Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 3

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 3

B. Batasan Masalah ................................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

D. Tujuan Pengembangan ......................................................................... 6

E. Spesifikasi Produk ................................................................................ 6

F. Keterbatasan Pengambanagan .............................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8

A. Landasan Teori ..................................................................................... 8

1. Instumen Soal ................................................................................. 8

2. Literasi Sains .................................................................................. 13

3. Safe Exam Browser ........................................................................ 16

4. Pembelajaran Biologi ..................................................................... 16

B. Penilitian yang Relevan........................................................................ 18

C. Kerangka berpikir................................................................................. 20

BAB III METODE PENGEMBANGAN ..................................................... 21

A. Metode Pengembangan ........................................................................ 21

B. Prosedur Pengembangan ...................................................................... 21

C. Uji Produk ............................................................................................ 26

1
1. Desain Ujicoba ............................................................................... 27

2. Subjek Ujicoba ............................................................................... 27

3. Jenis Data ....................................................................................... 27

4. Metode dan Instrument Pengumpulan Data ................................... 27

5. Metode dan Teknik Analisis Data .................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan sains merupakan pengetahuan untuk meningkatkan daya saing

dan dari berbagai Negara dan sebagai factor penentu dalam perkembangan

teknologi yang semakin pesat. Salah satu bagian pendidikan yang dengan

perkembangan globalisasi adalah pendidikan sains yang bertujuan agar peserta

didik dapat meningkatkan kemampuannya, (Chorunnisa dan wardani, 2017).

Rosida dan Surhati (2017) menyatakan Negara maju mengutamakan literasi

sains sebagai suatu program Negara untuk meningkatkan kemampuan terhadap

pengetahuan sains. Lembaga internasional tentang baik peserta didik menguasai

sains adalah pisa. Pisa mererupakan Program untuk penilain siswa internasional

yang menguji peserta didik pada usia 13-15 tahun. Dan hasil dari penilitian PISA

diketahui bahwa kemampuan dan keterampilan sains siswa di Indonesia terutama

masih di bawah rata-rata skor internasional. Hasil tes pisa dati tiap tiga tahun 2000

berada di urutan 38 dari 41 negara, di tahuan 2003 uruta ke 38 dari 40 peserta, tahun

2006 indonesia di urutan ke 50 dari 57 peserta, tahun 2009 masuk urutan ke 60 dari

65 peserta, tahun 2012 urutan 64 dari 65 peserta dan pada tahun 2015 indonesia

berada pada peringkat 62 dari 70 negara peserta.

3
Menurut Ramadani, Asmaturisa dan Zebua ( 2022) “Tingkat literasi sains

peserta didik kelas XII IPA MAN 1 dan 2 Sungai Penuh secara umum berada pada

kategori sedang dengan presentase 58,66% untuk MAN 1 dan 47,40% MAN 2

Sungai Penuh. Tingkat literasi sains peserta didik kelas XII MAN 1 dan MAN 2

Sungai Penuh berdasrkan soal PISA berada pada kategori sedang, dengan

presentase masing-masing sebesar 62,62% untuk MN 1dan 39% untuk KELAS XII

IPA MAN 2. Tingkat literasi sain pesrta didik MAN Sungai Penuh secara umum

adalad sedand dengan rata – rata nilai sebesar 54,65”.

Menurut Rosilawati (2017) Penerapan instrument literasi sains dalam tes

pembelajaran penting dilakukan pada peserta didik, agar mereka dapat hidup di

tengah masyarakat modern di abad 21 ini. Namun yang menjadi kendalanya adalah

kurangnya instrument literasi sains dalam proses pembelajaran disekolah. Dan juga

keterbatasan untuk mengakses soal tes literasi sains secara ulang karena tes masih

mengunakan kertas yang penggunaanya tidak bisa secara terus menerus dan

dibatasi oleh waktu artinya tidak bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. sejalan

dengan perkembangan eraglobalisasi yang ditandai dengan teknologi informasi,

dibutuhkan inovasi baru untuk mengerjakan instrument literasi sains peserta didik

dengan menggunkan Safe Exam Browser (SEB)

Safe Exam Browser (SEB) adalah penyimak imbas web anti penipuan khas

yang membatsasi tindakan pelajar untuk melakukan akses kepada sumber-sumber

lain semasa dalam pengerjaan soal. Pemilihan SEB karena pelajaran tidak bisa

4
melakukan penlanggaran, dan juga aplikasi ini dapat membantu menguragi

kecurangan saat ujian online dilakukan. Hal ini kerena safe exam browser akan

secara otomatis menutup aplikasi sehingga siswa tidak dapat membuka aplikasi

lainnya seperti browser, whatsapp dan lain lain.(Yasir Dkk, 2021).

