Anda di halaman 1dari 8

p-ISSN : 2338-7173

e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA


SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
MENGGUNAKAN NOSLiT

Fadilah, Solikhah Isti, Titis Wida Dewi Amarta, Chandra Adi Prabowo*
Universitas Sebelas Maret; Jl. Ir Sutami No 36A, Pucangsawit, Kec Jebres, Kota Surakarta,
Jawa Tengah 57126, Telp (0271) 646994. Fax, (0271) 646655

Chandraprabowo@staff.uns.ac.id

Abstract. The purpose of this study was to analyze the achievement of high school students'
scientific literacy skills based on the Nature of Science Literacy Test (NOSLiT). The
instruments used were adapted and modified according to Indonesian culture. The author
uses descriptive research methods. The study was conducted by taking a random sample of
high school students in class XI in Surakarta. The results showed that students' literacy skills
were categorized as low with an average achievement of 40.5%. The results obtained in
accordance with the ability of students to analyze, develop concepts, and how to solve the
problems contained in the problem. To improve students' literacy skills in biological content
there needs to be more effective learning methods and to increase student curiosity.

Keywords: Scientific literacy, NOSLiT, Biology

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pencapaian keterampilan
literasi sains siswa sekolah menengah atas berdasarkan hasil pengukuran menggunakan
Nature of Science Literacy Test (NOSLiT). Instrumen yang digunakan diadaptasi dan
dimodifikasi sesuai dengan budaya Indonesia. Penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel secara acak kepada siswa sekolah
menengah atas kelas XI di Kota Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan
literasi siswa dikategorikan rendah dengan rata-rata pencapaian 40,5%. Hasil yang didapatkan
sesuai dengan kemampuan siswa dalam menganalisis, membangun konsep, dan cara
menyelesaikan masalah yang terdapat dalam soal. Untuk meningkatkan kemampuan literasi
siswa pada konten biologi perlu adanya metode belajar yang lebih efektif dan meningkatkan
rasa ingin tahu siswa.

Kata Kunci : Literasi sains, NOSLiT, Biologi

27
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

PENDAHULUAN pemahaman tentang konsep dasar sains,


asal mula sains, etika dalam sains,
Abad 21 menuntut manusia untuk dapat hubungan sains dengan masyarakatm dan
mengikuti perkembangan ilmu perbedaan antara sains dan teknologi.
pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan Kondisi literasi sains siswa di Indonesia
teknologi yang cepat merupakan salah satu saat ini masih tergolong rendah apabila
dampak dari globalisasi, menyebabkan dibandingkan dengan negara lain. Salah
pola pikir masyarakat semakin kritis satu penelitian mengenai kemampuan
terhadap kebutuhan hidup. Salah satu literasi ilmiah yang saat ini hanya
aspek kehidupan yang berkaitan dengan digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan sains dan teknologi adalah menentukan kualitas pendidikan negara-
pendidikan. Perkembangan ilmu negara dunia adalah melalui Programme
pengetahuan sains dan teknologi for International Student Assessment
membutuhkan kepekaan dalam (PISA) yang diselenggarakan oleh
menganalisis permasalahan di kehidupan Organization for Economic Cooperation
sehari-hari. Masyarakat dituntut untuk and Development (OECD). Sebanyak lebih
memiliki kemampuan dasar seperti dari 400.000 siswa usia 15 tahun dari 79
kemampuan dasar membaca, menulis, negara berpartisipasi dalam PISA 2018.
berhitung dan kemampuan literasi sains China menjadi negara dengan rerata
(Imani, et al., 2016). capaian tertinggi dalam program ini untuk
kategori sains dengan rerata skor 590,
Literasi sains adalah keterampilan sebaliknya Indonesia hanya menempati
multidimensi yang meliputi pengetahuan peringkat 70 dengan capain rerata 396
(kosa kata, fakta, dan konsep), (OECD, 2019). Kondisi ini
keterampilan pemrosesan (terampil dan mengindikasikan masih sangat rendahnya
intelektual), disposisi (perilaku & sikap), literasi sains siswa Indonesia. Oleh karena
dan hubungannya dengan fakta pada itu, diperlukan upaya yang lebih untuk
lingkungan (Murti, et al., 2018). mengidentifikasi dan menyelesaikan
Kemampuan literasi sains dibutuhkan permasalahan rendahnya capaian literasi
siswa untuk menganalisis masalah dan sains agar dapat bersaing dengan bangsa
menghubungkan dengan berbagai fakta lain.
ilmiah. Hal ini digunakan untuk
mengambil keputusan dalam penyelesaian The Nature of Science Literacy Test
masalah terkait dengan fenomena alam (NOSLiT) yang dikembangkan Wenning
serta dampaknya pada aktivitas manusia. (2006) adalah tes pilihan ganda dengan
jumlah soal 35 yang dirancang untuk
Konsep literasi sains saat ini menjadi salah menilai pemahaman siswa sekolah
satu tujuan pembelajaran dalam kurikulum menengah tentang sifat sains. Hal ini
pendidikan di berbagai negara. American sebagai bagian dari serangkaian tes yang
Association for the Advancement of dirancang untuk menilai subjek literasi
Science (AAAS) menyusun framework dan ilmiah yang jauh lebih komprehensif.
mendeskripsikan karakter seseorang Penelitian yang dilakukan (Murti, et al.
dikatakan sebagai berliterasi yaitu mampu 2019; Fakhriyah, et al., 2017; & Ariyanti,
mengaitkan antara sains, matematika, dan et al., 2016) menunjukkan NOSLiT adalah
teknologi. Pella dan Gale (1966) salah satu tes yang valid untuk mengukur
menemukan ratusan publikasi mengenai kemampuan literasi sains siswa. NOSLiT
karakteristik seseorang yang berliterasi dapat menjadi alternative tes untuk
meliputi sesorang yang memiliki membantu mengidentifikasi kelemahan

