Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018

Cirebon, 21 April 2018

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IKIGAI


UNTUK MENDUKUNG KETERCAPAIAN HIGH ORDER
THINKING SKILLS (HOTS)

Rizki Hikmawan1
Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Purwakarta
hikmariz@upi.edu

Nuur Wachid Abdul Majid2


Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Purwakarta
nuurwachid@upi.edu

Mamad Kasmad3
Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Purwakarta
mamadkasmad@upi.edu

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran
berbasis konsep Ikigai untuk mendukung ketercapaian High Order Thinking Skills
(HOTS). Sesuai dengan tujuan penelitian dan sifat masalah dalam penelitian,
maka metode yang digunakan adalah Research and Development (RnD). Prosedur
RnD berdasarkan modifikasi Sukmadinata (2007: 182) yaitu (1) Studi
Pendahuluan yang terdiri dari studi pustaka, survei lapangan, dan penyusunan
draft produk, (2) Pengembangan yang terdiri dari uji coba terbatas dan uji coba
lebih luas, dan (3) Penyempurnaan Produk. Pada tahap studi pendahuluan,
penelitian dilaksanakan terhadap mahasiswa PGSD UPI Kampus Purwakarta
sebanyak 98 orang mahasiswa (10 pria dan 88 wanita) pada mata kuliah
Pedagogik dengan sub-tema Theory of Education. Data kuantitatif didapatkan
dengan instrumen tes berbasis pada HOTS yang terdiri dari analisis (C4), evaluasi
(C5), dan kreasi (c6). Untuk mendukung interpretasi data kuantitatif dilakukan
pengambilan data kualitatif melalui wawancara secara online yang bersifat open
question.
Kata Kunci: Ikigai, HOTS, teori pendidikan

ABSTRACT
The purpose of this research is to produce Ikigai concept based learning model to
support High Order Thinking Skills (HOTS) achievement. In accordance with research
objectives and nature of the problem in research, then the method used is Research and
Development (RnD). The RnD procedure based on Sukmadinata modification (2007: 182)
is (1) Preliminary study consisting of literature study, field survey, and drafting of

255
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

product, (2) Development consisting of uji coba terbatas and uji coba lebih luas, and (3)
Product Improvements. In the preliminary study stage, the research was conducted on
PGSD UPI students Purwakarta Campus as many as 98 students (10 men and 88 women)
in Pedagogic subject with sub theme of Theory of Education. Quantitative data were
obtained with HOTS-based test instruments consisting of analysis (C4), evaluation (C5),
and creation (c6). To support the interpretation of quantitative data is done qualitative
data retrieval through interviews online which is open question.
Keywords: Ikigai, HOTS, Theory of Education

PENDAHULUAN

Ikigai merupakan konsep budaya Jepang yang memiliki arti dalam “alasan
untuk hidup” atau dapat juga diartikan “alasan untuk bangun di pagi hari”.
Konsep tersebut dapat juga dikaitkan dengan teori terkemuka hierarchy of needs
dari Maslow. Kedua konsep tersebut memiliki tujuan untuk menjabarkan langkah
mencapai aktualisasi diri.
Aktualisasi diri merupakan salah satu motivasi manusia menempuh
pendidikan. Ornstein (2011: 192) berpendapat terdapat 4 tujuan utama pendidikan
yaitu transmit culture, provide socio-economy skills, develop critical-thingking
skills, dan agent of change. Keempat tujuan tersebut dapat dicapai dengan
menempuh proses pendidikan yang panjang untuk meningkatkan kemampuan
berpikir. Kemampuan berpikir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu Low Order Thinking Skills (LOTS) dan High Order Thinking Skills (HOTS).
Di dunia pendidikan, LOTS dan HOTS diperoleh siswa melalui pengalaman
belajar dalam sebuah proses pembelajaran, kemudian dalam rangka memastikan
bahwa siswa telah memiliki kompetensi yang diharapkan perlu dilakukan kegiatan
penilaian pendidikan. Sangat disayangkan, berdasarkan hasil studi pustaka dan
survey awal di beberapa lembaga pendidikan formal setingkat universitas
diperoleh temuan bahwa model pembelajaran dan instrumen penilaian yang
digunakan ternyata hanya mengakomodasi peserta didik untuk mengembangkan
LOTS saja. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kompetensi peserta
didik dalam menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta.
Pembekalan kompetensi di dunia pendidikan tidak lepas dari kegiatan
evaluasi, penilaian, pengukuran, dan instrumen tes & non tes. Kompetensi yang
diharapkan dari peserta didik dinyatakan dalam tujuan pembelajaran umum yang
harus dikuasai atau ditampilkan setelah proses pembelajaran selesai (Jones et all,
2002). Teknik pemberian informasi dan instrumen penilaian yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar menjadi kunci dalam meningkatkan motivasi
belajar. Peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik dan

