ISSN Fuadi
(Print):et2502-7069;
al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi
ISSN (Online): Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
2620-8326
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
Riwayat Artikel Abstrak: Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk
Received : 25 Oktober 2020 meng-identifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
Revised : 12 November 2020 fenomena ilmiah dan menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Dimensi
Accepted : 23 November 2020 besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan
Published : 29 November 2020 konteks aplikasi sains. Pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui sejauh
mana kemelekan peserta didik terhadap konsep – konsep sains yang telah
dipelajarinya. Selama hampir 20 tahun terakhir sejak dirilis oleh PISA, literasi sains
peserta didik di Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Penelitian
ini bertujuan untuk 1) menemukan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains
peserta didik; 2) mencari informasi yang relevan dengan faktor-faktor penyebab
rendahnya literasi sains peserta didik; dan 3) mengkaji sejumlah teori dasar yang
relevan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan cara mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, artikel-artikel, catatan-catatan, dan laporan-
laporan dan sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan rendahnya literasi
sains peserta didik. Data yang diperoleh dari hasil studi leteratur tersebut kemudian
dikompilasi dan dianalisis berdasarkan kajian tema. Hasil analisis data ditemukan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya literasi sains peserta didik
diantaranya adalah pemilihan buku ajar, miskonsepsi, pembelajaran yang tidak
kontekstual, dan kemampuan membaca peserta didik. Kondisi ini mengharuskan
pakar dan praktisi pendidikan Indonesia untuk lebih berbenah lagi dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan sains, agar mampu bersaing dengan
negara-negara lain dalam berkompetisi diberbagai bidang kehidupan di era revolusi
industri 4.0 pada abad 21 ini.
Kata kunci: Rendahnya literasi sains, Dimensi literasi sains, Pengukuran literasi
sains dan Revolusi industri 4.0.
108
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
empat aspek yang saling berhubungan yaitu oleh Zed (2014), pada riset pustaka (library
pengetahuan, konteks, kompetensi, dan sikap. research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk
Literasi sains merupakan kemampuan langkah awal menyiapkan kerangka penelitian
seseorang menerapkan pengetahuannya untuk (research design) akan tetapi sekaligus
mengidentifikasi pertanyaan, mengkonstruksi memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk
pengetahuan baru, memberikan penjelasan secara memperoleh data penelitian. Data-data yang
ilmiah, mengambil kesimpulan berdasarkan bukti- didapatkan, kemudian dikumpulkan, dikompilasi,
bukti ilmiah, dan kemampuan mengembangkan dikaji, dianalisis, dan disimpulkan sehingga
pola pikir reflektif sehingga mampu berpartisipasi mendapatkan rekomendasi mengenai studi
dalam mengatasi isu-isu dan gagasan-gagasan literatur.
terkait sains (OECD, 2019).
Pihak Organisation for Economic Co- HASIL DAN PEMBAHASAN
operation and Development (OECD) telah
mengumumkan skor PISA (Programme for Literasi Sains Indonesia
International Student Assessment) untuk Indonesia Literasi sains merupakan kemampuan
tahun 2018 bidang literasi, matematika dan juga seseorang menggunakan konsep sains untuk
sains. Pengukuran PISA bertujuan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur menjelaskan fenomena ilmiah serta
kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama menggambarkan fenomena tersebut berdasarkan
pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, bukti-bukti ilmiah (Bybee et al., 2009). Menurut
dan literasi. Penyerahan hasil PISA 2018 untuk Organisation for Economic Co-operation and
Indonesia telah diberikan Yuri Belfali (Head of Development (OECD) tahun 2003, literasi sains
Early Childhood and Schools OECD) kepada didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan,
Nadiem Makarim di Gedung Kemendikbud Jakarta dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti,
dan menetapkan Indonesia berada pada urutan ke dalam rangka memahami serta membuat keputusan
70 dari 78 negara peserta (kompas.com, 2019). berkenaan dengan alam melalui aktivitas manusia.
