Anda di halaman 1dari 13

Pancasakti Science Education Journal

PSEJ Volume 2 Nomor 2, Oktober 2017, (Hal. 145- 145)


http://e-journal.ups.ac.id/index.php/psej

Submitted: 9/19/2017, Accepted: 10/17/2017, Published: 10/31/2017

Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis Literasi Sains untuk Siswa


Sekolah Dasar

Azimi1,Ani Rusilowati1, Sulhadi1

Program Studi Pendidikan Dasar, Konsentrasi Pendidikan IPA


Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Korespondensi. E-mail: azimi.fkip@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains untuk siswa
sekolah dasar. Uji coba produk dilakukan menggunakan pretes-postes one group design melalui dua tahap,
yaitu uji skala terbatas dan luas. Teknik analisis data dilakukan dengan deskriptif persentase, analisis
respons, dan uji N-gain. Hasil uji validasi terhadap kelayakan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
berada pada kategori “sangat layak” dengan skor 88,40%. Pada uji skala terbatas, siswa memperoleh skor
89,12 ˃ 75,00 berdasarkan hasil praktikum, skor 82,63 ˃ 65,00 berdasarkan nilai belajar, N-gain skor sebesar
0,67 ˃ 0,30, kemampuan literasi sains 11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan Aktif dalam
proses pembelajaran dengan skor 2,93 ˃ 2,51. Pada uji skala luas siswa memperoleh skor 93,04 ˃ 75,00
pada hasil praktikum, skor 86,37 ˃ 65,00 pada nilai belajar, N-gain skor sebesar 0,69 ˃ 0,30, kemampuan
literasi sains 19,92 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan sangat aktif dalam proses pembelajaran
dengan skor 3,48 ˃ 2,51. Berdasarkan perhitungan tersebut, penerapan media pembelajaran IPA berbasis
literasi sains efektif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran skala terbatas dan luas. Hasil uji kepraktisan
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains berada pada kategori praktis dengan respons positif 86,75%
untuk uji skala terbatas dan 87,88% untuk uji skala luas. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pembelajaran materi benda dan sifatnya dengan menggunakan media pembelajaran
IPA berbasis literasi sains di SD efektif dan praktis.
Kata Kunci: Media Pembelajaran IPA, Literasi Sains

Developing of Science Learning Media Based on Scientific Literacy to Students of Elementary


School
Abstract
The aims of this study are to develop Science learning media based on scientific literacy for Elementary school. The
product trial is done using pretest-posttest at the one group design by through two stages, namely the limited and broad
scale test. Data analysis technique is done by descriptive percentage, response analysis, and N-gain. The results of
validation test to the feasibility of Science learning media based on scientific literacy is in the category of "very decent"
with a score of 88.40%. In a limited-scale test, students scored 89.12 ˃ 75.00 based on practical work, a score of 82.63 ˃
65.00 based on learning value, N-gain score of 0.67 ˃ 0.30, scientific literacy ability 11.60 ˃ 11.00 points entered in the
category level 2, and Active in the learning process with a score of 2,93 ˃ 2,51. On a wide-scale test the students obtained
a score of 93.04 ˃ 75.00 on practical work, a score of 86.37 ˃ 65.00 on learning value, N-gain score of 0.69 ˃ 0.30,
scientific literacy ability 19.92 ˃ 11.00 points entered in the category level 2, and very active in the learning process with a
score of 3,48 ˃ 2,51. Based on these calculations, the application of Science learning media based on scientific literacy has
been effective in the implementation of learning activities at the limited and wide scale. The results of practicality of
Science learning media based on scientific literacy is in the practical category with a positive response of 86.75% for a
limited scale test and 87.88% for wide-scale test. From the results of the study can be concluded that, learning materials
objects and its nature by using Science learning media based on scientific literacy in Elementary school effective and
practical.
Keywords: Science Learning Media, Scientific Literacy.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (146)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

PENDAHULUAN Benda dan Sifatnya. Pengembangan dilakukan


Pelaksanaan pendidikan bertujuan untuk dengan mengacu pada teori belajar
membina dan mendidik para generasi muda ke (kognitivisme dan konstruktivisme), dan
arah yang lebih baik, sehingga diharapkan mempertimbangkan psikologi perkembangan
generasi ini akan berperan aktif di masa depan anak. Kognisi mengacu pada individu yang
dalam memajukan bangsa dan negara. Hal ini berperan dengan dunia luar melalui sensasi,
sejalan dengan hakikat pendidikan itu sendiri, persepsi, memori, imajinasi, penilaian,
dimana pendidikan adalah usaha sadar dan penalaran, dan pemikiran (Liao, 2012),
terencana untuk mewujudkan suasana belajar sementara konstruktivis merupakan struktur
dan proses pembelajaran, agar peserta didik dan fungsi pembangunan manusia bersifat
secara aktif mengembangkan potensi dirinya universal (tidak terbatas/ tidak mengekang)
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, (Mello, 2012).
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Hal itu dilakukan dengan tujuan agar
akhlak mulia, serta keterampilan yang media pembelajaran IPA dapat digunakan,
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan karena sesuai dengan masa perkembangan
negara (Mendikbud, 2016). anak. Disamping itu, pengembangan media
Pada pelaksanaan pendidikan, terdapat pembelajaran IPA dilakukan dengan
standar proses pendidikan yang mencakup mengintegrasikan empat kategori karakteristik
perencanaan, pelaksanaan, penilaian hasil, dan literasi sains. Sebagaimana Chiapetta (dalam
pengawasan proses pembelajaran. Adanya Rusilowati, et al 2015) mengemukakan bahwa,
standar-standar tersebut dapat menjadi tolak karakteristik literasi sains ditandai oleh empat
ukur minimum tentang bagaimana seharusnya kategori, yaitu: 1) science as the body
pelaksanaan pendidikan itu sendiri, sehingga knowladge; 2) science as the investigative of
kita dapat mengetahui kelebihaan maupun nature; 3) science as a way of thinking; 3)
kekurangannya. Pada implementasinya, guru interaction of science, environtment,
merupakan salah satu komponen yang sangat technology, and society. Literasi sains dianggap
penting, karena guru merupakan ujung tombak tidak hanya mampu mengubah tujuan belajar
keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan. yang pada awalnya hanya mencapai ranah
Akan tetapi, sarana dan prasarana juga sangat pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan
diperlukan untuk menunjang jalannya proses keterampilan (psychomotor), tetapi lebih
pembelajaran, seperti media pembelajaran. kepada pengaplikasian atas ketiga tujuan
Simamora (2009) menyatakan bahwa, media tersebut (cognitive, affective, dan psychomotor)
pembelajaran merupakan alat yang berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga apa
untuk menyampaikan pesan pada yang dipelajari memiliki dayaguna, baik bagi
pembelajaran. Hal ini dapat dipahami bahwa, diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat.
penyampaian pesan tidak hanya dapat Swartz, et al (2006), menyatakan bahwa dalam
dilakukan melalui seorang guru, melainkan konsep literasi sains siswa dapat
juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan mengembangkan pemahaman tentang apa yang
media pembelajaran dalam proses belajar. dipelajari menjadi sebuah skema konseptual
Dengan demikian, peran guru yang semula dan menghubungkan antara skema tersebut
teacher center akan berubah menjadi fasilitator dengan pemahaman umum mereka,
yang memfasilitasi siswa dalam belajarnya. kemampuan prosedural, dan penggunaan
Media pembelajaran yang dikembangkan teknologi juga termasuk kedalam literasi sains.
dalam penelitian ini adalah alat peraga yang TIMSS (Trends in International
diberi nama SIBENCA, suplemen bahan ajar, Mathematics and Science Study) telah
dan lembar kerja siswa (LKS) pada materi mengukur berdasarkan skor standar
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (147)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

