Anda di halaman 1dari 12

Vol.

5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS


(KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI) PADA
TEMA EKOSISTEM SISWA KELAS V SD

I.G.W. Antara1, I.B.P. Arnyana2, I.G. margunayasa3


123
Program Studi Pendidikan Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Denpasar, Indonesia

e-mail: wisnu.antara@undiksha.ac.id1 , putu.arnyana@undiksha.ac.id2 ,


igede.margunayasa@undiksha.ac.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari pengembangan
instrumen keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) IPA pada kelas V SD di Gugus VI Kecamatan
Penebel. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau research and development
dengan tahapan 4D, terdiri dari 4 tahap yaitu define, design, develop dan desimination. Namun pada
tahap desimination tidak dilaksanakan karena situasi kesehatan masyarakat dengan adanya
pandemic Covid 19. Pada tahapan ini menghasilkan instrumen keterampilan berpikir tingkat tinggi
dalam bentuk pilihan ganda, yang kemudian divalidasi oleh tim ahli yang selanjutnya diujicobakan
pada siswa. Berdasarkan hasil validasi ahli terhadap aspek materi, konstruksi, dan bahasa, instrumen
dinyatakan valid dengan kategori sangat baik. Validitas isi tes melalui uji ahli menggunakan analisis
CVR memperoleh hasil valid untuk semua soal. Hasil validitas butir dengan rumus point biserial
memperoleh semua butir soal memiliki rhitung > rtabel sehingga semua butir soal dinyatakan valid. Hasil
uji reliabilitas tes memperoleh nilai sebesar 0,91 berada pada rentang 0,80 < r 1.1 < 1,00 atau pada
kategori derajat reliabilitas yang sangat tinggi. Jadi Instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) yang dikembangkan telah valid dan reliabel untuk dapat digunakan dalam mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Kata Kunci : Instrumen; Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS); Pembelajaran IPA

Abstract
This study aims to determine the validity and reliability of the development of the instrument of
higher order thinking skills (HOTS) of Science in class V SD in Cluster VI, Penebel District. This type
of research is research and development or research and development with 4D stages, consisting of 4
stages, namely define, design, develop and desimination. However, the desimination stage was not
carried out due to the public health situation with the Covid 19 pandemic. At this stage it produced an
instrument of higher order thinking skills in the form of multiple choices, which was then validated by a
team of experts which was then tested on students. Based on the results of expert validation on the
material, construction, and language aspects, the instrument was declared valid in the very good
category. The validity of the test content through expert testing using CVR analysis obtained valid
results for all questions. The results of the validity of the items with the point biserial formula obtained
that all items had rcount> rtable so that all items were declared valid. The reliability test results obtained a
value of 0.91 in the range 0.80 <r1.1 <1.00 or in the category of very high degrees of reliability. So the
instrument for assessing higher order thinking skills (HOTS) that has been developed has been valid
and reliable to be used in measuring students' higher order thinking skills.

Keywords : Instruments; High Level Thinking Skills (HOTS); Science learning

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 246


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

PENDAHULUAN abad. IPA juga sering disebut sebagai ilmu


Pendidikan di dunia ini sangat universal, yang mendasari perkembangan
berperan dalam membangun kualitas teknologi modern saat ini, serta
sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam berbagai
sangatlah penting untuk mendewasakan disiplin dan mamajukan daya pikir
pemikiran seseorang guna untuk manusia. Keterampilan dalam berpikir
mencapai kesempurnaan dalam diri memiliki peran yang sangat penting dalam
seseorang tersebut. Dalam Undang- keberhasilan IPA itu sendiri.
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Menyadari pentingnya Pendidikan
sistem pendidikan nasional menyatakan IPA tersebut pada jenjang sekolah dasar,
bahwa pendidikan adalah usaha sadar aktivitas berpikir harus dibarengi dengan
dan terencana untuk mewujudkan aktivitas belajar. Belajar dikatakan berhasil
suasana belajar dan proses pembelajaran apabila dapat melalui berbagai macam
agar peserta didik secara aktif aktivitas, baik aktivitas fisik maupun
mengembangkan potensi dirinya untuk mental. Hal ini sejalan dengan pernyataan
memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, Mariana (2009) yang menyatakan bahwa
pengendalian diri, kepribadian, peran dari SAINS atau IPA ialah
kecerdasan, akhlak mulia serta memberikan pencerahan (enlighten)
keterampilan yang diperlukan dirinya, kepada manusia, maka dari itu SAINS
masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam atau IPA ini dikatakan sebagai power of
kurikulum 2013 diberbagai jenjang investigation. Guru dalam kelas memiliki
pendidikan termuat berbagai muatan peran penting dalam mengatur dan
pelajaran, diantaranya PKN, IPA, IPS, memotivasi siswa untuk berpikir tingkat
Bahasa Indonesia, dan SBDP. tinggi. Karena dengan menumbuhkan
Dalam kurikulum 2013, proses keterampilan siswa untuk berpikir, maka
pembelajaran IPA dapat dilaksanakan akan membantu siswa dalam bidang
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) kognitifnya. Dapat dikatakan bahwa
untuk menumbuhkan keterampilan pembelajaran IPA itu sangat bermanfaat
berpikir, dan dapat mengubah kondisi sekali bagi siswa tersebut, karena IPA
belajar peserta didik yang pasif menjadi mengajarkan mengenai diri sendiri dan
aktif. Pembelajaran IPA diharapkan dapat lingkungan sekitar.
mendorong peserta didik memenuhi Namun pada kenyataannya, kualitas
kemampuan abad 21 dan salah satu Pendidikan IPA di Indonesia belum bisa
kemampuan tersebut adalah keterampilan dikatakan mengalami peningkatan atau
belajar dan berinovasi yang meliputi perubahan. Melihat hasil evaluasi yang
berpikir secara kritis. bertujuan untuk mengetahui daya saing
Melihat pentingnya pembelajaran akademik peserta didik di Indonesia
IPA diberikan kepada peserta didik, secara global yaitu hasil penilaian
Menurut Donosepoetro (Trianto, 2012:13) berskala internasional seperti Programme
“Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar for International Student Assessment
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap (PISA) dan Trends in International
ilmiah. IPA dipandang pula sebagai Mathematics and Science Study (TIMSS).
proses, sebagai produk dan sebagai Programme for International Student
prosedur”. Sementara itu Laksmi dkk Assessment (PISA) sebagai program yang
(dalam Trianto, 2012:137) mengatakan dilaksanakan oleh OECD pada tahun 2018
bahwa “IPA hakikatnya merupakan suatu telah melakukan penelitian untuk melihat
produk, proses, dan aplikasi”. Sejalan kemampuan literasi membaca,
dengan hal tersebut menurut (Samatowa, matematika, dan sains siswa berumur 15
2010) menyatakan bahwa IPA pada tahun di 79 negara. Hasil penelitian
hakikatnya memiliki dua dimensi penting tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
didalamnya yaitu IPA sebagai produk dan literasi sains anak Indonesia berada di
IPA sebagai proses. IPA sebagai produk peringkat 74 dengan skor 396 dari 79
merupakan kumpulan hasil kegiatan negara, dimana hampir semua siswa
empirik dan kegiatan analitik yang Indonesia hanya menguasai pelajaran
dilakukan para ilmuwan selama berabad- sampai level 3 saja dari 6 level, sementara

