Anda di halaman 1dari 11

Vol.

6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

PENGEMBANGAN INSTRUMEN LITERASI SAINS


DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SD

N.M.S. Yantiningsih1, N.W. Suastra2, D.B. Sanjaya3


123
Program Studi Pendidikan Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: sarwi.yanti@undiksha.ac.id1 , iwsuastra@undiksha.ac.id2 ,


bagus.sanjaya@undiksha.ac.id3

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah pengembangan instrumen literasi sains dan hasil belajar
IPA pada siswa kelas VI SD. Rancangan dari penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
model 4-D. Hasil diemukan berupa: (1) tahap define dilaksanakan dengan melakukan observasi dan
wawancara terkait instrumen yang sudah digunakan di SD No 3 Kerobokan Kaja; (2) tahap design
menghasilkan kisi-kisi instrumen literasi sains dan hasil belajar IPA. Kisi-kisi tersebut dijabarkan
menjadi instrumen literasi sains berupa tes esai dalam bentuk 20 butir soal serta instrumen hasil
belajar IPA berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal; (3) tahap develop dilaksanakan
dengan uji validitas isi instrumen literasi sains dengan hasil berupa 18 butir soal berketerangan valid
dengan hasil r11 = 0,81. Uji validitas isi instrumen hasil belajar IPA mendapatkan hasil yaitu 37 butir
soal dinyatakan valid dengan hasil r11 = 0,83. Kemudian instrumen diujicobakan kepada 50 siswa
dan hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen literasi sains 18 butir soal dengan keterangan
valid dan nilai nilai r1.1 adalah 0,797 yaitu instrumen literasi sains memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi. Pada instrumen hasil belajar IPA diperoleh 37 soal yang valid dengan nilai r1.1 adalah 0,87,
tingkat kesukaran diperoleh 8 soal sukar, 18 soal sedang dan 11 soal mudah, daya pembeda
mendapatkan 5 butir soal dengan kategori kurang baik, 23 butir soal berkategori cukup, dan 9 butir
soal berkategori baik serta uji efektifitas option instrumen hasil belajar IPA menunjukan bahwa 4
option tidak berfungsi dengan baik namun hampir semua nilai berada diatas 5%, yaitu semua
pengecoh berfungsi dengan baik. Dengan demikian pengembangan instrumen literasi sains dan
hasil belajar IPA dalam penelitian ini menjadi contoh sebagai pengukur dan pengembang instrumen
literasi sains dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD.

Kata Kunci : Hasil Belajar IPA; Instrumen Penilaian; Literasi Sains

Abstract
The present study aimed at developing scientific literacy instruments and science learning outcomes
for sixth grade elementary school students. This study uses a research and development design with
a 4-D model. The results of this study are, (1) In the define stage, conducting observations and
interviews regarding the instruments that have been used at SD No. 3 Kerobokan Kaja. (2) At the
design stage, the lattice of science literacy instruments and the lattice of science learning outcomes
instruments are compiled, the grid is translated into a science literacy instrument in the form of an
essay test consisting of 20 items and a science learning outcome instrument in the form of a multiple
choice test. consisting of 40 questions. (3) At the develop stage, the content validity test of the
scientific literacy instrument has been carried out and 18 items are declared valid with the result r11 =
0.81. The test of the validity of the contents of the science learning outcomes instrument obtained
results as many as 37 items were declared valid with the results of r11 = 0.83. Then the instrument
was tested on 50 students and the results showed that the scientific literacy instrument of 18 items
was declared valid and the value of r1.1 was 0.797, namely the scientific literacy instrument had a
high level of reliability. In the science learning outcomes instrument, 37 valid questions were obtained
with an r1.1 value of 0.87, the level of difficulty obtained 8 difficult questions, 18 medium questions
and 11 easy questions, the discriminatory power got 5 items in the poor category, 23 questions

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 13


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

included in the sufficient category, and 9 items in the good category and the test of the effectiveness
of the IPA learning outcomes instrument option showed that the 4 options did not function properly but
almost all scores were above 5%, i.e. all distractors functioned well. Thus the development of scientific
literacy instruments and science learning outcomes in this study is expected to be used as an example
to measure and develop scientific literacy instruments and science learning outcomes in sixth grade
elementary school students.