28
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

siswa dalam kemampuan literasi sains dengan persentase sekor pada setiap
sehingga dapat digunakan sebagai acuan instrumen. Persentase diambil dari rata-rata
dalam memperbaiki proses pembelajaran skor. Jika skor kurang dari 50 % maka
dan menentukan keefektifan suatu program digolongkan dalam kategori rendah, namun
Rokhmah, et al. (2017). Soal NOSLiT jika melebhi maka tergolong dalam
yang digunakan dalam dalam penelitian ini kategori tinggi (Ariyanti, 2016).
disesuaikan dengan kondisi siswa dengan
lingkunganya. Soal yang disajikan tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
terkait dengan materi yang diajarkan pada
kelas, melainkan lebih mengutamakan Hasil yang didapatkan dapat
pada pengetahuan umum siswa terhadap dikelompokkan sesuai dengan indikator
sains. yang digunakan. Terdapat enam Indikator
pada instrumen ini, indikator tersebut
meliputi: (1) scientific nomenclature, (2)
METODE PENELITIAN intellectual process skills, (3) rules of
scientific evidence, (4) postulates of
Metode penelitian ini adalah metode science, (5) scientific dispositions, (6)
deskriptif yang akan menjabarkan secara major misconceptions about science.
sistematis dan faktual. Teknik pengambilan (Wenning, 2006).
data melalui tes tertulis yang terdiri dari 35
soal pilihan ganda. Analisis data akan Indikator Scientific nomenclature
dilakukan pada setiap indikator. Penelitian merupakan indikator yang mengukur
terkait kemampuan literasi sains ini pengetahuan tentang istilah yang biasa
menggunakan sampel siswa kelas XI MIA digunakan untuk mempelajari suatu
2 SMAN 8 Surakarta. Subjek penelitian penelitian ilmiah, dalam praktikum dan
berjumlah 24 orang siswa. kegiatan lainya yang bersifat ilmiah.
Nomenklatur ini perlu dikuasai oleh siswa
Data dikumpulkan menggunakan karena bersifat universal. Indikator
instrumen tes NOSLiT yang Scientific nomenclature mencakup 7 butir
dikembangkan oleh Wenning (2006) soal. Gambar 1 menunjukkan pada
kemudian diadaptasi kedalam bahasa indikator Scientific nomenclature siswa
Indonesia oleh Ariyanti, et al. (2016). yang menjawab soal dengan benar hanya
Terdapat 28 dari 35 soal NOSLiT atau 39 %. Dari 24 siswa hanya 10 siswa yang
80% soal yang mengalami modifikasi menjawab soal dengan benar.
berupa perbaikan kalimat pada kata tanya
maupun jawaban. Terdapat dua soal yang Kondisi tersebut diatas muncul karena
mendapatkan penambahan berupa pembelajaran umumnya belum
penjelasan serta dua soal lainya diganti menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri
untuk disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa menjadi tidak terbiasa
Indonesia. Terdapat beberapa aspek yang dengan berbagai istilah sains. Selain itu,
sudah dinilai pada instrumen yang buku teks yang digunakan sebagi acuan
digunakan seperti kebenaran, kedalaman siswa juga masih berbasis materi belum
materi dan keterbacaan soal terkait dengan berbasis kegiatan percobaan sehingga
kebahasaan. jarang sekali dijumpai istilah sains
didalamnya. Menurut Boujaoude (2002)
Pengolahan data mengacu pada Ariyanti kualitas pembelajaran, assessmen, dan
(2016) yang dilakukan secara sederhana buku teks yang digunakan berpengaruh
dengan menjumlah skor. Data disajikan terhadap akan mempengaruhi kemampuan
dalam bentuk tabel batang disesuaikan literasi sains siswa.

