitas Literasi Biologi Buku Teks
Biologi Kelas Xii Semester Ii Pada Pokok Bahasan Bioteknologi”,jurnal ilmu alam indonesia,
Volume 1, No 1, (Februari 2018), 1-13.

6
Muhammad Kharizmi,” Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan
Kemampuan Literasi”, jupendas,Vol. 2, No. 2,(September ,2015),hl 14.

7
Sri Wahyuni,” Menumbuh kembangkan Minat Baca Menuju Masyarakat Literat”, diksi
Vol 17 ,No 1 ,(Januari 2010),hal 180.
4

Untuk itu pentingnya Keterampilan literasi,memiliki pengaruh


penting bagi keberhasilan generasi muda. Keterampilan literasi yang baik
akan membantu generasi muda dalam memahami informasi baik lisan
maupun tertulis. Dalam kehidupan, penguasaan literasi pada generasi
muda sangat penting dalam mendukung kompetensi-kompetensi yang
dimiliki. Kompetensi dapat saling mendukung apabila generasi muda
dapat menguasai literasi atau dapat diartikan generasi muda melek dan
dapat memilah informasi yang dapat mendukung keberhasilan hidup
mereka.8
Tingkat kecerdasan diduga memiliki hubungan dengan
kemampuan literasi sains siswa. Hal ini disebabkan karena penerapan
berpikir logis dan kemampuan penalaran abstrak yang menjadi lebih baik
seiring dengan perkembangan intelektual diasumsikan dapat menunjang
kemampuan literasi sains siswa. Kecerdasan intelektual yang diukur
melalui sebuah tes kecerdasan akan mengambarkan kecerdasan seseorang
secara hampir keseluruhan. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi/rasional yang baik dan tingkat kecerdasan yang baik
diharapkan akan memiliki kemampuan literasi sains yang baik pula.9
Dalam penelitian ini, berpikir yang menjadi sasaran/kajian
penelitian ialah berpikir rasional yang dikemukakan oleh Novak, Dalam
kamus besar bahasa Indonesia,rasional diartikan sebagai pikiran dan
timbangan yang logis menurut pikiran yang sehat dan cocok dengan
akal.Menurut Novak, berpikir rasional merupakan sekumpulan aktifitas
mental mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, meliputi 10
kecakapan, yaitu: kecakapan siswa dalam menghafal (recalling),
meramalkan (imagining), mengklasifikasi (classifying), menggeneralisasi

8
Putri Oviolanda Irianto, Lifia Yola Febrianti,” Pentingnya Penguasaan Literasi Bagi
Generasi Muda Dalam Menghadapi Mea”,( The 1st Education and Language International
Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula
:bandung,may 2017) hal 641.
9
Putri Emilia Yuriza, Adisyahputra, Diana Vivanti Sigit,” Hubungan Antara Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kecerdasan dengan Kemampuan Literasi Sains Pada Siswa
SMP”, JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB), Volume 11 No 1, (2018),13-20.
5

(generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating),


menganalisis (analyzing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi
(deducing) dan menyimpulkan (inferring).10
Berpikir rasional adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang
berkaitan dengan pemecahan masalah. Umunya siswa yang berpikir
rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar dasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan “apa”, “mengapa” dan “bagaimana”. Berpikir
rasional menuntut siswa untuk menggunakan logika dalam menentukan
sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, menciptakan hukum
(kaidah teoritis) dan bahkan menciptakan ramalan-ramalan ,menurut
Rebber dalam Muhibbin.11
Keterampilan berpikir rasional digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. Secara rasional siswa dapat mencerna dan
menganalisis apa-apa yang diamati, sehingga siswa akan lebih mudah
menyelesaikan masalah dengan tepat dan menyimpulkan dengan baik dan
benar. Hakikatnya setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk
berpikir secara rasional, kemampuan berpikir inilah yang menjadikan
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diatara makhlu
kmakhluk lainnya, menurut Hendrayana. Oleh sebab itu,jika berpikir
rasional siswa dilatihkan dalam proses pembelajaran diharapkan hasil
belajar siswa akan meningkat.12
Penelitian lain menunjukkan adanya aspek keterampilan berpikir
rasional yang masih cukup rendah yaitu menghafal dan mensintesis. Hal

10
Rahmi Zulva,”hubungan antara berpikir rasional siswa sma dengan hasil belajar dalam
pembelajaran kooperatif menggunakan konstructive feedback”jurnal ilmiah pendidikan fisika
‘albiruni’doi,vol 5. No 1,(april,2016),hl 65.

11
Bayu Purnama Galuh,”pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Keterampilan
Berpikir Rasional Siswa Pada Subkonsep Pencemaran Air”, Jurnal Soshum Insentif, Volume 3,
No. 1, (2020)h4.
12
Sri Latifah,Syarifuddin Basyar dan Bangun Sasmiyati,” Pengaruh Model Pembelajaran
Treffinger Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kecakapan Berpikir Rasional Peserta Didik
“,jurnal pendidikan fisika universitas muhammadiyah metro.Vol VII .No 2,(September, 2019), hal
158.
6

ini dikarenakan siswa SMK yang diteliti terbiasa dengan praktek langsung.
Sehingga untuk aspek menghafal yang berupa mengingat konsep yang
telah diajarkan dan mensintesis masalah belajar masih diperlukan
pembiasaan penerapan model 13
Ini sesuai dengan pendapat Susantini, yang menyatakan genetika
merupakan topik yang sulit tetapi penting dalam sains sekolah. Tes
diagnostik yang pernah dilakukan menunjukkan hasil yang sama, yaitu
perolehan konsep genetika SMA rendah. Tes diagnostik tersebut
dikenakan pada mahasiswa baru sebelum kegiatan perkuliahan
berlangsung. Logika siswa sering kali terbatas pada pengalaman yang
dekat dengan sesuatu yang dapat mereka lihat dan secara langsung dapat
direka-reka.14
Materi genetika mempunyai kaitan dengan literasi dan berpikir
rasional karena dalam memahami genetika membutuhkan literasi dan
memecahkan masalah dalam materi genetika yang abstrak membutuhka
keterampilan berpikir rasional. Materi genetika merupakan bagian materi
yang diberikan di jenjang SMA. Pada jenjang SMA materi genetika sesuai
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi materi genetik Gen, DNA
dan kromosom; replikasi, sintesis protein; reproduksi sel (mitosis dan
meiosis), pewarisan sifat dan mutasi. Materi genetika dirasakan sulit oleh
sebagian besar siswa karena materi ini bersifat abstrak, perkembangan
genetika molekuler berkembang sangat pesat sementara informasi di buku
ajar masih berorientasi genetika klasik.15
Menurut Venville dari hasil penelitiannya menyampaikan bahwa
siswa menganggap pelajaran genetika melelahkan dan membosankan.