Keywords : Science Learning Outcome; Assessment Instruments; Scientific Literacy

PENDAHULUAN tidak lagi menjadi sumber satu-satunya


Pengembangan sains dan teknologi dari siswa, melainkan, lebih condong pada
dalam setiap sektor kehidupan manusia peran sebagai fasilitator. Terkait visi,
telah umum menjadi tanda abad 21 ini. pendidikan di abad 21 mengedepankan
Teknologi informasi dan komunikasi pun pembelajaran dengan fikiran dan orientasi
menjadi tertata ulang akibat dari pengatasan masalah, kemandirian dalam
perkembangan yang dimaksud. Salah satu belajar berujung pada pengasahan
fenomena ini menjadi tantangan tersendiri karakter dan kehidupan sosial yang
bagi dunia pendidikan di mana, pendidikan mumpuni dalam konteks toleransi dan
secara ideal harus mampu menghasilkan kerjasama.
sumber daya manusia mumpuni penuh Pengetahuan Alam dan sains
sebagai modal dalam menghadapi merupakan mata pelajaran dengan
tantangan hidup. kedudukan tinggi dalam konteks memiliki
Salah satu karakteristik yang harus peran penting. Hal ini dikarenakan sains
dimiliki oleh peserta didik adalah adalah bekal dasar seorang individu
keterampilan belajar dan berinovasi, dalam menghadapi berbagai macam
menguasai media dan informasi, serta tantangan era global. Cara pembelajaran
kemampuan kehidupan dalam berkarier efektif dalam penyiapan diri peserta didik
(Abidin, 2014). Keterampilan belajar dan dalam menumbuhkan kompetensi baik,
berinovasi dalam konteks ini adalah dalam melek sains dan teknologi, berfikir logis,
kemampuan memiliki berfikir kreatif dan kritis, kreatif, berargumentasi secara
memecahkan masalah, kemampuan benar, dapat berkomunikasi serta
komunikasi dan kolaborasi, serta untuk berkolaborasi sangat dibutuhkan di era
berkreasi dan berinovasi. Peserta didik pendidikan abad 21 ini. Definisi sederhana
diwajibkan memiliki kemampuan dalam dari istilah melek sains adalah
bidang TIK dalam konteks memiliki kemampuan literasi sains, dengan
penguasaan media, informasi, dan kemampuan tersendiri dalam pemahaman
teknologi. Berikutnya, keterampilan terhadap sains dan mengkomunikasikan
kehidupan dan berkarier memiliki makna sains (lisan dan tulisan), dengan
bahwa peserta didik wajib memiliki penerapan kemampuan sains dalam
kemampuan fleksibel dan adaptif, dengan memecahkan masalah hingga memiliki
inisiatif dan mandiri, interaksi sosial, sikap serta kepekaan tinggi terhadap diri
produktif, akuntabel, berjiwa sendiri dan lingkungannya.
kepemimpinan, dan tanggungjawab. Data dari Programme for
Mengacu kepada kompleksitas International Student Assessment (PISA)
kriteria siswa teladan, perubahan mengungkapkan anka kemampuan literasi
paradigma belajar menjadi tergeser. sains peserta didik di Indonesia masih
Pergeseran itu terjadi pada beberapa sisi jauh di bawah rerata saat dibandingkan
pembelajaran. Paradigma teaching dengan skor rerata internasional yang
bergeser menjadi paradigma learning. Hal digunakan pada pengukuran terendah
ini mengacu pada arti bahwa sebelumnya, PISA (Toharudin, 2011). The Organization
pembelajaran yang terjadi adalah yang for Economic Co-operation and
berpusat pada guru di mana saat ini Development (OECD) menyatakan bahwa
pembelajaran menjadi dipusatkan kepada Indonesia menduduki peringkat PISA ke-
siswa itu sendiri. Guru, dalam konteks ini 57 dari 65 pada tahun 2009 disertai skor

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 14


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

383. Indonesia, kemudian menduduki belajar mengajar.


peringkat ke-64 dari 65 negara pada tahun Hal ini secara real didukung dari
2012 dengan 382. Pada tahun 2015, hasil observasi peneliti di sekolah tempat
Indonesia kembali tercatat menduduki ke- peneliti mengajar yaitu SD No. 3
64 dari 72 negara dengan skor 403. Di Kerobokan Kaja bahwa hasil rata-rata
tahun 2018, Indonesia berada pada urutan siswa dalam bidang sains di bawah KKM.
ke- 70 dari 78 negara (OECD, 2018). Data Peneliti juga secara langsung
ini dengan telak memaparkan keadaan mewawancari salah satu guru di No. 3
kemampuan siswa Indonesia dalam Kerobokan Kaja yaitu Ibu Narni Lestari
konteks literasi sains yang mana masih Dewi, S.Pd., M.Pd. sesuai dengan hasil
menunjukkan kemampuan jauh di bawah wawancara, guru mengaku bahwa
standar internasional yang ditetapkan terdapat kesulitan dalam
lembaga OECD. pengimplementasian penilaian pada
Rendahnya hasil belajar sains pelajaran IPA dalam ranah afektif, kognitif,
digadang-gadangi oleh proses belajar dan psikomotor. Evaluasi, dalam konteks
yang tidak mampu memberika hasil ini, hanya baru mengukur kemampuan
maksimal bagi peserta didik dalam berpikir tingkat rendah (Lower Order
mengembangkan nalar kritis. Adapun Thinking. Contohnya menghafalkan rumus
beberapa penelitian yang telah sejak lama IPA dalam penyelesaian soal IPA tanpa
berkonsentrasi dalam membedah adanya pemahaman konsep. Hal ini
kemampuan guru dalam implementasi menyebabkan keabsenan perkembangan
proses belajar mengajar sains. Proses kemampuan berfikir peserta didik. Tingkat
belajar mengajar sains memiliki ciri berupa kesulitan dari soal yang diberikan di
transfer sains berbentuk fakta, hukum, sekolah menjadi permasalahan sendiri
serta teori yang butuh penghafalan karena hanya mengukur aspek ingatan di
sehingga aspek sains terabaikan (Istyadji, mana kurangnya melatih keterampilan
2007). Suroso (2012) memberikan HOTS (Higher Order Thinking Skills).
kesimpulan di mana proses belajar Faktor lain yang menjadi penyebab adalah
mengajar tidak terkait dengan konteks kurang terlatihnya peserta didik dalam
kehidupan nyata, yang mana menekankan penyelesaian soal-soal dengan level
pada permasalahan aktual. Proses belajar tersebut dan kurangnya kemampuan guru
mengajar sains di sekolah dasar malah dalam mengembangkan instrumen
bertolak belakang dengan prinsip tersebut asesmen HOTS.
dan malah lebih mengacu pada persiapan Terdapatnya sebuah
ujian saja. ketidaksesuaian antara ekspektasi dan
Dari berbagai temuan empiris fenomena riil di lapangan yang mengikat
tersebut dapat disimpulkan bahwa antara literasi sains dan hasil belajar,
pembelajaran sains yang selama ini terjadi kemampuan berpikir peserta didik dan
adalah aktivitas konvensional dengan instrumen tes yang digunakan, peneliti
berdampak pada rendahnya hasil belajar menawarkan sebuah solusi di mana
peserta didik. Sebuah pembenahan sebaiknya, peserta didik dilatih untuk
dibutuhkan di mana perwujudan mampu berfikir kritis dan menggali potensi
pembelajaran yang efektif pada tingkat diri masing-masing.
sekolah dasar lebih menekankan pada Secara umum, berasarkan hasil
ketercapaian produk, proses, dan sikap observasi dan wawancara maka perlu
ilmiah. Hal ini sangatlah penting karena dikembangkan instrumen penilaian yang
penilaian literasi sains menurut PISA relevan dan berkualitas untuk
meliputi context, knowledge (knowledge of pembelajaran di sekolah dasar yang
science and knowledge about science), nantinya dapat membantu para pendidik
dan juga attitudes (OECD, 2003). Guru, dalam melakukan penilaian dikelas. Oleh
menjadi obor penting dalam memerankan karena itu, peneliti mencoba
bagiannya. Guru harus memiliki mengembangkan instrumen literasi sains
kemampuan mumpuni dalam berupa tes literasi dan berpikir kritis Tema
perencanaan dan pelaksanaan proses Persatuan dalam Perbedaan dengan