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 247


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

siswa di negara maju maupun merupakan gambaran dari proses berpikir


berkembang menguasai pelajaran sampai rasional, sedangkan berpikir kompleks
level 4, 5, bahkan 6. disebut juga proses berpikir tingkat tinggi
Melihat hasil penelitian yang sama yang dikenal dengan High Orders Thinking
dilakukan oleh Trends in International Skills (HOTS).
Mathematics and Science Study (TIMSS) Sejalan dengan hal tersebut
yang menunjukkan kemampuan Anderson dan Krathworl (2001) didalam
matematik peserta didik kelas IV dan kelas Taksonomi Bloom keterampilan berpikir
VIII SMP/MTs tahun 2015 Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan
berada di urutan ke-45 dari 50 negara berpikir tingkat rendah (Lower Order
dengan skor 397 poin. Untuk IPA (Sains), Thinking Skill / LOTS) dan keterampilan
Indonesia memperoleh skor yang sama berpikir tingkat tinggi (Higher Order
sebesar 397 poin berada pada urutan 45 Thinking Skill / HOTS). Keterampilan
dari 48 negara. Sementara Singapura berpikir tingkat rendah melibatkan
berada pada peringkat pertama dengan beberapa indikator diantaranya
skor 567 (Kemendikbud, 2015). Survei ini kemampuan mengingat (C1), memahami
dilakukan setiap empat tahun sekali. Suvei (C2), dan menerapkan (C3). Sedangkan
dilakukan pertama kali pada tahun 1999 dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi
dan terakhir kali pada tahun 2019. Untuk melibatkan beberapa indikator diantaranya
survei TIMSS 2019 ini, sampai dengan kemampuan analisis dan sintesis (C4),
dilakukannya penelitian oleh penulis, mengevaluasi (C5), dan mencipta atau
bahwa hasilnya belum pernah kreativitas (C6). Dengan keterampilan
dipublikasikan. berpikir tingkat tinggi yang diberikan
Ada beberapa hal penting yang kepada peserta didik ini akan dapat
mengakibatkan rendahnya kualitas melatih kemampuan dalam menguasai
pendidikan IPA diantaranya keterampilan konsep secara merata dan dicerna
berpikir siswa. Ketidakberhasilan dengan baik, sehingga siswa tidak hanya
mempelajari IPA dipengaruhi oleh objek menghafal materi yang diberikan namun
IPA yang merupakan objek abstrak dan namun siswa akan dapat menganalisis,
kesulitan guru dalam mengelola dan mensintesis, mengevaluasi, dan
menyampaikan materi ajar sehingga mengkreasi suatu konsep dengan baik.
menghasilkan ketidakbermaknaan belajar Dengan konsep yang telah dipahami
bagi para siswa. Selain itu, pembelajaran tersebut akan lebih lama melekat pada
IPA di Indonesia seringkali menuntut ingatan siswa. Sehingga sangat baik dan
siswa untuk banyak mempelajari konsep penting sekali bagi siswa untuk memiliki
dan prinsip secara hapalan seperti keterampilan HOTS ini
menghapal perubahan yang terjadi di alam Dalam proses pembelajaran guru
dan hubungannya dengan penggunaan dapat melatih siswa untuk berpikir tingkat
sumber daya alam (SDA). tinggi, kususnya dalam mata pelajaran
Menurut Lufri (2005) menyatakan IPA, pembelajaran IPA diberikan dengan
bahwa pembelajaran akan menjadi hidup dibarengi keterampilan HOTS akan
dan menarik bila pembelajaran tersebut menjadikan pembelajaran lebih bermakna
mampu menggerakkan atau mengaktifkan bagi peserta didik. Dalam pembelajaran
daya pikir siswa. Kebosanan yang dialami IPA guru dapat melatih keterampilan
peserta didik dalam proses pembelajaran berpikir peserta didik dengan mengajak
IPA sebagian besar disebabkan oleh peserta didik melakukan sebuah
faktor didaktik, sehingga implikasinya eksperimen. Dengan melakukan
terhadap keterampilan berpikir peserta eksperimen dalam pembelajaran IPA, guru
didik menjadi rendah yang pada akhirnya memberikan siswa untuk menggali dan
bermuara ke hasil belajar peserta didik. menemukan sendiri hipotesa yang ingin di
Berdasarkan proses berpikir Novak cari, dengan demikian keterampilan
(Tawil & Liliasari, (2013) menyatakan berpikir siswa akan menjadi terlatih,
bahwa berpikir dapat dikelompokkan sehingga nantinya akan tumbuh
menjadi dua yaitu berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
berpikir kompleks. Proses berpikir dasar