Telah dilakukan penilitian-penilitian sebelumnya terkait dengan instrument

literasi sains. Tujuan yang digambarkan dari penilitian sebelumnya adalah :

1. mengembangkan intrumen tes berbasis sains aspek menjelaskan

materi biologi

2. mengembangkan tes literasi sains pada materi biologi

3. menetukan kevalidan tingkat keterbacaan dan kefektifa modul yang

digunakan. (Desi Dkk, 2020)

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka sangat penting

bagi peneliti untuk mengembangkan sebuah literasi sains berbasis safe exam

browser (SEB) khususnya siswa SMA. Untuk mengembangkan produk ini maka

peneliti melakukan penilitian den pengembangan yang berjudul “ Pengembangan

Instrumen Soal Literasi Sains Berbasis Safe Exam Browser (SEB)

B. Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam pembahasan yang hendak dibahas dalam

penilitian ini dan juga mempermudah pelaksanaan penilitian maka perlu adnya

batasan masalah sebagai berikut :

5
a. Subjek dalam penilitian ini adalah siswa kelas X MA NEGERI

tahun ajaran 2022/2023

b. Penilitian ini dilakukan pada pembelajaran biologi

c. Penilitian dilakukan untuk mengetahui pengembangan instrument

soal literasi sains berbasis safe exam berowser pada pembelajaran

biologi

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh adanya instrument soal literasi sains berbasis safe

exam browser (SEB) ?

2. Bagaimana pengaruh tingkat literasi sains peserta didik pada materi

biologi. ?

D. Tujuan Pengembangan

Suatu penilitian pasti memiliki tujuan , adapun tujuan yang hendak

dicapai oleh penulis dalam penilitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh adanya instrument soal literasi

sains berbasis safe exam browser (SEB)

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat literasi sains peserta

didik pada materi biologi

E. Spesifikasi Produk

6
Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran berbasis safe

exam browser (SEB) yang didalamnya terdapat bentuk butir butir soal

literasi sains, dan untuk mencegah terjadinya tindakan kecurangan

selama ujian.

F. Keterbatasan produk

Adapun yang menjadi keterbatasan dalam pengembangan produk ini

yaitu :

1. Pengembangan produk ini hanya difokuskan pada proses analisis

kebutuhan dan implementasi

2. Uji coba produk dibatasi pada siswa kelas X MA

3. Media pembelajaran hanya terbatas pada satu yaitu pembelajaran

biologi

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Instrument Soal

a. Pengertian Instrument

Instrument soal atau disebut juga dengan alat untuk evaluasi

adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas atau

melaksanakan tujuan secara lebih efektif dan efisien. Dalam kegiatan

evaluasi fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai

dengan kenyataan yang dievalusi.

1. Kaidah Penulisan Instrument

Dalam penulisan instrument soal, penulis butir soal harus

memperhatikan kaidah/ketentuan penulisnya, menurut

depdiknas (2008;19). Kaidah penulisan instrument soal adalah

sebagai berikut :

1. Materi

a) Pertanyaan harus dengan rumusan indicator dalam

kisi-kisi

b) Aspek yang diukur pada setiap pertanyaan sudah

sesuai dengan tuntunan dalam kisi – kisi (missal

8
untuk tes sikap kognisi,afeksi atau konasinya dan

pernyataan positif atau negatifnya)

2. Konstruksi

a) Pertanyaan dirumuskan dengan singkat dan jelas

b) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak

relevan dengan objek yang dipersoalkan atau

kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan

saja

c) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat

negatif ganda

d) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu

pada masa lalu

e) Kalimatnya bebas dari pertanyaan yang factual atau

dapat diinterpretasikan sebagai fakta

f) Kalimatnya bebas dari pertanyaan yang dapat

diinterpretasikan lebih dari satu cara

g) Kalimatnya bebas dari pertanyaan yang mungkin

disetujui atau dikosongkan oleh hamper semua

responden

h) Setiap pertanyaan hanya berisi satu gagasan secara

lengkap

9
i) Kalimatnya bebas dari pertanyaan yang tidak pasti

seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak

satupun, tidak pernah

3. Bahasa/Budaya

a) Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan

jenjang pendidikan peserta didik atau responden

b) Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku

c) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku

setempat/tabu

a. Langkah – langkah Pengembangan Instrument

Menurut Depdiknas (2008;7) Langkah – langkah yang harus diikuti dalam

mengembangkan instrument afektif adalah : menentukan spesifikasi

instrument, menulis instrument, menentukan skala instrument, menentukan

system penskoran, menelaah instrument, merakit instumen, melakukan uji

cooba, menganalisis instrument melaksanakan pengukuran menafsirkan

hasil pengukuran

1. Spesifikasi Instumen

Spesifikasi interumen terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrument,

dalam bidang pendidikan pada dasarnya pengukuran afektif, setelah

pengukuran afektif ditetapkan kegiatan berikutnya adalah

penyusunan kisi kisi instrument. Kisi kisi juga disebut blue print,

10
merupakan table matriks yang baerisi spesifikasi instrument yang

akan ditulis.