Selama hampir 20 tahun terakhir sejak PISA Sedangkan menurut Afriana, J. et al. (2016)
merilis hasil kemampuan literasi sains peserta Literasi sains merupakan keterampilan yang
didik di seluruh dunia, Negara Indonesia selalu diaplikasikan untuk mendefinisikan femonena
berada pada urutan bawah. Hal ini menunjukan secara sains atau ilmiah. Literasi sains berarah
bahwa kualitas pembelajaran sains di Indonesia kepada bagaimana peserta didik menggunakan
jauh di bawah negara-negara anggota OECD (Dadi pengetahuan mereka untuk menciptakan sebuah
Setiadi, 2014). ide baru, konsep baru terhadap sebuah
Berdasarkan hal ini maka perlu adanya permasalahan secara ilmiah (Wulandari, N., &
upaya untuk membenahi pendidikan dan Sholihin, H., 2016). Literasi sains mendukung
meningkatkan kemampuan literasi sains peserta peserta didik untuk menciptakan prosedur sendiri
didik supaya bisa bersaing di abad 21. Oleh karena berdasarkan penyelidikan yang mereka lakukan
itu perlu diidentifikasi apa saja faktor penyebab (Irmita, L., & Atun, S., 2018). Menurut American
rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik Association for the Advancement of Science
di Indonesia sehingga dapat memunculkan ide atau (AAAS) tahun 2013, hal yang penting dalam
gagasan untuk bisa membenahinya. pembelajaran sains adalah literasi sains.
Dalam kaitannya dengan penilaian hasil
METODE belajar sains pada aspek kemampuan literasi sains
yang mencakup “science processes, science
Penelitian ini termasuk dalam studi literatur. concepts, and situation or context” (Harlen, 1999)
Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang dilakukan OECD dalam PISA tahun 2000
berupa hasil-hasil penelitian dari berbagai artikel, menunjukkan bahwa “kemampuan literasi sains
sumber pustaka dan dokumen yang sesuai dengan untuk peserta didik SMP Indonesia mencapai skor
tema faktor penyebab rendahnya kemapuan literasi 393”berada pada urutan “ke-38 dari 41 negara”dan
sains peserta didik. Sebagaimana yang dinyatakan tes PISA tahun 2003 mencapai “skor 395” urutan
109
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
ke-38 dari 41 negara (Dadi Setiadi, 2014). Hasil tes 2012 menjadi 403 tahun 2015 sekaligus
yang sama pada tahun 2006 peserta didik Indonesia menempatkan Indonesia pada urutan 62 dari 72
mencapai skor 393 berada pada urutan 50 dari 57 negara peserta (kemendikbud, 2016). Sedangkan
negara peserta dan termasuk berada pada tingkat 1” pada PISA tahun 2018 kembali skor literasi sains
(OECD, 2007) dan skor sains pada tes PISA tahun peserta didik menurun menjadi 396 urutan ke 70
2009 adalah “383 ranking 57 dari 65 negara dari 78 negara peserta (kompas.com, 2019).
peserta. Serta pada tahun 2012 tes science yang Berikut daftar lierasi sains Indonesia mulai tahun
sama peserta didik Indonesia meraih skor 382 2000 sampai 2018 disajikan dalam tabel 1 dan
urutan ke 64 dari 65 peserta (OECD, 2013). Pada daftar peserta PISA tahun 2018 disajikan dalam
PISA 2015 skor literasi sains peserta didik tabel 2.
