Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa Calon Guru Prodi Pendidikan

Kimia UIN Ar-Raniry Banda Aceh pada Materi Asam Basa

Analysis of Science Literacy Ability of Prospective Teacher Students


Chemistry Education Study Program UIN Ar-Raniry Banda Aceh on Acid-
Base Material
Dosen Pembimbing : Hayatuz Zakiyah, M.Pd
Unit 05

Khairatun Nabila, Nevi Rehewa


Program Studi Pendidikan Kimia UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Abstrak

Kata kunci: literasi sains, aspek literasi sains, mahasiswa, calon guru.

PENDAHULUAN memerlukan pemahaman tentang fakta-


Abad ke-21 ditandai dengan fakta ilmiah dan hubungan antara sains,
pesatnya perkembangan sains dan teknologi, dan masyarakat. Mahasiswa
teknologi. Berdasarkan argumentasi yang memiliki pengetahuan tersebut dan
tersebut, terbukti bahwa di era revolusi mampu menerapkan pengetahuannya
industri 4.0 saat ini yang ditandai dengan untuk memecahkan masalah dalam
perkembangan teknologi internet yang luar kehidupan nyata disebut dengan
biasa, dunia pendidikan menghadapi mahasiswa yang melek sains. Literasi sains
tantangan yang semakin berat. Pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan
merupakan salah satu tantangan yang seseorang untuk memahami sains,
hendaknya mampu menghasilkan sumber mengkomunikasikan sains (secara lisan
daya manusia yang memiliki kapasitas dan tulisan), dan menggunakan
penuh dalam menghadapi berbagai pengetahuan sains untuk memecahkan
tantangan dalam kehidupan. masalah dengan cara menunjukkan sikap
Tantangan dalam kehidupan dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan
seorang mahasiswa yang tidak bisa lingkungannya saat mengambil keputusan
dihindari adalah bahwa mahasiswa berdasarkan pertimbangan sains (Uus
Toharudin dkk. 2018).
Literasi sains sangat dibutuhkan
seseorang pada era globalisasi saat ini
dikarenakan pendidikan semestinya
mengarah pada proses kegiatan yang dapat Peneliti belum mengetahui secara
mempersiapkan seorang mahaiswa untuk pasti aspek mana yang menyebabkan
dapat menghadapi zaman yang serba rendahnya kemampuan literasi sains.
canggih ini, isu lingkungan hidup, Namun dalam penelitian ini, peneliti akan
perkembangan teknologi informasi, menguraikan satu aspek literasi sains, yaitu
penggabungan ilmu pengetahuan dan aspek knowledge (pengetahuan) dan
teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, konteks (aplikasi). Kedua aspek ini dipilih
kebangkitan industri kreatif dan budaya, agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu
pergeseran kekuatan ekonomi dunia, serta yang diperolehnya selain mengetahui teori,
pengaruh dan dampak teknologi berbasis fakta dan konsep. Hal ini juga sesuai
sains. Dalam konteks ini, penguasaan dengan tujuan aspek pengetahuan literasi
literasi membaca, menulis, matematika dan sains dalam PISA, yaitu untuk menguji
sains memerlukan perhatian khusus. sejauh mana kemampuan siswa mampu
Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran menerapkan pengetahuannya dalam
tidak hanya terbatas pada pengelolaan konteks yang relevan. (Wulandari &
pengetahuan, tetapi lebih dari itu. Kegiatan Sholihin, 2016). Sedangkan aspek konteks
pembelajaran harus difokuskan pada (aplikasi) menekankan menekankan pada
pembelajaran dan implementasi kemampuan menerapkan konsep-konsep
pengetahuan. ilmiah untuk memecahkan masalah sehari-
hari (Pertiwi, dkk, 2018).
Diketahui kemampuan literasi
sains atau juga disebut dengan Ada beberapa faktor yang menjadi
pengimplementasian pengetahuan dalam penyebab rendahnya kemampuan literasi
proses pembelajaran di Indonesia yang sains mahasiswa yaitu masih adanya
diukur oleh PISA (Programme for miskonsepsi pada suatu materi,
International Students Assessment) kurangnya minat belajar dan membaca,
menunjukkan hasil yang cukup pembelajaran yang bersifat abstrak, serta
memprihatinkan. Kemampuan literasi pembelajaran yang
siswa di Indonesia tahun 2018 sangat
rendah menurut PISA, yaitu peringkat
keenam dari bawah. Masyarakat
berliterasi sains yaitu melek terhadap ilmu
pengetahuan atau dengan kata lain
terbukanya wawasan pengetahuan
terhadap sains (PISA, 2018).
kontekstual. Seorang calon guru harus utama bagi calon guru untuk dikuasai.
memiliki kemampuan literasi sains yang Salah satu materi kimia yang masih
baik karena seorang guru berperan penting dianggap sulit oleh sebagian mahasiswa
dalam mencerdaskan anak bangsa. Guru yaitu materi asam basa, dikarenakan pada
harus memiliki kompetensi untuk materi ini masih terdapat konsep-konsep
membantu peserta didik mencapai materi yang miskoskopis dan abstrak
kesuksesan. Salah satu kompetensi yang (Sirhan G, 2007) akibatnya peserta didik
harus dikembangkan adalah literasi sains sering mengalami miskonsepsi dalam