2. Penulisan Instument

Penulisan instrument soal yang dilakukan berdasarkan kisi-kisi

yang telah dibuat untuk menguji peserta didik disekolah.

3. Skala instrument

Skala instrument yang sering digunakan dalam penilitian yakni

skala likert, skala thurstone, skala semantic differensial

4. Penskoran instrument

System penskoran yang digunakan tergantung pada skala

pengukuran. Apabila menggunakan skala Thurstone, maka skor

tertinggi untuk tiap butir soal adalah 7 dan yang terkecil adalah 1.

Demikian pula untuk instrument dengan skala difeerensial sematik,

tertinggi 7 dan terendah 1. Untuk skala Likert, skor tertinggi tiap

butir 5 dan terendah adalah.

5. Telaah Instrumen

Kegiatan dalam telaah instrument adalah meneliti tentang a)

apakah butir pertanyaan sesuai dengan indicator, b) bahasa yang

digunakan apakah sudah komunikatif dan mengandung tata bahasa

yang benar, dan c) apakah butir pertanyaan tidak biasa, d) apakah

format instrument menarik untuk dibaca, e) apakah jumlah butir

sudah tepat sehingga tidak menjemukan. Telaah dilakukan oleh

11
pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila ada pakar

penilain. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat jika hasil

telaah ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrument.

6. Merakit Instrumen

Setelah instrument diperbaiki selanjutnya intrumen dirakit, yaitu

menentukan letak instrument dan urutan pertanyaan. Format

instrument harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga

responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh

pertanyaan dipisahkan dengan memberi spasi yang lebih, atau diberi

batasan baris empat persegi panjang. Pertanyaan diurutkan sesuai

dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.

7. Ujicoba Instrumen

Setelah dirakit instrument di ujicoba kan kepada responden

dengan responden minimal 30 peserta. Pada saat ujicoba yang perlu

dicatat adalah waktu yang digunakan untuk mengisi instrument agar

responden mengisi instrument dengan akurat sesuai dengan

harapan, maka instrument dirancang sedemikian rupa sehingga

waktu yang digunakan untuk mengisi intrumen tidak terlalu lama.

8. Analisis Instrumen

Apabila instrument telah ditelaah kemudian diperbaiki

selanjutnya dirakit untuk uji coba. Ujicoba bertujuan untuk

mengetahui karakteristik instrument. Karakteristik yang penting

12
adalah daya beda instrument dan tingkat keandalannya. Semakin

besar variasi jawaban tiap butir maka akan semakin baik instrument

ini. Bila variasi skor suatu butir kecil brarti itu bukan varibel yang

baik.

9. Pelaksanaan Pengukuran

Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan

ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan buka pada saat

responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrument harus

memiliki cahaya atau penerangan yang cukup dan memiliki

sirkulasi udara yang baik. Diusahakan agar responden tidak saling

beratnya pada responden yang lain agar jawaban sesuai dengan

kondisi responden yang sebenarnya. Pengisian instrument dimulai

dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi

responden dan pedoman pengisian instrument

10. Penafsiran Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran berupa skor angka untuk menafsirkan hasil

pengukuran diperlukan suatu kriteria yang digunakan tergantung

pada skala dan jumlah butir pertanyan yang digunakan.

2. Literasi Sains

a. Pengertian literasi Sains

13
Menurut Monalisa (2016) Literasi sains berasal dari dua kata

latin yaitu literatus dan scientia lieratus berarti ditandai dengan huruf

atau berpendidikan sedangkan scientia berarti memiliki pengetahuan.

Secara harfiah arti dari literasi adalah “melek” dan arti sains adalah

pengetahuan alam. Sehingga dari arti ini dapat dikatakan bahwa literasi

sains adalah melek ilmu pengetauan alam atau terbuka wawasannya

terhadap pengetahuan alam ataupun terhadap ilmu pengetahuan alam.