internasional yaitu 500 dan menyatakan bahwa, adalah 10 siswa dari kelas III.A (semester 2)
rata-rata skor prestasi siswa indonesia berada untuk uji skala terbatas, dan 26 siswa kelas III.B
pada peringkat 32 dari 38 negara dengan skor (semester 2) untuk uji skala luas. Langkah-
435 pada tahun 1999, 37 dari 46 negara dengan langkah yang dilakukan terdiri atas adanya
skor 420 pada tahun 2003, 35 dari 49 negara potensi atau masalah, mendesain produk, uji
dengan skor 427 pada tahun 2007 (Mulis, et al coba produk, dan produk Akhir seperti pada
2009), 40 dari 59 negara dengan skor 406 pada Gambar 1.
tahun 2011, dan 45 dari 48 negara dengan skor Potensi atau Masalah
397 pada tahun 2015 (Mulis, et al 2015). Selain Mengumpulkan Informasi

TIMSS, PISA (Programme for International


Student Assessment) juga telah melakukan hal
Mendesain Produk
Validasi Ahli dan Praktisi
yang sama pada tahun 2000, 2003, 2006, dan
2009 pelajar Indonesia mendapat 393, 395, 393, Uji Coba Produk Skala
dan 383 berturut-turut untuk skor dalam fokus Terbatas dan Luas
literasi sains. skor mereka mendapat peringkat Keefektifan Kepraktisan

38 dari 41 negara (2000), 38 dari 40 negara


(2003), 50 dari 57 negara (2006) dan 60 dari 65
negara (2009) (Rusilowati, 2013). Semua hasil Produk Akhir
Media Pembelajaran IPA Berbasis Literasi Sains
berada di bawah nilai rata-rata internasional
yaitu 500. Hasil pada tahun 2012 berdasarkan Gambar 1.
data OECD, Indonesia mendapat 383 skor dan Prosedur Penelitian
peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2013:5),
Kevalidan
sedangkan hasil terbaru pada tahun 2015
Media pembelajaran IPA berbasis literasi
Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70
sains dinyatakan valid (V) jika x % ≥ 61 melalui
negara dengan mendapat 403 skor (OECD,
instrumen lembar angket. Data prolehan skor
2016: 5). Melihat perolehan skor tersebut,
dari setiap validasi ahli dan praktisi dianalisis
bukan berarti pemerintah dan siapapun yang
dengan rumus validasi persentasi skor berikut:
bergerak dalam bidang pendidikan tidak
k
melakukan perbaikan apapun. Salah satu N = x 100%
Nk
contohnya adalah penelitian ini sebagai salah Keterangan:
satu upaya perbaikan di dalamnya. N = ∑ persentase skor
Berdasarkan uraian di atas, maka media k = ∑ skor perolehan
pembelajaran IPA yang dikembangkan dalam Nk = ∑ skor maksimal
penelitian ini adalah alat peraga SIBENCA Tabel 1.
berbasis literasi sains yang dilengkapi dengan Kategori Validasi
LKS dan suplemen bahan ajar. Media % Kategori
pembelajaran IPA tersebut digunakan pada 81 ≥ 100 Sangat Layak
materi Benda dan Sifatnya di Kelas IV SD 61 ≥ 80 Layak
berdasarkan hasil analisis proses pembelajaran 41 ≥ 60 Cukup Layak
dan kendalanya di SD Negeri Tugurejo 01 Kota 21 ≥ 40 Kurang Layak
Semarang. 0 ≥ 20 Tidak Layak