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 248


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

Namun pada kenyataannya, proses mendorong siswa untuk berpikir lebih


pembelajaran selama ini kurang mendalam terhadap suatu permasalahan
mengembangkan keterampilan berpikir Kemudian juga dilakukan observasi
peserta didik termasuk keterampilan melalui metode luar jaringan yang diambil
metakognitif. Proses pembelajaran lebih beberapa sampel siswa kelas V di setiap
diarahkan pada kemampuan siswa dalam sekolah dasar di Gugus VI Kecamatan
menghafal informasi dimana otak peserta Penebel, Kabupaten Tabanan, dengan
didik dipaksa untuk mengingat dan pendampingan oleh guru kelasnya
menimbun informasi tanpa memahami masing-masing, kegiatan observasi
informasi tersebut. Akibatnya, ketika dengan siswa yang terbatas ini diadakan
peserta didik lulus, mereka hanya pintar karena adanya dampak pandemi COVID-
dalam teori namun kurang dalam hal 19 sehingga siswa dilarang untuk datang
pengaplikasiannya karena peserta didik ke sekolah, serta kebetulan di gugus VI
kurang diajarkan untuk menggunakan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan
pemikirannya dalam memecahkan sebuah ini guru diwajibkan tetap hadir di sekolah
permasalahan. Hal ini sejalan dengan untuk memberikan tugas kepada siswa,
pendapat Hidayati, dkk (2017) yang siswa dipersilahkan untuk datang ke
menyatakan bahwa guru masih bingung sekolah selama kurang lebih 10 menit
bagaimana melatih siswa sekolah dasar secara begantian untuk melakukan
untuk dapat berpikir tingkat tinggi. kegiatan bersih-bersih di halaman
Dengan permasalahan diatas, hal sekolah, dengan hasil observasi adalah
tersebut juga terjadi di Gugus Vi (1) masih banyak siswa yang mengatakan
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, bosan dengan pembelajaran yang
dengan wawancara online yang dilakukan diberikan oleh guru, pemebalajaran yang
terhadap guru kelas V dan siswa kelas V diberikan oleh guru msaih bersifat
didapatkan hasil, (1) Kemampuan guru monoton atau tidak bervariasi, (2) siswa
dalam menyusun tes HOTS atau hanya belajar duduk dan menjawab, tanpa
keterampilan berpikir tingkat tinggi masih ada kegiatan yang menarik atau melatih
terbatas. (2) Guru kurang memperhatikan keterampilan berpikir siswa dimana guru
tuntutan KI, KD dan indikator yang ada hanya mengajarkan IPA dengan
pada materi yang akan dibelajarkan dan pembelajaran berpusat pada guru tanpa
dibuatkan tes hasil belajar, sehingga melatih bagaimana cara berpikir siswa
pencapaian kemampuan dari C1-C6 tidak tersebut. (3) siswa kurang bersemangat
lagi diperhatikan oleh guru. (3) Siswa dalam menjawab soal yang diberikan oleh
belum dapat mengaplikasikan konsep guru, karena tipe soal atau tes yang
pelajaran ke dalam kehidupan mereka, ini diberikan oleh guru, modelnya tidak
dikarenakan keterampilan berpikir siswa berubah dari sebelum-sebelumnya. Serta
yang belum bisa mengaitkan materi-materi tes yang dibuat belum memiliki kriteria
yang diberikan dengan kehidupan nyata keterampilan berpikir tingkat tinggi HOTS.
yang dialaminya. (4) Guru belum memiliki (4) Siswa belum bisa menentukan
dan belum pernah menyusun tes HOTS, keterkaitan antara konsep IPA yang satu
Guru hanya mendapat soal IPA melalui dengan konsep IPA yang lainnya. (5)
internet. (5) Guru hanya melihat dan Siswa tidak dapat menjelaskan kembali
memeriksa jawaban akhir dari siswa dan tentang konsep materi pembelajaran yang
tanpa ingin tahu bagaimana siswa telah dipelajari, hal ini disebabkan karena
menjawab soal tersebut, soal yang minimnya pengetahuan dan kemampuan
digunakan pada umumnya soal yang berpikir siswa dalam mencari pokok
langsung menggunakan rumus tanpa persoalan yang diberikan sehingga siswa
proses analisa soal terlebih dahulu. Soal mengalami kesulitan dalam penyampain
yang digunakan masih kurang sesuai materi yang sudah diajarkan. (6) Siswa
dengan kriteria soal untuk mengukur masih dituntun dalam menyelesaikan
keterampilan berpikir tingkat tinggi HOTS suatu persoalan atau melakukan
IPA. (6) guru menyadari pertanyaan- percobaan, jadi siswa kurang memiliki
pertanyaan yang diberikan kepada siswa inisiatif diri ketika hendak belajar.
masih bersifat faktual sehingga jarang