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 15


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

melakukan tes untuk mengukur atau instrumen termasuk ke dalam validitas isi
menilai literasi sains dan hasil belajar IPA dan reliabilitas berdasarkan expert.
Tema Persatuan dalam Perbedaan untuk Validitas isi instrumen literasi sains dan
siswa kelas VI SD di dalam penelitian ini. hasil belajar IPA menggunakan formula
CVR dari Lawshe. Reliabilitas instrumen
METODE literasi sains menggunakan formula Alpha
Penelitian ini menggunakan Cronbach dan instrumen hasil belajar IPA
rancangan penelitian pengembangan menggunakan formula KR-20. Penelitian
atau Research and Development (R&D). ini melibatkan 5 expert atau ahli yang
Produk yang dikembangkan yang mana beranggotakan 2 dosen dan 3
berwujudkan instrumen literasi sains dan praktisi pendidikan.
hasil belajar IPA siswa kelas VI SD. Tahapan Disseminate (Penyebaran)
Penelitian ini menggunakan model adalah kegiatan penyebarluasan literasi
pengembangan 4-D (Four D). Model ini sains dan hasil belajar IPA. Tahap ini
adalah hasil pengembangan dari mengijinkan penggunaan produk oleh
Thiagarajan yang memiliki empat tahap. pihak lain yaitu guru kelas VI di SD.
Yaitu Define (Pendefinisian) yang berupa Sayangnya, tahapan ini tidak dapat
analisis kebutuhan yang mana terlaksana akibat situasi Covid-19. Hal ini
mengumpulkan beragam informasi dikarenakan, selama Covid-19, para
berhubungan dengan instrumen. Analisis siswa dibelajarkan di rumah sesuai
ini dilaksanakan berdasarkan analisis dengan Peraturan Menteri Republik
teoretis dalam penemuan indikator. Indonesia. Maka penelitian ini di lakukan
Tahapan desain (Design) menggunakan google form.
memberikan kita kesempatan dalam Penelitian ini terimplementasikan di
penjabaran kisi-kisi menjadi instrumen. SD No. 3 Kerobokan Kaja, Kabupaten
Instrumen literasi sains yang akan disusun Badung, Provinsi Bali. Waktu penelitian
dalam bentuk tes esai dengan berlangsung dari bulan April semester
penggunaan rubrik penilaian. Rubrik ini genap tahun ajaran 2020/2021. Untuk
berfungsi sebagai pembantu guru salam subjek penelitian mengggunakan sample
pemberian penilaian sesuai dengan siswa kelas VI SD No. 3 Kerobokan Kaja
objektif pembelajaran. Rubrik tersebut menjadi subjek kelas ini, kelas yang di
harus sesuai dengan indikator soal. Skor pilih adalah VI A dengan jumlah 36 siswa
setiap jawaban ditotalkan menjadi skor dan VI B 33 siswa tetapi yang diujikan
variabel literasi sains. Hasil belajar IPA hanya 50 siswa saja dalam uji butir soal
yang tersusun adalah tes pilihan ganda tahun ajaran 2020/2021.
dengan 4 macam jawaban (a, b, c, atau Data dari penelitian terkumpul
d). Tes tersebut terdiri dari keterangan menggunakan metode-metode
pengertian yang belum lengkap dengan pengumpulan data yang mana
kemungkinan jawaban benar mengacu disesuaikan dengan tuntutan data dari
pada kunci jawaban dan beberapa pilihan masing-masing rumusan masalah. Data
yang berperan sebagai pengecoh ( yang diperoleh secara ideal
Arikunto, 2015). Setiap soal berhak atas 1 mengharuskan pada titik valid dan reliabel.
skor jika dijawab dengan benar, dan 0 jika Dua buah jenis data dibutuhkan oleh
dijawab dengan salah. Jawaban siswa penelitian ini, yaitu, literasi sains dan hasil
dicocokkan dengan kunci jawaban. Tes belajar IPA kelas VI SD.
tersebut adalah manifestasi dari Data hasil dari literasi sains
penguasaan materi oleh siswa dalam diperoleh dari tes literasi sains dan data
konteks pelajaran IPA. Nilai dari setiap hasil belajar IPA diperoleh melalui tes
jawaban ditotalkan dan itulah yang hasil belajar IPA. Adapun Teknik dan
menjadi skor variabel hasil belajar IPA. instrumen pengumpulan data dalam
Tahapan Develop (Pengembangan) penelitian disajikan pada tabel 1 sebagai
adalah keg iat an uj icoba instr umen berikut.
untuk m encar i validasi. Validasi