Keefektifan
METODE
Keefektifan media pembelajaran IPA
Metode yang digunakan dalam penelitian
berbasis literasi sains dilakukan dengan
ini adalah research and development. Adapun
menghitung hasil laporan kerja kelompok, nilai
yang menjadi sampel dalam penelitian ini
belajar, analisis respons item untuk menentukan
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (148)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

level literasi sains siswa, skor N-gain, dan hasil Skor N-gain
pengamatan proses pembelajaran melalui 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑔 =
instrumen tes, LKS, dan lembar observasi. 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
Adapun penghitungan tersebut dilakukan (Meltzer, 2002:183)
dengan rumus sebagai berikut. Hasil penghitungan N-gain
dikategorikan pada Tabel 2.
Hasil Laporan Kerja Kelompok
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Nilai kelompok (x) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x 100 Tabel 2. Kriteria Gain Skor Ternormalisasi
<g> Kriteria
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑕 x 0,7 ≥ g Tinggi
rata − rata (x) = 0,3 ≥ g < Sedang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
0,7
Jika, x hasil laporan praktikum siswa ≥
0≥g Rendah
75, maka media pembelajaran IPA berbasis
literasi sains efektif dalam kegiatan praktikum. Jika, N-gain ≥ 0,3 , maka media
Nilai Belajar pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif
Perhitungan nilai belajar dilakukan dalam hasil belajar.
dengan rumus yang sama pada penghitungan Proses Pembelajaran
lembar kerja, tetapi hasil diperoleh melalui soal Media pembelajaran IPA berbasis literasi
tes. Jika x nilai belajar ≥ 65, maka media sains juga dinyatakan efektif dalam peroses
pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan
dalam mencapai nilai belajar yang baik. oleh observer. Hasil pengamatan dalam angket
Analisis Respons Item dengan rentang 1 - 4 dihitung terlebih dahulu,
Analisis ini dilakukan dengan cara sehingga dapat diperoleh nilai akhir.
menganalisis alasan siswa pada postes. Hal Keterangan penilaian atas masing masing
yang dianalisis adalah kecocokan antara kriteria tersebut dapat diuraikan sebagai
jawaban dan alasan mengapa jawaban tersebut berikut.
dipilih oleh siswa. Skor 2 poin jika alasan siswa Tabel 3. Kriteria Proses Pembelajaran
tepat, 1 poin jika sebagian benar, 0 poin jika Skor Kriteria
tidak tepat. Selanjutnya poin perolehan siswa 3,26 ≤ 4 Sangat Aktif
dapat ditentukan level kemampuan literasi 2,51 ≤ 3,25 Aktif
1,76 ≤ 2,50 Kurang Aktif
sainsnya dengan rentang pada Gambar 2.
0 ≤ 1,75 Tidak Aktif

Sukses Level 3 (21 poin – 30 poin) Berdasarkan Tabel 3, proses pembelajaran


menggunakan media pembelajaran IPA
Berhasil Sebagian Level 2 (11 poin – 20 poin)
berbasis literasi sains dinyatakan efektif
Gagal Level 1 (0 poin – 10 poin) apabilah memperoleh ≥ 2,51, berdasarkan hasil
perhitungan x para observer.
Gambar 2.Kemampuan Literasi Sains TIMSS Kepraktisan
Kepraktisan media pembelajaran IPA
dengan Modifikasi
berbasis literasi sains diukur dari respons siswa
melalui angket, dan hasil wawancara guru
Berdasarkan Gambar 2, media
maupun siswa melalui pedoman wawancara.
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
Respons positif berarti siswa menerima,
dinyatakan efektif jika level kemampuan literasi
mendukung, dan menyukai media
sains siswa berada pada level 2 dengan skor ≥
pembelajaran IPA berbasis literasi sains yang
11 poin.
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (149)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

digunakan, sedangkan respons negatif yaitu pengisian angket. Disamping itu, kepraktisan
sebaliknya dari respons positif. Sebagaimana juga dilihat atas hasil analisis deskriptif
yang dikemukakan Trianto (2008), persentase terhadap wawancara guru maupun siswa.
tiap respons akan dihitung dengan cara sebagai
berikut: HASIL
Hasil penelitian ini terdiri dari validitas,
𝑅𝑖 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑘𝑒 − 𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100% efektivitas, dan kepraktisan media pembelajaran
IPA berbasis literasi yang dikembangkan.
Dengan Ri adalah persentase respons
positif siswa aspek ke-i Kevalidan Media Pembelajaran IPA Berbasis
Literasi Sains
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 Validasi dilakukan terhadap isi, bahasa,
𝑅𝑠 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 spesifikasi, dan penyajian media pembelajaran
IPA berbasis literasi sains. Validasi dilakukan
Dengan Rs adalah rata-rata respons siswa oleh satu orang ahli dan dua orang praktisi.
Hasil validasi produk media pembelajaran IPA
Berdasarkan uraian di atas, maka media
berbasis literasi sains dapat dilihat pada Tabel
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
4.
dinyatakan praktis jika rata-rata persentase
respons positif siswa ≥ 75% pada hasil
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Validasi Media Pembelajaran IPA
Skor Rata-
Aspek Komponen Skor rata
No Kode Isi Bahasa Spesifikasi Penyajian Total Skor Kategori
1 V-1 27 44 14 57 142 86,58 Sangat layak
4 V-2 30 46 15 56 147 89,63 Sangat layak
3 V-3 29 46 14 57 146 89,02 Sangat layak
Rata-rata Keseluruhan 88,40 Sangat layak

Berdasarkan Tabel 4, diperoleh x yaitu hasil N-gain, dan proses pembelajaran. Hal
88,25% dan dinyatakan valid. Hal tersebut telah tersebut disajikan sebagai berikut.
sesuai dengan ketentuan sebelumnya, media Hasil Praktikum
pembelajaran IPA berbasis literasi sains Keefektifan media pembelajaran IPA berbasis
dinyatakan valid (V) jika x % ≥ 61. literasi sains dapat dinyatakan efektif dalam
Keefektifan Media Pembelajaran IPA Berbasis kegiatan praktikum jika sebanyak ≥ 75%
Literasi Sains permasalahan pada LKS dapat terjawab dengan
Keefektifan media pembelajaran dapat benar, baik pada uji skala terbatas maupun luas.
dilihat berdasarkan hasil praktikum, hasil Adapun hasil praktikum siswa dapat dilihat
belajar, hasil analisis kemampuan literasi sains, pada Tabel 5.
Tabel 5. Skor Hasil Laporan Kegiatan Praktikum
Uji Skala Terbatas Uji Skala Luas
Nama Kelompok Skor ≥75 Nama Kelompok Skor ≥75
 Literasi 86,95 ˃75 • Tumbuhan 97,10 ˃75
 Sains 91,30 ˃75 • Alam 95,65 ˃75
• Anggur 86,95 ˃75
• Hewan 94,20 ˃75
• Sains 91,30 ˃75
x 89,12 100% x 93,04 100%