29
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
major
scientific rules of
intellectual postulates of scientific misconceptio
nomenclatur scientific
process skills science dispositions ns about
e evidence
science
Nilai 39% 20% 55% 41% 45% 43%

Gambar 1. Persentase Hasil Tes NOSLiT

Indikator Intellectual Process Skills ditingkatkan dalam literasi sains terkait dengan
merupakan keterampilan pengamatan dan indikator Intellectual Process Skills yaitu
eksperimental penting yang akan dipelajari siswa mampu mengamati, menganalisis
ketika sains diajarkan dan berorientasi dan mampu menyimpulkan data( Murti et
pada penyelidikan dalam metode al. 2018; Wenning, 2006) .
pengajaran maupun laboratorium Indikator Rules of scientific evidence
(Wenning, 2006). Gambar 1 menunjukkan merupakan indikator yang terkait
bahwa pada indikator Intellectual Process kemampuan siswa dalam menerima bukti
Skills hanya 20% siswa yang dapat atau fakta yang ada pada proses sains.
menjawab dengan benar. Analisis yang Gambar 1 menunjukkan hasil yang
dilakukan oleh penulis masih menunjukkan didapatkan yaitu terdapat 55% soal dapat
bahwa siswa belum memiliki literasi sains dijawab oleh siswa. Sebagian siswa sudah
yang baik terkait dengan kemampuan menyadari bahwa kebenaran dalam sains
melakukan praktik dan menentukan perlu diyakini jika sudah terdapat bukti
prosedur dalam praktikum. Praktikum yang yang valid. Pada penelitian yang dilakukan
dilakukan masih belum bisa memberikan oleh Murti (2018) mendapatkan hasil yang
pemahaman secara menyeluruh pada cukup baik yaitu sekitar 56,65%. Pada
siswa. Siswa menjalankan praktikum indikator ini memiliki capaian tertinggi
hanya sebagai sarana untuk menyelesaikan diantara indikator lainnya.
tugas tanpa mengetahui fungsi setiap
langkah yang mereka lakukan. Kemampuan literasi sains yang diukur
pada soal tersebut terkait kemampuan
Pencapaian pada indikator Intellectual siswa dalam menerima bukti atau fakta
Process Skills oleh Murti 2018 hanya yang ada pada proses sains. Terdapat
mencapai 44.83%. Terdapat beberapa beberapa prinsip dan pengetahuan yang
pengetahuan yang belum dimiliki oleh siswa dipahami oleh siswa pada abad ke-21.
dalam membedakan antara observasi, Yaitu mengenai klaim ilmiah yang
eksperimen serta mengenali hukum dan teori. berkorelasi antara sebab dan akibat hingga
Terdapat beberapa aspek yang perlu