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 16


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Metode
No Data Pengumpulan Bentuk Instrumen Validasi Instrumen
Data
1. Instrumen Tes subjektif Esai a. Validitas isi
literasi sains b. Reliabilitas menurut expert

2. Instrumen Tes objektif Pilihan Ganda a. Validitas isi


hasil belajar b. Reliabilitas menurut expert
IPA

Analisis data untuk menghitung Keterangan :


validitas isi instrumen literasi sains dan ne = jumlah ahli yang setuju
hasil belajar IPA menggunakan formula N = jumlah semua ahli yang memvalidasi
Content Validity Ratio (CVR) dari (Lawshe, 1975)
(Lawshe, 1975). Uji reliabilitas instrumen
literasi sains menggunakan formula Alpha Kriteria penentu kevalidan isi butir
Cronbach (Suharsimi Arikunto, 2016) dan menggunakan isi acuan nilai minimum
uji instrumen hasil belajar IPA CVR sesuai dengan jumlah panelis. Isi
menggunakan formula KR-20 (Sudijono, butir dinyatakan valid jika memiliki CVR ≥
2003). Uji validitas butir literasi sains 0,60.
menggunakan rumus korelasi product Setelah mengidentifikasi pertanyaan
moment karena data yang diperoleh pada lembar validasi dengan
bersifat politomi dan uji reliabilitas butir menggunakan CVR, kemudian dihitunglah
literasi sains menggunakan rumus CVI (Content Validity Index). Secara
Koefisien Alpha-Cronbach (Koyan, 2011). sederhana CVI merupakan rata-rata dari
Instrumen Hasil belajar IPA pada uji nilai CVR untuk item tes yang dijawab
validitas butir tes menggunakan korelasi “Relevan”. Nilai CVI diperoleh dengan
point biserial karena data yang diperoleh menggunakan rumus:
bersifat dikotomi atau kategorikal (Koyan, (2)
2012), uji reliabilitas tes hasil belajar IPA
dengan menggunakan rumus KR-20, uji (Lawshe, 1975)
tingkat kesukaran (TP) tes hasil belajar Uji reliabilitas literasi sains
IPA dibandingkan dengan batasan ditentukan dengan rumus Alpha
koefisien tingkat kesukaran (P), daya Cronbach yaitu sebagai berikut.
pembeda dilakukan dengan bantuan
Microsoft Office Excel dan hasil akan = (3)
dibandingkan dengan batasan koefisien
daya pembeda (DP), dan untuk uji (Arikunto, 2016)
efektifitas option pada hasil belajar IPA
Keterangan :
bisa disimpulkan berfungsi dengan baik
: reliabilitas yang dicari
apabila paling sedikit dipilih oleh 5%
peserta tes : jumlah varians skor tiap-tiap
Untuk menghitung Validitas item
Instrumen penilaian menggunakan
pendekatan rasio validitas isi (Content : varians total
Validity Ratio/CVR). (Lawshe, 1975)
dengan rumus sebagai berikut. Uji reliabilitas yang digunakan
untuk mengetahui reliabilitas instrumen
hasil belajar IPA adalah dengan
(1)

