OLEH
MUTIA SARI 19177035
SARI YULIANTI 19170
YAYAT MUTIA ARDI 19177046
DOSEN PEMBIMBING:
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya dalam menyelesaikan makalah yang
berjudul “Mengembangkan Kisi-Kisi dan Validitas Instrumen”, sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pengertian,
ruang lingkup dari assesmen dan evaluasi, diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang pentingnya Mengembangkan
Kisi-Kisi dan Validitas Instrumen Selaku manusia biasa, makalah ini masih jauh
dari sempurna, banyak kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Saran
dan masukan sangat kami harapkan, dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam bidang pendidikan. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Kisi-Kisi............................................................ 3
2.2 Pengembangan Validitas Instrumen ........................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..................................................................................... 16
3.2 Saran........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 17
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengembangan kisi-kisi?
2. Bagaimana pengembangan validitas instrumen?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan pengembangan kisi-kisi
2. Untuk menjelaskan pengembangan validitas instrumen
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Kisi-Kisi
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi
untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes.
Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan
sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes.
Dengan demikian dapat diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang
dimaksudkan untuk menyusun soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik
berbeda dengan kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi
belajar. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes penempatan juga
berbeda dengan kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes kompetisi.
Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes ulangan umum juga beerbeda
dengan kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun tes ujian akhir nasional. Hal
yang harus diperhatikan adalah tidak ada satupun kisi-kisi yang dapat
digunakan untuk semua tujuan semua tes. (Surapranata, 2005 : 50)
Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapatmenghasilkan soal-soal yang
sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan
mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka
penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soalyang relative
sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.
a. Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indicator yang secara teoritis, mutlak
harus dikuasai oleh peserta didik.
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di cermati di dalam penyusunan tes
belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk
mata pelajaran yang telah di ajarkan, atau mengukur kemampuan dan
keterampilan peserta didik yang di harapkan, setelah mereka menyelesaikan
suatu unit pengajaran tertentu. Berikut prinsip- prinsip dasar dalam penyusunan
tes hasil belajar :
7
a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning
outcomes) yang di tetapkan sesuai tujuan instruksional.
b. Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif
dari populasi bahan pelajaran yang telah dijarakan,sehingga dapat dianggap
mewakili seluruh perpormance yang telah di peroleh selama peserta didik
mengikuti suatu unit pelajaran.
c. Bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi,
sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan
sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.
d. Tes hasil belajar harus di desain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan . pernyataan tersebut mengandung
makna, bahwa desain tes hasil belajar harus disusun secara relevan dengan
kegunaan yang dimiliki oleh masing-masing jenis tes.
e. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yag dapat di andalakan, artinya
setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berkali-kali terhadap subjek yang
sama hasilnya selalu sama dan relatif sama.
f. Tes hasil belajar di samping harus dapat di jadikan alat pengukur keberasilan
siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk menacari informasi yang
berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu
sendiri.
Perencanaan Tes
Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan
yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
secara representative. Untuk itu maka peranan perencanaan dalam pengujian
menjadi sangat penting. Tes tanpa rencana yang dapat dipertanggung jawabkan
dapat menjadi usaha sia-sia, bahkan mungkin akan mengganggu proses
pencapaian tujuan. Enam hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
tes :
Ebel dan frisble membagi tiga tipe soal : (1) esai, (2) objektif, dan (3)
problem matemattika. Disamping itu masih juga dikenal soal-soal penampilan
dan soal lisan. Ada keslahfahaman yang umum terjadi dikalangan pengguna
tes, yaitu anggapan yang menyatakan suatu tipe tes lebih baik dari tipe tes
lainnya dalam mengukur ranah kognitif tertentu. Berbagai penelitian telah
9
Pemilihan tipe tes yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan dan waktu yang tersedia pada penusunan tes dari pada kemampuan
peserta tes aspek yang ingin diukur.
Baik tes objektif maupun tes esai mengenal berbagai format biasa.
Misalnya, dalam tes objektif, acapkali dipilih format A (pilihan ganda biasa),
format B (pilihan ganda analisis hubungan antar hal), format C (pilihan ganda
analisis kasus), atau format D (pilihan ganda kompleks) dan E (pilihan ganda
yang menggunakan diagram, gambar, garis, atau tabel). Berbagai penelitian
juga telah menunjukan bahwa berbagai format butir soal ini tidak menunjukan
perbedaan efektifitas yang berarti untuk mengukur berbagai level ranah
kognitif, asalkan dikonstruksikan sama baiknya. Bahkan format butir soal B-S
pun dapat mengukur level ranah kognitif yang tinggi, asalkan dikonstruksinya
10
secara cermat oleh ahli bidang studi dan ahli konstuksi tes. Perbedaab antar
format butir soal tersebut tidak terletak pada efektifitasnya mengukur level
kemampuan, tetapi lebih banyak pada penekanannya ( dalah hal peserta tes
kurang mengusasai bahan tes dites).