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 249


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

Berdasarkan fakta permasalahan menuntut peserta didik berpikir yang tidak


yang ditemui di gugus VI, Kecamatan hanya sekedar mengingat, tetapi juga
Penebel, Kabupaten Tabanan, maka perlu menganalisis, mengevaluasi bahkan
dilakukan perbaikan dan pembaharuan mencipta. Selain itu Hernawan, (2018)
dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dalam penelitiannya menunjukkan analisis
dicapai dengan menerapkan sebuah kebutuhan (need assseement) instrumen
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, asesmen berpikir kritis adalah 80%. Salah
yang mampu menuntut siswa untuk satu penyebabnya adalah guru tidak
terlibat langsung dalam pembelajaran membuat instrumen asesmen berpikir
sehingga muncul keterampilan berpikir kritis, instrumen asesmen yang dibuat oleh
tingkat tinggi dalam diri siswa. Serta salah guru masih terbatas pada tingkat
satu alternatif juga dengan adanya pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2),
perubahan dan pelatihan kepada guru belum mengukur keterampilan berpikir
mengenai pembaharuan mengenai cara kritis, dan instrumen asesmen
menyusun soal atau instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis siswa belum
yang sesuai dengan permasalahan pernah dikembangkan oleh guru.
tersebut, misalnya dengan Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
mengembangkan tes keterampilan berpikir Kristianto, (2019) mengatakan bahwa
tingkat tinggi kususnya dalam sekolah sadar betul tentang pentingnya
pembelajaran IPA, sehingga dengan pengembangan kemampuan berpikir
adanya pelatihan mengenai instrumen ini, tingkat tinggi siswa untuk daya saing.
guru akan memahami dan merancang Guru-guru disekolah juga sudah mengikuti
sebuah instrumen yang dapat melatih workshop atau seminar mengenai
pemikiran siswa menjadi berubah dan pengembangan soal dan penilaian HOTS,
memiliki sebuah konsep dalam namun pelaksanaanya belum sepenuhnya
memecahkan suatu permasalahan. optimal. Mengingat soal ulangan harian,
Menurut Ramos, Dolipas, dan Villamor. ataupun soal penilaian kenaikan kelas
Guru masih belum mempersiapkan masih pada ranah C1 sampai C3 saja,
instrumen tes pada pembelajaran IPA terdapat C4 namun tidak banyak.
dengan baik serta instrumen yang disusun Di negara-negara maju saat ini,
belum memiliki keterampilan HOTS, berkomitmen untuk meningkatkan cara
sehingga masih banyak ditemukan berpikir tingkat tinggi (high order thinking),
ketidaksesuaian pengukuran yang sedangkan pengetahuan konseptual
dilakukan oleh guru, serta dalam cenderung dikurangi. Hal ini berbeda
mengukur keterampilan berpikir tingkat dengan di Indonesia yang masih
tinggi belum pernah diterapkan kepada menekankan pada konsep pengetahuan.
peserta didik, yang nantinya Kelemahannya adalah banyak ditemui
mengakibatkan rendahnya keterampilan bahwa nilai ujian nasional siswa di
berpikir siswa dalam menjawab soal. Indonesia tinggi tetapi ketika dalam
Permasalahan tersebut juga kehidupan nyata menghadapi suatu
didukung dengan penelitian yang telah masalah, mereka tidak tahu bagaimana
dilakukan sebelumnya oleh Rusdianto cara untuk mengatasi masalah tersebut.
(2020) yang menyatakan bahwa Berdasarkan fakta permasalahan tersebut,
Jarangnya guru memberikan soal-soal maka perlu dilakukan perbaikan dan
yang menuntut kemampuan berpikir pembaharuan dalam pembelajaran,
tingkat tinggi kepada peserta didik. Serta memberikan pelatihan bagi guru dalam
Khan dan Inamullah Rusdianto, (2020) menyusun dan mengembangkan
yang menyatakan “guru lebih banyak instrumen atau tes untuk melatih
memberikan soal-soal LOT kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan
peserta didik dari pada soal-soal yang juga bagaimana cara mengembangkan
HOT”. Peserta didik tingkat sekolah dasar instrumen yang valid dan reliabel.
seharusnya mulai dilatih berpikir tingkat Berdasarkan hal tersebut dilakukan
tinggi sesuai dengan usia mereka. Salah penelitian pengembangan yang bertujuan
satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui instrumen penilaian
adalah memberikan soal-soal yang keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 250


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

pembelajaran IPA siswa kelas V yang menggunakan model 4D yang terdiri dari
valid dan reliabel. empat tahapan pengembangan yaitu
tahap pendefinisian (define), tahap
METODE perancangan (design), tahap
Metode penelitian yang digunakan pengembangan (develop), dan tahap
adalah metode penelitian dan penyebaran (disseminate). Namun tahap
pengembangan atau Research and penyebaran (disseminate) tidak dapat
Development (R&D). Produk yang dilaksanakan karena kondisi dan situasi
dikembangkan yaitu instrumen pandemic Covid-19.Subjek penelitian
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada pengembangan instrumen adalah dosen
pembelajaran IPA siswa kelas V SD ahli, guru (sebagai praktisi), dan siswa
Gugus VI Kecamatan Penebel pada Tema kelas V SD Gugus VI Kecamatan Penebel.
Ekosistem. Penelitian ini menggunakan Berikut ini tabel distribusi subjek
model pengembangan yang mengikuti alur penelitian.
dari Thiagarajan (1974), yaitu

Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian


No Subjek Jumlah
1 Dosen Ahli 2
2 Guru Kelas V SD 3
3 Siswa Kelas V SD 50
Banyaknya subjek penelitian 55

Pengumpulan data yang digunakan digunakan untuk mengumpulkan data


dalam penelitian ini adalah data keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
keterampilan berpikir tingkat tinggi. tes pilihan ganda (obyektif). Teknik
Instrumen yang pengumpulan data disajikan pada Tabel
berikut.:

Tabel 2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


No Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen
1 Validitas 1. Pernyataan berupa saran dan masukan dari Tes Obyektif
dosen ahli
2. Uji coba di kelas terbatas
2 Reliabilitas Uji Coba dengan menggunakan reponden Tes Obyektif
siswa sebanyak 50 siswa kelas V di Gugus VI
Kecamatan Penebel