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (150)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

Berdasarkan Tabel 5, media pembelajaran Nilai Belajar


IPA berbasis literasi sains dinyatakan efektif Nilai diperoleh melalui soal pretes-postes. Jika,
dalam proses praktikum dengan skor x 89,12 x nilai belajar postes ≥ 65, maka media
pada uji skala terbatas dan skor x 93,04 pada uji pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif
skala luas. Hal tersebut telah sesuai dengan dalam nilai belajar. Adapun nilai belajar
ketentuan sebelumnya, jika, x hasil laporan ≥ berdasarkan hasil uji skala terbatas dan luas
75, maka media pembelajaran IPA berbasis dapat dilihat pada Tabel 6.
literasi sains efektif dalam kegiatan praktikum.
Tabel 6. Nilai Belajar Berdasarkan Skor Pretes dan Poster
Uji Skala Terbatas Uji Skala Luas
Tes Skor x ≥65 % Ket Tes Skor x ≥65 % Ket
Pretes 51,30 1 10 Rendah Pretes 57,7 7 26,9 Rendah
Postes 82,63 10 100 Tinggi Postes 86,37 26 100 Tinggi

Berdasarkan Tabel 6, nilai x pretes yaitu media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
57,7, dan nilai rata-rata postes yaitu 86,4. efektif dalam hasil belajar.
Sedangkan nilai rata-rata pretes pada skala luas Hasil Analisis Kemampuan Literasi Sains
yaitu 57,7, dan nilai rata-rata postes pada uji Analisis literasi sains dilakukan dengan cara
skala luas yaitu 86,37. Hal tersebut menganalisis setiap alasan siswa pada lembar
menunjukkan bahwa nilai belajar postes jawaban yang telah diisi. Berikut merupakan
memperoleh x ˃ 65 dan dinyatakan bahwa rentang kemampuan literasi sains siswa pada
uji skala terbatas, dapat dilihat pada Gambar 3.

Perolehan Siswa
30

20

10 Perolehan Siswa
0
AI ANR MSS RRPN STLR JHC MNA GRS SSA FRA

Gambar 3. Diagram Level Kemampuan Literasi Sains Skala Terbatas

Berdasarkan Gambar 3, dapat ditafsirkan perolehan rata-rata skor 11,6 poin. Sedangkan
bahwa kemampuan literasi sains siswa pada uji rentang kemampuan literasi sains siswa pada
skala terbatas berada pada level 2 dan uji skala luas dapat dilihat pada Gambar 4.
dikategorikan berhasil sebagian dengan
Perolehan Siswa
30

20

10
Perolehan
0 Siswa
MSAK

ECR

MRAF
NZD
PES

KAP
ARP
MDF

AFF
APA
BMS

GHF

RZ
HR

ZYN
KA

RF

WM
AFM
AIF

MAA
MFAF

SGN

TVIK
FAAR

RRRA

SAP

YFGLP

Gambar 4. Diagram Level Kemampuan Literasi Sains Skala Luas

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (151)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

Berdasarkan Gambar 4, dapat ditafsirkan terbatas dan 0,69 pada uji skala luas. Skor
bahwa kemampuan literasi sains siswa pada uji tersebut termasuk kedalam tafsiran kategori
skala luas berada pada level 2 dan sedang (0,3 ≤ g ˂ 0,7). Hal ini telah memenuhi
dikategorikan berhasil sebagian dengan ketentuan sebelumnya, bahwa hasil
perolehan skor x 19,92 poin. Sesuai dengan pembelajaran menggunakan media
ketentuan sebelumnya, jika level kemampuan pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif,
literasi sains siswa minimal berada pada level 2 baik pada uji sekala terbatas maupun uji skala
dengan skor ≥ 11 poin, maka media luas.
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
dinyatakan efektif dalam upaya Proses pembelajaran
mengoptimalkan literasi sains. Hasil pengamatan proses pembelajaran
menggunakan media pembelajaran IPA
Skor N-gain berbasis literasi sains pada uji sekala terbatas
Berdasarkan perhitungan, diperoleh rata- dapat dilihat pada Tabel 7.
rata N-gain skor sebesar 0,67 pada uji skala

Tabel 7. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Skala Terbatas


No Kode Jumlah x Keterangan
1 V-1 45 3,00 Aktif
2 V-2 43 2,86 Aktif
x 2,93 Aktif
Berdasarkan Tabel 7, hasil pengamatan proses adalah sesuai dengan ketentuan awal apabila
pembelajaran yang telah dilakukan oleh diperoleh skor rata-rata 2,51 ≤ 3,25. Sedangkan
peneliti pada uji skala terbatas masuk kedalam hasil pengamatan pada uji sekala luas dapat
kategori aktif. Keaktifan yang dimaksud dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Skala Luas


No Kode Jumlah x Keterangan
1 V-1 53 3,53 Sangat Aktif
2 V-2 51 3,40 Sangat Aktif
3 V-3 53 3,53 Sangat Aktif
4 V-4 52 3,46 Sangat Aktif
x 3,48 Sangat Aktif

Berdasarkan Tabel 8, hasil pengamatan pengamatan pada uji skala terbatas maupun uji
proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh skala luas.
guru pada uji skala luas masuk kedalam
kategori sangat aktif. Sangat aktif yang Kepraktisan Media Pembelajaran IPA
dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan Berbasis Literasi Sains
awal apabila diperoleh skor rata-rata 3,26 ≤ 4. Kepraktisan media pembelajaran IPA berbasis
Dari analisis tersebut, maka dinyatakan proses literasi sains dilihat berdasarkan hasil angket
pembelajaran menggunakan media respons siswa, dan wawancara terhadap guru
pembelajaran IPA berbasis literasi sains maupun siswa. Hasil analisis angket respons
dinyatakan efektif karena memperoleh skor x ≥ siswa pada skala terbatas ditunjukkan pada
2,51 berdasarkan hasil perhitungan lembar Tabel 9.

