Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

“Mengembangkan Kisi-kisi dan Validitas Instrumen”

OLEH:

ANNISA GUSRI TAMARA (19177002)

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Zulyusri., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Evaluasi Pembelajaran Biologi “Mengembangkan Kisi-kisi dan Validitas
Instrumen”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Biologi, Dr. Zulyusri., M.Si.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, 14 Febuari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
BAB II. KAJIAN TEORI ................................................................................. 4
A. Pengembangan Kisi-kisi ................................................................... 4
B. Validitas Instrumen .......................................................................... 21
BAB III. PENUTUP .......................................................................................... 27
A. Kesimpulan ....................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan atau tidaknya pada pencapaian proses pendidikan formal
bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami peserta didik
pada jenjang di sekolah dasar. Pernyataan tersebut sesuai dengan isi Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehubungan dengan pencapain tujuan pendidikan nasional, telah dilakukan
berbagai upaya oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain
diadakan perubahan dan penyesuaian kurikulum di semua jenjang pendidikan,
perbaikan mutu pendidikan seperti penataran guru-guru, pengadaan buku paket
dan penambahan sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar di kelas
termasuk pengelolahan proses pembelajaran setiap mata pelajar.
Pengelolahan proses pembelajaran guru dituntut untuk mampu
mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Melalui evaluasi kita dapat mengetahui dan mengambil keputusan dari hasil
pengukuran yang dilakukan. Evaluasi pembelajaran merupakan proses penentuan
nilai sesuatu berdasarkan kriteria untuk memperoleh informasi atau data dari
tingkat kemampuan dan pemahaman siswa baik dari segi kognitif, psikomotor,
maupun afektif nantinya akan digunakan untuk memperbaiki hal-hal yang
memang perlu diperbaiki pada proses pembelajaran. Menurut Zainal Arifin (2011)
menjelaskan bahwa, evaluasai adalah suatu proses untuk mengetahui kualitas
sesuatu, baik tentang segi nilai mau pun arti berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu dalam rangka pengambilan keputusan.

1
Hal yang sangat mempengaruhi kualitas penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar adalah instrumen yang akan digunakan. Instrumen merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur kegiatan evaluasi pembelajaran. Salah satunya
adalah tes. Tes yang digunakan di sekolah biasanya untuk mengukur tingkat
kemapuan atau prestasi siswa dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan,
pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sebagaimana yang disampaikan
Purwanto (2013) bahwa, tes merupakan alat atau instrumen untuk mengumpulkan
data dari hasil respons peserta didik atas pertanyaan dalam instrumen yang dimana
tugas tersebut harus dijawab atau kerjakan oleh peserta didik.
Dalam membuat tes, harus dibuat secara logis dan rasional mengenai pokok-
pokok materi apa saja yang patut ditanyakan sebagai bahan pengetahuan penting
untuk diketahui dan dipahami oleh peserta didik. Bukan hanya itu, tes yang dibuat
oleh guru perlu memperhatikan tingkat kesukaran itemnya yang didasarkan sifat
atau karakteristik siswa. tes yang dibuat juga perlu diuji cobakan pada kelompok
besar.
Dari hasil uji instrumen tersebut dilakukan validitas dan reliabilitas agar
dapat dijadikan alat ukur yang betul-betul berkualitas dan sahih sesuai kemapuan
siswa. Validitas berhubungan dengan kemampuan dalam mengukur ketepatan
sesuatu yang ingin diukur. Tes yang valid adalah tes yang mengukur dengan tepat
keadaan yang ingin diukur. Sebalikanya, tes dikatakan tidak valid bila digunakan
untuk mengukur suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan tes tersebut.
Sebagaimana yang dijelaskan Anastasi dan Urbina (1997) bahwa validitas
berhubungan dengan tes apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik
melakukannya.
Begitu pun dengan uji reliabilitasnya yang berhubunga pada tingkat akurasi
tes apa yang mesti diukur. Menurut Thorndike dan Hagen (1977) reliabilitas
berhubungan pada akurasi instrumen atau tes untuk menghasilkan kecermatan
hasil ukur. Jadi, Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi alat ukur hasil belajar
yang baik berhubungan dengan validitas dan reliabilitas. sehingga Tes yang
memenuhi syarat alat ukur yang baik dapat menghasilkan hasil ukur yang akurat.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian kisi-kisi ?
2. Apa fungsi dari kisi-kisi ?
3. Bagaimana cara penyusunan kisi-kis i?
4. Bagaimana cara pengembangan kisi-kisi dalam pembelajaran ?
5. Bagaimana cara pengembangan kisi-kisi dalam kompetensi pembelajaran ?
6. Apa pengertian instrumen ?
7. Apa pengertian validitas ?
8. apa macam-macam validitas ?
9. Bagaimana cara menghitung validitas ?
10. Bagaiman cara menentukan validitas tiap soal ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kisi-kisi
2. Untuk mengetahui fungsi dari kisi-kisi
3. Untuk mengetahui cara penyusunan kisi-kisi
4. Untuk mengetahui cara pengembangan kisi-kisi dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui cara pengembangan kisi-kisi dalam kompetensi
pembelajaran
6. Untuk mengetahui pengertian instrumen
7. Untuk mengetahui pengertian validitas
8. Untuk mengetahui macam-macam validitas
9. Untuk mengetahui cara menghitung validitas
10. Untuk mengetahui cara menentukan validitas tiap soal

