Panduan
Pelaksanaan
Literasi Sains
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan
BAB 2 KONSEP LITERASI SAINS 10
A. Pengertian Literasi 10
B. Pengertian Literasi Sains 11
C. Tujuan Literasi Sains 13
D. Prinsip Dasar Literasi Sains
E. Ruang Lingkup Literasi Sains
F. Indikator Literasi Sains
a. Indikator Literasi Sains pada Mahasiswa
b. Strategi Gerakan Literasi Sains pada Mahasiswa
G. Langkah-langkah Pelaksanaan Gerakan Literasi Sains
H. Strategi Penguatan Gerakan Literasi Sains
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan literasi dapat dilakukan di manapun, baik di kelas maupun diluar kelas.
Pada dasarnya kegiatan literasi betujuan untuk memperoleh keterampilan
informasi, yakni mengumpulkan, mengolah, dan mengomunikasikan informasi.
Kecakapan menggali dan menemukan informasi menjadi keterampilan yang perlu
dikuasai oleh para siswa. Unesco dalam Aijaz Ahmad Gujjar mengungkapkan
2
bahwa literasi dapat mengembangkan kepribadian diri dalam hal etika dan sikap.
Apabila kepribadian diri dalam etika dan sikap sudah muncul dan termapankan
pada setiap individu, maka setiap individu akan mampu mengontrol diri untuk
melakukan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya kegiatan literasi
seabiknya menjadi rutinitas yang ada di setiap jenjang pendidikan formal, mulai
dari sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi.
Di satu sisi, mahasiswa lahir dan besar dari lingkungan masyarakat dengan
budaya lisan yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka, termasuk dalam
kehidupan kampus. Namun di sisi lain, sebagai civitas akademika atau warga
kampus mereka dihadapkan pada sebuah budaya literasi yang juga harus menjadi
identitas kepribadian mereka, yaitu untuk membentuk kepribadian yang mandiri,
kritis, kreatif, inovatif dan kompetitif (Teeuw, 1994). Terwujudnya budaya literasi
di kalangan mahasiswa adalah terpenuhinya semua kegiatan akademik literasi
secara maksimal oleh mahasiswa. Namun demikian, pada kenyataannya banyak
dosen yang mengeluh akan aktivitas literasi mahasiswa dalam memenuhi tugas-
tugas perkuliahan mereka, terutama untuk tugas-tugas mandiri. Hasil yang
diperoleh masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, banyak
dosen mengeluhkan keaslian hasil pekerjaan tulisan mahasiswa. Keaslian hasil
tugas dari sebagian mahasiswa tersebut masih disangsikan karena kemudahan
dalam mengakses bahan-bahan pelajaran dari internet. Keadaan ini memberi
peluang kepada sebagian mahasiswa yang kurang bertanggung jawab untuk
menghasilkan tugas-tugas atau karya tulis dengan cara pintas yaitu dengan cara
mengkopi pekerjaan orang lain persis seperti aslinya tanpa menyebutkan sumber
rujukan sebagaimana mestinya. Hal yang terjadi padaakhirnya adalah mereka tidak
menghasilkan pekerjaan atau karya mereka sendiri secara original. Demikian juga
apabila mereka ditugaskan untuk membaca sekian jumlah buku atau artikel, hanya
sedikit mahasiswa yang benar-benar berminat untuk mendapatkan bahan bacaan
itu dan membacanya secara tuntas.
3
dosen menanyakan alasan mahasiswa tidak mau bertanya, kebanyakan mahasiswa
merasa bingung dan tidak mampu untuk bertanya (takut pertanyaan tidak bermutu).
Di sisi lain, kualitas pertanyaan sebenarnya dapat ditelusuri dari hasil bacaan
mereka. Mahasiswa yang tidak mampu bertanya ataupun memberikan pertanyaan
tidak berkualitas, kemungkinan karena sebelumnya mereka tidak membaca tentang
materi yang diberikan dosen.
Literasi sains merupakan hal yang penting untuk dikuasai karena memberikan
konteks untuk mengatasi permasalahan sosial. Masyarakat yang literat sains dinilai
dapat lebih baik dalam mengatasi masalah sehari-hari dan dapat membuat
keputusan yang baik berdasarkan informasi yang didapat (E.Zen, 1990). Negara-
negara maju terus berupaya meningkatkan kemampuan literasi sains generasi muda
dengan harapan agar bisa lebih kompetitif terutama dalam dunia kerja global. Pada
tahun 1997, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
memunculkan Programme for International Student Assessment (PISA). PISA
bertujuan untuk memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan
pencapaian pembelajaran pada peserta didik yang berusia 15 tahun (OECD, 2016).