Uji validitas yang dicari adalah jawaban yang diharapkan, materi yang
validitas isi dan validitas butir dari ditanyakan harus sesuai dengan tujuan
instrumen yang dibuat. Uji validitas isi pengukuran, dan materi yang ditanyakan
menggunakan analisis Content Validity harus sesuai dengan jenjang dan jenis
Ratio (CVR), formula ini digunakan karena sekolah atau tingkat kelas. Pada aspek
dalam penelitian ini melibatkan lima pakar konstruksi soal menggunakan kata
dengan alternatif penskoran (relevan dan tanya/perintah yang menuntut jawaban
tidak relevan). Menurut Lawshe (1975), terurai, ada petunjuk yang jelas tentang
menurut Lawshe (1975) dengan rumus cara mengerjakan soal, setiap soal harus
𝑁
𝑛𝑒− ada pedoman penskorannya, dan tabel,
2
sebagai berikut: 𝑅 = 𝑁 , gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
Selanjutnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan
2
peneliti melakukan analisis validitas isi dari berfungsi. Pada aspek bahasa rumusan
aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek kalimat soal harus komunikatif,
bahasa. Pada aspek materi soal harus menggunakan bahasa Indonesia yang
sesuai dengan indikator, setiap baik dan benar, tidak menimbulkan
pertanyaan harus diberikan batasan penafsiran ganda, tidak menggunakan

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 251


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

bahasa yang berlaku setempat/tabu, dan Validitas dari aspek materi, konstruksi dan
tidak mengandung kata/ungkapan yang bahasa di analisis menggunakan rumus
menyinggung perasaan peserta didik. skala lima sebagai berikut :

Tabel 3. Skala Lima Instrumen


Rentang Skor Klasifikasi / Predikat
Mi + 1,5 SDi X Mi + 3,0 SDi Sangat baik/Sangat tinggi
Mi + 0,5 SDi X < Mi + 1,5 SDi Baik/Tinggi
Mi - 0,5 SDi X < Mi + 0,5 SDi Cukup/Sedang
Mi - 1,5 SDi X < Mi – 0,5 SDi Tidak baik/Rendah
Mi – 3,0 SDi X < Mi - 1,5 SDi Sangat tidak baik/Sangat rendah
(Sumber: dimodifikasi dari Koyan, 2012)
Setelah memperoleh hasil validasi isi 1. Tahap Pendefinisian (Define).
dari tes penilaian keterampilan proses Tahap pendefinisian bertujuan untuk
sains maka draf II yang telah direvisi akan menetapkan dan mendefinisikan syarat-
diujicobakan kepada 50 orang siswa dan syarat pembelajaran. Kegiatan yang
diukurlah tingkat validitas butir soal dan dilakukan dalam tahap pendefinisian,
reliabilitas dari tes tersebut. meliputi analisis awal-akhir, analisis siswa,
Uji validitas butir menggunakan analisis konsep, analisis tugas dan
rumus korelasi yang digunakan untuk spesifikasi tujuan pembelajaran. Kegiatan
menguji data yang berbentuk dikotomi analisis awal-akhir dilakukan untuk
adalah teknik korelasi point biserial, menetapkan masalah dasar yang
dengan rumus sebagai berikut 𝑟𝑝𝑏i = diperlukan dalam pengembangan
𝑀𝑃− 𝑀𝑡 𝑝, suatu butir tes dinyatakan valid instrumen tes kemampuan berpikir tingkat
𝑆
√ 𝑞 tinggi. Pada tahap ini dilakukan telaah
𝑡

jika rhitung lebih besar daripada rtabel terhadap kompetensi dasar (KD) kelas V
dengan taraf signifikansi atau taraf semester I serta materi yang sudah
kekeliruan 5% (rhitung > rtabel dengan t.s. diberikan oleh sekolah khususnya dalam
5%). materi IPA pada tema ekosistem sehingga
Sedangkan analisis reliabilitas memudahkan langkah awal dalam
menggunakan 50 siswa kelas V di gugus mengembangkan intrumen pengukuran
VI Kecamatan Penebel, dengan metode atau tes-tes kemampuan berpikir tingkat
DARING (dalam Jaringan) melalui google tinggi yang sesuai untuk dikembangkan.
form. Menurut Candiasa (2010) untuk Selanjutnya analisis konsep adalah
mengetahui reliabilitas tes maka mengidentifikasi, merinci dan menyusun
digunakan rumus KR 21. Adapun Rumus secara sistematis konsep-konsep topik
KR 21 yang dimaksud adalah: r11 = 𝑘 disesuaikan dengan materi IPA yang
𝑘−1 diujikan di kelas V semester I. Salah satu
𝑀𝑡 (𝑘− 𝑀𝑡 )
{1 − } (Candiasa, 2010). kegiatan dalam analisis konsep ini adalah
𝑘 . 𝑆2𝑡
mencari dan membaca referensi kerangka
kerja pengukuran kemampuan berpikir
HASIL DAN PEMBAHASAN tingkat tinggi, kemudian tak lupa untuk
Hasil dari penelitian pengembangan membaca buku-buku IPA SD kelas V
ini berupa instrumen penilaian berbentuk semester I yang mendukung penyusunan
soal obyektif yang digunakan untuk instrumen keterampilan berpikir tingkat
menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi tinggi.
(HOTS) pada pembelajaran IPA. Selanjutnya analisis tugas adalah
Pengembangan instrumen penilaian mengidentifikasi keterampilan dasar yang
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dimiliki siswa tentang topik yang diujikan.
sains terdiri dari 3 tahapan, yaitu tahap Analisis ini digunakan untuk memunculkan
pendefenisian (define), tahap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
perencanaan (design), tahap kelas V SD. Pemilihan soal ini disesuaikan
pengembangan (develop) dijelaskan dengan materi IPA dan bersifat
sebagai berikut: konstekstual.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 252