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (152)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

Tabel 9. Hasil Analisis Respons Siswa Skala Terbatas


No Aspek Pernyataan % Kriteria
Nomor
1 Kreativitas dalam proses pembelajaran 1 90% Sangat Setuju
dengan menggunakan media 5 50% Sangat Setuju
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
2 Pengalaman langsung dalam proses 9 80% Sangat Setuju
pembelajaran menggunakan media
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
3 Termotivasi dalam proses pembelajaran 2 60% Setuju
menggunakan media pembelajaran IPA 3 60% Setuju
berbasis literasi sains 4 40% Sangat Setuju
8 60% Sangat Setuju
4 Bersungguh-sungguh dalam proses 6 90% Sangat Setuju
pembelajaran menggunakan media 7 50% Sangat Setuju
pembelajaran IPA berbasis literasi sains 10 70% Sangat Setuju

Berdasarkan Tabel 9, terlihat beragam (bagian kepraktisan). Berdasarkan


respons positif siswa dimulai dari aspek perhitungan, diperoleh rata-rata nilai
pertama, hingga terakhir. Selanjutnya angket persentase sebesar 86,75% pada uji skala
respons siswa pada uji skala terbatas juga di terbatas. Kemudian untuk hasil analisis angket
analisis berdasarkan nilai persentase masing- respons siswa pada skala luas dapat dilihat
masing siswa. Nilai tersebut dihitung dengan pada Tabel 10.
rumus yang telah di uraikan pada metodologi

Tabel 10. Hasil Analisis Angket Respons Siswa Skala Luas


No Aspek Pernyataan % Kriteria
Nomor
1 Kreativitas dalam proses pembelajaran 1 80,76% Sangat Setuju
dengan menggunakan media 5 34,61% Tidak Setuju
pembelajaran IPA berbasis literasi
sains
2 Pengalaman langsung dalam proses 9 80,76% Sangat Setuju
pembelajaran menggunakan media
pembelajaran IPA berbasis literasi
sains
3 Termotivasi dalam proses 2 92,30% Sangat Setuju
pembelajaran menggunakan media 3 46,15% Setuju
pembelajaran IPA berbasis literasi 4 73,07% Sangat Setuju
sains 8 80,76% Sangat Setuju
4 Bersungguh-sungguh dalam proses 6 80,76% Sangat Setuju
pembelajaran menggunakan media 7 61,53% Sangat Setuju
pembelajaran IPA berbasis literasi 10 88,46% Sangat Setuju
sains

Berdasarkan Tabel 9, terlihat juga berdasarkan nilai persentase masing-masing


beragam respons positif dari siswa pada uji siswa. Hasil perhitungan diperoleh rata-rata
skala luas, dimulai dari aspek pertama, hingga nilai persentase sebesar 86,75% pada uji skala
terakhir. Selanjutnya angket respons siswa luas.
pada uji skala terbatas juga di analisis

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (153)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

Setelah diperoleh respons dari para pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan
responden, baik skala terbatas maupun luas. motivasi belajar siswa, sedangkan dalam
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara penelitian ini, produk yang dikembangkan
terhadap guru dan siswa. wawancara adalah media pembelajaran IPA berbasis
dilakukan kepada guru yang menerapkan literasi sains untuk di uji kevalidan,
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains, keefektifan, dan kepraktisannya dalam
sedangkan wawancara terhadap siswa pembelajaran.
dilakukan kepada 2 orang siswa pada uji skala Dunia Internasional menempatkan
terbatas, dan 5 orang siswa pada uji skala luas. Indonesia di posisi yang rendah pada bidang
Hasil wawancara menyimpulkan bahwa guru sains berdasarkan hasil yang telah dirilis oleh
dan siswa memberikan respons positif terhadap TIMSS & PISA, posisi tersebut disebabkan
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains. oleh banyak faktor diantaranya adalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat rendahnya kualitas proses pembelajaran.
disimpulkan bahwa media pembelajaran IPA Kegiatan pembelajaran hendaklah
berbasis literasi sains efektif dalam proses dilaksanakan dengan cara berpusat pada siswa
pebelajaran. (student center) dengan membentuk kelompok-
kelompok diskusi baik dalam praktikum atau
PEMBAHASAN penyelesaian masalah. Sebagaimana hal
Media Pembelajaran IPA berbasis menurut Sarwi & Liliasari (2009),
literasi sains dikembangkan berdasarkan materi Pembelajaran secara kooperatif dapat
“Benda dan Sifatnya” yang terdapat pada meningkatkan keterampilan berfikir kritis,
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga produk pengembangan hendaknya
kurikulum 2006. Media pembelajaran IPA dilakukan dengan menambah dan
berbasis literasi sains terdiri dari tiga produk, mengadaptasi komponen yang seharusnya ada
yaitu alat peraga SIBENCA, suplemen bahan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
ajar, dan LKS, dimana pada setiap bagiannya yang dilaksanakan telah melakukan adaptasi
saling melengkapi dan digunakan pada materi dengan mengintegrasikan strategi kooperatif
Benda dan Sifatnya di kelas IV SD Negeri dalam penerapan media pembelajaran IPA
Tugurejo 01 Kota Semarang. Stošić (2015) berbasis literasi sains. Keterampilan berfikir
mengemukakan bahwa, penerapan teknologi kritis juga dioptimalkan didalamnya melalui
pendidikan dapat meningkatkan keterampilan percobaan, dimana siswa dituntut menemukan
dan karakteristik kognitif pada anak-anak. pengetahuan berdasarkan pengalaman atau
Dikaitkan dengan penelitian ini, penggunaan aktivitas belajar (konstruktivisme).
media pembelajaran IPA sebagai salah satu Media pembelajaran IPA berbasis literasi
teknologi dalam pembelajaran sangatlah sains yang dikembangkan mengacu pada dua
penting. Selain itu, pengembangan media teori, yaitu teori kognitivisme dan teori
pembelajaran IPA juga pernah dilakukan oleh konstruktivisme. Teori kognitivisme
Basri, dkk (2013), dan menyatakan bahwa berasaskan proses pemikiran disebalik tingkah
media pembelajaran IPA dapat memotivasi laku. Perubahan tingkah laku digunakan
peserta didik dalam belajarnya. Meskipun sebagai petunjuk terhadap proses yang berlaku
sama-sama mengembangkan media dalam fikiran pelajar (wicaksono, et al 2015).
pembelajaran IPA, akan tetapi media yang Media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
dikembangkan Basri sangatlah berbeda dengan dapat membuat siswa memperoleh
penelitian ini. Perbedaan tersebut dapat dilihat pengetahuan baru melalui proses yang akan
dari segi produk pengembangan, maupun dilakukan oleh siswa itu sendiri, sedangkan
variabel yang diteliti. Produk pada penelitian pengetahuan lama atau pengetahuan yang
Basri adalah media pembelajaran interaktif telah ada sebelumnya diperoleh siswa