13
Marlina, Zainuddin, dan Syubhan Annur,” Keefektifan Model Children Learning In
Science (Clis) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa”, Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika, Vol 1 no 3,( Oktober 2013) hl 237-238.
14
Slamet Hariyadi,” Evaluasi Akademik Mahasiswa Biologi Terhadap Perkuliahan
Genetika Di Universitas Jember”, Jurnal ßIOêduKASI, Vol 3. No 2 (Maret 2015) hl 337.

15
Elya Nusantari,” Analisis dan Penyebab Miskonsepsi pada Materi Genetika Buku
SMA Kelas XI”, BIOEDUKASI ,vol 4 no 2 (agustus,2011)72.
7

Siswa sulit memahami konsep genetika karena abstrak bagi mereka dan
jauh dari kehidupan sehari-hari. Siswa tidak mampu mengkonstruksi
genetika secara utuh serta siswa tidak mampu menghubungkan antar
konsep genetika16.
Berdasarkan observasi yang dilakukan disekolah SMAN 1 KOTA
SUNGAI PENUH didapatkan hasil bahwa tanggapan siswa ketika guru
memberikan soal esai yang panjang,siswa sering mengeluh soalnya
kepanjangan sehingga menghabiskan waktu ujian tersebut dan ketika
siswa diberikan untuk memaknai dari materi pelajaran tentang genetika
banyak yang tidak tahu,dan perpustakaan sekolah sebelum pandemi covid
19 tidak ramai dikunjungi siswa,dan sebelum dijelaskan siswa tidak tahu
tentang kaitan antara RNA DAN DNA,dan hanya sebagian kecil siswa
yang mencari tambahan materi yang berhubungan dengan genetika.
Berdasarkan pemaparan permasalah diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan keterampilan berpikir rasional
dengan kemampuan literasi siswa kelas XII SMA pada materi
pembelajaran genetika.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Siswa mengalami kesulitan memahami pelajaran Biologi. hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain hafalan yang cukup
banyak, kesulitan untuk mengingat istilah asing dan bahasa latin, serta
media belajar yang digunakan kurang menarik
2. Siswa sulit memahami materi genetika karena bersifat abstrak
3. Siswa lebih banyak menerapkan metode menghafal pada materi
genetika
4. Semangat belajar siswa belum maksimal
5. Kurang menerapkan metode berpikir rasional dan kemampuan literasi
materi genetika pada kelas XII SMAN 1 KOTA SUNGAI PENUH
C. BATASAN MASALAH

16
Elya Nusantari,” Analisis dan Penyebab Miskonsepsi pada Materi Genetika Buku SMA
Kelas XII”, BIOEDUKASI ,Vol4, No 2,( Agustus 2011 ), hal. 72-85.
8

1. Hubungan keterampilan berpikir rasional dengan kemampuan literasi


siswa kelas XII pada pokok pembelajaran genetika diteliti pada ranah
siswa SMA klass XII .
2. Diteliti pada pokok pembelajaran genetika
3. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 KOTA SUNGAI PENUH
D. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keterampilan berpikir rasional siswa kelas XII SMAN 1
KOTA SUNGAI PENUH pada pokok pembelajaran genetika?
2. Bagaimana kemampuan literasi siswa kelas XII SMAN 1 KOTA
SUNGAI PENUH dengan pokok pembelajaran genetika?
3. Bagaimana hubungan keterampilan berpikir rasional dengan
kemampuan literasi siswa kelas XII SMAN 1 KOTA SUNGAI
PENUH pada materi pembelajaran genetika?
E. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini siswa atau guru bisa mengetahui
apakah terdapat hubungan keterampilan berpikir rasional dengan
kemampuan literasi siswa kelas XII SMAN 1 KOTA SUNGAI PENUH
pada materi pembelajaran genetika dan metode ini dapat diterapkan pada
sekolah tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
a. Pengertian keterampilan berpikir rasional
Menurut Descartes (1596 – 1650) filsuf prancis mengemukakan
bahwa sumber pengetahuan menusia adalah pikiran, rasio, jiwa
manusia. Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran dasar tersebut.
Descartes menggunakan metode “Deduksi”, yaitu dia mededuksikan
prinsip-prinsip kebenaran yang diperolehnya kepada prinsip-prinsip
yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari definisi dasar yang jelas.
Sebagaimana yang ditulis oleh Robert C. Solomon dan Kathleen M.
Higgins dalam buku sejarah filsafat,“kunci bagi deduksi keseluruhan
Descartes akan berupa aksioma tertentu yang akan berfungsi sebagai
sebuah premis dan berada diluar keraguan. Dan aksioma ini
merupakan klaimnya yang terkenal Cogito ergo sum “Aku berpikir
maka aku ada”.17
Kata ” berpikir rasional” oleh orang Indonesia diberi arti harfiah
secara sangat sederhana, yaitu berfikir sesuai dengan sistem logika
atau berpikir sesuai dengan akal sehat. Akan tetapi pada kenyataannya
berpikir rasional merupakan salah satu alasan yang menjadikan orang
mau mengikuti pendidikan seumur hidupnya, tidak hanya di Indonesia
tetapi di seluruh dunia. 18
The Educational Polcies Commision dari Amerika Serikat
menurut Lawson, menentukan sepuluh ketrampilan berpikir rasional
yang meliputi:

17
H.Muhammad Bahar Akkase Teng, “Rasionalis Dan Rasionalisme Dalam Perspektif
Sejarah”, jurrnal unhas,V o l u m e 4 . N o m o r 2 ,( D e s e m b e r ,2 0 1 6 ),hal 18.
18
Rini nafsiati astuti,”peta konsep pembelajaran ipa untuk meningkatkan keterampilan
berpikir rasional siswa sd/mi” peta konsep pembelajaran ipa madrasah,vol 2 . NO 1,(
desember,2009),hal 6.