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

Setelah melakukan analisis tugas Ida Bagus Putu Aryana, dan Dr. I Gede
siswa, dilanjutkan dengan tahap ini Margunayasa,S.Pd.,M.Pd. selain itu juga,
bertujuan untuk mengkonversi tujuan dari divalidasi oleh 3 orang praktisi yakni guru
analisis tugas dan analisis konsep menjadi yang berprofesi sebagai guru sekolah
tujuan khusus yaitu untuk dasar yaitu, Ni Nyoman Metamin, S.Pd
mengembangkan instrumen pengukuran mengajar di SD N 4 Babahan, Ni Nyoman
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siwi, S.Pd mengajar di SD N 4 Senganan,
dan Ni Nyoman Ayu Sriwijati, S.Pd
2. Tahap Perancangan (Design) mengajar di SD N 5 Senganan sehingga
Tujuan dari tahap ini adalah untuk pada tahapan ini merupakan tahapan
merancang bentuk dasar dari instrumen lanjutan untuk menyempurnakan Draft I
pengukuran keterampilan berpikir tingkat sebelum akhirnya menjadi versi final.
tinggi. Pada tahap perancangan ini terdiri Kegiatan pada tahap ini adalah penilaian
dari beberapa langkah pokok yaitu para ahli dan pengujian pengembangan.
sebagai berikut: Adapun saran yang diberikan para
a. Penyusunan Tes ahli, dimulai dari saran ahli atau judges I-V
Dasar dari penyusunan soal adalah adalah sebagai berikut. Judges 1
analisis konsep dan analisis tugas yang memberikan penilaian relevan untuk
dijabarkan dalam spesifikasi instrumen semua butir soal pada instrumen
pengukuran kemampuan berpikir tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi.
tinggi, selanjutnya disusun kisi-kisi dan Keseluruhan butir soal pada instrumen
acuan penskorannya menurut dimensi tersebut dianggap telah sesuai dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. indikator yang dicantumkan. Namun
terdapat beberapa saran umum yang
b. Pemilihan Format diberikan oleh judges I untuk dapat lebih
Pemilihan format dalam dicermati lagi. Judges II memberikan
pengembangan instrumen pengukuran penilaian relevan untuk semua butir soal
kemampuan berpikir tingkat tinggi belajar pada instrumen keterampilan berpikir
mencakup pemilihan format untuk tingkat tinggi. Keseluruhan butir soal pada
merancang isi dan topik yang diujikan, instrumen tersebut dianggap telah sesuai
yang dimana dalam penelitian ini dengan indikator yang dicantumkan.
instrumen tes bertipe analisis, Namun terdapat beberapa saran dari
memecahkan suatu masalah dan bersifat setiap butir soal yang diberikan oleh
konstekstual. judges II untuk dapat lebih dicermati lagi,
c. Perancangan Awal adapun kesalahan atau perbaikan yang
Rancangan awal yang dimaksud diberikan oleh judges II. Judges III,
ialah rancangan seluruh instrumen yang merupakan rekan guru kelas V yang
dikerjakan sebelum soal diujicobakan. bertugas di SD N 4 Babahan.
Pada tahap ini menghasilkan versi awal memberikan penilaian relevan untuk 50
Draft 1 yang selanjutnya di revisi terlebih butir soal pada instrumen keterampilan
dahulu oleh pembimbing. Pada tahap ini berpikir tingkat tinggi. Menurutnya,
menghasilkan versi awal Draft I yang instrumen ini telah sesuai dengan dimensi
selanjutnya disempurnakan melalui proses dan indikator yang dicantumkan. Terdapat
pada tahapan pengembangan. beberapa hal yang perlu dicermati untuk
menyempurnakan beberapa butir soal
3. Tahap Pengembangan (Develop) dalam instrumen yang disampaikan
Tujuan dari tahap ini adalah berupa saran secara umum. Judges IV,
menghasilkan Draft I berupa instrumen merupakan rekan guru kelas V yang
yang telah direvisi berdasarkan masukan bertugas di SD N 4 Senganan. Menurut
para ahli dan data yang diperoleh dari uji jugdes IV 50 butir soal pada instrumen
coba, adapun para ahli yang terlibat dalam telah memenuhi dan sesuai dengan
proses validitas isi instrumen tes untuk dimensi serta indikator yang digunakan,
mengukur keterampilan bepikir tingkat namun ada 3 butir soal yang menurut
tinggi antara lain dua orang dosen ahli dari judge IV ini kata-kata butir soalnya kurang
jurusan Pendidikan dasar yaitu Prof. Dr. dimodifikasi sedikit dan lebih dirujuk agar