30
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

membentuk suatu kesimpulan ilmiah Terdapat beberapa hal yang dapat


dengan melakukan pengujian dan menentukan keberhasilan siswa ketika
verifikasi semua hal yang berkaitan dengan melakukan penelitian salah satunya adalah
klaim. Semakin tidak konvensional suatu sikap siswa dalam memutuskan suatu hal.
klaim, maka semakin besar persyaratannya Terdapat beberapa sikap yang perlu
untuk bukti pendukung; bukti anekdotal dimiliki oleh seseorang yang memiliki
tidak memadai bukti klaim ilmiah apapun kemampuan literasi sains yang baik
(Ariyanti, et al. 2016;Wenning, 2006). diantaranya adalah memiliki kepribadian
yang jujur, objektif, logis, menghormati
Indikator Postulates of science merupakan orang lain dan kreatif. Dengan adanya
indikator dalam instrumen NOSLiT terkait sikap tersebut maka akan memudahkan
beberapa asumsi yang diyakini dan siswa dalam melakukan penelitian dan
menjadi dasar dalam kerja serta perkiraan mengolah data.
ilmiah. Terdapat beberapa asumsi yang
perlu dikuasai oleh siswa yaitu asumsi Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil yang
bahwa semua hukum ilmu pengetahuan diperoleh dari indikator Scientific
bersifat universal sehingga menuntut siswa dispositions yaitu 45% siswa menjawab
untuk mencari kebenaran yang benar-benar dengan benar. Soal yang diajukan pada
bersifat menyeluruh pada alam. Alam indikator ini menilai bagaiamana seseorang
beroprasi secara konsisten, atau bahkan memandang orang lain dan menghormati
kondisi yang unik dapat terjadi secara penemuan orang lain jika didukung dengan
alami mungkin tidak diamati secara bukti atau prediksi yang logis.
langsung namun keberadaannya secara
teoritis dapat disimpulkan melalui alasan Indikator Major misconceptions about
(Wenning, 2006). science menilai seberapa pemahaman
siswa tentang sains. Masih terdapat
Hasil yang didapatkan dari inidikator beberapa kesalahan konsep yang dimiliki
Postulates of science yaitu 41% siswa siswa sehingga siswa masih belum mampu
menjawab soal dengan benar. Hasil ini menjawab soal dengan tepat. Indikator ini
tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian menerapkan bahwa metode ilmiah
Murti (2018) yaitu sebesar 42,28% siswa merupakan metode yang dapat menjawab
mampu menyelesiakan soal dengan baik. permasalahan yang ada di alam dan
Terdapat kesamaan hasil yang dimiliki bisa bersifat universal. Metode ilmiah dapat
saja berkaitan dengan wilayah penelitian dilakukan ketika terdapat pertanyaan-
yang tidak terlalu jauh. Namun metode pertanyaan yang muncul sehingga
pembelajaran adalah aktor utama yang membentuk suatu rumusan masalah.
memepengaruhi literasi sains siswa Rumusan masalah akan membentuk suatu
Fenomena yang muncul pada alam dapat hipotesis atau dugaan sementara yang
diamati secara seksama baik fenomena dapat menjadi teori jika sudah dibuktikan
makroskopis atau mikroskopis tertentu. dengan valid. Proses yang menuntut sikap
Melalui pengamatan langsung dan melalui jujur dan objektif sehingga akan terbentuk
perencanaan yang baik maka akan kebenaran yang absolut (Wenning, 2011).
memunculkan konsep pada siswa ketika
siswa menemukan hal-hal unik dalam Gambar 1 menunjukkan hasil indikator
eksperimennya (Wenning, 2005). Major misconceptions about science
sebanyak 43% siswa mampu menjawab
Indikator Scientific dispositions merupakan soal dengan benar. Hasil yang didapatkan
indikator yang menilai apakah siswa sudah menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
memiliki jiwa sebagai peneliti yang baik. paham tentang arti sains masih belum