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 17


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

menggunakan rumus KR-20 sebagai : koefisien korelasi point biserial


berikut :
: rerata skor subjek yang
(4) menjawab betul bagi butir yang
Keterangan : dicari validitasnya
: rerata skor total
K20 : koefisien reliabilitas seluruh
instrument :
standar deviasi dari skor total
K : jumlah pernyataan dalam
instrument : proporsi siswa yang menjawab
: standar deviasi skor total betul
St : proporsi siswa yang menjawab
: banyak responden salah (q = 1-p)
K
: jumlah hasil kali responden Uji reliabilitas yang dimaksud dalam
yang menjawab benar dan penelitian ini adalah untuk mengetahui
salah reliabilitas tes hasil belajar IPA dengan
(Sudjiono, 2003) menggunakan rumus K-R20 karena tes
memuat butir-butir yang heterogen, rumus
Validitas butir tes literasi sains yang
yang digunakan adalahsebagai berikut.
sudah diujicobakan kepada 50 siswa
menggunakan rumus korelasi product
moment karena data yang diperoleh (7)
bersifat politomi. Menurut Koyan (2011)
jika data berbentuk politomi, maka Keterangan :
sebaiknya menggunakan korelasi product : Reliabilitas Yang Dicari
moment. Dengan rumus sebagai berikut. : Jumlah Varians Skor Tiap-Tiap
Item
: Varians Total
(5)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan : Penelitian ini hanya dapat sampai
: korelasi antara skor butir dengan tahap develop atau pengembangan. Hal
skor total ini disebabkan karena keterbatasan yang
terjadi akibat dari pandemi Covid-19.
: skor responden untuk butir yang
Tahap define (pendefinisian)
dicari validitasnya
sebagai tahap pertama dilakukan dengan
: skor total responden observasi lapangan mengenai instrumen
N : banyak responden dan pengembanganya. Penetapan
masalah menjadi mungkin akibat dari
Kriteria pengujian yaitu butir tes kegiatan ini. Penetapan masalah
dikatakan valid jika rxy > rtabel. Nilai dapat menentukan langkah penelitian
dilihat pada Tabel Nilai Koefisien Korelasi selanjutnya. Hasil yang didapatkan
Product Moment dengan taraf signifikansi adalah terdapat kurangnya pemahaman
5%, pada derajat kebebasan (dk)=n-2. guru di dalam membuat instrumen
Validitas butir tes hasil belajar IPA penilaian dan soal pengukur hasil dari
yang sudah diujicobakan kepada 50 siswa proses pembelajaran. Soal-soal ini didapat
dengan rumus korelasi point biserial dari modul ataupun buku siswa. Guru,
disebabkan data yang diperoleh bersifat pada faktanya belum memiliki kisi-kisi dan
dikotomi atau kategorikal dan bukan rubrik penilaian dalam rangka pembuatan
kontinu rumus sebagai berikut. instrumen belajar.
(6) Tahap selanjutnya, tahap dua, tidak
lain adalah design (perancangan) draft
(Koyan, 2012) instrumen penilaian. Tahap ini dilakukan

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 18


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

penyusunan tes/instrumen dan pemilihan Tahap ketiga adalah develop


format dari instrumen penilaian. Penelitian (pengembangan). Tahap ini
ini berfokus pada instrumen literasi sains terimplementasi melalui kegiatan telaah
dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD. butir soal yang terdapat pada instrumen.
Langkah pertama dari tahap design Hal ini dilakukan dengan memilih lima
dilakukan dengan menyusun kisi-kisi orang pakar pendidikan yang berperan
instrumen penilaian. Kisi – kisi instrumen sebagai penilai instrumen yang telah
yang dimaksud fokus terhadap indikator peneliti buat. Perbaikan dan komentar
hasil belajar matematika dan kecemasan diberikan kelima ahli untuk instrumen
belajar. Setelah kisi-kisi tersebut dibuat, tersebut. Kelima ahli terdiri dari dua
pembuatan soal atau instrumen untuk dosen ahli dan tiga praktisi pendidikan.
literasi sains dan hasil belajar IPA yang Lembar validasi digunakan dalam proses
akan dikembangkan kemudian dibuat. Kisi penilaian ahli ini. Masukan dari ahli
– kisi instrumen terimplementasi menjadi digunakan sebagai acuan perbaikan
butir instrumen literasi sains yang mana sebelum dilakukan tes validitas dan
terdiri dari 20 butir soal uraian dan reliabilitas. Hasil yang diperoleh dapat
instrumen hasil belajar IPA yang mana ditilik pada tabel 2.
berupa soal pilihan ganda berjumlah 40
butir pertanyaan.
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Isi dan Reliabilitas Instrumen
Hasil
No Instrumen Analisis
Uji Validitas Isi Uji Reliabilitas
1 Literasi Sains 18 butir valid 0,81
2 Hasil Belajar IPA 37 butir valid 0,83

Uji validasi disusul dengan uji siswa kelas VI SD No. 3 Kerobokan Kaja
analisis butir yang mana data didapatkan pada tanggal 8 Juni 2021. Hasil analisis
dari hasil uji coba instrumen kepada 50 butir ditunjukan dalam Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Butir


Hasil Analisis
Uji
No Instrumen Uji Tingkat Uji Daya Efektifitas Uji
Validitas
Kesukaran Pembeda Option Reliabilitas
Butir
Literasi 18 butir
1 - - - 0,797
Sains valid
5 butir soal
4 option tidak
masuk
berfungsi
dalam
dengan baik
kategori
namun
kurang baik,
8 soal hampir
23 butir soal
sukar, 18 semua nilai
masuk
Hasil Belajar 37 butir soal berada diatas
2 dalam 0,87
IPA valid sedang dan 5%, dengan
kategori
11 soal demikian
cukup, dan
mudah. berarti
9 butir soal
semua
masuk
pengecoh
dalam
berfungsi
kategori
dengan baik.
baik.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 19