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 253


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

siswa tidak bingung, yakni soal no 12, 13, semua butir soal dinyatakan valid
14 tabel 4.5 Saran umum judges IV. sehingga semua soal digunakan. Hal ini
Judges V, merupakan rekan guru kelas V sesuai dengan pendapat Sugiyono (2015)
yang mengajar di SDN 5 Senganan. yang menyatakan bahwa data yang valid
Menurutnya, setiap butir soal yang berarti data tersebut dapat digunakan
terdapat pada instrumen keterampilan untuk mengukur apa yang seharusnya
berpikir tingkat tinggi memiliki tingkat diukur.
kesukaran yang berbeda-beda. Beberapa Selanjutnya setelah melakukan uji
butir soal yang dibuat dianggap telah validitas butir, dilanjutkan dengan uji
sesuai jika digunakan untuk mengukur reliabilitas. Menurut Mulyasa (2009)
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa menyatakan bahwa reliabilitas merupakan
kelas V, namun ada juga beberapa butir salah satu ciri dari suatu instrumen
soal yang masih terlalu sederhana jika asesmen dimana soal yang digunakan
dikerjakan oleh siswa kelas V SD. Judges adalah sebagai alat ukur yang dapat
V memberikan penilaian relevan untuk 50 mengukur skor peserta tes yang benar-
butir soal yang dianggapnya telah sesuai benar dapat menggambarkan kemampuan
dan relevan. Namun ada beberapa hal mereka. Hal tersebut sejalan dengan
yang menjadi kendala, yakni siswa masih pendapat Winarno (2011:107) yang
belum mahir dalam menjawab menyatakan bahwa reliabilitas instrumen
menggunakan google form, karena diartikan sebagai keajegan (consistency),
pengaruh sinyal di lingkungan siswa karena keajegan dari instrumen itu sangat
tersebut, namun berkat kerjasama dan berpengaruh terhadap hasil yang
bimbingan bersama siswa bisa menjawab diperoleh dari jawaban siswa.
dengan lancar. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas
Selanjutnya berdasarkan hasil menggunakan rumus KR 21 diperoleh nilai
analisis uji validitas, validitas isi yang r11 sebesar 0,91 berada pada rentang 0,80
dilakukan pada instrumen tes < r1.1 < 1,00 atau pada kategori derajat
keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan reliabilitas yang sangat tinggi. Menurut
menggunakan teknik analisis CVR, setiap Masitoh (2020) menyatakan bahwa
butir soal memiliki nilai CVR ≥ 1,00 yang apabila hasil dari uji reliabilitas berada
artinya semua butir soal pada instrumen pada kategori tinggi dan sangat tinggi
dinyatakan valid. Ahmad dkk (2018) maka instrumen tersebut bisa dikatakan
menyatakan bahwa tes dinyatakan valid ajeg, dengan demikian dapat dikatakan
ini membuktikan bahwa validator telah bahwa instrumen yang telah disusun
menyatakan bahwa tes layak untuk sudah reliabel.
digunakan. Berdasarkan hasil rerata Dengan penggunaan instrumen
intrumen tes keterampilan berpikir tingkat keterampilan berpikir tingkat tinggi ini,
tinggi memiliki kriteria sangat baik pada siswa menjadi sangat terampil dalam
aspek materi, konstruksi dan bahasa bertanya dan mengemukakan
dengan rerata masing-masing aspek pendapatnya, menemukan sebuah
materi memperoleh rata-rata 23,8 berada informasi yang relevan, berusaha mencari
pada kategori sangat baik, aspek berbagai alternative untuk mendapatkan
konstruksi memperoleh rata-rata 24,2 solusi, serta dapat menentukan cara yang
berada pada kategori sangat baik, dan efektif dalam menyelesaikan masalah
pada aspek bahasa memperoleh rata-rata pada soal keterampilan berpikir tingkat
23,4 berada pada kategori sangat baik. tinggi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Masitoh Hal ini sejalan dengan penelitian
(2020) yang menyatakan bahwa setelah yang telah dilakukan oleh Rusdianto
dinyatakan valid dengan mendapat (2020) yang menyatakan bahwa jarangnya
catatan perbaikan, maka instrumen siap guru memberikan soal-soal yang menuntut
digunakan dalam uji coba. kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada
Setelah dilakukan uji coba dengan peserta didik, maka siswa tidak akan
50 orang siswa di gugus VI kecamatan memiliki kemampuan untuk berpikir dan
Penebel, didapatkan hasil semua semua memecahkan suatu permasalahan
butir soal memiliki rhitung atau
rtabel
PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 254
Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

Kemudian penelitian yang dilakukan soal atau memcahkan suatu


oleh Kristianto (2019) mengatakan bahwa permasalahan yang diberikan oleh guru
sekolah sadar betul tentang pentingnya dalam proses pembelajaran, begitu juga
pengembangan kemampuan berpikir dalam kehidupan sehari-hari, para siswa
tingkat tinggi siswa untuk daya saing. akan mempunyai ide-ide kreatif yang
Guru-guru disekolah juga sudah mengikuti dapat berguna bagi dirinya sendiri.
workshop atau seminar mengenai Hasil dari penelitian ini juga sangat
pengembangan soal dan penilaian HOTS, bermanfaat bagi Pendidikan pada
namun pelaksanaanya belum sepenuhnya umumnya. Karena para pendidik yang
optimal. Mengingat soal ulangan harian, mengalami kesulitan dalam
ataupun soal penilaian kenaikan kelas mengembangkan suatu instrumen tes
masih pada ranah C1 sampai C3 saja, keterampilan berpikir tingkat tinggi,
terdapat C4 namun tidak banyak. penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Serta hasil dari penelitian Pratiwi acuan untuk mengembangkan instrumen
(2015) Proses pengembangan instrumen yang sejenis, serta dapat
penilaian HOTS dan sikap disiplin masing- mengembangkan lagi ke dalam model
masing terdiri dari 12 indikator dengan instrumen yang lainnya.
skor maksimal 4.00 menghasilkan:
Instrumen penilaian adalah valid menurut PENUTUP
4 (empat) validator, yaitu diperoleh rata- Berdasarkan analisis data yang telah
rata nilai validitas 3,57. Instrumen dilaksanakan dengan pengujian validitas
penilaian dikatakan efektif/berhasil, karena isi menggunakan teknik Lawshe yaitu
mencapai kesuksesan instrumen penilaian Content Validity Ratio (CVR) diperoleh 50
dengan skor HOTS 73,3% dan sikap butir soal valid dengan nilai CVR = 1,00.
disiplin 90% dari skor total. Hasil rerata pada aspek materi, aspek
Berdasarkan hasil analisis dan konstruksi dan aspek bahasa/budaya
temuan dalam penelitian lain yang sesuai memiliki kriteria sangat baik. Dengan
dengan penelitian ini, sehingga dapat rerata masing-masing aspek materi
disimpulkan bahwa hasil analisis yang memperoleh rata-rata 23,8 berada pada
telah diperoleh yaitu analisis uji validitas isi kategori sangat baik, aspek konstruksi
dengan CVR, validitas butir dengan Point memperoleh rata-rata 24,2 berada pada
Bisserial dan analisis uji reliabilitas dengan kategori sangat baik, dan pada aspek
KR21, maka instrumen keterampilan bahasa memperoleh rata-rata 23,4 berada
berpikir tingkat tinggi IPA merupakan pada kategori sangat baik.
instrumen yang valid isi dan reliabel. Selanjutnya beradasarkan uji
Pada penelitian ini memiliki validitas butir dengan menggunakan
perbedaan dengan penelitian yang sudah rumus point biserial diperoleh semua butir
dilaksanakan sebelumnya, diantaranya soal memiliki rhitung atau semua
rtabel
adalah penelitian ini menggunakan sub butir soal dinyatakan valid. Sedangkan
materi yang berbeda, yakni menggunakan nilai yang diperoleh pada pengujian
sub materi tema Ekosistem pada kelas V reliabilitas menggunakan KR21 instrumen
SD semester 1, penelitian ini membahas tes keterampilan berpikir tingkat tinggi IPA
mengenai cara mengembangkan memperoleh nilai 0,91 berada pada
instrumen tes keterampilan berpikir tingkat rentang 0,80 < r1.1 < 1,00 atau pada
tinggi (HOTS) yang sesuai dengan standar kategori derajat reliabilitas yang sangat
yang diterapkan di sekolah dasar, tinggi. Maka instrumen tes keterampilan
penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi berpikir tingkat tinggi tersebut bisa
Guru-guru sekolah dasar untuk lebih dikatakan ajeg/reliabel untuk digunakan
mengetahui cara mengembangkan mengukur hasil belajar siswa. Dengan
instrumen tes keterampilan berpikir tingkat demikian dapat disimpulkan bahwa
tinggi (HOTS) sesuai dengan standar yang instrumen keterampilan berpikir tingkat
sudah ada, serta penelitian ini juga tinggi IPA dinyatakan valid dan reliabel.
memberikan manfaat bagi siswa, karena
para siswa akan dilatih untuk berpikir DAFTAR RUJUKAN
secara kreatif dan kritis dalam menjawab
PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 255
Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