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Kisi-kisi
Ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh guru dalam melakukan
penilaian yaitu menyusun perangkat tes yang standar (Listyawati, 2012).
Perangkat yang dimaksud meliputi kisi-kisi soal, soal, kunci jawaban beserta
rubrik penilaiannya. Soal tes yang baik disusun berdasarkan kisi-kisi yang ada.
1. Pengertian Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan
dibuat (Mardapi, 2012). Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of
specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal
akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relative sama.
Menurut Mardapi (2012) matriks kisi-kisi terdiri dari dua jalur, yaitu kolom
dan baris. Kolom menyatakan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan bentuk tes. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diambil dari kurikulum,
sedangkan indikator dikembangkan oleh guru. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah
untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.
Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan soal-
soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes akan mudah menyusun
perangkat tes. Kisi-kisi akan mampu menuntun guru dalam menyusun soal tes
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kisi-kisi juga akan membawa guru pada
batas kemampuan apa soal dibuat. Dengan kisi-kisi yang terstandar, soal yang
dibuat guru akan memiliki kualitas yang sama dimanapun soal tes dibuat
(Nurgiyantoro, 2004). Jika semua soal yang dibuat oleh guru sesuai dengan
kisikisi maka kualitas soal akan semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi
tersebut tentu tidak mudah, karena tuntutannya adalah guru harus mampu
menyusun kisi-kisi dengan baik.

4
2. Fungsi Kisi-kisi
a. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun
Pedoman penulisan soal meurupakan aspek tepenting ketika guru
hendak memberikan soal kepada siswa, pedoman tersebut akan menjadi
acuan bagi guru dalam penulisan soal sehingga akan memudahkan dalam
pembuatan soal.
b. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes
Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta
didik dalam pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevalusi
peserta didik akan memberikan soal tes evaluasi yang bermacam-macam
sesuai dengan tujuan pencapaian evalusi terhadap pembelajaran tertenu.
Dalam pembuatan soal yang menggunakan kisi-kisi, penulis akan
menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
c. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif
sama, dari segi tingkat kedalamannyas segi cakupan materi yang
ditanyakan
Penulisan kisi-kisi berfungsi untuk menselaraskan perangkat soal,
sehingga hal ini juga akan mempermudah dalam proses evaluasi.

3. Syarat Kisi-kisi
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang
telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

4. Penulisan Kisi – kisi


Penulisan kisi-kis soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk
penyusunan soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan
kisi-kisi soal ini, maka seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal
evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang memberikan batasan guru dalam menyusun

5
soal evaluasi. Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi
penyimpangan tujuan dan sasaran dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan
soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi yang diharapkan dalam kisi-kisi penulsan
soal yang dimaksudkan.
Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Nama sekolah
Nama sekolah ini menunjukkan tempat penyelenggaraan pendidikan
dan pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini
merupakan identitas sekolah.
2. Satuan pendidikan
Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang
menyelenggarakan proses pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan
pendidikan ini misalnya SD, SMP, SMA/SMK. Dengan demikian jenjang
kemampuan berfikir pada setiap jenjang pendidikan yang akan diujikan
pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu kompetensi lebih menekankan pada
pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi dan kreasi, maka butir
soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan
tersebut, begitu juga sebaliknya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
kumpulan butir soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat
mengukur proses berfikir yang relevan dengan proses berfikir yang
dikembangkan selama proses pembelajaran. Dalam hubungan ini, kita
mengenal ranah kognitif yang dikembangkan oleh Bloom dkk yang
kemudian direvisi oleh Krathwoll (2001). Revisi Krathwoll terhadap
tingkatan ranah kognitif adalah: ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dan kreasi (C6).
3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran
yang akan dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak.
Misalnya Matematika.