Programme For Internasional Student Assesment atau PISA

mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas individu dalam

menggunakan pengetahuan ilmiah sesuai dengan fakta dan data guna

memahami alam dan membuat keputusan dari setiap perubahan yang

terjadi akibat aktivitas manusia. Selain itu dapat pula didefinisikan

sebagai level dari pemahaman sains dan teknologi yang dapat

dimanfaatkan di zaman modern, anggun (2016)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa literasi sains adalah pemahaman terhadap sains dan

aspek-aspek sains itu sendiri serta mampu menggunakan penegtahuan

sains yang dimiliki dalam kehidupan masyarakat. Literasi sains menjadi

suatu keharusan bagi setiap generasi, sebab literasi sains menjadi alat

untuk berinovasi dalam penegmbangan capital intelektualnya.

b. Karakteristik Literasi Sains

14
National teacher association (1971) menjelaskan bahwa ciri atau

karakteristik dari seseorang yang berliterasi sains adalah orang yang

menggunakan konsep sains, keterampilan proses dan nilai dalam

membuat keputusan sehari-hari jika ia berhubungan dengan orang lain

atau dengan lingkungannya, serta memahami interelasi antara sains,

teknologi dan masyaratak termasuk perkembangan social dan ekonomi.

Adapun sejumlah kemampuan yang berkaitan dengan literasi sains

adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan memahami ilmu pengetahuan alam, norma, serta

metode sains dan pengetahuan ilmiah.

2) Paham terhadap kunci konsep ilmiah

3) Paham terhadap kerjasama antara sains dan teknologi

4) Menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi di

tengah masyarakat

5) Mampu membuat hubungan kompetensi –kompetensi dalam

konteks sains kemampuan membaca, menulis serta memahami

system pengetahuan manusia

6) Mampu mengaplikasikan pengetahuan ilmiah dan mampu

mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-hari.

15
3. Safe Exam Browser (SEB)

Menurut Yunanda (2021) Safe Exam Browser merupakan browser

yang didesain khusus untuk peserta didik ketika saat ujian. Safe Exam

Browser didesign khusus agar peserta didik tidak dapat mengakses website

apapun ketika peserta didik sedang mengerjakan soal online. Browser ini

bertujuan mencegah peserta didik untuk melakukan tindakan kecurangan

selama ujian karena jika peserta didik hendak keluar dari aplikasi ini maka

harus mengisi password yang telah dirancang oleh pengajar. Hal ini juga safe

exam browser akan secara otomatis menutup aplikasi lainnya sehingga siswa

tidak dapat membuka aplikasi lain seperti browser, whatsapp dan aplikasi

lainnya. Aplikasi safe exam browser juga untuk mengatur lingkungan ujian

sehingga peserta ujian hanya dapat mengakses soal ujian, aplikasi dan

sumber tertentu yang diijinkan. Adapun kelebihan safe exam browser yaitu

1) Cocok dengan hamper semua LMS

2) File konfigurasi memilki enkripsi tingkat tinggi, membuatnya

peramban yang aman

3) Dapat memunculkan jendela anti kecurangan saat ujian

4) Memiliki VM Detector untuk mendekteksi jailbreak ponsel

4. Pembelajaran Biologi

Biologi adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya

secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui

16
metode ilmiah seperti onservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah

seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebaginya. Biologi bukan hanya

sekedar sekumpulan teori dan pengetahuan yang hanya diberikan oleh guru

kepada siswa. Tetapi lebih dari itu biologi merupakan proses menemukan

dan mencari tahu dimana siswa dibimbing untuk bertindak aktif dalam

menemukan fakta, Novianty dan uliyanti (1-8).

Pembelajaran biologi khususnya di sekolah menengah harus

memberikan kebebasan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam

prosesnya. Dengan melibatkan siswa secara langsung selama proses

pembelajaran biologi. Maka siswa akan terlatih untuk berkontabusi sendiri

pengetahuannya, sehingga pengetahuan tersebut dalat terinternalisasi

dengan baik pada siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru

perlu menguasai materi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang

dapat menciptakan pembelajaran biologi yang sesuai dengan hakikatnya.

Pelaksanaan pembelajaran biologi di sekolah menengah harus berpusat

kepada siswa dan melibatkan langsung siswa dalam proses pembelajaran

sehingga proses pembelajarannya bukan hanya proses memberi pengetahuan

saja.

Seperti yang diungkapkan oleh robi ( 2019; 83) bahwa pembelajarn

biologi yang dapat memberdayakan potensi siswa yang ada pada diri siswa

yakni dengan keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman

langsung sebagai pengalaman belajar dan didasari proses melibatkan

17
keterampilan- keterampilan konigtif atau intektual, manual dan social

sehingga pembelajaran sains biologi akan lebih bermakna. Dengan demikian

belajar dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa

mempelajarari bahkan menemukan konsep yang menjadi tujuan belajar dan

sekaligus mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains sikap

ilmiah dan sikap kritis.