256
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

didasarkan pada teori pendidikan progresivisme (Ornstein, 2011). Menurut


pendapat kami, dengan memadukan konsep Ikigai dan teori pendidikan
progresivisme untuk model pembelajaran serta didukung instrumen evaluasi yang
tepat diharapkan dapat mengakomodasi peserta didik untuk mengembangkan
HOTS hingga membantu untuk pencapaian aktualisasi diri.
Untuk mencapai Ikigai diperlukan 4 persyaratan yaitu passion, profession,
vocation, dan mission. Teori progresivisme memiliki ciri khas lebih menekankan
minat atau reaksi dari peserta didik (student centered). Maka dari itu, teknik
pemberian informasi akan diarahkan terlebih dahulu ke syarat passion yang
merupakan irisan dari hal yang disukai dan keahlian. Selanjutnya berdasarkan
beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa konsep Ikigai sangat erat
kaitannya dengan HOTS. Salah satunya dari Schippers (2017) yang menjelaskan
bahwa untuk mencapai Ikigai seorang individu harus mampu meregulasi dirinya
sendiri secara efektif dengan memiliki 4 kemampuan yaitu “(1) the ability to scan
the environment, (2) the ability to relate information obtained to the norms of the
organization, (3) the capacity to detect deviations from the norm, and (4) the
ability to adjust one’s course of action.”. Jika dikaitkan dengan HOTS dari
taksonomi Bloom terevisi, poin 1 dan 3 merupakan C4 (menganalisis), poin 2
merupakan C5 (mengevaluasi), dan poin 4 merupakan C6 (mencipta). Sedangkan
teknik penilaian yang digunakan untuk instrumen evaluasi akan menggunakan
Penilaian Acuan Patokan.
Tenaga kerja yang profesional membutuhkan sebuah pengalaman untuk
mencapai kompetensi. Pengalaman dan ketercapaian pembentukan kecakapan
hidup siswa dapat membantu dalam mengurangi angka pengangguran dan
meningkatkan perekonomian seseorang (Abdulmajid, 2015). Penerapan HOTS
pada pembelajaran di harapkan dapat mengurangi angka pengangguran dan
menjadi bagian dari proses perolehan kompetensi. Hasil perolehan kompetensi
siswa pada pembelajaran mampu menunjukkan perkembangan kognitif, afektif,
dan psikomotorik (Majid, N.W.A., 2015).
HOTS sebenarnya sudah diterapkan di sekolah kejuruan, salah satunya adalah
menerapkan program praktik industri atau PI. Program PI atau magang dapat
menjadi alternatif untuk mempersiapkan kualitas SDM menjelang Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 (Majid & Sudira, 2017). Tantangan global
semakin tinggi dan mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga peserta
didik harus berjuang dalam mengarungi persaingan bebas. Persaingan ke depan
tidak hanya menghadapi tenaga kerja lokal saja, melainkan tenaga kerja dari luar
yang tentunya memiliki kemampuan lebih.
Selain itu, pembelajaran berbasis teknologi dapat memberikan rangsangan
positif dan mendukung KBM dengan baik. Perkembangan teknologi mengalami

257
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

peningkatan yang signifikan dan merambah ke semua aspek. Perkembangan


teknologi berdampak pada berbagai bidang (Abdulmajid, N.W. & Setiadi, B.R.,
2015). Salah satu bidang yang terkena dampak adalah pendidikan, sehingga
kebanyakan pembelajaran sudah berbasis teknologi. Media pembelajaran yang
diterapkan pada pendidikan rata-rata menggunakan Moodle, yaitu dapat
mendukung pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning) dan
pembelajaran jarak jauh (distance learning) (Rochmah, E., & Majid, N.W.A.,
2017).
Pada tahap studi pendahuluan, penelitian dilaksanakan terhadap mahasiswa
PGSD UPI Kampus Purwakarta sebanyak 98 orang mahasiswa (10 pria dan 88
wanita) pada mata kuliah Pedagogik dengan sub-tema Theory of Education.
Capaian pembelajaran yang diharapkan adalah mahasiswa mampu memahami,
menganalisis, membandingkan, dan mampu mencipta teori pendidikan
berdasarkan pengertian dan minatnya masing-masing.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh


peneliti dalam pengumpulkan data penelitian dan menjawab masalah yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan model pembelajaran berbasis konsep
Ikigai untuk mendukung ketercapaian High Order Thinking Skills (HOTS). Sesuai
dengan tujuan penelitian dan sifat masalah dalam penelitian, maka metode yang
digunakan adalah metode Research and Development (RnD). RnD adalah proses
yang digunakan untuk mengembangkan dan menguji keampuhan produk yang
digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan penelitian ini adalah berupa
pengembangan komponen model pembelajaran yang terdiri dari
Skema prosedur RnD berdasarkan modifikasi Sukmadinata dkk (2007:182),
yaitu studi pendahuluan, uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas. Pada studi
pendahuluan menggunakan metode deskriptif untuk menghimpun data tentang
kondisi yang sudah ada. Pada tahap uji coba, produk digunakan oleh lebih dari
satu penilai untuk menilai subjek yang sama. Tahap uji coba tersebut
menggunakan metode eksperimen dengan One Group Pretest-. Posttest Design.

258
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A O X1 O

Gambar 1. One Group Pretest-Posttest Design


(Sumber: Sukmadinata, 2007)

Proses dan hasil uji coba dievaluasi menggunakan metode evaluatif untuk
menyempurnakan produk. Metode evaluatif yang digunakan adalah formative
evaluation.

Gambar 2. Formative Evaluation


(sumber: Tesmerr (1993))

Berdasarkan penjelasan tersebut, skema prosedur penelitian yang digunakan


terlihat pada gambar 2:

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian

259
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

Penelitian ini menggunakan 3 instrumen pengumpulan data yaitu observasi,


wawancara, dan tes. Observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
kondisi komponen-komponen pembelajaran yang ada dan berlangsung di lokasi
penelitian. Wawancara memiliki tujuan utama untuk mengetahui penelitan serta
tanggapan sampel terhadap model pembelajaran yang dikembangan.
Sebelum digunakan pada tahap uji coba terbatas, setiap instrumen harus
terbukti valid dan reliabel terlebih dahulu. Pada tahap validasi ahli, teknik statistik
yang digunakan adalah Content Validity Ratio (CVR). Data yang telah didapatkan
dengan instrumen observasi dan wawancara diolah dan dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengembangan produk. Sedangkan untuk data yang didapatkan dari
instrumen tes diolah dengan teknik statistik dimulai dari uji asumsi dasar untuk
menentukan uji hipotesis yang akan digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Model pembelajaran Ikigai tahap 1 berdasarkan temuan pada tahap


pemeriksaan pendahuluan divalidasi terlebih dahulu oleh 4 ahli. Hasil pengolahan
data lembar validitas judgment ahli terlihat pada tabel 1:
Tabel 1. Hasil Validasi Ahli

No Komponen Ahli 1 Ahli 2 Ahli 3 Ahli 4 Rerata


1 Pemahaman Peserta Didik 3 3 3 4 3.25
2 Pengembangan Kurikulum 3 3 4 4 3.5
3 Perancangan Pembelajaran 4 3 3 3 3.25
4 Pelaksanaan Pembelajaran 3 3 3 4 3.25
5 Pemanfaatan Teknologi 4 4 4 3 3.75
6 Pengembangan Peserta Didik 4 4 4 4 4
7 Evaluasi Pembelajaran 3 3 3 4 3.25
8 Refleksi 3 3 4 3 3.25
Rerata 3.43

Pada tabel 1, terlihat bahwa berdasarkan validasi ahli didapatkan nilai rata-
rata sebesar 3.25 untuk komponen pemahaman peserta didik, 3.5 untuk komponen
kurikulum, 3.25 untuk komponen perancangan pembelajaran, 3.25 untuk
komponen pelaksanaan pembelajaran, 3.25 untuk pelaksanaan pembelajaran, 3.75
untuk komponen pemanfaatan teknologi, 4 untuk komponen pengembangan
peserta didik, 3.25 untuk komponen evaluasi pembelajaran, dan 3.25 untuk
komponen refleksi. Rerata yang didapatkan sebesar 3.43, nilai tersebut

260
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

menunjukan bahwa model pembelajaran Ikigai tahap 1 dapat digunakan tanpa


revisi.
Sesuai dengan skema prosedur penelitian, setelah melewati tahap validasi
ahli, tahap selanjutnya adalah uji coba terbatas dengan menggunakan desain
eksperimen one group pretest-posttest. Rerata hasil pengujian pre-test mengenai
HOTS peserta didik adalah sebagai berikut:
100
77
80
60
40 35
40
20
0
Menganalisis Mengevaluasi Mencipta

Gambar 4. Rerata Hasil Pretest

Pada gambar 4, terlihat bahwa rerata hasil pretest untuk HOTS kategori C4
menganalisis adalah sebesar 80, C5 mengevaluasi 40, dan C6 mencipta sebesar
35. Temuan ini menggambarkan bahwa peserta didik masih belum memiliki
HOTS yang mumpuni terutama kategori C5 dan C6.
Penelitian berjalan sesuai prosedur yang telah direncanakan dan dengan status
setiap instrumen penelitian telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian
telah melalui pada tahap validasi ahli dan telah diperoleh hasil bahwa produk
model pembelajaran Ikigai tahap 1 dapat digunakan tanpa revisi. Saat ini
penelitian berada pada tahap awal uji coba terbatas dan telah berjalan selama 3
kali pertemuan dari 12 pertemuan yang ditargetkan.
Hasil pre-test bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal
siswa sebelum diberikan perlakuan. Hal ini juga menggambarkan kondisi
lapangan terkini di lokasi penelitian. Walaupun ditemukan fakta bahwa
kemampuan C5 dan C6 peserta didik, namun masih dapat dianggap wajar
mengingat pemberian informasi mengenai materi masih sepenuhnya selesai.
Perlakuan kemudian diberikan dengan menggunakan produk selama kegiatan
belajar mengajar. Selama proses KBM berlangsung, temuan-temuan yang
didapatkan akan digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk
penyempurnaan produk.

261
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon 2018
Cirebon, 21 April 2018

SIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, kesimpulan sementara


yang diperoleh antara lain:
1. Produk model pembelajaran Ikigai telah melalui tahap validasi ahli dengan
nilai 3.43 dengan interpretasi produk dapat digunakan tanpa revisi.
2. Hasil uji pretest didapatkan rerata sebesar 77 untuk C4 menganalisis, 40 C5
mengevaluasi, dan 40 untuk C6 mencipta.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulmajid, N. W. (2015). Pola Pembimbingan di Tempat Kerja: Studi Kasus


Pelaksanaan Program Praktik Industri di PT.JMI. Taman Vokasi, 3(2).
Abdulmajid, N.W. & Setiadi, B.R. (2015). Pemanfaatan Social Web Environment Dalam
Menciptakan Student-Centered Learning dan Peningkatan Keterampilan Siswa Pada
Pembelajaran. Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta. 1-6
Jones, E., Voorhees, R., & Paulson, K. (2002). Defining and assessing learning:
Exploring competency-based initiatives. Washington, DC: Council of the
National Postsecondary Education Cooperative. Publication NCES 2002159
Majid, N.W.A. (2015). Proses Perolehan Kompetensi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam Program Praktik Industri Pada Industri Pasangan
SMKN 2 Pengasih Kulon Progo. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.
Majid, N. W. A., & Sudira, P. (2017). Proses perolehan kompetensi TIK melalui
program praktik industri siswa SMKN 2 Pengasih Kulon Progo. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 7(1), 14–29
Ornstein, Allan.C.,Daniel U.Levine.,Gerald L. Gutek.,David E.Vocke. (2011).
Foundation of Education. Wadsworth: Cengage Learning, USA.
Rochmah, E., & Majid, N.W.A. (2017). Manajemen Pembelajaran Interaktif
Berbasis Moodle. Cirebon: Nurjati Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Schippers, Michaela. (2017). Ikigai: Reflection on life goals optimizes
performance and happiness. Journal of Economic Literature. Rotterdam:
Erasmus Research Institute of Management.
Tessmer, Martin. (1993). Improving the quality of education and training.
Planning and Conducting Formative Evaluations, hlm: 25-46.

262

Anda mungkin juga menyukai