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (154)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

berdasarkan hasil belajarnya sebelum tersebut telah diintegrasikan kedalam media


menggunakan media pembelajaran ini. pembelajaran IPA yang dikembangkan,
Pengetahuan diperoleh siswa pada saat belajar sehingga media ini disebut berbasis literasi
menggunakan media pembelajaran IPA sains. Investigasi atau penyelidikan dilakukan
berbasis literasi adalah tentang benda dan dalam kegiatan praktikum menggunakan alat
sifatnya. Selain memperoleh pengetahuan, peraga SIBENCA, alat ini dilengkapi dengan
siswa memperoleh pengalaman langsung cara LKS yang berguna sebagai pedoman bagi para
melakukan penyelidikan atau investigasi, dan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum
mengasah keterampilan berfikir, serta dapat yang berkaitan dengan materi. LKS memuat
mengaitkan hubungan antara apa yang telah instruksi-instruksi yang harus dilakukan oleh
dipelajari disekolah dengan lingkungan siswa. Alat peraga SIBENCA dan LKS secara
disekitarnya. Sebagaimana Nasrul (2014) tidak langsung telah mewakili dua kategori
mengemukakan bahwa, pembelajaran yang dimaksud oleh Chiapetta, yaitu science as
kontekstual memiliki efek pada kemampuan the investigative of nature dan science as a way of
berpikir kritis siswa. thinking. Kemudian, kedua kategori lainnya
Selanjutnya muatan isi, materi, dan terdapat pada suplemen bahan ajar benda dan
rancangan proses penerapan media sifatnya, yaitu science a the body knoladge dan
pembelajaran hasil pengembangan mengacu interaction of science, environtment, technology and
pada teori konstruktivisme. Tim Pengembang society. Suplemen bahan ajar yang
Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) dikembangkan bertujuan untuk melengkapi
mengemukakan bahwa teori konstruktivisme sumber belajar siswa di sekolah, akan tetapi
mendasarkan pada pengalaman langsung, pengembangan suplemen ini disesuaikan
belajar mengajar secara aktif, melihat siswa dengan penggunaan alat peraga dan lembar
sebagai pihak yang aktif yang harus kerja siswa. Isi dari suplemen bahan ajar
dikembangkan peluangnya dalam adalah pengetahuan tentang benda dan
mengkonstruksi bidang pemikiran, serta siswa sifatnya, serta keterkaitan antara sains,
belajar bagaimana ia membentuk pemahaman lingkungan, teknologi dan masyarakat.
mengenai dunia disekitarnya. Media Media pembelajaran hasil
pembelajaran yang telah dikembangkan pengembangan telah divalidasi oleh tiga orang
menuntut siswa untuk mandiri dalam belajar, validator yang terdiri dari 1 orang validator
dimana pembelajaran dimulai dengan ahli, dan 2 orang praktisi. Validator ahli dan
praktikum terlebih dahulu. Hal ini dilakukan praktisi melakukan validasi media
agar siswa dapat merasakan langsung pembelajaran IPA berbasis literasi sains
pengalaman belajar kontekstual. Sebagaimana menggunakan lembar angket. Hasil isian
menurut Glynn (2004), terdapat empat aspek angket menunjukkan bahwa media
yang dapat mendorong pembelajaran pembelajaran IPA berbasis literasi sains sangat
kontekstual, yaitu: 1) interaksi kolaboratif baik digunakan, dengan skor 3,53. Hasil
dengan siswa, 2) tingkat aktivitas yang tinggi validasi selanjutnya digunakan untuk
dalam pembelajaran, 3) konteks berkaitan melakukan revisi media pembelajaran IPA
dengan dunia nyata, dan 4) integrasi konten berbasis literasi sains agar dapat digunakan
sains dengan konten yang lainnya. Pada akhir pada uji coba skala terbatas maupun skala luas.
pembelajaran, penjelasan dilakukan oleh guru Hal tersebut sejalan dengan penelitian Harini
dengan memberikan penguatan dan klarifikasi (2015) yang juga telah melakukan revisi pada
apabilah ditemukan konsep yang kurang tepat. produk yang dikembangkan berdasarkan hasil
Menurut Chiapetta (dalam Rusilowati, validasi berupa saran dan komentar dari
et al 2015), karakteristik literasi sains terdiri validator. Ketiga validator yang telah
dari empat kategori. Ke-empat kategori melakukan validasi terhadap produk