6
4. Kelas/semester
Kelas/semester menunjukkan tingkatan yang akan dievaluasi, dengan
menvantumkan kelas atau semsester ini, maka kita semakin tahu batasan
materi yang akan kita jadikan soal evaluasi proses.
5. Kurikulum acuan
Seperti yang kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu
berganti, akhirnya ada tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan
dan kurikulum baru. Untuk hal tersebut maka kita informasikan kurikulum
yang digunakan dalam penyusunan kisi-kisi penulisan soal. Misalny,
KTSP, Kurikulum 2013
6. Alokasi waktu
Alokasi waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk
penyelesaian soal. Dengan alokasi ini, maka kita dapa memperkirakan
kesulitan soal. Dan jumlah soal yang harus dibuat guru agar anak-anak
tidak kehabisan waktu saat mengerjakan soal.
7. Jumlah soal
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian
tergantung pada beberapa hal, antara lain: penguasaan kompetensi yang
ingin diketahui, ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang
ingin diukur, dan sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut. Pada
uji kompetensi, waktu dan jumlah butir soal telah ditetapkan, sehingga
pembuat soal dapat memperkirakan tingkat kesulitan. Dalam hal ini guru
sudah memperkirakan penggunaan waktu untk masing-masing soal.
8. Penulis/guru mata pelajaran
Ini menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi
soal. Hal ini sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang
dalam penuisan kisi-kisi dan soalnya.
9. Standar kompetensi
Standar kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai
oleh peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran.

7
Dengan standar kompetensi ini maka guru dan anak didik dapat
mempersiapakan segala yang harus dilakukan.
10. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh
anak didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam
penulisan kisi-kisi soal aspek ini kita munculkan untuk mengevaluasi
tingkat pencapaiannya.
11. Materi pelajaran
Ini menunjukkan semua materi yang diberkan untuk proses
pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal, aspek ini
merupakan batasan isi dari materi pelajaran yang kita jadikan soal.
12. Indikator soal
Indicator soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal
ujian. Indikasi yang bagaimana dari materi pelajaran yang diterapkan
disekolah.
13. Bentuk soal
Bentuk soal yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes.
Untuk memudahkan kita dalam menyusun soal, maka kita harus
menentukan bentuk yes dalam setiap materi pelajaran yang kita ujikan
dalam proses evaluasi.
14. Nomor soal
Nomor soal menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang
guru buat. Dal hal ini, setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar,
penulisan nomor soal dikisi-kisi penulisan soal tidak selalu berurutan.guru
dapat menulis secara acak. Misalnya, standar kompetensi A dan
komptensi dasar A1 dapat saja diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya
sehingga tidak selalu standar kompetensi pertama dan kompetensir dasar
pertama harus diurutkan di nomor satu.

Format kisi-kisi soal dapat dilihat di Tabel 1. di bawah ini.

8
Jenis sekolah : .................. Alokasi waktu : .....................
Mata pelajaran : .................. Jumlah soal : .....................
Kurikulum : .................. Penulis soal : .....................
Indikator Bentuk No.
No SK KD/KI/indikator Materi Soal
soal soal Soal

Tabel 1. Format Kisi-kisi

5. Tahapan Pengembangan Kisi-kisi Instrument dalam Pembelajaran


Adapun beberapa tahapan yang dilakukan dalam mengembangkan kisi-kisi
instrument dalam pembelajaran, adalah:
1) Tentukan tujuan membuat kisi-kisi, apakah kisi-kisi untuk membuat soal
ujian semester, untuk mengukur sikap siswa, atau yang lain.
2) Tentukan objek penilaian atau ruang lingkup materi yang akan diukur.
3) Rumuskan indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan diukur
(jika belum ada).
4) Tentukan aspek-aspek yang akan dimuat pada kisi-kisi.
5) Buat kisi-kisi instrumen, dengan jumlah butir instrumen sesuai alokasi
waktu yang tersedia.
Sesudah penyusunan tabel spesifikasi kisi-kisi instrumen maka untuk
memperoleh seperangkat soal tes diperlukan dua langkah yaitu : (a) menentukan
bentuk soal, dan (b) menuliskan soal-soal tes.

9
a. Menentukan bentuk soal
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal
yaitu: waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah: Untuk tes
formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali waktu pertemuan (45
menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk pelajaran
memerlukan waktu lebih kurang 5-10 menit. Menyelesaikan soal bentuk objektif
digunakan waktu yang diperlukan +½-1 menit untuk setiap butir tes. Untuk
menyelesaikan soal bentuk uraian waktu yang diperlukan tergantung dari berapa
lama siswa harus berfikir dan menulis jawaban.
b. Menuliskan soal-soal tes
Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes,
langkah ini merupakan langkah paling penting karena kegagalan dalam hal ini
dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1) Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami.
2) Satu soal tidak boleh mengandung tafsiran ganda atau membingungkan
3) Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-
kata perlu sekali diperhatikan agar tidak salah tafsir.
4) Petunjuk mengerjakan.
Guru yang baik akan selalu meningkatkan mutu tes yang digunakan. Oleh
karena menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan
saran-saran tesnya, dan disertai dengan catatan mengenai soal-soal tersebut.
Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam menyusun tes akan
meningkatkan dan memperoleh mutu tes yang maksimal.

6. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Pembelajaran dalam Kompetensi


Pembelajaran
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik.

10
1) Ranah Kognitif (Pengetahuan)
Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan
memikirkan lingkungannya.
Dalam mengembangkan kisi-kisi instrumen pada ranah kognitif ini, juga
dibantu dengan menggunakan daftar kerja operasional dalam ranah kognitif.
Berbagai macam kata kerja operasional yang digunakan untuk meninjau sejauh
mana kemampuan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran yang
dituangkan dalam bentuk soal, kemudian diujikan, dan dari hasil tersebut dapat
dilihat tingkat kemampuan siswa. Berikut kisi-kisi instrumen pengetahuan ranah
kognitif:

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Kognitif Pembelajaran Biologi


Kompetensi Bentuk Nomor
No. Materi Indikator Level
Dasar Tes Soal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. 3.10 Konsep Peserta didik Pilihan C4 1
Menganalisi dasar mampu Ganda
s prinsip- bioteknologi menyimpulkan
prinsip pengertian
bioteknologi bioteknologi
dan
penerapanny
a sebagai
upaya
peningkatan
kesejahteraa
n manusia
Peserta didik Esai C4 1
mampu
menemukan ilmu-
ilmu yang
digunakan dalam
bioteknologi
Prinsip Peserta didik Pilihan C5 2
bioteknologi mampu Ganda

11
Kompetensi Bentuk Nomor
No. Materi Indikator Level
Dasar Tes Soal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
konvensional membandingkan
dan modern prinsip-prinsip
bioteknologi
konvensional dan
modern
Peserta didik Esai C5 2
mampu
merangkum
prinsip-prinsip
dasar bioteknologi
modern
Aplikasi Peserta didik Pilihan C6 3
bioteknologi mampu Ganda
konvensional mengkategorikan
dan modern produk-produk
beserta aplikasi
produknya bioteknologi
modern
Peserta didik Esai C6 3
mampu menyusun
langkah-langkah
kerja pembuatan
tempe sebagai
produk dari
aplikasi
bioteknologi
konvensional

2) Ranah Afektif
Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan
perasaan. Tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Penilaian afektif
dilakukan oleh pendidik melalui pengamatan terhadap perkembangan afeksi
peserta didik. Ada 5 tipe karakteristik yang penting, yaitu sikap, minat, konsep
diri, nilai dan moral. Aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran sains
terutama biologi meliputi ketelitian, ketekunan, dan kemampuan memecahkan
masalah secara logis dan sistematis.
Penyusunan instrumen observasi dalam ranah afektif ini tidak jauh berbeda
dengan ranah lainnya, yang meliputi menetapkan tujuan dan kisi-kisi. Penyusunan
kisi-kisi ini diawali dengan menentukan defini konseptual, mengembangkan

12
definisi operasioanl berdasarkan kompetensi dasar, menjabarkan menjadi
sejumlah indikator, dan menulis instrumen.
Selain itu, ada beberapa langkah-langkahdalam mengembangkan kisi-kisi
instrumen afektif yaitu sebagai berikut.
a) Merumuskan Tujuan Pengukuran Afektif. Pengembangan alat ukur sikap
bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, misalnya
sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sikap siswa
terhadap sesuatu dapat positif atau negatif.
b) Mencari Definisi Konseptual dari Afektif yang Akan Diukur. Pencarian
definisi konseptual dapat Anda lakukan dengan mencari pada buku-buku
teks yang relevan.
c) Menentukan Definisi Operasional dari Setiap Afektif yang Akan Diukur.
Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara
pengukuran definisi konseptual.
d) Menjabarkan Definisi Operasional menjadi Sejumlah Indikator. Indikator
merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian
indikator harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah
afektif sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrumen (guru atau
peneliti) dalam membuat atau merumuskan indikator.
Dibawah ini merupakan kata kerja yang dapat digunakan dalam menyusun
kisi-kisi pada ranah afektif:

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Afektif


No Level Kata Operasional Contoh
1 Receive (menerima) Peserta Keterbukaan, Contoh pernyataan pada
didik memiliki keinginan kepedulian, perhatian, angket
memperhatikan suatu ketertarikan, berminat, Saya tertarik untuk
fenomena khusus atau dll menjadi anggota Biologi
stimulus, misalnya kelas, Study Club (BSC)
kegiatan, musik, buku, dan Saya selalu
sebagainya memperhatikan
penjelasan guru biologi