Hasil survei literasi sains PISA pada tahun 2015 menunjukkan Indonesia
menempati urutan ke 62 dari 70 negara. Skor rata-rata peserta didik Indonesia pada
literasi sains yaitu 403. Skor ini masih lebih kecil dari skor rata-rata negara OECD,
4
yaitu 493 (OECD, 2016). Kemudian, hasil survei PISA di tahun 2015 yang dirilis
pada Desember 2016 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) menunjukkan adanya kenaikan pencapaian pendidikan Indonesia
yang signifikan yaitu sebesar 22,1 poin. Namun, peningkatan ini bukan sebuah
prestasi yang bisa dibanggakan karena negara kita masih berada dalam 10 negara
peringkat terbawah. Sedangkan hasil survei literasi sains PISA pada tahun 2018
menunjukkan Indonesia menempati peringkat 71 dari 79 negara dengan skor rata-
rata 396. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa performa Indonesia
menurun jika dibandingkan dengan hasil PISA 2015 (Tohir, 2019).
Literasi sains dianggap sangat penting untuk dikembangkan agar siswa mampu
membuat keputusan yang efektif berbasis pengetahuan serta mampu
mengaplikasikan konsep pengetahuan yang dipelajarinya untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi (UNESCO, 2005). Penguasaan konsep-konsep dasar
sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari peserta didik menjadi
alasan utama pentingnya literasi sains. Pentingnya literasi sains juga diungkapkan
oleh Yusuf (2003) bahwa literasi sains penting untuk dikuasai oleh peserta didik
dalam kaitannya dengan pemahaman kesehatan, ekonomi, lingkungan hidup, dan
masalah lain yang dihadapi masyarakat modern saat ini.
5
tematik terpadu perlu diterapkan pembelajaran berbasis penelitian
(discovery/inquiry learning). Model pembelajaran problem based learning dinilai
mampu untuk menerapkan prinsip pembelajaran berdasarkan standar proses
pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (2012) yang menyatakan
bahwa model problem based learning merupakan bagian dari pengajaran berbasis
inkuiri (inquiry-based teaching) dan model pembelajaran problem based learning
membantu peserta didik untuk mencari solusi atas permasalahan yang dialami.
6
dengan sains (Fuadi et al., 2020). Literasi sains ialah keahlian pada pengetahuan,
mengidentifikasi pertanyaan serta melakukan penarikan simpulan sesuai dengan
berbagai hal pada tujuan menetapkan putusan mengenai sains (Yuliati, 2017).
Berdasarkan pengertian tersebut literasi sains ialah keahlian individu guna
mengidentifikasi, mengkontruksi, memberi penjelasan,menyimpulkanberdasarkan
temuan dan bukti ilmiah yang dimiliki. Hal terpenting dalam literasi sains ialah
memahami teori, sikap ilmiah, tahapan sains, pengetahuan, pengaplikasian pada
keseharian.
Calon guru perlu keterampilan literasi sains yang baik sehingga dapat
mentransfer materi ilmiah ke siswa lebih mendalam sehingga membentuk
siswa yang memiliki literasi sains (Junanto, Akhyar, Budiyono, & Suryani,
2020). Calon guru dengan literasi sains yang baik akan menggunakan
pendekatan atau model pembelajaran yang tepat, mengembangkan soal-soal
dan mampu membuat atau mengembangkan instrumen evaluasi yang dapat
mengembangkan literasi sains peserta didik. Ilmu kimia bagi sebagian besar
siswa dianggap sulit, sehingga tiap calon guru kimia harus punya bekal ilmu
7
pengetahuan yang kuat. Sebagai calon guru kimia sangat penting untuk
membekali diri terkait literasi sains saat pembelajaran kimia. Keterampilan
literasi sains sebagai calon guru kimia akan berdampak hasil belajar siswa
yang baik. Melalui literasi sains mahasiswa calon guru kimia dapat
menggunakan ilmu pengetahuan tersebut dalam berbagai aspek kehidupan,
mencari solusi pada permasalahan, membuat keputusan tanpa keraguan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hendri & Hasriani, 2019).