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (155)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

menyatakan bahwa media pembelajaran IPA positif ≥ 75%, maka media pembelajaran IPA
berbasis literasi sains yang dikembangkan berbasis literasi sains dinyatakan praktis. Selain
termasuk dalam kategori sangat baik. itu, juga diperoleh respons positif dari siswa
Keefektifan media pembelajaran IPA dan guru berdasarkan hasil kesimpulan
berbasis literasi sains telah diujicobakan pada wawancara. Dari hasil analisis tersebut, maka
uji skala terbatas dan uji skala luas. Keefektifan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
dilihat berdasarkan hasil laporan kegiatan dinyatakan praktis dalam proses pembelajaran.
praktikum, nilai belajar, kemampuan literasi Media pembelajaran IPA berbasis literasi
sains, skor N-gain, dan proses pembelajaran. sains dinyatakan efektif dan praktis setelah
Pada uji skala terbatas, siswa memperoleh melakukan uji coba, baik dalam skala terbatas
skor 89,12 ˃ 75,00 pada hasil praktikum, maupun skala luas. Hal itu menunjukkan
skor 82,63 ˃ 65,00 pada hasil belajar, N-gain bahwa pembelajaran dengan menggunakan
skor sebesar 0,67 ˃ 0,30, kemampuan literasi media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
sains 11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori telah berhasil. Keberhasilan tersebut tidak
level 2, dan Aktif dalam proses pembelajaran terlepas dari persiapan yang dilakukan
dengan skor 73,33%. Sedangkan pada uji skala sebelumnya. Tanpa adanya pesiapan yang
luas, siswa memperoleh skor 93,04 ˃ 75,00 baik, proses pembelajaranpun tidak akan
pada hasil praktikum, skor 86,40 ˃ 65,00 berjalan dengan lancar dan hasilnya tidak
pada nilai belajar, N-gain skor sebesar 0,69 ˃ sesuai dengan apa yang diharapkan.
0,30, kemampuan literasi sains 19,92 ˃ 11,00
poin masuk dalam kategori level 2, dan Aktif SIMPULAN
dalam proses pembelajaran dengan skor Media pembelajaran IPA dikembangkan
85,41%. Berdasarkan hasil tersebut, maka sesuai dengan karakteristik literasi sains,
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains dimana literasi sains merupakan tujuan utama
dinyatakan efektif dalam proses pembelajaran. dari pendidikan IPA. Media pembelajaran IPA
Hal ini juga dilakukan oleh Widyaningtyas, berbasis literasi sains juga disesuaikan dengan
dkk (2014), tetapi penghitungan N-gain yang standar kompetensi maupun kompetensi dasar
dilakukan dalam penelitiannya meliputi tiga yang terdapat pada jenjang SD kelas IV pada
aspek, yaitu: kognitif, afektif, dan kurikulum 2006. Komponen-komponen yang
psikomotorik. Sedangkan dalam penelitian ini terdapat pada media pembelajaran IPA
aspek kognitif saja, sedangkan afektif dan berbasis literasi sains terdiri dari alat peraga
psikomotorik melalui metode perhitungan SIBENCA, suplemen bahan ajar, dan LKS.
yang lain, yaitu menggunakan analisis Ketiga komponen dalam media pembelajaran
deskriptif persentase. IPA saling melengkapi, sehingga memuat
Selanjutnya uji kepraktisan media empat kategori yang terdapat di dalam literasi
pembelajaran IPA berbasis literasi sains sains, dan materi yang ditanamkan adalah
dilakukan dengan memberikan angket respons benda dan sifatnya pada kurikulum 2006.
kepada siswa dan wawancara, baik pada uji Adapun karakteristik literasi sains yaitu; 1)
skala terbatas maupun uji skala luas. sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan
Wawancara juga dilakukan terhadap guru (science as the body of knowladge), yaitu berupa
yang telah menerapkan media pembelajaran kumpulan ilmu pengetahuan tentang benda
IPA berbasis literasi sains. Adapun hasil rata- dan sifatnya yang terdapat pada suplemen
rata persentase angket respons siswa yang bahan ajar; 2) Sains sebagai investigasi alam
diperoleh melalui uji skala terbatas adalah (science as the investigative of nature), yaitu berupa
sebesar 86,75%, sedangkan pada uji skala luas keterampilan berproses tentang bagaimana
adalah sebesar 87,88%. Hasil tersebut telah pengetahuan mengenai benda dan sifatnya
melebihi ketentuan sebelumnya, jika respons dapat diperoleh melalui alat peraga SIBENCA

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (156)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