Ahmad, S, Ary. K.K, Masniladevi. 2018. Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Instrumen HOTS Matematika Bagi Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
Mahasiswa PGSD. Jurnal PAJAR IPA)
(Pendidikan dan Pengajaran)
Masitoh, Lisda Fitriana, dan Weni Gurita
Program Studi Pendidikan Guru
Aedi. 2020. Pengembangan
Sekolah Dasar FKIP Universitas
instrumen asesmen Higher order
Riau. Volume 2 Nomor 6 November
thinking skills (HOTS) matematika Di
2018 | ISSN Cetak : 2580 - 8435 |
SMP kelas VII. Jurnal Cendekia:
ISSN Online : 2614 – 1337
Jurnal Pendidikan Matematika.
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. Volume 04, No. 02, November 2020,
A Taxonomy for learning, Teaching, pp. 886-897. E-ISSN : 2579-9258. P-
and Assesing; A revision of Bloom’s ISSN : 2614-3038
Taxonomy of Education Objectives.
Mulyasa, E. 2009. Analisis, Validitas,
New York: Addison Wesley Lonman
Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil
Inc.
Tes Implementasi Kurikulum 2004.
Candiasa, I Made. 2010. Pengujian Bandung: Remaja Rosdakarya.
Instrumen Penelitian Disertai
OECD. 2018. PISA 2018 Assessment and
Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS.
Analytical Framework Mathematics,
Singaraja: Undiksha Press.
Reading, Science, Problem Solving
Hidayati, Arini Ulfah. 2017. Melatih and Financial Literacy. OECD
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Publishing.
dalam Pembelajaran Matematika
Pratiwi, Umi dan Eka Farida Fasha. 2015.
pada siswa Sekolah Dasar.
Pengembangan Instrumen Penilaian
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan
HOTS Berbasis Kurikulum 2013
Pembelajaran Dasar, Volume 4
Terhadap Sikap Disiplin. Purworejo.
Nomor 2 Oktober 2017, p-ISSN
Jurnal enelitian dan Pembelajaran
2355-1925, e-ISSN 2580-8915
IPA. JPPI, Vol. 1, No. 1, November
Koyan. 2012. Statistik Pendidikan teknik 2015, Hal. 123-142. e-ISSN 2477-
analisis data kuantitaif. Singaraja: 2038
UNDIKSHA.
Rusdianto, Andy. 2020. Pengembangan
Lawshe, C. H. (1975). A quantitative instrumen penilaian berbasis Higher
approach to content validity. Jurnal Order Thinking Skill (HOTS)
Personnel psychology, Vol 28, No. 4. Pelajaran matematika kelas IV
Sekolah Dasar. JP3D (Jurnal
Lufri. 2005. “Pengaruh Pembelajaran
Pembelajaran dan Pengajaran
Berbasis Problem Solving yang
Pendidikan Dasar). Vol. 3 No. 1,
Diintervensi Dengan Peta Konsep
2020. ISSN (print): 2654-2870; ISSN
terhadap Hasil Belajar mahasiswa”.
(online) 2686-5483 Available online
Jurnal Pembelajaran. Volume 28,
at
Nomor 1 (hlm 153-166).
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/
Kistiono. 2019. Pengembangan Tes dikdas/index; doi:
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi http://dx.doi.org/10.33369/
Fisika SMA. Universitas Sriwijaya.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian &
Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Pengembangan. Bandung:
Fisika. (Journal of Innovation and
ALFABETA.
Physics Teaching). Volume 06, No.
1, Mei 2019, hal. 70-81. p-ISSN Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir
2355-7109 e-ISSN 2657-0971; kompleks dan ilmplementasinya
ejournal.unsri.ac.id/index.php/JIPF dalam pembelajaran IPA. Makasar:
Badan Penerbit UNM.
Mariana, I Made dan Wandy
Praginda.2009. Hakikat IPA dan Thiagarajan.(1974) Instructional
Pendidikan IPA. Bandung. Pusat Development for Training Teacher of
Pengembangan dan Pemberdayaan Exceptional Children A sourcebook.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 256


Vol. 5 No 2, Agustus 2021
ISSN: 2613-9553

Indiana University, Bloomington:


Indiana.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran
Terpadu. (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Winarno, M.E. 2011. Metodologi Penelitian
dalam Pendidikan Jasmani. Malang:
Media Cakrawala Utama Press

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 257

Anda mungkin juga menyukai