mengalami sedikit peningkatan dari 382 tahun
Tabel 2. Skor PISA 2018 dan Peringkat Negara di Dunia Berdasarkan Penilaian Kemampuan Sains
110
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
Berdasarkan data literasi sains pada Tabel antara lain; Rendahnya kemampuan literasi sains
1 dan tabel 2 yang telah dirilis oleh PISA siswa dapat disebabkan kebiasaan pembelajaran
(Programme for Internasional Students IPA yang masih bersifat konvensional serta
Assesment), tergambar bahwa kemampuan peserta mengabaikan pentingnya kemampuan membaca
didik Indonesia dalam bersaing di tingkat dan menulis sains sebagai kompetensi yang harus
Internasional masih perlu ditingkatkan. Bahkan dimiliki siswa (Norris & Pillips, 2003). Siswa
dalam beberapa periode terakhir, Indonesia terbiasa hanya mengisi tabel yang telah disediakan
menempati posisi di bawah negara-negara lain. Hal oleh guru, sehingga kemampuan siswa dalam
ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains menginterpretasikan grafik/tabel juga terbatas
peserta didik di Indonesia masih sangat rendah bila (Rahayu, 2015). Siswa tidak terbiasa mengerjakan
dibandingkan dengan negara-negara lain. soal tes literasi sains (Sariati, 2013).
Teori Dasar tentang Faktor rendahnya Literasi Faktor penyebab rendahnya kemampuan
Sains literasi sains Peserta didik.
111
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
langsung. Stake & Easly (Aqil, 2018) menyatakan pengetahuan tersebut tidak dikaitkan dengan hal-
bahwa buku pelajaran digunakan oleh 90% dari hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
semua guru sains dan 90% dari alokasi waktu padahal Yager dan Lutz mengungkapkan lebih
pembelajaran. Pengetahuan dan penerapan literasi lanjut bahwa sains relevan dengan proses dan
sains yang hanya mengandalkan buku ajar atau produk sehari-hari yang digunakan dalam
teks (tekstual) belum sepenuhnya menyentuh jiwa masyarakat. Hasil penelitian Anna Permanasari
peserta didik, akibatnya pelajaran menjadi (2016) terutama untuk aspek konteks aplikasi sains
membosankan dan peserta didik kurang terbukti hampir dapat dipastikan bahwa banyak
memahami materi pelajaran dalam konteks peserta didik di Indonesia tidak mampu
kehidupan. mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya
dengan fenomena-fenomena yang terjadi di dunia,
b. Miskonsepsi karena mereka tidak memperoleh pengalaman
untuk mengkaitkannya. Selain itu, Kemampuan
Hasil penelitian Mufida dan Teguh (2017) berpikir logis, rasional, serta sistematis siswa juga
menemukan bahwa penguasaan konsep siswa rendah untuk sebagian besar anak Indonesia.
tentang IPA masih rendah. Adanya tuntutan
terselesaikannya materi bahan ajar oleh guru sesuai d. Rendahnya kemampuan membaca
target kurikulum memaksa siswa harus menerima
konsep-konsep IPA yang mungkin belum Salah satu kendala belajar sains lainnya
sepenuhnya dipahami. Hal ini menjadikan banyak adalah karena rendahnya kemampuan membaca
konsep-konsep IPA dipahami secara salah dan memaknai bacaan. Penelitian dilakukan
(miskonsepsi) atau hanya sekedar dihafalkan yang organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan
pada akhirnya konsep tersebut mudah dilupakan. kebudayaan PBB (UNESCO) pada tahun 2016
Pembelajaran IPA di SMP masih dilakukan secara terhadap 61 negara di dunia menunjukkan
parsial (terpisah) atau belum terpadu, akibatnya kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat
konsep IPA yang diterima oleh siswa juga terpisah. rendah. Hasil studi yang dipublikasikan dengan
Kecenderungan guru untuk memberikan materi nama "The World’s Most Literate Nations",
tanpa mengaitkannya dengan kehidupan nyata menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60,
menyebabkan siswa kesulitan mengaitkan hanya satu tingkat di atas Botswana (kompas.com,
pengetahuan yang telah didapatkan dengan situasi 2019).