dan lembar kerja siswa; 3) Sains sebagai cara Selanjutnya, media pembelajaran IPA
berfikir (science as a way of thinking), yaitu berbasis literasi sains juga dinyatakan praktis
berupa penalaran yang digunakan dalam dalam pembelajaran. Kepraktisan tersebut
mengkaji setiap aspek permasalahan pada saat dinyatakan berdasarkan penghitungan angket
kegiatan praktikum dilaksanakan; 4) Interaksi respons dan wawancara. Angket respons
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat diberikan kepada siswa, sedangkang
(interaction of science, environtment, technology, wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa
and society), yaitu berupa pengetahuan tentang mengenai penggunaan media pembelajaran
keterkaitan dan ketergantungan diantara ke IPA berbasis literasi sains. Adapun hasil rata-
empat aspek tersebut yang dicantumkan dalam rata persentase angket respons siswa yang
suplemen bahan ajar pada bagian “tahukah diperoleh melalui uji sekala terbatas adalah
kamu”. sebesar 86,75%, sedangkan pada uji skala luas
Media pembelajaran IPA berbasis literasi adalah sebesar 87,88%. Hasil tersebut telah
sains dinyatakan valid oleh ahli dan praktisi melebihi ketentuan sebelumnya, jika respons
yang telah melakukan validasi. Skor kevalidan positif ≥ 75%, maka media pembelajaran IPA
media pembelajaran termasuk dalam kategori berbasis literasi sains dinyatakan praktis. Selain
sangat layak dengan skor rata-rata 88,40%. itu, juga diperoleh respons positif dari siswa
Validasi dilakukan ahli dan praktisi dengan dan guru berdasarkan hasil kesimpulan
melihat empat aspek, yaitu kelayakan isi, wawancara.
kelayakan bahasa, spesifikasi, dan penyajian. Berdasarkan data-data tersebut,
Selain media pembelajaran, instrumen juga disimpulkan bahwa media pembelajaran IPA
dilakukan validasi. Instrumen tes dilakukan berbasis literasi sains dinyatakan valid dan
dengan menghitung validitas, reliabilitas, efektif pada pembelajaran IPA materi Benda
tingkat kesukaran, dan daya pembeda, dan Sifatnya di Sekolah dasar.
sedangkan instrumen non tes divalidasi oleh
professional judgment. DAFTAR PUSTAKA
Media pembelajaran IPA berbasis literasi Basri, H., Waspodo., & Sumarni, S. (2013).
sains dinyatakan efektif dalam penggunaannya Pengembangan Media Pembelajaran
pada pembelajaran. Keefektifan dilihat Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
berdasarkan hasil laporan kegiatan praktikum,
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
hasil belajar, kemampuan literasi sains, Sekolah Dasar. Palembang: Jurnal Inovasi
rentang N-gain, dan proses pembelajaran. Pada Pendidikan Unsri, 3 (1): 35-44.
uji skala terbatas, siswa memperoleh skor Glynn, S.M., & Winter, L.K. (2004).
89,12 ˃ 75,00 pada hasil praktikum, skor Contextual Teaching and Learning of
82,63 ˃ 65,00 pada nilai belajar, N-gain skor Science in Elementary School. Journal of
sebesar 0,67 ˃ 0,30, kemampuan literasi sains Elementary Science Education, 16 (2): 51-63.
Harini, B., Styowati, D.L., & Suhandini, P.
11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level
(2015). Pengembangan Bahan Ajar IPS
2, dan Aktif dalam proses pembelajaran untuk Menumbuhkan Nilai Karakter
dengan skor 2,93 ˃ 2,51. Sedangkan pada uji Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis.
skala luas, siswa memperoleh skor 93,04 ˃ Pascasarjana Universitas Negeri
75,00 pada hasil praktikum, skor 86,37 ˃ Semarang.
65,00 pada nilai belajar, N-gain skor sebesar Liao, S.Y. (2012). The Application of Piaget
and Bruner’s Cognitive-Developmental
0,69 ˃ 0,30, kemampuan literasi sains 19,92 ˃
Theory in Children's Dance Teaching. The
11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan International Journal of Arts Education
Aktif dalam proses pembelajaran dengan skor (InJAE), 10 (2): 164:197.
3,48. Mendikbud. (2016). Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (157)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi

2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Grade of Secondary School. International
dan Menengah. Jakarta: Kementerian Journal: International Conference on
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Mathematics, Science, and Education
Indonesia. (ICMSE), 12 (2): 98-105.
Mello, R.R. (2012). From Constructivism to Sarwi. & Liliasari. (2009). Penerapan Strategi
Dialogism in the Classroom. Theory and Kooperatif dan Pemecahan Masalah Pada
Learning Environment. International Konsep Gelombang untuk
Journal of Educational Psichology (IJEP), 1 Mengembangkan Keterampilan Berfikir
(2): 127-152. Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
Meltzer, D.E. (2002). “The relationship 5:90-95. ISSN: 1693-1246.
Between Mathematics Preparation and Shwartz, Y., Ben-Zvi, R., & Hofstein, A.
Conceptual Learning Gain in Physics : A (2006). The Use of Scientific Literacy
Possible Hidden Variable in Diagnostic Taxonomy for Assessing the Development
Pretest Scores”. American Journal Physics, of Chemical Literacy Among High-School
70 (12) : 1-11. Students, The Royal Society of Chemistry
Mullis, I. V. S. M., Ruddock, G. J., Journal: Chemistry Education Research and
O’Sullivan, C. Y., Preuschoff & Corinna. Practice, 2006, 7 (4), 203-225.
(2009). The TIMSS 2011 Assesment Simamora, H.R. (2009). Buku Ajar Pendidikan
Framework. Boston College USA : dalam Keperawatan. Jakarta: Buku
TIMSS & PIRLS International Study Kedokteran EGC.
Center. Stošić, L. (2015). The Importance Of
Mullis, I. V. S. M., Ruddock, G. J., Educational Technology In Teaching.
O’Sullivan, C. Y., Preuschoff & Corinna. Serbia: (IJCRSEE) International Journal of
(2015). The TIMSS 2015 Assesment Cognitive Research in Science, Engineering and
Framework. Boston College USA : Education, 3 (1).
TIMSS & PIRLS International Study Tim FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi
Center. Pendidikan: Bagian 1 Ilmu Pendidikan
Nasrul. (2014). Contextual Learning Approach Teoritis. Bandung: Grasindo.
in Improving Critical Thinking Skills of Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran
Guidance and Counseling Students of Kontekstual (Contextual Teaching and
State University of Medan. International Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka
Journal of Sciences: Basic and Applied Publisher.
Research (IJSBAR), 18 (1). Wicaksono, A., dkk. (2015). Teori Pembelajaran
OECD. (2013). PISA 2015 Draft Science Bahasa: Suatu Catatan Singkat. Yogyakarta:
Framework. Paris, France: OECD. Garudhawaca.
OECD. (2016). PISA 2015 Result in Focus. Widyaningtyas, R.S., Rusilowati., & Mosik.
Paris, France: OECD. (2014). Pengembangan Komik Bervisi
Rusilowati, A. (2013). Peningkatan Literasi SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Sains Siswa Melalui Pengembangan Siswa SD Kelas IV Materi Sumber Daya
Instrumen Penilaian. Pidato Pengukuhan Alam dan Kebencanaan Alam. Unnes
Profesor. Physics Education Journal (UPEJ) 3 (1).
Rusilowati, A., Sunyoto, E.N., & Susilowati, ISSN: 2252-6935.
S.M.E. (2015). Developing of Science
Tectbook Based on Scientific Literacy for

Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)

Anda mungkin juga menyukai