9
10

1. Mengingat (recalling) apa yang telah didapat sebelumnya baik


berupa pengalaman maupun pengetahuan untuk dapat
digunakan dalam membangun pengetahuan yang lebih luas.
2. Berimajinasi (imagining) yakni kemampuan untuk
menciptakan bentuk baru dari suatu pengetahuan atau
membuat karya sebagai ekspresi seni
3. Mengelompokkan (classifying) melibatkan kemampuan
memisahkan atau menggabungkan berdasarkan satu ataupun
seperangkat atribut untuk dijadikan criteria.
4. Menggeneralisasikan (generalizing) melibatkan kemampuan
mengenali cirri individu atau kejadian yang dapat digunakan
untuk mengenali kelompok yang lebih besar atau lebih umum.
5. Membandingkan (comparing) seperti generalisasi kemampuan
ini menuntut kemampuan untuk mengenali ciri individu atau
kelompok yang memiliki keteraturan atau pola tersendiri dan
mengenali bahwa kelompok lain memiliki pola yang berbeda.
6. Mengevaluasi (evaluating) melibatkan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam memilih berdasarkan hasil
membandingkan atau menggeneralisasikan.
7. Menganalisis (analyzing) adalah melakukan pengelompokan
membandingkan serta menggeneralisasikan data atau kejadian’
8. Mensitesis (synthesizing) melibatkan kemampuan
mengelompokan menggeneralisasikan membandingkan dan
mengevaluasi sehingga menghasilkan suatu definisi sendiri
atau mungkin juga menghasilkan suatu kreteria
pengelompokan baru.
9. Mendeduksi (deducing) selalu melibatkan kemampuan
mengelompokkan dan menggeneralisasikan fakta atau data
11

yang sangat terbatas untuk dapat membentuk suatu ide yang


unik.
10. Membuat inferensi (inferring) yang melibatkan seluruh
kemampuan pada tingkat sebelumnya.19
Untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir rasioanal,
perlu dipahami karakteristik terlebih dahulu. Karakteristik dari
keterampilan berpikir rasional adalah: berjenjang, artinya seseorang
yang memiliki ketrampilan membuat kesimpulan (inferring) secara
otomatis telah menguasai keterampilan yang tingkatannya lebih
rendah; dapat diukur tingkat penguasaannya; dapat dilatihkan melalui
pembelajaran.20
Menurut Novak (1979, dalam Baskoro, 2001) berpikir
rasional merupakan sekumpulan aktifitas mental mulai dari yang
sederhana menuju yang kompleks, meliputi 10 kecakapan, yaitu:
kecakapan siswa dalam menghafal (recalling), meramalkan
(imagining), mengklasifikasi (classifying), menggeneralisasi
(generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi
(evaluating), menganalisis (analyzing), mensintesis (synthesizing),
mendeduksi (deducing) dan menyimpulkan (inferring).21
Menurut Costa menyatakan bahwa “kegiatan berpikir yang
dilakukan dengan menggunakan keterampilan berpikir dasar dan
ketrampilan berpikir kompleks” keterampilan berpikir dasar meliputi
kualifikasi klasifikasi ,hubungan variable, transformasi, dan hubungan

19
Rini nafsiati astuti,”peta konsep pembelajaran ipa untuk meningkatkan keterampilan
berpikir rasional siswa sd/mi” peta konsep pembelajaran ipa madrasah,vol.II NO.1,(
desember,2009),hal 6
20
Ibid
21
Rahmi Zulva,”hubungan antara berpikir rasional siswa sma dengan hasil belajar dalam
pembelajaran kooperatif menggunakan konstructive feedback”jurnal ilmiah pendidikan fisika
‘albiruni’doi:vol 5. No 1,(april,2016),hl 65.
12

sebab akibat. Keterampilan berpikir kompleks meliputi problem


solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif.Keterampilan berpikir rasional adalah dasar dari keterampilan
dari berpikir komples yang dapat dilatih pada siswa. dalam berpikir
rasional siswa dituntut menggunakan data, prinsip, logika, untuk
menentukan sebab akibat dan menarik kesimpulan.22
Berpikir rasional merupakan kemampuan menganalisa informasi
dengan pertimbangan tertentu untuk membuat kesimpulan. Berpikir
rasional adalah mengorganisasikan proses yang digunakan dalam
aktivitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
meyakinkan, menganalisis asumsi asumsi dan penemuan ilmiah.
Berpikir rasional juga merupakan kemampuan mengevaluasi secara
sistematis kualitas pemikiran diri sendiri dan orang lain.23
b. Kemampuan literasi
Literasi yang dalam bahasa inggrisnya literacy berasal dari bahasa
Latin yaitu litera (huruf) sering diartikan sebagai keaksaraan. Jika
dilihat dari makna hurufiah literasi berarti kemampuan seseorang
untuk membaca dan menulis. Pada awalnya, literasi dimaknai sebagai
suatu keterampilan membaca dan menulis, tetapi dewasa ini
pemahaman tentang literasi semakin meluas maknanya. Pemahaman
terkini mengenai makna literasi mencakup kemampuan membaca,
memahami, dan mengapresiasi berbagai bentuk komunikasi secara
kritis, yang meliputi bahasa lisan, komunikasi tulis, komunikasi yang

22
M. Taufiq, Nurmaulia,” Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Division Terhadap Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas Viii Smp
Negeri 1 Dewantara Pada Materi Pesawat Sederhana”,Jurnal Pendidikan Almuslim, Edisi Khusus,
No. 1 (Juni 2015) ,hal 2.
23
Prastika fanbera verada,” efektifitas model pembelajaran spics(student
centered,problem based, interest,confident,and satisfaction”,skripsi digital repository universitas
jember (2016),hal 19.
13

terjadi melalui media cetak atau pun elektronik, menurut Wardana dan
Zamzam. 24
Musthafa mengemukakan, bahwa literasi dalam bentuk yang
paling fundamental mengandung pengertian kemampuan membaca,
menulis, dan berpikir kritis. Artinya, dengan seseorang yang literat
adalah seseorang yang membaca dan menulis disertai kemampuan
mengolah informasi yang diperoleh dari aktivitas membaca dan
menulis tersebut. Dari berbagai definisi di atas, penulis menyimpulkan
bahwa literasi dapat dimaknai sebagai kemampuan membaca, menulis,
memandang, dan merancang suatu hal dengan disertai kemampuan
berpikir kritis yang menyebabkan sesorang dapat berkomunikasi
dengan efektif dan efesien sehingga menciptakan makna terhadap
dunianya. 25
Menurut Ardianto, E. dkk.,Berdasarkan hasil pengolahan data
diketahui bahwa secara umum kemampuan literasi siswa dalam
membaca masih rendah. Kondisi ini terjadi baik pada siswa laki-laki
maupun siswa perempuan, baik yang tinggal di desa maupun tinggal di
kota. Rendahnya kemampuan membaca siswa kita dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
1. Metode pembelajaran yang dijalankan guru. Sebab, umumnya
siswa di sekolah diajarkan membaca dengan cara menghafal.
Menghafal menjadi salah satu penghambat tingkat literasi
membaca siswa. Siswa tidak begitu kesulitan membaca, tapi kalau
diminta memaknai isi bacaan, mereka lemah.Untuk itu dibutuhkan
pembelajaran literasi yang bermutu pada semua mata pelajaran.