kehidupan nyata. Hal ini terlihat dari jawaban- Penyebab rendah minat dan kebiasaan
jawaban siswa yang masih sangat teoritik sesuai membaca itu antara lain kurangnya akses, terutama
dengan konsep materi yang diajarkan di sekolah untuk di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah
dan belum mampu mengaplikasikan konsep materi
satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi
untuk memecahkan masalah-masalah sains yang
dijumpai di dalam soal. Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Hal senada juga
c. Pembelajaran Tidak kontekstual disampaikan politisi Indonesia Fahri Hamzah
(2020) dalam diskusinya dengan Akbar Faisal di
Permasalahan utama dalam pembelajaran chanel youtube fahri hamzah official yang
sains yang sampai saat ini belum mendapat menyatakan bahwa literasi rendah karena tradisi
pemecahan secara tuntas adalah adanya anggapan
membaca jelek, tradisi riset jelek.
pada diri peserta didik bahwa pelajaran ini sulit
dipahami dan dimengerti. Hal ini senada dengan
hasil riset yang dilakukan oleh Holbrook yang e. Lingkungan dan iklim belajar
menunjukkan bahwa pembelajaran sains tidak
relevan dalam pandangan siswa dan tak disukai Menurut Hayat & Yusuf (2006) lingkungan
siswa. Faktor utama semua kenyataan tersebut dan iklim belajar di sekolah mempengaruhi variasi
sepertinya adalah karena ketiadaan keterkaitan skor literasi siswa. Demikian juga keadaan
dalam pembelajaran sains. Penekanan pemahaman infrastruktur sekolah, sumber daya manusia
konsep dasar dan pengertian dasar ilmu sekolah dan tipe organisasi serta manajemen
112
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
sekolah, sangat signifikan pengaruhnya terhadap Al Aslamiyah, T., Setyosari, P., & Praherdhiono,
prestasi literasi siswa. Kurnia et al. (2014) juga H. (2019). Blended Learning dan
mengungkapkan rendahnya literasi sains siswa Kemandirian Belajar Mahasiswa Teknologi
Indonesia berkaitan erat dengan adamya Pendidikan. Jurnal Kajian Teknologi
kesenjangan antara pembelajaran IPA yang Pendidikan, 2(2), 109–114.
diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA. Sejauh http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/artic
ini guru masih mengajarkan IPA sebagai mata le/view/7862
pelajaran yang terpisah (kimia, fisika, biologi),
pembelajaran yang dilakukan dikelas lebih Anggraini, G. (2014). Analisis Kemampuan
berpusat pada guru (teacher center) sehingga Literasi Sains Siswa SMA Kelas X di Kota
pemahaman konsep dan kemampuan inkuiri siswa Solok. Prosiding Mathematics and Sciences
jarang dilatihkan, guru hanya berorientasi pada Forum 2014, 169.
target penguasaan materi dan tidak mampu https://docplayer.info/45051731-Analisis-
mengelola pembelajaran yang berbasis penemuan kemampuan-literasi-sains-siswa-sma-kelas-
dan pembelajaran berbasis masalah, siswa x-di-kota-solok-gustia-angraini.html
sebanyak 40% merasa tidak dilibatkan dalam
menemukan konsep IPA dalam pembelajaran. Anil, A. (2019). Education In The 21 st Century:
Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab The Dynamics of Change. The Research
rendahnya kemampuan literasi sains siswa (Didit Journal of Social Sciences, 10(3), 128–133.
dan Bibin 2016). Selain itu peserta didik belum https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JP
terbiasa mengerjakan soal – soal literasi sains. FT/article/view/1541
113
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
Irmita, L., & Atun, S. (2018). The Influence of Lambertus (2009). Pentingnya Melatih
Technological Pedagogical and Content Keterampilan Berpikir Kritis dalam
Knowledge (TPACK) Approach on Science Pembelajaran Matematika SD. Forum
Literacy and Social Skills. Journal of Kependidikan. 28 (2). 136-142.
Turkish Science Education, 15(3), 27-40. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/pri
https://www.researchgate.net/scientific- sma/article/view/21554
contributions/2129309064-Luthfia-Ulva-
Irmita Muhammad, M., & Nurdyansyah, N. (2015).
Pendekatan pembelajaran saintifik.