B. Penilitian yang Relevan

1. Penilitian yang relevan yang berjudul “ Pengembangan instrument ters

berbasis literasi sains menilai pemahaman fenomena ilmiah mengenai

energy “ pada tahun 2017 oleh Adawiyah Dkk, Hasil dari penilitian ini

ialah berupa instrument tes berbasis literasi sains yang layak untuk

mengukur kemampuan literasi sains siswa, dimana nilai validitas

keseluruhan instrument tes 0,60 yang berarti berkualitas tinggi, dan

penilaian keseluruhan aspek materi, literasi sains, konstruksi dan data oleh

para ahli, dosen ahli IPA dan guru guru IPA/Mts di daerah Istemewa

Yogyakarta berturut-turut dengan skor 78,33 dan 95,25 berarti memiliki

kriteria baik dan sangat baik.

2. Penilitian yang relevan yang berjudul “ pengembangan evaluasi dan

penugasan online berbasis E-Learning pada tahun 2017. Oleh Bairah hasil

penilitian menunjukkan bahwa media evaluasi dengan menggunakan

system E-learning lebih praktis dan efektif dibandingkan dengan media

evaluasi konvensial sehingga hal ini begitu mendukung produk yang

18
dikembangkan berupa media evaluasi belajar melalui media interaktif

berbasis Schoology yang diintegritaskan dengan Safe Exam Browser pada

materi keanekaragaman hayati. Relevansi kedua penilitian ini dengan

penilitian yang sedang dikembangkan. Studi literature dilakukan untuk

mendukung data pengembangan produk media evaluasi belajar melalui

media interaktif Schoology yang diintegritaskan dengan Safe exam

Browser pada materi keanekaragaman hayati kelas X SMA. Dalam studi

literature didapatkan informasi tentang penilitian Schoology dan tentang

LSM lainnya. Penilitian tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik

terhadap penggunaan Schoology dalam melaksanakan proses evaluasi

kepada peserta didik. Selain itu informasi didapatkan membantu

mengembangkan produk yang sedang dikembangkan.

3. Penilitian yang relevan yang berjudul “ penegnbangan evaluasi melalui

media schoology terintegritas safe exam broeser pada materi

keanekaragaman hayati “ pada tahu 2021. Oleh Hanri, penilitian ini

menunjukkan bahwa pengembangan media evaluasi belajar melalui

interaktif Schoology diintegrasikan dengan Safe Exam Browser pada

materi keanekaragaman hayati kelas X SMA memiliki kualitas yang sangat

baik, dengan hasil validasi yang rata rata skor 92,4 %. Dan juga layak

digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan beberapa perbaikan dan

sasaran dari validator.

19
C. Kerangka Berfikir

Potensi dan Masalah

Desain Produk

(Validitas Desain)

Instrumen soal literasi


sains berbasis Safe Exam
Browser ( Draf 1)
Revisi produk

layak Tidak layak

Instrument soal literasi sains


berbasis safe exam broeser
(draf2)
Revisi Produk

Menarik Tidak menarik

Instument literasi sains berbasis safe exam


broeser (akhir)

20
BAB III

METODE PENILITIAN

A. Metode Pengembagan

Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah penilitian dan

pengembangan. Pada metode penilitian dan pengembangan terdapat beberapa

jenis model, sedangkan model yang digunakan adalah pengembangan model 4-

D. model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan

perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dkk. (

1974:5). Dalam pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu : Define

(Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan

Disseminate (Penyebanran). Motode dan model ini dipilih karena bertujuan

untuk menghasilkan produk berupa media safe exam browser. Produk yang

dikembangkan kemudian diuji kelayakan dengan validitas dan uji coba produk

untuk mengetahui sejauh mana peningkatan soal literasi sains setelah

pembelajaran menggunakan media safe exam broeser pada pembelajaran

biologi.

B. Prosedur Pengembangan

Metode penilitian dan pengembangan (Research and Develoment )

merupakan metode penilitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sugiyono, 2012: 407) desain

21
penilitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah desain penilitian

pengembangan model 4-D (Four D models) menurut Thiagarajani hal ini

meliputi 4 tahap yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design),

pengembangan (develop), dan diseminasi (disseminate) yang dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Tahap Pendefinisian (define)

Tahap pendefinisian berguna untuk menentukan dan mendefinisikan

kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran serta mengumpulkan

berbagai informasi yang berkaitian dengan produk yang akan

dikembangkan. Dalam tahap ini dibagi menjadi beberapa langkah yaitu :

a. Analisis Awal (Front-end Alaysis)

Analisis awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan dasar

dalam pengembangan media safe exam browser. Pada tahap ini

dimunculkan fakta-fakta dan alternative penyelesaian sehingga

memudahkan untuk menentukan langkah awal dalam pengembangan

media safe exam browser yang sesuai dikembangkan.

b. Analisis Peserta Didik (Learner Analysis)

Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal

perencanaan. Analisis peserta didik dilakukan dengan cara mengamati

karakteristik peserta didik. Analisis ini dilakukan dengan

mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik,

22
meliputi karakteristik kemampuan akademik, usia dan motivasi

terhadap mata pelajaran.