24
Muhammad Kharizmi,” Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan
Kemampuan Literasi”, jupendas,Vol. 2. No. 2,(September ,2015),hal 13.
25
Ibid
14

2. Kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh faktor determinisme


genetik, yakni warisan orangtua. Seseorang yang gemar membaca
dibesarkan dari lingkungan yang cinta membaca.Lingkungan
terdekatnya inilah yang akan mempengaruhi seseorang untuk
mendekatkan diri pada bacaan, jadi seseorang tidak suka membaca
karena memang sejak kecil dibesarkan oleh orangtua yang tidak
pernah mendekatkan dirinya pada bacaan. Lain halnya dengan
negara maju seperti Jepang, budaya membaca adalah suatu
kebiasaan yang telah menjadi kebutuhan bagi masyarakatnya.
Ibarat sandang, pangan dan papan, membaca merupakan bagian
dari kehidupan mereka tiap harinya.
3. Pengaruh permainan (game) yang makin canggih dan variatif serta
tayangan televisi yang semakin menarik, telah mengalihkan
perhatian anak dari buku. Tempat hiburan yang makin banyak
didirikan juga membuat anak-anak lebih banyak meluangkan
waktu ke tempat hiburan daripada membaca buku.
4. Masih minimnya sarana untuk memperoleh bacaan juga menjadi
salah satu faktor penyebab rendahnya minat baca masyarakat
Indonesia. Andaipun harus membeli, harga buku yang ada di
pasaran relatif mahal. Hal ini menyebabkan orang tua tidak
membelikan buku bacaan tambahan selain mengutamakan buku-
buku yang diwajibkan oleh sekolah. Apalagi kondisi ekonomi
masyarakat yang kurang mampu, jangankan terpikir untuk
5. Membeli buku bacaan, untuk memiliki ongkos pergi kesekolah pun
terkadang menjadi hambatan bagi mereka26
Literasi sains sangat penting dimiliki oleh siswa. Siswa yang
memiliki kemampuan literasi sains akan dapat menerapkan

26
Sri Aryani,” Studi Eksplanatif Kemampuan Literasi Membaca Siswa Sma Di Kota
Sukabumi,” DEIKSIS - Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,(suka bumi),hal 62.
15

pengetahuan mereka untuk memecahkan permasalahan dalam


situasi kehidupan sehari-hari baik dalam lingkup pribadi, sosial atau
pun global (OECD, 2009). American for the Advancement of Science
(dalam Impey, et al., 2011) menyatakan masyarakat yang berliterasi
sains akan dapat menggunakan cara berfikir ilmiah untuk tujuan
individual dan sosial.27
Menurut Seto Mulyadi kesadaran literasi itu penting untuk
ditumbuh kembangkan, karena bisa membuat para siswa kita menjadi
cerdas dalam melihat masalah dalam kehidupannya. Siswa yang cerdas
akan membuat bangsa kita maju. Namun ketika perkembangan
kemampuan literasi mereka tidak disokong oleh praktik dan
lingkungan literasi yang ideal, maka kesulitan pasti akan dihadapi oleh
para siswa tersebut dalam meningkatkan kemampuan literasi mereka.
Dari segi praktik yang tidak sesuai dengan idealnya, seperti siswa lebih
sering diarahkan untuk berbicara tentang bahasa dari pada berlatih
menggunakan bahasa atau kurangnya kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan evaluasi, pengelolaan
kelas dan pembelajaran individual siswa kurang intensif, jumlah buku
ajar tidak seimbang dengan jumlah siswa, dan evaluasi hasil belajar
terfokus pada aspek kemampuan berbahasa belum berjalan semestinya,
akan menimbulkan kesulitan pada siswa dalam pemerolehan literasi
atau meningkatkan kemampuan literasinya. Perihal terhadap sulit
berkembangnya literasi pada siswa ini tidak disadari baik oleh guru
maupun oleh siswa. Hal ini hanya mengalir sebagaimana adanya.28

27
Putri Emilia Yuriza, Adisyahputra, Diana Vivanti Sigit,” Hubungan Antara Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kecerdasan dengan Kemampuan Literasi Sains Pada Siswa
SMP”, JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB, Volume 11 No 1, (maret,2018),hal 13-
20.
28
Muhammad Kharizmi,” Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan
Kemampuan Literasi”, JUPENDAS, Vol. 2, No. 2,( September 2015),hal 17.
16

Literasi saintifik memandang pentingnya keterampilan berpikir


dan bertindak yang melibatkan penguasaan berpikir dan menggunakan
cara berpikir saintifik dalam mengenal dan menyikapi isu-isu sosial.
Literasi saintifik berkembang sejalan dengan pengembangan life skills
yaitu perlunya keterampilan bernalar dan berpikir ilmiah dalam
konteks sosial dan menekankan bahwa literasi saintifik diperuntukan
bagi semua orang, bukan hanya kepada mereka yang memilih berkarir
dalam bidang sains dan teknologi.29
Bagaimanakah upaya membangkitkan minat baca masyarakat
agar menjadi masyarakat yang literat? Sebenarnya telah banyak kajian
tentang bagaimana membangkitkan minat baca. Beberapa hal berikut
ini dapat dilakukan sesuai dengan proporsi tugas dan peran kita
masing-masing:
1. Membiasakan Anak Membaca Sejak Dini
2. Menyediakan Buku yang Menarik
3. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kebiasaan Membaca
4. Memperbaiki Kembali Penampilan Perpustakaan agar Menarik30
Menurut Gormally, indikator literasi antara lain:
1. Mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid
2. Melakukan penelusuran literatur yang efektif
3. Memahami elemen-elemen desain penelitian dan bagaimana
dampaknya terhadap temuan/kesimpulan
4. Membuat grafik secara tepat dari data
5. Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif,
termasuk statistik dasar