(Heryani.dkk 2020). Oleh karena itu, memahami materi tersebut, dan rendahnya
pembelajaran yang dapat meningkatkan penggunaan media pembelajaran interaktif
literasi sains sangat diperlukan, karena bagi guru dalam menjelaskan dan atau
tanpa literasi sains akan sulit bagi guru- memvisualisasikan konsep mikroskopis
guru generasi baru di masa mendatang dan asbtrak.
untuk bersaing dalam skala global.
Analisis kemampuan literasi sains
Materi kimia masih dianggap sulit telah banyak dilakukan dalam penelitian.
oleh sebagian anak sekolah, sehingga bagi Ada beberapa penelitian yang relevan yang
setiap calon guru kimia hendaknya harus mendukung pada penelitian ini,
memiliki kemampuan ilmu pengetahuan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
yang kuat. Salah satunya adalah calon guru Sumanik dkk (2021) mengenai analisis
kimia harus memiliki kemampuan literasi profil kemampuan literasi sains mahasiswa
sains yang baik. Melalui literasi sains calon guru pendidikan kimia yang
mahasiswa calon guru kimia dapat melibatkan 22 orang mahasiswa dengan
menerapkan ilmu tersebut dalam berbagai hasil penelitian literasi sains aspek
bidang kehidupan, menemukan solusi pengetahuan calon guru kimia di
masalah dan tanpa ragu mengambil Universitas Musamus yang terbagi
keputusan untuk meningkatkan kualitas menjadi 3 aspek sebagai berikut: (1) aspek
hidup (Hendri & Hasriani, 2019). konten (N-gain=0,37) kategori sedang, (2)
aspek prosedural (N-gain=-0,10) kategori
Khusus dalam pembelajaran kimia,
rendah, (3) aspek epistemik (N-gain 0,24)
literasi sains tentunya menjadi tuntutan
kategori rendah. Secara umum profil
kemampuan literasi sains pada aspek
pengetahuan termasuk dalam kategori
rendah (N-gain=0,228).
Kemudian penelitian yang sains mahasiswa Pendidikan Kimia di
dilakukan oleh Fadilah dkk (2020) Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
mengenai analisis karakteristik
kemampuan literasi sains konteks bencana METODE PENELITIAN
gempa bumi mahasiswa pendidikan IPA Penelitian ini menggunakan metode
pada domain pengetahuan prosedural dan deskriptif kuantitatif, yaitu suatu bentuk
epistemik yang melibatkan 70 orang penelitian yang menjelaskan atau
mahasiswa dengan hasil penelitian mendeskripsikan suatu peristiwa tanpa
menunjukkan tingkat penguasaan domain memanipulasi atau mengubah variabel
pengetahuan prosedural dan epistemik bebasnya, melainkan menggambarkan
pada mahasiswa IPA FMIPA UNP keadaan sebagaimana adanya
termasuk pada kategori sangat rendah, (Sukmadinata, 2012). Menurut Hardani
dengan skor sebesar 38,18 dan 19,12. (2020), penelitian kuantitatif memberikan
Pengetahuan yang cukup dikuasai informasi yang lebih terukur. Jadi,
mahasiswa dalam lingkup pengetahuan penelitian ini dilakukan untuk
prosedural adalah penentuan variable, mendeskripsikan kemampuan literasi sains
sebaliknya mahasiswa masih mengalami mahasiswa sebagaimana adanya. Metode
kendala pada pengetahuan membuat grafik penelitian ini juga mendeskripsikan suatu
dan interpretasi grafik. Pada pengetahuan bentuk penelitian yang menggambarkan,
epistemik, pengetahuan membuat analisis mengkaji dan menjelaskan keberadaan
dan inferensi lebih paling dikuasai oleh suatu objek kajian serta menarik
mahasiswa. kesimpulan tentang suatu peristiwa yang
dapat diamati dengan menggunakan
Berdasarkan hal tersebut, calon
angka-angka. Dalam penelitian deskriptif
guru perlu memiliki kemampuan literasi
kuantitatif, hanya isi dari variabel yang
sains yang baik agar para peserta didik
diteliti yang dideskripsikan dan tidak
mempunyai kemampuan yang baik pula
dilakukan pengujian hipotesis tertentu.
dalam mempelajari pengetahuan sains.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mendeskripsikan literasi sains siswa
untuk mendeskripsikan kemampuan
secara apa adanya, tanpa mengacu pada
literasi sains mahasiswa Pendidikan Kimia
variabel lain.
di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh. Dari hasil penelitian ini Subyek dalam penelitian ini adalah
nantinya dapat menggambarkan mahasiswa program studi Pendidikan
kemampuan literasi
Kimia yang berjumlah 50 orang. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah literasi sains
berdasarkan Framework PISA 2015
berjumlah 15 butir soal. Instrumen soal
literasi sains aspek pengetahuan terbagi
lagi pada 3 aspek yaitu konten, prosedural
dan epistemik yang masing- masing
berjumlah 5 soal. Instrumen tes tersebut
telah divalidasi oleh 2 dosen ahli di
bidangnya.
Materi kimia yang diuji pada tes litrasi
sains adalah materi asam basa. Pemilihan
materi asam basa dikarenakan materi asam
basa ini merupakan materi kimia yang
masih terdapat beberapa konsep materi
yang bersifat abstrak.