13
Saya sulit memahami
pelajaran biologi.
Menurut saya, belajar
biologi sangat penting .
2 Respond (menanggapi) menjawab, membantu, Contoh pernyataan pada
Pada tingkat ini peserta senang, menyesuaikan, angket:
didik tidak saja menyambut, Saya senang membaca
memperhatikan fenomena membantu, melakukan, buku biologi. Saya selalu
khusus tetapi ia juga dll membantu teman yang
bereaksi. kesulitan dalam pelajaran
biologi.
3 Value (nilai) lengkap, menunjukkan, Contoh pernyataan pada
Valuing melibatkan membedakan, angket:
penentuan nilai, keyakinan menjelaskan, rendah, Saya membaca buku
atau sikap yang bentuk, memulai, biologi minimal 3 kali
menunjukkan derajat mengundang, dalam seminggu.
internalisasi dan komitmen. bergabung, Pelajaran biologi.
membenarkan,
mengusulkan,
membaca, laporan,
pilih, berbagi, belajar,
bekerja, dll
4 Organize (mengatur) Pada mengatur, Contoh pernyataan pada
tingkat organization, nilai menggabungkan, angket:
satu dengan nilai lain membandingkan, Saya mengatur waktu
dikaitkan, konflik antar lengkap, membela, khusus untuk belajar
nilai diselesaikan, dan merumuskan, biologi di rumah
mulai membangun sistem generalisasi,
nilai internal yang mengidentifikasi,
konsisten. mengintegrasikan,
memodifikasi,
ketertiban,
mempersiapkan,

14
berhubungan,
mensintesis
5 Internalize bertindak, tampilan, Contoh pernyataan pada
(Menginternalisasi) pengaruh, angket:
mendengarkan, Pembelajaran biologi
mengubah, memberikan pengaruh
mempertunjukkan, positif terhadap pola
memenuhi syarat, hidup saya. Saya akan
merevisi, melayani, mengubah kebiasaan
memecahkan, buruk yang merusak
verifikasi, dll lingkungan menjadi
kebiasaan untuk menjaga
lingkungan

6 Characterize (Karakter) Mencirikan Contoh pernyataan pada


Pada tingkat ini peserta menggolongkan lembar observasi:
didik memiliki sistem nilai menggambarkan Siswa menunjukkan sifat
yang mengendalikan memberi ciri pola hidup sehat setelah
perilaku sampai pada waktu menandakan mempelajari biologi
tertentu hingga terbentuk menunjukkan sifat Siswa membuang
gaya hidup. sampah pada tempatnya
yang menandakan bahwa
siswa tersebut mencintai
lingkungan. Contoh
pernyataan pada angket:
Pelajaran biologi
memberikan saya
pemahaman untuk lebih
mencintai lingkungan,
sehingga saya
berkomitmen untuk
selalu menjaga
kebersihan lingkungan.

15
Saya berolah raga setiap
hari yang mencirikan
saya menerapkan pola
hidup sehat
7 Wonder (Keingintahuan) Mengagumi Renungan Contoh pernyataan pada
bertanya-tanya Berpikir angket:
Heran Ingin tahu Saya mengagumi betapa
sempurnanya Tuhan
menciptakan sebuah
ekosistem Pembelajaran
biologi membuat saya
merasa lebih ingin tahu
tentana alam. Jika nilai
biologi saya rendah, saya
akan berfikir untuk
mencari strategi belajar
yang lebih baik. Jika ada
fenomena biologi yang
saya temui, saya akan
mencari tahu tentang
fenomena tersebut dari
buku atau bertanya pada
orang.

8 Aspire (cita-cita) keinginan, harapan, Contoh pernyataan pada


tujuan, impian, angket:
motivasi Saya berharap
pembelajaran biologi
akan semakin inovatif
dan kreatif. Saya belajar
biologi dengan rajin
supaya bisa menjadi
peneliti bidang biologi.