c. Analisis Tugas (Task Analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas

utama yang akan dilakukan oleh pesrta didik. Analisis tugas terdiri dari

analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

terkait materi yang dikembangkan melalui safe exam browser

d. Analisis Konsep (Concept Analysis)

Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi dalam

media safe exam browser yang dikembangkan. Analisis konsep dibuat

dalam peta konsep pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai

sarana pencapaian kompetensi tertentu , dengan cara mengidentifikasi

dan menyusun secara sistematis bagian-bagian utama materi

pembelajaran

e. Analisis Tujuan Pembelajaran (Specifying Instructional Objectives)

Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan

indicator pencapian pembelajaran yang didasaekan atas analisis materi

dan analisis kurikulum. Dengan menuliskan tujuan ditampilkan dalam

safe exam browser. Menentukan kisi-kisi soal dan akhirnya menentukan

seberapa besar tujuan pembelajaran yang tercapai.

23
2. Tahap Perancangan (design)

Tahap perancangan ini bertujuan untuk merancang suatu metia safe

exam browser yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi. Tahap

perancangan ini meliputi :

a. Penyusunan Tes

Penyusunan tes instrument berdasarkan penyusunan tujuan

pembelajaran yang menjadi tolak ukur kemampuan peserta didik

berupa produk, proses, psikomotor selama dan setelah kegiatan

pembelajaran

b. Pemilihan Format

Dengan memilih format untuk mendesains isi pembahasan

dan sumber belajar yang relevan sesuai dengan prinsip,

karakteristik, dan langkah-langkah yang sesaui dengan model

pembelajaran yang digunakan (Dian dan Sinta, 2017: 217)

c. Pemilihan Media

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media

pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi dan sesuai

dengan kebutuhan peserta didik. Media dipilih untuk menyesuaikan

analisis peserta didik, analisis konsep dan analisis tugas,

karakteristik target pengguna , serta rencana penyebaran dengan

atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.

24
d. Desain Awal

Desain awal yaitu rancangan media Safe exam Browser

yang telah dibuat oleh peneliti kemudian diberi masukan oleh dosen

pembimbing. Masukan dari dosen pembimbing akan digunakan

untuk memperbaiki media safe exam browser sebelum dilakukan

produksi. Kemudian melakukan revisi setelah mendapat saran

perbaikan media safe exam browser dari dosen pembimbing

nantinya rancangan ini akan dilakukan tahap validasi. Rancangan

ini berupa Draft I dari media safe exam browser.

3. Tahap Pengembangan (develop)

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media safe

exam browser yang sudah direvisi berdasarkan masukan ahli dan uji coba

kepada peserta didik. Adapun langkah-langkah dalam tahapan ini yaitu

sebagai berikut :

a. Validasi Ahli

Validasi ahli berfungsi untuk memvalidasi konten materi

biologi dalam media safe exam browser sebelum dilakukan uji coba

dan hasil validasi akan digunakan untuk melakukan revisi produk

awal. Media safe exam browser yang telah disusun kemudian akan

dinilai oleh dosen ahli materi dan dosen ahli media, sehingga dapat

25
diketahui apakah media safe exam browser tersebut layak

diterapkan atau tidak.

b. Uji pengembangan

Proses ini dilakukan untuk memperoleh respon, kritik dan

saran perbaikan dari siswa guru atas media pembelajaran yang

disusun. Kemudian hasil perolehan respon tersebut dari siswa dan

guru dijadikan sebagai acuan untuk merevisi produk ( A.

Maydiantoro, 2021: 5)

4. Tahap Penyebaran ( Disseminate)

Setelah uji pengembangan terbatas dan instrument telah direvisi,

tahap selanjutnya adalah tahap penyebaran. Tujuan dari tahap ini adalah

menyebarluaskan media safe exam browser. Pada penilitian ini hanya

dilakukan penyebaran terbatas, yaitu dengan menyebarluaskan dan

mempromosikan produk akhir media safe exam browser secara terbatas

kepada guru biologi dan siswa biologi di MA.

C. Uji Produk

1. Desain Ujicoba

Studi ini merupakan kegiatan pengembangan secara individu.

kegiatan yang dilaksanakan yaitu mulai melakukan observasi lapangan,

membuat instrument soal literasi sains dan menguji kelayakan produk

26
dengan cara validasi oleh beberapa pakar. Pelaksanaan uji kelayakan

dilakukan dengan cara menyerahkan produk pengembangan beserta jumlah

angket penilaian kepada validator untuk menilai layak atau tidaknya produk

pengembangan serta memberikan kritik dan saran perbaikan.