Data dianalisis menggunakan uji


prasyarat dan uji parametrik. Penggunaan
uji Wilcoxon digunakan pada data yang
tidak memenuhi uji prasyarat. Untuk
mengetahui peningkatan skor kemampuan
literasi sains, maka digunakan perhitungan
skor rata-rata gain (N-gain) yang
dikembangkan oleh (Hake, 1999) dengan
rumus sebagai berikut:

𝑆𝑓−𝑆𝑡
g = 100−𝑆𝑡

Keterangan: Sf = Skor Mean pre-test


St = Skor Mean post test

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini mendeskripsikan
penilaian hasil tes kemampuan literasi
sains mahasiswa calon guru
Pendidikan kimia di UIN Ar-Raniry
diukur berdasarkan 3 aspek, yaitu
aspek konten, aspek prosedural, dan
aspek epistemik. Hasil analisis data
pada tabel 1. menunjukkan pencapaian
pada tiap aspek literasi sains.
Pencapaian persentase tertinggi pada
aspek pengetahuan konten sebesar
17,19% dan pencapaian persentase
terendah pada aspek pengetahuan
epistemik sebesar 12,32%. Sedangkan
pada aspek prosedural persentasenya
sebesar 12,65%.

Tabel. 1. Skor rata-rata hasil tes


literasi sains
Aspek Skor Kategori
Literasi Rata-rata Literasi
Sains (%) Sains
Konten 17,19 Rendah
Prosedural 12,65 Rendah
Epistemik 12,32 Rendah

Tabel 1. menunjukkan bahwa


secara keseluruhan berdasarkan nilai
rata-rata literasi sains tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan
literasi sains mahasiswa berada pada
kategori rendah. Tabel tersebut
menjelaskan bahwa mahasiswa
umumnya hanya paham atau mengerti
dalam menjawab soal dengan tipe
pengetahuan konten dan disusul
dengan tipe pengetahuan prosedural.
Soal dengan tipe epistemik hasil yang
kurang memuaskan dan terlihat paling
rendah.
Aspek konten mendapatkan
persentase nilai literasi paling tinggi
karena penilaian dalam aspek ini
berhubungan dengan materi yang
umumnya bersifat teori. Mahasiswa
kurang dapat menjawab soal dengan
aspek pengetahuan prosedural dan
epistemik dikarenakan dalam aspek
ini lebih menekankan kepada kegiatan
penyelidikan ilmiah.

Aspek Pengetahuan Konten


DAFTAR PUSTAKA Sumanik dkk. (2021). Analisis Profil
Fadilah dkk. (2020). Analisis Kemampuan Literasi Sains
Karakteristik Kemampuan Mahasiswa Calon Guru
Literasi Sains Konteks Pendidikan Kimia.
Bencana Gempa Bumi QUANTUM: Jurnal Inovasi
Mahasiswa Pendidikan IPA Pendidikan Sains. Vol. 12, No.
pada Domain Pengetahuan 1.
Prosedural Dan Epistemik. Uus Toharudin, dkk. 2011.
JIPI (Jurnal IPA dan Membangun Literasi Sains.
Pembelajaran IPA). 4 (1). Bandung: Humaniora.
103-119. Wulandari & Sholihin. (2016).
Hendri, S., & Hasriani, M. (2019). Analisis Kemampuan Literasi
Identifikasi Literasi Sains Sains pada Aspek Pengetahuan
Mahasiswa (Studi Kasus dan Kompetensi Sains Siswa
Mahasiswa STISIP Amal SMP pada Materi Kalor.
Ilmiah Yapis Wamena). EDUSAINS, 8(1), 66–73.
Journal of Natural Science
and Integration, 2(1), 95–
104.
Heryani, R., Damaianti, V. S.,
Syihabudin, & Mulyati, Y.
(2020). Evaluation of School
Literacy Movement Program
at Cimahi City in Facing
Industrial Revolution 4.0. 4th
International Conference on
Arts Language and Culture
(ICALC 2019) Evaluation,
421(ICALC 2019), 371–378.
Atlantis Press.
Pertiwi, dkk. (2018). Pentingnya
Literasi Sains Pada
Pembelajaran IPA SMP Abad
21. Indonesian Journal of
Natural Science Education
(IJNSE), 1(1), 24–29.
PISA. (2018). PISA 2018 Results in
Focus.
Sirhan, G. 2007. Learning
difficulties in chemistry: An
overview.
Sulistyawati dkk. (2022). Analisis
(Deskriptif Kuantitatif)
Motivasi Belajar Siswa
dengan Menggunakan Model
Pembelajaran
Blended
Learning di Masa Pandemi
Covid 19. KadikmA. Vol. 13,
No. 1.

Anda mungkin juga menyukai