6. Bagaimana sekolah dapat mendukung pendidik untuk meningkatkan literasi sains siswa?
Jawab :
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah untuk mendukung pendidik
dalam meningkatkan literasi sains siswa:
• Memastikan ketersediaan fasilitas laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan
praktikum sains yang memadai adalah sebuah langkah penting dalam memberikan
pengalaman belajar yang lebih mendalam bagi siswa, memungkinkan mereka
untuk terlibat dalam eksperimen langsung, pengamatan, serta praktik langsung
yang mendukung pemahaman konsep ilmiah. Dengan fasilitas laboratorium yang
memadai, siswa dapat mengembangkan keterampilan praktis mereka, memperluas
wawasan, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang aplikasi konsep sains
dalam konteks dunia nyata.
• Penting untuk secara berkala menyelenggarakan pelatihan literasi sains dan
pendekatan ilmiah bagi para guru sebagai bagian integral dari pengembangan
profesional mereka, sehingga mereka dapat terus meningkatkan keterampilan
mengajar, memperbaharui pengetahuan, dan memperdalam pemahaman mereka
terhadap strategi pengajaran yang terkini. Pelatihan ini memberi kesempatan
kepada para pendidik untuk belajar tentang metode-metode baru, teknologi-
teknologi terbaru, serta pedagogi yang dapat diterapkan dalam lingkungan kelas,
yang pada gilirannya akan memungkinkan mereka memberikan pengalaman
belajar sains yang lebih bermakna, menarik, dan relevan bagi siswa.
• Membentuk komunitas profesional guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang aktif
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolaboratif di mana para pendidik dapat
berbagi pengalaman, strategi pengajaran inovatif, dan praktik terbaik yang telah
terbukti efektif dalam pengajaran sains. Dengan memperkuat komunitas ini, para
guru dapat saling mendukung, menginspirasi, dan berkolaborasi dalam
mengembangkan metode pengajaran yang lebih holistik, memperluas wawasan
mereka, serta meningkatkan mutu pendidikan sains yang diberikan kepada siswa.
• Mengembangkan kemitraan dan kerjasama aktif dengan lembaga penelitian,
universitas, dan pelaku industri yang terkait dalam bidang sains adalah langkah
yang penting untuk mendukung kegiatan literasi sains. Melalui kolaborasi ini,
siswa dapat terlibat dalam pengalaman yang lebih nyata, seperti kunjungan
lapangan ke fasilitas penelitian, kerja sama dalam proyek-proyek ilmiah, dan
penerapan konsep sains dalam konteks industri. Kerjasama ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memperluas pemahaman mereka tentang aplikasi
praktis dari ilmu pengetahuan, serta memperoleh wawasan langsung mengenai tren
dan inovasi terbaru dalam dunia sains, mendorong minat dan penguasaan mereka
terhadap literasi sains.
• Kunjungan ke museum, kebun binatang, observatorium, dan tempat pendidikan
lainnya adalah cara untuk melengkapi pelajaran di kelas dengan pengalaman dunia
nyata. Kunjungan ini memberi siswa kesempatan untuk mengaitkan ide-ide sains
yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi dunia nyata. Mereka dapat
berpartisipasi dalam eksperimen, menyaksikan fenomena alam secara langsung,
dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip ilmiah
yang mendasari berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
• Suatu langkah penting menuju pengalaman belajar yang lebih interaktif dan
aplikatif adalah mendorong dan mendukung pendidik untuk membuat lingkungan
sekolah sebagai laboratorium alam. Dengan bantuan ini, guru dapat menggunakan
praktik sehari-hari di lingkungan sekolah sebagai alat untuk eksperimen,
pengamatan, dan aplikasi sains. Siswa memiliki kesempatan untuk memahami dan
mengaplikasikan konsep sains dalam konteks yang lebih relevan dan terkait dengan
kehidupan sehari-hari mereka dengan menggunakan sumber daya alam yang ada
di lingkungan sekolah mereka.