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

Teknik Lawshe digunakan dalam dikembangkan mengacu terhadap


hasil validasi isi instrumen literasi sains indikator soal literasi sains dari PISA, (2)
dan hasil belajar IPA. Teknik ini adalah kualitas instrumen tes keseluruhan
rasio validitas isi atau istilahnya content berdasarkan penilaian para ahli diperoleh
validity ratio (CVR). Kriteria isi butir skor rata-rata 78,33 (Baik), dan
dinyatakan valid apabila memiliki CVR ≥ berdasarkan penilaian dosen ahli IPA
0,60. Hasil yang diperoleh untuk dan tiga guru IPA SMP/ MTs di Daerah
instrumen literasi sains dari 20 butir soal Istimewa Yogyakarta diperoleh skor rata-
dinyatakan valid dengan CVR yang rata 95,25 (Sangat Baik), dan (3) nilai
didapat ≥ 0,60 adalah 18 butir soal dan 2 validitas untuk keseluruhan instrumen tes
butir soal tidak valid atau dengan kata adalah 0,60 (tinggi),
lain, 18 butir pertanyaan pada instrumen Selanjutnya hasil uji validitas isi hasil
literasi sains dinyatakan valid. Setelah belajar IPA siswa menunjukkan dari 40
melakukan uji validitas, dilanjutkan butir soal yang dirancang, 37 butir soal
dengan melakukan uji reliabilitas dinyatakan valid dan 3 butir soal tidak
menggunakan rumus Alpha Cronbach. valid. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari
Hasil perhitungan reliabilitas literasi sains CVR pada instrumen hasil belajar IPA
siswa diperoleh r11 sebesar 0,81. Karena siswa dengan nilai CVR yang didapat ≥
r11 adalah 0,81 maka instrumen literasi 0,60 atau dengan kata lain dapat
sains dinyatakan reliable. disimpulkan bahwa 37 butir soal instrumen
Hasil ini sejalan dengan penelitian hasil belajar IPA siswa dinyatakan valid.
yang dilakukan oleh Kriswanti & Jumlah soal yang valid tersebut
Dhevidkk, (2020) dalam penelitiannya selanjutnya dilakukan uji dengan
yang berjudul Pengembangan Perangkat menggunakan rumus KR-20. Hasil
Pembelajaran Berbasis Etnosains untuk perhitungan reliabilitas instrumen hasil
Melatihkan Literasi Sains Peserta belajar IPA siswa diperoleh sebesar 0,83.
Didik Sekolah Dasar. Penelitian ini Karena nilai nilai ρ (KR 20) adalah 0,83
bertujuan menghasilkan perangkat maka instrumen hasil belajar IPA siswa
pembelajaran yang valid, praktis dan dinyatakan reliable. Hasil ini sejalan
efektif dengan menggunakan pendekatan dengan penelitian yang dilakukan oleh
saintifik berbasis etnosains. Hasil Ayu Sutami et al., (2021) dengan
penelitian yang didapatkan menunjukkan penelitian yang berjudul Pengembangan
bahwa hasil validitas pembelajaran Instrumen Hasil Belajar IPA dan
menunjukkan kecenderungan hasil valid, Kemampuan Metakognitif Sisswa Kelas V
keterlaksanaan pembelajaran memiliki SD, didapatkan hasil penelitian yaitu uji
kecenderungan sangat baik, aktivitas validitas isi instrumen hasil belajar IPA
saat pembelajaran telah berpusat pada mendapatkan hasil sebanyak 50 butir soal
peserta didik, mayoritas peserta didik dinyatakan valid. Uji validitas isi instrumen
mencapai ketuntasan skor literasi sains, kemampuan metakognitif mendapatkan
dan pembelajaran mendapat respon hasil sebanyak 25 butir soal dinyatakan
positif dari peserta didik. Berdasarkan valid. Kemudian uji reliabilitas instrumen
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA memperoleh hasil r11 0,82
perangkat pembelajaran berbasis  0,70, maka instrumen hasil belajar IPA
etnosains olahan rawon layak digunakan dinyatakan reliabel. Uji reliabilitas
untuk melatihkan kemampuan literasi instrumen kemampuan metakognitif
sains peserta didik sekolah dasar. memperoleh hasil r11 0,78  0,70, maka
Senada dengan hasil penelitian yang instrumen kemampuan metakognitif
dilakukan oleh Robi‟atul (Adawiyah and dinyatakan reliabel. Dengan demikian
Wisudawati, 2017) dalam penelitiannya pengembangan instrumen hasil belajar
yang berjudul Pengembangan Instrumen IPA dan kemampuan metakognitif dalam
Tes Berbasis Literasi Sains: Menilai penelitian ini dinyatakan valid dan reliabel
Pemahaman Fenomena Ilmiah Mengenai serta dapat dijadikan contoh untuk
Energi. Hasil penelitian yang didapat mengukur serta mengembangkan
adalah (1) soal-soal literasi sains yang instrumen hasil belajar IPA dan instrumen

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 20


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

kemampuan metakognitif siswa kelas VI proses sains serta diaplikasikan untuk


SD. Selain itu, didukung juga oleh menghadapi kondisi nyata yang terjadi di
penelitian dari (Wardhani and Putra, 2016) lingkungan.
dengan judul penelitian adalah Pengembangan instrumen literasi
Pengembangan Instrumen Tes Pada Mata sains dan hasil belajar IPA ini telah dibuat
Pelajaran IPA yaitu proses agar dapat mengukur kemampuan berpikir
pengembangan tes yang dilakukan adalah tingkat tinggi siswa atau berpedoman
desain produk, validasi desain oleh 9 pada soal- soal HOTS. Hasil menunjukkan
orang pakar dari 29 pertanyaan pilihan bahwa pengajaran HOTS kepada siswa
ganda yang memiliki nilai validitas sangat tidaklah sulit tergantung dari cara
valid, dan uji coba produk yang sangat mengajar tenaga pendidik. Guru harus
baik bagi guru maupun siswa. Kemudian memiliki kemampuan HOTS sebelum
menurut Ayu dan (Ayu, Marhaeni and menuntun siswa dalam menyelami
Budiadnyana, 2018) dalam penelitiannya kemampuan tersebut. Guru sepatutnya
menyatakan bahwa pengembangan bisa merancang pelajaran dan program
instrumen keterampilan belajar dan pembelajaran penguatan strategi berfikir
berinovasi mata pelajaran IPA sangat (Sani, 2019). Menurut Arifin (2018)
dibutuhkan oleh siswa SD. Hal ini keinstanan dalam membiasakan HOTS
dikarenakan untuk mengetahui sejauh kepada siswa adalah sebuah keabsenan
mana keterampilan belajar dan berinovasi dan tidak bisa dilakukan dengan tiba-tiba.
peserta didik Strategi holistik dibutuhkan. Guru tidak
Hasil dari penelitian ini yaitu berupa berhak berekspektasi terhadap
produk instrumen literasi sains dan hasil pengukuran dan asesmen tipe HOTS
belajar IPA siswa yang diharapkan dapat sebelum melaksanakan pembelajaran
memberikan sumbangsih kepada para HOTS. Guru tidak dapat menagih siswa
pendidik dan menjadikan pengukuran dengan pengukuran dan assesmen
terhadap kemampuan kognitif siswa bertipe HOTS diakhir pembelajaran tanpa
menjadi lebih optimal. Pada penelitian ini, melakukan pembelajaran HOTS terlebih
diharapkan pula agar pengaplikasian dahulu. HOTS harus terdesain dengan
instrumen literasi sains dan hasil belajar matang dan sesuai dengan konteks siswa
IPA mampu melatih dan meningkatkan dan materi ajar.
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Adapun dampak dari pemberian
seperti penelitian yang dilakukan Jannah instrumen berbasis HOTS kepada siswa
(2017) dalam penelitian yang dilakukan ialah mampu membuat siswa menjadi
dengan judul Pengembangan Instrumen antusias dalam pembelajaran serta
Tes Untuk Mengukur Kemampuan Literasi memotivasi dan membentuk mental siswa.
Sains Siswa SMP Pada Tema Pemanasan Dengan harapan bahwa apabila
Global. Penelitian ini menggunakan disuguhkan dengan soal berbasis HOTS,
penelitian pengembangan dari R&D siswa tidak akan takut namun tertantang.
dengan desain penelitian ADDIE Dengan demikian hasil belajar siswa juga
(Analysis, Design, Development, dapat meningkat, siswa akan lebih berani
Implementation, dan Evaluation). Produk mengambil keputusan dan mampu
akhir dalam penelitian pengembangan ini menyelesaikan masalah yang kontekstual.
adalah intrumen tes berbasis literasi sains Penelitian ini menghadapi beberapa
untuk mengukur kemampuan literasi sains kendala, di antaranya, pada uji coba soal
yang telah dinyatakan valid dan layak oleh yang dilakukan secara terbatas (online)
pakar berupa 20 butir soal pilihan ganda kepada siswa dikarenakan situasi
beralasan. Hasil penelitian ini pandemi Covid-19. Keadaan siswa yang
menunjukkan bahwa pengukuran literasi belum terbiasa mengerjakan soal – soal
sains menjadi sangat penting untuk literasi sains mengakibatkan soal yang
mengetahui sejauh mana kemelekan diberikan dipandang sulit oleh siswa
siswa terhadap konsep- konsep sains sehingga perlunya pembiasaan dalam
yang telah dipelajarinya, melatih siswa pemberian soal – soal berpikir tingkat
berpikir tingkat tinggi dan memahami tinggi agar kedepannya siswa siap