Literasi sains perlu dimiliki setiap individu terutama calon guru, dengan
literasi sains yang tinggi maka dapat mengimbangi perkembanganIlmu
pengetahuan dan teknologi serta dapat menyelesaikan masalah yang timbul akibat
perkembangan zaman (Dani, 2009). Jadi pentingnya analisis literasi sains adalah
untuk membentuk cara berpikir, cara berperilaku, berkomunikasi, membangun
karakter peduli dan bertanggung jawab tidak hanya untuk diri sendiri namun juga
masyarakat serta alam semesta, dan dapat mengambil keputusan mendasar terkait
sains dan teknologi. Sehingga perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana
kemampuan literasi sains mahasiswa calon guru kimia, agar ketika
mengajarkan konsep kimia kelak tidak menimbulkan miskonsepsi kepada
siswa. Dengan kemampuan literasi sains yang baik, calon guru kimia akan
meningkatka kualitas dan kapasitas siswa dalam menduduki pekerjaan penting
dan produktif di masa depan.
8
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan pemahaman bagi mahasiswa
tentang literasi sains dengan berbagai macam strategi yang dapat digunakan dan
langkah – langkah penerapan gerakan literasi sains dilaksanakan.
sains, sebagai manusia yang reflektif. PISA juga menetapkan tiga dimensi besar
literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks
aplikasi sains.
Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan
tujuannya. Teale & Sulzby (1986) mengartikan literasi secara sempit yaitu, literasi
sebagai kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Grabe dan
Kaplan (1992) dan Graff (2006) yang mengartikan literacy sebagai kemampuan untuk
membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis sangat diperlukan untuk
membangun sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena kehidupan yang
mampu menumbuhkan kehalusan budi, kesetiakawanan dan sebagai bentuk upaya
melestarikan budaya bangsa. Sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena
kehidupan dengan sendirinya menuntut kecakapan personal. Yang befokus pada
kecakapan berfikir rasional. Kecakapan berfikir rasional mengedepankan kecakapan
menggali informasi dan menemukan informasi.
9
BAB 2
KONSEP LITERASI SAINS
A. Pengertian Literasi
Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang bearti melek huruf/gerakan
pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 1990). Sedangkan istilah sains berasal
dari bahasa Inggris Science yang bearti ilmu pengetahuan. Sains berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas dalam Mahyuddin,
2007). Jadi, sains dapat dijelaskan sebagai kumpulan pengetahuan tentang obyek dan
fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah.
Lebih lanjut C.E.de Boer mengemukakan bahwa orang pertama yang
menggunakan dari Stamford University yang menyatakan bahwa Scientific Literacy
bearti memahami sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains
menurut National Science Education Standards scientific literacy is knowledge and
understanding of scientific concepts and processes required for personal decision
making, participation in civic and cultural affairs, and economic produvtivity. Literasi
sains yaitu suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains
yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan
pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan
pertumbuhan ekonomi. Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan
aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas dalam Yusuf, 2008).
Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia.
Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional,
bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. PISA
juga menilai pemahaman peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai
penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk lingkungan
material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait
10
B. Pengertian Literasi Sains
Literasi sains (Science literacy) berasal dari kata literatur yang memiliki arti
melek huruf dan scientia yang artinya memiliki pengetahuan. Sehingga secara harfiah
literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan
buta huruf (Echols & Shadily, 1990). Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa Inggris
Science yang artinya ilmu pengetahuan. Sains berkaitan dengan cara mencari sesuatu
tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, akan tetapi sains
merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas dalam Mahyuddin, 2007).
Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya
bagi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas dalam Yusuf, 2008). C.E.deBoer (1991)
dalam Toharudin, Paul de Hart Hurt dari Stamford University oaring pertama yang
menyatakan bahwa Scientific Literacy melibatkan pemahaman dan penerapan konsep
sains untuk kepentingan masyarakat.
Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “The capacity to use scientific
knowledge, to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to
11
understand and help make decisions about the natural world and the changes made to
it through human activity”. Yang mana memiliki pengertian sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia. PISA juga menilai pemahaman peserta didik terhadap
karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran tentang sains dan teknologi
membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta sebagai manusia yang
reflektif akan berkeinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains. Keinklusifan
literasi sains merupakan suatu kompetensi umum bagi kehidupan untuk merefleksikan
kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis.
Berdasarkan definisi dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa literasi memiliki
hubungan langsung dengan proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan,
pengembangan peserta didik menjadi individu yang literat menjadi suatu keharusan,
melibatkan penguasaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menguasai tiga
domain ini dianggap sebagai pencapaian yang ideal bagi seseorang yang mengikuti
program pendidikan, memungkinkanya memiliki kemampuan dan mengaplikasikannya
dalam konteks masyarakat. Konsep dasar literasi dalam perspektif pendidikan
mencakup kemampuan untuk memahami, berpartisipasi dan menjalani kehidupan
sosial dengan berpengetahuan.
Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hal
yang paling pokok dalam pengembangan literasi sains meliputi pengetahuan tentang
sains, proses sains, pengembangan sikap ilmiah, serta pemahaman peserta didik
terhadap sains jadi peserta didik tidak hanya mengetahui konsep sains melainkan juga
dapat menerapkan kemampuan sains dalam memecahkan berbagai permasalahan dan
dapat membuat kesimpulan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains. Dari
12
beberapa pengertian literasi sains tersebut peserta didik diharapkan biasa menerapkan
pengetahuan yang didapat disekolah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta
didik memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan disekitarnya.
Literasi sains memiliki banyak tujuan dan manfaat bagi masyarakat umum.
Menurut sumber dari internet tujuan literasi sains adalah untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat
mengambil keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari dan memahami
dan memahami dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat
(HERMANIS.COM, 2022). V
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa literasi sains bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga mampu mengambil keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari
serta memahami dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap
13
masyarakat, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
secara kreatif.
Literasi sains sangat penting dimiliki oleh siswa. Siswa yang mempunyai
kemampuan literasi sains akan dapat menerapkan pengetahuan mereka untuk
memecahkan permasalahan dalam situasi kehidupan sehari-hari baik dalam lingkup
pribadi, sosial maupun global (OECD,2009). Baik keterampilan proses sains dan
kemampuan literasi sains merupakan tujuan utama dari pendidikan sains (Harlen
(2001) dalam Tinajero et al. 2011).
Holton (1998) dalam Bybee et al. (2009) menyebutkan bahwa literasi sains
merupakan tujuan akhir dari pendidikan sains, dengan kata lain pembelajaran sains
yang diberikan pada siswa memiliki tujuan untuk mewujudkan siswa yang berliterasi
sains.
14
mahasiswa PGSD mempengaruhi pada proses pembelajaran IPA di sekolah dasar. Hal
ini bertujuan agar para siswa mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam
mempelajari IPA, terutama yang berhubungan dengan konsep-konsep dasar sains.
15
DAFTAR PUSTAKA
HERMANIS.COM. (2022, Februari Rabu). Literasi Sains: Pengertian, Tujuan, Manfaat dan
Contohnya.
Pratiwi, S. N., Cari, C., 7 Aminah, N. S. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21 Dengan Literasi
Sains Siswa. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 9(1), 34-42.
Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal akrawala Pendas, 3(2).
Winata, A., acik, S., & RW, I. S. (2016). Analisis kemampuan Awal Literasi Sains Mahasiswa
Pada Konsep IPA. Education and Human Devlopment Journal, 1(1).
Tiro, A. R., Nidiasari, Y., & Massa, N, (2020). Analisis Konsep Pemahaman Literasi Sains
Pada Mahasiswa Pendidikan IPA FKIP UNIMUDA Sorong. Jurnal Inovasi
Pembelajaran IPA, I nO. 1.
Rahmania, S., Miarsyah, M., & Sartono, N. (2015). Perbedaan Kemampuan Literasi Sains
Siswa Dengan Gaya Kognitif Field Independent Dan Field Dependent. Biosfer Jurnal
Tadris Pendidikan Biologi, 8(2)
Fananta, M. R., Widjiasih, A. E., Setiawan, R., Hanifah, N., Miftahussururi, M., Nento, M. N.,
& Ayomi, J. M. (2017). Materi Pendukung Literasi Sains.
Fazilla, S. (2016). Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa PGSD Pada Mata Kuliah Konsep
Dasar Sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 22-28.
PISA 2000. The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy.
Bahria, E. S. (2015). Kajian Literasi Sains Calon Guru Kimia Pada Aspek Konteks Aplikasi
Dan Proses Sains. Edusains, 7(1), 11-17.
16
Sumanik, N. B., Nurvitasari, E., & Siregar, L. F. (2021). Analisis Profil Kemampuan Literasi
Sains Mahasiswa Calon Guru Pendidikan Kimia. Quantum: Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains , 12(1), 22.
Nofiana, M., & Julianto, T. (2018). UPAYA PENINGKATAN LITERASI SAINS SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL. Biosfer :
Jurnal Tadris Biologi. https://doi.org/10.24042/biosf.v9i1.28 76
17