7. Sejauh mana literasi sains diintegrasikan dengan pelajaran lain yang tidak berkaitan
dengan sains?
Jawab :
Hasilnya menunjukkan bahwa literasi sains dan mata pelajaran non-sains masih sangat
terbatas di sekolah dasar.
• Literasi sains biasanya diajarkan secara terpisah dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan belum sepenuhnya diintegrasikan ke dalam
kurikulum mata pelajaran lainnya. Siswa tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya
konsep sains dalam konteks lintas mata pelajaran, seperti matematika, bahasa, atau
bahkan kegiatan sehari-hari, karena keterbatasan integrasi ini. Mengintegrasikan
literasi sains ke dalam berbagai mata pelajaran akan memungkinkan siswa melihat
bagaimana konsep sains berhubungan satu sama lain dalam konteks yang lebih
luas, yang akan meningkatkan pemahaman mereka dan meningkatkan aplikasi
mereka.
• Sebagian besar guru di mata pelajaran non-sains seperti Bahasa Indonesia, IPS, dan
Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) belum sepenuhnya mengaitkan atau
memadukan kurikulum dan materi ajaran mereka dengan konsep dan keterampilan
literasi sains. Kemungkinan besar, siswa akan kehilangan peluang untuk
mengaitkan elemen ilmiah dengan konteks yang diajarkan di mata pelajaran. Jika
literasi sains dimasukkan ke dalam mata pelajaran non-sains, siswa akan memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk melihat dan mengaplikasikan konsep sains
dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam kerangka pengetahuan lintas mata
pelajaran. Ini dapat meningkatkan pemahaman mereka secara keseluruhan dan
membantu mereka memahami bagaimana ilmu pengetahuan secara luas dapat
diterapkan pada banyak aspek kehidupan.
• Ego sektoral di antara berbagai mata pelajaran menghalangi kolaborasi guru. Ego
sektoral ini menghambat pengembangan strategi pendidikan yang lebih
komprehensif di mana guru-guru dari berbagai mata pelajaran dapat bekerja sama
untuk memasukkan konsep sains ke dalam kurikulum mereka. Siswa akan
memiliki kesempatan untuk melihat dan memahami bagaimana ilmu pengetahuan
berkaitan dengan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan memberi
mereka pemahaman yang lebih baik dan aplikasi yang lebih baik dari literasi sains
dalam berbagai bidang studi.
• Pelatihan yang mendorong guru non-sains untuk memasukkan konsep dan
keterampilan sains ke dalam pendekatan pengajaran mereka sangat penting.
Pelatihan ini dapat membantu guru mengembangkan keterampilan berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan keterampilan dasar ilmiah ke dalam kurikulum mereka,
yang memungkinkan mereka memberikan pembelajaran yang lebih luas dan terkait
• Forum guru lintas mata pelajaran dan kepala sekolah harus bekerja sama erat untuk
menciptakan integrasi literasi sains yang kuat di lingkungan sekolah. Kepala
sekolah harus menciptakan forum yang memungkinkan guru dari berbagai bidang
bekerja sama, bertukar ide, dan merancang rencana pembelajaran yang
memasukkan ide-ide literasi sains ke dalam kurikulum mereka masing-masing.
Upaya bersama untuk mengintegrasikan elemen ilmiah ke dalam pengajaran akan
terbentuk melalui kerjasama ini. Ini akan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk melihat bagaimana ilmu pengetahuan terkait dengan berbagai mata pelajaran
dan aspek kehidupan.
8. Apa yang menjadi hambatan bagi guru dalam menerapkan literasi sains di kelas?
Jawab :
Beberapa hambatan yang dialami oleh guru dalam menerapkan literasi sains di kelas antara
lain:
• Kurangnya pelatihan. Banyak pendidik tidak menerima pelatihan literasi sains.