I Wayan Merta, I Putu Artayasa, Kusmiyati, Nur
Lestari & Dadi Setiadi (2020). PROFIL Nina Nisrina, A Wahab Jufri & Gunawan (2020).
LITERASI SAINS DAN MODEL Pengembangan LKPD Berbasis Blended
PEMBELAJARAN DAPAT Learning Untuk Meningkatkan Literasi
MENINGKATKAN KEMAMPUAN Sains Peserta Didik. Jurnal Pijar MIPA,
LITERASI SAINS. Jurnal Pijar MIPA, 15 15(3): 192-199.
(3): 223-228. https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JP
M/article/view/1880
114
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
OECD (2007). Science Competencies for Setiadi, D. (2014). Model Pembelajaran Berbasis
Tomorrow’s World, Volume 1: Analysis. Peningkatan Literasi Sains dan
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Informe Implementasinya dalam Kurikulum Sains
PISA2006-FINALingles.pdf SMP 2013. Jurnal Pijar Mipa, 9(1).
http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JP
OECD (2013). Assesment and Analitical M/article/view/36
framework. Mathematic, Reading, Science,
Problem Solving and Financial Literacy. Setiawan, A. R. (2019). Penerapan Pendekatan
OECD Publishing. Saintifik dalam Pembelajaran Biologi
https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/PIS sebagai Upaya Melatih Literasi Saintifik.
A%202012%20framework%20e- In Prosiding Seminar Nasional Biologi (pp.
book_final.pdf 140-145).
https://www.researchgate.net/profile/Adib_
OECD (2019), PISA 2018 Results (Volume I): Rifqi_Setiawan/publication/338689871_
What Students Know and Can Do, PISA,
OECD Publishing, Paris, https://www.oecd- Setiawan, A. R. (2020). Penerapan pendekatan
ilibrary.org/education/pisa-2018-results- saintifik untuk melatihkan literasi saintifik
volume-i_5f07c754-en dalam domain kompetensi pada topik gerak
lurus di sekolah menengah pertama.
Permanasari, A. (2016, October). STEM https://thesiscommons.org/9e6zk/
education: Inovasi dalam pembelajaran
sains. In Seminar Nasional Pendidikan Stearns, P. N. (2013). The Industrial Revolution in
Sains VI 2016. Sebelas Maret University. World History (4th ed). USA: Westview
Press. https://www.amazon.com/Industrial-
Puncreobutr, V. (2016). Education 4.0: New Revolution-World-History/dp/0813347297
Challenge of Learning. Humanitarian and
Socio-Economic Sciences, 2(2), 92–97. Sukowati, D., Rusilowati, A., & Sugianto, S.
http://www.stic.ac.th/ojs/index.php/sjhs/arti (2017). Analisis kemampuan literasi sains
cle/view/Position%20Paper3 dan metakogntif peserta didik. Physics
Communication, 1(1), 16-22.
Purwanto, N. (2007). Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Suryani, A. I., Jufri, A. W., & Setiadi, D. (2017).
Pengaruh Model Pembelajaran 5E
Kristyowati, R., & Purwanto, A. (2019). Terintegrasi Pendekatan Saintifik Terhadap
Pembelajaran Literasi Sains Melalui Kemampuan Literasi Sains Siswa Smpn 1
Pemanfaatan Lingkungan. Scholaria: Jurnal Kuripan Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 9(2), 183- Pijar Mipa, 12(1).
191. http://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JP
M/article/view/339
115
Husnul Fuadi et al. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5 (2): 108 – 116
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
Wiyono, K. (2013). Pengembangan Model Wulandari, N., & Sholihin, H. (2016). Analisis
Pembelajaran Fisika Berbasis ICT Pada kemampuan literasi sains pada aspek
Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal pengetahuan dan kompetensi sains siswa
Inovasi Dan Pembelajaran Fisika, 2(2), smp pada materi kalor. Edusains, 8(1), 66-
123–131. 73.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/ar http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusain
ticle/view/2613 s/article/view/1762
116