Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains untuk siswa
sekolah dasar. Uji coba produk dilakukan menggunakan pretes-postes one group design melalui dua tahap,
yaitu uji skala terbatas dan luas. Teknik analisis data dilakukan dengan deskriptif persentase, analisis
respons, dan uji N-gain. Hasil uji validasi terhadap kelayakan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
berada pada kategori “sangat layak” dengan skor 88,40%. Pada uji skala terbatas, siswa memperoleh skor
89,12 ˃ 75,00 berdasarkan hasil praktikum, skor 82,63 ˃ 65,00 berdasarkan nilai belajar, N-gain skor sebesar
0,67 ˃ 0,30, kemampuan literasi sains 11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan Aktif dalam
proses pembelajaran dengan skor 2,93 ˃ 2,51. Pada uji skala luas siswa memperoleh skor 93,04 ˃ 75,00
pada hasil praktikum, skor 86,37 ˃ 65,00 pada nilai belajar, N-gain skor sebesar 0,69 ˃ 0,30, kemampuan
literasi sains 19,92 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan sangat aktif dalam proses pembelajaran
dengan skor 3,48 ˃ 2,51. Berdasarkan perhitungan tersebut, penerapan media pembelajaran IPA berbasis
literasi sains efektif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran skala terbatas dan luas. Hasil uji kepraktisan
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains berada pada kategori praktis dengan respons positif 86,75%
untuk uji skala terbatas dan 87,88% untuk uji skala luas. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pembelajaran materi benda dan sifatnya dengan menggunakan media pembelajaran
IPA berbasis literasi sains di SD efektif dan praktis.
Kata Kunci: Media Pembelajaran IPA, Literasi Sains
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (146)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
internasional yaitu 500 dan menyatakan bahwa, adalah 10 siswa dari kelas III.A (semester 2)
rata-rata skor prestasi siswa indonesia berada untuk uji skala terbatas, dan 26 siswa kelas III.B
pada peringkat 32 dari 38 negara dengan skor (semester 2) untuk uji skala luas. Langkah-
435 pada tahun 1999, 37 dari 46 negara dengan langkah yang dilakukan terdiri atas adanya
skor 420 pada tahun 2003, 35 dari 49 negara potensi atau masalah, mendesain produk, uji
dengan skor 427 pada tahun 2007 (Mulis, et al coba produk, dan produk Akhir seperti pada
2009), 40 dari 59 negara dengan skor 406 pada Gambar 1.
tahun 2011, dan 45 dari 48 negara dengan skor Potensi atau Masalah
397 pada tahun 2015 (Mulis, et al 2015). Selain Mengumpulkan Informasi
Keefektifan
METODE
Keefektifan media pembelajaran IPA
Metode yang digunakan dalam penelitian
berbasis literasi sains dilakukan dengan
ini adalah research and development. Adapun
menghitung hasil laporan kerja kelompok, nilai
yang menjadi sampel dalam penelitian ini
belajar, analisis respons item untuk menentukan
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (148)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
level literasi sains siswa, skor N-gain, dan hasil Skor N-gain
pengamatan proses pembelajaran melalui 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑔 =
instrumen tes, LKS, dan lembar observasi. 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
Adapun penghitungan tersebut dilakukan (Meltzer, 2002:183)
dengan rumus sebagai berikut. Hasil penghitungan N-gain
dikategorikan pada Tabel 2.
Hasil Laporan Kerja Kelompok
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Nilai kelompok (x) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x 100 Tabel 2. Kriteria Gain Skor Ternormalisasi
<g> Kriteria
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 x 0,7 ≥ g Tinggi
rata − rata (x) = 0,3 ≥ g < Sedang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
0,7
Jika, x hasil laporan praktikum siswa ≥
0≥g Rendah
75, maka media pembelajaran IPA berbasis
literasi sains efektif dalam kegiatan praktikum. Jika, N-gain ≥ 0,3 , maka media
Nilai Belajar pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif
Perhitungan nilai belajar dilakukan dalam hasil belajar.