29
Hadi Suwono, Lutfi Rizkita, & Herawati Susilo,” Peningkatan Literasi Saintifik Siswa
Sma Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Sosiosains”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor
2, (Desember 2015), hlm. 136-144.
30
Sri Wahyuni,” Menumbuhkembangkan Minat Baca Menuju Masyarakat Literat”, diksi
Vol. : 17 No. 1( Januari 2010)hl 184-185.
17

6. Memahami dan menginterpretasikan statistik dasar, dan


melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan
berdasarkan data kuantitatif.31
c. Pengertian genetika
Objek kajian dalam biologi beraneka ragam sehingga ilmu
pengetahuan ini dibagi menjadi beberapa cabang salah satunya adalah
Genetika. Genetika merupakan salah satu topik yang dianggap paling
sulit oleh banyak mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian pada siswa
kelas XI di Distrik Rize Turki oleh Çimer , diketahui terdapat lima
topik yang paling sulit dipelajari siswa diantaranya adalah materi gen
dan kromosom. Dalam hasil penelitian lainnya, Fauzi & Mitalistiani,
menunjukkan bahwa Genetika merupakan topik yang dianggap tersulit
oleh mayoritas mahasiswa sarjana strata satu jurusan biologi. Lebih
lanjut oleh Fauzi & Fariantika, mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan Genetika dianggap sebagai cabang biologi yang paling
sulit untuk mahasiswa pelajari adalah sifat konsep yang abstrak, sulit
dipahami, terlalu banyak untuk dipelajari, serta mengandung banyak
istilah asing yang sulit dimengerti oleh mahasiswa jurusan biologi dan
pendidikan biologi.32
Materi genetika merupakan bagian materi yang diberikan di
jenjang SMP dan SMA. Pada jenjang SMA materi genetika meliputi7
kelompok konsep yakni Arti dan Ruang Lingkup Genetika; Materi

31
Yesika Rahmadani, Nur Fitakurahmah, Nabela Fungky, Restu Prihatin, Qonita Majid,
Baskoro Adi Prayitno,” Profil Keterampilan Literasi Sains Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Karanganyar”, Jurnal Pendidikan Biologi ,7 (3), (2018) ,183 – 190.

32
Maria Waldetrudis Lidi, Maimunah H. Daud,” Penggunaan Media Animasi Pada Mata
Kuliah Biologi Dasar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Motivasi Mahasiswa Materi
Genetika”, Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi , 3 (1), ( september 2019)hlm1-9.
18

genetik Gen dan Kromosom; Hubungan DNA-RNA-Polipeptida


dalam Sintesis Protein; Reproduksi Sel (mitosis dan meiosis),
Pewarisan Sifat pada makhluk Hidup; Penentuan Jenis Kelamin dan
Mutasi. Konsep genetika dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa
karena materi ini bersifat abstrak, perkembangan genetika molekuler
berkembang sangat pesat sementara informasi di buku ajar masih
berorientasi genetika klasik.33
Genetika merupakan konsep/materi sains yang penting untuk
diajarkan di sekolah. Dinyatakan oleh Th. Dobzhans’/ky dalam Ayala
& Kinger (1984) bahwa “Nothing in biology is understandable except
the light of genetics. Genetics is the core biological science”.
Genetika menjadi dasar bagi pengembangan ilmu biologi maupun
ilmu lain yang terkait dengan biologi. Konsep-konsep genetika
umumnya dianggap bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami
baik oleh guru maupun siswa. Materi genetika juga bersifat esoterik
karen meliputi obyek-obyek yang bersifat mikroskopik dan proses-
prosesnya di luar kehidupan sehari-hari siswa.34
Kesulitan belajar pada materi Genetika juga dirasakan oleh
Siswa di Medan yang diteliti oleh menurut Azizah bahwa
mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam
pewarisan sifat (gen, kromosom) dan indikator ke2 yaitu membedakan
pengertian sifat resesif dominan dan intermediet berada dalam
kategori kesulitan sedang, pada indikator ke-3 yaitu menentukan
gamet dari genotipe fetus/induk berada dalam kategori kesulitan
tinggi, dan indikator ke-4 yaitu menentukan rasio hasil persilangan-

33
Elya Nusantari,” Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar di
Sekolah Menengah Atas”,Jurnal Pendidikan Sains, Volume1.Nomor 1,
(Maret 2013), Halaman 52-64.
34
Chumidach Roini,” Organisasi Konsep Genetika Pada Buku Biologi Sma Kelas Xii”,
Jurnal EduBio Tropika, Volume 1. Nomor 1,( Oktober 2013), hlm. 1-6.
19

persilangan monohibrid dan dihibrid melalui bagan berada dalam


kategori kesulitan sangat tinggi.35
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Putri Emilia
Yuriza, Adisyahputra, Diana Vivanti Sigit, menurut Holton
menyebutkan bahwa literasi sains merupakan tujuan utama dari
pendidikan sains pada siswa berusia 15 tahun sebelum siswa
mempelajari sains secara terpisah atau dibagi menjadi subjek tertentu
seperti Fisika, Kimia dan Biologi. PISA memandang pendidikan sains
memiliki fungsi untuk mempersiapkan warga negara agar mampu
berpartisipasi dalam masyarakat yang hidup pada era kemajuan sains
dan teknologi, oleh karena itu pendidikan sains bertujuan dan
mempunyai target untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami hakekat sains (Yusuf, 2008).36
Berdasarkan hasil survei Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) tahun 2011, menempatkan Indonesia pada
posisi 35 pada bagian Sains dari 49 negara peserta. Literasi sains
siswa di Indonesia tergolong dalam kategori yang rendah dikarenakan
proses pembelajaran yang belum maksimal untuk meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa (Dahtiar dalam Ristanto et. al., 2017)
Kemampuan literasi sains yang dimiliki peserta didik terkait erat
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya
membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan
kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan analisis,

Azizah,”materi genetika”,pdf(2012),hal 1.
35

36
Putri Emilia Yuriza, Adisyahputra, Diana Vivanti Sigit,” Hubungan Antara Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kecerdasan dengan Kemampuan Literasi Sains Pada Siswa
SMP”, JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB), Volume 11 No 1,(maret 2018) 13-20.
20

sintesis, dan evaluasi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi muncul


ketika seseorang menerima informasi baru dimana informasi tersebut
dimasukkan ke dalam memori dan informasi tersebut dikaitkan antara
satu dengan yang lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menemukan
jawaban yang memungkinkan dalam menjawab sebuah situasi yang
membingungkan (Lewis, 1993). Tingkat kecerdasan diduga memiliki
hubungan dengan kemampuan literasi sains siswa. Hal ini disebabkan
karena penerapan berpikir logis dan kemampuan penalaran abstrak
yang menjadi lebih baik seiring dengan perkembangan intelektual
diasumsikan dapat menunjang kemampuan literasi sains siswa.
Kecerdasan intelektual yang diukur melalui sebuah tes kecerdasan
akan mengambarkan kecerdasan seseorang secara hampir keseluruhan.
37

Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh rahmi zulva


dengan judul hubungan keterampilan berpikir rasional siswa sma
dengan hasil belajar dalam pembelajaran kooperatif menggunakan
konstruktif feedback,Pembelajaran sains bukan hanya sekedar
menguasai sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
prinsip atau teori saja. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik
mengalami apa yang mereka pelajari. Proses pembelajaran sains yang
tepat diharapkan dapat membentuk keterampilan maupun kemampuan
berpikir dalam menemukan pemecahan secara kritis dan dan rasional
berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
untuk meningkatkanpemahaman konsep yang dipelajari.Oleh karena
itu pendidik telah berjuang dengan segala cara mencoba untuk

37
Putri Emilia Yuriza, Adisyahputra, Diana Vivanti Sigit,” Hubungan Antara Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kecerdasan dengan Kemampuan Literasi Sains Pada Siswa
SMP”, JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB), Volume 11 No 1,(maret 2018) 13-20.
21

membuat apa yang dipelajari siswa di sekolah agar dapat


dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.38
Penelitian yang relevan yang dilakukan Yesika Rahmadani,
Nur Fitakurahmah, Nabela Fungky, Restu Prihatin, Qonita Majid,
Baskoro Adi Prayitno, Menurut Gormally indikator literasi sains
antara lain mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid, melakukan
penelusuran literatur yang efektif, memahami elemen-elemen desain
penelitian dan bagaimana dampaknya terhadap temuan/kesimpulan,
membuat grafik secara tepat dari data, memecahkan masalah
menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar,
memahami dan menginterpretasikan statistik dasar, dan melakukan
inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data
kuantitatif.39
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Sania devita
dkk,tentang Perbandingan Kemampuan Analisis Siswa melalui
Penerapan Model Cooperative Learning dengan Guided Discovery
Learning ,Kemampuan analisis merupakan salah satu unsur dalam
domain kognitif hasil belajar siswa. Harsanto (2005) menyatakan
bahwa kemampuan analisis siswa adalah kemampuan siswa dalam
menerangkan hubungan-hubungan yang ada dan mengkombinasi
unsur-unsur menjadi satu kesatuan. Kemampuan analisis ini
mencakup tiga proses yaitu siswa dapat mengurai unsur informasi
yang relevan, menentukan hubungan antara unsur yang relevan,dan

Rahmi Zulva,”hubungan antara berpikir rasional siswa sma dengan hasil belajar dalam
38

pembelajaran kooperatif menggunakan konstructive feedback”jurnal ilmiah pendidikan fisika


‘albiruni’doi:vol 5. No 1,(april,2016),hl 65.
39
Yesika Rahmadani, Nur Fitakurahmah, Nabela Fungky, Restu Prihatin, Qonita Majid,
Baskoro Adi Prayitno,” Profil Keterampilan Literasi Sains Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Karanganyar”, Jurnal Pendidikan Biologi ,7 (3), (2018) ,183 – 190.
22

menentukan sudut pandang tentang tujuan dalam mempelajari


suatu informasi.40
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Elya Nusantari
yaitu tentang Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku
Ajar di Sekolah Menengah Atas,Materi genetika merupakan bagian
materi yang diberikan di jenjang SMP dan SMA. Pada jenjang SMA
materi genetika meliputi 7 kelompok konsep yakni Arti dan Ruang
Lingkup Genetika; Materi genetik Gen dan Kromosom; Hubungan
DNA-RNA-Polipeptida dalam Sintesis Protein; Reproduksi Sel
(mitosis dan meiosis), Pewarisan Sifat pada makhluk Hidup;
Penentuan Jenis Kelamin dan Mutasi. Konsep genetika dirasakan sulit
oleh sebagian besar siswa karena materi ini bersifat abstrak,
perkembangan genetika molekuler berkembang sangat pesat
sementara informasi di buku ajar masih berorientasi genetika klasik.41
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh M. Taufiq,
Nurmaulia menurut Costa, menyatakan bahwa “kegiatan berpikir yang
dilakukan dengan menggunakan ketrampilan berpikir dasar dan
ketrampilan berpikir kompleks” ketrampilan berpikir dasar meliputi
kualifikasi klasifikasi ,hubungan variable, transformasi, dan hubungan
sebab akibat. Ketrampilan berpikir kompleks meliputi problem
solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Ketrampilan berpikir rasional adalah dasar dari ketrampilan dari
berpikir komples yang dapat dilatih pada siswa. dalam berpikir
rasional siswa dituntut menggunakan data, prinsip, logika, untuk

40
Sania novita dkk,” Perbandingan Kemampuan Analisis Siswa melalui Penerapan
Model Cooperative Learning dengan Guided Discovery Learning”,Proceeding Biology Education
Conference , Vol 13 .no 1,( januari, 2016),hal 259.

Elya Nusantari,” Jenis Miskonsepsi Genetika yang Ditemukan pada Buku Ajar di
41

Sekolah Menengah Atas”,Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1.Nomor 1, (Maret 2013), Halaman
52-64.
23

menentukan sebab akibat dan menarik kesimpulan. Siswa dituntut


menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untk menguji
kehandalan gagasan pemecahan masalah. Munculnya gagasan untuk
mengembangkan ketrampilan psoses pengembangan CBSA adalah
wujud operasional dari penekanan ketrampilan proses dan
mengembangkan CBSA adalah wujud operasional dari penekanan
ketrampilan berpikir dalam proses belajar wujud operasional dari
penekanan ketrampilan berpikir dalam proses belajar mengajar. 42
Menurut Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang
dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau
situasi yang harus dipecahkan. Dalam proses berpikir ini, terdapat dua
cara berpikir yaitu berpikir mendasar atau disebut sebagai berpikir
rasional, dan berpikir kompleks dalam rangka memecahkan masalah.
Karena berpikir merupakan suatu proses memecahkan masalah maka,
berpikir merupakan suatu ketrampilan. Salah satu ketrampilan berfikir
adalah “ketrampilan berpikir rasional yang dapat dilatihkan untuk
memecahkan masalah artinya adalah bukan kita yang mengajarkan
cara berpikir kepada siswa hal ini karena berpikir sudah merupakan
sifat dasar manusia. Namun, yang dilatihkan adalah siswa yang diajak
untuk berpikir dan guru hanya memberikan kesempatan yang lebih
kepada siswa untuk berpikir melalui kegiatan yang direncanakan.43
Genetika merupakan salah satu materidalam pembelajaran biologi
yang selama ini diyakini banyak siswa sebagai materi yang sulit untuk
dipahami. Bahar et al dalam Herlanti (2007) mengemukakan bahwa
genetika merupakan materi yang sulit dimengerti oleh sebagian besar

42
M. Taufiq, Nurmaulia,” Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Division Terhadap Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Kelas Viii Smp
Negeri 1 Dewantara Pada Materi Pesawat Sederhana”, Jurnal Pendidikan Almuslim, Edisi Khusus,
No. 1 (Juni 2015),hal 2-3.

43
Ibid
24

siswa karena konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak, yang


meliputi objek-objek mikroskopik dan proses-proses di luar
pengalaman siswa sehari-hari. Untuk memberikan pemahaman secara
optimal terhadap konsep-konsep yang bersifat abstrak diperlukan
berbagai upaya pembelajaran.44
C. HIPOTESIS
perba
Berdasarkan kajian teori diatas maka dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut:
a. H-1= terdapat hubungan antara keterampilan berpikir rasional dengan
kemampuan literasi
a. H0= tidak teradapat hubungan hubungan antara keterampilan berpikir
rasional dengan kemampuan literasi
D. KERANGKA KONSEPTUAL

BIOLOGI
Genetika

KETERAMPILAN KEMAMPUAN LITERASI


BERPIKIR RASIONAL
SISWA
SISWA

GENETIKA

ANALISIS

KESIMPULAN

44
Rufa Hera,” Studi Kasus Permasalahan Dalam Proses Pembelajaran Konsep Genetika Di
Sma Negeri 2 Seulimum Kabupaten Aceh Besar”, Genta Mulia, Volume VIII No. 1, (Januari
2017),hlm 53.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah penelitian Deskriptif Korelasional. Penelitian
korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
ada atau tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variable. Dengan
teknik korelasi ini peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam
sebuah variabel dengan variasi lain.45
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan
penelitian kuantitatif. Hal ini dikarenakan data penelitiannya berupa
angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Sedangkan
pendekatannya menggunakan penelitian korelasi, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel, yaitu hubungan
keterampilan berpikir rasional dengan literaso siswa kelas XII SMA pada
materi pembelajaran genetika.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini
adalah dalam kurun waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan, dari bulan Januari
sampai bulan Maret.
2. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMAN 1 KOTA
SUNGAIPENUH
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono ,
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda benda

45
Suharsimi Arikunto, ManajemenPenelitian,(Jakarta: RinekaCipta, 1990), hlm. 326-329.
25
26

alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.46 Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas IX SMAN 1 KOTA SUNGAI PENUH .
Jumlah siswa dalam populasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Jumlah populasi sampel
No Kelas Jumlah siswa
1. IX A 34
2. IX B 25
3. IXC 29
4. IX D 24
Jumlah 112

Sumber: kepala sekolah sma 1 kota sungai penuh


2. Sampel
Menurut Sugiyono menyatakan Sampel merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk
menentukan ukuran besarnya sampel, peneliti menggunakan rumus
dari Slovin yang dikutip Sevilla dalam Umar sebagai berikut:47
𝑁
n=
1+𝑁𝑒
Keterangan:
n = Sampel
N = Populasi
e = Taraf kesalahan atau nilai kritis
berdasarkan populasi yang berada pada kelas IX SMAN 1 KOTA
SUNGAI PENUH sebanyak 112 orang maka sampel yang di teliti
adalah
1121+112(0,05)
n= =87 orang

46
Sugiyono,” pengertian sampel”(2013), metodologi%20penelitian/metod/BAB%20III.pdf,hal 50.
47
ibid
27

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang
dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan
yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket dengan penerapan skala liker.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomenasosial.
E. TEKNIK VALIDITAS DAN RELIABELITAS INSTRUMEN
1. Validitas
Validitas berkaitan dengan permasalahan ketepatan alat
yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian
mengatakan bahwa validitas tes adalah tingkat suatu tes
mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
demikian dimaknai sebagai suatu alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu yang hendak diukur secara tepat
dan akurat jika suatu instrumen valid akan mempunyai
validitas yang tinggi sebaliknya suatu instrumen yang tidak
valid akan mempunai validitas yang rendah. Suatu instrumen
yang dikatakan valid apabila r₁x≥ 0,30. Namun apabila item
tidak mencukupi target yang diinginkan maka r₁≥0,30 bisa
diturunkan menjadi r≥ 0,25 (azwar,20018:86). Validitas
kontruksi dengan menggunakan rumus korelasi product
moment, yang di analisis dengan menggunakan SPSS.48
Ʃ𝘹𝘺−(Ʃ𝘹)(Ʃ𝘺)
r𝗑𝗒=√{𝘕𝘹²)}{(𝘕Ʃ𝘺²−(Ʃ𝘺²)}

keterangan
r𝗑𝗒= koofesien product moment
𝙉= jumlah responden

Arikunto,s,”metode penelitian”,(2005),pdf,hal 71-72.


48
28

𝙭=skor item
𝙮= skor total angket
2. Reliabilitas
Pengujian alat pengumpulan data yang kedua adalah
pengujian reliabilitas instrumen. Suatu instrumen pengukuran
dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat
akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat
ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil
pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi
terhadap perbedaanperbedaan kecil diantara hasil beberapa
kali pengukuran, yang di analisis dengan menggunakan
SPSS.49
Teknik yang di𝖎gunakan untuk menguji reliabilitas
instrumen yaitu dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach50
𝑘 Ʃ𝜎𝔦²
𝑟₁₁ = [ ]. [ 1 − ]
𝑘−1 𝜎²𝑡
Keterangan :
r₁₁ = reliabilitas instrumen atau koefisien alfa K
k = banyaknya bulir soal
Ʃ𝜎𝔦 = jumlah varians bulir
𝛔²𝒕 = varians total
𝙉 = jumlah responden
Setelah diperoleh hasil dari perhitungan data, selanjutnya
membandingkan nilai hitung r dan nilai r tabale product
moment dengan taraf signifikan 5%.