Akibatnya, mereka kurang memahami cara yang efektif untuk menerapkan konsep
literasi sains di kelas. Dengan memberi guru kesempatan untuk mengikuti
pelatihan yang berfokus pada literasi sains, mereka akan dapat memperoleh
strategi, keterampilan, dan wawasan yang diperlukan untuk menerapkan
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sehari-hari. Ini karena keterbatasan ini
dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk mengintegrasikan metode ilmiah,
penerapan pengetahuan ilmiah, dan pengembangan keterampilan literasi sains
secara menyeluruh ke dalam proses pembelajaran sehari-hari.
• Kurangnya alat praktik siswa. Salah satu kendala yang paling signifikan dalam
pelaksanaan literasi sains adalah kurangnya sarana praktik atau pendukung yang
tersedia bagi siswa di lingkungan sekolah. Siswa mungkin kesulitan melakukan
eksperimen, melakukan observasi, dan menerapkan konsep sains secara langsung
jika mereka tidak memiliki akses yang memadai terhadap peralatan atau bahan-
bahan praktikum. Mungkin sulit bagi siswa untuk memahami secara menyeluruh
dan menggunakan sains dalam kehidupan sehari-hari karena keterbatasan ini. Oleh
karena itu, penting bagi sekolah untuk memperhatikan dan meningkatkan akses
siswa terhadap fasilitas, alat praktik, dan sumber daya yang mendukung literasi
sains.
• Kesadaran dan kemampuan siswa yang belum cukup. Faktor yang sangat
menghambat penerapan literasi sains di ruang kelas termasuk keterbatasan siswa
dalam pemikiran kritis dan kurangnya keterampilan literasi sains yang memadai.
Proses pembelajaran yang mendukung dan berfokus diperlukan karena siswa yang
tidak memiliki keterampilan berpikir kritis mungkin menghadapi kesulitan dalam
menganalisis informasi, mengevaluasi bukti, dan memahami makna konsep ilmiah
yang diajarkan. Selain itu, kurangnya literasi sains juga dapat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam merespons, menginterpretasikan, dan mengaplikasikan
pengetahuan ilmiah ke dalam kehidupan sehari-hari.
• Keterbatasan bahan ajar. Salah satu kendala yang paling signifikan dalam
menerapkan literasi sains di ruang kelas adalah ketersediaan bahan ajar yang
terbatas. Ini termasuk kekurangan sumber referensi yang relevan, buku teks, dan
materi praktik yang mendukung. Ketika tidak ada sumber daya, guru mungkin
mengalami kesulitan dalam mengajarkan siswa konsep sains secara menyeluruh
dan mendalam. Siswa juga mungkin tidak memiliki akses yang memadai terhadap
pengalaman praktis, informasi, dan materi ajar yang mendukung, yang secara
langsung mempengaruhi pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan dalam
dunia nyata. Akibatnya, meningkatkan akses terhadap bahan ajar yang relevan dan
berkualitas tinggi sangat penting untuk mengatasi keterbatasan ini. Metode ini
dapat membantu memperkuat pendekatan literasi sains di lingkungan
pembelajaran.
• Keterbatasan waktu. Salah satu kendala yang paling signifikan dalam
menerapkan literasi sains di ruang kelas adalah jumlah waktu yang tersedia untuk
pembelajaran. Guru mungkin merasa terpaksa menyampaikan materi dalam waktu
yang terbatas, membuat mereka tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan praktikum, diskusi, atau eksplorasi mendalam yang diperlukan
untuk memahami konsep sains secara menyeluruh. Dalam situasi seperti ini, siswa
mungkin mendapatkan pengalaman belajar yang kurang mendalam, terkonsentrasi
pada mencapai tujuan kurikulum daripada mendapatkan pemahaman yang lebih
luas tentang apa yang mereka ketahui. Untuk melakukannya, mereka harus mencari
cara untuk memanfaatkan waktu mereka dengan lebih efisien. Ini dapat dicapai
dengan menggunakan strategi pembelajaran yang terpadu atau menekankan pada
konsep-konsep kunci yang memungkinkan siswa memahami lebih dalam apa yang
mereka ketahui.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA