PENDAHULUAN
abad 21, sehingga tidak menjadi beban negara. Pendidikan dituntut untuk
bertahan dengan menggunakan life skill, yang berupa hard skill dan soft
(Trilling & Fadel, 2009: 40-51). Dalam penerapanya, ini juga berlaku
utama dari literasi sains adalah penggunaan teknologi yang tepat untuk
1
decision making, participation in civic and cultural affairs, and economic
Council, 1996: 21). Secara tidak langung literasi IPA membantu seseorang
fisikal (hard skill) dan keterampilan mental (soft skill), serta pemanfaatan
efektivitas pembelajaran. Maka dari itu, pada era digital ini guru juga
pembelajaran IPA, guru juga juga dituntut untuk dapat membekali peserta
2
National Science Education Standards (1996: 20) bahwa pembelajaran
indra untuk memecahkan masalah secara lebih efektif dan efisien dalam
Skills (HOTS) merupakan salah isu kecerdasan abad ke-21 yang meliputi
langkah awal untuk melatih peserta didik agar dapat mencapai tahap-tahap
kemampuan High Order Thinking Skills (HOTS) yang lebih tinggi. Ketika
peserta didik sudah mampu diajak untuk berpikir analisis dengan baik,
maka peserta didik dapat dilatih untuk mencapai tahap evaluasi dan
dan efisien, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang
3
“inquiry-based science experiences conducted in relevant, meaningful
didik. Saat peserta didik memahami lebih banyak konsep dan proses IPA,
yang lebih tinggi, dan kritis (National Research Council, 1996: 117).
kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk anak usia SMP, dapat diketahui
dan 63 dari 70 negara. Peringkat ini tidak berbeda jauh dari hasil tes dan
berpikir tingkat tinggi peserta didik di Indonesia masih rendah, dan perlu
analisis ini salah satunya adalah inquiry, dan cara yang paling cocok untuk
4
menerapkan pendekatan inquiry adalah melalui kegiatan berbasis
peserta didik, sedangkan laboratorium IPA yang ada hanya satu untuk
dimana saja dan kapan saja, (3) membantu mengatasi kekurangan alat,
bersifat abstrak (Hardyanto, 2012: 6-7). Knapp & Allen (1996: 116) juga
5
experience dengan peralatan yang lebih mudah, lebih aman, dan lebih
masih berpusat pada guru, dan peserta didik kurang aktif dalam proses
6
untuk mengaktifkan peserta didik ini dapat dilakukan dengan kegiatan
rasa ingin tahu peserta didik dan keinginan peserta didik untuk melakukan
dapat membangun konsep mereka sendiri dengan lebih baik, untuk dapat
(Bajpai, 2013: 45). Salah satu jenis inquiry ini adalah guided inquiry.
inkuiri terbimbing.
efektif, praktis, dan efisien. Dalam hal ini, media yang akan dikembangkan
7
konfirmasi hasil. Animasi dan simulasi kegiatan laboratorium yang
gambar materi dari LKS dan buku paket. Secara manual, gerak tumbuhan
dapat diamati oleh peserta didik, akan tetapi membutuhkan waktu yang
Peserta didik dapat melihat secara detail fenomena IPA yang tidak
bagian detail yang tidak dapat diamati langsung menggunakan panca indra
dan animasi, daripada hanya membaca dari buku teks. Penggunaan virtual
8
laboratory juga dapat diulang-ulang, kapan saja dan dimana saja oleh
peserta didik. Ketika peserta didik dapat memahami lebih banyak konsep
tingkat analisis yang lebih tinggi, dan kritis (National Research Council,
B. Identifikasi Masalah
teknologi komputer.
9
4. Berdasarkan hasil observasi, sudah tersedia fasilitas LCD, proyektor,
waktu yang lama dalam proses observasi dan praktikumnya, akan tetapi
sistem gerak pada tumbuhan hanya melalui gambar dan materi di buku
paket.
C. Pembatasan Masalah
mengatribusikan.
10
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
materi “Gerak Pada Tumbuhan” yang layak menurut ahli dan guru
IPA.
11
F. Spesifikasi Produk dan Keterbatasan Pengembangan
4. Media virtual laboratory ini di desain dengan isi materi “Gerak pada
Pendidikan.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti:
12
2. Bagi Guru:
pembelajaran IPA.
didik.
H. Definisi Operasional
13
3. Kemampuan berpikir analisis adalah kemampuan untuk menguraikan
14