49
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS), (Bandung: Pustaka Setia, 2007), Hlm. 37.

Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek…, hlm. 231


50
29

Instrumen dapat dikatakan variabel jika r hitung >r


tabel.Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas butir
soal untuk butir item angket perilaku sosial diperoleh
r11=0,873, Sedangkan r tabel product moment dengan taraf
signifikan 5% dengan N=87 diperoleh r tabel= 0,334. Karena
r11 >r tabel artinya koefisien reliabilitas butir sol uji coba
ulang memiliki kriteria pengujian yang reliabel.
3. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal. Pada penelitian ini digunakan uji statistik Kolmogorov-
Smirnov untuk menguji normalitas data. Hasil uji normalitas dengan
uji statistik Kolmogorov-Smirnov yang di analisis dengan
menggunakan SPSS.51
2. Uji Homogenitas
Berikut ini adalah rumus untuk menentukan nilai homogenitas
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana yaitu:
Kriteria yang digunakan untuk pengujian adalah terima H˳ jika F
hitung< F tabel untuk taraf nyata α = 0,05 dan H1 ditolak. Apabila HO
diterima berarti sampel mempunyai varians homogen. Harga F tabel =
F1/2 α( V1 ,V2) ,diperoleh dari daftar distribusi F dengan dk
pembilang = dan dk penyebut = V1 dan dk penyebut = V2. yang di
analisis dengan menggunakan SPSS.52
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 terbesar
F hitung= variansi terkecil

51
Umi Mardiyati, Gatot Nazir Ahmad, Ria Putri,” Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan
Hutang Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (Bei) Periode 2005-2010”, Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) |Vol. 3,
No. 1, (2012),hlm 11.
52
M Salam, Fajar Surya Ningsih,” Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Number
Head Together Terhadap Motivasi Belajar Pkn Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Gentala Pendidikan
Dasar ,Vol.1 No.( I Juni 2016),hal 145.
30

3. Uji Hipotesis
a. Korelasi Pearson product momen
Korelasi Pearson biasanya pada hubungan yang berbentuk
linier (keduanya meningkat atau keduanya menurun). Koefisien
korelasi ini tidak menunjukkan adanya hubungan kausal antar
variabelnya. Untuk menguji hubungan Karakteristik Lingkungan
dengan Aspirasi menggunakan analisis Korelasi Pearson Product
Moment dengan rumus sebagai berikut,dengan menggunakan
SPSS. 53
Ʃ𝘹𝘺−(Ʃ𝘹)(Ʃ𝘺)
r𝗑𝗒=√{𝘕𝘹²)}{(𝘕Ʃ𝘺²−(Ʃ𝘺²)}
keterangan
r𝗑𝗒= koofesien product moment
𝙉= jumlah responden
𝙭=skor item
𝙮= skor total angket

53
MOH.SHIDIQ Shofia ,dkk,” Hubungan Karakteristik Dengan Aspirasi Bekerja Dalam
Bidang Agroindustri Perikanan Pada Pemuda Pedesaan Di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember”,Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol 13 . No 2,( Mei-Agustus 2013),hal 116.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., & Muhibbin, S. A. (2007). Analisis Korelasi, Regresi,


dan Jalur dalam Penelitian. CV. Pustaka Setia. Bandung, 280.

Arikunto,S(1990). ManajemenPenelitian,(Jakarta),326-329.

Arikunto,s.(2005).metode penelitian,hal 71-72.

Aryani, S. (2017). Studi Eksplanatif Kemampuan Literasi Membaca Siswa


SMA di Kota Sukabumi. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 4(1), 62-68.

Astuti, R. N. (2012). Peta Konsep Pada Pembelajaran IPA untuk


Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa SD/MI.
Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 2(1).

Galuh, B. P. (2020). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap


Keterampilan Berpikir Rasional Siswa Pada Subkonsep
Pencemaran Air. Jurnal Soshum Insentif, 1-7.

Hariyadi, S. (2016). Evaluasi Akademik Mahasiswa Biologi terhadap


Perkuliahan Genetika di Universitas Jember. BIOEDUKASI, 3(2).

Hera, R. (2018). Studi kasus permasalahan dalam proses pembelajaran


konsep genetika di SMA Negeri 2 Seulimum Kabupaten Aceh
Besar. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 8(1).

Hikmawati, V. Y., & Taufik, L. M. Urgensi Strategi Membaca pada


Pembelajaran Biologi Masa Depan.

Irianto, P. O., & Febrianti, L. Y. (2017, June). Pentingnya penguasaan


literasi bagi generasi muda dalam menghadapi MEA. In
Proceedings Education and Language International Conference
(Vol. 1, No. 1).

Kharizmi, M. (2017). Kesulitan siswa sekolah dasar dalam meningkatkan


kemampuan literasi. Jurnal Pendidikan Dasar (JUPENDAS), 2(2).

Latifah, S., Basyar, S., & Sasmiyati, B. (2019). PENGARUH MODEL


PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP DAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL
PESERTA DIDIK. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(2), 156-169.
Lidi, M. W., & Daud, M. H. (2019). PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI
PADA MATA KULIAH BIOLOGI DASAR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI
MAHASISWA MATERI GENETIKA. Didaktika Biologi: Jurnal
Penelitian Pendidikan Biologi, 3(1), 1-9.

Mardiyati, U., Ahmad, G. N., & Putri, R. (2012). Pengaruh kebijakan


dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2005-2010. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia, 3(1), 1-17.

Marlina, M., Zainuddin, Z., & An'nur, S. (2013). Keefektifan Model


Children Learning In Science (Clis) Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Berkala Ilmiah Pendidikan
Fisika, 1(3), 237-244.

Marlina, S., Chandra, E., & Cahyani, D. (2018). KUALITAS LITERASI


BIOLOGI BUKU TEKS BIOLOGI KELAS XII SEMESTER II
PADA POKOK BAHASAN BIOTEKNOLOGI. Jurnal Ilmu Alam
Indonesia, 1(1).

Novita, S., Santosa, S., & Rinanto, Y. (2016). Perbandingan kemampuan


analisis siswa melalui penerapan model cooperative learning
dengan guided discovery learning. In Proceeding Biology
Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 13, No. 1, pp. 359-367).

Nusantari, E. (2011). Analisis dan Penyebab Miskonsepsi pada Materi


Genetika Buku SMA Kelas XII. Bioedukasi: Jurnal Pendidikan
Biologi, 4(2), 72-85.
12
10

Anda mungkin juga menyukai