dengan rumus yang sama pada penghitungan Proses Pembelajaran
lembar kerja, tetapi hasil diperoleh melalui soal Media pembelajaran IPA berbasis literasi
tes. Jika x nilai belajar ≥ 65, maka media sains juga dinyatakan efektif dalam peroses
pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan
dalam mencapai nilai belajar yang baik. oleh observer. Hasil pengamatan dalam angket
Analisis Respons Item dengan rentang 1 - 4 dihitung terlebih dahulu,
Analisis ini dilakukan dengan cara sehingga dapat diperoleh nilai akhir.
menganalisis alasan siswa pada postes. Hal Keterangan penilaian atas masing masing
yang dianalisis adalah kecocokan antara kriteria tersebut dapat diuraikan sebagai
jawaban dan alasan mengapa jawaban tersebut berikut.
dipilih oleh siswa. Skor 2 poin jika alasan siswa Tabel 3. Kriteria Proses Pembelajaran
tepat, 1 poin jika sebagian benar, 0 poin jika Skor Kriteria
tidak tepat. Selanjutnya poin perolehan siswa 3,26 ≤ 4 Sangat Aktif
dapat ditentukan level kemampuan literasi 2,51 ≤ 3,25 Aktif
1,76 ≤ 2,50 Kurang Aktif
sainsnya dengan rentang pada Gambar 2.
0 ≤ 1,75 Tidak Aktif
digunakan, sedangkan respons negatif yaitu pengisian angket. Disamping itu, kepraktisan
sebaliknya dari respons positif. Sebagaimana juga dilihat atas hasil analisis deskriptif
yang dikemukakan Trianto (2008), persentase terhadap wawancara guru maupun siswa.
tiap respons akan dihitung dengan cara sebagai
berikut: HASIL
Hasil penelitian ini terdiri dari validitas,
𝑅𝑖 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑘𝑒 − 𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
x 100% efektivitas, dan kepraktisan media pembelajaran
IPA berbasis literasi yang dikembangkan.
Dengan Ri adalah persentase respons
positif siswa aspek ke-i Kevalidan Media Pembelajaran IPA Berbasis
Literasi Sains
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 Validasi dilakukan terhadap isi, bahasa,
𝑅𝑠 =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 spesifikasi, dan penyajian media pembelajaran
IPA berbasis literasi sains. Validasi dilakukan
Dengan Rs adalah rata-rata respons siswa oleh satu orang ahli dan dua orang praktisi.
Hasil validasi produk media pembelajaran IPA
Berdasarkan uraian di atas, maka media
berbasis literasi sains dapat dilihat pada Tabel
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
4.
dinyatakan praktis jika rata-rata persentase
respons positif siswa ≥ 75% pada hasil
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Validasi Media Pembelajaran IPA
Skor Rata-
Aspek Komponen Skor rata
No Kode Isi Bahasa Spesifikasi Penyajian Total Skor Kategori
1 V-1 27 44 14 57 142 86,58 Sangat layak
4 V-2 30 46 15 56 147 89,63 Sangat layak
3 V-3 29 46 14 57 146 89,02 Sangat layak
Rata-rata Keseluruhan 88,40 Sangat layak
Berdasarkan Tabel 4, diperoleh x yaitu hasil N-gain, dan proses pembelajaran. Hal
88,25% dan dinyatakan valid. Hal tersebut telah tersebut disajikan sebagai berikut.
sesuai dengan ketentuan sebelumnya, media Hasil Praktikum
pembelajaran IPA berbasis literasi sains Keefektifan media pembelajaran IPA berbasis
dinyatakan valid (V) jika x % ≥ 61. literasi sains dapat dinyatakan efektif dalam
Keefektifan Media Pembelajaran IPA Berbasis kegiatan praktikum jika sebanyak ≥ 75%
Literasi Sains permasalahan pada LKS dapat terjawab dengan
Keefektifan media pembelajaran dapat benar, baik pada uji skala terbatas maupun luas.
dilihat berdasarkan hasil praktikum, hasil Adapun hasil praktikum siswa dapat dilihat
belajar, hasil analisis kemampuan literasi sains, pada Tabel 5.
Tabel 5. Skor Hasil Laporan Kegiatan Praktikum
Uji Skala Terbatas Uji Skala Luas
Nama Kelompok Skor ≥75 Nama Kelompok Skor ≥75
Literasi 86,95 ˃75 • Tumbuhan 97,10 ˃75
Sains 91,30 ˃75 • Alam 95,65 ˃75
• Anggur 86,95 ˃75
• Hewan 94,20 ˃75
• Sains 91,30 ˃75
x 89,12 100% x 93,04 100%
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (150)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
Berdasarkan Tabel 6, nilai x pretes yaitu media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
57,7, dan nilai rata-rata postes yaitu 86,4. efektif dalam hasil belajar.
Sedangkan nilai rata-rata pretes pada skala luas Hasil Analisis Kemampuan Literasi Sains
yaitu 57,7, dan nilai rata-rata postes pada uji Analisis literasi sains dilakukan dengan cara
skala luas yaitu 86,37. Hal tersebut menganalisis setiap alasan siswa pada lembar
menunjukkan bahwa nilai belajar postes jawaban yang telah diisi. Berikut merupakan
memperoleh x ˃ 65 dan dinyatakan bahwa rentang kemampuan literasi sains siswa pada
uji skala terbatas, dapat dilihat pada Gambar 3.
Perolehan Siswa
30
20
10 Perolehan Siswa
0
AI ANR MSS RRPN STLR JHC MNA GRS SSA FRA
Berdasarkan Gambar 3, dapat ditafsirkan perolehan rata-rata skor 11,6 poin. Sedangkan
bahwa kemampuan literasi sains siswa pada uji rentang kemampuan literasi sains siswa pada
skala terbatas berada pada level 2 dan uji skala luas dapat dilihat pada Gambar 4.
dikategorikan berhasil sebagian dengan
Perolehan Siswa
30
20
10
Perolehan
0 Siswa
MSAK
ECR
MRAF
NZD
PES
KAP
ARP
MDF
AFF
APA
BMS
GHF
RZ
HR
ZYN
KA
RF
WM
AFM
AIF
MAA
MFAF
SGN
TVIK
FAAR
RRRA
SAP
YFGLP
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (151)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
Berdasarkan Gambar 4, dapat ditafsirkan terbatas dan 0,69 pada uji skala luas. Skor
bahwa kemampuan literasi sains siswa pada uji tersebut termasuk kedalam tafsiran kategori
skala luas berada pada level 2 dan sedang (0,3 ≤ g ˂ 0,7). Hal ini telah memenuhi
dikategorikan berhasil sebagian dengan ketentuan sebelumnya, bahwa hasil
perolehan skor x 19,92 poin. Sesuai dengan pembelajaran menggunakan media
ketentuan sebelumnya, jika level kemampuan pembelajaran IPA berbasis literasi sains efektif,
literasi sains siswa minimal berada pada level 2 baik pada uji sekala terbatas maupun uji skala
dengan skor ≥ 11 poin, maka media luas.
pembelajaran IPA berbasis literasi sains
dinyatakan efektif dalam upaya Proses pembelajaran
mengoptimalkan literasi sains. Hasil pengamatan proses pembelajaran
menggunakan media pembelajaran IPA
Skor N-gain berbasis literasi sains pada uji sekala terbatas
Berdasarkan perhitungan, diperoleh rata- dapat dilihat pada Tabel 7.
rata N-gain skor sebesar 0,67 pada uji skala
Berdasarkan Tabel 8, hasil pengamatan pengamatan pada uji skala terbatas maupun uji
proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh skala luas.
guru pada uji skala luas masuk kedalam
kategori sangat aktif. Sangat aktif yang Kepraktisan Media Pembelajaran IPA
dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan Berbasis Literasi Sains
awal apabila diperoleh skor rata-rata 3,26 ≤ 4. Kepraktisan media pembelajaran IPA berbasis
Dari analisis tersebut, maka dinyatakan proses literasi sains dilihat berdasarkan hasil angket
pembelajaran menggunakan media respons siswa, dan wawancara terhadap guru
pembelajaran IPA berbasis literasi sains maupun siswa. Hasil analisis angket respons
dinyatakan efektif karena memperoleh skor x ≥ siswa pada skala terbatas ditunjukkan pada
2,51 berdasarkan hasil perhitungan lembar Tabel 9.
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (152)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (153)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
Setelah diperoleh respons dari para pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan
responden, baik skala terbatas maupun luas. motivasi belajar siswa, sedangkan dalam
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara penelitian ini, produk yang dikembangkan
terhadap guru dan siswa. wawancara adalah media pembelajaran IPA berbasis
dilakukan kepada guru yang menerapkan literasi sains untuk di uji kevalidan,
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains, keefektifan, dan kepraktisannya dalam
sedangkan wawancara terhadap siswa pembelajaran.
dilakukan kepada 2 orang siswa pada uji skala Dunia Internasional menempatkan
terbatas, dan 5 orang siswa pada uji skala luas. Indonesia di posisi yang rendah pada bidang
Hasil wawancara menyimpulkan bahwa guru sains berdasarkan hasil yang telah dirilis oleh
dan siswa memberikan respons positif terhadap TIMSS & PISA, posisi tersebut disebabkan
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains. oleh banyak faktor diantaranya adalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat rendahnya kualitas proses pembelajaran.
disimpulkan bahwa media pembelajaran IPA Kegiatan pembelajaran hendaklah
berbasis literasi sains efektif dalam proses dilaksanakan dengan cara berpusat pada siswa
pebelajaran. (student center) dengan membentuk kelompok-
kelompok diskusi baik dalam praktikum atau
PEMBAHASAN penyelesaian masalah. Sebagaimana hal
Media Pembelajaran IPA berbasis menurut Sarwi & Liliasari (2009),
literasi sains dikembangkan berdasarkan materi Pembelajaran secara kooperatif dapat
“Benda dan Sifatnya” yang terdapat pada meningkatkan keterampilan berfikir kritis,
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga produk pengembangan hendaknya
kurikulum 2006. Media pembelajaran IPA dilakukan dengan menambah dan
berbasis literasi sains terdiri dari tiga produk, mengadaptasi komponen yang seharusnya ada
yaitu alat peraga SIBENCA, suplemen bahan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
ajar, dan LKS, dimana pada setiap bagiannya yang dilaksanakan telah melakukan adaptasi
saling melengkapi dan digunakan pada materi dengan mengintegrasikan strategi kooperatif
Benda dan Sifatnya di kelas IV SD Negeri dalam penerapan media pembelajaran IPA
Tugurejo 01 Kota Semarang. Stošić (2015) berbasis literasi sains. Keterampilan berfikir
mengemukakan bahwa, penerapan teknologi kritis juga dioptimalkan didalamnya melalui
pendidikan dapat meningkatkan keterampilan percobaan, dimana siswa dituntut menemukan
dan karakteristik kognitif pada anak-anak. pengetahuan berdasarkan pengalaman atau
Dikaitkan dengan penelitian ini, penggunaan aktivitas belajar (konstruktivisme).
media pembelajaran IPA sebagai salah satu Media pembelajaran IPA berbasis literasi
teknologi dalam pembelajaran sangatlah sains yang dikembangkan mengacu pada dua
penting. Selain itu, pengembangan media teori, yaitu teori kognitivisme dan teori
pembelajaran IPA juga pernah dilakukan oleh konstruktivisme. Teori kognitivisme
Basri, dkk (2013), dan menyatakan bahwa berasaskan proses pemikiran disebalik tingkah
media pembelajaran IPA dapat memotivasi laku. Perubahan tingkah laku digunakan
peserta didik dalam belajarnya. Meskipun sebagai petunjuk terhadap proses yang berlaku
sama-sama mengembangkan media dalam fikiran pelajar (wicaksono, et al 2015).
pembelajaran IPA, akan tetapi media yang Media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
dikembangkan Basri sangatlah berbeda dengan dapat membuat siswa memperoleh
penelitian ini. Perbedaan tersebut dapat dilihat pengetahuan baru melalui proses yang akan
dari segi produk pengembangan, maupun dilakukan oleh siswa itu sendiri, sedangkan
variabel yang diteliti. Produk pada penelitian pengetahuan lama atau pengetahuan yang
Basri adalah media pembelajaran interaktif telah ada sebelumnya diperoleh siswa
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (154)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (155)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
menyatakan bahwa media pembelajaran IPA positif ≥ 75%, maka media pembelajaran IPA
berbasis literasi sains yang dikembangkan berbasis literasi sains dinyatakan praktis. Selain
termasuk dalam kategori sangat baik. itu, juga diperoleh respons positif dari siswa
Keefektifan media pembelajaran IPA dan guru berdasarkan hasil kesimpulan
berbasis literasi sains telah diujicobakan pada wawancara. Dari hasil analisis tersebut, maka
uji skala terbatas dan uji skala luas. Keefektifan media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
dilihat berdasarkan hasil laporan kegiatan dinyatakan praktis dalam proses pembelajaran.
praktikum, nilai belajar, kemampuan literasi Media pembelajaran IPA berbasis literasi
sains, skor N-gain, dan proses pembelajaran. sains dinyatakan efektif dan praktis setelah
Pada uji skala terbatas, siswa memperoleh melakukan uji coba, baik dalam skala terbatas
skor 89,12 ˃ 75,00 pada hasil praktikum, maupun skala luas. Hal itu menunjukkan
skor 82,63 ˃ 65,00 pada hasil belajar, N-gain bahwa pembelajaran dengan menggunakan
skor sebesar 0,67 ˃ 0,30, kemampuan literasi media pembelajaran IPA berbasis literasi sains
sains 11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori telah berhasil. Keberhasilan tersebut tidak
level 2, dan Aktif dalam proses pembelajaran terlepas dari persiapan yang dilakukan
dengan skor 73,33%. Sedangkan pada uji skala sebelumnya. Tanpa adanya pesiapan yang
luas, siswa memperoleh skor 93,04 ˃ 75,00 baik, proses pembelajaranpun tidak akan
pada hasil praktikum, skor 86,40 ˃ 65,00 berjalan dengan lancar dan hasilnya tidak
pada nilai belajar, N-gain skor sebesar 0,69 ˃ sesuai dengan apa yang diharapkan.
0,30, kemampuan literasi sains 19,92 ˃ 11,00
poin masuk dalam kategori level 2, dan Aktif SIMPULAN
dalam proses pembelajaran dengan skor Media pembelajaran IPA dikembangkan
85,41%. Berdasarkan hasil tersebut, maka sesuai dengan karakteristik literasi sains,
media pembelajaran IPA berbasis literasi sains dimana literasi sains merupakan tujuan utama
dinyatakan efektif dalam proses pembelajaran. dari pendidikan IPA. Media pembelajaran IPA
Hal ini juga dilakukan oleh Widyaningtyas, berbasis literasi sains juga disesuaikan dengan
dkk (2014), tetapi penghitungan N-gain yang standar kompetensi maupun kompetensi dasar
dilakukan dalam penelitiannya meliputi tiga yang terdapat pada jenjang SD kelas IV pada
aspek, yaitu: kognitif, afektif, dan kurikulum 2006. Komponen-komponen yang
psikomotorik. Sedangkan dalam penelitian ini terdapat pada media pembelajaran IPA
aspek kognitif saja, sedangkan afektif dan berbasis literasi sains terdiri dari alat peraga
psikomotorik melalui metode perhitungan SIBENCA, suplemen bahan ajar, dan LKS.
yang lain, yaitu menggunakan analisis Ketiga komponen dalam media pembelajaran
deskriptif persentase. IPA saling melengkapi, sehingga memuat
Selanjutnya uji kepraktisan media empat kategori yang terdapat di dalam literasi
pembelajaran IPA berbasis literasi sains sains, dan materi yang ditanamkan adalah
dilakukan dengan memberikan angket respons benda dan sifatnya pada kurikulum 2006.
kepada siswa dan wawancara, baik pada uji Adapun karakteristik literasi sains yaitu; 1)
skala terbatas maupun uji skala luas. sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan
Wawancara juga dilakukan terhadap guru (science as the body of knowladge), yaitu berupa
yang telah menerapkan media pembelajaran kumpulan ilmu pengetahuan tentang benda
IPA berbasis literasi sains. Adapun hasil rata- dan sifatnya yang terdapat pada suplemen
rata persentase angket respons siswa yang bahan ajar; 2) Sains sebagai investigasi alam
diperoleh melalui uji skala terbatas adalah (science as the investigative of nature), yaitu berupa
sebesar 86,75%, sedangkan pada uji skala luas keterampilan berproses tentang bagaimana
adalah sebesar 87,88%. Hasil tersebut telah pengetahuan mengenai benda dan sifatnya
melebihi ketentuan sebelumnya, jika respons dapat diperoleh melalui alat peraga SIBENCA
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (156)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
dan lembar kerja siswa; 3) Sains sebagai cara Selanjutnya, media pembelajaran IPA
berfikir (science as a way of thinking), yaitu berbasis literasi sains juga dinyatakan praktis
berupa penalaran yang digunakan dalam dalam pembelajaran. Kepraktisan tersebut
mengkaji setiap aspek permasalahan pada saat dinyatakan berdasarkan penghitungan angket
kegiatan praktikum dilaksanakan; 4) Interaksi respons dan wawancara. Angket respons
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat diberikan kepada siswa, sedangkang
(interaction of science, environtment, technology, wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa
and society), yaitu berupa pengetahuan tentang mengenai penggunaan media pembelajaran
keterkaitan dan ketergantungan diantara ke IPA berbasis literasi sains. Adapun hasil rata-
empat aspek tersebut yang dicantumkan dalam rata persentase angket respons siswa yang
suplemen bahan ajar pada bagian “tahukah diperoleh melalui uji sekala terbatas adalah
kamu”. sebesar 86,75%, sedangkan pada uji skala luas
Media pembelajaran IPA berbasis literasi adalah sebesar 87,88%. Hasil tersebut telah
sains dinyatakan valid oleh ahli dan praktisi melebihi ketentuan sebelumnya, jika respons
yang telah melakukan validasi. Skor kevalidan positif ≥ 75%, maka media pembelajaran IPA
media pembelajaran termasuk dalam kategori berbasis literasi sains dinyatakan praktis. Selain
sangat layak dengan skor rata-rata 88,40%. itu, juga diperoleh respons positif dari siswa
Validasi dilakukan ahli dan praktisi dengan dan guru berdasarkan hasil kesimpulan
melihat empat aspek, yaitu kelayakan isi, wawancara.
kelayakan bahasa, spesifikasi, dan penyajian. Berdasarkan data-data tersebut,
Selain media pembelajaran, instrumen juga disimpulkan bahwa media pembelajaran IPA
dilakukan validasi. Instrumen tes dilakukan berbasis literasi sains dinyatakan valid dan
dengan menghitung validitas, reliabilitas, efektif pada pembelajaran IPA materi Benda
tingkat kesukaran, dan daya pembeda, dan Sifatnya di Sekolah dasar.
sedangkan instrumen non tes divalidasi oleh
professional judgment. DAFTAR PUSTAKA
Media pembelajaran IPA berbasis literasi Basri, H., Waspodo., & Sumarni, S. (2013).
sains dinyatakan efektif dalam penggunaannya Pengembangan Media Pembelajaran
pada pembelajaran. Keefektifan dilihat Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
berdasarkan hasil laporan kegiatan praktikum,
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
hasil belajar, kemampuan literasi sains, Sekolah Dasar. Palembang: Jurnal Inovasi
rentang N-gain, dan proses pembelajaran. Pada Pendidikan Unsri, 3 (1): 35-44.
uji skala terbatas, siswa memperoleh skor Glynn, S.M., & Winter, L.K. (2004).
89,12 ˃ 75,00 pada hasil praktikum, skor Contextual Teaching and Learning of
82,63 ˃ 65,00 pada nilai belajar, N-gain skor Science in Elementary School. Journal of
sebesar 0,67 ˃ 0,30, kemampuan literasi sains Elementary Science Education, 16 (2): 51-63.
Harini, B., Styowati, D.L., & Suhandini, P.
11,60 ˃ 11,00 poin masuk dalam kategori level
(2015). Pengembangan Bahan Ajar IPS
2, dan Aktif dalam proses pembelajaran untuk Menumbuhkan Nilai Karakter
dengan skor 2,93 ˃ 2,51. Sedangkan pada uji Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis.
skala luas, siswa memperoleh skor 93,04 ˃ Pascasarjana Universitas Negeri
75,00 pada hasil praktikum, skor 86,37 ˃ Semarang.