16
e) Menggunakan Indikator sebagai Acuan Menulis Pernyataan-pernyataan
dalam Instrumen. Penulisan instrumen atau alat ukur dapat dilakukan
dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling
banyak digunakan adalah skala Liekert. Kaidah-kaidah dalam
merumuskan pernyataan-pernyataan dalam instrumen afektif:
1) Hindari pernyataan yang mengarah pada peristiwa yang lalu.
2) Hindari pernyataan yang faktual.
3) Hindari pernyataan yang dapat ditafsirkan ganda.
4) Hindari pernyataan yang tidak berkaitan dengan afektif yang akan
diukur.
5) Hindari pernyataan yang menyangkut keperluan semua orang atau
pernyataan yang tidak terkait dengan siapapun.
6) Upayakan kalimat pernyataan tersebut pendek, sederhana, jelas, dan
langsung pada permasalahannya.
7) Setiap pernyataan hanya mengandung satu pokok pikiran saja.
8) Hindari penggunaan kata asing atau lokal.
9) Hindari pernyataan negatif seperti tidak, kecuali, tanpa dan sejenisnya.
f) Meneliti Kembali Setiap Butir Pernyataan. Penelitian kembali instrumen
yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki banyak
pengalaman dan minimal dua orang. Kepada dua orang tersebut diberikan
spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran, definisi konseptual,
definisi operasional, indikator, dan pernyataan yang dibuat) dan rambu-
rambu penulisan pernyataan yang baik. Kepada kedua penelaah tersebut
diminta untuk menilai kembali ketepatan instrumen afektif menggunakan
pengalaman keahlian masing-masing (expert judgment).
g) Melakukan Uji Coba. Perangkat instrumen yang telah ditelaah dan
diperbaiki, disusun dan diperbanyak untuk kemudian diujicobakan di
lapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat
ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita
inginkan.

17
h) Menyempurnakan Instrumen. Data yang diperoleh dari hasil uji coba
selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan
dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap lemah.
i) Mengadministrasikan Instrumenyang dimaksud dengan
mengadministrasikan instrumen adalah melaksanakan pengambilan data di
lapangan.

3) Ranah Psikomotor
Menurut Arikunto (2013) psikomotor berhubungan dengan kata ”motor”,
“sensory motor”atau “perceptual-motor”. Dengan kata lain dapat diartikan ranah
psikomotor ini berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan
gerakan tubuh atau bagian-bagianya. Gerak yang dimaksud disini mulai dari gerak
yang sederhana sampai yang lebih komplit. Hamid (2009) menambahkan bahwa
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu gerakan refleks, gerakan
dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi
nondiskursif. Mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
ini adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika,
biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain kegiatan belajar yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/ lapangan dan
praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah
kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit jika dibandingkan dengan ranah
psikomotor.
Dalam penilaian ranah psikomotor ini juga digunakan suatu instrument.
Sehingga perlu dibuatkan kisi-kisi dalam ranah psikomotor ini. Kisi-kisi
merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi
merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan

18
menghasilkan soal yang isi dan tingkatkesulitannya relatif sama. Selain itu acuan
yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi psikmotor ini juga menggunakan kata-
kata operasional, adapun bentuk kata kerja operasional pada ranah psikomotor
dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 4. Kisi-kisi instrumen ranah Psikomotor


No Level Kata Operasional Contoh
1 Mengamati (observe) Terampil melakukan Contoh pernyataan pada
pengamatan, memilih, lembar observasi:
menjelaskan, Siswa terampil dalam
mendeteksi, mengamati sel pada
membedakan, mikroskop. Siswa terampil
mengidentifikasi, mengidentifikasi jenis daun
mengisolasi, dll berdasarkan bentuknya.
2 Bereaksi (react) Bereaksi, memberi Contoh pernyataan pada
reaksi, berpengaruh, lembar observasi:
menentang, dll Siswa langsung mengerjakan
tugas ketika guru memberikan
tugas.
3 Bertindak (act) menjelaskan, Contoh pernyataan pada
mendemostrasikan, lembar observasi:
melanjutkan, dll Siswa mendemonstrasikan
instruksi guru dengan benar
pada praktek biologi. Siswa
menjelaskan dengan benar
secara lisan dan
mendemostrasikan cara
mencangkok tanaman.
4 Mengadaptasi (adapt) mengadaptasi, Contoh pernyataan pada
mengubah, mengatur lembar observasi:
ulang, reorganisasi, Siswa terampil mengatur
merevisi, bervariasi, fokus pada mikroskop.
dll Siswa terampil menyiapkan

19
preparat basah untuk
mengamati sel.
5 Membuktikan Menunjukkan, Contoh pernyataan pada
(authenticate) menampilkan, dll lembar observasi:
Siswa terampil menunjukkan
adanya perbedaan antara sel
hewan dengan sel tumbuhan
melalui kegiatan praktkum.
Siswa mampu menampilkan
pembuktian adanya peristiwa
respirasi dan fotosintesis pada
tumbuhan
6 Menyelaraskan Mencocokkan, Contoh pernyataan pada
(harmonize) mempadukan, lembar observasi:
membuat jadi Siswa mampu mengerjakan
seimbang, berpadanan, praktikum dari perencanaan
dll
7 Memperbaiki Mengubah, mengelola, Contoh pernyataan pada
(improvise) dll lembar observasi:
Siswa mampu dan terampil
mengelola suatu lahan tandus
menjadi lahan yang subur.
Siswa mampu dan terampil
mengubah suatu ekosistem
kecil yang rusak menjadi
ekosistem yang baik.
8 Berinovasi (innovate). Perubahan yang baru, Contoh pernyataan pada
memperbarui, lembar observasi: Siswa
menunjukkan sesuatu menerapkan suatu
yang baru, dll pengembangan metode baru
dalam membuktikan adanya
peristiwa fotosintesis.

20
B. Validitas Instrumen
Hasil uji instrumen penilaian dilakukan validitas dan reliabilitas agar dapat
dijadikan alat ukur yang betul-betul berkualitas dan sahih sesuai kemapuan siswa.
Validitas berhubungan dengan kemampuan dalam mengukur ketepatan sesuatu
yang ingin diukur. Tes yang valid adalah tes yang mengukur dengan tepat keadaan
yang ingin diukur. Sebalikanya, tes dikatakan tidak valid bila digunakan untuk
mengukur suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan tes tersebut.
1. Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
ukur itu dapat mengukur apa yang hendak diukur (Anastasi dan Urbina dalam
Lufri dan Ardi, 2017). Validitas adalah penafsiran skor tes seperti yang tercantum
pada tujuan oenggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes digunakan
ditafsirkan lebih dari satu makna, maka setia penafsiran atau pemaknaan harus
divalidasi (Standard dalam Mardapi, 2012). Suatu tes dikatakan memiliki validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu
instrumen untuk mengukur apa yang harus diukur. Oleh karena itu, validitas
suatu instrumen berhubungan dengan tingkat akurasi dari suatu alat ukur
mengukur apa yang akan diukur.

2. Macam-macam Validitas
Arikunto (2013) secara garis besar membagi validitas pada suatu instrument
menjadi dua, yaitu :
1. Validitas Logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” yang berasal dari kata
‘logika” yang berarti penalaran. Dengan demikian validitas logis untuk sebuah
instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam
validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu validitas isi
dan validitas konstruk.

21
a) Validitas Isi
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu
yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata
lain validitas isi menunjukkan sejauh mana tes yang dipakai benar-benar
mengukur penguasaan matei yang terdapat di dalam kurikulum. Di dalam
validitas isi, tes itu valid apabila butir-butir tes itu mencerminkan
keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya
dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan
melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu
sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang
seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu
tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi
dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes.
b) Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa
yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah ditetapkan. Proses validasi konstruk sebuah
instrumen dilakukan melalui penelaahan pakar atau melalui penilaian
sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi
atau konten dari variabel yang hendak diukur.
2. Validitas Empiris
Istilah “validitas empiris ” memuat kata “empiris” yang artinya
“pengalaman.” Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris disebut juga validitas
kriteria. Validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal
maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu
sendiri yang menjadi kriteria, sedang kriteria eksternal adalah hasil ukur
instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria.

22
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas
internal sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal
disebut validitas eksternal. Validitas empiris diperoleh melalui hasil uji coba
tes kepada responden yang setara dengan responden yang akan dievaluasi atau
diteliti.
Validitas empiris terdiri atas dua jenis yaitu:
a) Validitas “ada sekarang”
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Jika istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan.
Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman.
Pengalaman selalu mengenai hal yang teah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada. Dalam membangdinkan hasil
sebuah tes maka diperlukn suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil
tes merupakan sesuatu yang dibangdingkan.
b) Validitas prediksi
Memprediksi artinya meramal. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk
Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu
meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang
akan datang.

3. Cara menghitung validitas


Validitas instrumen mencakup validitas tiap item / butir soal dan validitas
keseluruhan instrumen. Untuk dapat menyusun instrumen yang valid, maka
penyusun instrumen harus sadar bahwa uang akan diketahui adalah sejumlah
kemampuan, keterampilan, nilai, sikap maupun kepribadian dan latar belakang
lainnya yang sesuai dengan tujuan suatu kegiatan sedangkan instrumen yang
disusun hendaklah mewakili baik aspek yang diukur, maupun besaran untuk tiap-
tiap aspeknya.

23
Validitas instrumen dapat diketahui dengan jalan mencari korelasi hasil
instrumen itu dengan kriterium atau melakukan analisis butir. Untuk dapat
menggunakan formula yang tepat dalam menentukan validitas suatu instrumen
maka perlu ditentukan terlebih dahulu tipe data yang dikumpulkan melalui
instrumen itu.
Apabila data yang didapat adalah data interval maka dapat digunakan rumus
korelasi Product Moment yaitu:
a. Rumus untuk skor kasar
𝑁𝛴𝑋𝑌 − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁𝛴𝑋 2 − (𝛴𝑋)2 } {𝑁𝛴𝑌 2 − (𝛴𝑌 2 )}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
X = Variabel X
Y = Variabel Y
b. Rumus skor deviasi
𝛴𝑋𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝛴𝑋 2 )(𝛴𝑌 2 )
Keterangan:
rxy =koefisien korelasi
Σxy = jumlah perkalian deviasi masing-masing skorX dan Y
ΣX2 = jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor X dari rata-rata X
ΣY2 = jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor Y dari rata-rata Y

4. Cara Menentukan Validitas Tiap Butir Soal


Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan berhubungan erat
dengan validitas tiap butir soal tersebut. Validitas butir soal dicari dalam
hubungannya dengan skor total tiap individu yang ikut serta dalam evaluasi.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
a. Skor suatu instrumen dengan baik dan teliti. Untuk individu yang benar diberi
angka 1, sedangkan yang salah diberi angka 0.
b. Jumlahkan skor total untuk tiap individu.

24
Perhatikan contoh berikut:
Peserta ujian 8 orang dengan jumlah soal 10 buah. Hasil setelah di skor
sebagai berikut:

Tabel 5. Skor peserta ujian


Butir soal (X) Skor
Sampel total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Y)
A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
B 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5
C 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4
D 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5
E 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6
F 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4
G 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7
H 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
Jumlah 5 5 5 3 7 6 4 4 4 4 47

c. Gunakan rumus korelasi Product Moment


Tabel pesiapan untuk uji validitas soal nomor 5

Tabel 6. Tabel pesiapan untuk uji validitas soal nomor 5


Sampel X Y X2 Y2 XY
A 1 8 1 64 8
B 1 5 1 25 5
C 0 4 0 16 0
D 1 5 1 25 5
E 1 6 1 36 6
F 1 4 1 16 4
G 1 7 1 49 7
H 1 8 1 64 8
Jumlah 7 47 7 295 48

25
Selanjutnya masukkan ke dalam rumus:

𝑁𝛴𝑋𝑌 − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁𝛴𝑋 2 − (𝛴𝑋)2 } {𝑁𝛴𝑌 2 − (𝛴𝑌 2 )}
8.48 − (8)(48)
𝑟𝑥𝑦 =
√{8.7 − (7)2 } {8.289 − (472 )}
15
𝑟𝑥𝑦 =
32,51

𝑟𝑥𝑦 = 0,461

r tabel pada dk = N-2 = 6, pada taraf signifikan 5% adalah 0,707, pada taraf
signifikan 1% adalah 0,804 (tabel nilai koefesien “r” product moment”).

Dengan memperhatikan koefisien korelasi yang didapat, jika rxy besar dari
r tabel maka butir soal tersebut valid, tetapi jika rxy lebih kecil dari r tabel maka butir
soal tersebut tidak valid. Berdasarkan contoh di atas maka butir soal nomor 5
tidak valid.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang
akan dibuat. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang
lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.
2. Instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis
maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen dapat dibagi
menjadi dua macam, yakni tes dan non tes. Agar pengukuran yang
dilakukan sesuai dengan apa yang hendak diukur, maka alat ukur tersebut
harus punya ukuran yang standar agar mendapatkan hasil yang tepat atau
valid.
3. Validitas mempunyai arti Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Oleh karena itu, validitas suatu instrumen berhubungan
dengan tingkat akurasi dari suatu alat ukur mengukur apa yang akan
diukur. Validitas secara garis besar terdiri atas 2 macam yaitu validitas
logis yang mevakup validitas isi dan validitas konstruk, dan validitas
empiris yang mencakup validitas pengukuran serempak dan validitas
ramalan.

B. Saran
Saran dari penulis kiranya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran
baik penulis, pembaca khususnya siswa dan guru didalam meningkatkan proses
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne, dan Urbina, Susana. (1997). Psychological testing. Seventh


edition. Upper saddle River, Nj: Prentice Hall Inc.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto Suharsimi. 2013. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hamid, Huzaifah. 2009. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif,
dan Psikomotorik.(Online). Avaitable at
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-
dan-psikomotorik, diakses tanggal 20 Februari 2018.

Listyawati, M. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di


SMP. Journal of Innovative Science Education, 1(1), 62–69.
Mardapi Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurgiyantoro, B. (2004). Penilaian Pembelajaran Sastra Berbasis Kompetensi.
Diksi, 1J(1), 91–116.
Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Thorndike, Robert L dan Hagen, Elizabeth P. (1977). Measurement and
evaluation in psychology and education. 4 th edition. New York: Jhon
Wiley & Sons.

28

Anda mungkin juga menyukai