2. Subjek Ujicoba

Penilitian ini melibatkan subjek yaitu peserta didik kelas X

3. Jenis Data

Data merupakan unit informasi yang direkam media yang dapat di

bedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan problem

tertentu (Ahmad, 2009: 53). Di dalam uji coba produk pengembangan jenis

data yang di ambil yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif

merupakan data yang didapatkan beberapa literature yang relevan dengan

penilitian produk ini. Sedangkan data kualitatif didapatkan dari angket dan

dan instrument literasi sains berasal dari pendidik dan peserta didik. Kedua

data tersebut kemudian dianalisis sehingga menjadi pendukung produk

yang dikembangkan sehingga produk yang dihasilkan berkualitas dan layak

digunakan.

4. Metode dan Instrument Pengumpulan Data

a. Observasi

27
Observasi ini dilakukan untuk melihat langsung proses

pembelajaran biologi

b. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh respon peserta didik terhadap media

pembelajaran berbasis safe exam browser dan tingkat instrument

soal literasi sains berbasis safe exam browser terhadap

pembelajaran biologi

c. Tes

Tes yang dilakukan berupa lembar soal dalam bentuk tertulis

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap soal literasi

sains dan media pembelajaran berbasis safe exam browser pada

pembelarajan biologi.

5. Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data instrument non tes pada penilitian ini menggunkan

teknik analisis data deskriptif. Instrument non tes berupa angket

menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang sesuatu gejala

social. (Sugiyono, 2016). Dalam penilitian ini menggunakan skala 1 sampai

5, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.

28
a) Angket Validasi Ahli

Nilai akhir suatu butir merupakan presentase nilai

rata-rata perindikator dari seluruh jawaban validator. Dari

perhitungan skor masing-masing pernyataan, dicari

presentasi jawaban keseluruhan responden dengan rumus

(Ardiansyah 2017: 1)

∑𝑥
𝑃= × 100%
∑ 𝑥𝑖

Keterangan :

P : Presentase

∑x : Jumlah jawaban responden dalam satu item

∑ xi : jumlah nilai ideal dalam item

Kemudian dicari persentase kriteria validasi. Adapun kriteria

validasi yang digunakan dapat dilihat pada table berikut :

Table 1.1 kriteria Interprestasi Kelayakan


Interval Kriteria
0% - 20% Sangat tidak layak
21% - 40% Tidak layak

41% - 60% Cukup layak

61% - 80% Layak

81% - 100% Sangat layak

29
b) Analisis validasi peserta didik

Dari hasil validasi soal terhadap peserta didik dapat

dianalisis dengan mengunakan

∑𝑥
𝑃= ∑ 𝑥𝑖
× 100%

Keterangan :

P : Angka presentase

∑x : Jumlah jawaban respon dalam satu item

∑xi : Jumlah nilai ideal dalam item

Adapun penentuan kriteria interprestasi kemenarikan

dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1.2 Kriteria Interprestasi Kemenarikan

Interval Kriteria
0% - 20% Sangat tidak menarik
21% - 40% Tidak menarik
41% - 60% Cukup menarik
61% - 80% Menarik
81% - 100% Sangat menarik
sumber : riduwan (2011: 13)

30
c) Uji coba Instrument

Sebelum instrument tes diberikan pada sampel

penilitian, tes tersebut harus di uji coba dengan kelompok

peserta didik yang telah menerima materi tersebut. Adapun

pengujian instrument tersebut hingga layak menjadi

instrument penilitian diuji dengan uji validitas, ujia tingkat

kesukaran dan uji daya beda.

1) Uji validitas

Instrument yang valit berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data valid (sah). Suatu

instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang seharusnya diukur. Artinya instrument ini

dapat mengungkap data yang dikaji secara tepat.

Instrument yang valid memiliki validasi tinggi (Punaji,

2013: 243). Untuk mengetahui indeks validitas dari butir

soal dapat dicari dengan rumus :

𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 }{𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }

31
Keterangan :

rxy : Koefisien Korelasi

N : Jumlah Responden

X : rata – rata yang akan di cari validitasnya

Y : skor total yang diperoleh

Jika rxy ≤ rtabel maka soal dikatakan tidak valid dan jika

rxy ≥ rtabel maka soal dikatakan valid. Interprestasi terhadap

nilai koefesien rxy digunakan kriteria sebagai berikut :

Tebel 1.3 ketentuan validitas


rxy Kriteria
rxyhitung>rxytabel Valid
rxyhitung<rxytabel Tidak valid

2) Uji tingkat kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah

pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal.

Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang

(proposional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut

baik (Zainal 2012: 266). Untuk menguji tingkat

kesukaran digunakan rumus berikut :

32
𝐵
𝑃=
𝐽𝑆

Keterangan :

P : Indeks Kesukaran

B : jumlah skor peserta didik menjawab soal tes

dengan benar tiap soal

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Besar tingkatan soal antara 0,00 sampai 1,00

yang dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori

sebagai berikut :

Table 1.4 tingkat kesukaran

Proportion correct (p)/ nilai (p) Katerogi soal

P 0,00 – 0,29 Sukar


P 0,30 – 0,69 Cukup
P 0,70 – 1,00 Mudah

Sumber: suharsimi (2013)

3) Uji daya beda

Daya pembeda soal adalah tingkatan

kemampuan instrument untuk membedakan antara

peserta didik berkemampuan dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah. Adapun rumus untu menentukan

33
daya pembeda tiap item instrument pengembangan

adalah sebagai berikut :

𝐵𝑎 𝐵𝑏
D = 𝐽𝑎 − = PA - PB
𝐽𝑏

Keterangan :

D : daya pembeda

JA : banyaknya pembeda kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab

benar

BB : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab

salah

Selanjutnya hasila skhir dari perhitungan daya beda

didefinisikan dengan indeks daya pembeda sebagi berikut :

Table 3.5 klasifikasi daya beda


Daya Pembeda Keterangan
0,70 – 1,00 Baik Sekali
0,40 – 0,70 Baik
0,20 – 0,40 Cukup
0,00 – 0,20 Jelek
Sumber : suharsimi (2013:232)

34
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Robi, Asih. (2017). Pengembangan Instrument Tes Berbasis Literasi Sains.

Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies. 5.

Ariana, Risya, Dkk. (2020). Pengembangan Modul Berbasis Discovery Learning Pada

Materi Jaringan Tumbuhan Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains

Siswa Kelas XI IPA SMA. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. 11.

Amin. (2017). sadar Berprofesi Guru Sains, Sadar Literasi : Tantangan Guru Di Abad

21. Prosiding Seminar Nasional. 16.

A.Maydiantoro. (2012). Model – Model Penilitian Pengembangan Research and

Develoment. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Bairah. (2017). Pengembangan Evaluasi dan Penugasan Online Berbasis E- Learning

Dengan Moodle Pada Mata kuliah Media Pembelajaran Ilmu Komputer.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Teknik Informatika (SENAPATI)

Ke-8.

Chorunnisa, Rini, Sri. (2017). Keefektifan Pendekatan Contextual Teaching Learning

Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Literasi Sains. Jurnal Inovasi

Pendidikan Kimia. 11.

Depdiknas. (2008). Panduan Penulisan Butir Soal. Jakarta : Departemen Pendidikan

Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

35
Depdiknas. (2008). Pengembangan Perangkat Penilain. Jakarta : Depatemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Dian, Sri. (2017). Pengembangan Perangkat Belajar Matematika Model 4-D untuk

Kelas Inklusi seabagi Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Meulaboh :

STIKIP Bina Bangsa.

Gherardini. (2016). Pengaruh metode Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kritis

Terhadap Literasi Sains. Jurnal Pendidikan Dasar. 7.

Hanri. (2021). Pengembangan Instrument Evaluasi Melalui Media Interaktif

Schoology Terintegrasi Safe Exam Browser Pada Materi Keanekaragaman

Hayati Kelas X. Universitas Dharma : Yogyakarta.

OECD. (2018). Pisa 2015 Results in focus.

Pramita, Rosilawati. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains.

Jurnal Pendidikan MIPA. 7

Punaji Setyosari. (2013). Metode Penilitian Pendidikan dan Pengembangan. Bandung

: Kencana Prenada Media Group.

Rosidah, Fitri, Titin. (2017). Pengembangan Tes Literasi Sains Pada Materi Kalor Di

SMA Negeri 5 Surabaya. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 6

Riffqi. (2019). Efektivitas Pembelajaran Berorientasikan Literasi Saintifik Thabiea.

Jurnal of Natural Science Teachin. 2.

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Cetakan ke-9.

36
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penilitian. Bandung :

Alfabeta.

Ramadani, Sri, Dinyah. (2022). Tingkat Literasi Sains Peserta Didik Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Kota Sungai Penuh. Jurnal Ilmu Pendidikan.

Sugiyono. (2016). Metode Penilitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sugiyono. (2012). Memahami Penilitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. (2013). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Dua). Jakarta

: Bumi Aksara.

Suharsimi, Arikonto. (2002). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara

Winata, Sri, Ifa. (2016). Analisis Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa Pada Konsep

Ipa. Education and Human Develoment Journal. 1

Yasir, Ratna, Maulana. (2011). Penilaian Alternatif Secara Talian Yang Selamat

Melalui Sistem Pengurusan Pembelajaran Model Plikasi SEB (Safe Exam

Browser). Pengalaman UPM Pada Musim Covid-19. 1.

Zainal Arifin. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan

Islam Kementerian Agama.

37
38

Anda mungkin juga menyukai