31
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

mencapai setengahnya. Hasil ini mengacu fenomena yang ada dapat dibuktikan
pada pernyataan bahwa semua pertanyaan denagn menggunakan metode ilmiah.
yang diajukan oleh alam semesta dapat
dijawab melalui metode ilmiah. Hanya Setelah melakukan pencarian dan usaha
sedikit siswa dapat menjawab dengan maka siswa diharapkan mampu untuk
benar karena dapat mempertimbangkan menyimpulkan jawaban dan
bahwa ilmuwan dapat menjawab semua menyelesaikan masalah yang ada
pertanyaan jika diberikan cukup waktu dan (Pustitasari, et al., 2019). Peranan literasi
sumber daya. Padalah pada hakikatnya sains ini akan digunakan oleh siswa saat
seorang ilmuwan akan mampu menjawab menjalankan kehidupan sehari-hari. Abad
pertanyaan jika mereka membuktikan 21 yang memiliki banyak kelebihan
fenomena alam menggunakan metode maupun kekurangan akan dikuasai oleh
ilmiah. orang yang memiliki literasi sains tinggi
karena mereka mampu menerapkan
Secara keseluruhan terdapat beberapa metode ilmiah dalam menjamah dunia
pencapaian siswa yang masih tergolong persaingan yang semakin pesat.
rendah terutama pada indikator Intellectual
Process Skills yang hanya mencapai 20%. Penerapan literasi sains ini akan sesuai
Hasil yang didapatkan tergolong rendah dengan kebutuhan siswa dengan berpegang
karena rata-rata skor kurang dari 50%. taguh pada prinsip literasi sains yaitu
(Ariyanti, 2016). Hasil yang kurang menemukan masalah, mencari informasi
memuaskan dapat terjadi karena metode dan literasi, menyimpukan permasalahan
pembelajaran yang digunakan kurang dan memutuskan langkah terbaik dalam
sesuai dengan abad 21. pada abad 21 menghadapi permasalahan. (Muhammad,
ditantang untuk menciptakan pendidikan et al., 2018).
yang dapat ikut menghasilkan sumber daya
pemikir yang mampu ikut membangun KESIMPULAN
tatanan sosial dan ekonomi sadar
pengetahuan sebagaimana layaknya warga Capaian literasi sains siswa SMA yang
dunia di Abad-21( Wijaya, 2016). Terdapat dijadikan sampel masih tergolong rendah.
beberapa metode pembelajaran yang dapat Komponen indikator paling rendah
melatih siswa untuk terbiasa melakukan terdapat pada indikator Intellectual
metode ilmiah dalam menyelesaikan Process Skills sedangkan komponen
masalah dan melakukan literasi sains saat literasi sains yang dikategorikan tinggi
pembelajaran di kelas. (Wenning, 2004). hanya indikator Rules of scientific evidence
Pembelajaran dengan inkuiri difokuskan dengan capaian diatas 50%. Secara umum,
pada siswa sebagai sentral dalam kemampuan siswa dalam berfikir secara
melakukan pembelajaran. Siswa akan ilmiah, melakukan metode ilmiah dan
bertanya, mencari jawaban, dan merancang matematika masih dalam tingkatan
penelitian. hal ini dilakukan untuk rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
menjawab pertanyaan yang ada sehingga rata-rata kurang dari setengahnya atau
terjadi diskusi antara siswa dan guru. tidak mencapai 50%. Kondisi tingkat
literasi sains yang rendah pada siswa
Melalui bertanya dan mencari literasi maka diakibatkan karena metode pembelajaran
siswa akan semakin banyak pertanyaan yang kurang memberdayakan siswa dalam
terkait dengan fakta atau fenomena yang menjalankan proses sains.
dialami oleh siswa. Dari rasa ingin tahu
yang muncul maka akan menimbulkan
usaha dan ide untuk membuktikan bahwa

32
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

DAFTAR PUSTAKA Pella, M. O., & Gale, C. W. (1966).