65,00 pada nilai belajar, N-gain skor sebesar Liao, S.Y. (2012). The Application of Piaget
and Bruner’s Cognitive-Developmental
0,69 ˃ 0,30, kemampuan literasi sains 19,92 ˃
Theory in Children's Dance Teaching. The
11,00 poin masuk dalam kategori level 2, dan International Journal of Arts Education
Aktif dalam proses pembelajaran dengan skor (InJAE), 10 (2): 164:197.
3,48. Mendikbud. (2016). Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 2 (2), Oktober 2017- (157)
Azimi, Ani Rusilowati, Sulhadi
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Grade of Secondary School. International
dan Menengah. Jakarta: Kementerian Journal: International Conference on
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Mathematics, Science, and Education
Indonesia. (ICMSE), 12 (2): 98-105.
Mello, R.R. (2012). From Constructivism to Sarwi. & Liliasari. (2009). Penerapan Strategi
Dialogism in the Classroom. Theory and Kooperatif dan Pemecahan Masalah Pada
Learning Environment. International Konsep Gelombang untuk
Journal of Educational Psichology (IJEP), 1 Mengembangkan Keterampilan Berfikir
(2): 127-152. Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
Meltzer, D.E. (2002). “The relationship 5:90-95. ISSN: 1693-1246.
Between Mathematics Preparation and Shwartz, Y., Ben-Zvi, R., & Hofstein, A.
Conceptual Learning Gain in Physics : A (2006). The Use of Scientific Literacy
Possible Hidden Variable in Diagnostic Taxonomy for Assessing the Development
Pretest Scores”. American Journal Physics, of Chemical Literacy Among High-School
70 (12) : 1-11. Students, The Royal Society of Chemistry
Mullis, I. V. S. M., Ruddock, G. J., Journal: Chemistry Education Research and
O’Sullivan, C. Y., Preuschoff & Corinna. Practice, 2006, 7 (4), 203-225.
(2009). The TIMSS 2011 Assesment Simamora, H.R. (2009). Buku Ajar Pendidikan
Framework. Boston College USA : dalam Keperawatan. Jakarta: Buku
TIMSS & PIRLS International Study Kedokteran EGC.
Center. Stošić, L. (2015). The Importance Of
Mullis, I. V. S. M., Ruddock, G. J., Educational Technology In Teaching.
O’Sullivan, C. Y., Preuschoff & Corinna. Serbia: (IJCRSEE) International Journal of
(2015). The TIMSS 2015 Assesment Cognitive Research in Science, Engineering and
Framework. Boston College USA : Education, 3 (1).
TIMSS & PIRLS International Study Tim FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi
Center. Pendidikan: Bagian 1 Ilmu Pendidikan
Nasrul. (2014). Contextual Learning Approach Teoritis. Bandung: Grasindo.
in Improving Critical Thinking Skills of Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran
Guidance and Counseling Students of Kontekstual (Contextual Teaching and
State University of Medan. International Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka
Journal of Sciences: Basic and Applied Publisher.
Research (IJSBAR), 18 (1). Wicaksono, A., dkk. (2015). Teori Pembelajaran
OECD. (2013). PISA 2015 Draft Science Bahasa: Suatu Catatan Singkat. Yogyakarta:
Framework. Paris, France: OECD. Garudhawaca.
OECD. (2016). PISA 2015 Result in Focus. Widyaningtyas, R.S., Rusilowati., & Mosik.
Paris, France: OECD. (2014). Pengembangan Komik Bervisi
Rusilowati, A. (2013). Peningkatan Literasi SETS untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Sains Siswa Melalui Pengembangan Siswa SD Kelas IV Materi Sumber Daya
Instrumen Penilaian. Pidato Pengukuhan Alam dan Kebencanaan Alam. Unnes
Profesor. Physics Education Journal (UPEJ) 3 (1).
Rusilowati, A., Sunyoto, E.N., & Susilowati, ISSN: 2252-6935.
S.M.E. (2015). Developing of Science
Tectbook Based on Scientific Literacy for
Copyright ©2017, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)