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 21


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

menjadi generasi unggul dan dapat reliabilitas butir soal instrument literasi
menghadapi segala resiko yang lebih sains diperoleh hasil r11 sebesar 0,797
banyak dalam situasi yang tidak pasti di atau r11  0,80 (kategori tinggi); dan (4)
abad 21 ini. Untuk itu, siswa diharapkan hasil uji coba butir soal hasil belajar IPA
mempunyai kemampuan dan diperoleh r11 sebesar 0,87 atau r11  0,80
pengetahuan yang kompleks (kategori tinggi).
dibandingkan pembelajaran masa lalu. Adapun saran yang disampaikan
Selain hal yang sudah dipaparkan dalam penelitian pengembangan
penulis tadi, dapat dikatakan bahwa instrumen literasi sains dan hasil belajar
literasi sains penting untuk dimiliki siswa IPA ini, yaitu sebagai berikut, (1) Kepala
karena pemahaman sains dan Sekolah agar memfasilitasi guru dalam
kemampuan dalam sains dapat mengikuti pelatihan-pelatihan
meningkatkan kapasitas siswa untuk pengembangan perangkat pembelajaran
memegang pekerjaan penting dan yang sesuai dengan kurikulum yang
produktif di masa depan. Kepemilikan berlaku terutama pada pembuatan
literasi sains sangat penting, maka instrumen penilaian bisa melalui forum
menjadi penting pula membangun literasi MGMP atau yang lainnya; (2) Guru SD,
sains siswa sejak dini, selaku generasi agar lebih memaksimalkan
penerus di masa depan. Salah satu upaya pengembangan instrumen penilaian yaitu
untuk itu dapat dilakukan dengan mendorong siswa untuk terbiasa
menciptakan pembelajaran sains yang menjawab soal IPA yang berkaitan
mendukung terciptanya sumber daya dengan permasalahan sehari – hari
manusia yang melek sains. Pemahaman dengan cara pembiasaan kepada siswa
IPA dan kemampuan dalam IPA juga akan agar selalu mengerjakan soal – soal
meningkatkan kapasitas siswa untuk literasi sains dan latihan berpikir tingkat
memegang pekerjaan penting dan tinggi serta agar bisa dikembangakan
produktif di masa depan dan peneliti kembali dengan pelajaran yang lainnya;
berharap semoga hasil dari penelitian ini dan (3) Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat dijadikan salah satu acuan bahan dapat mengadakan penelitian
pertimbangan bagi guru dalam pembuatan pengembangan mengenai perangkat
tes atau instrumen penilaian yang tidak pembelajaran yang akan mempermudah
hanya berpaku pada modul atau buku proses pembelajaran dan lebih mendalam
siswa, penelitian ini juga diharapkan dapat mengenai pengembangan instrumen
menggambarkan tingkat kemampuan penilaian dalam kurikulum 2013 serta
siswa kaitannya dalam soal-soal berbasis menemukan topik-topik permasalahan
HOTS dan memberi gambaran proses yang lain, karena dunia pendidikan
pembelajaran IPA di sekolah. Selain itu semakin berkembang.
produk yang dihasilkan yaitu instrumen
literasi sains dan hasil belajar dapat DAFTAR RUJUKAN
memberikan konstribusi pengetahuan Abidin, Y. (2014) Desain Sistem
tentang soal berbasis HOTS pada mata Pembelajaran Dalam Konteks
pelajaran IPA agar nantinya benar – benar Kurikulum 2013. Edited by A. G.
bisa mengukur berpikir tingkat tinggi yang pengarang) and ; Editor. Bandung:
berdampak pada hasil belajar siswa. PT Refika Aditama.

PENUTUP Adawiyah, R. and Wisudawati, A. W.


Berdasarkan hasil analisis data dan (2017) „Pengembangan Instrumen
pembahasan dapat disimpulkan sebagai Tes Berbasis Literasi Sains : Menilai
berikut, (1) dari 20 soal instrumen literasi Pemahaman Fenomena Ilmiah
sains yang diujicobakan, sebanyak 18 Mengenai Energi‟, Indonesian
butir soal dinyatakan valid; (2) dari 40 item Journal of Curriculum, 5(2), pp. 112–
butir soal hasil belajar IPA yang 121.
diujicobakan, sebanyak 37 butir soal Arifin, R. N. (2018) HOTS Keterampilan
dinyatakan valid; (3) hasil uji coba Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: PT

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 22


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

Gramedia Widiasarana Indonesia. Pembelajaran Kontekstual dalam


Meningkatkan Keterampilan Proses
Arikunto, S. (2013) Prosedur Penelitian:
dan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
V SD No 5 Bandung. Bandung: UPI.
Rineka Cipta.
Toharudin (2011) Membangun Literasi
Ayu, P. S., Marhaeni, A. and
Sains Peserta Didik. Bandung:
Budiadnyana, P. (2018)
Humaniora.
„Pengembangan Instrumen
Asesmen Keterampilan Belajar Dan Wardhani, D. F. and Putra, A. P. (2016)
Berinovasi Pada Mata Pelajaran Ipa „Pengembangan Instrumen Tes
Sd‟, PENDASI: Jurnal Pendidikan Standar Kognitif pada Mata
Dasar Indonesia, 2(2), pp. 90–100. Pelajaran IPA Kelas 7 SMP Di
doi: 10.23887/jpdi.v2i2.2696. Kabupaten Banjar‟, Proceeding
Biology Education Conference,
Ayu Sutami, N. K., Dantes, N. and
13(1), pp. 75–82.
Arnyana, I. B. P. (2021)
„Pengembangan Instrumen Hasil
Belajar IPA dan Kemampuan
Metakognitif Siswa Kelas V SD‟, in
Tesis. Pendidikan Dasar, Program
Pasca Sarjana. Universitas
Pendidikan Ganesha.
Istyadji, M. (2007) Penerapan Paduan
Model Pembelajaran Siklus belajar
dengan Kooperatif GI Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan
hasil Belajar Siswa SMA. PPS
Universitas Negeri Malang. Jawa
Timur.
Jannah, M. Z. (2017) Pengaruh Fasilitas
Belajar dan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas V Pada Mata Pelajaran
Matematika di MI Bustanul Umum
Brudu Sumobito Jombang.
Kriswanti, P. and Dhevidkk (2020)
„Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Etnosains
Untuk Melatihkan Literasi Sains
Peserta Didik Sekolah Dasar.
Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya‟, in Jurnal Education and
development Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan E.ISSN.
OECD (2003) The PISA 2003 Assessment
Framework.
OECD (2018) PISA 2015 Results in
Focus.
Sani, A. R. (2019) Strategi Belajar
Mengajar. Depok: Rajawali Press.
Suroso (2012) Penerapan Model

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 23

Anda mungkin juga menyukai