Scientific literacy-its referents. The
Ariyanti, A. I. P., Ramli, M., & Prayitno, Science Teacher, 33(5).
B. A. (2016). Preliminary Study on Pustitasari, Mydha T., Sigit Santoso, B. M.
Developing Science Literacy Test for (2019). Upaya Meningkatkan
High School Students in Indonesia. Karakter Rasa Ingin Tahu dan Hasil
Proceeding of International Belajar Akuntansi Melalui
Conference on Teacher Training and Pembelajaran Kontekstual Dengan
Education, 1(1), 284–289. Retrieved Metode Snowball Throwing Pada
from Siswa SMK Muhammadiyah 3
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/i Gemolong. Journal of Chemical
ctte/article/view/7604 Information and Modeling, 53(9),
Boujaoude, S. (2002). Balance of scientific 1689–1699.
literacy themes in science curricula. https://doi.org/10.1017/CBO9781107
International Journal of Science 415324.004
Education, 24(2), 139-156. Rokhmah, A., Sunarno, W., & Masykuri,
Fakhriyah, F., Masfuah, S., Roysa, M., M. (2017). Science Literacy
Rusilowati, A., & Rahayu, E. S. Indicators in Optical Instruments of
(2017). STUDENT’S SCIENCE Highschool Physics Textbooks
LITERACY IN THE ASPECT OF Chapter. Jurnal Pendidikan Fisika
CONTENT SCIENCE. Jurnal Indonesia, 13(1), 19–24.
Pendidikan IPA Indonesia, 6(1), 81- https://doi.org/10.15294/jpfi.v13i1.83
87. 91
Imani , Hajar Adha, Ika Mustika Sari, P. Suwono,H.,Rizkita,L. & Susilo, H. (2017).
(2016). Profil Literasi Siswa SMP di Peningkatan Literasi Saintifik Siswa
Kota Bandung Terkait Tema SMA Melalui Pembelajaran Biologi
Pemanasan Global (pp. 242–248). pp. Berbasis Masalah. Jurnal Ilmu
242–248. Pendidikan ,21(2).136-144
Muhammad, S. N., Adhani, A., & Listiani. Wenning, C. J. (2011). Experimental
(2018). Hubungan Antara Literasi Inquiry in Introductory Physics
Sains Dan Rasa Ingin Tahu Siswa Courses. Journal of Physics Teacher
Pada Materi Ekosistem Di Sma Education Online, 6(2), 2–8.
Negeri 3 Tarakan ( Correlation Wenning. (2006). A framework for
Between Science Literacy and teaching the nature of science. J.
Student Curiosity on Ecosistem Topic Phys. Tchr. Educ. Online, 3(3), 3–10.
At Sma Negeri 3 Tarakan ). Natural: Wenning, C.J. &Wenning, R.E.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Ipa, 5(2), (2006).Assessing Nature-Of-Science
112–116. Literacy as One Component of
Murti, P. R., Aminah, N. S., & Harjana. Scientific Literacy. Journal of Physics
(2018). The Analysis of High School Teacher Education Online, 3(4),3-14
Students’ Science Literacy Based on Wenning, C. J. (2005). Levels of inquiry:
Nature of Science Literacy Test Hierarchies of pedagogical practices
(NOSLiT). Journal of Physics: and inquiry processes. Journal of
Conference Series, 1097(1). Physics Teacher Education Online,
https://doi.org/10.1088/1742- 2(3), 3–11. Retrieved from
6596/1097/1/012003 http://scholar.google.com/scholar?hl=
OECD. (2019). PISA 2018 - Insight and en&btnG=Search&q=intitle:Levels+o
Interpretations. Paris: OECD f+inquiry:+Hierarchies+of+pedagogic
Publishing. al+practices+and+inquiry+processes#

33
p-ISSN : 2338-7173
e- ISSN 2615-0417
Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi (Februari 2020), Vol. (10), No.(1), 27-34

0.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A.,
& Malang, U. N. (2016).
Transformasi Pendidikan Abad 21
Sebagai Tuntutan Pengembangan
Sumber Daya Manusia di Era Global.
In Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika. Vol. 1 (26).

34

Anda mungkin juga menyukai