Jumlah butir soal tentu saja ada ketentuan yang asli. Tetapi yang harus
diingat ialah jumlah butir soal berhubungan alngsung dengan reabilitas tes dan
reprensi isi bidang studi yang dites, makin besar jumlah butir soal yang
digunakan dalam suatu tes maka kemungkinan akan makin tinggi reabilitasnya,
baik dalam arti stabilitas maupun internal konsistensinya. Dilihat dari segi
jumlah inilah maka tes objektif mempunyai kekuatan yang lebih dari tes esai.
Karena tugas yang harus diselesaikan dalam tes objektif itu sangat singkat,
maka kemungkinan untuk menggunakan jumlah butir soal yang besar menjadi
lebih besar pula. Sedangkan tes esai tidak memungkinkan menggunakan
jumlah item yang banyak. Dengan demikian representasi bidang studi dan
reabilitas tes objektif akan lebih baik dari tes esai.
a. Jumlah keseluruhan
b. Jumlah untuk setiap pokok bahasa/ topic/ conten area
c. Jumlah untuk setiap format
d. Jumlahj untuk tiap katehori tingkat kesukaran
e. Jumlah untuk setiap level ranah kognitif
Tentu saja dalam menentukan jumlah ini harus mempertimbangkan waktu
yang tersedia, biaya yang ada, kompleksitas tugas yang dituntut oleh tes, dan
waktu ujian diadakan.
Pada umumnya semua ahli kontruksi tes sependapat bahwa tes yang
terbaik adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin
dekat ketitik itu makin mampu tes itu membedakan antara kelompok yang
belajar dan kelompok yang kurang belajar. Tetap tentu saja itu bukanlah satu-
11
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen terebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas
berhubungan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan istrumen yang valid
akan menghasilkan data yang valid pula. Istilah valid sukar untuk dicari
penggantinya, sebagian peneliti ada yang menyebutknya dengan “sahih”, “tepat”,
dan juga “cermat”. Secara garis besar validitas instrumen dibedakan menjadi dua
yaitu, validitas internal (internal validity) dan validitas eksternal (eksternal
validity).
Validitas internal berkaitan dengan kriteria yang berasal dari dalam suatu
instrumen penelitian, seperti tampilan instrumen, isi dan juga kemampuan
instrumen dalam mengukur. Validitas internal disebut juga dengan Validitas
Rasional, yang berarti validitas untuk sebuah instrumen penelitian menunjuk pada
kondisi yang memenuhi syarat valid berdasarkan pada hasil penalaran atau
rasionalitas. Instrumen dikatakan mempunyai validitas Internal bila instrumen
tersebut kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional telah mencerminkan
apa yanga diukur. Validitas internal dibagi menjadi dua, yaitu validitas isi
(Content Validity) dan Validitas Konstruk (Construct Validity).
a. Validitas isi (Content Validity)
Validitas ini harus dimiliki oleh instrumen yang mengukur hasil belajar
biasanya berbentuk tes. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi bila bisa
13
2. Validitas Eksternal
BAB III
16
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan
deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Kisi-kisi adalah suatu
format (matriks) yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman
untuk menulis tes atau merakit tes. Kisi-kisi berisi ruang lingkup dan isi
materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup
dan sebagai petunjuk dalam menulis soal
3.2 Saran
Saran dari penyusun makalan ini agar kiranya suatu kisi-kisi penyusunan
soal mengacu bukan hanya pada silabus dan kurikulum yang berlaku akan
tetapi melihat juga aspek lingkungan sekitar dan perilaku siswa (situasi dan
kondisi keadaan sekitar)
.
DAFTAR PUSTAKA
Muri, Yusuf. 1998. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang; FIP
IKIP Padang.
Siahaan, Mika Febriani dan Mika Rahmi Rangkuti. 2017. “Taksonomi Bloom
Revisi dan Kaitannya dengan Versi Konvensional. Medan: Universitas
Pendidikan Medan.
17
18